PEMBAHASAN
Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat di dalam, yang
diperlihatkan pada tabel diatas hanya batuan beku intrusi saja. Dari sini terlihat
perbedaan persentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari
oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin
menurun ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan
granit (batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit
(ultra basa). Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan di dalam besar butir
dari setiap jenis mineral. Dari sini terlihat sebagai contoh komposisi kimia dan
persentase dari oksida untuk batuan granit identik dengan batun riolit.
Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi
Granit Rioloit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal
Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Asama Lebih besar 66%
Batuan Menengah 52-66%
Batuan Basa 45-52%
Batuan Ultra basa Lebih Kecil 45%
Ciri : terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna hijau keabu-
abuandan berlubang-lubang.
Cara terbentuk : dari pendinginan lava yanng mengandung gas tetapi
gasnya telah menguap.
Kegunaan : sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan /
pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll).
e) Diorit
Ciri : batuan bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau tetapi sering merah
atau jingga.
Cara terbentuk : berasal dari lelehan lava gunung merapi yang meletus,
terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh turun antara
900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius.
Kegunaan : Nisan kuburan, Cobek, Arca untuk hiasan, Batu pembuat
candi.
g) Gabro
Ciri : Berwarna hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-
retakan. Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya
dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang besar
menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan
yang relatif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar
Cara terbentuk : terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung
Kegunaan : untuk penghasil pelapis dinding ( sebagai marmer dinding )
1.Tekstur Kristaloblastik
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata blastik. Berbagai kenampakan tekstur
batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar 3.13.
a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal
besarnya disebut porfiroblast.
2.Tekstur Palimpset
Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih
bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata blasto.
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi
ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf,
sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf.
Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
1) Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa batuan
(Bucher & Frey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya penjajaran mineral-
mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi butiran(schistosity),
permukaan belahan planar(cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jackson, 1970).
Struktur ini meliputi :
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin)
yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan
sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).
b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi
yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular.
Batuannya disebut phyllite (filit)
c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya
disebut schist (sekis).
d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai
bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa)
dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya
disebut gneiss.
2) Struktur Non Foliasi.
Yaitu struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun
batuan metamorf. Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan
umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum
dijumpai antara lain :
a. Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)
b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat
metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Ciri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-
goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).
d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya
telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan
yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit)
e. Flaser
Sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang
tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam
masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
yang beragam.
h. Liniasi
Struktur yang memperlihatkan adanya kumpulan mineral yang berbentuk
jarus atau fibrous
Batuan Pualam
o Cara terbentuk : terbentuk bila batu kapur mengalami perubahan suhu dan tekanan
tinggi
Batu Sabak
o Cara terbentuk : terbentuk bila batu serpih kena suhu dan tekanan tinggi
o Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan, sebagai batu tulis, sebagai bahan bangunan,
dan untuk membuat atap rumah (semacam genting)
3) Gneiss (ganes)
Batu Gneiss (ganes)
o Cara terbentuk : terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi.
4) Sekis
Batu Sekis
o Ciri : berwarna hitam, hijau dan ungu, mineral pada batuan ini umumnya terpisah
menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilapdan terkadang ditemukan kristal garnet
o Cara terbentuk : batuan metamorf regional yang terbentuk pada derajat metamorfosa
tingkat menengah.
o Kegunaan : sebagai sumber mika yang utama (satu komponen penting dalam
pembuatan kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika)
5) Kuarsit
Kuarsit
o Ciri : berwarna abu-abu, kekuningan, cokelat, merah, sering berlapis-lapis dan dapat
mengandung fosil, lebih keras dibanding gelas dan terdapat butiran sedang
o Cara terbentuk : metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami
perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas
yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar.
6) Milonit
Milonit
o Ciri : butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah, dan abu-abu, kehitaman,
coklat, biru
Slate
Slatycleavage (sabak)
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan
sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah.
Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat
halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : rendah
Ciri khas : mudah membelah menjadi lembaran tipis.
kegunaan : batu sabak yang berbentuk pipih biasa digunakan untuk
papan tulis, biasanya juga untuk trotoar dan atap
Serpetinit
Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral
ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses
proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit
silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi
serpentinit.
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine
Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari
Hornfels
Hornfelsik (hornfels)
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur
magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata
Tembaga
A. Manfaat Batuan
a. Batuan Beku :
Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk
keperluan pekerjaan di laut.
Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam, baik untuk digunakan didaerah
industri.
Batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai
untuk digunakan sebagai fondasi bangunan pengeras jalan juga bahan
lantai.
Batuan yang berwarna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk pelapis
dinding atau lantai.
Batuan yang umumnya mempunyai berat jenis 2,6, baik untuk digunakan
sebagai bahan pekerjaan teknik berat.
b.Batuan Sedimen :
c. Batuan Metamorf :