TUGAS SDME
Gambar 1 1 Konglomerat
Breksi
Butiran pada batu breksi bersifat coarse. Hal tersebut karena mineral- mineral
penyusunnya terdiri dari kuarsa, kuarsit, granit, rijang dan batu gamping. Ukuran
fragmen breksi hampir sama dengan ukuran fragmen konglomerat, yakni
dikelompokkan dalam ukuran batu kasar. Hanya saja, fragmen breksi berbentuk
runcing dan memiliki sudut, sedangkan konglomerat berbentuk bulat. Fragmen
breksi berasal dari akumulasi fragmen yang terkumpul dan mengendap pada dasar
lereng. Fragmen tersebut juga bisa diperoleh dari hasil material longsoran yang
mengalami litifikasi.
Gambar 1 2 Breksi
Batu pasir
Batu pasir termasuk batu dengan ukuran butiran kecil, yakni ukuran
matriksnya hanya berkisar antara 0,1 – 2 mm. Komposisi batu pasir bermacam-
macam. Ada yang tersusun dari bijih besi, pecahan batu sabak, klorit, riolit dan batu
basal. Ada juga yang tersusun dari mineral kuarsa dan feldspar yang keberadaannya
mudah ditemui di lapisan kulit bumi.
Batu pasir didominasi oleh warna gelap seperti abu- abu, coklat dan merah.
Tetapi ada juga yang berwarna terang, misalnya batu pasir berwarna putih atau
kuning.
Batu serpih
Seperti halnya batu pasir, batu serpih juga mempunyai ukuran butiran yang
kecil (matriks) bahkan sangat halus. Bahan organik yang menyusun batu serpih
mempengaruhi warna batu tersebut. Batu serpih yang mengandung bahan organik
akan berwarna gelap yakni dari abu- abu hingga hitam. Selain itu, batu serpih juga
ada yang berwarna terang seperti merah dan kuning. Warna cerah tersebut
dikarenakan batu serpih terbentuk di tempat yang banyak mengandung oksigen.
Batu lempung
Batu ini tersusun dari mineral silika, alumina, kaolin, vermikulit, haloisit dan
lain- lain. Ukuran mineralnya juga sangat kecil seperti batu serpih, yakni kurang
dari 2 mm. Terdapat dua jenis batu lempung yakni lempung residu dan lempung
letakan. Batu lempung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan keramik, gerabah,
genteng dan juga sebagai bahan baku pembuatan semen portland.
3. Tipe-tipe metamorfosa dari batuan beku dan batuan sedimen (identifikasi juga)
Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat
perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari
ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak
terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa.
Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metmorfosa
a. Perubahan Temperatur
b. Tekanan
c. Adanya aktifitas kimia fluida atau gas
Tipe-tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,
metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi
pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat
luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
c. Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di
sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf
yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya
pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan
dan air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi:
a. Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.
b. Metamorfosa optalic
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
c. Metamorfosa Kataklastik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi
dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.
d. Metamorfosa Hidrotermal
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya
confining pressure.
e. Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan pab\nas bumi (geothermal).
f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).