2. Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang mengalami
erosi di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras. Batuan
sedimen biasanya berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini,
seringkali ditemukan fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan
proses pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik.
KOMPOSISI BATUAN
Kebanyakan batuan terdiri dari mineral. Tentu saja, mineral yang ditemukan
dalam batuan bumi yang diproduksi oleh berbagai susunan yang berbeda dari
unsur kimia. Mineral mempunyai komposisi kimia tertentu dan dalam
perbandingan umsur-unsur kimia tertentu pula, seperti SiO2, CaCo3, dan
sebagainya. Kelompok mineral (umumnya dijumpai pada kelompok mineral
pembentuk batuan), meskipun komposisi kimianya beragam tetapi sturuktur
kristalnya sama. Sebagai contoh mineral olovin, komposisi kimianya (Mg, Fe)2
SiO4. Ion-ion Fedan Mg dapat saling bersubtitusi. Oleh karena mineral
mempunyai komposisi kimia dan struktur dalam Kristal tertentu, maka ia
mempunyai sifat-sifat yang khas. Beberapa sifat fisik mineral adalah bentuk
Kristal, bidang belah (cleavage), kekerasan, warna, streak, kilap (luster), dan berat
jenis.
a. Porositas
Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc
Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.
Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk
pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :
b. Permeabilitas ( k )
Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2
c. Saturasi
Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)
d. Resistiviti
Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat
menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus
listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan
konsep “faktor formasi” dari Archie yang didefinisikan :
Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air
e. Wettabiliti
Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
σso = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
θ = sudut kontak air-minyak
Wetting-Phase Fluid
Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa
pembasah meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah.
Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir
sebagai water wet.
Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah
menurun dan saturasi non-wetting phase meningkat.
Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
h. Tekanan Kapiler (Pc)
Dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
Pnw = tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2
Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan
sebuah sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik
bila ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil.
Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan
tabung. Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana
gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat kolom fluida. Sehingga dapat
dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan rongga pori batuan
untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida yang berisi bersifat
membasahi.
Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan
dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar
dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida
terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.
Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2
Pw = tekanan air, dyne/cm2
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
ρw = densitas air, gr/cc
ρo = densitas minyak, gr/cc
g = percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolPenentuan sifat Fisik Batuan :
Wn = berat percontoh asli
Wo = berat percontoh kering
Ww = berat percontoh jenuh.
Wa = brt percth jenuh +air +bejana
Ws = brt percth jenuh dlm air Wa – Wb
Vtp:Vol percth tp pori = Wo-Ws
VT :Vol. percth total = Ww-Ws
PROSES TERJADINYA FOSIL
Fosil terbentuk dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah
hidup. Itu sering terjadi saat tumbuhan atau hewan terkubur dalam lingkungan
yang bebas dari oksigen. Fosil yang ada jarang dipertahankan dalam bentuk
aslinya. Dalam beberapa kasus, mineral atau perubahan kimia sisa-sisa
dilarutkan sehingga semua di ubah dengan membuat cetakan.
SKALA WAKTU GEOLOGI
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa
Pra-Kambrium.Apa saja yg dipercaya oleh ahli geologi, apa yg terjadi dengan
mahluk hidup pada masa-masa itu.
Intrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan
batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan
atas sebagai berikut.
Ekstrusi magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke
permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang
sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkanterjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisaterjadi di lautan.
Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi
magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau
patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi.
Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,
sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal
tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang
luasnya mencapai 10.000 km2.
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran
magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung
Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.
Bentuk, ukuran, dan sifat gunung api di permukaan Bumi banyak sekali
macamnya. Ada gunung yang puncaknya sangat tinggi sehingga selalu diselimuti
salju, ada pula gunung yang puncaknya di bawah permukaan laut. Ini
menyebabkan gunung api memiliki banyak tipe.
STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat
kerja kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi
disamping itu struktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk
deformasi tektonik .
B. Differential Stress
Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan
bisa juga dari atau ke segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang
lebih dominan.
Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui
cara-cara berikut ini :
a. Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip.
b. Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala penelusuran
sungai,penelusuran morfologi dan garis kontur serta pola garis konturnya.
c. Foto udara.
d. Pemboran.
e. Geofisika,yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan,yaitu
dengan metode :
Grafity,
Geolectrik,
Seismik,dan
Magnetik.
Pelapukan
Mendengar kata pelapukan, tentu bukanlah menjadi sesuatu yang asing lagi di
telinga kita. Kita telah mendapatkan pelajaran mengenai pelapukan ini di
bangku sekolah. Pelapukan merupakan proses alterasi dan fragsiasi batuan dan
juga material tanah pada dan/ atau dekat permukaan Bumi (baca: kerak Bumi)
yang disebabkan oleh berbagai proses, yakni fisika, kimia dan biologi.
Terjadinya pelapukan karena adanya beberapa peristiwa yang terjadi dan
saling berakumulasi serta berlangsung secara terus menerus. Beberapa
peristiwa tersebut seperti adanya perubahan suhu siang dan malam, panas
matahari (baca: bagian-bagian matahari) yang mempengaruhi gerak angina
(baca: jenis angin), terjadinya hujan (baca: proses terjadinya hujan), serta
gerak naik gelombang di laut. Selain peristiwa- peristiwa yang bersifat
biologis tersebut, ada pula peristiwa yang bersifat kimiawi seperti proses
pembusukan dan juga pengkaratan.
Pelapukan yang terjadi akan menghasilkan sesuatu yang menjadi asal dari
batuan sedimen dan juga asal dari tanah. Pelapukan ini terjadi pada batuan
atau jasad- jasad, atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk
kemudian akan menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan
sedimen klastik. Tentu saja terjadinya proses pengendapa ini juga dipengaruhi
berbagai macam faktor.
Pelapukan yang terjadi pada batuan bisa disebabkan oleh berbagai macam
faktor. Adanya perbedaan faktor inilah yang akan menyebabkan perbedaan
jenis- jenis pelapukan. Secara umum, pelapukan dibedakan menjadi tiga
macam, yakni pelapukan organik atau biologis, pelapukan fisika dan
pelapukan kimiawi atau kimia. Pada dasarnya ketiga jenis pelapukan ini
bekerja bersama- sama, namun ada kemungkinan salah satu prosesnya lebih
dominan dibandingkan dengan yang yang lainnya, itulah sebabnya muncul
salah satu jenis pelapukan. Agar kita mengetahui lebih dalam mengenai jenis-
jenis pelapukan, maka kita akan membahasnya sebagai berkut:
Pelapukan secara kimia, fisika dan biologis atau organik terjadi melalui proses
yang berbeda- beda. Oleh karena faktor yang mempengaruhi juga berbeda,
maka proses nya pun berbeda. Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai
proses terjadinya pelapukan, maka kita harus mengetahui pada masing-
masing proses tersebut. Penjelasan mengenai proses terjadinya pelapukan
adalah sebagai berikut:
Perubahan suhu secara drastis, misalnya cuaca yang sangat panas ke cuaca
yang sangat dingin
Hantaman air hujan yang deras maupun ringan
Penetrasi akar tanaman
Adanya makhluk hidup lainnya.
Dalam proses pelapukan secara fisika terjadi perbedaan kecepatan proses
pelapukannya. Perbedaan kecepatan pelapukan secara fisika ini dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu:
Tingkat kontraksi dan tingkat ekspansi dari komponen penyusun batuan,
sehingga hal ini akan memicu proses pecahnya dan hancurnya batuan (baca:
batuan beku).
Tingkat kasar atau halusnya permukaan batuan (baca: batuan metamorf).
Bahwa semakin kasar permukaan bebatuan maka proses pelapukan yang
terjadi akan lebih cepat.
Warna batuan. Semakin gelap warna bebatuan maka akan memiliki daya serap
terhadap cahaya lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan proses pemuaian
berlangsung lebih cepat, bahkan kontraksi dan ekspansi juga. Dan hal- hal
tersebut akan menyebabkan proses pelapukan terjadi lebih cepat.
Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya pelapukan secara
fisik. Untuk proses terjadiya pelapukan secara fisik ini, batuan akan mengikis
sedidik demu sedikit hingga lama- kelamaan akan benar- benar mengelami
pelapukan. Sebagai contoh adalah batuan yang rapuh akibat adanya ombak
laut yang menghantamnya setiap hari atau batuan yang rapuh akibat adanya
tetesan air hujan yang menjatuhinya dalam waktu yang lama.
Akar tumbuhan
Mikroorganisme tanah
Binatang
Proses pelapukan secara biologis atau organik ini merupakan proses
pelapukan yang senantiasa mengiringi dua proses pelapukan sebelumnya yang
telah kita jelaskan. Pelapukan secara organik atau biologis ini trejadi setelah
sebelumnya batuan telah mengelami proses pelapukan secara kimia atau fisika
terlebih dahulu. Dengan kata lain pelapukan organik atau biologis ini sifatnya
mempercepat atau menyempurnakan. Sebagai contoh adalah batuan yang telah
mengalami perubahan suhu ekstrim (misalnya setelah cuaca yang sangat
panas, tiba- tiba menjadi sangat dingin) maka akan mengalami retakan-
retakan. Selanjutnya ketika sedang turun hujan maka air hujan akan masuk ke
dalam retakan- retakan batuan, sehingga akan semakin mempercepat proses
pelapukan yang terjadi. Di dalam retakan tersebut ternyata tidak hanya air
yang masuk, namun juga mulai ditumbuhi tanaman- tanaman tingkat rendah
dan juga mikroorganisme tanah yang keduanya makin mempercepat terjadinya
proses pelapukan.
SIFAT FISIK DAN KLASIFIKASI TANAH
Tanah merupakan kombinasi mineral, bahan bahan organic, gas, berbagai
jenis cairan, dan organisme yang tidak dapat dihitung yang bersama sama
mendukung kehidupan di atas bumi. Tanah merupakan materi alami yang
dikenal sebagai pedosfer yang memiliki 4 peran penting yaitu: media tumbuh
tanaman, tempat penyimpanan air, media penyedia dan purifikasi air, dan
merupakan habitat bagi banyak organisme. Tanah dianggap sebagai “kulit dari
bumi” dan berkaitan erat dengan litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Sebutan
pedolit, seringkali diartikan sebagai tanah. Tanah terdiri dari bagian yang solid
(mineral dan organic) dan bagian yang berporos karena mengandung gas dan
air.
Tanah merupakan produk akhir dari interaksi iklim, relief, organisme dan
material induk dalam waktu tertentu. Tanah secara kontinyu berkembang
melalui banyak proses fisika, kimiawi, dan biologis. Kebanyakan tanah
memiliki kepadatan antara 1 hingga 2 g/cm3. Hanya sedikit tanah di bumi
yang lebih tua dari zaman pleistosen, dan tidak ada yang lebih tua dari zaman
cenozoic meskipun tanah dari fosil dianggap berasal dari zaman arkean. Studi
mengenai tanah dibagi menjadi 2 cabang yaitu: edaphology dan pedologhy.
Edaphologhy mengonsentrasikan efek tanah bagi kehidupan organisme.
Pedologhy fokus pada formasi, deskripsi dan klasifikasi tanah dalam
lingkungan.
Bahan induk merupakan materi utama dari tanah yang dibentuk oleh berbagai
faktor melalui proses kimiawi, biologis dan fisika. Bahan induk tanah secara
umum adalah Quartz (SiO2), Kalsit (CaCO3), Feldspar dan Biotit.
2. Tekstur tanah
Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi
dari kombinasi ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah
(menyerupai kombinasi antara tepung, air dan telur). Hal yang dipengaruhi
oleh tesktur tanah mencakup porositas, permeabilitas (kemampuan menyerap),
infiltrasi, dan kapasitas kandungan air. Tanah dan Pasir dan lumpur
merupakan produk dari material induk yang mengalami proses fisika dan
kimiawi. Tanah liat merupakan produk dari pengendapan material induk yang
larut sebagai material sekunder.
3. Kepadatan tanah
Tingkat kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 gram per
cm3 dan biasanya tidak dapat berubah. Kepadatan partikel tanah yang banyak
mengandung material organic lebih rendah daripada tanah yang sedikit
mengandung material organic. Tanah dengan kepadatan rendah dapat
menyimpan air lebih baik namun bukan berarti cocok untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah dengan kepadatan tinggi menunjukkan tingkat kandungan
pasir yang tinggi.
4. Porositas tanah
Porositas mirip seperti kepadatan, hanya saja porositas berarti ruang kosong
(pori pori) diantara tekstur tanah yang tidak terisi dengan mineral atau bahan
organic namun terisi oleh gas atau air. Semakin tinggi kepadatan tanah maka
semakin rendah porositasnya dan sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah
semakin rendah porositasnya. Idealnya, total porositas dari tanah adalah
sekitar 50% dari total volume tanah. Ruang untuk gas dibutuhkan tanah untuk
menyediakan oksigen yang berguna untuk organisme dalam menguraikan
material organic, humus dan akar tanaman. Porositas juga mendukung
pergerakan serta penyimpanan air serta nutrisi.
Tingkat porositas tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat baik dengan
tingkat porositas kurang dari 2 mikro meter, baik dengan tingkat porositas 2-
20 mikro meter, sedang dengan tingkat porositas 20-200 mikro meter dan
kasar dengan porositas 200 mikro meter hingga 2 mili meter.
5. Temperatur tanah
Tanah memiliki temperatur yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim
-20 derajat celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius.
Temperatur tanah penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar
tanaman serta menyediakan nutrisi bagi tanaman tersebut. Tanah yang berada
50cm dibawah permukaan cenderung memiliki temperatur yang lebih tinggi
sekitar 1,8 derajat celcius.
6. Warna tanah
Warna tanah seringkali menjadi faktor paling dasar bagi kita untuk
membedakan jenis jenis tanah. Umumnya, warna tanah ditentukan oleh
kandungan material organic, kondisi drainase, minearologi tanah dan tingkat
oksidasi. Pengembangan dan distribusi warna tanah berasal dari proses
kimiawi dan tingkat pelapukan material organic. Ketika mineral primer dalam
bahan induk lapuk, elemen tanah akan dikombinasikan pada senyawa dan
warna yang baru. Mineral besi merupakan mineral sekunder yang akan
menghasilkan warna kuning atau kemerahan pada tanah, material organic akan
menghasilkan warna hitam kecoklatan atau coklat (warna subur). Manggan,
sulphur dan nitrogen akan menghasilkan warna hitam.
7. Konsistensi tanah
Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah untuk menempel pada objek lain
dan kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah.
Konsistensi diukur dengan 3 kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan
basah. Konsistensi tanah bergantung pada tingkat banyaknya tanah liat.
Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi
rendahnya) permukaan bumi. Peta topografi biasanya menyajikan data dan
informasi keadaan lapangan secara menyeluruh. Peta topografi juga harus bisa
menggambarkan keadaan unsur alam maupun unsur buatan di daerah yang di
petakan tersebut dengan garis bayangan ketinggian atau disebut garis kontur
dalam skala tertentu.
Dalam peta topografi juga dikenal garis kontur. Garis kontur yaitu garis
yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
Garis-garis kontur harus kontinu dan tidak bercabang, dan juga tidak akan
berpotongan dengan garis kontur yang lain.
Interval kontur merupakan jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan. Pada peta topografi, interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik
dengan skala peta.
Peta topografi memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa
bumi (permukaan bumi).
b. Memberikan informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi.
c. Menemukan posisi kita terhadap suatu tanda medan atau daerah lain.
d. Sebagai dasar dalam pengeplotan data mengenai hal yang berhubungan
dengan ruang.
e. Untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau kemiringan lereng.
Cara penarikan kontur adalah dengan cara perkiraan antara besarnya nilai
titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik. Semakin
rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan daerah tersebut
semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak antara kontur menunjukkan
daerah tersebut semakin landai. Dengan peta topografi, kita dapat membaca
bentuk relief dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah
tersebut berbukit, bergunung, berlereng terjal, dan lain sebagainya.
Peta Geologi
Peta geologi adalah suatu bentuk ungkapan data dan informasi geologi
suatu daerah dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang
digunakan. Peta geologi menggambarkan informasi dasar seperti jenis-jenis
batuan, ketebalan dan arah penyebaran batuan, susunan satuan batuan, struktur
pelapisan, kekar dan perlipatan. Peta geologi dibuat berdasarkan kepentingannya,
misalkan untuk kepentingan ilmiah (science), kepentingan pertambangan atau
teknik (engineering) atau kepentingan-kepentingan lainnya.
Peta geologi mempunyai beberapa macam bagian yang sering digunakan
untuk laporan, atau untuk mengetahui kandungan mineral di dalamnya,
diantaranya:
1. Peta Geologi Permukaan
Yaitu peta yang memberikan informasi geologi yang langsung terletak di
bawah permukaan. Berguna untuk menentukan lokasi bahan bangunan,
drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang, maupun pembuatan
jalan.
2. Peta Singkapan
Yaitu peta yang mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat, yang
dapat memberikan sejumlah keterangan dari pemboran beserta sifat batuan
dan kondisi strukturalnya. Biasanya digunakan untuk menentukan lokasi,
misalnya material yang berupa pecahan batu yang dapat ditemukan langsung
di bawah permukaan.
3. Peta Ikhtisar Geologis
Yaitu peta yang memberikan informasi langsung berupa formasi-formasi
yang telah tersingkap, maupun ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi yang
formasinya masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang skematis,
umumnya bersakal sedang atau kecil, dengan skala 1:100.000 atau lebih kecil.
4. Peta Struktur
Yaitu peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada
permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada dibawah permukaan.
5. Peta Geologi Sistematik
Yaitu peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi atau
batimetri dengan nama nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
6. Peta Geologi Tematik
Yaitu peta yang menyajikan informasi geologi dan potensi sumber daya
mineral dan energy untuk tujuan tertentu.
7. Peta Isopach
Yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-
titik suatu formasi atau lapisan dengan ketebalan yang sama.
8. Peta Fotogeologi
Yaitu peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara. Peta
fotogeologi harus disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya.
9. Peta Hidrogeologi
Yaitu peta yang menunjukkan kondisi air tanah pada daerah yang
dipetakan.
PRINSIP DAUR HIDROLOGI
Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi
kemudian menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke Bumi yang berlangsung secara
terus menerus. Karena bentuknya memutar dan berlangsung secara terus- menerus
inilah yang menyebabkan air seperti tidak pernah habis. Siklus ini mempunyai
peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk di Bumi. Karena
adanya siklus inilah ketersediaan air di Bumi bisa selalu terjaga. Dan karena siklus
hidrologi inilah keseimbangan ekosistem (baca: ekosistem air laut) di Bumi bisa
selalu terjaga.
1. Evaporasi
Evaporasi ini akan mengubah bentuk air yang semula cair menjadi uap air
yang berwujud gas. Karena menjadi wujud gas, hal ini memungkinkan bahwa
gas tersebut dapat naik ke atas (ke atmosfer) karena terbawa oleh angin.
Semakin panas sinar matahari yang diterima, maka akan semakin banyak air
yang berubah menjadi uap air, dan semakin banyak pula yang terbawa
ke lapisan atmosfer Bumi.
2. Transpirasi
Selain evaporasi, ada bentuk penguapan lainnya yakni penguapan yang berasal
dari jaringan makhluk hidup. Penguapan yang terjadi di jaringan makhluk
hidup ini disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi di jaringan hewan
maupun tumbuhan.
Sama halnya dengan evaporasi, transpirasi ini juga mengubah air yang
berwujud cair dari jaringan makhluk hidup tersebut menjadi uap air. Uap air
ini juga akan terbawa ke atas, yakni ke atmosfer. Namun, biasanya penguapan
yang terjadi karena transpirasi ini jumlahnya lebih sedikit atau lebih kecil
daripada penguapan yang terjadi karena evaporasi.
3. Evapotranspirasi
4. Sublimasi
Tahapan yang lainya adalah sublimasi. Jadi selain melalui proses penguapan,
naiknya uap air ke atmosfer ini juga terjadi melalui proses sublimasi. Apa
sebenarnya sublimasi itu? Sumblimasi merupakan proses perubahan es di
kutub atau di puncak gunung menjadi uap air, tanpa harus melalui proses cair
terlebih dahulu.
5. Kondensasi
Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan
udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah. Proses adveksi ini
memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada
di lautan menuju atmosfer yang ada di daratan. Namun perlu diketahui bahwa
tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan ini
tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.
7. Presipitasi
8. Run Off
Tahapan run off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Ketika awan
sudah mengalami proses presipitasi dan menjadi air yang jatuh ke Bumi, maka
air tersebut akan mengalami proses run off. Run off atau limpasan ini
merupakan proses pergerakan air dari tempat yang tinggi menjuju ke tempat
yang lebih rendah yang terjadi di permukaan Bumi. Pergerakan air tersebut
dapat terjadi melalui saluran- saluran, seperti saluran got, sungai, danau,
muara sungai, hingga samudera. Proses ini menyebabkan air yang telah
melalui siklus hidrologi akan kembali menuju ke lapisan hidrosfer Bumi.
9. Infiltrasi
Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di Bumi
akibat proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan Bumi dan
mengalami run off. Sebagian dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori-
pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang
merembes ini hanyalah sebagian kecil saja. Proses pergerakan air ke dalam
pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan
secara lambat membawa air tanah untuk menuju kembali ke laut.
Setalah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah
mengalami siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu
yang berangsunr- angsur, air tersebut akan kembali mengalami siklus
hidrologi yang baru, dimana diawali dengan evaporasi. Dan itulah kesembilan
dari tahapan siklus hidrologi.