Anda di halaman 1dari 12

BATUAN METAMORF

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Geologi

Dosen Pembimbing Wahyu Tyas Pramono, S.Si, M.Sc

Di susun oleh

Nama : Chahya Ramadhanti Amalia Ilmana

Nim : 190721637735

Offering :A

Hari/Jam : Kamis/ 4-6

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

OKTOBER 2019
BATUAN METAMORF

1. Pengertian Metamorf

Kata “metamorfosa” berasal dari bahasa yunani,yaitu “metamorphism” dimana


“meta” yang artinya “berubah” dan “morph” yang artinya “bentuk”.Dengan
demikian pengertian batuan metamorfosa dalam geologi adalah merujuk pada
perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu
batuan yang mengalami tekanan dan temperatur yang berbeda dengan tekanan dan
temperatur saat batuan tersebut pertama kalinya dibentuk.Batuan metamorf dalam
pembentukannya mengalami proses metamorfisme. Proses ini ada dalam fase
padat namun tidak melewati fase cair. Temperatur yang dibutuhkan sekitar 200
derajat Celcius sampai 6500 derajat Celcius. Tanpa adanya proses metamorfisme,
batuan ini tidak bisa terbentuk.

Batuan malihan yaitu batuan yang berasal dari batuan-batuan lain sebagai induk,
seperti batuan sedimen atau batuan beku. Batuan induk tersebut juga bisa berasal
dari batuan itu sendiri namun dengan syarat sudah melalui proses mineralogi,
struktur dan tekstur yang disebabkan oleh perubahan temperatur dan tingginya
tekanan pada batuan induknya

Temperatur dan tekanan tinggi dari batuan induk tersebut akan berakibat merubah
struktrur dan tekstur batuan tersebut. Batuan yang terbentuk akan menyesuaikan
sifatnya sesuai dengan material pembentuknya. Sehingga, bisa saja antara satu
batuan dengan yang lain memiliki perbedaan struktur dan tekstur disebabkan
proses metamorfismenya.
2. Proses Pembentukan Batuan Metamorf

Proses yang terjadi saat pembentukan batuan metamorf disebabkan oleh beberapa
faktor. Seperti perubahan tekanan, aktivitas kimia, dan temperatur batu induknya.
Di bawah ini dijelaskan mengenai faktor yang berpengaruh saat proses
pembentukan batuan malihan atau metamorf.

a. Perubahan Tekanan

Tekanan (pressure) adalah faktor yang berfungsi mengontrol proses pembentukan


batuan ini. Perubahan tekanan semakin tinggi bisa menyebabkan rekristalisasi
(pengkristalan ulang) pada mineral dalam kandungan batuan induk sebelumnya.
Tekanan yang terjadi kurang lebih antara 1 – 10.000 bar (Jackson)

Perubahan tekanan ini juga dipengaruhi oleh berbagai hal. Pada umumnya,
pengaruh utama berasa dari aktivitas tektonik dan vulkanik bumi. Penumpukan
endapan dari batuan – batuan juga dapat menyebabkan tekanan berubah – ubah.

b. Fasa Fluida

Aktivitas kimia berpengaruh dalam pembentukan batuan malihan, yaitu


mengubah dan merekristalisasi batuan induk sebelumnya yang tidak perlu
melewati fase cair. Tempetur saat aktivitas kimia berlangsung sekitar 350 derajat
Celcius sampai 1200 derajat Celcius. Sedangkan tekanan yang terbentuk ada
diantara 1 – 10000 bar (Jackson).

Bentuk dari aktivitas kimia yang sering dijumpai adalah fluida dan gas pada
jaringan batuan induk. Aktivitas kimia berperan untuk mengubah komposisi kimia
dan mineral dalam batuan metamorf. Fluida yang mudah ditemukan
yaitu karbondioksida, asam hidroklorik, air, dan hidroflorik. Pada umumnya zat
kimia tersebut berguna sebagai katalis dalam reaksi kimia.

c. Perubahan Temperatur

Temperatur yang berubah bisa diakibatkan karena perubahan gradient


geothermal atau dapat disebut dengan intrusi magma. Selain hal tersebut, gesekan
antar massa batuan menyebabkan temperatur mudah berubah dan akan berujung
saat proses metamorfisme berlangsung.Perubahan temperatur dapat terjadi dalam
suhu sekitar 350 sampai 1200 derajat Celcius. Suhu atau temperatur berfungsi
sebagai pengontrol saat proses pembentukan batuan berlangsung agar tidak
memasuki fase cair terlebih dahulu. Sehingga proses metamorfisme berjalan
lancar dan menghasilkan batuan yang sempurna.

Ciri Karakteristik Batuan Metamorf

Batuan metamorf memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang memudahkan


mengenalinya. Rincian mengenai ciri khas batuan malihan atau metamorf akan
dijelaskan dengan jelas di bawah ini.

1. Warna

Karena proses metamorfisme yang beragam dan berbeda mengakibatkan


warnanya bervariasi. Mulai dari feldspar, kwarsa dan mika. Feldspar berciri khas
adanya belahan pada warna batuan. Belahan tegak lurus dan memiliki warna
merah bisa juga disebut ortoklas. Jika berbentuk kristal dan berwarna abu-abu
/putih adalah plagioklas.

Kemudian warna kwarsa, yaitu putih susu atau putih jernih. Batuan dengan warna
ini tidak memiliki belahan dengan berbagai bentuk. Yang terakhir adalah mika,
yakni batuan yang memiliki belahan dan berwarna putih yang
bernama muskovit dan hitam yang disebut dengan nama biotit.

2. Struktur

Ada dua struktur yaitu foliasi dan non-foliasi.

 Foliasi bermakna sebagai lapisan pada batuan metamorf dengan bent


uk menyerupai belahan. Hal tersebut merupakan hasil dari aktivitas pe
njajaran beberapa mineral yang berasal dari penyusun utama batuanny
a.
 non-foliasi adalah batuan metamorf tanpa belahan. Tidak adanya bela
han dalam batuan ini karena proses penjajaran beberapa yang berasal
dari penyusun utamanya tidak terlihat sehingga tidak bisa diamati.

3. Tekstur

Tekstur yaitu terdiri dari bentuk, ukuran, dan susunan butir mineral- mineral
batuan tersebut. Akan tetapi ada dua tekstur yang biasanya mudah dijumpai, yaitu
relik dan kristaloblastik. Relik atau bisa disebut sisa adalah tekstur batuan asal
dari batuan metamorf masih bisa diamati dan terlihat jelas dengan memakai mata
telanjang.Kemudian kristaloblastik yaitu mineral dalam kandungan batuan sudah
terkristalisasi. Namun sebelum batuan tersebut menjadi batuan metamorf, bisa
saja terjadi proses kristalisasi tambahan agar proses metamorfisme semakin baik
dan menghasilkan batu dengan kandungan cukup baik.

4. Bentuk Kristal

Bentuk kristal sebagai kandungan batuan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu
euhedral, subhedral, dan anhedral. Euhedral yaitu kristal sempurna namun
dibatasi dengan tegas, jelas, dan teratur oleh bidang kristal yang ideal. Bentuk
kristal ini adalah yang paling baik diantara ketiga jenis yang ada. Kedua adalah
subhedral, definisi subhedral adalah kandungan batuan yang memiliki kristal
terbatasi dengan tidak jelas dan sebagian tidak teratur oleh bidang kristal yang
ada. Yang terakhir yakni anhedral, Anhedral adalah kristal yang dibatasi oleh
bidang kristal dengan sifat tidak teratur.

5. Komposisi Mineral

Mineral yang mendukung proses metamorfisme antara lain garnet, andalusi,


kyanit, silimanit, dan stauroli. Mineral yang berfungsi sebagai pembentuk batuan
metamorf disebut dengan mineral metamorfik. Suhu dan tekanan yang tinggi
mampu membentuk mineral ini agar mampu membentuk batuan tersebut.

Klasifikasi Jenis Batuan Metamorf

Batuan Malihan atau Metamorf dapat dibedakan menjadi 3 jenis dalam proses
pembentukannya yang menyebabkan batuan ini terbentuk menjadi beraneka
macam. Berikut ini adalah tiga jenis batuan metamorf berdasarkan proses
terbentuknya :

1. Batuan Metamorf Kontak

Batuan Malihan/Metamorf kontak atau thermal adalah batuan metamorf yang


terbentuk karena adanya sebuah peningkatan suhu atau pemanasan dan perubahan
kimia yang terjadi karena intrusi magma.Contoh : Batu marmer yang terbentuk
dari batu gamping atau batu kapur.

2. Batuan Metamorf Dinamo


Batuan Metamorf dinamo adalah suatu batuan yang terbentuk karena terdapat
tekanan yang cukup besar disertai dengan pemanasan serta tumbukan. Tekanan
tersebut bisa berasal dari lapisan bertumpuk yang terdapat di atas batu dalam
jangka waktu yang lama.Contoh : Batu Sabak yang diketahui berasal dari tanah
liat. Kemudian Batubara yang terbentuk dari sisa-sisa jasad hewan serta tumbuhan
di daerah rawa.

3. Batuan Metamorf Thermal-Pneumatolik

Batuan Metamorf thermal-pneumatolik yaitu suatu batuan yang terbentuk karena


terdapat zat-zat tertentu memasuki batuan yang pada saat itu sedang mengalami
sebuah proses metamorfosis batuan.Contoh : Batu Topaz, Zamrud dan Permata

Macam Contoh Batuan Metamorf

1. Batu Sabak (Slate)

Adalah batuan metamorf yang homogen. Berbutir butir halus yang


dapat dipisah pisahkan menjadi lapisan lapisan tipis dengan
permukaan yang relatif halus. Karena ukuran butir butirnya yang
lebih halus daripada schist akan tetapi beberapa slate mempunyai
permukaan belahan yang berkerut. Mineral penyusun daripada slate
tidak dapat dibedakan hanya dengan mata telanjang. Warnanya dari
abu-abu,merah,hijau,ungu,sampai hitam. Warna abu-abu dan hitam
umumnya disebabkan oleh karbonat dalam batuan induknya. Warna
kemerahan karena oksida besi, ungu karena oksida mangan dan hijau
karena silikat besi

2. Batu Marmer (Marble)

Marmer adalah batuan metamorf yang terdiri dari kristal-kristal kapur yang
terbentuk dari batuan induk limestone atau dolomit. Mineral utamanya
adalah kalsit atau dolomit. Teksturnya bervariasi dari halus sampai agak
kasar dengan diameter berkisar dari kurang dari 1 milimeter hingga
beberapa milineter. Lebih kompak dibanding limestone, porositasnya
berkurang karena tekanan dan reklistalisasi. Marmer yang terutama
tersusun oleh CaCO3 berwarna putih tetapi pengotoran yang umunnya
terjadi pada limestone membuat marmer sangat bervariasi warnanya.
Warna merah jambu, merah, kuning dan coklat berkaitan dengan proporsi
hematit dan 1imonit yang mengotorinya. Kandungan bahan organik
menyebabkan warnanya abu-abu sampai gelap, dan serpentin atau klorit
menghasilkan warna hijau.

2. Batu Ganes (Gneiss)


3. Gneiss adalah bantuan metamorf dengan butir-butir kasar dan lapisannya

kasar. Lapisan-lapisan tebal dari gneiss umumnya menunjukkan perbedaan


komposisi mineral. Dalamn kebanyakan gneiss felspar merupakan unsur
utama. Kadang-kadang dengan adanya kristal-kristal felspar besar
memudahkan untuk membedakan gne iss dari schist. Gneiss terutama berasal
dari bantuan felspar berbutir kasar (granit sampai gabro), dari konglomerat
dan batu pasir yang mengandung felspar.

4. Batu Kuarsit (Quartzite)

Batu Kuarsit adalah batuan pasir yang berubah karena terkena suhu tinggi.
Batu ini berwarna coklat, merah, abu-abu, dan kekuningan pada
umumnya. Batu kuarsit bermanfaat untuk bahan kerajinan dan material
konstruksi jalan raya.

5. Batu Sekis (Schist)

Warna batu sekis adalah ungu, hijau, dan hitam. Batu sekis biasanya memiliki
mineral yang terpisah dan berubah menjadi berkas gelombang yang ditunjukkan
kilaunya oleh kristal. Batu sekis dapat digunakan untuk sumber mika utama
sebagai komponen penting dalam industri elektronika.

6. Batu Milonit (Mylonite)

Batu milonit memiliki bentuk yang terdiri atas butir-butir halus, berwarna abu-
abu, biru, coklat, kehitaman, dan bisa dibelah. Batu ini bermanfaat sebagai bahan
kerajinan yang bernilai seni tinggi.

7. Batu Tanduk (Hornfels)

Batu Tanduk terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, batu ini terbentuk di dekat dengan sumber panas
seperti dapur magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi. Termasuk
batuan metamorf yang nonfolis. Umumnyya hornfels berbutir-butir halus,
keras dan mengandung kristal-kristal besar yang tersebar di dalamnya.
Batuan induknya berupa claystone, silt-stone, limestone, sandsrone, tuff
atau basal yang Umunnya mengalami metanorfis kontak dengan
temperatur di atas 700°C
8. Batu Filit (Phyllite)

Phillit adalah batuan metamorf yang tersusun dari batuan berbutir halus dan
seperti mika dengan komposisi yang hampir seragam . Lebih kasar
dibanding slate dan lebih berkilau, tetapi terlalu halus untuk dapat
diklasifikasikan sebagai schist.
Serpih mika dalam phy1lit cukup besar untuk dapat dikenal dengan mata
telanjang. Phyllit mewakili batuan metamorf yang terbentuk dari proses
metamorfosis yang intensif dibanding slate tetapi kurang diband ing schist.

9. Serpentinit (Serpentinite)

Serpentinit adalah batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine
dimana mineral ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization).
Serpentinisasi merupakan proses metamorfosis temperatur rendah yang
menyertakan tekanan dan air, sedikit silica mafic dan batuan ultramafic
teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi serpentinit.

Anda mungkin juga menyukai