Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bumi adalah planet dalam tata surya yang bisa dihuni oleh manusia,
tanaman dan tumbuhan. Bumi terdiri dari tiga unsur yang sangat berpengaruh
bagi penduduknya. Tiga unsur tersebut adalah tanah, air, dan udara. Tanah
menjadi komponen penting bagi manusia dalam pelaksanaan kehidupannya.
Tanah memiliki senyawa tertentu yang bermanfaat bagi manusia.
Senyawa tanah bisa saja berbentuk seperti batu, humus, dan pasir. Batu
adalah komponen yang memiliki struktur kompleks dan menarik dipelajari.
Salah satu batuan yang sering ditemui adalah batuan metamorf. Batuan
metamorf dalam pembentukannya mengalami proses metamorfisme. Proses ini
ada dalam fase padat namun tidak melewati fase cair. Temperatur yang
dibutuhkan sekitar 200 derajat Celcius sampai 6500 derajat Celcius. Tanpa
adanya proses metaformisme, batuan ini tidak bisa terbentuk.
B. Tujuan dan manfaat
1. Tujuan
a. Tujuan dari melakukan pratikum ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis
batuan metamorf
b. Untuk mengetahui jenis batuan, struktur,tekstur, komposisi mineral, dan
ganesa dari batuan metamorf
2. Manfaat
Dengan melakukan pratikum ini kita bisa mengetahui jenis-jenis
batuan metamorf dan bisa mendeskripsikan batuan metamorf , sehingga kita
lebih mudah membedakan batuan metamorf
C. Alat dan bahan
1. Sample batuan metamorf
2. Lembar deskripsi batuan metamorf
2

BAB II
DASAR TEORI

A. Pengertian Batuan Metamorf


Batuan metamorf atau batuan malihan ini merupakan sekelompok
batuan yang merupakan hasil dari ubahan atau transformasi dari suatu tipe
batuan yang sudah ada sebelumnya oleh suatu proses yang disebut dengan
metamorfosis atau mengalami perubahan bentuk.Batuan metamorf ini
mempunyai kegunaan sangat penting bagi manuasia. Melalui penelitian yang
dilakukan pada batuan metamorf ini dapat diperoleh informasi yang sangat
penting mengenai suhu dan juga tekanan yang terjadi jauh di dalam permukaan
bumi. Namun saat ini batuan metamorf telah banyak yang tersingkap di
permukaan bumi dikarenakan adanya erosi tanah dan juga pengangkatan.
B. Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Proses terbentuknya batuan metamorf karena adanya perubahan yang
disebabkan oleh proses metamorfosa. Proses metamorfosa adalah sebuah
proses pengubahan batuan akibat adanya perubahan tekanan, temperatur, dan
adanya aktivitas kimia, baik fluida ataupun gas, bahkan bisa merupakan variasi
dari ketiganya (tekanan, temperatur, dan aktivitas kimia). Proses metamorfosa
sendiri sebenarnya merupakan proses isokimia, di mana tidak adanya
penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa.
Adapun temperatur yang berkisar biasanya antara 200oC – 800oC, tanpa
melalui fase cair.
Adapun tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadi proses
metamorfosa tersebut sehingga mengakibatkan  proses terbentuknya batuan
metamorf, antara lain:
1. Perubahan Temperatur
Perubahan temperatur dapat terjadi karena adanya beberapa sebab,
seperti adanya pemanasan akibat intrusi magmatik dan perubahan gradient
geothermal. Adapun panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat
adanya sebuah gesekan atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa
batuan. Pada batuan silikat misalnya, batas bawah terjadinya metamorfosa
3

umumnya berkisar pada suhu 150oC ± 50oC. Hal ini ditandai dengan
munculnya mineral-mineral Mg, yaitu carpholite, glaucophane, lawsonite,
paragonite, prehnite maupun slitpnomelane. Sedangkan untuk batas atasnya
berkisar pada suhu 650oC – 1100oC, tepatnya sebelum proses pelelehan dan
tergantung pula pada jenis jenis batuan asalnya
2. Perubahan Tekanan
Tekanan yang dapat menyebabkan terjadinya proses metamorfosa
pada dasarnya bervariasi. Proses metamorfosa akibat intrusi magmatik dapat
terjadi mendekati tekanan permukaannya, di mana besarnya beberapa bar
saja. Sedangkan proses metamorfosa yang terjadi pada suatu kompleks
ofiolit dapat terjadi dengan tekanan lebih dari 30-40 kBar.
3. Aktivitas Kimiawi
Aktivitas kimiawi fluida maupun gas yang berada pada jaringan
antara butir batuan, mempunyai peranan penting dalam proses metamorfosa.
Hal ini dikarenakan memang fluida aktif memiliki banyak peran, yaitu air,
karbon dioksida, asam hidroklorik, dan hidroflorik. Pada umumnya, fluida
dan gas tersebut berperan sebagai katalis atau solven, serta memiliki sifat
untuk membentuk reaksi kimia dan penyetimbang mekanis

Gambar 1. Keterbentukan Batuan Metamorf

C. Klasifikasi Batuan Metamorf


4

1. Warna
Warna batuan metamorf sangat bervariasi, tergantung kepada batuan
sebelumnya serta penyebab perubahannya, berdasarkan warnanya ada
beberapa batuan metamorf, yaitu :
a. Kwarsa, berwarna putih jernih atau putih susu, tidak memiliki belahan.
b. Mika, memiliki belahan, apabila berwarna puti diberi nama muskovit,
bila berwarna hitam diberi nama biotit.
c. Feldspar, memiliki belahan dengan ciri tertentu, bila belahannya tegak
lurus dan berwarna merah daging disebut ortoklas, sedangkan bila
belahannya seperti kristal kembar berwarna putih atau abu-abu disebut
plagioklas.
2. Jenis Batuan
a. Batuan Metamorf Kontak
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk
karena terjadinya kontak (interaksi) antara batuan asal dengan magma.
Tentunya dengan magma yang sangat panas akan terjadi peningkatan
suhu dan peningkatan tekanan sehingga dapat membuat batu tersebut
berubah menjadi batuan yang baru. Biasanya batuan yang terbentuk
melalui metamorfisme kontak memiliki ciri lebih keras, berkristal kasa,
dan kompak. Contohnya adalah perubahan batu kapur menjadi batu
marmer.
b. Batuan Metamorf Dinamo
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk
karena mengalami perubahan akibat tekanan tinggi dari tenaga endogen
dalam waktu yang lama. Biasanya terjadi pada batuan dengan massa
besar dan permukaan yang luas. Btuan yang mengalami tipe
metamorfisme ini cenderung lebih keras, berfoliasi, terdiri dari susunan
planar mineral yang sejajar. Contohnya adalah perubahan batu lumpur
menjadi batu tulis.

c. Batuan Metamorf Kataklastik


5

Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk


akibat deformasi mekanis. Contohnya ketika dua tubuh batuan bergeser
melewati satu sama lain sehingga terjadinya gesekan. Gesekan tersebut
akan menyebabkan peningkatan suhu sehingga tubuh batuan asal akan
berubah.
d. Batuan Metamorf Tindihan
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada
kedalaman beberapa ratus meter dari permukaan. Batuan ini terbentuk
pada daerah yang suhunya lebih besar dari 300 derajat celcius tanpa
adanya stress diferensial. Dikatakan batuan metamorf karena adanya
pembentukan mineral baru walaupun struktur batuan secara fisik tidak
mengalami perubahan.
e. Batuan Metamorf Hidrotermal
Batuan jenis ini merupakan batuan metamorf yang terbentuk pada
suhu tinggi dengan tekanan sedang akibat cairan hidrotermal. Seringkali
terjadi dalam batuan basalt yang kekurangan mineral hidrat.
f. Shock Metamorphism
Adalah batuan yang terbentuk karena adanya tekanan secara tiba-
tiba
3. Struktur Batuan Metamorf
a. Struktur Foliasi
Merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa. Foliasi
ini dapat terjadi karena adnya penjajaran mineral-mineral menjadi
lapisan-lapisan, orientasi butiran, permukaan belahan planar atau
kombinasi dari ketiga hal tersebut. Adapun struktur foliasi yang
ditemukan adalah
1) Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat
halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah
planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
2) Phylitic
6

Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi


terlihat rekristalisasi yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan
mineral pipih dengan mineral granular.
3) Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih,
prismatic atau lentikular (umumnya mika atau klorit) yang berukuran
butir sedang sampai kasar
4) Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral
yang mempunyai bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral
granuler (feldspar dan kuarsa) dengan mineral-mineral tabular atau
prismatic (mioneral ferromagnesium). Penjajaran mineral ini
umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus.
b. Struktur Non Foliasi
Terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan umumnya
terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum
dijumpai antara lain:
1) Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan
equigranular dan umumnya berbentuk polygonal.
2) Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral
berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi.
Struktur kataklastik ini terjadi akibat metamorfosa kataklastik.
3) Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada
metamorfosa kataklastik. Cirri struktur ini adalah mineralnya berbutir
halus, menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer.
4) Phylonitic
7

Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik


tetapi umumnya telah terjadi rekristalisasi.
4. Tekstur Batuan Metamorf
a. Bentuk Mineral
1) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal
itu sendiri.
2) Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan
kristal lain disekitarnya.
b. Ukuran Butir
1) Fanerit, bila butiran kristal masih dapat dilihat dengan mata.
2) Afanitit, bila ukuran butir kristal tidak dapat dilihat dengan mata.
c. Bentuk Kristal
1) Euhedral, bila kristal dibatasi oleh bidang permukaan bidang kristal
itu sendiri.
2) Subhedral, bila kristal dibatasi oleh sebagian bidang permukaannya
sendiri dan sebagian oleh bidang permukaan kristal disekitarnya.
3) Anhedral, bila kristal dibatasi seluruhnya oleh bidang permukaan
kristal lain disekitarnya.
5. Komposisi Mineral
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat berupa
mineral yang bersal dari batuan maupun dari mineral yang terbentuk akibat
proses metamorfisme sehingga dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
a. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan metamorf seperti
kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, piroksen, olivine, dan bijig besi.
b. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan metamorf
seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit, dan dolomite.
c. Mineral indeks batuan metamorf seperti gamet, andalusit, kianit,
silimanit, stautolit, kordiorit, epidot, dan klorit.
8

6. Nama Batuan
Penamaan batuan metamorf dalam laporan ini dilihat dari :
a. Kenampakan struktur dan teksturnya.
b. Ciri khusus batuan metamorf, misalnya keberadaan mineral pencirinya
contohnya sekis klorit atau nama batuan beku yang mempunyai
komposisi mineral yang sama contohnya granite gneiss.
c. Jenis mineral penyusun utamanya contoh kuarsit atau dapat pula
dinamakan berdasarkan fasies metamorfiknya misalnya granulit.
d. Batuan metamorf lain Amphibolit, Eclogit, Granulite, Serpentinite,
Marmer, Skarn, Soapstone, Rodingit.
9

BAB III
PEMBAHASAN

A. MT - 01
No Klasifikasi Deskripsi
1. Warna Kuning putih
2. Jenis batuan Metamorf Kontak
3. Struktur Nonfoliasi( kataklastik)
4. Tekstur
a. Bentuk mineral Subhedral
b. Ukuran butir Afanitit
c. Bentuk kristal Subhedral
5. Komposisi Mineral Kuara, Hornblende, Grafit
6. Nama Batuan Marmer
7. Ganesa Mengalami kristalisasi dari suhu dan
tekanan
8. Lingkungan Ekstrusif
9. Gambar

Batuan marmer ini merupakan salah satu jenis batuan metamorf atau
malihan, dimana proses terbentuknya batu marmer ini karena diakibatkan oleh
proses metamorfosis batu kapur atau batu gamping. Batu marmer seringkali
kita temukan sebagai batu yang menghiasi rumah, sebagai batu yang digunakan
untuk lantai, dinding, bahkan furniture seperti meja, bangku, dan lain
sebagainya.

B. MT - 02
No Klasifikasi Deskripsi
1. Warna Hitam
2. Jenis batuan Kontak
3. Struktur Foliasi(Phylitic)
10

4. Tekstur
a. Bentuk mineral Subhedral
b. Ukuran butir Afanitit
c. Bentuk kristal Subhedral
5. Komposisi Mineral Kuarsa, Klorit, sericit mica
6. Nama Batuan Batu Filit
7. Ganesa Terbentuk dari batu sabak yang
termetamorfosis
8. Lingkungan Ekstrusif
9. Gambar

Filit adalah tipe batuan metamorf berfoliasi yang terbuat dari batusabak
yang termetamorfosis lebih jauh dan menyebabkan mika putih berbutir sangat
halus menjadi memiliki orientasi tertentu. Filit memiliki komposisi utama
berupa kuarsa, serisit mika, dan klorit. Filit terdiri dari lapisan-lapisan mika
berbutir halus yang memiliki orientasi tertentu, sedang batusabak terdiri dari
lapisan - lapisan lempung yang sangat halus dengan orientasi tertentu, dan
sekis mempunyai lapisan lapisan yang tebal dengan orientasi tetentu.

C. MT - 03
No Klasifikasi Deskripsi
1. Warna Coklat
2. Jenis batuan Metamorf Kontak
3. Struktur Non-foliasi(dioblastik)
4. Tekstur
a. Bentuk mineral Anhedral
b. Ukuran butir Afanitik
11

c. Bentuk kristal Anhedral


5. Komposisi Mineral Kuarsa
6. Nama Batuan Kuarsit
7. Ganesa Batu pasir yang terkena suhu tinggi
8. Lingkungan Intrusif
9. Gambar

Batuan kuarsit adalah batuan metamorf non-foliasi yang keras, yang


merupakan hasil perubahan (metamorfisme) dari batupasir kuarsa. Batupasir
berubah menjadi kuarsit melalui pemanasan dan tekanan yang biasanya terkait
dengan kompresi tektonik dalam sabuk orogenik.

D. MT - 04
No Klasifikasi Deskripsi
1. Warna Hijau kebiruan
2. Jenis batuan Dinamo termal
3. Struktur Skistositic
4. Tekstur
a. Bentuk mineral Euhedral
b. Ukuran butir Fanerit
c. Bentuk kristal Euhedral
5. Komposisi Mineral Kuarsa, Biotit, Horblende, Muskopit,
Olivin
6. Nama Batuan Serpentinit
12

7. Ganesa Tebentuk pada saat mengalami


tekanan dan temperatur yang tinggi
8. Lingkungan Intrusif
9. Gambar

Serpentinit adalah batuan yang terdiri dari satu atau lebih mineral
kelompok serpentine. Mineral dalam kelompok ini dibentuk oleh
serpentinisasi, hidrasi dan transformasi metamorfik dari batuan ultrabasa yang
berasal dari mantel bumi. Alterasi mineral sangat penting di dasar laut pada
batas lempeng tektonik.
E. MT - 05
No Klasifikasi Deskripsi
1. Warna Hitam
2. Jenis batuan Metamorf Dinamo
3. Struktur Foliasi(Gneissic)
4. Tekstur
a. Bentuk mineral Anhedral
b. Ukuran butir Afanitit
c. Bentuk kristal Anhedral
5. Komposisi Mineral Kuarsa, Muskopit,
6. Nama Batuan Gneis
7. Ganesa terbentuk dari proses metamorfisme
regional atau metamorfisme dinamik
yang terjadi di batas lempeng konvergen
8. Lingkungan Intrusif
13

9. Gambar

Batuan gneiss atau genes terbentuk dari proses metamorfisme regional


atau metamorfisme dinamik yang terjadi di batas lempeng konvergen. Mineral
penyusun dalam batuan gneiss direkristalisasi dengan suhu atau temperatur dan
tekanan yang tinggi, oleh karena itu batuan gneiss dikategorikan sebagai
batuan metamorf berkualitas tinggi dan sulit pecah. Proses rekristalisasi dari
mineral penyusun ini menyebabkan ukuran mineral meningkat dan memisah
sehingga memberi kesan garis-garis.

F. MT - 06
No Klasifikasi Deskripsi
1. Warna Abu-abu Keemasan
2. Jenis batuan Metamorf Regional
3. Struktur Schistositic
4. Tekstur
a. Bentuk mineral Euhedral
b. Ukuran butir Fanerit
c. Bentuk kristal Euhedral
5. Komposisi Mineral Kuarsa, Klorit, Mika
6. Nama Batuan Sekis
7. Ganesa Terbentuk akibat adannya rekristalisasi
8. Lingkungan Intrusif
14

9. Gambar

Batuan ini terbentuk pada saat batuan sediment atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang
tinggi. Hampir dari semua jejak jejak asli batuan ( termasuk kandungan fosil)
dan bentuk bentuk struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks) menjadi
hilang akibat dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan rekristalisasi.
Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari mineral mineral
seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan sediment.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah salah satu kelompok
utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe
batuan yang telah ada sebelumnya. Batuan metamorf membentuk bagian yang
cukup besar dari kerak bumi dan diklasifikasikan berdasarkan tekstur, selain
juga oleh susunan mineral dan susunan kimianya (fasies metamorfik). Batuan
jenis ini dapat terbentuk secara mudah akibat berada dalam kedalaman tinggi,
mengalami suhu tinggi dan tekanan besar dari lapisan batuan di atasnya.
Mereka dapat terbentuk dari proses tektonik seperti tabrakan benua, yang
menyebabkan tekanan horisontal, gesekan dan distorsi. Mereka juga terbentuk
ketika batuan terpanaskan oleh intrusi dari batuan cair dan panas yang disebut
15

magma dari interior bumi. Studi tentang batuan metamorf ( yang sekarang
tersingkap di permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan
informasi tentang suhu dan tekanan yang terjadi pada kedalaman yang besar
dalam kerak bumi.
B. Saran
Sebelum melakukan pratikum mahasiwa diharapkan untuk memahami
terlebih dahulu materi tentang batuan meatamorf. Supaya pada saat
pendeskripsian batuan mahasiswa lebih mudah mendeskripsikan batuan
metamorf.

DAFTAR PUSTAKA

Sari Maya, 2016, 10 Maret. Batuan Metamorf : Pengertian, Jenis dan


Dampaknya (online)( https://ilmugeografi.com/geologi/batuan-
metamorf/ diakses pada tanggal 30 oktober 2019)

Setyobudi Prihatin Tri, 2012, 11 April. Struktur dan tekstur batuan metamorf
(online)( https://ptbudie.com/2012/04/11/struktur-dan-tekstur-batuan-
metamorf/ diakses pada tanggal 31 oktober 2019)

Aljauhari Bustomy Rifa, 2017, 6 November. Batuan Gneiss : Pengertian, Proses,


Jenis, Ciri, dan Fungsinya (online)( https://ilmugeografi.com/ilmu-
bumi/batuan-gneiss/ diakses pada tanggal 31 oktober 2019)
16

Anda mungkin juga menyukai