Anda di halaman 1dari 7

NAMA : M.

Nur Fadhil Makmur


NIM : 03021282025053
KELAS : A Indralaya

TUGAS SDME

1. Cari Batuan Clast !


 Pengertian
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
Batuan sedimen klastik juga dapat diartikan sebagai batuan yang diperoleh dari
perubahan ukuran atau hancurnya batu besar menjadi batu kecil secara mekanik
sehingga sifat kimiawi batu tersebut masih sama dengan batuan asalnya. Untuk
memahami hal tersebut, dapat diambil contoh pelapukan batuan gunung. Batu gunung
yang berukuran besar hancur karena proses pelapukan batuan. Hasil pelapukan
tersebut adalah batu- batuan kecil yang kemudian terbawa oleh aliran air sehingga
mengendap di sungai sebagai batu pasir.
 Proses Pembentukan Batuannya
Proses terbentuknya batuan sedimen klastik di awali dengan pelapukan batuan
sedimen itu sendiri maupun jenis- jenis batuan lain. Hasil pelapukan berupa fragmen
yang terbawa oleh aliran air kemudian diendapkan di sungai, danau atau rawa.
Pengendapan tersebut berlangsung secara mekanis yang terbagi menjadi 2 jenis
menurut ukuran butiran batu. Batuan yang memiliki ukuran besar terjadi akibat proses
pengendapan langsung setelah peristiwa erupsi gunung berapi. Pengendapan langsung
ini terjadi di lingkungan sungai, danau atau laut yang berada di sekitar gunung berapi.
Batuan yang terbentuk akan dikategorikan dalam batuan detritus kasar. Sedangkan
batuan yang berukuran kecil terbentuk akibat proses pengendapan yang terjadi di zona
laut dangkal maupun laut dalam.
Dalam proses pengendapan, batuan sedimen akan mengalami diagenesa. Disebut
diagenesa karena proses- proses yang akan terjadi pada meterial endapan berlangsung
pada suhu yang rendah, baik selama litifikasi maupun sesudahnya. Diagenesa ini
bertujuan untuk membuat material endapan menjadi batuan yang keras. Tahapan dari
diagenesa meliputi :
a. Kompaksi sedimen
Pada tahap diagenesa yang pertama ini, material sedimen akan dimampatkan satu
dengan yang lain. Pemampatan tersebut terjadi akibat adanya tekanan berupa beban
berat yang berasal dari atas material sedimen. Setelah dimampatkan, volume material
sedimen akan menurun, sedangkan kerapatan antar butiran menjadi semakin tinggi.
b. Sementasi
Dalam tahap kedua yang disebut dengan sementasi, material yang berada di antara
rongga butir sedimen akan mengendap dan mengikat butiran sedimen yang lain.
c. Rekristalisasi
Tahap ini merupakan proses pengkristalan ulang suatu mineral. Mineral tersebut
diperoleh dari proses pelarutan material sedimen sebelum maupun sesudah diagenesa.
d. Autigenesis
Pada tahap autigenesis akan dibentuk mineral yang merupakan partikel baru pada suatu
sedimen. Mineral tersebut berupa silika, karbonat, gypsum, klorita dan lain
sebagaimya.
e. Metasomatisme
Tahap yang terakhir adalah metasomatisme, yakni bergantinya material sedimen tanpa
disertai penurunan volume material asalnya.

2. Contoh Batuan Sedimen Klastik Beserta Identifikasi batuan Sedimen Klastik


Berdasarkan Teksture, Kebundaran, Pemiliham
Terdapat banyak contih batuan sedimen klastik baik yang berukuran besar maupun
berukuran kecil seperti sebagai berikut:
 Konglomerat
Batu ini memiliki struktur butiran yang kasar dengan ukuran fragmen berkisar
antara 2 – 256 mm. Bantuk fragmen konglomerat yaitu kebulat- bulatan. Bentuk
tersebut merupakan akibat dari adanya proses transport pada mineral- mineral
penyususnnya. Konglomerat tersusun dari beberapa mineral seperti granit, rijang,
kuarsa dan lain- lain. Mineral- mineral penyusun konglomerat tersebut bisa saja
hanya sejenis, dan bisa juga campuran.

Gambar 1 1 Konglomerat

 Breksi
Butiran pada batu breksi bersifat coarse. Hal tersebut karena mineral- mineral
penyusunnya terdiri dari kuarsa, kuarsit, granit, rijang dan batu gamping. Ukuran
fragmen breksi hampir sama dengan ukuran fragmen konglomerat, yakni
dikelompokkan dalam ukuran batu kasar. Hanya saja, fragmen breksi berbentuk
runcing dan memiliki sudut, sedangkan konglomerat berbentuk bulat. Fragmen
breksi berasal dari akumulasi fragmen yang terkumpul dan mengendap pada dasar
lereng. Fragmen tersebut juga bisa diperoleh dari hasil material longsoran yang
mengalami litifikasi.

Gambar 1 2 Breksi

 Batu pasir
Batu pasir termasuk batu dengan ukuran butiran kecil, yakni ukuran
matriksnya hanya berkisar antara 0,1 – 2 mm. Komposisi batu pasir bermacam-
macam. Ada yang tersusun dari bijih besi, pecahan batu sabak, klorit, riolit dan batu
basal. Ada juga yang tersusun dari mineral kuarsa dan feldspar yang keberadaannya
mudah ditemui di lapisan kulit bumi.
Batu pasir didominasi oleh warna gelap seperti abu- abu, coklat dan merah.
Tetapi ada juga yang berwarna terang, misalnya batu pasir berwarna putih atau
kuning.

Gambar 1 3 Batu Pasir

 Batu serpih
Seperti halnya batu pasir, batu serpih juga mempunyai ukuran butiran yang
kecil (matriks) bahkan sangat halus. Bahan organik yang menyusun batu serpih
mempengaruhi warna batu tersebut. Batu serpih yang mengandung bahan organik
akan berwarna gelap yakni dari abu- abu hingga hitam. Selain itu, batu serpih juga
ada yang berwarna terang seperti merah dan kuning. Warna cerah tersebut
dikarenakan batu serpih terbentuk di tempat yang banyak mengandung oksigen.

Gambar 1 4 Batu Serpih

 Batu lempung
Batu ini tersusun dari mineral silika, alumina, kaolin, vermikulit, haloisit dan
lain- lain. Ukuran mineralnya juga sangat kecil seperti batu serpih, yakni kurang
dari 2 mm. Terdapat dua jenis batu lempung yakni lempung residu dan lempung
letakan. Batu lempung banyak dimanfaatkan untuk pembuatan keramik, gerabah,
genteng dan juga sebagai bahan baku pembuatan semen portland.

Gambar 1 5 Batu Lempung

3. Tipe-tipe metamorfosa dari batuan beku dan batuan sedimen (identifikasi juga)
 Proses Pembentukan Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur
dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan
temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi
Jadi batuan metamorf terjadi karena adanya perubahan yang disebabkan oleh proses
metamorfosa. Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat
perubahan tekanan, temperatur dan adanya aktifitas kimia fluida/gas atau variasi dari
ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses isokimia, dimana tidak
terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan yang mengalami metamorfosa.
Temperatur berkisar antara 2000 C – 8000 C, tanpa melalui fase cair
 Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya metmorfosa
a. Perubahan Temperatur
b. Tekanan
c. Adanya aktifitas kimia fluida atau gas
 Tipe-tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,
metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi
pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat
luas. Metamorfosa ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.

b. Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada
daerah geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat.
Proses yang terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
c. Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di
sekitar punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf
yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya
pemanasan air laut menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan
dan air laut tersebut.

2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi:
a. Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan
massa. Zona metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi
umumnya berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan
fluida serta penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan
umumnya berbutir halus.
b. Metamorfosa optalic
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi
volkanik atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
c. Metamorfosa Kataklastik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan
penggerusan dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi
dan dikenal sebagai fault breccia, fault gauge, atau milonit.
d. Metamorfosa Hidrotermal
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya
confining pressure.
e. Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran
waktunya hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan
terbentuknya mineral coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya
dengan pab\nas bumi (geothermal).
f. Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).

Anda mungkin juga menyukai