Anda di halaman 1dari 40

 PROSES SIKLUS BATUAN

Siklus batuan adalah proses dimana suatu batuan melebur, meleleh,


membeku, dan kemudian menjadi batu kembali. Pada awalnya siklus batuan
terbentuk oleh pergeseran lempengan yang ada di permukaan bumi. Lalu
pergeseran ini menghasilkan magma yang dimana magma tersebut akan mendesak
keluar permukaan bumi dan pada saat magma mencair di permukaan bumi, maka
akan menyelimuti tanah yang dilalui oleh cairan magma. Untuk beberapa waktu
magma akan membeku dan berubah menjadi batuan dingin yang dinamakan
"Igneous Rock".
Batuan akan mengalami pelapukan yang disebabkan oleh bebrapa hal
diantarnya:

1. Pelapukan Secara Fisika


Pelapukan secara fisika diakibatkan oleh perubahan temperatur yang tidak
menetap. contohnya dari suhu panas yang tiba-tiba menjadi dingin bahkan terkena
hujan dan badai mengakibatkan batuan melapuk.

2. Pelapukan Secara Kimia


Pelapukan ini diakibatkan diakibatkan oleh cairan kimia HCL yang bereaksi
dengan batuan(batu gamping) mengakibatkan batuan melapuk, juga dengan
adanya hujan asam yang bereaksi dengan batuan.

3. Pelapukan Secara Biologi


Pelapukan ini disebabkan oleh makhluk hidup. Salah satu contohnya adalah
pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar.
Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan
dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.

untuk lebih singkatnya bisa dibuat kesimpulan sebagai berikut:

Proses Terjadinya Batuan:

1.      Magma yang mengalami kristalisasi/ pembekuan akan menhasilkan


IGNEOUS ROCK
2.      IGNEOUS ROCK akan mengalami pelapukan oleh air dan sebagainya akan
menghasilkaN sedimen.
3.      Sedimen yang juga mengalami weathering akan manjadi SEDIMENTARY
ROCK.
4.      SEDIMENTARY ROCK yang mengalami perubahan suhu dan temperatur
yang sangat tinggi akan berubah menjadi batu peralihan. Batu peralihan akan
kembali lagi menjadi magma dan begitu lah seterusnya.

 JENIS BATUAN BERDASARKAN PROSES PEMBENTUKANNYA


Kulit bumi terbentuk dari berbagai jenis batuan yang mengalami proses-proses
alamiah selama berjuta-juta tahun. Berdasarkan proses pembentukannya,
batuan dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni batuan beku, batuan
sedimen, dan batuan malihan.
1.   Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan keras yang terbentuk dari magma yang keluar
dari perut bumi dan membeku karena mengalami proses pendinginan. Karena
itu, batuan beku juga disebut sebagai bekuan.
Batuan beku dapat dibedakan berdasarkan tempat magma yang keluar
membeku, yaitu sebagai berikut.

a. Batuan Beku Dalam.


Batuan beku dalam atau batuan beku plutonik terbentuk karena proses
pembekuan magma di bawah permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan
batuan ini terjadi secara lambat, sehingga biasanya berbentuk kasar dan
mengkristal atau holokristalin. Contohnya, magma mengalir dan meresap ke
dalam lapisan-lapisan bumi bagian dalam dan membeku di situ. Contoh
batuan beku dalam antara lain sienit, granit, diorit, dan gabro.

b. Batuan Beku Luar.


Batuan beku luar atau batuan beku vulkanik terbentuk karena adanya proses
pembekuan magma pada permukaan bumi. Biasanya proses pembentukan
batuan ini terjadi secara cepat, sehingga bentuknya halus dan tidak
mengkristal atau kristalnya sangat halus.
Contoh batuan beku dalam antara lain obsidian, liparit, trachit, desit, andesit,
dan basalt.

c. Batuan Beku Korok.


Batuan beku korok terbentuk karena proses penyusupan magma pada celah-
celah litosfer bagian atas dan kemudian membeku. Oleh karenanya, posisi
batuan beku korok biasanya dekat dengan permukaan bumi. Batuan beku jenis
ini juga mengkristal. Beberapa contoh batuan beku korok antara lain porfir
granit, porfir diorit, dan ordinit.

2.   Batuan Sedimen
Batuan sedimen terbentuk dari batuan beku atau zat padat yang mengalami
erosi di tempat tertentu kemudian mengendap dan menjadi keras. Batuan
sedimen biasanya berlapis-lapis secara mendatar. Di antara batuan ini,
seringkali ditemukan fosil-fosil. Batuan sedimen dapat dibagi berdasarkan
proses pembentukannya, yaitu sedimen klastis, kimiawi, dan organik.

a. Batuan Sedimen Klastis.


Batuan sedimen klastis terbentuk karena pelapukan atau erosi pada pecahan
batuan atau mineral, sehingga batuan menjadi hancur atau pecah dan
kemudian mengendap di tempat tertentu dan menjadi keras. Susunan kimia
dan warna batuan ini biasanya sama dengan batuan asalnya. Contoh batuan
sedimen klastis antara lain batu konglomerat, batu breksi, dan batu pasir.

b. Batuan Sedimen Kimiawi


Batuan sedimen kimiawi terbentuk karena pengendapan melalui proses kimia
pada mineral-mineral tertentu. Misalnya, pada batu kapur yang larut oleh air
kemudian mengendap dan membentuk stalaktit dan stalagmit di gua kapur.
Contoh batuan sedimen kimiawi lainnya adalah garam.
c.  Batuan Sedimen Organik.
Batuan sedimen organik atau batuan sedimen biogenik terbentuk karena
adanya sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pengendapan di tempat
tertentu. Contohnya, batu karang yang terbentuk dari terumbu karang yang
mati dan fosfat yang terbentuk dari kotoran kelelawar.

3.   Batuan Malihan (Batuan Metamorfosis)


Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah
berubah wujud. Karena itu, batuan malihan disebut juga batuan metamorfosis.
Batuan malihan dapat dibagi berdasarkan proses pembentukannya, yaitu
sebagai berikut.
a. Batuan Malihan Kontak.
Batuan malihan kontak atau thermal terbentuk karena adanya pemanasan atau
peningkatan suhu dan perubahan kimia karena intrusi magma. Contohnya,
batu marmer yang berasal dari batu kapur.

b. Batuan Malihan Dinamo.


Batuan malihan dinamo, merupakan batuan yang terbentuk karena adanya
tekanan yang besar disertai pemanasan dan tumbukan. Tekanan dapat berasal
dari lapisan-lapisan yang berada di atas batu dalam jangka waktu lama.
Contohnya batu sabak yang berasal dari tanah liat. Contoh lainnya batubara
yang berasal dari sisa-sisa jasad hewan dan tumbuhan di daerah rawa-rawa
(tanah gambut).

c. Batuan Malihan Thermal-Pneumatolik.


Batuan malihan thermal-pneumatolik, merupakan batuan yang terbentuk
karena adanya zat-zat tertentu yang memasuki batuan yang sedang mengalami
metamorfosis. Contohnya, batu zamrud, permata, dan topaz.

 KOMPOSISI BATUAN
Kebanyakan batuan terdiri dari mineral. Tentu saja, mineral yang ditemukan
dalam batuan bumi yang diproduksi oleh berbagai susunan yang berbeda dari
unsur kimia. Mineral mempunyai komposisi kimia tertentu dan dalam
perbandingan umsur-unsur kimia tertentu pula, seperti SiO2, CaCo3, dan
sebagainya. Kelompok mineral (umumnya dijumpai pada kelompok mineral
pembentuk batuan), meskipun komposisi kimianya beragam tetapi sturuktur
kristalnya sama. Sebagai contoh mineral olovin, komposisi kimianya (Mg, Fe)2
SiO4. Ion-ion Fedan Mg dapat saling bersubtitusi. Oleh karena mineral
mempunyai komposisi kimia dan struktur dalam Kristal tertentu, maka ia
mempunyai sifat-sifat yang khas. Beberapa sifat fisik mineral adalah bentuk
Kristal, bidang belah (cleavage), kekerasan, warna, streak, kilap (luster), dan berat
jenis.

Batuan terbentuk dari mineral-mineral, yang dikenal dengan mineral pembentuk


batuan. Di alam dapat dikenali lebih dari 2000 mineral. Namun yang umum
dijumpai dalam batuan sekitar 20 mineral. Beberapa mineral utama pembentuk
batuan yang umum dijumpai adalah:
 Batuan beku-feldspar, mika, amfibol, piroksen, olivin, dan kwarsa.
 Batuan sediman-kwarsa, kalsit, amfibol, lempung, halit, gypsum dan
feldspar.
 Batuan metamorf-kwarsa, feldspar, amfibol, piroksen, mika, garnet dan
chlorit.
Feldspar berasal dari Bahasa Jerman yang berarti Kristal Kristal alamiah. Hampir
50% kerak bumi terdiri dari kelompok mineral ini, yang sangat umum dijumpai
dalam batuan beku, metamorf dan batu pasir. Feldspar mempunyai dua arah
bidang celah, kilap (luster) porselin dan kekerasannya adalah 6 skala Mohs.
Dalam kelompok ini dikenal dua tipe utama, yang dibedakan berdasarkan ion
logam yang diikat oleh tetahedra Si-O nya. Kalium Feldspar (K AlSi3, O8), dalam
granit umumnya berwarma merah muda, dan Plaggioklas feldspar. Kebanyakan
berwarna putih. Saat pembentukannya memungkinkan terjadinya subtitusi ion Ca
terhadap ion Na sehingga terjadi komposisi yang berkisar antara (Na Al Si3 O8)
sampai (CaAl2Si2O8). Mika, mineral kecil, hitam mengkilap. Kelompok ini
mudah dikenali dengan bidang belah seaarah yang mudah dibelah. Dua macam
mika yang sering dijumpai dalam batuan adalah biotit dan muskovit.

 SIFAT FISIK BATUAN

a. Porositas

Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara volume total pori-


pori batuan dengan volume total batuan per satuan volume tertentu, yang jika
dirumuskan :
Dimana :
∅ = Porositas absolute (total), fraksi (%)
Vp = Volume pori-pori, cc
Vb = Volume batuan (total), cc
Vgr = Volume butiran, cc

Porositas batuan reservoir dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:

 Porositas absolut, adalah perbandingan antara volume pori total terhadap


volume batuan total yang dinyatakan dalam persen, atau secara matematik
dapat ditulis sesuai persamaan sebagai berikut :

 Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori-pori yang saling


berhubungan terhadap volume batuan total (bulk volume) yang dinyatakan
dalam persen.

Dimana :
∅e = Porositas efektif, fraksi (%)
ρg = Densitas butiran, gr/cc
ρb = Densitas total, gr/cc
ρf = Densitas formasi, gr/cc

Berdasarkan waktu dan cara terjadinya, maka porositas dapat juga


diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :

 Porositas primer, yaitu porositas yang terbentuk pada waktu yang bersamaan
dengan proses pengendapan berlangsung.
 Porositas sekunder, yaitu porositas batuan yang terbentuk setelah proses
pengendapan.

Besar kecilnya porositas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu ukuran butir,
susunan butir, sudut kemiringan dan komposisi mineral pembentuk batuan. Untuk
pegangan dilapangan, ukuran porositas dapat dilihat pada Tabel 1. berikut :

b. Permeabilitas ( k )

Permeabilitas didefinisikan sebagai ukuran media berpori untuk


meloloskan/melewatkan fluida. Apabila media berporinya tidak saling
berhubungan maka batuan tersebut tidak mempunyai permeabilitas. Oleh karena
itu ada hubungan antara permeabilitas batuan dengan porositas efektif.Sekitar
tahun 1856, Henry Darcy seorang ahli hidrologi dari Prancis mempelajari aliran
air yang melewati suatu lapisan batu pasir. Hasil penemuannya diformulasikan
kedalam hukum aliran fluida dan diberi nama Hukum Darcy. Dapat dilihat pada
gambar 2 dibawah :
Dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

Dimana :
Q = laju alir fluida, cc/det
k = permeabilitas, darcy
μ = viskositas, cp
dP/dL = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm
A = luas penampang, cm2

Besaran permeabilitas satu darcy didefinisikan sebagai permeabilitas yang


melewatkan fluida dengan viskositas 1 centipoises dengan kecepatan alir 1 cc/det
melalui suatu penampang dengan luas 1 cm2 dengan penurunan tekanan 1
atm/cm. Persamaan 4 Darcy berlaku pada kondisi :

1. Alirannya mantap (steady state)


2. Fluida yang mengalir satu fasa
3. Viskositas fluida yang mengalir konstan
4. Kondisi aliran isothermal
5. Formasinya homogen dan arah alirannya horizontal
6. Fluidanya incompressible
Berdasarkan jumlah fasa yang mengalir dalam batuan reservoir, permeabilitas
dibedakan menjadi tiga, yaitu :

• Permeabilitas absolute (Kabs)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang


mengalir melalui media berpori tersebut hanya satu fasa atau disaturasi 100%
fluida, misalnya hanya minyak atau gas saja.

• Permeabilitas efektif (Keff)

Yaitu kemampuan batuan untuk melewatkan fluida dimana fluida yang


mengalir lebih dari satu fasa, misalnya (minyak dan air), (air dan gas), (gas dan
minyak) atau ketiga-tiganya. Harga permeabilitas efektif dinyatakan sebagai ko,
kg, kw, dimana masing-masing untuk minyak, gas dan air.

• Permeabilitas relatif (Krel)

Yaitu perbandingan antara permeabilitas efektif pada kondisi saturasi


tertentu terhadap permeabilitas absolute. Harga permeabilitas relative antara 0 – 1
darcy. Dapat juga dituliskan sebagai beikut :

Permeabilitas relatif reservoir terbagi berdasarkan jenis fasanya, sehingga


didalam reservoir akan terdapat Permeabilitas relatif air (Krw), Permeabilitas
relatif minyak (Kro), Permeabilitas relatif gas (Krg) dimana persamaannya
adalah :
Dimana :
Krw = permeabilitas relatif air
Kro = permeabilitas relaitf minyak
Krg = permeabilitas relatif gas

c. Saturasi

Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi


fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida
atau jumlah kejenuhan fluida dalam batuan reservoir per satuan volume pori. Oleh
karena didalam reservoir terdapat tiga jenis fluida, maka saturasi dibagi menjadi
tiga yaitu saturasi air (Sw), saturasi minyak (So) dan saturasi gas (Sg), dimana
secara matematis dapat ditulis :

Total saturasi fluida jika reservoir mengandung 3 jenis fluida :

Untuk sistem air-minyak, maka persamaan (12) dapat disederhanakan menjadi :


Beberapa faktor yang mempengaruhi saturasi fluida reservoir adalah :
a. Ukuran dan distribusi pori-pori batuan.
b. Ketinggian diatas free water level.
c. Adanya perbedaan tekanan kapiler.

Didalam kenyataan, fluida reservoir tidak dapat diproduksi semuanya. Hal


ini disebabkan adanya saturasi minimum fluida yang tidak dapat diproduksi lagi
atau disebut dengan irreducible saturation sehingga berapa besarnya fluida yang
diproduksi dapat dihitung dalam bentuk saturasi dengan persamaan berikut :

Dimana :
St = saturasi total fluida terproduksi
Swirr = saturasi air tersisa (iireducible)
Sgirr = saturasi gas tersisa (iireducible)
Soirr = saturasi minyak tersisa (iireducible)

d. Resistiviti

Batuan reservoir terdiri atas campuran mineral-mineral, fragmen dan pori-


pori. Padatan-padatan mineral tersebut tidak dapat menghantarkan arus listrik
kecuali mineral clay. Sifat kelistrikan batuan reservoir tergantung pada geometri
pori-pori batuan dan fluida yang mengisi pori. Minyak dan gas bersifat tidak
menghantarkan arus listrik sedangkan air bersifat menghantarkan arus listrik
apabila air melarutkan garam.

Arus listrik akan terhantarkan oleh air akibat adanya gerakan dari ion-ion
elektronik. Untuk menentukan apakah material didalam reservoir bersifat
menghantar arus listrik atau tidak maka digunakan parameter resistiviti. Resistiviti
didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu material untuk menghantarkan arus
listrik, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Dimana :
ρ = resistiviti fluida didalam batuan, ohm-m
r = tahanan, ohm
A = luas area konduktor, m2
L = panjang konduktor, m
Konsep dasar untuk mempelajari sifat kelistrikan batuan diformasi digunakan
konsep “faktor formasi” dari Archie yang didefinisikan :

Dimana :
Ro = resistiviti batuan yang terisi minyak
Rw = resistiviti batuan yang terisi air

e. Wettabiliti

Wettabiliti didefinisikan sebagai suatu kemampuan batuan untuk dibasahi


oleh fasa fluida atau kecenderungan dari suatu fluida untuk menyebar atau
melekat ke permukaan batuan. Sebuah cairan fluida akan bersifat membasahi bila
gaya adhesi antara batuan dan partikel cairan lebih besar dari pada gaya kohesi
antara partikel cairan itu sendiri. Tegangan adhesi merupakan fungsi tegangan
permukaan setiap fasa didalam batuan sehingga wettabiliti berhubungan dengan
sifat interaksi (gaya tarik menarik) antara batuan dengan fasa fluidnya. Dalam
sistem reservoir digambarkan sebagai air dan minyak atau gas yang terletak
diantara matrik batuan.
Gambar 3 memperlihatkan sistem air-minyak yang kontak dengan benda padat,
dengan sudut kontak sebesar θ. Sudut kontak diukur antara fluida yang lebih
ringan terhadap fluida yang lebih berat, yang berharga 0o – 180o, yaitu antara air
dengan padatan, sehingga tegangan adhesi (AT) dapat dinyatakan dengan
persamaan

Dimana :
AT = tegangan adhesi, dyne/cm
σso = tegangan permukaan benda padat-minyak, dyne/cm
σsw = tegangan permukaan benda padat-air, dyne/cm
σwo = tegangan permukaan air-minyak, dyne/cm
θ = sudut kontak air-minyak

f. Wetting-Phase Fluid dan Non-Wetting Phase Fluid

 Wetting-Phase Fluid

Fasa fluida pembasah biasanya akan dengan mudah membasahi permukaan


batuan. Akan tetapi karena adanya gaya tarik menarik antara batuan dan fluida,
maka fasa pembasah akan mengisi ke pori-pori yang lebih kecil dahulu dari
batuan berpori. Fasa fluida pembasah umumnya sangat sukar bergerak ke
reservoir hidrokarbon.

 Non-Wetting Phase Fluid

Non-wetting phase fluid sukar membasahi permukaan batuan. Dengan adanya


gaya repulsive (tolak) antara batuan dan fluida menyebabkan non-weting phase
fluid umumnya sangat mudah bergerak.

g. Imbibisi dan Drainage

Imbibisi adalah proses aliran fluida dimana saturasi fasa pembasah (water)
meningkat sedangkan saturasi non-wetting phase (oil) menurun. Mobilitas fasa
pembasah meningkat seiring dengan meningkatnya saturasi fasa pembasah.
Misalnya pada proses pendesakan pada reservoir minyak dimana batuan reservoir
sebagai water wet.

Drainage adalah proses kebalikan dari imbibisi, dimana saturasi fasa pembasah
menurun dan saturasi non-wetting phase meningkat.

Adapun skema proses imbibisi dan drainage dapat dilihat pada gambar 4 berikut :
h. Tekanan Kapiler (Pc)

Tekanan kapiler pada batuan berpori didefinisikan sebagai perbedaan


tekanan antara fluida yang membasahi batuan dengan fluida yang bersifat tidak
membasahi batuan jika didalam batuan tersebut terdapat dua atau lebih fasa fluida
yang tidak bercampur dalam kondisi statis. Secara matematis dapat dilihat bahwa :

Dimana :
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
Pnw = tekanan pada permukaan fluida non wetting phase, dyne/cm2
Pw = tekanan pada permukaan fluida wetting phase, dyne/cm2

Hubungan tekanan kapiler di dalam rongga pori batuan dapat dilukiskan dengan
sebuah sistim tabung kapiler. Dimana cairan fluida akan cenderung untuk naik
bila ditempatkan didalam sebuah pipa kapiler dengan jari-jari yang sangat kecil.
Hal ini diakibatkan oleh adanya tegangan adhesi yang bekerja pada permukaan
tabung. Besarnya tegangan adhesi dapat diukur dari kenaikkan fluida , dimana
gaya total untuk menaikan cairan sama dengan berat kolom fluida. Sehingga dapat
dikatakan bahwa tekanan kapiler merupakan kecenderungan rongga pori batuan
untuk menata atau mengisi setiap pori batuan dengan fluida yang berisi bersifat
membasahi.

Tekanan didalam tabung kapiler diukur pada sisi batas antara permukaan
dua fasa fluida. Fluida pada sisi konkaf (cekung) mempunyai tekanan lebih besar
dari pada sisi konvek (cembung). Perbedaan tekanan diantara dua fasa fluida
terebut merupakan besarnya tekanan kapiler didalam tabung.

Untuk sistem udara-air (gambar 5) :


Untuk sistem minyak-air (gambar 5) :

Rumus-rumus yang digunakan dalam menentukan sifat fisik batuan :

1.Bobot Isi asli :


n=Wn/(Ww-Ws)
2.Bobot Isi kering :
d=Wo/(Ww-Ws)
3.Bobot Isi jenuh :
s= Ww/ (Ww-Ws)
4.Berat jenis Semu :
Wo / (Ww-Ws)
5.Berat Jenis nyata :
Wo /(Wo-Ws)om, m

Dimana :
Pa = tekanan udara, dyne/cm2
Pw = tekanan air, dyne/cm2
Pc = tekanan kapiler, dyne/cm2
ρw = densitas air, gr/cc
ρo = densitas minyak, gr/cc
g = percepatan gravitasi, m/det2
h = tinggi kolPenentuan sifat Fisik Batuan :
Wn = berat percontoh asli
Wo = berat percontoh kering
Ww = berat percontoh jenuh.
Wa = brt percth jenuh +air +bejana
Ws = brt percth jenuh dlm air Wa – Wb
Vtp:Vol percth tp pori = Wo-Ws
VT :Vol. percth total = Ww-Ws
 PROSES TERJADINYA FOSIL
Fosil terbentuk dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah
hidup. Itu sering terjadi saat tumbuhan atau hewan terkubur dalam lingkungan
yang bebas dari oksigen. Fosil yang ada jarang dipertahankan dalam bentuk
aslinya. Dalam beberapa kasus, mineral atau perubahan kimia sisa-sisa
dilarutkan sehingga semua di ubah dengan membuat cetakan.
 SKALA WAKTU GEOLOGI
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa
Pra-Kambrium.Apa saja yg dipercaya oleh ahli geologi, apa yg terjadi dengan
mahluk hidup pada masa-masa itu.

•         Arkeozpoikum artinya Masa Kehidupan Purba.


Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa awal pembentukan batuan
kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen. Batuan masa
ini ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai
benua.
Coba perhatikan, masa ini adalah masa pembentukan kerakbumi. Jadi
kerakbumi terbentuk setelah pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” (bakal
calon bumi). Plate tectonic / Lempeng tektonik yang menyebabkan gempa itu
terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu tentunya mirip dengan
lingkungan disekitar mata-air panas.
Batuan tertua tercatat berumur kira-kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga
merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer serta awal muncul
kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan
ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan
Cyanobacteria dengan umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.

•         Masa Proterozoikum (2,5 milyar – 290 juta tahun lalu)


Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan
awal terbentuknya hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai
berkembang dari organisme bersel tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes
dan prokaryotes).
Kalau istilah-istilah ini dipelajari di ilmu biologi, mestinya di SMP sudah
diajari kan ? Enkaryotes ini bakal menjadi tumbuhan dan prokaryotes nantinya
bakal menjadi binatang.
Menjelang akhir masa ini organisme lebih kompleks, jenis invertebrata
bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral mulai muncul di laut-laut
dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.
Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa
Pra-Kambrium.

•         Jaman Kambrium (590-500 juta tahun lalu)


            Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales
di Inggeris sana, dimana batuan berumur kambrium pertama kali dipelajari.
Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada zaman Kambrium. Hampir
seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai kerangka
luar dan cangkang sebagai pelindung.
Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya luas adalah, Alga, Cacing,
Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda (Trilobit).
Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan
cikal bakal Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika
Selatan. Sedangkan Eropa, Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa
benua-benua kecil yang terpisah.

•         Jaman Ordovisium (500 – 440 juta tahun lalu)


Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan
bertulang belakang paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang
muncul pertama kali seperti Tetrakoral, Graptolit, Ekinoid (Landak Laut),
Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan
Brakiopoda mencari mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan
Ekinodermata dan Brakiopoda mulai menyebar.
Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman
ini. Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang
berada di antaranya.

•         Jaman Silur (440 – 410 juta tahun lalu)


Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat.
Tumbuhan darat mulai muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita
(tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa (Eurypterid) hidup
berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan
banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung.
Selama zaman Silur, deretan pegunungan mulai terbentuk melintasi
Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara.

•         Jaman Devon (410-360 juta tahun lalu)


Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan
tumbuhan darat. Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa
di dalam lautan. Serbuan ke daratan masih terus berlanjut selama zaman ini.
Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju daratan. Tumbuhan darat
semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya. Samudera
menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan
Tanah Hijau (Green Land).

•         Jaman Karbon (360 – 290 juta tahun lalu)


Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air.
Serangga raksasa muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon
pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan ferm dan paku ekor kuda tumbuh di
rawa-rawa pembentuk batubara.Pada zaman ini benua-benua di muka bumi
menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami
perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi
utara, iklim tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi
dan sekarang tersimpan sebagai batubara.
•         Jaman Perm (290 -250 juta tahun lalu)
“Perm” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural,
Rusia.Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan
konifer dan Grikgo primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan.
Zaman perm diakhiri dengan kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit,
banyak koral dan ikan menjadi punah.
Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan,
Lapisan es menutup Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika,
membendung air dan menurunkan muka air laut. Iklim yang kering dengan
kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.

•         Jaman Trias (250-210 juta tahun lalu)


Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi
umum. Dinosaurus dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama
kalinya selama zaman ini. Reptilia menyerupai mamalia pemakan daging yang
disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertamapun mulai muncul saat
ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk penyu dan kura-
kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar.
Benua Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian
selatan mencair dan celah-celah mulai terbentuk di Pangea.

•         Jaman Jura (210-140 juta tahun lalu)


Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat
jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam
lautan dan Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam
ukuran yang luar biasa. Burung sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan
banyak jenis buaya berkembang.
Tumbuhan Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola
melimpah pada waktu ini.Pangea terpecah dimana Amerika Utara
memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan melepaskan diri dari
Antartika dan Australia.Jaman ini merupakan jaman yang paling menarik
anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park.

•         Jaman Kapur (140-65 juta tahun lalu)


Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini.Mamalia
berari-ari muncul pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus,
Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus, Amonit dan Belemnit punah.
Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi banyak bentuk
yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika
menuju Asia. Jaman ini adalah jaman akhir dari kehidupan biantang-binatang
raksasa.

•         Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)


Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya
primata dan burung tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta,
sedangkan fauna laut sepert ikan, moluska dan echinodermata sangat mirip
dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan berbunga pada zaman
Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti semak
belukar, tumbuhan merambat dan rumput.
Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan kepunahan hewan dan
tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global.

•         Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)


Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen.
Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000
tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung
sampai sekarang.
Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es (jaman glasial). Pada
jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara
ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan
Pegunungan Himalaya
Di antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih
hangat. Manusia purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus
erectus) muncul pada Kala Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai
peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora dan fauna yang hidup pada
Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup
sekarang.Perhatikan bumi terbentuk 4 milyar tahun lalu. Tetapi kehidupan
baru muncul semilyar tahun lalu. Bahkan "manusia purba" adanya baru 2 juta
tahun lalu .
 PRINSIP DINAMIKA BUMI DAN TEKTONIK LEMPENG BUMI
Bumi merupakan planet yang sangat dinamis. Jika kita dapat kembali ke
waktu satu milyar tahun yang lalu atau lebih, kita akan mendapatkan sebuah
planet yang permukaannya sangat jauh berbeda dengan keadaannya sekarang.
Selain itu kita juga akan mendapatkan bentuk dari benua (kontinen) yang
berbeda dan berada pada posisi yang berbeda dengan sekarang ini. Perubahan
tersebut disebabkan oleh proses-proses yang bekerja pada bumi ini.
Proses-proses yang merubah bentuk permukaan bumi itu dapat dibagi menjadi
2 macam, yaitu proses yang merusak dan membangun permukaan bumi.
Proses yang pertama merupakan proses yang terjadi pada permukaan bumi
yaitu proses pelapukan dan erosi. Proses tersebut walaupun berjalan sangat
lambat tetapi berlangsung terus menerus, dapat menyebabkan permukaaan
bumi secara perlahan menjadi rata. Sedangkan proses-proses yang
membangun permukaan bumi umumnya disebabkan oleh gaya-gaya yang
berasal dari dalam bumi seperti aktivitas gunungapi dan pernbentukan
pegunungan. Proses tersebut menyebabkan permukaan bumi menjadi
bertarnbah tinggi.
Hubungan antara proses-proses tersebut dan sifat kedinamisan dari bumi ini,
walaupun sudah diketahui sejak lama, tetapi belum ditemukan suatu hipotesa
yang masuk akal untuk menceritakan tentang perubahan-perubahan yang
terjadi pada bumi. Sampai pada awal abad ke 20 muncullah suatu pendapat
yang mengatakan tentang pemisahan atau pemekaran dari daratan (kontinen)
di permukaan bumi. Setelah lebih dari 50 tahun dengan terkumpulnya
data-data yang mendukung hipotesa tersebut untuk beralih menjadi suatu teori.
Teori tersebut disebut teori tektonik lempeng (plate tectonic). Teori yang
akhirnya meluas tersebut merupakan sebuah model yang konprehensif tentang
kegiatan yang terjadi di dalam bumi.
Model tektonik lempeng ini menyebutkan bahwa kerak bumi ini disusun oleh
lempeng-lempeng yang besar dan kaku. Lempeng-lempeng yang menyusun
kerak bumi tersebut dapat dibedakan menjadi lempeng kerak benua
(continental crust), yaitu lempeng yang menyusun daratan atau benua
(kontinen), dan kerak samudera (oceanic crust), yaitu lempeng yang
menyusun lantai dasar samudera. Lempeng-lempeng tersebut selalu bergerak
walaupun sangat lambat. Pergerakan ini disebabkan karena, adanya perbedaan
distribusi panas di bawah kerak bumi (mantel bumi). Panas yang sangat tinggi
yang terdapat pada tempat yang lebih dalam akan bergerak naik ke tempat
yang temperatumya lebih rendah dan akan menyebar secara lateral.
Penyebaran panas secara lateral inilah yang mengakibatkan bergeraknya
lempeng-lempeng penyusun kerak bumi. Pergerakan dari lempeng-lempeng
kerak bumi ini menyebabkan terjadinya gempabumi, aktivitas gunungapi, dan
deformasi batuan penyusun kerak bumi yang membentuk pegunungan.
Karena setiap lempeng bergerak sebagai unit yang berbeda, maka interaksi
yang sangat besar terjadi pada pertemuan antara lempeng-lempeng tersebut.
Batas-batas antara lempeng-lempeng penyusun kerak bumi merupakan jalur
aktivitas gunungapi (vulkanik) dan gempa bumi. Ada tiga macam batas
pertemuan lernpeng-lempeng tersebut yang dipisahkan berdasarkan jenis
pergerakannya dan setiap lempeng akan dibatasi oleh kombinasi ketiga macam
batas tersebut. Ke tiga macam batas pertemuan lempeng-lempeng penyusun
kerak bumi tersebut adalah :
1. Batas divergen, zona dimana lempeng-lempeng saling memisahkan
diri (saling menjauh), meninggalkan ruang diantaranya.
2. Batas konvergen zona dimana lempeng-lempeng bergerak saling
mendekati sehingga terjadi tumbukan antara keduanya. Kejadian
ini dapat menyebabkan lempeng yang satu menunjam di bawah
lempeng lainnya atau hanya tumbukan yang menyebabkan bagian
ini akan terangkat bersama-sama.
3. Batas transform fault, zona dimana, lempeng-lempeng bergerak
saling melewati antara satu lempeng dengan lempeng lainnya
(bergeseran).
 PRINSIP VULKANISME

Vulkanisme adalah proses keluarnya magma dari dalam bumi menuju ke


permukaan bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui
retakan batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Magma adalah
campuran batuandalam keadaan cair, liat, dan sangat panas yang terdapat dalam
perut Bumi. Aktivitas magma disebabkan oleh tingginya suhu magma dan
banyaknya gas yang terkandung di dalamnya. Adanya aktivitas ini dapat
menyebabkan retakan-retakan dan pergeserankulit bumi. Proses terjadinya
vulkanisme dipengaruhi oleh aktivitas magma yang menyusup ke dalam litosfer
(kulit Bumi). Penyusupan magma ke dalam litosfer dapat dibedakan menjadi dua
sebagai berikut:

Intrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan
batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan
atas sebagai berikut.

1. Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara


dua lapisan batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.  
2. Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas.
Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi. 
3. Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan
membeku di sela-sela lipatan (korok). 
4. Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan
gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.

Intrusi magma tidak mencapai ke permukaan bumi. Mungkin hanya


sebagian kecil intrusi magma yang bisa mencapai ke permukaan bumi. Namun
yang perlu diingat bahwa intrusi magma bisa mengangkat lapisan kulit bumi
menjadi cembung hingga membentuk tonjolan berupa pegunungan. Secara rinci,
adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam
bentuk (perhatikan gambar penampang gunung api), yaitu:
1. Batolit adalah batuan beku yang terbentuk di dalam dapur magma, sebagai
akibat penurunan suhu yang sangat lambat. 
2. Lakolit adalah magma yang menyusup di antara lapisan batuan yang
menyebabkan lapisan batuan di atasnya terangkat sehingga menyerupai
lensa cembung, sementara permukaan atasnya tetap rata.
3. Keping intrusi atau sill adalah lapisan magma yang tipis menyusup di
antara lapisan batuan. 
4. Intrusi korok atau gang adalah batuan hasil intrusi magma memotong
lapisan-lapisan litosfer dengan bentuk pipih atau lempeng.  
5. Apolisa adalah semacam cabang dari intrusi gang namun lebih kecil. 
6. Diatrema adalah batuan yang mengisi pipa letusan, berbentuk silinder,
mulai dari dapur magma sampai ke permukaan bumi.

Ekstrusi magma
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke
permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas
cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang
sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkanterjadinya gunung api.
Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisaterjadi di lautan.
Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi
magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:

1. Ekstrusi linier, terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau
patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi.
Misalnya Gunung Api Laki di Eslandia, dan deretan gunung api di Jawa
Tengah dan Jawa Timur.  
2. Ekstrusi areal, terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi,
sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal
tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang
luasnya mencapai 10.000 km2. 
3. Ekstrusi sentral, terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran
magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung
Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain. 

Bentuk, ukuran, dan sifat gunung api di permukaan Bumi banyak sekali
macamnya. Ada gunung yang puncaknya sangat tinggi sehingga selalu diselimuti
salju, ada pula gunung yang puncaknya di bawah permukaan laut. Ini
menyebabkan gunung api memiliki banyak tipe. 
 STRUKTUR GEOLOGI
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat
kerja kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi
disamping itu struktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk
deformasi tektonik .

Cabang geologi yang menjelaskan struktur geologi secara detail disebut


GEOLOGI STRUKTUR,dimana geologi struktur merupakan cabang ilmu
geologi yang mempelajari mengenai bentuk arsitektur kulit bumi.
Kekutan Tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi itu berupa
stress (Tegangan).
Berdasarkan keseragaman kekuatannya,Stress dapat dibedakan menjadi 2
yaitu :

A. Uniform stress (Confining Stress)


Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dengan kekuatan yang sama dari
atau ke segala arah

B. Differential Stress

Yaitu tegangan yang menekan atau menarik dari atau ke satu arah saja dan
bisa juga dari atau ke segala arah,tetapi salah satu arah kekuatannya ada yang
lebih dominan.
Pengenalan struktur geologi secara tidak langsung dapat dilakukan melalui
cara-cara berikut ini :
a. Pemetaan geologi dengan mengukur strike dan dip.
b. Interprestasi peta topografi,yaitu dari penampakan gejala penelusuran
sungai,penelusuran morfologi dan garis kontur serta pola garis konturnya.
c. Foto udara.
d. Pemboran.
e. Geofisika,yang didasarkan pada sifat-sifat yang dimiliki oleh batuan,yaitu
dengan metode :

 Grafity,
 Geolectrik,
 Seismik,dan
 Magnetik.

Umumnya struktur geologi terbentuk oleh differential stress.


Dari aspek arah kerjanya,ada 3 macam Differential stress,yaitu :
1. Compressional stress
2. Tensional stress
3. Shear stress
 PRINSIP PELAPUKAN DAN GENESA
Tanah

Tanah merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan makhluk


hidup, baik manusia, binatang dan juga tumbuh- tumbuhan. Keberadaan tanah
juga menentukan kesejahteraan makhluk hidup karena menentukan
keberadaan bahan pangan yang tersedia. Tanah yang subur akan membuat
makhluk hidup yang tinggal di daerahnya akan makmur, dan sebaliknya.
Maka dari itulah terkadang kita menjumpai adanya binatang maupun
tumbuhan khas yang hidup di suatu jenis tanah. Keberadaan tanah sejak Bumi
terbentuk tidak terlepas dari peristiwa kematian yang ada di Bumi. Makhluk
hidup yang sudah mati maka jasadnya akan membusuk dan kemudian
melapuk menjadi tanah. Dan karena adanya pelapukan dari jasad- jasad inilah
yang akan membuat tanah tersebut menjadi subur (baca: ciri tanah subur dan
tidak subur). Tidak hanya dari jasad makhluk hidup yang mati saja, namun
pelapukan juga bisa terjadi karena pelapukan batuan– batuan yang ada di
Bumi. Oleh karena itulah kita perlu untuk mengkajinya.

Pelapukan

Mendengar kata pelapukan, tentu bukanlah menjadi sesuatu yang asing lagi di
telinga kita. Kita telah mendapatkan pelajaran mengenai pelapukan ini di
bangku sekolah. Pelapukan merupakan proses alterasi dan fragsiasi batuan dan
juga material tanah pada dan/ atau dekat permukaan Bumi (baca: kerak Bumi)
yang disebabkan oleh berbagai proses, yakni fisika, kimia dan biologi.
Terjadinya pelapukan karena adanya beberapa peristiwa yang terjadi dan
saling berakumulasi serta berlangsung secara terus menerus. Beberapa
peristiwa tersebut seperti adanya perubahan suhu siang dan malam, panas
matahari (baca: bagian-bagian matahari) yang mempengaruhi gerak angina
(baca: jenis angin), terjadinya hujan (baca: proses terjadinya hujan), serta
gerak naik gelombang di laut. Selain peristiwa- peristiwa yang bersifat
biologis tersebut, ada pula peristiwa yang bersifat kimiawi seperti proses
pembusukan dan juga pengkaratan.

Pelapukan yang terjadi akan menghasilkan sesuatu yang menjadi asal dari
batuan sedimen dan juga asal dari tanah. Pelapukan ini terjadi pada batuan
atau jasad- jasad, atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk
kemudian akan menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan
sedimen klastik. Tentu saja terjadinya proses pengendapa ini juga dipengaruhi
berbagai macam faktor.

Jenis- jenis Pelapukan

Pelapukan yang terjadi pada batuan bisa disebabkan oleh berbagai macam
faktor. Adanya perbedaan faktor inilah yang akan menyebabkan perbedaan
jenis- jenis pelapukan. Secara umum, pelapukan dibedakan menjadi tiga
macam, yakni pelapukan organik atau biologis, pelapukan fisika dan
pelapukan kimiawi atau kimia. Pada dasarnya ketiga jenis pelapukan ini
bekerja bersama- sama, namun ada kemungkinan salah satu prosesnya lebih
dominan dibandingkan dengan yang yang lainnya, itulah sebabnya muncul
salah satu jenis pelapukan. Agar kita mengetahui lebih dalam mengenai jenis-
jenis pelapukan, maka kita akan membahasnya sebagai berkut:

Pelapukan organik atau biologis, yakni pelapukan yang disebabkan


karenaadanya makhluk hidup. Contoh dari pelapukan organik atau biologis ini
adalah hancurnya batuan (baca: jenis batuan) karena adanya tanaman lumut
yang hidup menempel di baruan tersebut.
Pelapukan fisika, yakni pelapukan yang disebabkan oleh perubahan suhu atau
iklim. Sebagai contoh dari pelapukan ini adalah hancurnya batuan dikarenakan
adanya perubahan cuaca dari musim kemarau ke musim penghujan (baca:
pembagian musim di Indonesia).
Pelapukan kimia atau kimiawi, yakni pelapukan yang terjadi karena
tercampurnya batuan dengan zat- zat kimia. Contoh dari pelapukan ini adalah
hancurnya batuan yang disebabkan karena tercampur oleh limbah pabrik yang
banyak mengandung bahan kimia.
Itulah beberapa jenis pelapukan yang sering kita temui di sekitar kita. Ketiga
jenis pelapukan tersebut menyerang batuan dan juga beberapa mineral
sehingga hancur dan sebagian menjadi tanah, serta sebagian lagi mengendap
menjadi batuan sedimen. Untuk contoh dalam kehidupan sehari- hari kita bisa
memperhatikan pelapukan pada batu atau karang yang terkikis akibat diterpa
air, baik air hujan maupun ombak. Hal itu merupakan salah satu contoh dari
proses pelapukan batuan.

Proses Terjadinya Pelapukan


Proses pelapukan terjadi pada batuan dan juga pada jasad- jasad serta mineral-
mineral alami. Mineral-mineral alami yang terkikis itu sebagian berlalu
menjadi tanah, dan sebagian pula mengendap menjadi batuan sedimen. Proses
pelapukan dari batuan menjadi tanah atau batuan sedimen ini tidak terjadi
begitu saja, namun membutuhkan waktu yang panjang. Terjadinya pelapukan
bisa disebabkan karena tiga macam, yakni fisika, kimia, dan juga biologis atau
organik. Oleh karena proses ini berbeda- beda maka faktor yang
mempengaruhinya pun juga berbeda- beda. Terjadinya pelapukan juga tidak
terlepas dari peranan sinar matahari, suhu udara, dan juga uap air. Adanya
perbedaan suhu udara, curah hujan, dan juga angin secara terus menerus akan
menyebabkan benda- benda mengalami pelapukan. Ketiga proses pelapukan
yang telah disebutkan di atas sebenarnya saling berintegrasi satu sama lain
sehingga akan mempercepat proses pelapukan tersebut.

Pelapukan secara kimia, fisika dan biologis atau organik terjadi melalui proses
yang berbeda- beda. Oleh karena faktor yang mempengaruhi juga berbeda,
maka proses nya pun berbeda. Untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai
proses terjadinya pelapukan, maka kita harus mengetahui pada masing-
masing proses tersebut. Penjelasan mengenai proses terjadinya pelapukan
adalah sebagai berikut:

Proses pelapukan Fisik


Proses pelapukan yang pertama adalah proses pelapukan fisik. Proses
pelapukan secara fisik merupakan proses mekanik yang menyebabkan batuan
masif menjadi pecah dan hancur serta terfragmentasi menjadi partikel- partikel
mikro tanpa ada perubahan yang bersifat kimia. Proses pelapukan fisika ini
terjadi akibat adanya:

Perubahan suhu secara drastis, misalnya cuaca yang sangat panas ke cuaca
yang sangat dingin
Hantaman air hujan yang deras maupun ringan
Penetrasi akar tanaman
Adanya makhluk hidup lainnya.
Dalam proses pelapukan secara fisika terjadi perbedaan kecepatan proses
pelapukannya. Perbedaan kecepatan pelapukan secara fisika ini dipengaruhi
oleh beberapa hal, yaitu:
Tingkat kontraksi dan tingkat ekspansi dari komponen penyusun batuan,
sehingga hal ini akan memicu proses pecahnya dan hancurnya batuan (baca:
batuan beku).
Tingkat kasar atau halusnya permukaan batuan (baca: batuan metamorf).
Bahwa semakin kasar permukaan bebatuan maka proses pelapukan yang
terjadi akan lebih cepat.
Warna batuan. Semakin gelap warna bebatuan maka akan memiliki daya serap
terhadap cahaya lebih banyak. Hal ini akan menyebabkan proses pemuaian
berlangsung lebih cepat, bahkan kontraksi dan ekspansi juga. Dan hal- hal
tersebut akan menyebabkan proses pelapukan terjadi lebih cepat.
Itulah beberapa faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya pelapukan secara
fisik. Untuk proses terjadiya pelapukan secara fisik ini, batuan akan mengikis
sedidik demu sedikit hingga lama- kelamaan akan benar- benar mengelami
pelapukan. Sebagai contoh adalah batuan yang rapuh akibat adanya ombak
laut yang menghantamnya setiap hari atau batuan yang rapuh akibat adanya
tetesan air hujan yang menjatuhinya dalam waktu yang lama.

Proses pelapukan Kimia atau kimiawi


Selain proses pelapukan secara fisik,selanjutnya dalah pelapukan secara
kimiawi. Sesuai dengan namanya, pelapukan kimia ini terjadi karena adanya
bantuan bahan- bahan kimia. Proses pelapukan kimia merupakan proses
pelapaukan yang diikuti terjadinya perubahan pada sifat kimia batuan tersebut.
Ada beberapa proses kimia dari pelapukan , yakni sebagai berikut:

Pelarutan atau solubilitas


Hidrasi atau proses pengikatan pada molekul air sehingga volume akan
meningkat dan kekuatan akan melemah serta akan menjadi mudah mengalami
proses pelapukan
Hidrolis atau proses pergantian kation- kation dengan ion hidrogen dan saat
terjadi ionisasi mengakibatkan kondisi menjadi lemah sehingga akan mudah
mengalami proses pelapukan
Oksidasi atau terjadinya penambahan muatan positif. Sebagai contoh adalah
perubahan besi dalam batuan dari bentuk ferro ke bentuk ferri, hal ini akan
membuat ukurannya bertambah. Dengan ukuran yang bertambah ini maka besi
tersebut akan mudah mengalami pelapukan
Reduksi, yakni peristiwa penurunan muatan positif
Karbonatasi, yakni proses yang menyebabkan bereaksinya asam karbonat
dengan basa- basa yang membentuk basa karbonat, dan yang terakhir adalah
Asidifikasi, yakni proses pengasaman pada batuan sehingga akan
menyebabkan percepatan proses pelapukan. Contoh dari peristiwa ini adalah
pengasaman akibat asam nitrat yang terkandung dalam air hujan dan juga
pengasaman akibat asam sulfat hasil dekomposisi protein. Kedua asam yang
berbeda ini akan mempercepat proses pelapukan pada batuan.
Itulah beberapa proses atau langkah yang terjadi dalam pelapukan batuan
secara kimiawi. Proses pelapukan secara kimiawi biasanya juga terjadi pada
dinding- dinding bangunan, terlebih bagi yang berada di sekitaran pabrik dan
terkena limbahnya.

Proses pelapukan Biologi atau Organik


Selanjutnya adalah proses pelapukan yang terjadi secara biologis atau organik
dan juga pelapukan kimia/ kimiawi. Jika pelapukan secara fisika disebabkan
karena faktor- faktor alam, maka pelapukan secara biologi atau pelapukan
organik ini terjadi akibat adanya peranan makhluk hidup. Proses pelapukan
biologi atau organik terjadi karena adanya aktivitas kehidupan, yakni
kehidupan:

 Akar tumbuhan
 Mikroorganisme tanah
 Binatang
Proses pelapukan secara biologis atau organik ini merupakan proses
pelapukan yang senantiasa mengiringi dua proses pelapukan sebelumnya yang
telah kita jelaskan. Pelapukan secara organik atau biologis ini trejadi setelah
sebelumnya batuan telah mengelami proses pelapukan secara kimia atau fisika
terlebih dahulu. Dengan kata lain pelapukan organik atau biologis ini sifatnya
mempercepat atau menyempurnakan. Sebagai contoh adalah batuan yang telah
mengalami perubahan suhu ekstrim (misalnya setelah cuaca yang sangat
panas, tiba- tiba menjadi sangat dingin) maka akan mengalami retakan-
retakan. Selanjutnya ketika sedang turun hujan maka air hujan akan masuk ke
dalam retakan- retakan batuan, sehingga akan semakin mempercepat proses
pelapukan yang terjadi. Di dalam retakan tersebut ternyata tidak hanya air
yang masuk, namun juga mulai ditumbuhi tanaman- tanaman tingkat rendah
dan juga mikroorganisme tanah yang keduanya makin mempercepat terjadinya
proses pelapukan.
 SIFAT FISIK DAN KLASIFIKASI TANAH
Tanah merupakan kombinasi mineral, bahan bahan organic, gas, berbagai
jenis cairan, dan organisme yang tidak dapat dihitung yang bersama sama
mendukung kehidupan di atas bumi. Tanah merupakan materi alami yang
dikenal sebagai pedosfer yang memiliki 4 peran penting yaitu: media tumbuh
tanaman, tempat penyimpanan air, media penyedia dan purifikasi air, dan
merupakan habitat bagi banyak organisme. Tanah dianggap sebagai “kulit dari
bumi” dan berkaitan erat dengan litosfer, hidrosfer, dan biosfer. Sebutan
pedolit, seringkali diartikan sebagai tanah. Tanah terdiri dari bagian yang solid
(mineral dan organic) dan bagian yang berporos karena mengandung gas dan
air.

Tanah merupakan produk akhir dari interaksi iklim, relief, organisme dan
material induk dalam waktu tertentu. Tanah secara kontinyu berkembang
melalui banyak proses fisika, kimiawi, dan biologis. Kebanyakan tanah
memiliki kepadatan antara 1 hingga 2 g/cm3. Hanya sedikit tanah di bumi
yang lebih tua dari zaman pleistosen, dan tidak ada yang lebih tua dari zaman
cenozoic meskipun tanah dari fosil dianggap berasal dari zaman arkean. Studi
mengenai tanah dibagi menjadi 2 cabang yaitu: edaphology dan pedologhy.
Edaphologhy mengonsentrasikan efek tanah bagi kehidupan organisme.
Pedologhy fokus pada formasi, deskripsi dan klasifikasi tanah dalam
lingkungan.

Proses pembentukan tanah

Formasi tanah, atau pedogenesis merupakan efek kombinasi antara proses


biologis, kimiawi dan fisika yang bekerja pada material induk tanah. Tanah
dikatakan akan terbentuk ketika bahan organic diperoleh meninggalkan
humus, karbon, dan gypsum yang menciptakan lapisan dinamakan horizon B.
Lapisan ini berpindah dari satu level ke level lain oleh air dan aktivitas
makhluk hidup. Hasilnya, horizon B akan membentuk lapisan tanah. Proses
pembentukan tanah dipengaruhi oleh 5 faktor klasik seperti iklim, topografi
(relief), organisme, dan waktu.

Berikut adalah beberapa sifat fisik tanah :

1. Bahan induk tanah

Bahan induk merupakan materi utama dari tanah yang dibentuk oleh berbagai
faktor melalui proses kimiawi, biologis dan fisika. Bahan induk tanah secara
umum adalah Quartz (SiO2), Kalsit (CaCO3), Feldspar dan Biotit.

2. Tekstur tanah
Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat, proporsi
dari kombinasi ketiga bahan tersebut akan menentukan tekstur tanah
(menyerupai kombinasi antara tepung, air dan telur). Hal yang dipengaruhi
oleh tesktur tanah mencakup porositas, permeabilitas (kemampuan menyerap),
infiltrasi, dan kapasitas kandungan air. Tanah dan Pasir dan lumpur
merupakan produk dari material induk yang mengalami proses fisika dan
kimiawi. Tanah liat merupakan produk dari pengendapan material induk yang
larut sebagai material sekunder.
3. Kepadatan tanah

Tingkat kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 gram per
cm3 dan biasanya tidak dapat berubah. Kepadatan partikel tanah yang banyak
mengandung material organic lebih rendah daripada tanah yang sedikit
mengandung material organic. Tanah dengan kepadatan rendah dapat
menyimpan air lebih baik namun bukan berarti cocok untuk pertumbuhan
tanaman. Tanah dengan kepadatan tinggi menunjukkan tingkat kandungan
pasir yang tinggi.

4. Porositas tanah

Porositas mirip seperti kepadatan, hanya saja porositas berarti ruang kosong
(pori pori) diantara tekstur tanah yang tidak terisi dengan mineral atau bahan
organic namun terisi oleh gas atau air. Semakin tinggi kepadatan tanah maka
semakin rendah porositasnya dan sebaliknya semakin rendah kepadatan tanah
semakin rendah porositasnya. Idealnya, total porositas dari tanah adalah
sekitar 50% dari total volume tanah. Ruang untuk gas dibutuhkan tanah untuk
menyediakan oksigen yang berguna untuk organisme dalam menguraikan
material organic, humus dan akar tanaman. Porositas juga mendukung
pergerakan serta penyimpanan air serta nutrisi.

Tingkat porositas tanah dibagi menjadi 4 kategori yaitu sangat baik dengan
tingkat porositas kurang dari 2 mikro meter, baik dengan tingkat porositas 2-
20 mikro meter, sedang dengan tingkat porositas 20-200 mikro meter dan
kasar dengan porositas 200 mikro meter hingga 2 mili meter.

5. Temperatur tanah
Tanah memiliki temperatur yang bervariasi mulai dari tingkat dingin ekstrim
-20 derajat celcius hingga tingkat panas ekstrim mencapai 60 derajat celcius.
Temperatur tanah penting bagi germinasi biji tanaman, pertumbuhan akar
tanaman serta menyediakan nutrisi bagi tanaman tersebut. Tanah yang berada
50cm dibawah permukaan cenderung memiliki temperatur yang lebih tinggi
sekitar 1,8 derajat celcius.
6. Warna tanah

Warna tanah seringkali menjadi faktor paling dasar bagi kita untuk
membedakan jenis jenis tanah. Umumnya, warna tanah ditentukan oleh
kandungan material organic, kondisi drainase, minearologi tanah dan tingkat
oksidasi. Pengembangan dan distribusi warna tanah berasal dari proses
kimiawi dan tingkat pelapukan material organic. Ketika mineral primer dalam
bahan induk lapuk, elemen tanah akan dikombinasikan pada senyawa dan
warna yang baru. Mineral besi merupakan mineral sekunder yang akan
menghasilkan warna kuning atau kemerahan pada tanah, material organic akan
menghasilkan warna hitam kecoklatan atau coklat (warna subur). Manggan,
sulphur dan nitrogen akan menghasilkan warna hitam.

7. Konsistensi tanah

Konsistensi tanah berarti kemampuan tanah untuk menempel pada objek lain
dan kemampuan tanah untuk menghindari deformasi atau berpisah.
Konsistensi diukur dengan 3 kondisi kelembapan yaitu: kering, lembap dan
basah. Konsistensi tanah bergantung pada tingkat banyaknya tanah liat.
 Peta Topografi
Peta topografi merupakan peta yang menggambarkan bentuk relief (tinggi
rendahnya) permukaan bumi. Peta topografi biasanya menyajikan data dan
informasi keadaan lapangan secara menyeluruh. Peta topografi juga harus bisa
menggambarkan keadaan unsur alam maupun unsur buatan di daerah yang di
petakan tersebut dengan garis bayangan ketinggian atau disebut garis kontur
dalam skala tertentu.
Dalam peta topografi juga dikenal garis kontur. Garis kontur yaitu garis
yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
Garis-garis kontur harus kontinu dan tidak bercabang, dan juga tidak akan
berpotongan dengan garis kontur yang lain.
Interval kontur merupakan jarak tegak antara dua garis kontur yang
berdekatan. Pada peta topografi, interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik
dengan skala peta.
Peta topografi memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a. Menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa
bumi (permukaan bumi).
b. Memberikan informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi.
c. Menemukan posisi kita terhadap suatu tanda medan atau daerah lain.
d. Sebagai dasar dalam pengeplotan data mengenai hal yang berhubungan
dengan ruang.
e. Untuk memperkirakan tingkat kecuraman atau kemiringan lereng.
Cara penarikan kontur adalah dengan cara perkiraan antara besarnya nilai
titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang ditarik. Semakin
rapat jarak kontur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan daerah tersebut
semakin curam. Sebaliknya semakin jarang jarak antara kontur menunjukkan
daerah tersebut semakin landai. Dengan peta topografi, kita dapat membaca
bentuk relief dari daerah yang digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah
tersebut berbukit, bergunung, berlereng terjal, dan lain sebagainya.
 Peta Geologi
Peta geologi adalah suatu bentuk ungkapan data dan informasi geologi
suatu daerah dengan tingkat kualitas yang tergantung pada skala peta yang
digunakan. Peta geologi menggambarkan informasi dasar seperti jenis-jenis
batuan, ketebalan dan arah penyebaran batuan, susunan satuan batuan, struktur
pelapisan, kekar dan perlipatan. Peta geologi dibuat berdasarkan kepentingannya,
misalkan untuk kepentingan ilmiah (science), kepentingan pertambangan atau
teknik (engineering) atau kepentingan-kepentingan lainnya.
Peta geologi mempunyai beberapa macam bagian yang sering digunakan
untuk laporan, atau untuk mengetahui kandungan mineral di dalamnya,
diantaranya:
1. Peta Geologi Permukaan
Yaitu peta yang memberikan informasi geologi yang langsung terletak di
bawah permukaan. Berguna untuk menentukan lokasi bahan bangunan,
drainase, pencarian air, pembuatan lapangan terbang, maupun pembuatan
jalan.
2. Peta Singkapan
Yaitu peta yang mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat, yang
dapat memberikan sejumlah keterangan dari pemboran beserta sifat batuan
dan kondisi strukturalnya. Biasanya digunakan untuk menentukan lokasi,
misalnya material yang berupa pecahan batu yang dapat ditemukan langsung
di bawah permukaan.
3. Peta Ikhtisar Geologis
Yaitu peta yang memberikan informasi langsung berupa formasi-formasi
yang telah tersingkap, maupun ekstrapolasi terhadap beberapa lokasi yang
formasinya masih tertutup oleh lapisan Holosen. Peta ini kadang skematis,
umumnya bersakal sedang atau kecil, dengan skala 1:100.000 atau lebih kecil.
4. Peta Struktur
Yaitu peta dengan garis-garis kedalaman yang dikonstruksikan pada
permukaan sebuah lapisan tertentu yang berada dibawah permukaan.
5. Peta Geologi Sistematik
Yaitu peta yang menyajikan data geologi pada peta dasar topografi atau
batimetri dengan nama nomor lembar peta yang mengacu pada SK Ketua
Bakosurtanal No. 019.2.2/1/1975 atau SK penggantinya.
6. Peta Geologi Tematik
Yaitu peta yang menyajikan informasi geologi dan potensi sumber daya
mineral dan energy untuk tujuan tertentu.
7. Peta Isopach
Yaitu peta yang menggambarkan garis-garis yang menghubungkan titik-
titik suatu formasi atau lapisan dengan ketebalan yang sama.
8. Peta Fotogeologi
Yaitu peta yang dibuat berdasarkan interpretasi foto udara. Peta
fotogeologi harus disesuaikan dengan keadaan yang sesungguhnya.
9. Peta Hidrogeologi
Yaitu peta yang menunjukkan kondisi air tanah pada daerah yang
dipetakan.
 PRINSIP DAUR HIDROLOGI
Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi
kemudian menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke Bumi yang berlangsung secara
terus menerus. Karena bentuknya memutar dan berlangsung secara terus- menerus
inilah yang menyebabkan air seperti tidak pernah habis. Siklus ini mempunyai
peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk di Bumi. Karena
adanya siklus inilah ketersediaan air di Bumi bisa selalu terjaga. Dan karena siklus
hidrologi inilah keseimbangan ekosistem (baca: ekosistem air laut) di Bumi bisa
selalu terjaga.

Tahapan- tahapan Siklus Hidrologi

Sebuah siklus pastilah mempunyai beberapa tahapan yang berangkai. Tahapan-


tahapan tersebut apabila tergabung antara satu dengan yang lainnya maka akan
terciptalah sebuah siklus. Dengan kata lain, siklus ini terjadi karena adanya
tahapan- tahapan yang saling berkaitan satu sama lain dan bentuknya memutar.
Siklus hidrologi ini setidaknya mencakup 9 tahap, yakni evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, sublimasi, kondensasi, adveksi, presipitasi, run off, dan
infiltrasi. Siklus air secara umum dapat digambarkan dalam gambar disamping.
Gambar disamping menunjukkan langkah- langkah atau tahapan siklus hidrologi
yang membentuk gerakan memutar. Adra lebih jelas, masing- masing tahapan
tersebut akan kita bahas sebagai berikut.

1. Evaporasi

Tahapan pertama dalam siklus hidrologi ini adalah evaporasi. Evaporasi


merupakan istilah lain dari penguapan. Siklus hidrologi akan dimulai dari
adanya penguapan. Penguapan yang mengawali terjadinya siklus hidrologi
adalah penguapan dari air yang ada di Bumi, seperti samudera, laut, danau,
rawa, sungai , bendungan (baca: bendungan terbesar di dunia), bahkan di areal
persawahan. Semua air tersebut akan berubah menjadi uap air karena adanya
pemanasan dari sinar matahari. Hal inilah yang disebut dengan evaporasi atau
penguapan.

Evaporasi ini akan mengubah bentuk air yang semula cair menjadi uap air
yang berwujud gas. Karena menjadi wujud gas, hal ini memungkinkan bahwa
gas tersebut dapat naik ke atas (ke atmosfer) karena terbawa oleh angin.
Semakin panas sinar matahari yang diterima, maka akan semakin banyak air
yang berubah menjadi uap air, dan semakin banyak pula yang terbawa
ke lapisan atmosfer Bumi.

2. Transpirasi
Selain evaporasi, ada bentuk penguapan lainnya yakni penguapan yang berasal
dari jaringan makhluk hidup. Penguapan yang terjadi di jaringan makhluk
hidup ini disebut sebagai transpirasi. Transpirasi ini terjadi di jaringan hewan
maupun tumbuhan.

Sama halnya dengan evaporasi, transpirasi ini juga mengubah air yang
berwujud cair dari jaringan makhluk hidup tersebut menjadi uap air. Uap air
ini juga akan terbawa ke atas, yakni ke atmosfer. Namun, biasanya penguapan
yang terjadi karena transpirasi ini jumlahnya lebih sedikit atau lebih kecil
daripada penguapan yang terjadi karena evaporasi.

3. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi ini merupakan gabungan dari evapotasi dan juga transpirasi.


Sehingga dapat dikatakan bahwa evapotranspirasi ini merupakan total
penguapan air atau penguapan air secara keseluruhan, baik yang ada di
permukaan Bumi atau tanah maupun di jaringan makhluk hidup. Dalam siklus
hidrologi, evapotranspirasi ini sangatlah mempengaruhi jumlah uap air yang
ternagkut ke atas atau ke atmosfer Bumi.

4. Sublimasi

Tahapan yang lainya adalah sublimasi. Jadi selain melalui proses penguapan,
naiknya uap air ke atmosfer ini juga terjadi melalui proses sublimasi. Apa
sebenarnya sublimasi itu? Sumblimasi merupakan proses perubahan es di
kutub atau di puncak gunung menjadi uap air, tanpa harus melalui proses cair
terlebih dahulu.

Sublimasi ini juga tidak sebanyak penguapan (evaporasi maupun transpirasi),


namun meski sedikit tetap saja sublimasi ini berkontribusi erat terhadap
jumlah uap air yang terangkat ke atmosfer. Dibandingkan dengan evaporasi
maupun transpirasi, proses sublimasi ini berjalan lebih lambat dari pada
keduanya. Sublimasi ini terjadi pada tahap sikulus hidrologi panjang.

5. Kondensasi

 Kondensasi merupakan proses berubahnya uap air menjadi partikel- partikel


es (baca: hujan es). Ketika uap air dari proses evaporasi, transpirasi,
evapotranspirasi, dan sublimasi sudah mencapai ketinggian tertentu, uap air
tersebut akan berubah menjadi partikel-partikel es yang berukuran sangat kecil
melalui proses konsendasi. Perubahan wujud ini terjadi karena pengaruh suhu
udara yang sangat rendah saat berada di ketinggian tersebut. Partikel- partikel
es yang terbentuk tersebut akan saling mendekati satu sama lain dan bersatu
hingga membentuk sebuah awan. Semakin banyak partikel es yang bersatu,
maka akan semakin tebal dan juga hitam awan yang terbentuk. Inilah hasil
dari proses kondensasi.
6. Adveksi

Adveksi ini terjadi setelah partikel- partikel es membentuk sebuah awan.


Adveksi merupakan perpidahan awan dari satu titik ke titik lainnya namun
masih dalam satu horisontal. Jadi setelah partikel- partikel es membentuk
sebuah awan yang hitam dan gelap, awan tersebut dapt berpindah dari satu
titik ke titik yang lain dalam satu horizontal.

Proses adveksi ini terjadi karena adanya angin maupun perbedaan tekanan
udara sehingga mengakibatkan awan tersebut berpindah. Proses adveksi ini
memungkinkan awan akan menyebar dan berpindah dari atmosfer yang berada
di lautan menuju atmosfer yang ada di daratan. Namun perlu diketahui bahwa
tahapan adveksi ini tidak selalu terjadi dalam proses hidrologi, tahapan ini
tidak terjadi dalam siklus hidrologi pendek.

7. Presipitasi

Awan yang telah mengalami proses adveksi tersebut selanjutnya akan


mengalami presipitasi. Presipitasi merupakan proses mencairnya awan hitam
akibat adanya pengaruh suhu udara yang tinggi. Pada tahapan inilah terjadinya
hujan. Sehingga awan hitam yang tebentuk dari partikel es tersebut mencair
dan air tersebut jatuh ke Bumi manjadi sebuah hujan. Namun, tidak semua
presipitasi menghasilkan air.

Apabila presipitasi terjadi di daerah yang mempunyai suhu terlalu rendah,


yakni sekitar kurang dari 0ᵒ Celcius, maka prepitisasi akan menghasilkan
hujan salju. Awan yang banyak mengandung air tersebut akan turun ke litosfer
dalam bentuk butiran- butiran salju tipis. Hal ini dapat kita temui di daerah
yang mempunyai iklim sub tropis, dimana suhu yang dimiliki tidak terlalu
panas seperti di daerah yang mempunyai iklim tropis.

8. Run Off

Tahapan run off ini terjadi ketika sudah di permukaan Bumi. Ketika awan
sudah mengalami proses presipitasi dan menjadi air yang jatuh ke Bumi, maka
air tersebut akan mengalami proses run off. Run off atau limpasan ini
merupakan proses pergerakan air dari tempat yang tinggi menjuju ke tempat
yang lebih rendah yang terjadi di permukaan Bumi. Pergerakan air tersebut
dapat terjadi melalui saluran- saluran, seperti saluran got, sungai, danau,
muara sungai, hingga samudera. Proses ini menyebabkan air yang telah
melalui siklus hidrologi akan kembali menuju ke lapisan hidrosfer Bumi.

9. Infiltrasi

Proses selanjutnya adalah proses infiltrasi. Air yang sudah berada di Bumi
akibat proses presipitasi, tidak semuanya mengalir di permukaan Bumi dan
mengalami run off. Sebagian dari air tersebut akan bergerak menuju ke pori-
pori tanah, merembes, dan terakumulasi menjadi air tanah. Sebagian air yang
merembes ini hanyalah sebagian kecil saja. Proses pergerakan air ke dalam
pori- pori tanah ini disebut sebagai proses infiltrasi. Proses infiltrasi akan
secara lambat membawa  air tanah untuk menuju kembali ke laut.

Setalah melalui proses run off dan infiltrasi, kemudian air yang telah
mengalami siklus hidrologi akan kembali berkumpul ke lautan. Dalam waktu
yang berangsunr- angsur, air tersebut akan kembali mengalami siklus
hidrologi yang baru, dimana diawali dengan evaporasi. Dan itulah kesembilan
dari tahapan siklus hidrologi.

Anda mungkin juga menyukai