Anda di halaman 1dari 34

Awal Mula Batuan

 Semua batuan pada mulanya dari magma


 Magma adalah benda cair, panas, pijar yang bersuhu diatas 1000˚C
 Lava adalah magma yang sudah muncul ke permukaan
 Lahar adalah lava yang bercampur dengan gas, meterial piroklastik, air, tanah
tumbuhan 

Magma keluar di permukaan bumi antara lain melalui puncak gunung berapi. Gunung
berapi ada di daratan ada pula yang di lautan. Magma yang sudah mencapai permukaan
bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Batuan
beku muka bumi selama beribu-ribu tahun lamanya dapat hancur terurai selama terkena
panas, hujan, serta aktivitas tumbuhan dan hewan. Selanjutnya hancuran batuan tersebut
tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan
yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau
beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau batuan
metamorf.

C. Jenis-Jenis Batuan

1. Batuan Beku
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") yaitu batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras. Pembekuan magma menjadi
batuan beku dapat terjadi pada saat sebelum magma keluar dari dapurnya, ditengah
perjalanan, dan ketika sudah berada diatas permukaan bumi. Dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas
permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Lebih dari 700 tipe batuan beku telah
berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di bawah permukaan kerak bumi.

Batuan beku yang membeku sebelum magma keluar dan terjadi pada saat lapisan dalam
disebut batuan plutonik, jika membeku di tengah perjalanan disebut batuan korok atau
porforik. Adapun jika magma telah keluar dan membeku di permukaan bumi, disebut
batuan beku luar atau efusi /vulkanik.

Berdasarkan teksturnya batuan beku dibedakan menjadi 2, yaitu :


 Batuan beku plutonik
 Batuan beku vulkanik

Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral penyusun batuannya. Batuan
beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang relatif lebih lambat
sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif besar. Sedangkan batuan beku vulkanik
umumnya terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
2. Batuan Endapan atau Batuan Sedimen
Batuan Sedimen ini merupakan batuan yang terbentuk oleh proses geomorfologi dan
dipengaruhi oleh lamanya waktu. Batuan sedimen secara umum dibedakan menjadi 2
jenis :

Klasifikasi sediment klastik dibedakan berdasarkan atas ukuran butirnya, yaitu sebagai
berikut :
 Ludit (psepit) termasuk berbutir kasar mulai dari gravel (krikil) halus hingga
bongkah (boulder) dengan ukuran diameternya 2-256mm
 Arenit (samit) termasuk berbutir sedang, dengan ukuran diameternya 0,06-2mm,
mulai dari pasir halus hingga pasir kasar.
 Lutit (pelit) termasuk berbutir halus, ukuran diameternya 0,04-0,06mm, mulai dari
lempung higga debu kasar.
 Contoh sediment klastik adalah breksi, konglomerat, batu pasir, lempung, serpih
dan kaolin.

a. Sedimen klastik yang terbentuk oleh proses mekanik


Batuan sediment klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material
yang mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sediment klastik bervariasi
dari mulai ukuran lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi
batuan penyimpan hidrokarbon (reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk
sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks). Contoh sediment klastik adalah breksi,
konglomerat, batu pasir, lempung, serpih dan kaolin

b.  Sedimen non-klastik yang terbentuk karena proses kimiawi


Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan
tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya
anhidrit dan batu. Batuan sedimen ini biasanya mengandung mineral seperti kalsit,
dolomit, kuarsa sekunder, gypsum dan chert.

Batuan sedimen terbentuk melalui tiga cara utama : pelapukan batuan lain (clastic);
pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari
larutan.

Batuan endapan meliputi 75% dari permukaan bumi. Batuan sedimen memiliki ciri yang
mudah dikenal, yaitu sebagai berikut :
 Batuan endapan biasanya berlapis-lapis
 Mengandung sisa-sisa jasad atau bekasnya, seperti terdapatnya cangkang binatang
koral dan serat-serat kayu.
 Adanya keseragaman yang nyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang
menyusunnya.
Penamaan batuan sedimen berdasarkan butir

 Penamaan batuan sedimen biasanya berdasarkan besar butir penyusun batuan


tersebut Penamaan tersebut adalah :
 Breksi adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm dengan
bentuk butitan yang bersudut.
 Konglomerat adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih besar dari 2 mm
dengan bentuk butiran yang membudar.
 Batu pasir adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 2 mm sampai 1/16
mm
 Batu lanau adalah batuan sedimen dengan ukuran butir antara 1/16 mm sampai
1/256 mm
 Batu lempung adalah batuan sedimen dengan ukuran butir lebih kecil dari 1/256

Bedasarkan tempat endapannya, batuan ini dibedakan menjadi:

1. Batuan Sedimen Marine (laut) dimana saat siklus berlangsung di endapkan dilaut
2. Batuan Sedimen Fluvial (sungai) dimana saat siklus berlangsung di endapkan disungai
3. Batuan Sedimen Teistrik (darat) dimana saat siklus berlangsung di endapkan didarat
4. Batuan Sedimen Limnik (rawa) dimana saat siklus berlangsung di endapkan dirawa

Bedasarkan tenaga siklus yang mengangkut batuan ini, dibedakan menjadi:

1. Batuan Sedimen Aeris/Aeolis (tenaga angin) proses dari siklus nya di`pengaruhi angin
2. Batuan Sedimen Glasial (tenaga es) proses dari siklus nya dipengaruhi es
3. Batuan Sedimen Aqualis (tenaga air) proses dari siklus nya dipe`ngaruhi air
4. Batuan Sedimen Marine (tenaga air laut) proses dari siklus nya dipenga`ruhi laut

3. Batuan metamorfosis atau Batuan metamorf (methamorphic rock)


yaitu batuan yang berasal dari batuan induk yang mengalami perubahan tekstur dan
komposisi mineral sebagai akibat perubahan kondisi fisik disebabkan oleh tekanan dan
temperatur.batuan sebelumnya akan berubah tekstur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Contoh batuan
tersebut adalah batu sabak atau slate yang merupakan perubahan batu lempung. Apabila
semua batuan-batuan yang sebelumnya terpanaskan dan meleleh maka akan membentuk
magma yang kemudian mengalami proses pendinginan kembali dan menjadi batuan-
batuan baru lagi. Beberapa contoh batuan metamorf adalah Gneis, batu sabak, batu
garnet, dan pualam.

Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi.Mereka terbentuk jauh
dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan
dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam
batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu
tinggi.

Ciri-ciri batuan ini :


 Adanya perlapisan,
 Silang siur atau struktur gelembur gelombang klastik.
Geologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari bangun ruang tubuh batuan
yang dihasilkan oleh proses deformasi. Pergerakan yang mempengaruhi tubuh batuan padat
dihasilkan dari tenaga endogen (asal dalam Bumi). Pembahasan geologi struktur tidak terlepas
dari orogenesis, yaitu proses terangkat dan terlipatnya jalur kerak bumi oleh tenaga endogen
yang terjadi pada daerah relatif sempit dan berhubungan dengan tektonik lempeng. Secara luas,
proses orogenesis menyebabkan deformasi pada tubuh batuan kerak dan menghasilkan berbagai
struktur geologi, antara lain lipatan (fold), kekar (joint), dan patahan/sesar (fault).
Deformasi adalah proses perubahan pada tubuh batuan akibat gaya yang bekerja padanya.
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan posisi, bentuk, dan volume. Batuan sedimen
dianggap terkena deformasi apabila kedudukannya tidak horizontal (miring/tegak). Kedudukan
lapisan batuan sedimen yang miring dinyatakan dalam notasi strike dan dip. Strike (jurus) adalah
arah suatu garis yang dibentuk oleh perpotongan antara bidang horizontal dengan bidang
perlapisan batuan yang miring. Dip (kemiringan) adalah deviasi sudut maksimum dari suatu
bidang perlapisan batuan yang miring dari bidang horizontal.

Deformasi sering juga disebut sebagai strain. Deformasi pada batuan terjadi akibat stress. Istilah
stress mirip dengan tekanan, yaitu gaya yang bekerja pada suatu permukaan per satuan luas. Ada
3 jenis stress, yaitu:
- Compression (kompresi)
Kompresi dihasilkan akibat gaya eksternal yang saling berhadapan dan keduanya saling menekan
batuan. Batuan yang terkena kompresi akan mengalami pemendekan (shortening).
- Tension (ekstensi)
Ekstensi dihasilkan akibat gaya eksternal yang saling berhadapan dan keduanya saling menjauhi
batuan. Batuan yang terkena ekstensi akan mengalami pemanjangan.
- Shear
Shear stress dihasilkan akibat gaya eksternal yang bekerja saling sejajar, namun berlawanan arah.
Batuan yang terkena stress ini akan mengalami pergeseran.

Keterangan gambar 2:
- Gambar paling atas menunjukkan arah gaya eksternal yang bekerja pada batuan
- Gambar di tengah menunjukkan deformasi pada batuan yang bersifat ductile
- Gambar paling bawah menunjukkan deformasi pada batuan yang bersifat brittle

Material yang terkena deformasi bersifat elastis bila kembali ke bentuk semula ketika stress
dihilangkan. Saat batas elastisitas terlampaui, material akan mengalami deformasi yang bersifat
permanen. Deformasi permanen itu bersifat plastis bila material bersifat liat (ductile) dan
menghasilkan lipatan, atau bersifat patah bila material bersifat rapuh (brittle) dan menghasilkan
patahan. Sifat batuan yang ductile atau brittle tergantung pada berapa banyak deformasi plastis
yang dialaminya.

Lipatan
Lipatan merupakan pembengkokan pada batuan. Struktur geologi ini terbentuk jika batuan
mengalami deformasi plastis akibat bekerjanya compressional stress (kompresi) selama selang
waktu tertentu pada batuan tersebut. Tidak hanya batuan yang bersifat ductile, batuan yang
bersifat brittle pun dapat mengalami perlipatan jika laju deformasinya (strain rate) rendah.

Berdasarkan bentuknya, ada 4 macam lipatan, yaitu:

1. Antiklin
Antiklin adalah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang
terbengkokkan ke atas (menjadi cembung atau concave). Pada antiklin, arah kemiringan kedua
sayap lipatan saling menjauhi hinge.
2. Sinklin

Sinklin adalah lipatan yang dicirikan oleh lapisan batuan yang


terbengkokkan ke bawah (menjadi cekung atau convex). Pada sinklin, arah kemiringan kedua
sayap lipatan saling mendekati hinge.

3. Kubah (Dome)
Kubah adalah antiklin yang berbentuk melingkar atau elips.

4. Cekungan (Basin)
Cekungan adalah sinklin yang berbentuk melingkar atau elips.

Lipatan juga diklasifikasi menjadi beberapa macam menurut kenampakannya:


1. Lipatan simetris: kedua sayap lipatan miring ke arah yang berbeda dengan sudut kemiringan
yang sama
2. Lipatan asimetris: kedua sayap lipatan miring ke arah yang berbeda dengan sudut kemiringan
yang juga berbeda
3. Lipatan isoklinal: kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama dengan besar dip yang sama;
terbentuk jika compressional stress terjadi secara intens.
4. Lipatan menggantung (overturned/overfold): kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama;
lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan mulai terbalikkan.
5. Lipatan rebah (recumbent): kedua sayap lipatan miring ke arah yang sama dengan posisi axial
plane mendekati horizontal; lapisan batuan pada salah satu sayap lipatan sudah terbalikkan
6. Lipatan chevron: terdapat pembengkokan yang tajam (tidak melengkung) pada hinge-nya;
sayap lipatan membentuk pola zig-zag
7. Monoklin: terbentuk pada lapisan horizontal yang secara lokal memiliki kemiringan
8. Teras struktural: terbentuk pada lapisan miring yang secara lokal memiliki lapisan horizontal

Kekar
Kekar adalah retakan pada batuan yang sisi-sisinya tidak mengalami pergerakan. Kekar sering
menjadi tempat mengalirnya fluida hidrotermal, ditandai dengan kehadiran urat (vein) mineral
tertentu hasil presipitasi atau kristalisasi dari fluida tersebut.

Kekar diklasifikasi menjadi beberapa macam berdasarkan penyebabnya, reaksi batuan terhadap
stress, dan kedudukan relatifnya. Berdasarkan penyebabnya, ada 3 macam kekar:

- Kekar tiang (columnar joint)


Kekar tiang terbentuk akibat pendinginan pada batuan beku (biasanya basalt). Bentuk umum dari
kekar jenis ini adalah retakan poligonal (5 atau 6 sisi) yang berbentuk seperti tiang.
Gambar 9 Kekar tiang

- Kekar lembaran (sheeting joint)


Kekar lembaran mempunyai bidang kekar yang kira-kira sejajar dengan permukaan tanah. Kekar
ini terbentuk akibat penghilangan beban batuan karena erosi.

Gambar 10 Kekar lembaran


- Kekar tektonik (tectonic joint)
Kekar tektonik terbentuk akibat gaya tektonik.

Gambar 11 Kekar tektonik

Kekar juga dapat dibagi menjadi 3 macam menurut reaksi batuan terhadap stress (compressional
stress), antara lain:

- Kekar gerus (shear joint)


Pola retakan yang terbentuk pada kekar gerus adalah menyilang dengan sepasang sudut
lancip dan sepasang sudut tumpul. Sepasang retakan yang berbentuk sudut lancip searah dengan
arah datangnya gaya eksternal yang dominan.

- Kekar ekstensi (extension joint)


Pada kekar ini, terbentuk jajaran bidang retakan yang searah dengan arah datangnya gaya
eksternal yang dominan.

- Kekar rilis (release joint)


Pembentukan kekar ini agak berbeda dengan kekar gerus maupun kekar ekstensi. Kekar gerus
dan kekar ekstensi terbentuk selama berlangsungnya stress, sedangkan kekar rilis terbentuk
setelah berlangsungnya stress. Awalnya, compressional stress menekan batuan. Saat
compressional stress menghilang, tubuh batuan berusaha kembali ke volume semula. Namun,
deformasi yang berlangsung menyebabkan terbentuknya jajaran bidang retakan yang arahnya
tegak lurus dengan arah datangnya gaya eksternal yang dominan. Dilihat dari formasi
rekahannya, kekar rilis agak mirip dengan kekar lembaran.

Sesar
Sesar adalah retakan pada batuan dengan terjadinya pergerakan di sepanjang bidang retakan.

Di lapangan, sesar biasanya cukup sulit dikenali. Meski begitu, ada beberapa kenampakan di
lapangan yang dapat digunakan sebagai petunjuk adanya sesar, antara lain:
- Adanya struktur yang tidak menerus (lapisan yang terpotong dengan tiba-tiba)
- Adanya perulangan lapisan atau hilangnya lapisan batuan
- Kenampakan khas pada bidang sesar, seperti cermin sesar, gores-garis, dll
- Kenampakan khas pada zona sesar, seperti seretan (drag), breksi sesar, horses/slices, milonit,
dll
- Silisifikasi dan mineralisasi sepanjang zona sesar
- Perbedaan fasies sedimen
- Petunjuk fisiografi, seperti gawir (scarp), scarplets (piedmont scarp), triangular facet,
terpotongnya bagian depan rangkaian pegunungan structural

Berdasarkan orientasi pola tegasan yang utama, sesar dapat dibedakan menjadi:
1. Sesar anjak (thrust fault):
 tegasan maksimum dan menengah mendatar. Istilah thrust fault digunakan untuk sesar naik
dengan dip bidang sesar kurang dari 450. Jika suatu sesar naik memiliki dip bidang sesar lebih
dari 450, maka istilah yang digunakan adalah reverse fault. Istilah overthrust dipakai untuk sesar
naik dengan dip bidang sesar yang landai atau hampir datar.
2. Sesar normal: tegasan utama vertikal
3. Sesar geser (strike-slip fault): tegasan utama maksimum dan minimum mendatar. Sesar ini
terdiri atas:
- Sesar geser sinistral (left-handed strike-slip fault). Pada sesar geser sinistral, blok batuan
sebelah kiri bergerak relatif mendekati pengamat.
- Sesar geser dekstral (right-handed strike-slip fault). Pada sesar geser dekstral, blok batuan
sebelah kanan bergerak relatif mendekati pengamat.
Selain yang telah dicantumkan di atas, ada beberapa jenis sesar lain yang spesifik, antara lain:
- Horst dan Graben
Extensional stress dapat menyebabkan sesar turun bisa terbentuk berderet/berjajar. Pada deretan
sesar turun ini, blok hanging wall bergerak turun karena ambles, sedangkan blok foot wall tidak
bergerak dan posisinya lebih tinggi daripada hanging wall. Horst adalah struktur tinggian pada
blok foot wall, dan graben adalah struktur rendahan pada blok hanging wall.
Geomorfologi

Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana


geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang bentuk muka
bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu kenampakan sebagai bentang alam
(landscape) sampai pada satuan terkecil sebagai bentuk lahan (landform).

Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan, Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial,
Dataran sampai Marine terbentuk oleh pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah
lapisan permukaan bumi.

Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan langsung di lapangan dengan
melakukan field trip atau dapat juga dilakukan dengan interprestasi foto udara atau dengan
Analisis Citra Satelit (ACS). Pengindraan jauh sebagai alat bantu untuk memantau atau
mengamati objek muka biumi tanpa ada sentuhan secara langsung, anatara lain berupa foto
udara atau citra satelit.

Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan jarak jauh atau kalau
menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan skala gambar kecil. Sebaliknya untuk
bentang lahan mudah diamati dari jarak dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan
skala lebih besar. Dengan pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh
informasi biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil,
slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use). Dengan melakukan fieldtrip
akan semakin dikenal betul macam bentuk lahan dilapangan, sehingga mudah untuk
mengingatnya kembali jika pernah melihat secara langsung dan sebagai bekal memori pada
saat melakukan interpretasi foto udara (IFU).

Bentuk lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu dilakukan
pendekatan dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan dalam bentuk kunjungan
lapangan (field trip). Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur pembentuk
landform terdiri dari komposisi atau susunan batuan apa saja. Disamping itu dengan survai
lapangna akan diperoleh beberapa kunci interpretasi fotro udara (IFU) dari hasil kunjungan
lapangan pada berbagai bentuk lahan yang berbeda. Sehingga dengan kunci IFU akan diperoleh
analaisis bentuk lahan yang lebih lengkap yang merupakan satu komponen penyusun bentang
lahan.

Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan tersendiri khususnya
dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan lahan mempunyai kapasitas
berbeda dalam mendukung suatu usaha pemanfaatan yang tentunya mengarah untuk tepat
guna. Sehingga dengan tujuan sama yaitu bermaksud menyederhanakan bentuk lahan
permukaan bumi yang kompleks ini, maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi yang
mempelajari bentukan-bentukan lahan menjadi sangat penting.

Penyederhanaan muka bumi yang kompleks ini membentuk suatu unit-unit yang
mempunyai kesamaan dalam sifat dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi kesamaan
struktur geologis atau geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses geomorfologis
sebagai pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk, dan kesan topografis yang akan
memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya informasi
tersebut perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih terwujud.

Konsep-konsep dasar dalam geomorfologi banyak diformulasikan oleh W.M. Davis. Davis
menyatakan bahwa bentuk permukaan atau bentangan bumi (morphology of landforms)
dikontrol oleh tiga faktor utama, yaitu struktur, proses, dan tahapan. Struktur di sini mempunyai
arti sebagai struktur-struktur yang diakibatkan karakteristik batuan yang mempengaruhi bentuk
permukaan bumi.
Proses-proses yang umum terjadi adalah proses erosional yang dipengaruhi oleh permeabilitas,
kelarutan, dan sifat-sifat lainnya dari batuan. Bentuk-bentuk pada muka bumi umumnya melalui
tahapan-tahapan mulai dari tahapan muda (youth), dewasa (maturity), tahapan tua (old age).Pada
tahapan muda umumnya belum terganggu oleh gaya-gaya destruksional, pada tahap dewasa
perkembangan selanjutnya ditunjukkan dengan tumbuhnya sistem drainase dengan jumlah
panjang dan kedalamannya yang dapat mengakibatkan bentuk aslinya tidak tampak lagi. Proses
selanjutnya membuat topografi lebih mendatar oleh gaya destruktif yang mengikis, meratakan,
dan merendahkan permukaan bumi sehingga dekat dengan ketinggian muka air laut (disebut
tahapan tua). Rangkaian pembentukan proses (tahapan-tahapan) geomorfologi tersebut menerus
dan dapat berulang, dan sering disebut sebagai Siklus Geomorfik.
Sketsa di atas memperlihatkan bentuk-bentuk permukaan bumi akibat struktur geologi pada
batuan dasarnya.

Selanjutnya dalam mempelajari geomorfologi perlu dipahami istilah-istilah katastrofisme,


uniformiaterianisme, dan evolusi.
1. Katastrofisme merupakan pendapat yang menyatakan bahwa gejala-gejala morfologi terjadi
secara mendadak, contohnya letusan gunung api.
2. Uniformitarianisme sebaliknya berpendapat bahwa proses pembentukkan morfologi cukup
berjalan sangat lambat atau terus menerus, tapi mampu membentuk bentuk-bentuk yang
sekarang, bahkan banyak perubahan-perubahan yang terjadi pada masa lalu juga terjadi pada
masa sekarang, dan seterusnya (James Hutton dan John Playfair, 1802).
3. Evolusi cenderung didefinisikan sebagai proses yang lambat dan dengan perlahan-lahan
membentuk dan mengubah menjadi bentukan-bentukan baru.

A. PROSES-PROSES GEOMORFIK

Proses-proses geomorfik adalah semua perubahan fisik dan kimia yang terjadi akibat proses-
proses perubahan muka bumi. Secara umum proses-proses geomorfik tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Proses-proses epigen (eksogenetik) :
1. Degradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.
2. Aggradasi ; pelapukan, perpindahan massa (perpindahan secara gravity), erosi (termasuk
transportasi) oleh : aliran air, air tanah, gelombang, arus, tsunami), angin, dan glasier.
3. Akibat organisme (termasuk manusia)

b. Proses-proses hipogen (endogenetik)


1. Diastrophisme (tektonisme)
2. Vulkanisme

c. Proses-proses ekstraterrestrial, misalnya kawah akibat jatuhnya meteor.

A.1. Proses Gradasional


Istilah gradasi (gradation) awalnya digunakan oleh Chamberin dan Solisbury (1904) yaitu semua
proses dimana menjadikan permukaan litosfir menjadi level yang baru. Kemudian gradasi
tersebut dibagi menjadi dua proses yaitu degradasi (menghasilkan level yang lebih rendah) dan
agradasi (menghasilkan level yang lebih tinggi).

Tiga proses utama yang terjadi pada peristiwa gradasi yaitu :


1. Pelapukan, dapat berupa disentrigasi atau dekomposisi batuan dalam suatu tempat, terjadi di
permukaan, dan dapat merombak batuan menjadi klastis. Dalam proses ini belum termasuk
transportasi.
2. Perpindahan massa (mass wasting), dapat berupa perpindahan (bulk transfer) suatu massa
batuan sebagai akibat dari gaya gravitasi. Kadang-kadang (biasanya)efek dari air mempunyai
peranan yang cukup besar, namun belum merupakan suatu media transportasi.
3. Erosi, merupakan suatu tahap lanjut dari perpindahan dan pergerakan masa batuan. Oleh suatu
agen (media) pemindah. Secara geologi (kebanyakan) memasukkan erosi sebagai bagian dari
proses transportasi.
Secara umum, series (bagian/tahapan) proses gradisional sebagai berikut landslides (dicirikan
oleh hadirnya sedikit air, dan perpindahan massa yang besar), earthflow (aliran batuan/tanah),
mudflows (aliran berupa lumpur), sheetfloods, slopewash, dan stream (dicirikan oleh jumlah air
yang banyak dan perpindahan massa pada ukuran halus dengan slope yang kecil).

A.1.1. Pelapukan Batuan


Pelapukan merupakan suatu proses penghancuran batuan manjadi klastis dan akan tekikis oleh
gaya destruktif.
Proses pelapukan terjadi oleh banyak proses destruktif, antara lain :
1. Proses fisik dan mekanik (desintegrasi) seperti pemanasan, pendinginan, pembekuan; kerja
tumbuh-tumbuhan dan binatang , serta proses-proses desintegrasi mekanik lainnya
2. Proses-proses kimia (dekomposisi) dari berbagai sumber seperti : oksidasi, hidrasi, karbonan,
serta pelarutan batuan dan tanah. Proses dekomposisi ini banyak didorong oleh suhu dan
kelembaban yang tinggi, serta peranan organisme (tumbuh-tumbuhan dan binatang).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :


1. Jenis batuan, yaitu komposisi mineral, tekstur, dan struktur batuan
2. Kondisi iklim dan cuaca, apakah kering atau lembab, dingin atau panas, konstan atau berubah-
ubah.
3. Kehadiran dan kelebatan vegetasi
4. Kemiringan medan, pengaruh pancaran matahari, dan curah hujan.

Proses pelapukan berlangsung secara differential weathering (proses pelapukan dengan


perbedaan intensitas yang disebabkan oleh perbedaan kekerasan, jenis, dan struktur batuan). Hal
tersebut menghasilkan bentuk-bentuk morfologi yang khas seperti :
1. Bongkah-bongkah desintegrasi (terdapat pada batuan masif yang memperlihatkan retakan-
retakan atau kekar-kekar),
2. Stone lattice (perbedaan kekerasan lapisan batuan sedimen yang membentuknya), mushroom
(berbentuk jamur),
3. Demoiselles (tiang-tiang tanah dengan bongkah-bongkah penutup),
4. Talus (akumulasi material hasil lapukan di kaki tebing terjal),
5. Exfoliation domes (berbentuk bukit dari batuan masif yang homogen, dan mengelupas dalam
lapisan-lapisan atau serpihan-serpihan melengkung).

Istilah - istilah dalam Geomorfologi :

Bentang alam (landscape)

panorama alam yang disusun oleh elemen-elemen geomorfologi dalam dimensi

yang lebih luas dari terain.

Bentuk lahan (landform)

komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu daratan yang

dipengaruhi oleh kegiatan manusia.

Bentukan asal (morphologic origin)

terbentuknya bentang alam didasarkan atas genesa (mulajadi).

Denudasi (denudation)

proses pengupasan permukaan bumi dari penutupnya.

Elemen geomorfologi (geomorphologic element)

bagian terkecil dari bentuk lahan yang mempunyai kesamaan bentuk dan

genesanya.

Erosi (erosion)

serangkaian proses yang menyebabkan sejumlah material bumi atau batuan

terkikis, diangkut dan dipindahkan ke tempat lain di permukaan bumi.

Fluvial (fluvial)

aktifitas sungai yang menyebabkan terjadinya erosi, pengangkutan dan

pengendapan material di permukaan bumi.

Gaya endogen (endogenous force)

tenaga berasal dari dalam bumi yang menyebabkan terjadinya pergerakan,


patahan, perlipatan dan vulkanisma di permukaan bumi.

Gaya eksogen (exogenous force)

tenaga yang berasal dari luar bumi yang menyebabkan terjadinya perubahan di

permukaan atau dekat permukaan bumi, seperti pelapukan, erosi, abrasi, denudasi.

Geomorfologi (geomorphology)

adalah ilmu tentang roman muka bumi beserta aspek-aspek yang

mempengaruhinya.

Hogbek (hogkback)

punggungan pebukitan atau pegunungan dengan puncak tajam dibentuk oleh

lapisan batuan yang keras dan lereng agak curam.

Kars (karst)

bentuk bentang alam yang terjadi akibat intensifnya proses pelarutan batu

gamping sehingga membentuk bentang alam yang khas.

Kuesta (cuesta)

bukit atau gunung yang mempunyai dua kemiringan lereng berbeda. Permukaan

lereng yang landai searah dengan bidang perlapisan sedangkan sisi lereng yang

curam memotong bidang perlapisan.

Marin (marine)

aktifitas air laut yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi, pengangkutan dan

pengendapan di lingkungan laut.

Mesa (mesa)

bukit atau gunung terisolir berbentuk meja, merupakan sisa denudasi dengan

lapisan batuan datar yang keras sebagai penutupnya.

Morfodinamis (morphodynamics)

bentuk bentang alam yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya eksogen air,

angin, es dan gerakan tanah, misal: gumuk pasir, undak sungai , pematang pantai,
lahan kritis (badlands).

Morfoerasi (morphoerosion)

adalah ragam bentuk erosi yang dapat dipakai sebagai ukuran tingkat degradasi

bentuk lahan suatu wilayah.

Morfogenesa (morphogenesis)

bentuk bentang alam yang diklasifikasikan berdasarkan atas mulajadi (genetic)

dan perkembangan bentuk lahan serta proses yang terjadi padanya.

Morfologi (morphology)

ilmu yang mempelajari bentuk permukaan bumi.

Morfokonservasi (morphoconservation)

pelestarian alam berdasarkan parameter bentuk lahan.

Morfokronologi (morphochronology)

hubungan aneka ragam bentuk lahan dan prosesnya.

Morfometri (morphometry)

aspek kuantitatif geomorfologi suatu daerah, misal: kecuraman lereng, ketinggian,

kekasaran terrain.

Morfografi (morphography)

aspek diskriptik geomorfologi suatu area, misal: dataran, pebukitan, pegunungan,

plato.

Morfostruktur aktif (active morphostructure)

bentuk bentang alam yang berkaitan erat dengan hasil kerja gaya endogen yang

dinamis termasuk gunungapi, tektonik (lipatan dan sesar), misal: gunungapi,

punggungan antiklin dan gawir sesar.

Morfostruktur pasif ( passive morphostructure)

bentuk bentang alam yang diklasifikasikan atas dasar tipe batuan maupun struktur

batuan yang ada kaitannya dengan denudasi, misal: mesa, kuesta, hogbek, dan
kubah.

Pelapukan (weathering)

proses hancurnya batuan atau mineral permukaan bumi menjadi bagian yang lebih

kecil atau lunak karena proses fisika, kimiawi dan biologi.

Penampang geomorfologi (geomorphologic cross section)

adalah irisan tegak bentuk lahan yang mencerminkan hubungan konfigurasi

bentang alam.

Penutup lahan (land cover)

Segala sesuatu yang menutupi permukaan bumi, baik itu alamiah atau buatan.

Terain (terrain)

bentuk permukaan ataupun dekat permukaan bumi yang mempunyai ciri fisik

tertentu.
SEJARAH  PEMBENTUKAN MUKA BUMI BERDASARKAN ZAMAN

Skala waktu geologi digunakan oleh para ahli geologi dan ilmuwan untuk menjelaskan waktu
dan hubungan antar peristiwa yang terjadi sepanjang sejarah Bumi.

Ada beberapa zaman yang terlewati oleh bumi kita,sebelum kita melihat bumi yang sekarang.
Berikut ini merupakan zaman yang turut mewarnai pembentukan bumi kita :

1. 1.       MASA HADEAN (PRISKOAN)


Masa Tanpa Kehidupan  4.600.000.000 – 4.000.000.000 tahun lalu .Sistem tata surya termasuk
bumi kita terbentuk 4,6 milyar tahun lalu.

Masa ini merupakan masa pemadatan (kondensasi) bumi


Masa ini merupakan proses persiapan bumi, sebelum dihuni oleh makhluk hidup
Pada masa ini bumi berupa lautan api, dimana sangat sering terjadi hujan meteorit
1. 2.       MASA ARKEAN (ARKEOZOIKUM)
Masa Kehidupan Purba  4.000.000.000 – 2.500.000.000 tahun lalu

Arkeozoikum artinya Masa Kehidupan Purba, Masa Arkeozoikum (Arkean) merupakan masa
awal pembentukan batuan kerak bumi yang kemudian berkembang menjadi protokontinen.
Batuan masa ini   ditemukan di beberapa bagian dunia yang lazim disebut kraton/perisai benua.

Coba perhatikan, masa ini adalah masa pembentukan kerakbumi. Jadi kerakbumi terbentuk
setelah pendinginan bagian tepi dari “balon bumi” (bakal calon bumi).Plate tectonic / Lempeng
tektonik yang menyebabkan gempa itu terbentuk pada masa ini. Lingkungan hidup mas itu
tentunya mirip dengan lingkungan disekitarmata-air panas. Batuan tertua tercatat berumur kira-
kira 3.800.000.000 tahun. Masa ini juga merupakan awal terbentuknya Indrosfer dan Atmosfer
serta awal muncul kehidupan primitif di dalam samudera berupa mikro-organisma (bakteri dan
ganggang). Fosil tertua yang telah ditemukan adalah fosil Stromatolit dan Cyanobacteria dengan
umur kira-kira 3.500.000.000 tahun.
1. 3.       MASA PROTEROZOIKUM
Masa Kehidupan Awal 2.500.000.000 – 540.000.000 tahun lalu

Proterozoikum artinya masa kehidupan awal. Masa Proterozoikum merupakan awal terbentuknya
hidrosfer dan atmosfer. Pada masa ini kehidupan mulai berkembang dari organisme bersel
tunggal menjadi bersel banyak (enkaryotes dan prokaryotes). Menjelang akhir masa ini
organisme lebih kompleks, jenis invertebrata bertubuh lunak seperti ubur-ubur, cacing dan koral
mulai muncul di laut-laut dangkal, yang bukti-buktinya dijumpai sebagai fosil sejati pertama.

Masa Arkeozoikum dan Proterozoikum bersama-sama dikenal sebagai masa Pra-Kambrium.

1. 4.       MASA PALEOZOIKUM
Masa Kehidupan Tua 540.000.000 – 245.000.000 tahun lalu. Masa kehidupan invertebrata
bawah laut. Masa Paleozoikum terbagi menjadi beberapa zaman diantaranya :

1. a.       Zaman Kambrium (540.000.000 – 510.000.000 tahun lalu )


Kambrium berasal dari kata “Cambria” nama latin untuk daerah Wales di Inggris, dimana batuan
berumur kambrium pertama kali dipelajari. Banyak hewan invertebrata mulai muncul pada
zaman Kambrium. Hampir seluruh kehidupan berada di lautan. Hewan zaman ini mempunyai
kerangka luar dan cangkang sebagai pelindung. Fosil yang umum dijumpai dan penyebarannya
luas adalah, Alga, Cacing, Sepon, Koral, Moluska, Ekinodermata, Brakiopoda dan Artropoda
(Trilobit). Sebuah daratan yang disebut Gondwana (sebelumnya pannotia) merupakan cikal bakal
Antartika, Afrika, India, Australia, sebagian Asia dan Amerika Selatan. Sedangkan Eropa,
Amerika Utara, dan Tanah Hijau masih berupa benua-benua kecil yang terpisah.

1. b.      Zaman Ordovisium (510.000.000 – 439.000.000 tahun lalu)


Zaman Ordovisium dicirikan oleh munculnya ikan tanpa rahang (hewan bertulang belakang
paling tua) dan beberapa hewan bertulang belakang yang muncul pertama kali seperti Tetrakoral,
Graptolit, Ekinoid (Landak Laut), Asteroid (Bintang Laut), Krinoid (Lili Laut) dan Bryozona.
Koral dan Alaga berkembang membentuk karang, dimana trilobit dan Brakiopoda mencari
mangsa. Graptolit dan Trilobit melimpah, sedangkan Ekinodermata dan Brakiopoda mulai
menyebar. Meluapnya Samudra dari Zaman Es merupakan bagian peristiwa dari zaman ini.
Gondwana dan benua-benua lainnya mulai menutup celah samudera yang berada di antaranya.

1. c.       Zaman Silur (439.000.000 – 408.000.000 tahun lalu)


Zaman silur merupakan waktu peralihan kehidupan dari air ke darat. Tumbuhan darat mulai
muncul pertama kalinya termasuk Pteridofita (tumbuhan paku). Sedangkan Kalajengking raksasa
(Eurypterid) hidup berburu di dalam laut. Ikan berahang mulai muncul pada zaman ini dan
banyak ikan mempunyai perisai tulang sebagai pelindung. Selama zaman Silur, deretan
pegunungan mulai terbentuk melintasi Skandinavia, Skotlandia dan Pantai Amerika Utara.

1. d.      Zaman Devon (408.000.000 – 362.000.000 tahun lalu )


Zaman Devon merupakan zaman perkembangan besar-besaran jenis ikan dan tumbuhan darat.
Ikan berahang dan ikan hiu semakin aktif sebagai pemangsa di dalam lautan. Serbuan ke daratan
masih terus berlanjut selama zaman ini. Hewan Amfibi berkembang dan beranjak menuju
daratan. Tumbuhan darat semakin umum dan muncul serangga untuk pertama kalinya.
Samudera menyempit sementara, benua Gondwana menutupi Eropa, Amerika Utara dan Tanah
Hijau (Green Land).

1. e.      Zaman Karbon (362.000.000 – 290.000.000 tahun lalu )


Reptilia muncul pertama kalinya dan dapat meletakkan telurnya di luar air. Serangga raksasa
muncul dan ampibi meningkat dalam jumlahnya. Pohon pertama muncul, jamur Klab, tumbuhan
ferm dan paku ekor kuda tumbuh di rawa-rawa pembentuk batubara. Pada zaman ini benua-
benua di muka bumi menyatu membentuk satu masa daratan yang disebut Pangea, mengalami
perubahan lingkungan untuk berbagai bentuk kehidupan. Di belahan bumi utara, iklim
tropis menghasilkan secara besar-besaran, rawa-rawa yang berisi dan sekarang tersimpan sebagai
batubara.

1. f.        Zaman Perem (290.000.000 – 245.000.000 tahun lalu)


“Perem” adalah nama sebuah propinsi tua di dekat pegunungan Ural, Rusia.
Reptilia meningkat dan serangga modern muncul, begitu juga tumbuhan konifer dan Grikgo
primitif. Hewan Ampibi menjadi kurang begitu berperan. Zaman perm diakhiri dengan
kepunahan micsa dalam skala besar, Tribolit, banyak koral dan ikan menjadi punah.

Benua Pangea bergabung bersama dan bergerak sebagai satu massa daratan, Lapisan es menutup
Amerika Selatan, Antartika, Australia dan Afrika, membendung air dan menurunkan muka air
laut. Iklim yang kering dengan kondisi gurun pasir mulai terbentuk di bagian utara bumi.
1. 5.       MASA MESOZOIKUM
Masa Kehidupan Pertengahan 245.000.000 – 65.000.000 tahun lalu. Masa kehidupan reptilia. .
Masa Mesozoikum terbagi menjadi beberapa zaman diantaranya :

1. a.       Zaman Trias (245.000.000 – 208.000.000 tahun lalu)


Gastropoda dan Bivalvia meningkat jumlahnya, sementara amonit menjadi umum. Dinosaurus
dan reptilia laut berukuran besar mulai muncul pertama kalinya selama zaman ini. Reptilia
menyerupai mamalia pemakan daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia
pertamapun mulai muncul saat ini. Dan ada banyak jenis reptilia yang hidup di air, termasuk
penyu dan kura-kura. Tumbuhan sikada mirip palem berkembang dan Konifer menyebar. Benua
Pangea bergerak ke utara dan gurun terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-
celah mulai terbentuk di Pangea.

1. b.      Zaman Jura (208.000.000 – 145.000.000 tahun lalu )


Pada zaman ini, Amonit dan Belemnit sangat umum. Reptilia meningkat
jumlahnya. Dinosaurus menguasai daratan, Ichtiyosaurus berburu di dalam lautan dan
Pterosaurus merajai angkasa. Banyak dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa. Burung
sejati pertama (Archeopterya) berevolusi dan banyak jenis buaya berkembang. Tumbuhan
Konifer menjadi umum, sementara Bennefit dan Sequola melimpah pada waktu ini.

Pangea terpecah dimana Amerika Utara memisahkan diri dari Afrika sedangkan Amerika Selatan
melepaskan diri dari Antartika dan Australia. Jaman ini merupakan jaman yang paling menarik
anak-anak setelah difilmkannya Jurrasic Park.
1. c.       Zaman Kapur (145.000.000 – 65.000.000 tahun lalu )
Banyak dinosaurus raksasa dan reptilia terbang hidup pada zaman ini. Mamalia berari-ari muncul
pertama kalinya. Pada akhir zaman ini Dinosaurus, Ichtiyosaurus, Pterosaurus, Plesiosaurus,
Amonit dan Belemnit punah. Mamalia dan tumbuhan berbunga mulai berkembang menjadi
banyak bentuk yang berlainan. Iklim sedang mulai muncul. India terlepas jauh dari Afrika
menuju Asia. Jaman ini adalah jaman akhir dari kehidupan biantang-binatang raksasa.
1. 6.       MASA KENOZOIKUM
Masa Kehidupan Baru 65.000.000 tahun lalu – sekarang .

Terbagi menjadi :

1. a.      Zaman Tersier (65 – 1,7 juta tahun lalu)


Pada zaman tersier terjadi perkembangan jenis kehidupan seperti munculnya primata dan burung
tak bergigi berukuran besar yang menyerupai burung unta, sedangkan fauna laut sepert ikan,
moluska dan echinodermata sangat mirip dengan fauna laut yang hidup sekarang. Tumbuhan
berbunga pada zaman Tersier terus berevolusi menghasilkan banyak variasi tumbuhan, seperti
semak belukar, tumbuhan merambat dan rumput. Pada zaman Tersier – Kuarter, pemunculan dan
kepunahan hewan dan tumbuhan saling berganti seiring dengan perubahan cuaca secara global.

1. b.      Zaman Kuarter (1,7 juta tahun lalu – sekarang)


Zaman Kuarter terdiri dari kala Plistosen dan Kala Holosen. Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta
tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000 tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen
yang berlangsung sampai sekarang. Pada Kala Plistosen paling sedikit terjadi 5 kali jaman es
(jaman glasial). Pada jaman glasial sebagian besar Eropa, Amerika utara dan Asia bagian utara
ditutupi es, begitu pula Pegunungan Alpen, Pegunungan Cherpatia dan Pegunungan Himalaya Di
antara 4 jaman es ini terdapat jaman Intra Glasial, dimana iklim bumi lebih hangat. Manusia
purba jawa (Homo erectus yang dulu disebut Pithecanthropus erectus) muncul pada Kala
Plistosen. Manusia Modern yang mempunyai peradaban baru muncul pada Kala Holosen. Flora
dan fauna yang hidup pada Kala Plistosen sangat mirip dengan flora dan fauna yang hidup
sekarang.

sumber :

http://djunijanto.wordpress.com/materi/sejarah-pembentukan-bumi-berdasarkan-zaman/

Anda mungkin juga menyukai