Cekungan ini merupakan cekungan belakang busur yang sangat luas dan
rumit, yang dimana bagian utara hingga selatannya terdiri dari orientasi
sejumlah bentukan struktur halfgraben. Sub-cekungan ini terletak di tepi selatan
dari platform Sunda (Reksalegora et al., 1996). Cekungan Jawa Barat Utara
memiliki akumulasi Hidrokarbon berlimpah, dan minyak dan gas bumi yang
dimana reservoarnya bertumpukan dengan volkanik klastik, karbonatan, dan
lapisan coarsesiliciclastic (Noble et al., 1997).
Cekungan Jawa Barat Utara sekarang telah dianggap mature, dengan
pembagian untuk bagian atasnya yaitu berupa pasir dari formasi Talang Akar
dan diatasnya ditambah dengan karbonat pada jaman Miosen sepenuhnya.
Pertimbangan mengenai potensi yang ada didaerah tersebut cukup kecil hingga
menengah dan dapat tetap berada dalam pembentukan Jatibarang syn-rift
Posisinya lebih rendah dari formasi Talang Akar, dan terletak didalam karbonat
formasi Batu raja.
Melimpahnya akumulasi hidrokarbon pada cekungan jawa Barat
Laut akibat perkembangan karbonat yang baik pada akihr
miosen awal karena buruknya aktifitas tektonik., sehingga
cekungan relatif stabil. Sedangkan material vulkanik yang
terdapat pada cekungan ini berasal dari sedimentasi vulkanik
darat-laut dangkal. Hal itu disebabkan oleh naiknya aktifitass
antar lempeng di selatan Pulau Jawa pada kala Eosen tengah
Oligosen Awal.
x 82898y 474965
82898 495364
62634 495364
62634 474965
Cekungan Jawa Barat Utara (North West Java Basin) merupakan salah
satu cekungan yang terbukti memiliki kandungan minyak bumi.
Cekungan ini sekarang dikelola oleh PT Pertamina. Cekungan Jawa
Barat Utara terletak memanjang di bagian utara sejajar dengan pantai
utara Jawa Barat. Di bagian utara dibatasi oleh Paparan sunda, bagian
selatan oleh Cekungan Bogor, bagian timur oleh daerah pengangkatan
Karimun Jawa dan bagian barat oleh Cekungan Sumatra Selatan.
Pada Cekungan Jawa Barat Utara terdapat dua sub cekungan utama,
yaitu Cekungan Ardjuna dan Cekungan Sunda. Selain itu juga terdapat
sub-sub cekungan lain, diantaranya Cekungan Ciputat, Pasir Putih,
Vera, Billiton dan Jatibarang dengan tinggian-tinggian Tangerang,
Rengasdengklok, Pamanukan dan Arjawinangun di antara sub-sub
cekungan tersebut (Asril Sjahbuddin, 1985).
Tektonik
Lempeng Sunda di sebelah timur dibatasi oleh kerak samudra, sebelah
barat oleh kerak benua, sebelah selatan oleh kerak benua dan samudra
berumur Kapur yang timbul selama umur Tersier (Pulunggono, 1985;
Ponto dkk, 1988). Sejak awal Tersier, lempeng ini menunjam ke selatan
dan mereda pada Oligosen (Ponto dkk, 1988).
Pengendapan
Tipe pengendapan pada half-graben ini dimulai dari pengisian bahan
klastik yang berasal dari punggungan half-graben ini, dimana terkadang
half-graben ini diisi oleh danau air tawar (Bishop, 1988; Wicaksono and
others, 1992). Sedimen yang tererosi dari pengangkatan lempeng
Sunda mengisi cekungan ini dari utara. Ketika pengisian ini masih
berlanjut, cekungan ini berkembang semakin besar dan pengisian
berubah menjadi fase late-rift dan fase post-rift. Klastik yang berasal dari
endapan pantai dan endapan delta dari daratan sunda mengelilingi dan
mengisi cekungan lakustrin half-graben ini (Ponto dkk, 1988;
Sudarmono dkk, 1997).
Pada akhir Oligosen, terjadi kenaikan muka air laut. Ini menyebabkan
endapan laut dan endapan delta terakumulasi (Ponto dkk, 1988). Pada
Cekungan Ardjuna dan Cekungan Jatibarang, berkembang endapan
batubara yang tebal (Gordon, 1985; Ponto dkk, 1988). Fasies laut
dangkal juga terjadi di Cekungan Vera yang awalnya terpisah dengan
Cekungan Ardjuna.
Pada awal Miosen, terjadi kenaikan muka air laut di Cekungan Jawa
Barat Utara, ini menyebabkan terendapkannya terumbu sehingga
batuan karbonat mengisi cekungan ini. Terjadi juga pemekaran laut yang
menyebabkan terendapnya serpih marin yang diduga berfungsi sebagai
seal pada perangkap hidrokarbon.
Cekungan Jawa Barat Utara terdiri dari dua area, yaitu laut (offshore) di
Utara dan darat (onshore) di Selatan (Darman dan Sidi, 2000). Seluruh
area didominasi oleh patahan ekstensional (extensional faulting) dengan
sangat minim struktur kompresional. Cekungan didominasi oleh rift yang
berhubungan dengan patahan yang membentuk beberapa struktur
deposenter (half graben), antara lain deposenter utamanya yaitu Sub-
Cekungan Arjuna dan Sub-Cekungan Jatibarang, juga deposenter yang
lain seperti : Sub-Cekungan Ciputat, Sub-Cekungan Pasirputih.
Deposenter-deposenter itu didominasi oleh sikuen Tersier dengan
ketebalan melebihi 5500 m.
Struktur yang penting pada cekungan tersebut yaitu terdiri dari
bermacam-macam area tinggian yang berhubungan dengan antiklin
yang terpatahkan dan blok tinggian (horst block), lipatan pada bagian
yang turun pada patahan utama, keystone folding dan mengena pada
tinggian batuan dasar. Struktur kompresional hanya terjadi pada awal
pembentukan rift pertama yang berarah relative barat laut-tenggara
pada periode Paleogen. Sesar ini akan aktif kembali pada Oligosen.
Tektonik Jawa Barat dibagi menjadi tiga fase tektonik yang dimulai dari
Pra Tersier hingga Plio-Pliostosen. Fase tektonik tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tektonik Pertama
Pada zaman Akhir Kapur awal Tersier, Jawa Barat Utara dapat
dilkasifikasikan sebagai Fore Arc Basin dengan dijumpainya orientasi
struktural mulai dari Cileutuh, Sub Cekungan Bogor, Jatibarang,
Cekungan Muriah dan Cekungan Florence Barat yang mengindikasikan
kontrol Meratus Trend. Periode Paleogen (Eosen-Oligosen) di kenal
sebagaiPaleogen Extensional Rifting. Pada periode ini terjadi sesar
geser mendatar menganan utama krataon Sunda akibat dari peristiwa
tumbukan Lempeng Hindia dengan Lempeng Eurasia. Sesar-sesar ini
mengawali pembentukan cekungan-cekungan Tersier di Indonesia
Bagian Barat dan membentuk Cekungan Jawa Barat Utara sebagai pull
apart basin.
2. Tektonik kedua
3. Tektonik Terakhir
C. Stratigrafi Regional
Stratigrafi umum Jawa Barat Utara berturut-turut dari tua ke muda
adalah sebagai berikut:
1. Batuan Dasar
2. Formasi Jatibarang
4. Formasi Baturaja
a) Massive
b) Main
c) Pre Parigi
6. Formasi Parigi
7. Formasi Cisubuh
D. Sedimentasi Cekungan