Anda di halaman 1dari 32

ASISTENSI BATUAN

METAMORF

ASISTEN PETROLOGI
2014
• Batuan metamorf adalah
batuan yang dihasilkan dari
proses metamorfisme
sebagai akibat kenaikan
suhu atau tekanan yang
terjadi pada batuan beku,
batuan sedimen, maupun
batuan metamorf sendiri.
Proses metamorfosa yang dialami oleh suatu
batuan, ditunjukan dengan adanya perubahan
komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan
yang terjadi pada fase padat (solid state) tanpa
melalui fase cair, akibat adanya perubahan
temperatur (T) (200oC - 650oC), tekanan (P) yang
tinggi (1 atm < P < 10.000 atm) dari kondisi kimia di
kerak bumi (pada kedalaman 3-20 km) (Blatt dkk,
1982).
Proses Metamorfisme batu lempung menjadi batu sabak/slate.

Mengalami
metamorfisme

batu lempung
batu sabak/slate
Winkler (1989) menyatakan bahwa sebenarnya
proses-proses metamorfisme itu mengubah
mineral- mineral suatu batuan pada fase padat
karena pengaruh atau respons terhadap kondisi
fisika dan kimia di dalam kerak bumi yang berbeda
dengan kondisi sebelumnya, proses-proses tersebut
tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Jackson (1970) mengemukakan bahwa selama terjadinya
metamorfosa komposisi kimia batuan dapat mengalami
perubahan ataupun tetap sehingga metamorfosa dapat
dibedakan menjadi:
• Metamorfosa isokimia (sistem tertutup), yaitu
metamorfosa yang tidak melibatkan atau hanya sedikit
melibatkan perubahan komposisi kimia batuan.
• Metamorfosa allokimia (sistem terbuka), yaitu
metamorfosa yang melibatkan perubahan komposisi kimia
batuan secara nyata, tipe metamorfosa ini serimg disebut
juga sebagai metasomatisme .
Berdasarkan tingkat malihannya, batuan metamorf dibagi menjadi dua
yaitu metamorfosa tingkat rendah (low – grade metamorf) dan
metamorfosa tingkat tinggi (high – grade metamorf)
AGEN ATAU MEDIA PENYEBAP METAMORFISME
Panas
Panas merupakan agen metamorfisme yang sangat penting. Batuan yang terbentuk dekat
permukaan bumi akan mengalami perubahan kalau mengalami pemanasan yang tinggi pada
waktu diterobos oleh magma. Apabila panas magma tidak terlalu tinggi, proses
metamorfisme tidak terjadi. Pada keadaan yang demikian hanya akan terjadi proses
pembakaran pada batuan yang diterobos yang disebut backing effect.
Seperti diketahui bahwa temperatur akan meningkat dengan meningkatnya kedalaman
(gradient geothermal). Pada kerak bumi bagian atas rata-rata kenaikan temperatur
sekitar 300C per kilometer. Batuan dekat permukaan bumi juga dapat mengalami
pemindahan tempat ke tempat yang lebih dalam. Proses ini terjadi pada pertemuan
lempeng-lempeng tektonik yang konvergen, yaitu pada zona subduksi.
Proses perubahan mineral juga terjadi pada mineral penyusun batuan, yang kestabilannya
berubah karena perubahan kedalaman. Contohnya, mineral lempung menjadi tidak stabil
pada kedalaman hanya beberapa kilometer, dan akan mengalami rekristalisasi menjadi
mineral yang lebih stabil pada kondisi lingkungannya yang baru. Mineral lain yang
umumnya dijumpai pada batuan kristalin dan stabil pada kondisi temperatur dan tekanan
yang lebih tinggi, akan mengalami proses metamorfisme pada kedalaman sekitar 30
kilometer.
Tekanan
Tekanan seperti halnya temperatur akan meningkat dengan
meningkatnya kedalaman. Tekanan ini, seperti tekanan gas,
akan sama besarnya ke segala arah. Tekanan yang terdapat
di dalam bumi ini merupakan tekanan tambahan dari
tekanan pada batuan oleh pembebanan batuan di atasnya.
Pada keadaan ini batuan akan mengalami penekanan yang
berarah, dan pemerasan. Batuan pada tempat yang dalam
akan menjadi plastis pada waktu mengalami deformasi.
Sebaliknya pada tempat yang dekat dengan bumi, batuan
akan mengalami keretakan pada waktu mengalami
deformasi. Hasilnya batuan yang bersifat rapuh akan hancur
dan menjadi material yang lebih halus.
Cairan kimia aktif
Larutan kimia aktif, umumnya adalah air yang
mengandung ion-ion terlarut, juga dapat menyebabkan
terjadinya proses metamorfisme. Perubahan mineral
yang dilakukan oleh air yang kaya mineral dan panas,
telah banyak dipelajari di beberapa daerah gunung
berapi. Di sepanjang pematang pegunungan lantai dasar
samudera, sirkulasi air laut pada batuan masih panas
mengubah mineral pada batuan beku basalt yang
berwarna gelap menjadi mineral-mineral metamorf
seperti serpentin dan talk.
Tipe Metamorfisme
Berdasarkan tatanan geologi atau berdasarkan sejarah pembentukannya/penyebabnya,
batuan metamorf dapat dibedakan menjadi:

1. Metamorfisme Lokal
Metamorfosa lokal merupakan proses metamorfosa yang terjadi pada daerah yang
sempit berkisar antara beberapa meter hingga kilometer saja. Jenis metamorf dapat
dibedakan menjadi:

• Metamorfisme Kontak/Termal
•Pirometamorfosa/Metamorfosa Optalic/J.Kaustik/Therrnal
•Metamorfosa Dislokasi/Katakiastiki/Dinamo
•Metamorfosa Hidrothermal/Metasomatisme
•Metamorfosa Impact
•Metamorfosa Retrograde/Diaropteris
2. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional atau disebut juga
metamorfosa dinamothemal terjadi pada kulit
bumi bagian dalam, merupakan metamorfosa
yang terjadi pada daerah yang sangat luas,
dan lebih intensif bilamana diikuti juga oleh
orogenesa. Metamorfosa ini dapat di bedakan
menjadi metamorfosa orogenik, burial dan
dasar samudera (ocean- floor).
DESKRIPSI BATUAN METAMORF
Deskripsi batuan metamorf tidak jauh
berbeda dengan jenis batuan lain yaitu
didasarkan pada warna, tekstur, struktur
dan komposisinya. Namun untuk batuan
metamorf ini mempunyai kekhasan dalam
penentuannya yaitu pertama-tama
dilakukan tinjauan apakah termasuk
dalam struktur foliasi (ada penjajaran
mineral) atau non foliasi (tanpa penjajaran
mineral)
STRUKTUR BATUAN METAMORF
Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan kenampakan
struktur planar pada suatu massa batuan (Butcher
dan Fey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena
adanya penjajaran mineral-mineral menjadi
lapisan-lapisan, orientasi butiran (schistosity),
permukaan belahan planar (cleavage) atau
kombinasi dari ketiga hal tersebut. Struktur foliasi
yang umum ditemukan adalah :
1.Struktur Slaytycleavage.
Struktur ini umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir
sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-
bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar,
Batuannya disebut slate (batusabak),

a
2. Struktur Filitik (Phylitic)
Struktur ini hampir sama dengan struktur slatycleveage tetapi terlihat
rekristalisasi yang lebih kasar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih
dengan mineral granular. Derajat metamorfosa lebih tinggi dari slate
(batusabak), dimana daun-daun mika dan khlorit sudah cukup besar, berkilap
sutera pada pecahan-pecahannya. Batuannya disebut phyllite (filit),

a
3. Struktur Skistosa (schistosity)
Struktur ini terbentuk oleh adanya susunan pararel mineral-mineral pipih,
prismatik atau lentikular yang (umumnya mica atau chlorite) yang berukuran
butir sedang sampai kasar. Struktur ini biasanya dihasilkan oleh proses
metamorfosa regional, sangat khas adalah kepingan-kepingan yang jelas dari
mineral-mineral pipih seperti mika, talk, klorit dan mineral-mineral yang
bersifat serabut. Derajat metamorfosa lebih tinggi dari fillit, karena mulai
adanya mineral-mineral lain di samping mika. Batuannya di sebut schist (sekis),
4. Struktur Gnesosa (Gneissic).
Struktur ini terbentuk oleh adanya perselingan lapisan penjajaran mineral yang
mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granular
(misainya feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau prismatic
(misalnya mineral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini umumnya tidak
menerus, melainkan terputus-putus. Terdiri dari mineral-mineral yang
mengingatkan pada batuan beku seperti kuarsa, feldspar dan mafik mineral.
Struktur ini mempunyai sifat banded dan mewakiii metamorfosa regional
derajat tinggi. Batuannya disebut gneis
a
Struktur non Foliasi
Struktur non foliasi terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan
umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi umumnya
di jumpai antara lain :

1. Hornfelsic/Granalose.
Struktur ini terbentuk oleh mozaik mineral-mineral equidimensional
dan equigranular dan umumya berbentuk poligonal, terbentuk pada
bagian dalam daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Umumnya
merupakan rekristalisasi batuan asal, tidak ada foliasi tetapi batuan
halus dan padat. Batuannya disebut Hornfels (batutanduk).
2. Mylonitic
Struktur ini juga dihasilkan oeh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik.
Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakkan goresan-
goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batuannya disebut
mylonite (milonit). Dan karena adanya penghancuran batuan asal yang mengalami
metamorfosa dinamo, batuan berbutir halus dan liniasinya ditunjukkan dengan adanya
orientasi mineral yang berbentuk rentikuler terkadang masih menyimpan lensa batuan
asalnya.
3. Cataclastic.
Struktur ini memperlihatkan adanya penghancuran terhadap batuan asal. Struktur ini hampir
sama dengan struktur milonit hanya butiran yang lebih besar/kasar umumnya membentuk
kenampakan breaksiasi. Batuan ini disebut cataclasite (kataklasit).
4. Phyllonitic.
Struktur ini memperlihatkan liniasi dari belahan permukaan yang berbentuk paralel dan
butiran mineralnya lebih kasar dibanding struktur milonitik, malah mendekati tipe struktur
filit.
Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur pada batuan metamorf merupakan kenampakan yang didasarkan
pada ukuran, bentuk dan orientasi butir mineral individual penyusun batuan
metamorf.
Tekstur yang berkembang selama proses metamorfisme secara tipikal
penamaannya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastic yang
ditambahkan pada istilah dasamya. Contohnya, batuan metamorf yang
berkomposisi kristal-kristal berukuran seragam disebut granoblastik. Secara
umum satu atau lebih mineral yang hadir berbeda lebih besar dari rata-rata;
kristal yang lebih besar tersebut dinamakan porphiroblast. Porphiroblast dalam
pemeriksaan sekilas, mungkin membingungkan dengan fenokris (pada batuan
beku), tetapi biasanya mereka dapat dibedakan dari sifat mineraloginya dan
foliasi alami yang umum dari matrik. Tekstur pada batuan metamorf,
berdasarkan ketahanan terhadap proses metamorfosa terdiri dari:
a. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur kristaloblastik merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab
proses metamorfosa itu sendiri. Tekstur batuan metamorf sudah mengalami rekristalisasi
sehingga tekstur asalnya tidak tampak lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama
sekali baru. Dalam penamaannya menggunakan akhiran kata - blastik.
a.Tekstur porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik pada batuan beku, hanya kristal
besarnya di sebut porfiroblast.
b.Tekstur Granoblastik: apabila mineral penyusunnya berbentuk granular,
equidimensional, batas mineralnya bersifat sutured (tidak teratur) dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.
c.Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang didominasi oleh mineral-mineral pipih dan
memperlihatkan orientasi sejajar seperti mineral-mineral biotit, muscovit dan
sebagainya.
d.Tekstur Nematoblastik: apabila mineral penyusunnya berbentuk prismatik yang sejajar
dan terarah.
e.Tekstur Idioblastik: apabila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk euhedral.
f.Tekstur Xenoblastik: apabila mineralnya didominasi oleh kristal berbentuk anhedral.
b. Tekstur Palimsest/Relict/Sisa
Tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstu
batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Dalam penamaannya
menggunakan awalan kata blasto. Contohnya blastoporfiritik yaitu batuan metamorf yang
tekstur porifiritik batuan beku asainya masih bisa dikenali. Batuan yang mempunyai kondisi
seperti ini disebut batuan metabeku atau metasedimen. Tekstur ini meliputi:
•Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.
•Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya lebih besar dari pasir.
•Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya sama
dengan pasir.
•Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang ukuran
butirnya lempung.
Komposisi Mineral Batuan Metamorf

Secara khusus mineral penyusun batuan metamorf dikelompokkan menjadi dua yaitu : (1)
mineral stress dan (2) mineral anti stress. Mineral stress adalah mineral yang stabil
dalam kondisi tekanan, dapat berbentuk pipih/tabular, prismatik dan tegak lurus
terhadap arah gaya/stress yang meliputi: mika, tremolit-aktinolit, hornblende,
serpentin, silimanit, kianit, seolit, glaukopan, klorit, epidot, staurolit, dan antolit.
Sedangkan mineral anti stress adalah mineral yang terbentuk dalam kondisi tekanan,
biasanya berbantuk equidimensional, meliputi: kuarsa, feldspar, garnet, kalsit, dan
kordierit.
Selain mineral stress dan anti stress ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan
metamorf antara lain:
• Mineral - mineral yang khas pada metamorfosa regional seperti : silimanit, kyanit,
andalusit, staurolit, dan talk.
• Mineral - mineral yang khas pada metamorfosa termal seperti : garnet, grafit dan
korundum.
• Mineral - mineral khas yang dihasilkan dari efek larutan kimia, seperti epidot,
wolastonit dan klorit.
Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf
Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sistematilk seperti
penamaan batuan beku atau batuan sedimen. Nama batuan
metamorf terutama didasarkan pada kenampakkan tekstur dan
struktur (Tabel 1.2). Nama yang umum sering dimodifikasi oleh
awalan yang menunjukkan kenampakkan nyata atau aspek panting
dari tekstur (contoh gneis augen), satu atau lebih mineral yang ada
(contoh skis kiorit), atau nama dari batuan beku yang mempunyai
kornposisi sama (contoh gneis granit). Beberapa nama batuan yang
didasarkan pada dominasi mineral (contoh metakuarsit) atau
berhubungan dengan facies metamorfik yang dipunyai batuan
(contoh granulit).
Jenis batuan metamorf lain penamaannya hanya berdasarkan
pada komposisi mineral seperti:
A.Marmer: tersusun dari kalsium karbonat (kalsit atau
dolomite); secara tipikal bertekstur granoblastik,
bersifat padat, kompak dan tanpa foliasi.
B. Kuarsit: batuan metamorf bertekstur granoblastik dengan
komposisi utama adalah kuarsa, dibentuk ketika batupasir atau
chert/rijang mendapat tekanan dan temperatur yang tinggi.
C. Amphibolit: batuan yang berbutir sedang
sampai kasar komposisi utamanya adalah
ampibol (biasanya hornblende) dan plagioklas.
D. Eklogit : batuan yang berbutir sedang komposisi utama
adalah piroksin klino ompasit tanpa plagioklas feldspar
(sodium dan diopsit kaya almunium) dan garnet kaya pyrot.
Eklogit mempunyai komposisi kimia seperti basalt, tetapi
mengandung fase yang lebih berat. Beberapa eklogit
berasal dari batuan beku.
Klasifikasi Batuan Metamorf (O’Dunn dan Sill, 1986).
Aspek Ekonomis Batuan Metamorf

a.Endapan mesotermal atau lode-gold merupakan salah satu tipe endapan hidrotermal
yang terbentuk pada lingkungan batuan metamorf. Endapan ini dicirikan oleh adanya
urat-urat kuarsa emas yang terdapat di sekitar batuan metamorfik. Lode-gold dan
endapan emas jenis urat ini merupakan bentuk dari model endapan bijih yang berada
pada suatu sabuk metamorfik yang secara umum pada seri sabuk fasies bertekanan
rendah.
b.Beberapa jenis batuan metamorf banyak digunakan untuk keperluan ekonomis seperti
marmer yang dipergunakan untuk tegel, pelapis dinding, dan lain-lain.
c.Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf banyak dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan seperti mika, yang digunakan untuk pembuatan bahan elektronik,
garnet yang dimanfaatkan sebagai hiasan karena merupakan semi precious stone, dan
lain-lain.
Proses metasomatisme dapat menghasilkan endapan mineral logam yang dimanfaatkan
untuk keperluan industri seperti hematit, magnetit, spinel, pirit, kalkopirit, galena dan lain-
lain.
1. KUMPUL CATATAN RINGKAS YANG
SDR/I CATAT PADA SAAT ASISTENSI.
DALAM WAKTU 5 MENIT

Anda mungkin juga menyukai