Batuan Beku
a. Proses terbentuknya
Batuan beku terbentuk dari pendinginan dan kristalisasi magma. Namun, proses
pembentukan yang berbeda akan menghasilkan batu yang berbeda. Misalnya, batuan
beku dalam atau batuan plutonik terbentuk karena pembekuan yang terjadi di dalam
dapur magma secara perlahan-lahan sekali sehingga tubuh batuan terdiri dari kristal-
kristal besar. Contohnya adalah batuan granit, batuan peridotim dan batuan gabro.
Sedangkan, batuan beku gang atau korok yang proses pembentukannya terjadi pada
celah-celah antar lapisan di dalam kulit bumi. Proses pembekuan ini berjalan cepat
sehingga di samping kristal besar terdapat juga kristal kecil. Contoh dari batuan ini
adalah batu granit porfir. Kemudian ada proses pembentukan pada batuan beku luar
atau batuan lelehan yang prosesnya terjadi melalui semburan lava cair pijar.
Pembekuan ini tidak hanya terjadi di sekitar kawah gunung api saja, namun juga di
udara. Proses pembekuan ini berlangsung singkat dan hampir tidak mengandung
kristal (armorf).
c. Signifikansi Geologi
Batuan beku dan metamorf membentuk sekira 90–95% volume bagian atas kerak
bumi atau sedalam 15 kilometer. Batuan beku penting secara geologi karena:
Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.
Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang
tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran.
Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment
sample), yaitu: masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas
(tidak menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen
lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku; vesikuler, yaitu struktur yang
berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan
magma, lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang teratur; skoria, yaitu struktur
yang sama dengan struktur vesikuler, tetapi lubang-lubangnya besar dan
menunjukkan arah yang tidak teratur; amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-
lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau
karbonat; xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan
batuan lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.
Pada umumnya, batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur yang
ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint (kekar
berlembar).
Batu Granit
Batuan beku intrusif adalah batuan beku yang membeku dan membatu di bawah
permukaan atau di dalam kerak bumi, dikelilingi oleh batuan asal (biasa
disebut country rock). Magma mendingin secara perlahan, dan sebagai hasilnya,
batuan beku ini berbutir kasar.
Butiran mineral di batuan ini dapat dengan mudah diidentifikasi dengan mata
telanjang. Batuan intrusi juga dapat diklasifikasikan sesuai dengan bentuk dan
ukuran tubuh intrusi dan hubungannya dengan formasi lain yang diintrusinya.
Formasi intrusi yang khas adalah batolit, stok, lakolit, sill dan dike. Ketika magma
membeku di dalam kerak bumi, magma mendingin perlahan membentuk batuan
bertekstur kasar, seperti granit, gabro, atau diorit.
Lubang inti dari pegunungan utama terdiri dari batuan beku intrusif, biasanya
granit. Ketika terkena oleh erosi, inti atau core tersebut (disebut batolit) dapat
menempati area besar dari permukaan bumi. Batuan beku intrusif berbutir kasar
yang terbentuk pada kedalaman di dalam kerak yang disebut sebagai abisal;
batuan beku intrusif yang terbentuk di dekat permukaan F 121 18 088 yang
disebut hipabisal.
2. Ekstrusif
Batu Basalt
Volume batuan ekstrusif meletus setiap tahun oleh gunung berapi bervariasi
sesuai dengan setting tektonik lempeng. Batuan ekstrusif diproduksi dalam
proporsi sebagai berikut:
Magma yang meletus dari sebuah gunung berapi berperilaku sesuai dengan
viskositas, ditentukan oleh temperatur, komposisi, dan konten kristal. Magma
suhu tinggi, yang sebagian besar komposisinya adalah basaltik, berperilaku dalam
cara yang mirip dengan minyak tebal dan, ketika mendingin, seperti karamel.
Aliran basalt yang panjang dan tipis dengan permukaan pahoehoe sangat umum
terbentuk pada magma jenis ini.
Batu Sienit
Batuan beku hipabisal terbentuk pada kedalaman di antara batuan plutonik dan
vulkanik. Batuan ini terbentuk karena pendinginan dan pembekuan yang
dihasilkan dari naiknya magma di bawah permukaan bumi. Batuan hipabisal
kurang umum dibandingkan batuan plutonik atau vulkanik dan sering membentuk
dike, sill, lakolit, lopolit atau pakolit.
a. Proses pembentukan
Masih mengutip dari sumber yang sama seperti di atas, proses pembentukan
batuan sedimen melibatkan empat proses utama, yaitu pelapukan,
transportasi, pengendapan (deposition), dan pemadatan. Berikut proses
pembentukan batuan sedimen:
1. Pelapukan
Merupakan pemecahan batu, tanah, mineral, serta bahan kayu dan buatan
melalui kontak dengan atmosfer bumi, perairan, dan organisme biologis.
Pelapukan terjadi di tempat asal dengan sedikit atau tanpa gerakan.
2. Transportasi
3. Pengendapan
b. Sedimen aeolis atau aeris, yakni sedimen yang diendapkan oleh angin.
Contoh: Tanah loss, sand dunes, tanah tuff, dan gurun pasir.
b. Sedimen organik, adalah batuan sedimen yang dibentuk atau diendapkan oleh
organisme.
Contoh: Batubara, endapan diatomae, dan batu karang.
c. Sedimen kimiawi, yakni batuan sedimen yang terangkut dalam bentuk larutan dan
diendapkan secara kimia di tempat lain.
Contoh: Limestone, chalk, travertine, mergel, dan dolomite.
1. Batu Pasir
Batu pasir adalah Batuan Sedimen yang terutama terdiri dari mineral
berukuran pasir atau butir-butir batuan yang dapat berasal dari pecahan
batuan-batuan lainnya. Sebagian besar batu pasir terbentuk oleh kuarsa atau
feldspar karena mineral-mineral tersebut paling banyak terdapat di kulit bumi.
2. Batu Gamping
Gamping atau batu kapur adalah batuan sedimen yang tersusun dari
mineral kalsit dan aragonit, yang merupakan dua varian yang berbeda dari
kalsium karbonat. Sumber utama dari kalsit adalah organisme laut.
3. Batu Lempung
a. Proses Terbentuknya
Pengertian atau definisi batuan metamorf ini seringkali dikaitkan sebagai batuan
malihan. Hal tersebut dikarenakan bahasa metamorf ini lebih menuju ke bahasa
asing, sementara malihan lebih terlihat seperti bahasa Indonesia. Batuan metamorf
ini merupakan sekumpulan batu yang mengalami transformasi ataupun perubahan
bentuk karena proses pengangkatan ataupun erosi tanah, kemudian
bertransformasi menjadi batuan baru.
Secara garis besar, batuan metamorf merupakan salah satu kelas yang dihasilkan
dari perubahan batuan yang telah ada sebagai respons terhadap perubahan kondisi
lingkungan, seperti misalnya variasi suhu, tekanan, dan juga tekanan mekanis
serta penambahan ataupun pengurangan komponen kimia. Batuan yang sudah ada
tersebut mungkin berupa batuan sedimen, batuan beku, ataupun metamorf
lainnya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, batuan metamorf ini hanya akan
terbentuk saat terjadi proses metamorfisme khusus yang ada di permukaan bumi.
Batuan tersebut tidak akan terbentuk secara langsung, tapi harus melalui proses
metamorfisme ini. Dimana proses tersebut akan merubah batuan induk yang
berupa batuan beku atau batuan sedimen menjadi batu metamorf dengan bentuk
dan karakteristik serta warna yang berbeda dibandingkan dengan batuan aslinya.
Secara umum, proses terbentuknya batuan metamorf ini bisa disederhanakan
menjadi beberapa tahapan, yakni:
Pada awalnya, semua batuan metamorf berasal dari batuan induk yang dikenal
sebagai protolith. Dimana batuan ini kemudian terkena proses metamorfisme yang
dipengaruhi oleh tekanan yang tinggi serta suhu yang tinggi juga. Proses
metamorfisme ini secara perlahan akan merubah karakteristik batuan protolith
menjadi batuan lain yang sifatnya metamorf. Pada akhir proses panjang
metamorfisme, batuan protolith ini akan berubah menjadi sebuah batuan
metamorf secara utuh yang telah memiliki karakteristik dan juga bentuk foliasi
tertentu. Di bagian tersebut, kita akan mempelajari tentang faktor apa saja yang
mempengaruhi proses metamorfisme dan juga jenis metamorfisme seperti yang
ada di dalam pembentukan batuan tersebut.
Kwarsa: Memiliki warna putih bening atau putih susu dan nggak punya
belahan.
Mika: Mempunyai belahan dengan warna putih yang diberi nama muskovit,
sedangkan kalau warnanya hitam bernama biotit.
Feldspar: Memiliki ciri tertentu pada belahannya. Bila belahan tersebut lurus
dengan warna merah seperti daging disebut ortoklas, tapi kalau belahannya
berbentuk kristal serupa dengan warna putih bernama plagioklas.
Jika dilihat dari bentuk kristal yang ada dalam kandungan batuan ini, maka
akan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu euhedral, subhedral, dan anhedral.
Batuan metamorf memiliki tekstur yang menjadi cirinya. Tekstur ini terdiri
dari bentuk, susunan, dan ukuran butir mineral yang ada pada batuan ini.
Umumnya nih ada dua macam tekstur yang bisa elo temukan di batuan
metamorf. Dua tekstur ini biasa disebut dengan tekstur relik dan
kristaloblastik.
Relik, disebut juga dengan sisaan merupakan suatu tekstur batuan asal yang
masih bisa elo amati pada batuan metamorf tanpa bantuan alat khusus alias
elo bisa lihat dengan mata telanjang.
1. Batu Marmer
Marmer atau batu pualam merupakan batuan hasil proses metamorfosa atau
malihan dari batu gamping. Pengaruh suhu dan tekanan yang dihasilkan oleh
gaya endogen menyebabkan terjadi rekristalisasi pada batuan tersebut
membentuk berbagai foliasi mapun non foliasi.
2. Batu Kuarsit
Kuarsit adalah batuan metamorf non-foliasi yang keras, yang merupakan hasil
perubahan dari batupasir kuarsa. Batupasir berubah menjadi kuarsit melalui
pemanasan dan tekanan yang biasanya terkait dengan kompresi tektonik dalam
sabuk orogenik.
3. Batu Antrasit
Antrasit adalah batu bara yang tidak menghasilkan asap apabila dibakar, karena
berkarbonisasi dengan sangat baik.