Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM : 03021282025035
KELAS : A INDRALAYA
Clast
Akhiran "-clast" mengacu pada butiran sedimen, yaitu potongan batuan atau mineral yang
sudah ada sebelumnya. Tidak seperti -crysts dan -blast, kata "clast" bisa berdiri
sendiri. Batuan klastik, kemudian, selalu sedimen (satu pengecualian: klas yang belum
tersapu bersih dalam batuan metamorf disebut porfirroklast, yang, membingungkan, juga
diklasifikasikan sebagai megacryst). Ada perbedaan mendalam yang ditarik antara batuan
klastik antara batuan holoklastik, seperti serpih dan batu pasir, dan batuan piroklastik yang
terbentuk di sekitar gunung berapi.
Batuan klastik terbuat dari partikel dengan ukuran mulai dari mikroskopis hingga besar tak
terbatas. Batuan dengan klas yang terlihat disebut makroklastik. Klas ekstra besar disebut
fenoklas — jadi fenoklas, fenokris, dan porfiroblas adalah sepupu.
Tidak ada batasan atas apa yang bisa disebut sebagai klas, atau megaclast. Breksi memiliki
megaklas terbesar, dengan diameter hingga ratusan meter dan lebih besar. Megaclasts sebesar
pegunungan dapat dibuat oleh longsor besar (olistrostromes), thrust faulting (chaoses),
subduksi (mélanges) dan pembentukan kaldera "supervolcano" (caldera collapse
breccias). Megaclasts adalah tempat pertemuan sedimentologi dengan tektonik.
Konglomerat
Contoh batuan sedimen klastik yang pertama adalah batu konglomerat. Batu ini memiliki
struktur butiran yang kasar dengan ukuran fragmen berkisar antara 2 – 256 mm. Bantuk
fragmen konglomerat yaitu kebulat- bulatan. Bentuk tersebut merupakan akibat dari adanya
proses transport pada mineral- mineral penyususnnya. Konglomerat tersusun dari beberapa
mineral seperti granit, rijang, kuarsa dan lain- lain. Mineral- mineral penyusun konglomerat
tersebut bisa saja hanya sejenis, dan bisa juga campuran.
Breksi
Contoh batuan sedimen klastik yang kedua yaitu batu breksi. Butiran pada batu breksi
bersifat coarse. Hal tersebut karena mineral- mineral penyusunnya terdiri dari kuarsa, kuarsit,
granit, rijang dan batu gamping. Ukuran fragmen breksi hampir sama dengan ukuran fragmen
konglomerat, yakni dikelompokkan dalam ukuran batu kasar. Hanya saja, fragmen breksi
berbentuk runcing dan memiliki sudut, sedangkan konglomerat berbentuk bulat. Fragmen
breksi berasal dari akumulasi fragmen yang terkumpul dan mengendap pada dasar lereng.
Fragmen tersebut juga bisa diperoleh dari hasil material longsoran yang mengalami litifikasi.
Batu pasir
Contoh yang ketiga yakni batu pasir yang juga disebut dengan istilah standstone. Batu pasir
termasuk batu dengan ukuran butiran kecil, yakni ukuran matriksnya hanya berkisar antara
0,1 – 2 mm. Komposisi batu pasir bermacam- macam. Ada yang tersusun dari bijih besi,
pecahan batu sabak, klorit, riolit dan batu basal. Ada juga yang tersusun dari mineral kuarsa
dan feldspar yang keberadaannya mudah ditemui di lapisan kulit bumi.
Batu pasir didominasi oleh warna gelap seperti abu- abu, coklat dan merah. Tetapi ada juga
yang berwarna terang, misalnya batu pasir berwarna putih atau kuning. Batu pasir biasanya
banyak ditemukan di daerah ekosistem pantai. Batu- batu tersebut terbawa arus gelombang
laut dan hembusan angin laut.
Batu serpih
Contoh keempat adalah batu serpih atau shale. Seperti halnya batu pasir, batu serpih juga
mempunyai ukuran butiran yang kecil (matriks) bahkan sangat halus. Begitu halusnya
hingga mineral penyusunnya sulit untuk diteliti. Meski demikian, para ahli dapat
mengidentifikasi beberapa mineral yang ada pada batu serpih, diantaranya adalah kaolit,
smektit, illite, oksida besi, karbonat, kuarsa, sulfida dan bahan organik. Bahan organik yang
menyusun batu serpih mempengaruhi warna batu tersebut. Batu serpih yang mengandung
bahan organik akan berwarna gelap yakni dari abu- abu hingga hitam. Selain itu, batu serpih
juga ada yang berwarna terang seperti merah dan kuning. Warna cerah tersebut dikarenakan
batu serpih terbentuk di tempat yang banyak mengandung oksigen.
Batu lempung
Contoh batu sedimen klastik yang terakhir dalam pembahasan ini adalah batu lempung. Batu
ini tersusun dari mineral silika, alumina, kaolin, vermikulit, haloisit dan lain- lain. Ukuran
mineralnya juga sangat kecil seperti batu serpih, yakni kurang dari 2 mm. Terdapat dua jenis
batu lempung yakni lempung residu dan lempung letakan. Batu lempung banyak
dimanfaatkan untuk pembuatan keramik, gerabah, genteng dan juga sebagai bahan baku
pembuatan semen portland.
Tekstur dari batuan sedimen klastik adalah berhubungan dengan ukuran, bentuk butir dan
susunannya. Tekstur batuan sedimen klastik meliputi Ukuran butir, pemilahan, kebundaran,
kemas.
1. Ukuran butir (grain size)
Batuan sedimen klastik digolongkan dan diberi nama sesuai dengan ukuran butirnya.
Pembagian tersebut disampaikan oleh Wentworth,1922.
2. Pemilahan (sorting)
Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir penyusun batuan endapan / sedimen.
Dalam pemilahan dipergunakan pengelompokan sbb :
Terpilah Baik (Well Sorted), kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran besar butir
yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.
Terpilah Buruk (Poorly Sorted), kenampakan pada batuan sedimen yang memiliki
besar butir yang beragam dimulai dari lempung hingga kerikil atau bahkan bongkah.
Selain dua pengelompokkan tersebut adakalanya seorang peneliti menggunakan
pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak seragam.
3. Kebundaran (roundness).
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan sedimen klastik sedang sampai kasar. Kebundaran dibagi menjadi :
Membundar Sempurna (Well Rounded), hampir semua permukaan cembung
(equidimensional).
Membundar (Rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-ujung
dan tepu butiran cekung.
Agak Membundar (Subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung
yang membundar.
Agak Menyudut (Sub Angular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang tajam.
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing dan tajam.
4. Kemas (fabric)
Kemas memiliki pengertian seberapa banyak rongga yang terdapat diantara butiran. Batuan
sedimen yang memiliki kemas baik, tertutup berarti semakin sedikit rongga yang ada diantara
butiran. Atau sebaliknya pada batuan sedimen yang memiliki kemas terbuka berarti memiliki
banyak rongga diantara butirannya. Batuan sedimen yang telah mengalami kompaksasi lanjut
akan memiliki kemas tertutupsekalipun sebelumnya kemasnya terbuka. Pasir yang belum
terbatukan adalah berkemas terbuka sedangkan pada batu lempung dan batu lanau yang
mempunyai butiran halus cenderung terkemas secara tertutup.
Tipe-Tipe Metamorfosa
Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,
metamorfosa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Metamorfosa regional / dinamothermal
Metamorfosa regional atau dinamothermal merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah
yang sangat luas. Metamorfosa ini terjadi pada daerah yang sangat luas. Metamorfosa ini
dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosa orogenik, burial, dan dasar samudera (ocean-
floor).
Metamorfosa Orogenik
Metamorfosa ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses deformasi
yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang dihasilkan
mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk yang melampar
dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosa ini memerlukan waktu
yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
Metamorfosa Burial
Metamorfosa ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah
geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang
terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
Metamorfosa Dasar dan Samudera
Metamorfosa ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang dihasilkan
umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut menyebabkan
mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.
2. Metamorfosa Lokal
Merupakan metamorfosa yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara beberapa
meter sampai kilometer saja. Metamorfosa ini dapat dibedakan menjadi :
Metamorfosa Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan beku
intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan material yang
dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa. Zona
metamorfosa kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya berupa
rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta penggantian
dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir halus.
Pirometamorfosa/ Metamorfosa optalic/Kaustik/Thermal.
Adalah jenis khusus metamorfosa kontak yang menunjukkan efek hasil temperatur
yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik atau quasi
volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
Metamorfosa Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan. Proses
yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan dan
sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal sebagai fault
breccia, fault gauge, atau milonit.
Metamorfosa Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar butir
atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan komposisi
mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining pressure.
Metamorfosa Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya
hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya mineral
coesite dan stishovite. Metamorfosa ini erat kaitannya dengan pab\nas bumi
(geothermal).
Metamorfosa Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosa tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
Batuan filofit merupakan batuan metamorf yang terbentuknya menggunakan temperatur suhu
dan tekanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan slite.Batuan filonit terbentuk dari
metamorfosis batuan shale dan mudstone.Batuan filonit mempunyai butiran kasar. Batuan
filonit mempunyai warna kecoklatan, abu-abu, kebiruan, kehijauan, kehitaman dan agak
condong ke perak.Ukuran butiranya menengah. Batuan Filonit mempunyai struktur berfoliasi.
Bahan dari batuan filonit adalah mika dan kuarsa.Ciri-ciri dari batuan ini adalah
permukaanya yang berkilau. Kegunaanya adalah untuk bahan utama patung atau perhiasan.