Anda di halaman 1dari 35

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan


Pengertian batuan dikemukakan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu
yang saling berhubungan, seperti :
a. Menurut Para Geologiwan
Batuan adalah susunan mineral dan bahan organik yang bersatu membentuk
kulit bumi.
b. Menurut Para Ahli Teknik Sipil Khususnya Ahli Geoteknik
Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau telah terkonsolidasi
serta tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan cangkul.
c. Menurut Talobre
Batuan adalah material yang membentuk kulit bumi termasuk fluida yang
berada didalamnya seperti air, minyak, dan lain sebagainya.
d. Menurut Astm
Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa
massa yang berukuran besar atau figmen-figmen.
Secara umum batuan adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya
tersusun oleh kumpulan satu atau lebih macam mineral yang berbeda. Dengan
kata lain, batuan adalah agregat yang tersusun secara alami dari satu macam
mineral atau lebih.

2.2 Daur Batuan (rock cylcle)


Daur batuan (Rock Cycle) berarti melihat secara menyeluruh hubungan antar
ilmu dalam geologi. Dengan mempelajari daur batuan dapat diketahui kejadian
ketiga jenis batuan dan berbagai proses geologi yang menjadikan dari satu jenis
batuan ke batuan yang lainnya.
Daur batuan adalah suatu proses yang menggambarkan perubahan dari magma
yang membeku akibat pengaruh cuaca hingga menjadi batuan beku, lalu sedimen,
batuan sedimen dan batuan metamorfosa dan akhirnya berubah menjadi magma
kembali.
Daur batuan disebut juga dengan siklus pembentuk batuan artinya
terbentuknya macam-macam batuan yang berhubungan satu dengan yang lain.
Daur batuan disini berarti melihat secara menyeluruh hubungan antara ilmu dalam
geologi. Dengan mempelajari daur batuan dapat diketahui kejadian ketiga jenis
batuan dan berbagai proses geologi yang menjadikan dari satu jenis batuan ke
batuan yang lain. Berikut ini merupakan diagram daur batuan (gambar 4.1) :

4.1 Daur Batuan


Induk dari segala batuan adalah magma. Magma yaitu batuan cair pijar yang
bersuhu tinggi yang terjadi dari berbagai mineral serta gas yang larut didalamnya.
Magma merupakan lelehan material batuan (seperti pasta) yang sangat panas
dan terbentuk dibawah kerak bumi atau bagian atas selubung pada kedalaman
sekitar 200 km. komposisinya terdiri dari campuran sistem silikat yang kompleks,
air dan material lain berbentuk gas dalam larutan. Komposisi magma sangat
bergantung pada komposisi kerak pembentuknya dan kerangka tektonik dimana
magma itu terbentuk, apakah pada zona penunjang atau pada daerah pemekaran.
Oleh karena itu daerah sekitar magma itu dingin.
Pada saat daerah magma dingin maka akibatnya magma menjadi mendingin
dan membeku. Proses ini dapat terjadi di bawah maupun diatas permukaan bumi.
Saat bumi mulai terbentuk, kulit luarnya masih berupa material yang meleleh
yang kemudian mendingin dan mengkristal secara bertahap dan membentuk kerak
pertama yang terdiri dari batuan beku.
Batuan beku dipermukaan bumi bersentuhan langsung dengan atmosfir setiap
saat, maka perlahan-lahan ia terdisintegrasi dan terdekomposisi. Proses ini disebut
proses pelapukan (weathering). Material hasil rombakan ini yang terlepas dari
induknya ditransport dan diendapkan oleh berbagai media, erosi, gravitas, aliran
air, gletsyer, angin, atau gelombang sebagai sedimen atau endapan ditempat yang
rendah (laut) sebagai lapisan-lapisan mendatar. Melalui proses litifikasi yang
artinya berubah menjadi batuan, sedimen ini menjadi batuan sedimen.
Batuan sedimen yang berada jauh dibawah permukaan bumi atau terlibat
dalam dinamika pembentukan pegunungan (orgenesa), ia akan dipengaruhi oleh
tekanan yang besar dan suhu yang cukup tinggi. Akibatnya batuan sedimen ini
akan bereaksi dan berubah menjadi batuan metamorfosa atau batuan malihan. Dan
bila batuan metamorfosa berada pada tekanan dan suhu tinggi, ia akan melebur
dan menjadi magma. Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu demikian.,
akan tetapi ada penyimpangan. Misalnya batuan beku disamping tersingkap
dipermukaan, dapat juga dipengaruhi oleh panas dan tekanan tinggi jauh dibawah
permukaan bumi akan menjadi batuan metamorfosa, bahkan dapat melebur
kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan sedimen dan batuan metamorfosa
bila berada di atas permukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan erosi.
Seperti terlihat pada diagram daur batuan gambar 4.1.
Baik batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorfosa pada kondisi
tekanan dan suhu yang tinggi akan melebur menjadi magma. Demikian daur ini
akan berulang sepanjang masa dalam satuan waktu jutaan tahun.

2.3 Jenis-Jenis Batuan


Apabila batuan digolongkan berdasarkan kejadian, cara terbentuk atau
genesannya maka batuan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok utama :
1. Batuan Beku (igneous rocks)
Batuan beku terbentuk dari magma yang mendingin dan membeku.
2. Batuan Sedimen (sedimentary rocks)
Batuan sedimen merupakan batuan yang terbentuk dari sedimen yang
diendapkan dan setelah mengalami proses geologi menjadi batuan sedimen.
3. Batuan Metaforsa atau Batuan Malihan (metamorphic rocks)
Apabila batuan mengalami tekanan atau suhu yang tinggi akan berubah
menjadi batuan metaforsa atau batuan malihan.

1. Batuan Beku (igneous rocks)


Asal awalnya batuan beku adalah massa batuan yang cair-pijar, karena
sangat panasnya (10000 20000), massa batuan ini disebut magma. Tempat
asalnya disebut dapur magma dan letaknya di dalam bumi. Kedalaman dan
besarnya tiap-tiap dapur magma umumnya tidak sama. Demikian pula susunan
dan sifat-sifatnya tiap-tiap magma berlainan.
Magma umumnya mengandung berbagai macam gas-gas. Gas-gas ini
merupakan suatu sumber kekuatan atau energi yang mendorong magma ke atas.
Makin banyak gas-gas yang dikandung, makin besar pula kekuatan tekanannya.
Magma yang ditekan oleh gas-gas tadi naik ke atas, makin tinggi naiknya, makin
rendah suhunya dan akhirnya membeku. Batuan-batuan inilah yang disebut
batuan beku. Jadi, batuan beku adalah batuan yang terdiri dari satu atau beberapa
mineral dan terjadi dari pelarutan pembekuan silika cair dan pijar, yang dikenal
dengan nama magma.
Tekstur batuan beku bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan
batuan beku vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan
magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif
besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.

A. Klasifikasi Batuan Beku


Penggolongan batuan beku telah bayak dilakukan dari dahulu hingga
sekarang, namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli petrologi dalam
mengklasifikasikan betuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas
dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga
patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan (tempat terjadinya),
berdasarkan senyawa kimia yang terkandung dan bersarkan susunan
mineraloginya.
a) Klasifikasi Batuan beku berdasarkan Genetik (tempat terjadinya)
Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan
beku, pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum
dilakukan penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku
adalah sebagai berikut :
1. Batuan beku Intrusif
Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan
beku dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai
karakteristik diantaranya, pendinginannya sangat lambat(dapat sampai jutaan
tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif
sendiri mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi
magma dan batuan di sekitarnya. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi
lagi menjadi batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi permukaan.
berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang
diterobosnya, struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu
konkordan dan diskordan.
Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya
disebut diskordan. yaitu:
Batholit, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu
>100 km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.
Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan
penyerta suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit ciri khas tubuh ini
diakibatkan oleh erosi permukaan. Bentuk yang sangat besar itu terdiri dari
sebagian besar adalah batuan asam dan menengah.
Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang
dibandingkan dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai
lembaran yang kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan
yang diterobosnya.
Volkanic neck, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan
magma ke kepundan. Kemudaia setelah batuan yang menutupi di sekitarnya
tererosi, maka batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan
menonjol dari topografi disekitarnya.
Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut
konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.
Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap
perlapisan batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya
sejajar dengan ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa kilometer.
Penyebaran kearah lateral sangat luas, sedangkan penyebaran kea rah vertical
sangat kecil.
Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk
kubah landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-
proses geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku
dapt tersingka di permukaan.
Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas.
Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga
terdapat jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral
pembentuknya. Batuan-batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam
kelompok batuan beku fanerik.
2. Batuan beku Ekstrusif
Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagai struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang
terjadi pada saat pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:
Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan
Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah
poligonal seperti batang pensil.
Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal.
Hal ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.
Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran
mineral pada arah tertentu akibat aliran
b) Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia
Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk
mineral penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia
adalah dari senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO,
MgO, CaO, Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia
dapat mencerminkan beberapa lingkungan pembentukan meineral.
Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma
asal, pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan
banyak lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan
bahwa batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma
sebagai pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau
pelapukan akan mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan
yang akan dianalisa harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami
ubahan. Namun begitu sebagai catatan pengelompokan yang didasarkan kepada
susunan kimia batuan, jarang dilakukan. Hal ini disebabkan disamping
prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan melalui analisa kimiawi.
OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIODITIT
Si O2 72,08 51,86 48,36 43,54
Ti O2 0,37 1,50 1,32 0,81
Al2 O3 13,86 16,40 16,84 3,99
Fe2 O3 0,86 2,73 2,55 2,51
FeO 1,72 6,97 7,92 9,84
MnO 0,06 0,18 0,18 0,21
MgO 0,52 6,12 8,06 34,02
CaO 1,33 8,40 11,07 3,46
Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56
K2O 5,46 1,33 0,56 0,25
H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76
P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05

Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat di dalam, yang
diperlihatkan pada tabel diatas hanya batuan beku intrusi saja. Dari sini terlihat
perbedaan persentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari
oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin
menurun ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan
granit (batuan asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit
(ultra basa). Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik dengan batuan
intrusinya, asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat
terbentuknya saja, sehingga menimbulkan pula perbedaan di dalam besar butir
dari setiap jenis mineral. Dari sini terlihat sebagai contoh komposisi kimia dan
persentase dari oksida untuk batuan granit identik dengan batun riolit.
Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi
Granit Rioloit
Syenit Trahkit
Diorit Andesit
Tonalit Dasit
Monsonit Latit
Gabro Basal
Nama Batuan Kandungan Silika
Batuan Asama Lebih besar 66%
Batuan Menengah 52-66%
Batuan Basa 45-52%
Batuan Ultra basa Lebih Kecil 45%

Klasifikasi batuan berdasarkan komposisi kimia telah banyak dilakukan


oleh beberapa ahli dari yang paling sederhana sampai ke paling terbaru adalah
berdasakan CIPW NORMATIF adalah salah satu yang paling sederhana untuk
mengetahui nama batuan beku, klasifikasi ini tidak membedakan apakah batuan
itu intrusi ataupun ekstrusi. Sedangkan klasifikasi yang paling terbaru adalah
normative dihitung berdasakan CIPW, dimana setiap senyawa oksidasi kita
hitung nilai normatifnya dan kita kembalikan kepada mineral-mineral asal
pembentuk batuan tersebut.
Table dibawah ini memperlihatkan komposisi kimia dan normatif batuan
dari kepulauan riau terhadap beberapa contoh batuan beku granit. Komposisi
kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang sangat erat
hubungannya dengan terbentuknya batuan beku.Seperti untuk mengetahui jenis
magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke permukaan dan
kedalaman Zona Benioff.
c) Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineralogi
Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat
dengan kasat mata, klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral dipadukan
dengan teksturUntuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup
dengan mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna
mineral sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu:
1. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
2. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit,
piroksen, amphibol dan olivin.
Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:
a. Leucoctarisrock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.
b. Mesococtikrock, apabila mengandung 30% 60% mineral mafik.
c. Melanocractikrock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.
d. Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
e. Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
f. Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
g. Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

B. Tekstur Batuan Beku


Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar
mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan
massa jelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku
umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:
a) Kristalinitas
Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma.
Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya
kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan
halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka
kristalnya berbentuk amorf. Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat
kristalisasi, yaitu:
1. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu
mikrokristalin yang telah membeku di dekat permukaan.
2. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
3. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill,
atau sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.
b) Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:
1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat
dibedakan satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-
kristal jenis fanerik ini dapat dibedakan menjadi:
a. Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.
b. Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 5 mm.
c. Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 30 mm.
d. Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30
mm.
2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan
dengan mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan
tekstur afanitik dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam
analisa mikroskopis dapat dibedakan:
a. Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati
dengan bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 0,01
mm.
b. Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu
kecil untuk diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran
butiran berkisar antara 0,01 0,002 mm.
c. Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.
c) Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
bentuk kristal, yaitu:
1. Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
2. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
3. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.
Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:
1. Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.
2. Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi
yang lain.
3. Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua
dimensi yang lain.
4. Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.
d) Hubungan Antar Kristal
Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai
hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang
membentuk batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-
kristalnya, maka equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
a. Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-
mineralnya terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
b. Hipidiomorfikgranular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang subhedral.
c. Allotriomorfikgranular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
2. Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk
batuan tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain
disebut massa dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

C. Struktur Batuan Beku


Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar.
Seperti lava bantal yang terbentuk dari lingkungan air (laut), lava bongkah,
struktur aliran dan lain-lainnya. Suatu bentuk dari struktur batuan sangat erat
sekali dengan waktu terbentuknya.
a) Struktur Bantal
Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan pada
batuan ekstrusi tertentu yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal.
Dimana ukuran dari bentuk lava ini pada umumnya antara 30 60 cm. Biasanya
jarak antara bantal berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan yang berkomposisi
sama dengan bantal tersebut, dan juga oleh sedimen sedimen klastik ini maka
struktur bantal dapat dianggap terbentuk dalam air dan umumnya terbentuk di
laut dalam.
b) Struktur Vesikular
Di dalam lava banyak terkandung gas-gas yng segera dilepaskan setelah
tekanan menurun, ini disebabkan perjalanan magma ke permukaan bumi.
Keluarnya gas-gas dari lava akan menghasilkan lubang-lubang yang berbentuk
bulat, elip, silinder ataupun tidak beraturan.
Terak (scoria) adalah lava yang sebagian besar mengandung gas-gas
sehingga sewaktu lava tersebut membeku membentuk rongga-rongga yang dulu
ditempati oleh gas. Biasanya pada dasar dari aliran lava terdapat gelembung
gelembung berbentuk silinder yang tegak lurus aliran lava. Hal ini disebabkan
gas gas yang dilepaskan dari batuan sedimen yang berada di bawahnya karena
proses pemanasan dari lava itu.
c) Struktur Aliran
Lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan homogeny. Dalam
perjalanannya menuju ke permukaan selalu terjadi perubahan seperti komposisi,
kadar gas, kekentalan, derajat kristalisai. Ketidak homogenan lava
menyebabkan terbentuknya struktur aliran, hal ini dicerminkan dengan adanya
goresan berupa garis garis yang sejajar, perbedaan warna dan tekstur.
Struktur aliran juga dijumpai pada batuan dimana perlapisan perlapisan
digambarkan dengan perbedaan perbedaan dalam komposisi atau tekstur
mineralnya. Struktur aliran dapat pula berbentuk sangat halus dan disebut
tekstur aliran. Dan untuk dapat melihatnya diperlukan mikroskop, foto 8 lembar
5 memperlihatkan tekstur aliran pada batuan yang berupa pengarahan dari
mineral mineral tertentu seperti plagioklas.
Bentuk mineral mineral dalam batuan yang mempunyai bentuk
memanjang atau pipih akan condong untuk mengarah menjadi sejajar dengan
arah aliran lava pada waktu itu.
d) Struktur Kekar
Kekar adalah bidang bidang pemisah yang terdapat dalam semua jenis
batuan. Kekar biasanya disebabkan oleh proses pendinginan, tetapi ada pula
retakan retakan yang disebabkan oleh gerakan gerakan dalam bumi yang
berlaku sesudah batuan itu membeku. Kenampakan dilapangan menunjukkan
bahwa kekar kekar itu tersusun dalam sistem tertentu yang berpotongan satu
dengan yang lainnya.
Retakan retakan ada yang memotong sejajar dengan permukaan bumi, dan
menghasilkan struktur perlapisan, sedangkan yang tegak lurus dengan
permukaan bumi akan menghasilkan struktur bongkah. Perlapisan ini pada
umumnya akan makin tipis pada bagian yang mendekati permukaan bumi.
Retakan-retakan dapat pula membentuk kolom kolom yang dikenal
dengan struktur kekar meniang (columnar jointing). Struktur ini disebabkan
karena adanya pendinginan dan penyusutan yang merata dalam magma dan
dicirikan oleh perkembangan empat, lima atau enam sisi prisma, kemungkinan
juga dipotong oleh retakan yang melintang. Bentuk seperti tiang ini umumnya
terdapat pada batuan basal, tetapi kadang kadang juga terdapat pada batuan
beku jenis lainnya. Kolom kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan
pendinginan, sehingga pada sil atau lava aliran tersebut akan berdiri vertical
sedangkan pada dikekurang lebih akan horizontal.

D. Contoh Beberapa Batuan Beku dan Fungsinya


a) Batu apung

Ciri : warna keabu-abuan, berpori-pori, bergelembung, ringan, terapung


dalam air.
Cara terbentuk : dari pendinginan magma yang bergelembung-
gelembung gas.
Kegunaan : untuk mengamplas atau menghaluskan kayu, di bidang
industri digunakan sebagai bahan pengisi (filler), isolator temperatur
tinggi dan lain-lain.
b) Obsidian
Ciri : hitam, seperti kaca, tidak ada kristal-kristal
Cara terbentuk : terbentuk dari lava permukaan yang mendingin dengan
cepat
Kegunaan : untuk alat pemotong atau ujung tombak (pada masa
purbakala) dan bisa dijadikan kerajinan
c) Granit

Ciri : terdiri atas kristal-kristal kasar, warna putih sampai abu-abu,


kadang-kadang jingga, Batuan ini banyak di temukan di daerah pinggiran
pantai dan di pinggiran sungai besar ataupun di dasar sungai.
Cara terbentuk : dari pendinginan magma yang terjadi dengan lambat di
bawah permukaan bumi
Kegunaan : sebagai bahan bangunan
d) Basalt

Ciri : terdiri atas kristal-kristal yang sangat kecil, berwarna hijau keabu-
abuandan berlubang-lubang.
Cara terbentuk : dari pendinginan lava yanng mengandung gas tetapi
gasnya telah menguap.
Kegunaan : sebagai bahan baku dalam industri poles, bahan bangunan /
pondasi bangunan (gedung, jalan, jembatan, dll).
e) Diorit

Ciri : kelabu bercampur putih, atau hitam bercampur putih.


Cara terbentuk : dari hasil peleburan lantai samudra yang bersifat mafic
pada suatu subduction zone, biasanya diproduksi pada busur lingkaran
volkanis, dan membentuk suatu gunung didalam cordilleran ( subduction
sepanjang tepi suatu benua, seperti pada deretan Pegunungan).
Kegunaan : sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan
gedung dan sbg bahan bangunan (hiasan).
f) desit

Ciri : batuan bertekstur halus, berwarna abu-abu hijau tetapi sering merah
atau jingga.
Cara terbentuk : berasal dari lelehan lava gunung merapi yang meletus,
terbentuk (membeku) ketika temperatur lava yang meleleh turun antara
900 sampai dengan 1,100 derajat Celsius.
Kegunaan : Nisan kuburan, Cobek, Arca untuk hiasan, Batu pembuat
candi.
g) Gabro

Ciri : Berwarna hitam, hijau, dan abu-abu gelap. Struktur batuan ini
adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-
retakan. Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya
dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang besar
menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan
yang relatif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar
Cara terbentuk : terbentuk dari magma yang membeku di dalam gunung
Kegunaan : untuk penghasil pelapis dinding ( sebagai marmer dinding )

e) Batuan Sedimen (sedimentary rocks)


f) Batuan Metaforsa atau Batuan Malihan (metamorphic rocks)
Batuan metamorf (batuan malihan) adalah salah satu kelompok
utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu
tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang
disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk", dimana terjadi
perubahan atau alterasi; physical (struktur, tekstur) dan chemical
(mineralogical) dari suatu batuan pada temperatur dan tekanan tinggi
dalam kerak bumi atau Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari
batuan induk yang lain, dapat berupa batuan beku, batuan sedimen,
maupun batuan metamorf sendiri yang telah mengalami proses/perubahan
mineralogi, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya
sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru
pula sebagai akibat pengaruh temperatur dan tekanan yang tinggi.
Proses-proses malihan dapat berlangsung sebagai berikut:

1. Geothermal Alterasi, yaitu perubahan batuan sebagai akibat naiknya suhu di


tempat yang dalam. Di kedalaman sekitar 3.000 msuhu kurang lebih 1000 C.
Karena tekanan dan suhu yang cukup tinggi, maka batuan shale, misalnya, akan
kehilangan kandungan airnya, batubara kehilangan air dan gas-gasnya sehingga
mengalami perubahan pada komponen-komponen penyusunnya, berkristal
halus akan mengalami rekristalisasi menghasilkan kristal lebih besar, limestone
(batukapur, gamping) berubah menjadi marmer.
2. Hydrothermal Alterasi, yaitu perubahan sifat batuan sebagai akibat pengaruh
cairan panas dari magma atau airtanah yang mendapat pemanasan dari dari
magma. Sebagai contoh: feldspar yang keras berubah menjadi kaolin yang
lunak, hornblende berubah menjadi khlorit, olivine menjadi serpentin. Batuan
dekat sumber air panas diperlunak oleh air panas dan uap panas. Kadang-
kadang proses malihan tidak hanya pengaruh cairan panas tetapi tambahan
bahan atau pengurangan unsur penyusun batuan yang menyertainya.
3. Metamorfosis Kontak, yaitu perubahan sifat batuan yang terjadi karena intrusi
magma yang panas. Di tempat di mana magma bersentuhan (kontak) dengan
batuan suhu menjadi sangat tinggi sehingga proses metamorfosis berlangsung
intensif, dan semakin jauh dari letak intrusi magma suhu makin berkurang.
Derajat metamorfosis yang bervariasi ini terlihat dari keteraturan batuan
malihan menurut jaraknya dari batuan intrusi. Di tempat paling dekat dengan
intrusi dijumpai kordiorit dan berturut-turut semakin jauh akan ditemukan biotit
klorit Muskovit dan terakhir batuan yang kaya dengan aluminium. Zona-
zona metemorfosis di sekitar batuan intrusi berbentuk aureole ata halo yang
diameternya beberapa meter hingga beberapa ribu meter.
4. Dinamo Metamorfosis, yaitu perubahan sifat batuan karena terutama factor
tekanan. Tekanan terjadi dari gerak-gerak kerak bumi. Jadi erat kaitannya
dengan proses pelipatan dan patahan-patahan di kerak bumi. Wilayah gejala
metamorfosis ini meluas disbanding jenis metamorfosis lainnya, sehingga dapat
disebut Metamorfosis Regional. Tekanan menyababkan batuan menjadi pipih
dan menghasilkan fragmen batuan yang bergaris-garis memanjang. Contohnya
Mudstone yang terdiri dari butir-butir kuarsa akan memipih dan partikel liat
menjadi mika. Batuan baru ini disebut Slats yang berciri berlapis-lapis.
5. Metasomatisme, yaitu perubahan batuan karena magma menyusup ke dalam
batuan, bercampur baur dengan batuan yang dimasukinya, membentuk batuan
baru yang sifatnya sudah lain. Selain terjadi pembauran juga terjadi
reksristalisasi.
6. Pneumatholysis, yaitu perubahan batuan karena pengaruh gas panas yang
menyusup ke dalam kerak bumi. Karena gas lebih mudah bergerak maka gas-
gas dari magma itu mudah menyusup lewat retakan-retakan dalam kerak bumi.
4.Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan
orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970).
Penamaan tekstur batuan metamorf umumnya menggunakan awalan blastoatau
akhiran blastic yang ditambahkan pada istilah dasarnya.

1.Tekstur Kristaloblastik

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur batuan asal sudah tidak
kelihatan lagi atau memperlihatkan kenampakan yang sama sekali baru. Dalam
penamaannya menggunakan akhiran kata blastik. Berbagai kenampakan tekstur
batuan metamorf dapat dilihat pada Gambar 3.13.

a. Tekstur Porfiroblastik: sama dengan tekstur porfiritik (batuan beku), hanya kristal
besarnya disebut porfiroblast.

b. Tekstur Granoblastik: tekstur yang memperlihatkan butir-butir mineral seragam.

c. Tekstur Lepidoblastik: tekstur yang memperlihatkan susunan mineral saling sejajar


dan berarah dengan bentuk mineral pipih.
d. Tekstur Nematoblastik: tekstur yang memperlihatkan adanya mineral-mineral
prismatik yang sejajar dan terarah.

e. Tekstur Idioblastik: tekstur yang memperlihatkan mineral-mineral berbentuk


euhedral.

f. Tekstur Xenoblastik: sama dengan tekstur idoblastik, namun mineralnya berbentuk


anhedral.

2.Tekstur Palimpset

Tekstur batuan metamorf yang dicirikan dengan tekstur sisa dari batuan asal masih
bisa diamati. Dalam penamaannya menggunakan awalan kata blasto.

a. Tekstur Blastoporfiritik: tekstur yang memperlihatkan batuan asal yang porfiritik.

b. Tekstur Blastopsefit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang


ukuran butirnya lebih besar dari pasir.

c. Tekstur Blastopsamit: sama dengan tekstur blastopsefit, hanya ukuran butirnya


sama dengan pasir.

d. Tekstur Blastopellit: tekstur yang memperlihatkan batuan asal sedimen yang


ukuran butirnya lempung.

5.Struktur Batuan Metamorf

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi. Struktur foliasi
ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan metamorf,
sedang struktur non foliasi tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf.

Secara umum struktur yang dijumpai di dalam batuan metamorf dibagi menjadi
dua kelompok besar yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.

1) Struktur Foliasi
Struktur foliasi merupakan kenampakan struktur planar pada suatu massa batuan
(Bucher & Frey, 1994). Foliasi ini dapat terjadi karena adanya penjajaran mineral-
mineral menjadi lapisan-lapisan (gneissosity), orientasi butiran(schistosity),
permukaan belahan planar(cleavage) atau kombinasi dari ketiga hal tersebut
(Jackson, 1970).
Struktur ini meliputi :
a. Slaty Cleavage
Umumnya ditemukan pada batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin)
yang dicirikan oleh adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan
sejajar. Batuannya disebut slate (batusabak).

b. Phylitic
Srtuktur ini hampir sama dengan struktur slaty cleavage tetapi terlihat rekristalisasi
yang lebih besar dan mulai terlihat pemisahan mineral pipih dengan mineral granular.
Batuannya disebut phyllite (filit)
c. Schistosic
Terbentuk adanya susunan parallel mineral-mineral pipih, prismatic atau lentikular
(umumnya mika atau klorit) yang berukuran butir sedang sampai kasar. Batuannya
disebut schist (sekis).

d. Gneissic/Gnissose
Terbentuk oleh adanya perselingan., lapisan penjajaran mineral yang mempunyai
bentuk berbeda, umumnya antara mineral-mineral granuler (feldspar dan kuarsa)
dengan mineral-mineral tabular atau prismatic (mioneral ferromagnesium).
Penjajaran mineral ini umumnya tidak menerus melainkan terputus-putus. Batuannya
disebut gneiss.
2) Struktur Non Foliasi.
Yaitu struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral penyusun
batuan metamorf. Struktur ini terbentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan
umumnya terdiri dari butiran-butiran (granular). Struktur non foliasi yang umum
dijumpai antara lain :
a. Hornfelsic/granulose
Terbentuk oleh mozaic mineral-mineral equidimensional dan equigranular dan
umumnya berbentuk polygonal. Batuannya disebut hornfels (batutanduk)

b. Kataklastik
Berbentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan
umumnya membentuk kenampakan breksiasi. Struktur kataklastik ini terjadi akibat
metamorfosa kataklastik. Batuannya disebut cataclasite (kataklasit).
c. Milonitic
Dihasilkan oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik. Ciri
struktur ini adalah mineralnya berbutir halus, menunjukkan kenampakan goresan-
goresan searah dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer. Batiannya
disebut mylonite (milonit).

d. Phylonitic
Mempunyai kenampakan yang sama dengan struktur milonitik tetapi umumnya
telah terjadi rekristalisasi. Cirri lainnya adlah kenampakan kilap sutera pada batuan
yang ,mempunyai struktur ini. Batuannya disebut phyllonite (filonit)
e. Flaser
Sama struktur kataklastik, namun struktur batuan asal berbentuk lensa yang
tertanam pada masa dasar milonit.
f. Augen
Sama struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir felspar dalam
masa dasar yang lebih halus.
g. Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai ukuran
yang beragam.
h. Liniasi
Struktur yang memperlihatkan adanya kumpulan mineral yang berbentuk
jarus atau fibrous

Contoh-contoh batuan metamorf


Beberapa contoh batuan malihan, diantaranya:

1) Batuan Pualam atau Batu Marmer (dari batu gamping/kapur)

Batuan Pualam

o Ciri : campuran warna berbeda-beda, mempunyai pita-pita warna, kristal-kristalnya


sedang sampai kasar, bila ditetesi asam akan mengeluarkan bunyi mendesah, keras
dan mengkilap jika dipoles

o Cara terbentuk : terbentuk bila batu kapur mengalami perubahan suhu dan tekanan
tinggi

o Kegunaan : untuk membuat patung dan lantai/ubin


2) Batuan Sabak

Batu Sabak

o Ciri : abu-abu kehijau-hijauan dan hitam, dapat dibelah-belah menjadi lempeng-


lempeng tipis

o Cara terbentuk : terbentuk bila batu serpih kena suhu dan tekanan tinggi

o Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan, sebagai batu tulis, sebagai bahan bangunan,
dan untuk membuat atap rumah (semacam genting)

3) Gneiss (ganes)
Batu Gneiss (ganes)

o Ciri : berwarna putih kebau-abuan, terdapatgoresan-goresan yang tersusun dari


minera-mineral, mempunyai bentuk bentuk penjajaran yang tipis dan terlipat pada
lapisan-lapisan, dan terbentuk urat-urat yang tebal yang terdiri dari butiran-butiran
mineral di dalam batuan tersebut

o Cara terbentuk : terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang
terpendam pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi.

o Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan

4) Sekis

Batu Sekis

o Ciri : berwarna hitam, hijau dan ungu, mineral pada batuan ini umumnya terpisah
menjadi berkas-berkas bergelombang yang diperlihatkan dengan kristal yang
mengkilapdan terkadang ditemukan kristal garnet

o Cara terbentuk : batuan metamorf regional yang terbentuk pada derajat metamorfosa
tingkat menengah.

o Kegunaan : sebagai sumber mika yang utama (satu komponen penting dalam
pembuatan kondensator dan kapasitor dalam industri elektronika)
5) Kuarsit

Kuarsit

o Ciri : berwarna abu-abu, kekuningan, cokelat, merah, sering berlapis-lapis dan dapat
mengandung fosil, lebih keras dibanding gelas dan terdapat butiran sedang

o Cara terbentuk : metamorfose dari batuan pasir, jika strukturnya tak mengalami
perubahan dan masih menunjukan struktur aslinya. Kuarsit terbentuk akibat panas
yang tinggi sehingga menyebabkan rekristalisasi kwarsa dan felsdpar.

o Kegunaan : dijadikan sebagai kerajinan, konstruksi jalan dan perbaikan

6) Milonit

Milonit

o Ciri : butir-butir batuan ini lebih halus dan dapat dibelah, dan abu-abu, kehitaman,
coklat, biru

o Cara terbentuk : Terbentuk oleh rekristalisasi dinamis mineral-mineral pokok yang


mengakibatkan pengurangan ukuran butir-butir batuan
oKegunaan : dijadikan sebagai kerajinan

Slate

Slatycleavage (sabak)
Slate merupakan batuan metamorf terbentuk dari proses metamorfosisme batuan
sedimen Shale atau Mudstone (batulempung) pada temperatur dan suhu yang rendah.
Memiliki struktur foliasi (slaty cleavage) dan tersusun atas butir-butir yang sangat
halus (very fine grained).
Asal : Metamorfisme Shale dan Mudstone
Warna : Abu-abu, hitam, hijau, merah
Ukuran butir : Very fine grained
Struktur : Foliated (Slaty Cleavage)
Komposisi : Quartz, Muscovite, Illite
Derajat metamorfisme : rendah
Ciri khas : mudah membelah menjadi lembaran tipis.
kegunaan : batu sabak yang berbentuk pipih biasa digunakan untuk
papan tulis, biasanya juga untuk trotoar dan atap
Serpetinit

Serpentinit
Serpentinit, batuan yang terdiri atas satu atau lebih mineral serpentine dimana mineral
ini dibentuk oleh proses serpentinisasi (serpentinization). Serpentinisasi adalah proses
proses metamorfosis temperatur rendah yang menyertakan tekanan dan air, sedikit
silica mafic dan batuan ultramafic teroksidasi dan ter-hidrolize dengan air menjadi
serpentinit.
Asal : Batuan beku basa
Warna : Hijau terang / gelap
Ukuran butir : Medium grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Serpentine

Ciri khas : Kilap berminyak dan lebih keras dibanding kuku jari

Hornfels

Hornfelsik (hornfels)
Hornfels terbentuk ketika shale dan claystone mengalami metamorfosis oleh
temperatur dan intrusi beku, terbentuk di dekat dengan sumber panas seperti dapur
magma, dike, sil. Hornfels bersifat padat tanpa foliasi.
Asal : Metamorfisme kontak shale dan claystone
Warna : Abu-abu, biru kehitaman, hitam
Ukuran butir : Fine grained
Struktur : Non foliasi
Komposisi : Kuarsa, mika
Derajat metamorfisme : Metamorfisme kontak
Ciri khas : Lebih keras dari pada glass, tekstur merata

Tembaga
A. Manfaat Batuan
a. Batuan Beku :

Batuan yang mempunyai kerapatan tinggi dan tidak porus sangat baik untuk
keperluan pekerjaan di laut.
Batuan yang tidak terpengaruh oleh asam, baik untuk digunakan didaerah
industri.

Batuan yang berat, keras, dan mempunyai daya tahan yang besar sesuai
untuk digunakan sebagai fondasi bangunan pengeras jalan juga bahan
lantai.

Batuan yang berwarna indah dan tidak porus dapat digunakan untuk pelapis
dinding atau lantai.

Batuan yang umumnya mempunyai berat jenis 2,6, baik untuk digunakan
sebagai bahan pekerjaan teknik berat.

b.Batuan Sedimen :

1. Untuk bahan dasar bangunan (gypsum)

2. Untuk bahan bakar (batu bara)

3. Untuk Pengeras jalan (batu gamping)

4. Untuk Pondasi rumah (batu gamping)

c. Batuan Metamorf :

1. Dapat digunakan untuk alat menulis(batu sabak)

2. Untuk Lantai (marmer)

3. Untuk Dekorasi bangunan (marmer)

4. Untuk Batu Nisan (marmer)

Anda mungkin juga menyukai