Anda di halaman 1dari 9

•Pengertian

Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok


utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang
telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk".

•Proses Pembetukan Batuan Metamorf

Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang disebabkan oleh
proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah proses pengubahan batuan akibat
adanya perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas,
bahkan bisa merupakan variasi dari ketiganya (tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia).
Proses metamorfosa sendiri sebenarnya merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya
penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa. Adapun
temperatur yang berkisar biasanya antara 200oC – 800oC, tanpa melalui fase cair.

Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses metamorfosa tersebut sehingga
mengakibatkan  proses terbentuknya batuan metamorf, antara lain:

1. Perubahan Tempetur

Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab, seperti adanya pemanasan
akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient geothermal. Adapun panas dalam skala kecil
juga dapat terjadi akibat adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu
massa batuan. Pada batuan silikat misalnya, batas bawah terjadinya metamorfosa umumnya
berkisar pada suhu 150oC ± 50oC. Hal ini ditandai dengan munculnya mineral-mineral Mg,
yaitu carpholite, glaucophane, lawsonite, paragonite, prehnite maupun slitpnomelane.
Sedangkan untuk batas atasnya berkisar pada suhu 650oC – 1100oC, tepatnya sebelum proses
pelelehan dan tergantung pula pada jenis jenis batuan asalnya.

2. Perubahan Tekanan

Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa pada dasarnya bervariasi.
Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaannya,
di mana besarnya beberapa bar saja. Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu
kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
3. Aktivitas Kimiawi

Ativitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa. Hal ini dikarenakan memang fluida
aktif memiliki banyak peran, yaitu air, karbon dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik.
Pada umumnya, fluida dan gas tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki
sifat untuk membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis.

•Mineral-Mineral Penyusun Batuan Metamorf

Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

- Lepidoblastik : terdiri dari mineral – mineral tubular/pipih, misalnya mineral


mika (muskovit/ biotit)
- Nematoblastik : terdiri dari mineral – mineral prismatik, misalnya mineral
plagioklas, K-feldspar, piroksen
- Granoblastik : terdiri dari mineral – mineral granular dengan batas – batas
sutura(tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya mineral kuarsa
- Tekstur Homeoblastik: bila terdiri dari 1 tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja
- Tekstur Heteroblastik : bila terdiri lebih dari 1 tekstur, misalnya lepidoblastik dengan
granoblastik
•Jenis-Jenis Metamorfosa Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan jenis batuan yang mengalami proses metamormofis atau
metamorfosa. Proses metamorfosis batuan sendiri terdiri dari tiga macam, yakni
metamorfosis termal, metamorfosis dinamo, dan juga metamorfosis, regional. Berikut adalah
pengertian dari jenis – jenis metamorfosa batuan metamorf :

1. Metamorfosis Termal

Metamorfosis termal ini juga disebut dengan metamorfosis sentuh, dimana


metamorfosis jenis ini merupakan metamorfosis yang terjadi saat batu- batuan mengalami
sentuhan oleh magma panas di sekitar  dapur magma atau tubuh batuan intrusive. Contoh dari
metamorfosis termal atau sentuh ini adalah batu gamping yang berubah menjadi batu
marmer.

2. Metamorfosis Dinamo

Jenis dari metamorfosis yang selanjutnya adalah metamorfosis dinamo atau yang juga
sering disebut dengan metamorfosis tekanan. Metamorfosis jenis ini merupakan
metamorfosis yang terjadi dimana ada batuan yang terkena tekanan yang berasal dari
peristiwa tetonik (pada kulit bumi hanya terjadi di bagian atas) sehingga akan mengalami
metamorfosis. Contoh dari metamorfosis jenis ini adalah pada bidang patahan akan terbentuk
sebuah cermin gesekan atau tepung milonit.

3. Metamorfosis Regional

Jenis metamorfosis selanjutnya adalah metamorfosis regional. Metamorfisi regional


juga dikenal dengan nama metamorfosis dinamik. Metamorfosis regional merupakan
metamorfosis yang mengenai daerah sangat luas yang terjadi di bagian bawah kerak bumi
akibat dari tekanan seluruh terbentuk yakni skis, mika, filit, dan gneiss. Batuan dapat
mengalami metamorfosis hanya dengan atau apabila berada di kedalaman besar di bawah
permukaan bumi, mengalami suhu yang tinggi, dan juga mengalami tekanan yang besar yang
disebabkan oleh berat yang sangat besar dari lapisan- lapisan batuan yang berada di atasnya
dan akan mengganggu struktur bumi. Metamorfosis regional ini cenderung membuat batuan
menjadi lebih keras, dan pada saat yang bersamaan menyebabkan terbentuknya tekstur
foliasi, skistos, atau gneiss yang etrdiri dari susunan palanar mineral. Sehingga memnyebakan
mineral- mineral lempeng atau prismatik seperti halnya mika dan hornblende memiliki
sumbu- sumbu terpanjang yang bentuknya sejajar satu sama lain. Ciri utaman dari batuan
metamorf yang mengalami metamorfosis jenis ini adalah adanya warna yang mengkilat dan
juga tidak berfosil.

4. Metamorfosis Kataklastik

Selanjutnya ada jenis metamorfosis kataklastik. Metamorfosis kataklastik ini terjadi


sebagai akibat drai deformasi mekanis, seperti contoh ketika dua tubuh batuan bergeser
melewati satu dengan lainnya sepanjang zona sesar. Gesekan yang terjadi di sepanjang zona
geser akan menghasilkan panas, dan batuan terdeformasi secara mekanik. Batuan tersebut
kemudian hancur dan tertumbuk akibat pergeseran tersebut. Metamorfosis jenis ini tidak
umum terjadi terbatas zona sempit dimana sesar mendatar akan terjadi.

5. Metamorfosis Hidrotermal

Selanjutnya ada metamorfosis hidrotermal. Metamorfosis hidrotermal  terjadi ketika


ada batuan yang terubah pada suhu tinggi dan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal. Hal
tesebut berarti bahwa batuan tersebut sedang mengalami metamorfosis hidritermal. Hal ini
biasa terjadi dalam tbatuan basaltik yang pada umumnya kekurangan mineral- mineral hidrat.
Metamorfosis hidrotermal ini menyebabkan alterasi menjadi mineral- mineral hidray yang
kaya akan Mg – Fe seperti talk, klorit, serpenting, aktinolit, tremolit, zeolit, dan juga mineral
lempung endapan kaya bijih juga seringkali terbentuk sebagai akibat dari metamorfosis
hidrotermal.

6. Metamorfosis Tindihan

Selanjutnya ada jenis metamorfosis lagi yakni metamorfosis tindihan.metamorfosis


tindihan akan terjadi ketika batuan sedimen terkubur hingga kedalaman beberapa ratus meter,
dan suhu yang lebih besar dari 300 derajat celcius dapat berkembang dengan tanpa adanya
stres diferensial. Mineral baru tumbuh, namun batuan tidak tampak sedag bermetamorfosis,
mineral utama yang biasanya dihasilkan dari proses ini adalah zeolit. Metamorfosis tindihan
ini merupakan metamorfosis tindihan tumpang tindih dengan diagnesis sampai denganbatas
tertentu. dan metamorfosis inilah yang dapat berubah menjadi metamorfosis regional seiring
dengan meningkatnya suhu dan juga tekanan.
Itulah beberapa jenis dari proses metamorfosis yang dapat terjadi pada batuan
metamorf. Proses metamorfosis yang terjadi pada batu ini terjadi karena alami dan tejadi
karena proses alam. Proses metamorfosis yang terjadi pada batuan ini tejadi karena proses
alam yang melibatkan elemen- elemen tertentu seperti air, angin, suhu udara, cahaya
matahari, dan lain sebagainya. Semua yang terlibat di dalam proses metamorfosin batu ini
merupakan bahan- bahan alami atau yang dapat ditemukan dalam alam dan tidak dapat dibuat
oleh manusia.

Proses metamorfosis sendiri membutuhkan waktu yang tidak sebenta. Untuk dapat
berubah menjadi batu yang bagus dan batu yang sempurna, proses metamorfosis sendiri
memerlukan keadaan yang mendukung, termasuk juga keadaan lingkungan sekitar dan juga
waktu yang menunjang. Waktu yang dibutuhkan pun ada yang tergolong lama dan bahkan
tergolong sangat lama. Tanpa sepengetahuan manusia, batu- batu tersebut sudah ada dan kita
senidiri tidak menyadarinya. Inilah yang dinamakan oleh proses alam.
•Klasifikasi Penamaan Batuan Metamorf Menurut O’dun & Sill, 1986

•Macam – Macam Batuan Metamorf


Dalam beberapa kasus, panas yang berasal dari dalam bumi bisa sedikit melelehkan
batuan dalam sebuah proses yang disebut "metamorfosis kontak". Ada dua jenis batuan
metamorf apabila ditinjau dari teksturnya, yaitu:
1. Batuan Metamorf Foliated (Foliasi)
2. Batuan Metamorf Non-Foliated (tidak berfoliasi)

Batuan metamorf foliasi pada umumnya menunjukan kesan perlapisan


(banded) maupun penjajaran mineral. Bentuk banded ataupun penjajaran mineral ini
terbentuk akibat paparan panas dan tekanan terarah (directed pressure). Contoh batuan
metamorf jenis foliasi adalah genes (gneiss), filit, sekis, batu sabak (slate), dan lain-lain.
- Batu Sekis
merupakan contoh batuan metamorf dengan perkembangan foliasi sangat baik
(sempurna). Sekis sering mengandung sejumlah besar mika. Sekis memiliki tingkat
metamorfisme antara filit dan gneiss. 
- Batu Gneiss(Genes)
adalah contoh batuan metamorf foliasi yang memiliki teksur banded dan kesan
penjajaran butiran mineral. Gneiss utamanya tersusun atas mineral kuarsa maupun
feldspar. Gneiss pada umumnya merupakan metamorfisme dari granit atapun
granodiorit. 
- Slate / Batu Sabak
Merupakan batuan metamorf yang terbentuk melalui proses metamorfosis shale.
Apabila dibandingkan dengan batuan metamorf sebelumnya, batu slate tergolong
memiliki kualitas yang rendah. Batu ini biasanya digunakan untuk ornamen-ornamen
rumah.
- Batu Phyllite / Filit
Merupakan batuan metamorf yang terdiri dari mika halus. Permukaan batu ini
biasanya terlihat sangat berkilau meskipun terkadang keriput. Batu ini berada dalam
kelas antara batu sekis dan batu tulis.
Sedangkan batuan metamorf non-foliasi tidak menunjukan kesan penjajaran mineral
maupun banded. Contoh batuan metamorf jenis non-foliasi adalah hornfels, kuarsit,
novaculite, amfibolit, serta masih banyak lagi lainnya.
- Batu Kuarsit
Merupakan batuan metamorf yang terbentuk dari proses metamorfosis batu pasir.
Komposisi utama yang dimiliki oleh batu kuarsit adalah mineral kuarsa.
- Batu Amfibolit
merupakan contoh batuan metamorf non-foliasi yang terbentuk akibat rekristalisasi
mineral pada kondisi viskositas tinggi serta tekanan terarah. Amfibolit terutama
berkomposisi hornblende (amphibole) dan plagioklas.
- Batu Sabun (soapstone)
Adalah batuan metamorf yang memiliki komposisi berupa klorit, talk, mika, karbonat,
pyroxenes, dan amphiboles. Dengan komposisi tersebut, batu sabun bersifat lembut
dan tahan panas.
- Batu Pualam / Novaculite
Memiliki bentuk yang padat, halus, keras, dan mengandung silika di dalamnya. Hal
ini karena batu novaculite terbentuk dari proses batuan sedimen yang diendapkan di
lingkungan laut oleh organisme seperti ganggang bersel satu.

Anda mungkin juga menyukai