Anda di halaman 1dari 70

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

TUGAS I
TA3101 GENESA BAHAN GALIAN
KELOMPOK 04

ANGGOTA KELOMPOK :
CALVIN TRIAS YUDHY 12117036
CALVIN IHUTONDO 12117047
JONATHAN PERWIRA M. 12117064
ANGGI SIMANULLANG 12117073
NABILA ANUGRAH 12117083

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


2019
1
2

`
SIKLUS BATUAN
(THE ROCK CYCLING)

Siklus batuan menggambarkan proses batuan itu dibentuk, dimodifikasi, ditransportasikan,


mengalami dekomposisi, dan dibentuk kembali sebagai hasil dari proses internal dan eksternal bumi.
Siklus batuan ini berjalan secara kontinyu dan tidak pernah berakhir. Siklus ini adalah fenomena yang
terjadi di kerak benua (geosfer) yang berinteraksi dengan atmosfer, hidrosfer, dan biosfer dan
digerakkan oleh energi panas internal bumi dan energi panas yang datang dari Matahari.

Siklus batuan di mulai dari magma yaitu cairan berpijar yang terbentuk dalam mantel bumi,
yang merambat keluar ke permukaan bumi melalui rekahan-rekahan yang di sebut Volcano Eruption
yang biasa terjadi di Gunung Merapi. Magma adalah zat cair-liat pijar yang merupakan senyawa silikat
dan ada di bawah kondisi tekanan dan suhu tinggi di dalam tubuh bumi (kerak atau mantel). Magma
yang muncul di permukaan Bumi berasal dari Mantel. Di permukaan Bumi, magma membeku dan
membentuk batuan yang disebut sebagai batuan beku atau igneous rock. Oleh karena itu, magma
secara sederhana sering didefinisikan sebagai batuan cair atau molten rock.

Pada awalnya, magma terbentuk secara alamiah dalam waktu berjuta-juta tahun dan
menjadi unsur pembentuk lapisan inti bumi. Magma tidak terbentuk di semua wilayah di
bumi. Melainkan magma hanya terdapat di beberapa tempat di bawah permukaan yang
disebut kamar magma (magma chamber). Karena sifatnya yang dinamis, magma terus
bergerak. Gerakan ini membuat magma mengalir ke tempat yang suhunya lebih rendah dari
kamar magma. Akibatnya magma mengalami kristalisasi dan sebagiannya membeku menjadi
batuan beku.
3

Batuan beku atau sering disebut Igneous Rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau
beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Batuan beku yang terbentuk terbagi
atas 2 berdasarkan lingkungan terbentuknya. Yang pertama adalah batuan beku dalam atau Plutonic
Rock adalah batuan beku yang terbentuk atau mendingin dalam waktu yang sangat lama karena
terbentuk dalam gunung atau korok-korok gunung merapi karena perbedaan suhu lingkungannya
tidak terlalu signifikan sehingga terbentuk atau membeku dalam waktu yang relative lama, akibat dari
waktu proses terbentuknya maka jenis batuan ini memiliki ciri yaitu Kristal dalam batuan ini relative
besar karena prosesnya yang lama, Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit.

Yang kedua adalah batuan beku Ekstrusif atau batuan beku Luar atau batuan beku vulkanik
yakni batuan beku yang terbentuk akibat dari magma yang ter-erupsi keluar ke permukaan bumi dan
mendingin atau membeku dalam waktu yang sangat cepat karena perbedaan suhu yang sangat
signifikan, akibat dari proses terbentuknya yang sangat cepat, ciri dari batuan ini adalah Kristal yang
terdapat dalam batuan sangat kecil akibat dari proses terbentuknya yang cepat sehingga tidak
mengalami proses kristalisasi yang sempurna. Contohnya adalah basalt, andesit, Obsidian, dan
dacite.
4

Batuan beku ini dapat langsung meleleh kembali menjadi magma dan kembali ke permukaan bumi
apabila mendapat panas yang cukup untuk melelehkan dari lingkungannya, namun dapat membentuk
batuan sedimen.

Batuan Sedimen atau sering disebut sedimenary rocks adalah batuan yang terbentuk akibat
proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil proses pelapukan dan erosi yang kemudian (ada yang)
tertransportasi lalu terendapkan. Batuan sedimen yang berasal dari pengendapan sisa-sisa pelapukan
batuan beku juga umumnya berada dibawah permukaan bumi. Batuan sedimen ini juga akan terus
bergerak semakin dalam karena di permukaan bumi terus terbentuk lapisan sedimen baru. Lapisan
batuan sedimen baru ini akan menghimpit lapisan sedimen sebelumnya sehingga bergerak makin
turun mendekati kamar magma. Perubahan suhu dan tekanan juga mempengaruhi batuan sedimen.
Batuan sedimen ini bisa digolongkan lagi menjadi beberapa bagian diantaranya batuan sedimen
klastik, batuan sedimen kimia, dan batuan sedimen organik.

Batuan sedimen klastik terbentuk melalui proses pengendapan dari material-material yang
mengalami proses transportasi. Besar butir dari batuan sedimen klastik bervariasi dari mulai ukuran
lempung sampai ukuran bongkah. Biasanya batuan tersebut menjadi batuan penyimpan hidrokarbon
5

(reservoir rocks) atau bisa juga menjadi batuan induk sebagai penghasil hidrokarbon (source rocks).
Contohnya batu konglomerat, batu pasir, batulempung dan batulanau.

Batuan sedimen kimia terbentuk melalui proses presipitasi dari larutan. Biasanya batuan
tersebut menjadi batuan pelindung (seal rocks) hidrokarbon dari migrasi. Contohnya anhidrit dan batu
garam (salt). Batuan sedimen organik terbentuk dari gabungan sisa-sisa makhluk hidup. Batuan ini
biasanya menjadi batuan induk (source) atau batuan penyimpan (reservoir). Contohnya adalah
batugamping terumbu.

Batuan Sedimen terbentuk apabila batuan beku tersebut mangalami proses pelapukan akibat
dari cuaca yang di alami di lingkungannya, kemudian setelah mengalami pelapukan, hasil dari
pelapukan tersebut mengalami transportasi yang dapat melalui erosi tanah, angin atau tertransportasi
dalam es atau gletser, kemudian setelah mengalami proses transportasi hasil pelapukan tadi
mengalami proses pengendapan. Dalam proses pengendapan ini material yang lebih berat akan
mengendap di tempat yang paling bawah sebaliknya material-material yang lebih ringan akan
mengendap di atasnya, dari sinilah terbentuknya yang namanya perlapisan tanah. Lapisan yang bawah
lama- kelamaan mendapatkan beban yang lebih berat oleh material di atasnya sehingga kandungan
airnya tertekan keluar dan akan semakin kompak dan akan mengalami proses sementasi akibat
adanya semen seperti lempung dan silica sehingga terbentuklah batuan sedimen.

Batuan sedimen ini dapat langsung mencair menjadi magma dan kembali ke dalam bumi atau
dapat termetamorfosis menjadi batuan metamorf apabila mendapat perubahan tekanan dan suhu
yang signifikan dari lingkungan nya. Pada batuan sedimen, proses geologi akan mengakibatkan adanya
patahan, sesar, dan kejadian geologi lainnya sehingga ia akan mengalami metamorfisme seperti
batuan beku dan membentuk batuan metamorf.
6

Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang terbentuk akibat proses
perubahan temperatur dan/atau tekanan dari batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambah
nya temperatur dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan strukturnya sehingga
membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur yang baru pula. Selian Suhu dan tekanan faktor
lain yang mempengaruhi adalah Aktivitas Fluida. Batuan metamorf juga dapat terbentuk melalui
batuan beku apabila batuan beku tersebut mendapat perubahan tekanan dan suhu dari
lingkungannya yang mampu merubahnya menjadi batuan metamorf. Batuan metamorf tidak merubah
kandungan kimia batuan sebelumnya, namun hanya merubah susunan mineral dari batuan
sebelumnya yang tidak beraturan menjadi susunan mineral yang sejajar atau memanjang, contohnya
perubahan batu granit menjadi batuan metamorf yaitu batu gneiss.

Terdapat tiga jenis metamorfisme. Pertama Metamorfisme kontak, merupakan tipe


metamorfisme yang terjadi akibat adanya kontak antara magma terhadap batuan yang ada
disekitarnya, baik itu batuan sedimen maupun batuan beku. Perubahan yang terjadi diakibatkan
intensitas panas yang dikeluarkan oleh magma. Jenis metamorfosis ini terbatas pada zona sekitar
intrusi yang dikenal dengan disebut aureole malihan atau malihan kontak.
7

Kedua, metamorfisme dinamik. terjadi akibat pergerakan patahan dimana batuan terkena
tekanan diferensial yang tinggi di sepanjang zona patahan, Jenis metamorfisme ini biasanya timbul
pada bidang-bidang sesar / patahan. Metamorfisme ini terjadi disekitas zona subsduksi.

Ketiga, metamorfisme regional. Jenis metamorfisme ini adalah metamorfisme yang paling
sering muncul dan biasanya meliputi area yang sangat luas. Perubahan batuan terjadi sebagai akibat
adanya temperatur dan tekanan tinggi yang menyertainya dalam proses perubahan dari batuan asal
menjadi batuan metamorf. Tempat terjadinya metamorfisme ini di dekat lempeng bagian dalam atau
dekat dengan dapur magma.

Selain batuan metamorf, sedimen dan batuan beku terdapat satu lagi jenis batuan yang sangat
unik yaitu batuan piroklastik. Hal ini dikarenakan secara genesis, kelompok batuan ini lebih dekat
dengan batuan ekstrusif, tetapi secara deskriptif dan cara terjadinya memperlihatkan ciri (struktur dan
tekstur) yang mirip dengan kelompok batuan sedimen klastik. Kelompok batuan ini di definisikan
sebagai batuan yang dihasilkan (secara langsung) oleh aktifitas erupsi secara eksplosif dari gunung api.

Proses-proses yang terjadi pada Siklus batuan berlangsung sepanjang waktu baik di masa
lampau maupun masa yang akan datang. Kejadian alam dan proses geologi yang berlangsung sekarang
inilah yang memberikan gambaran apa yang telah terjadi di masa lampau seperti diungkapkan oleh
ahli geologi James Hutton dengan teorinya “The Present is the Key to The Past”.
8

KLASIFIKASI BATUAN
( ROCK CLASSIFICATION)

BATUAN BEKU

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2, dan
indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-beda meskipun
dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya :

1. Menurut Rosenbusch (1877-1976)

a) Klasifikasi Berdasarkan Terjadinya :

 Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.


 Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.
9

 Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh
W.T. Huang (1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan
effusive disebut batuan vulkanik.

b) Klasifikasi Kandungan Mineral, Kandungan Silika dan Tekstur :

Tabel rosenbusch digunakan dalam melakukan pendeterminasian


batuan beku. Tabel Rosenbusch berisi tentang komposisi mineral pada batuan
beku yang kemudian dihubungkan dengan tekstur pada batuan beku. Dengan
mencocokan takstur batuan dan mineral penyusun batuan yang sedang diuji
dengan data-data yang terdapat pada tabel rosenbusch maka kita dapat
dengan mudah mendeterminasikan batuan beku.
10

2. Menurut Hamblin

Tabel hamblin ini tidak jauh berbeda dengan tabel rosenbusch karena sama-
sama berdasarkan komposisi mineral dan tekstur batuan, bedanya adalah pada tabel
hamblin tekstur batuan kurang spesifik karena hanya berdasarkan ukuran butir
sedangkan tabel rosenbusch berdasarkan ukuran butir, derajat kristalisasi dan
keseragaman butir.

Adapun tekstur batuan beku pada tabel hamblin ini adalah sebagai berikut :

a) Faneritik, pada tekstur ini terdapat kristal besar yang dapat dilihat dengan mata
telanjang.

b) Porfiritik-faneritik tekstur, tekstur ini dikarakteriskan oleh 2 kristal, yang keduanya


bisa dilihat dengan mata telanjang.

c) Afanitik, pada tekstur ini kristal-kristalnya sangat kecil sehingga tidak bisa
dideteksi tanpa bantuan mikroskop.

d) Porfiritik-afanitik, tekstur ini adalah salah satu yang mana fenokris berkumpul
dalam matriks afanitik.

e) Seperti kaca, tekstur ini mirip dengan kaca biasa. Hal ini mungkin dalam unit yang
besar.

f) Fragmental, tekstur ini terdiri dari pecahan kaku yang mengeluarkan material
beku yang berkisar dari blok-blok besar hingga debu halus.
11

3. Menurut C.L. Hugnes (1962)

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 :

 Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah
riolit.
 Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%. Contohnya
adalah dasit.
 Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya adalah
andesit.

Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya
adalah basalt.

4. Menurut S.J. Shand (1943)

 Klasifikasi berdasarkan indeks warna :

 Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.


 Mesococtik rock, apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.
 Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik

5. Menurut S.J. Ellis (1948)

 Klasifikasi berdasarkan indeks warna :

 Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.
 Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.
 Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
 Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.
12

6. Menurut Russell B. Travis (1955)

Berdasarkan ukuran butir mineral dan tempat terjadi :

 Batuan beku dalam

Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun batuan


tersebut dapat dilihat dengan mata biasa tanpa bantuan alat pembesar. Terbentuk
kurang lebih 3 – 4 km di bawah permukaan bumi, dan batuan dalam sering disebut
juga batuan plutonik atau batuan abisik. Struktur kristalnya adalah holokristalin
atau berhablur penuh. Contoh batuannya adalah gabbro, granit, diorit.

1. Batuan Diorite

Diorit merupakan salah satu contoh batuan beku dalam yang di Indonesia, cukup banyak
ditemukan di daerah Pemalang dan Banjarnegara, Jawa Tengah. Batuan ini memiliki beberapa
ciri, di antaranya mempunyai tekstur feneris, warnanya gelap, dan mineralnya yang
bertekstur kasar hingga sedang.

Dilihat sekilas, batuan diorite memang sangat mirip batuan gabro. Akan tetapi, jika ditinjau
dari sisi kimia, diorite umumnya mempunyai tingkat keasaman yang lebih tinggi. Alam
kehidupan sehari-hari, batuan beku dalam ini umumnya digunakan untuk keperluan
hiasan ornamen dinding, pondasi bangunan, dan bahan pengeras jalan.

2. Batuan Gabbro
13

Gabro adalah contoh batuan beku dalam yang terbentuk saat magma cair di dalam
permukaan bumi terperangkam sehingga perlahan-lahan menjadi dingin dan mengeras.
Batuan gabro memiliki beberapa ciri, di antaranya memiliki tekstur kasar dengan warna gelap
berisi piroksen, feldspar, atau olivin.

Gabro sering ditemukan mengandung nikel, kromium, kobalt, perak, emas, platinum, dan
tembaga sulfida. Adapun dalam kehidupan sehari-hari, batuan ini umumnya digunakan untuk
batu hias, paving, nisan, dan ornamen dinding.

3. Batuan Granite

Granit adalah kasar, berwarna terang, batuan beku intrusif yang berisi terutama mineral
kuarsa, feldspar, dan mika. spesimen atas adalah sekitar dua inci (lima sentimeter) di seluruh.
Granit merupakan contoh batuan beku dalam yang paling mudah kita temukan. Batu granit
memiliki ciri utama antara lain rata-rata berukuran besar, teksturnya keras dan kuat, dan
berwarna hitam. Karena ciri dan sifat tersebut, batuan granit umumnya digunakan sebagai
bahan kontruksi.

4. Batuan Pegmatite

Pegmatite adalah contoh batuan beku dalam yang bisa mengalami metamorfosis sehingga
juga termasuk ke dalam contoh batuan malihan. Batuan pegmatit memiliki ciri di antaranya
berwarna terang, tekstur sangat kasar, terbentuk di dekat batas antara dapur magma dan
ruang kristalisasi, serta sering ditemukan mengandung mineral langka. Mineral-mineral
pegmatit tersebut antara lain :

 Logam-logam ringan (Be silikat, Li silikat, Al silikat),


 Logam-logam berat (Sn, W, Au, dan Mo),
 Unsur-unsur jarang (Niobium, Tantalum, Iodium (Y), Zr, Ce,La, U, Th,Ti), dan
 Batuan mulia (ruby, beryl, sapphire, topaz, rose quartz, turmalin rose, smoky quartz,
dan rock crystal).

5. Batuan Peridotit

Peridotit adalah contoh batuan beku dalam yang mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi
karena merupakan batuan induk dari bijih nikel. Batuan ini bersifat ultra basa dengan
komposisi perbandingan mineral olivin 70 : piroksen 30. Ciri batuan beku dalam ini adalah
ukuran kristalnya cukup besar, berwarna gelap kehijauan, dan teksturnya sangat kasar.
Batuan ini kadang juga ditemukan sejumlah kecil mineral amphibole, kuarsa, feldspar,atau
piroksen.

 Batuan beku gang


14

Bertekstur porfiritik dengan masa dasar faneritik atau bertekstur porfiritik dengan masa dasar
afanitik. Terbentuk dalam celah-celah atau retak-retak kulit bumi, pada jalan magma menuju
permukaan bumi. Batuan gang sering disebut juga batuan hypoabisik dan struktur kristalnya
adalah holkristalin dan porfir atau amorf. Contoh batuannya adalah diorite porfiri dan granit
porfiri.

Granit Porfiri

1.Granit porfiri disebut dengan gang (batuan intrusi) magma yang mempunyai susunan granit
itu membeku dalam sebuah gang, maka batuan yang terbentuk itu disebut porfiri
granit yang berarti granit yang bertekstur porfiri.

 Batuan beku luar

Bertekstur afanitik, yaitu individu mineralnya tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Terbentuk melalui pembekuan tiba-tiba ketika magma sampai ke permukaan bumi dan
berubah menjadi lava yang langsung menjadi padat karena pendinginan dari lingkungan.
Sedangkan batuan lelehan memiliki struktui kristal yang kecil-kecil atau bahkan tidak
mempunyai bentuk Kristal (amorf). Contoh batuannya adalah batu riolit dan obsidian.
15

1. Batuan Andesit

Contoh batuan beku luar yang mudah kita temukan adalah batuan andesit. Batuan ini
merupakan batuan ekstrusif dengan tekstur butiran halus dengan kandungan plagioklas,
piroksen, hornblende, dan biotit sebagai mineral penyusunnya. Ciri ciri batuan Andesit dapat
kita identifikasi dari warnanya yang abu-abu hingga kelabu. Batuan Andesit di Indonesia
umumnya dapat ditemukan sebagai material bangunan candi-candi kuno. Selain itu, jenis
batuan beku ini juga biasanya digunakan sebagai bahan pengeras jalan, konstruksi, dan batu
tempel.
16

2. Batuan Basalt

Batuan basalt adalah contoh batuan beku luar yang memiliki ciri ciri berupa tekstur yang
halus, berwarna gelap, kepadatan tinggi, sehingga bobotnya berat. Batuan ini mengandung
plagioklas, augit, dan olivin sebagai mineral penyusunnya. Perbandingan dari mineral
penyusunnya itu adalah 50% plagioklas : 30% augit : 10% olivin. Dalam penggunaan sehari-
hari batuan basalt umumnya dipakai sebagai bahan pondasi dan pengeras jalan.

3. Batuan Obsidian

Batuan obsidian adalah batuan vulkanik yang terbentuk dengan cepat sehingga tidak
mengalami pengkristalan. Ciri batuan ini adalah warnanya yang hitam dengan tekstur halus
hingga menyerupai kaca. Pada masa silam, contoh batuan beku luar ini lazim digunakan
sebagai pedang dan titik proyektil. Adapun saat ini, batuan ini umumnya digunakan sebagai
skapel operasi.

4. Batuan Apung

Batuan apung adalah batuan beku berwarna terang yang terbentuk melalui pemadatan
sangat cepat dari lelehan magma. Ciri batuan apung dapat diidentifikasi dari teksturnya yang
berongga, amat tipis, tembus cahaya, dan warnanya terang. Batuan yang juga dikenal dengan
nama gelas volkanik silikat ini umumnya digunakan sebagai material pembuatan beton ringan
dan bahan penggosok (pelitur, pengelupas kosmetik, dan penghapus pensil).

5. Batuan Riolit

Riolit adalah contoh batuan beku luar yang bertekstur halus, berwarna terang, dan biasanya
mengandung kuarsa dan feldspar sebagai mineral penyusunnya. Secara fisik, jenis batuan ini
memiliki kemiripan dengan batuan granit.

6. Batuan Scoria

Scoria adalah contoh batuan beku luar yang mempunyai ciri ciri berwarna gelap dan bersifat
vesikular. Batuan ini terbentuk dari hasil pembekuan gas yang terperangkap dalam lelehan
selama pemadatan lava.

7. Batuan Tuff

Contoh batuan beku yang terakhir adalah batuan Tuff. Batuan ini umumnya mengandung abu
vulkanik. Biasanya, batuan ini digunakan sebagai bahan baku semen alam (hidraulic cement)
pada pembuatan batako.
17

BATUAN SEDIMEN
Persentase penyebaran batuan sedimen di bumi ini hanya 5% dari penyebaran batuan yang
ada di bumi. Namun untuk keberadaannya di permukaan bumi, batuan sedimen tersebar
sangat luas hingga menutupi ± 75% dari luas permukaan bumi dengan ketebalan beberapa
centimeter sampai beberapa kilometer.

Berdasarkan proses pembentukannya, batuan sedimen dapat digolongkan menjadi enam


golongan yaitu : Golongan detritus kasar, golongan detritus halus, golongan
karbonat, golongan silika, golongan evaporit, dan golongan batubara.

Golongan batuan sedimen utama serta proses-proses pembentukannya


(Koesoemadinata, 1985)

Berikut penjelasan dari masing-masing golongan tersebut.


1. Golongan Detritus Kasar
adalah bataun sedimen yang diendapkan dengan proses mekanis. yang termasuk
kedalam golongan ini diantaranya: breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan
pengendapannya pada umumnya di sungai (fluvial), kipas aluvial (aluvial van) dan
sub marine van.
18

 Breksi (Breccia)
Berukuran butir lebih besar dari 2 mm, dengan fragmen menyudut, umumnya
terdiri dari fragmen batuan hasil rombakan yang tertanam dalam masa dasar
yang lebih halus dan tersemenkan. Bahan penyusun dapat berupa bahan dari
proses vulkanisme yang disebut breksi volkanik.

 Konglomerat (Conglomerate)
Berukuran butir lebih besar dari 1/16 mm - 2 mm. Dapat dikelompokkan
menjadi, Batupasir halus, sedang dan kasar. Jenis-jenis batupasir ditentukan
oleh bahan penyusunannya misalnya ; “Greywacke” yaitu batupasir yang
banyak mengandung material volkanik. “Arkose”, yaitu batupasir yang banyak
mengandung felspar dan kwarsa. Kadang-kadang komposisi utama dipakai
untuk penamaannya misalnya; Batupasir kwarsa, “Kalkarenit” yaitu hampir
keseluruhannya terdiri dari butiran gamping.

2. Golongan Detritus Halus


Golongan ini pada umumnya diendapkan dilingkungan laut, dari laut dangkal
sampai laut dalam. yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain
batuserpih (shale), batulanu (siltstone), batulempung (claystone) dan napal.
19

 Batulanau (Siltstone)
Berukuran butir antara 1/256 - 1/16 mm, perbedaan dengan batupasir atau
betulempung hanya perbedaan besar butirnya.

 Batulempung (Claystone)
Berukuran butir sangat luas, lebih kecil dari 1/256 mm. Umumnya terdiri dari
mineral-mineral lempung. Perbedaan komposisinya dapat dicirikan dari
warnanya (berhubungan dengan lingkungan pengendapan)

 Serpih (Shale)
Serpih mempunyai sifat-seperti batulempung atau batulanau, tetapi pada
bidang-bidang lapisan memperlihatkan belahan yang menyerpih (berlembar).

 Napal (Marl)
Napal adalah batulempung yang mempunyai komposisi karbonat yang tinggi,
yaitu antara 30% - 60%. Sifat ini dapat berangsur menjadi lebh kecil dari 30%
yang dikenal dengan nama batulempung gampingan dan dapat lebih besar dari
60% yang disebut batugamping lempungan (umum dijumpai dalam pemerian
batuan detrius yang mengandung unsur karbonat).

3. Golongan Karbonat
Batuan golongan karbonat ini pada umumnya terbentuk dari sekumpulan
cangkang moluska, algae, foraminifera atau lainnya yang bercangkang kapur.
Jenis batuan ini banyak sekali, tergantung material penyusunnya. Secara umum
dinamakan batugamping (Limestone) karena komposisi utamanya adalah mineral
20

kalsit (CaCO2). Termasuk pada kelompok ini adalah Dolomit (ca, Mg (CO3)2).
Sumber yang utama batugamping adalah “terumbu” (reef), yang berasal dari
kelompok binatang laut. Macam macam batugamping dapat dilihat pada
gambar.3.6. Pada batugamping klastik, sedimentasi mekanis sangat berperan,
dimana bahan penyusun merupakan hasil rombakan dari sumbernya.

Dikenal beberapa jenis batugamping :


- Kalkarenit : yaitu batupasir dengan butiran gamping/kalsit
- Kalsirudit : yaitu berukuran butir lebih besar dari 2 mm dan
- Batugamping bioklastik atau batugamping kerangka (Skeletal), merupakan
batugamping klastik.Pada sedimentasi organik dikenal “Batugamping terumbu”
dimana bahan penyusun terdiri dari Koral, Foraminifera dan Ganggang yang saling
mengikat satu sama lainnya.
Sedimentasi yang sifatnya kimiawi, merupakan hasil penguapan larutan
gamping, dikenal sebagai “Batugamping kristalin”, terdiri dari kristal kalsit. Dapat
disebut dolomit, jika terjadi penggantian kristal kalsit menjadi dolomit.

4. Golongan evaporit
Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang
tertutup dan syarat terjadinya batuan sedimen ini harus berada pada air yang
memiliki kandungan larutan kimia yang cukup pekat. yang termasuk ke dalam
golongan evaporit ini adalah gipsum, batu garam, anhydrit dan lain-lain.

Umumnya batuan ini terdiri dari mineral, dan merupakan nama dari batuan
tersebut. misalnya :
21

 Anhidrit yaitu garam CaSO4,t ak berwarna sampai kebiruan atau lembayung,


goresannya putih sampai putih keabuan, kekerasannya berkisar 3 – 3,5 Skala
Mohs, berat jenis 2,89 – 2,98 g/cm3. Anhidrit terbentuk pada lingkungan
sedimen dan sering berasosiasi dengan gypsum , batu gamping , dolomite dan
garam-garam. Dapat juga terbentuki melalui proses hidrotermal. Anhidrit
bermanfaat sebagai pembenah tanah dan untuk membuat semen
Portland. Anhidrit bisa ditemukan di Papua , PT. Freeport Indonesia

 Gypsum yaitu garam (CaSO4xH2O)


Gypsum merupakan mineral evaporite yang paling sering ditemukan
dalam deposit sedimen berlapis yang berhubungan dengan mineral halit,
anhidrit, sulfur, kalsit dan dolomit. Gipsum (CaSO4.2H2O) sangat mirip dengan
Anhydrite (CaSO4). Perbedaan kimianya adalah bahwa gypsum berisi dua ikatan
hidrogen dioksida (air) dan sedangkan anhidrit adalah tanpa air. Gipsum adalah
mineral sulfat yang paling umum dijumpai.

Gipsum mempunyai sifat fisik berwarna putih, kuning, abu-abu, merah jingga,
hitam bila tak murni. Spesifik gravity 2,3. Kekerasan 2,0 (skala Mohs). Bentuk
mineral kristalin, serabut dan masif dan mempunyai bermacam-macam kilap
seperti "vitreous", "silky", dan "sugary".

Secara kimia gipsum mengandung SO3 46,5%, CaO 32,6%, dan H2O 20,9%.
Kelarutan gipsum dalam air yaitu 2,1 gr/liter air pada suhu 40 Derajad celcius,
1,8 gr/liter air pada suhu 0 Derajad celcius, dan 1,9 gr/liter air pada suhu 70-90
Derajad celcius. Kelarutan gipsum akan bertambah seiring dengan penambahan
HCl dan HNO3.
22

 Halit (Rocksalt) yaitu garam NaCl.


Bewarna segar bening/putih, warna lapuknya abu abu memiliki cerat
putih, kilap seperti kaca, kekerasan 2,5 skala Mohs, berat jenis 2,1 Halit
merupakan golongan halida. Halit dibentuk karena proseseksogen melalui
pengeringan danau yang mengandung garam atau tempat lain yang
mengandung air garam atau terbentuk dari hasil presipitasi air laut secara
primer/langsumg dangan temperatur sekitar 100 C,juga merupakan hasil
presipitasi pada endapan sedimen seperti lempug. Beraasosiasi dengan
Anhydrit,Sylvenit,Carnalite,dan Gipsum.Kegunaannya sebagai pembuatan
asam Hydrofluoric,Ramuan obat diet,bahan Optik.

5. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik, seperti tumbuhan
yang telah mati dan kemudian terkubur di dalam tanah oleh suatu lapisan yang
tebal diatasnya sehingga tidak terjadi pelapukan. Lingkungan pengendapan
batubara biasanya di lingkungan rawa, delta dan danau. Dapat dibedakan jenisnya
berdasarkan kematangannya dan variasi komposisi
Carbon dan Hidrogen :
 Gambut (C= <60%)

 Lignit ( C=60-70% )
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah, kandungan
air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.
23

 Sub-Bituminus ( C=71-77% )
Sub-bituminous adalah jenis batubara sedang di antara jenis lignite dan jenis
bituminous. Secara fisik memiliki ciri-ciri berwarna coklat gelap cenderung hitam.
Memiliki kandungan kelembaban yang lebih rendah dari jenis lignite dan cocok
digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap.

 Bituminus ( C=77-87% )
Bituminous, adalah jenis batubara yang lebih tinggi tingkatan kualitasnya. Mayoritas
berwarna hitam, namun kadang masih ada yang berwarna coklat tua. Dinamakan
bituminous dikarenakan adanya kandungan bitumen/aspal. Batubara jenis ini memiliki
kandungan karbon sebanyak 60-80%, dan sisanya berupa air, udara, hidrogen, dan
sulfur.

 Antrasit ( C= >87% )
Anthracite adalah jenis batubara yang paling baik kualitasnya. Jenis ini memiliki
kandungan karbon sebesar 92,1% sampai dengan 98%, sehingga berwarna hitam
mengkilap. Penggunaan batubara anthracite pada pembangkit listrik tenaga uap,
masuk ke dalam jenis batubara High Grade dan Ultra High Grade. Namun
persediaannya masih sangat terbatas, yaitu sebanyak 1% dari total penambangan
batubara. Negara penghasil batubara ini antara lain adalah Cina, Rusia, Ukraina, Korea
Utara, Vietnam, Inggris, Australia, dan Amerika Serikat.
24

6. Golongan Silika
Batu jenis ini tersebar hanya dalam junlah sedikit dan terbatas. Golongan
batuan ini merupakan gabungan antara proses organik dan kimiawi. Contoh
batuan golongan ini adalah rijang (chert), radiolaria dan diatom (diatomea).
 Rijang (chert)

Batu rijang atau Batuapi adalah batuan sedimen mikrokristalin atau


kriptokristalin yang tersusun atas silikon dioksida (SiO2) dengan permukaan yang
licin (glassy). Rijang dapat terbentuk sebagai nodul, massa konkresi, dan deposit
berlapis. Serpihan rijang dengan pecahan konkoidal sering menghasilkan bentuk
yang tajam sehingga manusia pada zaman dahulu menggunakan batu rijang
sebagai alat pemotong bahkan sebagai asesoris senjata tradisional.
Batu rijang disebut "batu api" karena jika dibenturkan dengan baja atau batu
lain akan memercikkan bunga api yang dapat membakar bahan kering. Salah satu
jenis batu rijang yang biasa disebut Batu rijang merah atau jasper saat ini banyak
dicari oleh pemburu batu akik untuk digunakan sebagai ornamen atau perhiasan.
25

BATUAN METAMORF

Batuan Metamorf merupakan hasil dari perubahan-perubahan fundamental


batuan yang sebelumnya telah ada. Proses metamorf terjadi dalam keadaan padat
dengan perubahan kimiawi dalam batas-batas tertentu saja dan meliputi proses-
proses rekristalisasi, orientasi, dan pembentukan mineral-mineral baru dengan
penyusunan kembali elemen-elemen kimia yang sebenarnya telah ada.
Pengertian Metamorfisme

Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang


berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi suhu dan tekanan
yang berbeda dari kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung
di dalam proses pelapukan dan diagenesa pada umumnya tidak termasuk di
dalamnya. Wilayah proses metamorfisme berada antara suasana akhir proses
diagenesa dan permulaan proses peleburan batuan menjadi tubuh magma.

Tipe – tipe Metamorfosa

Tipe metamorfosa dapat digolongkan menjadi :

A. Metamorfisme Lokal
Tipe yang sebarannya terbatas meliputi metamorfisme kontak (sering disebut
metamorfosa termal) dan metamorfosa kataklastik yang cirinya berbeda dari jenis
sebelumnya.

Metamorfisme Kontak/Termal

Metamorfisme termal terjadi disekitar tubuh batuan beku sebagai akibat


pemancaran panas selama pendinginannya. Semakin perlahan dan lama proses
pendinginan akan semakin efektif metamorfisme pada batuan sampingnya.
Wilayah yang terkenai ubahan tersebut dikenal dengan zona aureole. Batuan hasil
metamorfisme termal/kontak dikenal dengan batutanduk/hornfels. Pada tipe
metamorfosa lokal ini, yang paling berpengaruh adalah faktor suhu disamping faktor
tekanan, sehingga struktur memorfosa yang khas adalah non foliasi, antara lain
hornfels itu sendiri.
26

Metamorfisme Dislokasi/Dinamik/Kataklastik

Batuan metamorfik ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi,


seperti disekitar sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan
menghaslkan breksi sesar, dan batuan metamorfik dinamik. Batuan metamorfik
yang mungkin dijumpai adalah proto milonit, milonit dan ultra milonit.

Metamorfisme Benturan

Hujan meteor yang melanda bumi pada akhir mesozoikum (sebelum 65 juta
tahun lalu) dan secara spekulatif dianggap sebagai penyebab musnahnya
dinosaurus, menghasilkan metamorfosis pada batuanyang dibenturkannya. Hal
tersebut dikenal dengan metamorfosis benturan (inpact metamorpism). Salah satu
hasil metamorfosisme benturan yang terkenal terdapat di Krater Meteor, Arizona,
Amerika serikat.

B. Metamorfosa Regional
Tipe lainnya mempunyai penyebaran yang luas. Tipe ini terbagi dalam
dua jenis. Yang pertama dikenal dengan 1) metamorfisme regional
dinamotermal, 2) metamorfisme regional beban, 3) metamorfisme lantai
samudra.

Metamorfisme regional dynamotermal

Secara geografi metamorfisme regional dynamo termal terjadi pada daerah


luas akibat orogenesis. Pada proses ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersam-
sama. Tekanan yang terjadi di daerah tersebut berkisar sekitar 2000-13.000 bars (1
bar = 106 dyne/cm2), dan temperatur berkisar antara 200-800oC.

Metamorfisme beban

Metamorfisme regional yang terjadi jika batuan terbebani oleh sedimen yang
tebal diatasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting melebihi suhu.
Metamorfisme ini umumnya tidak disertai dengan deformasi maupun perlipatan
sebagaimana pada metamorfisme dynamotermal. Metamorfisme regioanl beban tidak
berkaitan dengan orogenesa atau intrusi magma. Suatu sedimen pada cekungan yang
27

dalam akan besar, lebih rendah dibandingkan pada metamorfisme dinamotermal,


berkisar antara 4000 – 4500 C. Gerak-gerak penetrasi yang menghasilkan sekistositas
hanya aktif secara setempat, jika tidak, biasanya tidak hadir. Oleh karena itu fabrik
batuan asal tetap tampak sedangkan yang berubah adalah komposisi mieneraloginya.
Perubahan metamorfismenya tidak teramati secara megaskopis tetapi hanya terlihat
pada pengamatan sayatan tipisnya di bawah mikroskop.

Metamorfisme lantai samudra

Batuan penyusun lantai samudra merupakan material baru yang dimulai


pembekuannya di Punggungan Tengah Samudra. Pembentukan ofiolit selama proses
pemekaran lantai samudra disertai dengan perputaran fluida panas. Perubahan
hidrotermal terjadi pada kerak tersebut. Perubahan meniralogi tersebut dikenal juga
metamorfisme hidrotermal (Coomb, 1961). Dalam hal ini larutan panas (+ gas)
memanasi retakan-retakan batuan dan menyebabkan perubahan meniralogy batuan
sekitarnya. Metamorfisme semacam ini melibatkan adanya penambahan unsure
dalam batuan ubahan yang dibawa oleh larutan panas dan lebih dikenal dengan
metasomatisme.

Struktur Batuan Metamorf

Tekanan yang mengenai batuan yang mengalami metamorfisme, dimana


terbentuk mineral baru sering mengakibatkan penjajaran kenampakan tekstur dan
struktur. Jika hal itu planar maka disebut foliasi. Berdasarkan kenampakkan bidang
planar yang dibentuk selama metamorfisme, struktur batuan metamorfisme dibagi
menjadi dua yakni : struktur foliasi dan struktur non foliasi. Hal tersebut tidak
dipermasalahkan, apakah keseluruhan batuan mengalami rekristalisasi
(kristaloblastik) ataukah tidak secara keseluruhan mengalami rekristalisasi
(pelimsest).

 Struktur Foliasi (Schistosity)

Adanya penjajaran mineral-mineral yang planar pada penyusun batuan


metamorf. Seringkali terjadi pada metamorfisme regional dan kataklastik.
28

1. Slatycleavage, berasal dari batuan sedimen (lempung) yang berubah ke


metamorfik, snagat halus dan keras, belahannya rapat, mulai terdapat daun-daun
mika halus, memberikan warna kilap, klorit dan kuarsa mulai hadir.

2. Filitik (Phylitic), rekristalisasi lebih kasar daripada slatycleavage, lebih mengkilap


daripada batusabak, mineral mika lebih banyak dibanding slatycleavage. Mulai
terdapat mineral lain yaitu tourmaline.

3. Skistosa (Schistosity), batuan yang sangat umum dihasilkan dari metamorfisme


regional, sngata jelas keping-kepingan mineral-mineral plat seperti mika, talk, klorit,
hematit, dan mineral lain yang berserabut. Terjadi perulangan anatara mineral pipih
dengan mineral granular dimana mineral pipih lebih banyak daripada mineral
granular. Orientasi penjajaran mineral pipih menerus.

4. Gneistosa, mineral granular lebih banyak dari mineral pipih, tetapiorientasi mineral
pipihnyatidakmenerus / terputus.

 Struktur Non Foliasi

Yaitu tekstur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada saat
proses metamorfis medan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.

- Granulose / Hornfelsik, butirannya seragam, terbentuk pada bagian dalam


daerah kontak sekitar tubuh batuan beku. Umumnya merupakan rekristalisasi
batuan asal, tidak ada foliasi, tapi batuannya halus dan padat. Contoh : Marmer,
Kuarsit.

- Liniasi, memperlihatkan kumpulan mineral seperti menjarum dan


berserabut. Contoh : Serpentinit dan Asbestos.

- Kataklastik, suatu struktur yang berkembang oleh penghancuran terhadap


batuan asal yang mengalami metamorfosa dynamo.

- Milonitik, hampir sama dengan struktur kataklastik, hanya butirannya lebih


halus dan dapat dibelah-belah seperti skistose. Struktur ini sebagai salah satu ciri
adanya sesar.

- Filonitik, hampir sama dengan struktur milonitik, hanya butirannya lebih


halus lagi.
29

- Flaser, seperti struktur kataklastik dimana struktur batuan asal yang


berbentuk lensa tertanam pada masa dasar milonit.

- Augen, seperti flaser dan lensanya terdiri dari butir feldspar pada masa
dasar yang lebih halus.

Tekstur Batuan Metamorf

1. Kristaloblastik

Yaitu tekstur pada batuan metamorf yang samasekali baru terbentuk pada saat proses
metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.

 Porfiroblastik, seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar
dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut porfiroblast.

 Granoblastik, mineralnya berupa butiran-butiran yang seragam.

 Lepidoblastik, didominasi mineral pipih dan memperlihatkan susunan mineral dalam


batuan saling sejajar dan terarah, bentuk mineralnya tabular.

 Nematoblastik, mineralnya juga sejajar dan searah hanya mineralnya berbentuk


prismatik, menyerat, dan menjarum.

 Idioblastik, butiran mineral penyusunnya berbentuk euhedral.

 Hipidioblastik, tekstur pada batuan metamorf dimana mineral-mineral pembentuknya


berbentuk subhedral.

 Xenoblastik, mineral penyusunnya berbentuk anhedral.

2. Palimsest

Merupakan tekstur sisa batuan metamorf.

   Blastoporfiritik, sisa tekstur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih
nampak.

   Blastofitik, sisa tekstur ofitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.

   Blastopsepit, tekstur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih
besar dari pada pasir (psepit).
30

   Blastopsamit, sama dengan blastopsepit tapi ukuran butirannya pasir (psamite)

   Blastopellite, textur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir
lempung (pellite).

Berdasarkan jenis metamorfismenya mineral di bawah ini khas muncul pada jenis
metamorfisme tertentu, seperti:

1. Pada metemorfisme regional

Kyanit Silimanit

Staurolit Talk

Garnet Glaukofan

2. Pada metamorfiesme termal

Garnet Korundum

Andalusit

Penamaan Batuan Metamorf

Penamaan batuan metemorfik dimaksudkan untuk digunakan mengenali dan


memberikan informasi yang berarti mengenai batuan tersebut. Ada 5 kriteria utama sebagai
dasar dalam menamai batuan metamorf.

1. asal batuan semula

2. mineralogy batuan metemorf

3. tekstur

4. penamaan secara khusus

5. tekstur dalam mineralogy


31

Istilah metabasit, metapelit, adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku
dan batuan sedimen. Metasedimen, metabatuapasir, metabatulempung, metagranit semua
mengisyaratkan asal batuan semula.

Sekis, genis, filit, hornfels adalah penamaan didasarkan pada tekstur batuan metamorf
tersebut. Kuarsit, serpentinit, hornblendit, batuan metamorfik glaukofanitik adalah penamaan
didasarkan kandungan mineralnya.

 Slate adalah batuan metamorf derajat sangat rendah, disusun oleh mineral pilosilikat sangat
halus tersusun membentuk orientasi kesejajaran yang memperlihatkan lembaran.

 Filit bertekstur sekistose tetapi disusun oleh mineral piloslikat yang halus (dalam ukurang 0,1
– 1 mm).
32

 Sekis ditandai oleh penjajaran mineral pipih berukuran > 1 mm sehingga mudah dikenali
dengan mata telanjang. Pada sekis tampak keharian mineral pipih lebih melimpah
dibandingkan mineral granular.

 Gneis berkristal sangat kasar, dapat mencapai beberapa milimeter dan mineral tabularnya
memperlihatkan foliasi. Batuan ini didominasi oleh mineral granular dengan sedikit mineral
pipih (tabular/prismatic) yang menjajar. Ahli Eropa menggunakan genes sebagai batuan yang
kasar, sedikit kandungan mikanya, derajat tinggi. Istilah ortogenes dipakai untuk genes yang
berasal dari batuan beku dan paragenes untuk genes yang berasal dari batuan sedimen.

 Milonit, merupakan batuan metamorf kataklastik yang disusun oleh matriks anata 50 – 90%
dan sisanya berupa porfiroklas. Jika hampir keseluruhan terdiri dari matriks dan porfiroklas
kurang dari 10% maka disebut ultra milonit. Pilonit adalah batuan metamorf kataklastik yang
kaya akan mineral pilosilikat yang secara khas memperlihatkan seperti slate. Sedangkan
batuan metamorfik yang bertekstur granoblastik disekitar intrusi dikenal dengan hornfels.
33

Berikut ini nama-nama batuan metamorf berdasarkan pada penamaan yang khas padanya :

 Sekis hijau adalah batuan metamorf berasal dari batuan beku basa, berwarna hijau, berfoliasi,
berderajat rendah, umumnya disusun oleh klorit, epidot dan aktinolit.

 Sekis biru berasal dari batuan beku, berwarna gelap kebiruan, pada derajat sangat rendah,
tekstur berfoliasi, warnanya disebabkan oleh melimpah kehadiran amfibol Na terutama
glaukofan dan krosit.

 Amfibolit utamanya disusun oleh mineral hijau gelap hornblende dan plagiklas dengan
ditambah berbagai mineral aksesori.
34

 Serpentinit adalah batuan berwarna hijau, hitam atau kemerah-merahan, disusun secara
mencolok oleh sepentin. Batuan ini merupakan batuan metamorf berasal dari batuan beku
ultra basa.

 Eklogit adalah batuan metamorf berkomposisi utama darnet dan omfasit (piroksen klono hijau
rumput) tanpa plagiklas dengan sedikit mineral aksesori kuarsa, kianit, amfibol, zoisit dan rutil.

 Granulit, batuan metamorf dicirikan oleh tekstur granoblastik, berukuran butir seragam bahkan
membentuk kristal yang sempurna (polygonal) dan mineral penyusunnya terbentuk pada
temperatur tinggi, seperti feldspar, piroksen, amfibol.
35

 Magmatit adalah pencampuran batuan metamorf, sekis atau genes derajat tinggi berselang-
seling dengan urat-urat batuan beku berkomposisi granitik hasil anateksis.
36

DESKRIPSI MINERAL
( MINERAL DESCRIPTION )

LOGAM

Gold (Emas)
1. Native Gold

 Kategori: Elemen Native


 Rumus Kimia: Au
 Sistem Kristal: Isometrik
 Habit: Grain, sheet, flakes, nugget, dendritik
 Warna: Kuning keemasan
 Kekerasan: 2.5 - 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Kuning Keemasan
 Pecahan: Hackly
 Belahan: -
 Komoditi Utama: Emas
 Keterdapatan: urat kuarsa hidrotermal dengan suhu tinggi; zona sementasi sulfide,
selenide dan telluride.
 Mineral Asosiasi: Pyrite, arsenopyrite,pyrrhotite, telluride.

2. Calaverite
 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: AuTe2
 Sistem Kristal: Monoklin
 Habit: Massive
 Warna: Kuning, putih kekuningan
 Kekerasan: 2,5 - 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Kehijauan – abu-abu kekuningan
 Pecahan: Uneven – sub-conchoidal
 Belahan: -
 Komoditi Utama: Emas
 Keterdapatan: Urat endapan hidrotermal.
 Mineral Asosiasi: Altaite, coloradoite, krennerite, rickardite, telluride, pyrite,
arsenopyrite, tetrahedrite, tennantite, sphalerite, stibnite, sulfide lainnya.
37

3. Sylvanite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: (Au,Ag)Te4
 Sistem Kristal: Monoklin
 Habit: Stubby, prismatic, skeletal.
 Warna: Keperakan
 Kekerasan: 1,5 - 2
 Transparansi: Opaque
 Gores: Abu-abu gelap – Hitam
 Pecahan: Uneven
 Belahan: Perfect
 Komoditi Utama: Emas, perak, tellurium
 Keterdapatan: Urat hidrotermal bersuhu rendah
 Mineral Asosiasi: Calaverite & telluride lainnya
38

PERAK
1. Native Silver

 Kategori: Native Element


 Rumus Kimia: Ag
 Sistem Kristal: Isometrik
 Habit: Dendritic, wiry, massive
 Warna: Putih – Perak
 Kekerasan: 2,5 - 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Putih keperakan – abu-abu terang
 Pecahan: Hackly
 Belahan: -
 Komoditi Utama: Perak
 Keterdapatan: Batuan basalt vulkanik, urat hidrotermal dan
mesotermal
 Mineral Asosiasi: Tembaga

2. Argentite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: Ag2S
 Sistem Kristal: Isometrik
 Habit: Blocky, skeletal
 Warna: Hitam
 Kekerasan: 2-2,5
 Transparansi: Opaque
 Gores: Hitam
 Pecahan: Sectile
 Belahan: Poor
 Komoditi Utama: Perak
 Keterdapatan: Endapan hidrotermal bersuhu rendah
 Mineral Asosiasi: Cerrusite, chlorargyrite, native silver.

3. Cerargyrite

 Kategori: Halida
 Rumus Kimia: AgCl
 Sistem Kristal: Isometrik
 Habit: Kubik
 Warna: Putih abu-abu, kekuningan kadang tidak berwarna
 Kekerasan: 1 - 1,5
 Transparansi: Opaque
 Gores: -
 Pecahan: Uneven – subconchoidal
 Belahan: -
 Komoditi Utama: Perak
 Keterdapatan: Bagian atas zona vein silver
 Mineral Asosiasi: Native silver, galena, cerrusite
39

Iron (Besi)
1. Magnetite
Nama Mineral : Magnetite

Rumus Kimia : Fe3O4

Kelas : oxide dan hidroksida, kelompok spinel

Kegunaan : sebagai bijih besi utama dan sebagai

contoh mineral

 Warna : Berwarna hitam keabu-abuan


 Deskripsi mineral : Sifat kemagnetannya dapat menunjukkan lapisan batuan dan
digunakan sebagai awal dari kompas magnetic.,
 kilap logam,
 transparansi opak,
 system Kristal isometric,
 bentuk khasnya octahedron tapi kadang rhombododecahderon,
 pecahan uneven, conchoidal,
 kekerasan 5.5-6.5,
 berat jenis 5.17-5.18,
 cerat hitam

Asosiasi Mineral : talc, chlorite, pyrite, hematite

Lokasi ditemukan : Lokasi ditemukan afrika selatan, German, rusia, Amerika.

Lingkungan geologi pada formasi besi lapisan sedimen, mineral aksesoris yang biasa terdapat pada
batuan beku dan metamorf.

Lokasi ditemukan afrika selatan, German, rusia, Amerika. Lingkungan geologi pada formasi besi
lapisan sedimen, mineral aksesoris yang biasa terdapat pada batuan beku dan metamorf.

2. Hematite
Rumus Kimia : Fe2O3

Sistem kristal : Trigonal


Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) :
 Berat jenis :
 Warna: Steel-grey to black in crystals and massively crystalline ores, dull to bright "rust-red"
in in earthy, compact, fine-grained material.
 Warna gores : Reddish brown ("rust-red")
 Kilap : Metallic, Sub-Metallic, Dull, Earthy
 Fracture : Irregular/Uneven, Sub-Conchoidal
 Cleavage : None Observed
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi : Quartz, Calcite, Albite, Biotite, Barite, Pyrite, Magnesite, Magnetite
40

Jenis komoditi utama : Fe

Keterdapatan : Large ore bodies of hematite are usually of sedimentary origin; also found in high-
grade ore bodies in metamorphic rocks due to contact metasomatism, and occasionally as a sublimate
on igneous extrusive rocks ("lavas") as a result ov volcanic activity. It is also found coloring soils red all
over the planet...

3. Limonit
Rumus Kimia : FeO(OH) · nH2O
Sistem kristal :
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 4 - 5½
 Berat jenis : 2.7 - 4.3
 Warna: Light brown to brown, may be
yellowish-brown
 Warna gores : Yellowish brown to red
 Kilap : Earthy
 Fracture : -
 Cleavage : -
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi : -
Jenis komoditi utama : Fe 62.9%
Keterdapatan : A very common material in the oxidized zones of iron-bearing deposits, it is
produced by the decomposition of many iron minerals, particularly pyrite, with water being retained
in varying amounts

4. Siderite
Formula : FeCO3
Kelas : Karbonat anhydrous
Sistem Kristal : hexagonal
Deskripsi:
 Kekerasan (skala Mohs): 4-4,5
 Berat jenis: 3,5-3,96
 Warna: coklat, kuning kecoklatan
 Warna gores: putih
 Kilap: vitreous, silky
 fracture & tenacy: conchoidal, brittle
 Cleavage: perfect rhombohedral
 Transparansi: transparent, translucent

Mineral asosiasi : fosfat, fluorite, barite, galena, sphalerite, cryolite


Keterdapatan : terbentuk pada hydrothermal vein dengan temperature rendah hingga
sedang juga terdapat pada sedimen yang berasosiasi dengan clay
41

Jenis komoditi utama : mineral utama penghasil iron (besi) karena bebas sulfur dan fosfor serta
terkadang mengandung banyak mangan
TEMBAGA

1. Native Copper

 Kategori: Native element


 Rumus Kimia: Cu
 Sistem Kristal: Isometrik
 Habit: kubik, dodecahedral
 Warna: Merah tembaga - coklat
 Kekerasan: 2,5 - 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Merah tembaga
 Pecahan: hackly
 Belahan: -
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Zona oksidasi endapan sulfida
 Mineral Asosiasi: Perak, kalsit, malasit

2. Bornite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: Cu5FeS4
 Sistem Kristal: Isometrik
 Habit: Kubik, octahedral, dodecahedral
 Warna: Merak, coklat, ungu
 Kekerasan: 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Abu-abu - hitam
 Pecahan: Conchoidal
 Belahan: Imperfect
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Pada batuan mafik sebagai mineral segregasi magmatik
 Mineral Asosiasi: malachite

3. Brochantite

 Kategori: Sulfat
 Rumus Kimia: Cu4(SO)4(OH)6
 Sistem Kristal: Monoklin
 Habit: Prismatik
 Warna: Hijau, hijau emerald, hitam
 Kekerasan: 3,5 - 4
 Transparansi: Translucent - transparent
 Gores: Hijau muda
 Pecahan: Conchoidal
 Belahan: Perfect
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Zona oksidasi endapan tembaga
 Mineral Asosiasi: Malachite, azurite, chrysocolla
42

4. Chalcotite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: Cu2S
 Sistem Kristal: Orthorombik
 Habit: Tabular, pseudo-hexagonal
 Warna: abu-abu, hitam, kehijauan
 Kekerasan: 2,5 - 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Abu-abu gelap
 Pecahan: Conchoidal
 Belahan: Poor
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Mineral sekunder atau dekat zona oksidasi endapan tembaga sulfida
 Mineral Asosiasi: Malachite, cuprite, azurite

5. Chalcopyrite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: CuFeS2
 Sistem Kristal: Tetragonal
 Habit: Disphenoidal
 Warna: Kuning gelap
 Kekerasan: 3,5 - 4
 Transparansi: Opaque
 Gores: hitam kehijauan
 Pecahan: Conchoidal
 Belahan: -
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Urat hidrotermal bersuhu tinggi
 Mineral Asosiasi: Pyrrhotite, sphalerite, pyrite

6. Covellite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: CuS
 Sistem Kristal: Hexagonal
 Habit: Platy
 Warna: Biru tua, indigo, hitam
 Kekerasan: 1,5 - 2
 Transparansi: Opaque
 Gores: hitam – abu-abu
 Pecahan: Brittle
 Belahan: Perfect
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Endapan hidrotermal, zona oksidasi endapan tembaga sulfida
 Mineral Asosiasi: pyrite, chalcocite, chalcopyrite, cuprite, bornit.
43

7. Cuprite

 Kategori: Oksida
 Rumus Kimia: Cu2O
 Sistem Kristal: Isometric
 Habit: Kubik, octahedral, dodecahedral
 Warna: Merah-ruby gelap
 Kekerasan: 3,5 - 4
 Transparansi: Translucent
 Gores: Merah terang
 Pecahan:
 Belahan: poor
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Zona oksidasi endapan tembaga
 Mineral Asosiasi: Azurite,tenorite, malachite, native copper

8. Digenite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: Cu9S5
 Sistem Kristal: Trigonal
 Habit: Pseudo-cubic
 Warna: Biru, biru gelap, hitam
 Kekerasan: 2,5 - 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: hitam – abu-abu
 Pecahan: Conchoidal
 Belahan: Indistinct
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Endapan tembaga hidrotermal
 Mineral Asosiasi: Chalcopyrite, chalcocite, bornite, covellite

9. Enargite

 Kategori: Sulfida
 Rumus Kimia: Cu3AsS4
 Sistem Kristal: Orthorombic
 Habit: Tabular
 Warna: Abu-abu, hitam
 Kekerasan: 3
 Transparansi: Opaque
 Gores: Hitam
 Pecahan: Uneven
 Belahan: Perfect
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Endapan hidrotermal suhu sedang
 Mineral Asosiasi: Bornit, covellite, tetrahedrite
44

10. Malachite

 Kategori: Karbonat
 Rumus Kimia: Cu2(CO3)(OH)2
 Sistem Kristal: Monoklin
 Habit: Massive, prismatic
 Warna: Hijau, hijau emerald
 Kekerasan: 3,5 - 4
 Transparansi: Semi-opaque, translucent
 Gores: Hijau terang
 Pecahan: Uneven
 Belahan: Good
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Zona oksidasi endapan tembaga
 Mineral Asosiasi: Azurite, bornite, calcite, chalcopyrite, copper, cuprite

11. Azurite

 Kategori: Karbonat
 Rumus Kimia: Cu3(CO3)2(OH)2
 Sistem Kristal: Monoklin
 Habit: Tabular, prismatik
 Warna: Biru
 Kekerasan: 3,5-4
 Transparansi: Transparent - translucent
 Gores: Biru pucat
 Pecahan:
 Belahan: Good
 Komoditi Utama: Tembaga
 Keterdapatan: Pada endapan sulfide, sandstone.
 Mineral Asosiasi: Malachite, “limonite”, calcite, chalcocite, chrysocolla.

12. Chrysocolla

 Kategori: Silika
 Rumus Kimia: (Cu,Al)2H2Si2O5(OH)4.nH2O
 Sistem Kristal: Monokli
 Habit: Stalactiti
 Warna: Hijau terang atau kebirua
 Kekerasan: 2,
 Transparansi: Translucen
 Gores: Hijau teran
 Pecahan: Brittl
 Belahan:
 Komoditi Utama: Tembag
 Keterdapatan: Pada zona oksidasi endapan tembag
 Mineral Asosiasi: Azurite, malachite, cuprite
45

Timbal (Lead)
1. Galena
Formula : PbS
Kelas : Sulfida
Sistem Kristal : isometric
Deskripsi:
 Kekerasan (skala Mohs): 2,5-2,75
 Berat jenis: 7,58
 Warna: abu-abu
 Warna gores: hitam, abu-abu
 Kilap: metallic
 Fracture & tenacy: subconchoidal, brittle
 Cleavage: perfect (cubic)
 Transparansi: opaque
Mineral asosiasi : marcasite, pyrite, chalcopyrite, tetrahedrite, siderite, calcite, dolomite,
barite, quartz, sphalerite, argentite
Keterdapatan : pada dolomite dan limestone, terbentuk pada areal hydrothermal dengan
temperatur rendah hingga sedang, terbentuk pula pada areal sedimen
Jenis komoditi utama : merupakan mineral utama dalam tambang timbal serta sebagai bahan
sampingan dalam tambang perak serta seng. Dapat digunakan sebagai semikonduktor di dalam
pesawat radio (mendeteksi isyarat atau sinyal radio).

2. Cerussite
Nama Mineral : Cerrusite
Warna : Warnanya umumnya tidak
berwarna, hingga putih, abu-abu,
biru, atau hijau
Deskripsi mineral: Cerrusite merupakan salah satu
mineral timbal yang mengandung timbal karbonat
dan menjadi sumber timbal yang utama setelah
galena. Mineral ini juga terdapat dalam bentuk
granular yang padat atau benbentuk fibrous. dengan penampakkan darai transparan hingga
translusen. Mineral ini bersifat getas tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam asam encer seperti
asam nitrat. Dan spesifik gravitinya 6,53-6,57.
46

3. Anglesite
Rumus Kimia : PbSO4

Sistem kristal : Orthorhombic


Deskripsi :

 Kekerasan (skala Mohs) : 2½ - 3


 Berat jenis : 6.37 - 6.39 g/cm3
 Warna: Colorless to white, often tinted
grey, yellow, green or blue; colourless in
transmitted light.
 Warna gores : Colorless
 Kilap : Adamantine, Vitreous, Resinous
 Fracture : Conchoidal
 Cleavage : Distinct/Good
 Transparansi : Transparent, Translucent, Opaque
Mineral asosiasi : Cerussite Galena Gypsum Lanarkite Leadhillite Linarite Massicot Mimetite
Pyromorphite Sulphur Wulfenite
Jenis komoditi utama : Pb
Keterdapatan : Along with cerussite, the most common secondary lead mineral.

Seng (Zinc)
1. Sphalerite
Rumus Kimia : ZnS
Sistem kristal : Isometric
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 3½ - 4
 Berat jenis : 3.9 - 4.1 g/cm3
 Warna: Yellow, light to dark brown, black, red-
brown, colourless, light blue. green
 Warna gores : Pale yellow to brown.
 Kilap : Adamantine, Resinous
 Fracture : Conchoidal
 Cleavage : Perfect
 Transparansi : Transparent, Translucent
Mineral asosiasi : galena, dolomite, calcite
Jenis komoditi utama : Zn
Keterdapatan : In sulfide ore veins in all rock classes
47

2. Smithsonite
Formula : ZnCO3
Kelas : Karbonat anhydrous
Sistem Kristal : hexagonal
Deskripsi:
 Kekerasan (skala Mohs): 4-4,5
 Berat jenis: 4,3-4,5
 Warna: putih, abu-abu, hijau atau biru pucat,
kuning, merah muda, ungu, coklat
 Warna gores: putih
 Kilap: resinous, waxy
 Fracture & tenacy: uneven, conchoidal, brittle
 Cleavage: perfect rhombohedral
 Transparansi: transparent, translucent
 Habits: globular, masif, coarse granular, memiliki sifat fluorescent, dapat larut dalam
hydrochloric acid konsentrasi tinggi

Mineral asosiasi : hemimorphite, cerussite, malachite, azurite, pyromorphite, willemite, hydrozincite


Keterdapatan : terdapat pada batuan sedimen hasil asosiasi karbonat pada area oksidasi sulfat
Jenis komoditi utama: mineral utama penghasil zinc (seng), apabila memiliki warna dan struktur
banding yang baik mineral ini digunakan sebagai batu ornamen

3. Hemimorphite
Nama Mineral : Hemimorphite
Rumus Kimia : Zn4Si2O7(OH)2 · H2O
Warna : warna putih dan biru
Deskripsi mineral : Kekerasan 4.5-5.
Sistem Kristal ortorombik, transparansi
transparan menuju transculent. Berat jenis 3.4-
3.5. kilap vitreous, fracture subconchoidal
Lokasi ditemukan : Lingkungannya di zona oksidasi deposito pengganti hidrotermal
48

4. Zincite
Rumus Kimia : ZnO

Sistem kristal : Hexagonal


Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) :
 Berat jenis : 5.64 - 5.68 g/cm3
 Warna: Red, orange, yellow, white
 Warna gores : Orange-yellow
 Kilap : Sub-Adamantine
 Fracture : Conchoidal
 Cleavage : Perfect
 Transparansi : Transparent, Translucent, Opaque
Mineral asosiasi : Franklinite, willemite, calcite
Jenis komoditi utama : Zn
Keterdapatan : Metamorphosed weathered ore deposit.

Timah (Tin)
1. Cassiterite
Rumus Kimia : SnO2
Sistem kristal : Tetragonal
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 6 - 7
 Berat jenis : 6.98 - 7.01 g/cm3
 Warna: Black, yellow, brown, red or white.
 Warna gores : Brownish white, white, greyish
 Kilap : Adamantine, Greasy, Sub-Metallic
 Fracture : Irregular/Uneven, Sub-Conchoidal
 Cleavage : Imperfect/Fair
 Transparansi : Transparent, Translucent, Opaque
Mineral asosiasi : granitic intrusives
Jenis komoditi utama : Sn
Keterdapatan : In medium- to high-temperature hydrothermal veins and greisens, alluvial placers.
49

2. Stannite
Formula : Cu2FeSnS4
Kelas : Sulfida
Sistem Kristal : pseudo-octahedral
Deskripsi:
 Kekerasan (skala Mohs): 4
 Berat jenis: 4,3-4,5
 Warna: abu-abu, hitam
 Warna gores: hitam
 Kilap: metallic
 Fracture & tenacy: indistinct
 Cleavage: penetration twin
 Transparansi: opaque

Mineral asosiasi : chalcopyrite, sphalerite, tetrahedrite, arsenopyrite, cassiterite, wolframite


Keterdapatan : terbentuk pada tin-bearing hydrothermal vein
Jenis komoditi utama : mineral utama penghasil timah (tin)

Nikel (Nickel)
1. Pentlandite
Nama Mineral : Pentlandite
Warna : Hitam kecoklatan
Deskripsi mineral : Pentlandite kuning gangsa
dengan kilauan logam. Pentlandite umum adalah berbutir halus, hampir
selalu dikaitkan dengan pyrrhotite dan mineral tembaga bersama-sama.
Dalam zon pengoksidaan mudah teroksida dalam filem hijau terang atau
nikel berair sulfat Nikel China. Biasanya dalam berbutir halus, terutamanya
dalam batuan igneus mafic dalam deposit sulfida tembaga-nikel, dan
pyrrhotite, kalkopirit simbiosis dekat
Lokasi ditemukan : Pentlandite adalah, 90% nikel dunia adalah ditapis
daripada mineral ini
50

2. Garnierite
Generic name for a green nickel ore which has
formed as a result of lateritic weathering of ultramafic
rocks (serpentinite, dunite, peridotite).
Mostly a mixture of various Ni- and Ni-bearing
magnesium layer silicates. Occurs in many nickel
laterite deposits in the world.

 Warna: hijau
 Kekerasan: 2,5
 Transparansi: translucent
 Gores: putih
 Kilap: sutera
 Tenacity:brittle
 Belahan: tidak sempurna
 Rekahan: rata
 SG: 2,59
 Sistem kristal: ortorombik
 Mineral asosiasi: serpentine, talc, sepiolite, smectite, chlorite
 Komoditi utama: nikel
 Keterdapatan: commonly sourced as fracture fillings of thin small veins or as coatings

Chromium
1. Chromite
Rumus Kimia : FeO.Cr2O3
Sistem kristal : Isometric
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 5½
 Berat jenis : 4.5 - 4.8 g/cm3
 Warna: Black
 Warna gores : Brown
 Kilap : Resinous, Greasy, Metallic, Sub-Metallic,
Dull
 Fracture : Irregular/Uneven, Hackly, Sub-Conchoidal
 Cleavage : None Observed
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi : olivine or serpentines
Jenis komoditi utama : Cr
51

Keterdapatan : As a cumulate mineral layer in ultramafic igneous rocks, in peridotites. As placer


deposits. Common in meteorites except carbonaceous chondrites.

Manganese (Mangan)
1. Pyrolusite
Formula : MnO2
Kelas : Oksida dan hidroksida
Sistem kristal : tetragonal
Deskripsi:
 Kekerasan (skala Mohs): 6-6,5
 Berat jenis: 5,06
 Warna: hitam
 Warna gores: hitam, abu-abu, biru kehitaman
 Kilap: metallic
 Fracture & tenacy: uneven, brittle
 Cleavage: perfect prismatic
 Transparansi: opaque

Mineral asosiasi : hausmannite, braunite, manganite, hematite, goethite, limonite


Keterdapatan : terbentuk di danau, laguna, dan area laut dalam, dapat pula terbentuk
karena hasil alterasi permukaan mineral Mn
Jenis komoditi utama : mineral utama dari mangan
2. Psilomelane
Nama Mineral : Psilomelane
Rumus Kimia : Ba (Mn2 +) (Mn4 +)
8O16 (OH) 4 atau sebagai (Ba, H2O) 2Mn5O10
sebagai contoh mineral
Warna : Hitam mengkilap
Deskripsi mineral : Psilomelane adalah
amorf dan terjadi sebagai botryoidal
dan massa stalactitic dengan bersinar permukaan halus dan kilau submetallic. Mineral yang mudah
dibedakan dari oksida lainnya hidrous mangan (manganite dan wad) oleh kekerasannya lebih besar 5-
6; gravitasi spesifik bervariasi 3,7-4,7. Beruntun adalah hitam kecoklatan dan fraktur halus. Karena
sifat amorf nya, mineral sering mengandung kotoran dicampur, seperti hidroksida besi. Hal ini larut
dalam asam klorida dengan evolusi gas klorin
52

3. Braunite
Rumus Kimia : Mn2+Mn63+(SiO4)O8

Sistem kristal : Tetragonal


Deskripsi :

 Kekerasan (skala Mohs) : 6 - 6½


 Berat jenis : 4.72 - 4.83 g/cm3
 Warna: Brownish black, steel-grey
 Warna gores : Brown
 Kilap : Black
 Fracture : Irregular/Uneven, Sub-Conchoidal
 Cleavage : Perfect
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi : marokite, and crednerite
Jenis komoditi utama : Mn

Keterdapatan : Metamorphism of manganese silicates and weathering product.

4. Manganite
Rumus Kimia : Mn O .MnSiO3
Sistem kristal : Monoclinic
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 4
 Berat jenis : 4.29 - 4.34 g/cm3
 Warna: grey-black, black
 Warna gores : Reddish brown to black
 Kilap : Sub-Metallic
 Fracture : Irregular/Uneven
 Cleavage : Perfect
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi :
Jenis komoditi utama : Mn
Keterdapatan : Low temperature hydrothermal or hot spring manganese deposits. Sedimenary
deposits.
53

Aluminium
1. Bauxite
Formula : α-FeO(OH)
Kelas : Oksida dan Hidroksida
Sistem Kristal : agregat (tidak memiliki sistem kristal)
Deskripsi:
 Kekerasan (skala Mohs): 1-3
 Berat jenis: 2,3-2,7
 Warna: putih kekuningan, merah, coklat
 Warna gores: hitam, hijau
 Kilap: pearly
 Fracture & tenacy: ductile
 Cleavage: -
 Transparansi: opaque

Mineral asosiasi : serpentine,magnetite, corundum, pegmatite


Keterdapatan : terbentuk karena faktor konsentrasi alumina atas disolusi karbonat dan
silikat, terbentuk pula pada daerah alterasi hydrothermal
Jenis komoditi utama : mineral utama dari alumunium, digunakan pula dalam produksi korundum
sintetik (Al2O3) dan sebagai aluminous refractories

Antimony (Antimon)
1. Stibnite
Stibnite adalah antimon sulfida, namun
terlihat seperti perak. Mineral ini banyak
menewaskan manusia dikarenakan tercampur ke
makanan dan menyebabkan kematian karena
keracunan pada saat mineral ini belum dikenal.
Kualitas Stibnite terbaik di dunia dapat
ditemukan di penambangan dekat Osaka di Jepang.
Kristal ini berwarna abu-abu ke hitaman dan
merupakan kristal tajam. Cara utama untuk
mengurangi dan menghindari keracunan mineral ini
adalah dengan mencuci tangan dan memperhatikan bahan makanan.
Formula : Sb2S3
Sistem Kristal : Orthorhombic
Kekerasan :2
SG : 4.63
Streak : Keabuan
Luster : Metallic
Fructure & Tenancy : Subchoncoidal & sectile
Cleavage : Perfect and imperfect
54

Mineral Asosiasi : realgar, orpiment, cinnabar, galena, pyrite,


marcasite, arsenopyrite, cervantite, stibiconite, calcite, ankerite, barite,
chalcedony.
Jenis Komoditas Utama : mineral utama untuk mendapatkan cobalt.
Keterdapatan : urat-urat deposite pengganti

Bismuth
1. Bismuthinite
Formula : BI2S2
Kekerasan : 2 -2,5
SG : 6,4 – 6,5
Streak : Abu-abu
Luster : Metalik
Fructure & Tenancy : Flexible, Sectile
Cleavage : Perfect Pinocoidal
Reaksi dengan asam : Tidak larut
Special Properties : Opaque
Habit dan kenampakan : Prismatik kristal, bisa juga terbilah, fibrous atau berfoliasi

Mineral asosiasi: Bismuthinite, Cassiterite, Quartz


Komoditi utama: bismut
Keterdapatan: In mesothermal veins, in hydrothermal replacementdeposits, and
in granitepegmatites

Cobalt (Kobalt)
1. Smaltite
Rumus Kimia : CoAs2
Sistem kristal : Isometric
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 5½ - 6
 Berat jenis : 6.5 g/cm3
 Warna: Tin-white to silver-gray, gray (tarnished)
 Warna gores : Black
 Kilap : Metallic
 Fracture : Irregular/Uneven, Conchoidal
 Cleavage : Distinct/Good
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi : smaltit, trogtalit, costibite, kieftit, freboldit
Jenis komoditi utama : kobalt
Keterdapatan : Moderate to high temperature hydrothermal veins
55

2. Cobaltite
Formula : CoAsS
Kelas : Sulfida
Sistem Kristal : orthorhombic
Deskripsi:
-Kekerasan (skala Mohs): 5,5
-Berat jenis: 6-6,3
-Warna: silver, putih
-Warna gores: abu-abu, hitam
-Kilap: metallic
-Fracture & tenacy: uneven, brittle
-Cleavage: perfect cubic
-Transparansi: opaque
-Habits: pseudocubic, granular dan masif, dapat larut dalam asam nitrat yang panas yang
mengandung sulfur dan asenic oxide
Mineral asosiasi : magnetite, sphalerite, chalcopyrite, skutterudite, allanite, zoisite, scapolite, titanite
Keterdapatan : hydrothermal vein bertemperatur tinggi yang mengalami metamorfisme kontak
Jenis komoditi utama: mineral utama untuk mendapatkan cobalt

Mercury (Air Raksa)

1. Cinnabar
Cinnabar atau merkuri sulfida adalah mineral tunggal
paling beracun yang ada di muka Bumi. Arti dari mineral ini sendiri
adalah "Dragons Blood" dalam bahasa Inggris, dan sebagai bijih
utama mineral merkuri.
Cinnabar dapat melepaskan merkuri murni apabila
dipanaskan, menyebabkan tremor (gemetaran), hilangnya
pengindraan dan kematian. Di China, mineral ini sering digunakan
sebagai ornamen pada makanan dan dijadikan ukiran sebagai
hiasan. Dan yang paling gila lagi, pada pengobatan kuno Cinnabar
disebut memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit dengan
kondisi tertentu.
Warna : merah, merah kecoklatan
Kekerasan : 2-2,5
Transparansi : Transparent, Translucent
Gores : merah-coklat
Kilap : Metallic
Tenacity : Sectile
Belahan : sempurna
Rekahan : Irregular/Uneven, Sub-Conchoidal
Density : 8.176 g/cm
Sistem kristal : Trigonal
Mineral asosiasi: metacinnabar, hipercinnabar
Komoditi utama: mercury
Keterdapatan : daerah vulkanik dan vein ephitermal
56

Molybdenum (Molibdenum)
1. Molybdenite
Formula : MoS2
Kekerasan : 1-1,5
SG : 4,6-4,7
Streak : Abu-abu
Luster : Metalik, Submetalik
Fructure & Tenancy : Flexible, Sectile
Cleavage : Perfect micaceous
Reaksi dengan asam : Terdekompoisi oleh asam
Special Properties : Opaque, Greasy
Habit dan kenampakan : Hexagonal kristal, Tabular dan berfoliasi, Granular halus
Mineral asosiasi: albit, kuarsa, microline
Komoditi utama: molibdenium
Keterdapatan: endapan skarc metamorfik, endapan tembaga porfiri

2. Wulfenite
Rumus Kimia : Pb(MoO4)
Sistem kristal : Tetragonal
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 2½ - 3
 Berat jenis : 6.5 - 7.5 g/cm3
 Warna: Orange-yellow, yellow, honey-yellow, reddish-
orange, rarely colourless, grey, brown, olive-green and
even black.
 Warna gores : White
 Kilap : Adamantine, Sub-Adamantine, Resinous
 Fracture : Irregular/Uneven, Sub-Conchoidal
 Cleavage : Distinct/Good
 Transparansi : Transparent, Translucent, Opaque
Mineral asosiasi : Anglesite Cerussite Descloizite Fluorite Hemimorphite Limonite Mimetite
Plattnerite Pyromorphite Smithsonite Vanadinite
Jenis komoditi utama : molibdenium
Keterdapatan : Secondary mineral in weathering zone of lead deposits.
57

Tungsten
1. Wolframite
Formula : (Fe,Mn)WO4
Kelas : Tungsten
Sistem kristal : monoclinic
Deskripsi:
-Kekerasan (skala Mohs): 4,5
-Berat jenis: 7,1-7,5
-Warna: hitam kecoklatan, hitam
-Warna gores: coklat kemerahan
-Kilap: submetallic
-Fracture & tenacy: brittle
-Cleavage: perfect
-Transparansi: opaque
-Habits: masif, granular, memiliki sifat magnetik
Mineral asosiasi : kuarsa, topas, hematite, marcasite, kaolinite
Keterdapatan : hydrothermal vein dengan temperature tinggi, pada alluvial dan eluvial
deposit
Jenis komoditi utama : mineral pembentuk tungsten

2. Huebnerite
Rumus kimia MnWO4, warna merah tua, coklat
hitam, gores coklat kemerahan hingga hitam. Kekerasan
4-4.5, system Kristal monoclinic. Transparansi opak,
berat jenis 7.1-7.3, kilap submetallic, pecahan uneven,
kelompok tungstates dan molybdates.
Huebnerite adalah anggota kaya mangan dari
seri wolframite. Peningkatan besi dalam strukturnya
cenderung memberikan warna lebih hitam, mengurangi
transparansi dan meningkatkan densitas.
Warna: kuning-coklat, kemerahan-coklat, coklat
kehitaman, hitam, merah
Kekerasan: 4-4,5
Transparansi: Transparent, Translucent
Gores: kehijauan-abu, kuning-coklat kemerahan
Kilap: Adamantine, Resinous, Metallic
Tenacity: Brittle
Belahan: sempurna
Rekahan: Irregular/Uneven
Density: 7.12 - 7.18 g/cm
Sistem kristal: Monoclinic
Mineral asosiasi: Quartz, Hematite, Arsenopyrite, Fluorite, Siderite, Dolomite, Cassiterite,
Muscovite
Komoditi utama: mangan
Keterdapatan: In tungsten deposits composed of high and medium
temperaturehydrothermal Quartz veins; also in granite pegmatites
58

3. Scheelite
Formula : CaWO4
Kekerasan : 4,5 - 5
SG : 6,1
Streak : Putih
Luster : Vitreous
Fructure & Tenancy : Uneven, subconchoidal
Cleavage : Baik
Reaksi dengan asam : Larut dalam HCL/asam nitrat
Special Properties : Transparan ke translusen
Habit dan kenampakan : Bipyramidal, pseudo octahedral kristal,
tabular dan massa dasar granular
Mineral asosiasi: Quartz, Muscovite, Oligoclase, Beryl,
Dolomite, Grossular, Epidote, Cassiterite, Wolframite, Apatite
Komoditi utama: calsium
Keterdapatan: In hornfelsof contact metamorphic rock, in granite pegmatites, and inepithermal
veins. Occasionally in alluvialdeposits

Uranium
1. Uraninite
Rumus Kimia : UO2
Sistem kristal : Isometric
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) :
 Berat jenis : 10.63 - 10.95 g/cm3
 Warna: Black, brownish-black, greyish, greenish; green-gray
(thin fragments)
 Warna gores : Brownish black, grayish, olive-green
 Kilap : Greasy, Sub-Metallic, Dull
 Fracture : Irregular/Uneven, Conchoidal
 Cleavage : tidak ada
 Transparansi : Opaque
Mineral asosiasi : coffinite, uranosilit, kalsolit, orlit, karnotit
Jenis komoditi utama : Uranium
Keterdapatan : Plutonic hosted

2. Pitcblende
Formula : UO2
Kelas : Oksida
Sistem Kristal : isometric
Deskripsi:
-Kekerasan (skala Mohs): 5-6
-Berat jenis: 6,5-8,5
-Warna: hitam, hitam kecoklatan
-Warna gores: coklat kemerahan
-Kilap: dull
-Fracture & tenacy: brittle
-Cleavage: uneven, conchoidal
-Transparansi: opaque
59

-Habits: masif, banded, columnar


Mineral asosiasi : thorianite, uraninite
Keterdapatan : hydrothermal vein dengan temperature tinggi
Jenis komoditi utama : mineral yang berasosiasi membentuk uranium

3. Coffinite
Coffinite adalah uranium-bearing silikat dengan rumus:
U (SiO4) 1-x (OH) 4x. Hal ini terjadi sebagai incrustations hitam,
gelap pucat coklat di bagian tipis. Ia memiliki garis hitam keabu-
abuan. Memiliki rapuh untuk fraktur conchoidal. Kekerasan
coffinite adalah antara 5 dan 6. Hal ini terjadi dalam hubungan
dengan uraninit, thorite, pirit, marcasite, roskolit, mineral
lempung dan bahan organik amorf.
Warna: Coklat gkehitaman
Kekerasan: 5-6
Transparansi: Opaq
Gores: Abu-abu gelap
Kilap: Dull
Tenacity: Brittle
Belahan: Tidak ada
Rekahan:Irregular/Uneven
SG: 5.1
Sistem kristal: Tetragonal
Mineral asosiasi: Uranit, Uranosilit, Kalsolit, Orlit, Karnotit.
Komoditi utama: Uranium
Keterdapatan: Plutonic hosted

4. Carnotite
Formula : K2(UO2)2V2O8
Kekerasan :1
SG : 4,7
Streak : Kuning
Luster : Dull, Earthy, Pearly
Fructure & Tenancy : Sectile
Cleavage : Basal
Reaksi dengan asam : Larut
Special Properties : Opaque, Radioaktif
Habit dan kenampakan : Tersusun oleh agregat bubuk, Mikrokristalin, Platy crystal
Mineral asosiasi : Coffinite, urasonilit,kalsonit, orlit, uranit
Komoditas Utama : Uranium
Keterdapatan : Plutonic Hosted
60

GANGUE

Oxides
1. Quartz
Rumus Kimia : SiO2
Sistem kristal : Trigonal
Deskripsi :
 Kekerasan (skala Mohs) : 7
 Berat jenis : 2.65 - 2.66 g/cm3
 Warna: Colorless, Purple, Rose, Red, Black, Yellow, Brown,
Green, Blue, Orange, etc.
 Warna gores : White
 Kilap : Vitreous
 Fracture : Conchoidal
 Cleavage : Poor/Indistinct
 Transparansi : Transparent, Translucent
Mineral asosiasi : Berlinite
Jenis komoditi utama : Silika
Keterdapatan : Most of them...

2. Bauxite
Formula : α-FeO(OH)
Kelas : Oksida dan Hidroksida
Sistem kristal : agregat (tidak memiliki sistem kristal)
Deskripsi:
-Kekerasan (skala Mohs): 1-3
-Berat jenis: 2,3-2,7
-Warna: putih kekuningan, merah, coklat
-Warna gores: hitam, hijau
-Kilap: pearly
-Fracture & tenacy: ductile
-Cleavage: -
-Transparansi: opaque
-Habits: menghasilkan bau clay bila basah, sulit larut dalam asam, berubah menjadi putih
apabila dipanaskan
Mineral asosiasi : serpentine,magnetite, corundum, pegmatite
Keterdapatan : terbentuk karena faktor konsentrasi alumina atas disolusi karbonat dan
silikat, terbentuk pula pada daerah alterasi hydrothermal
Jenis komoditi utama : mineral utama dari alumunium, digunakan pula dalam produksi korundum
sintetik (Al2O3) dan sebagai aluminous refractories
61

3. Limonite

 Kategori : Hidroksida
 Rumus Kimia : FeO(OH).nH2O
 Sistem Kristal : Amorf
 Habit : Botryoidal, stalactitic.
 Warna : Kuning, coklat, kemerahan.
 Kekerasan : 5-5,5
 Transparansi : Translucent – semi-opaque
 Gores : Coklat pucat
 Pecahan : Splintery, uneven
 Belahan :-
 Komoditi Utama : Besi
 Keterdapatan : Zona oksidasi endapan besi atau mineral residu.
 Mineral Asosiasi : Pyrite, siderite, markasit

Carbonat

1. Kalsit
 Kategori : Karbonat
 Rumus Kimia : CaCO3
 Sistem Kristal : Trigonal
 Warna : Putih, Kuning, Merah, Biru,
Hijau, Abu-Abu, Orange, Coklat
 Kilap : Kaca
 Transparansi : Translucent
 Streak : Putih
 Kekerasan :3
 Habit : Granular
 Belahan : Sempurna
 Specific Gravity : 2.7
 Komoditi Utama : Sulfide, Kuarsa, Fluorite, Barit, Dolomite, Siderit
 Keterdapatan : Batu gamping, pualam atau marmer
 Mineral Asosiasi : Pada lingkungan batuan beku, sedimen, maupun metamorf. Dapat
pula ditemukan pada aliran air atau daerah sekitar mata air

2. Dolomite
 kategori : Karbonat
 Rumus Kimia : (CaMg)(CO3)2
 Sistem Kristal : Trigonal
 Warna : Putih, Hijau, Abu-Abu, Coklat, Pink,
Hitam,
 Kilap : Kaca, Mutiara
 Transparansi : Translucent
62

 Streak : Putih
 Kekerasan : 3.5 – 4
 Belahan : Sempurna
 Specific Gravity : 2.8 – 2.9
 Mineral asosiasi : Fluorit, barit, kalsit, siderite, kuara dan mineral-mineral bijih
metalik
 Komoditi utama : Magnesium dan kalsium
 Keterdapatan : Pada batuan sedimen terutama pada batuan dolomit atau
gamping. Serta, pada batuan metamorf dengan temperatur tinggi dan vein hidrotermal
dengan temperatur rendah

3. Siderite
 Kategori : Karbonat
 Rumus Kimia : FeCO3
 Sistem kristal : Trigonal
 Warna : coklat terang sampai gelap, coklat
kekuningan, kuning terang, kuning kehijauan, hijau
kecoklatan, abu-abu dan putih
 Kekerasan : 3.5-4
 Transparansi : Opaque
 Gores : Putih
 Kilap : Kilap kaca, kilap pearly
 Tenacity : Brittle
 Belahan : 1,3 Rhombohedral
 Rekahan : Choncoidal sampai uneven
 Specific Gravity : 3.96
 Mineral asosiasi : Pirit, khalkopirit, tetrahedrat dan galena
 Komoditi utama : Besi
 Keterdapatan : Pada lingkungan sedimen, dapat pula dari proses hidrotermal dan
dalam urat-urat
4. Rodhocrosite
 Kategori : Kalsit
 Rumus Kimia : MnCO3
 Sistem kristal : Trigonal
 Warna : Pink, rose, merah, kuning abu-abu,
coklat, putih, abu-abu
 Kekerasan : 3½ - 4
 Transparansi : Transparent, Translucent
 Gores : Putih
 Kilap : Vitreous, Pearly
 Tenacity : Brittle
 Belahan : Sempurna
 Rekahan : Irregular/Uneven, Conchoidal
 Specific Gravity : 3.7
 Mineral asosiasi : Barite, Kalsit, Dolomite, Pirit, Quartz, Rhodonite, Siderite
 Komoditi utama : Mangan
63

 Keterdapatan : Umumnya terjadi sebagai mineral gangue primer pada vena


hidrotermal bersuhu sedang sampai sedang, juga pada endapan metasomatik suhu
tinggi dan endapan mangan sedimen atau sebagai mineral hidrotermal tahap akhir pada
pegmatites, terutama yang memiliki bantalan litium.

Sulfate

1. Barite

 Kategori : Sulfat
 Rumus Kimia : BaSO4
 Sistem kristal : Orthorhombic
 Warna : Putih, Kuning muda, Merah
muda, Biru muda, Hijau muda
 Kekerasan : 2.5 – 3.5
 Transparansi : Translucent
 Gores : Putih
 Kilap : Mutiara
 Tenacity : Brittle
 Belahan : Baik
 Rekahan : Irregular/Uneven
 Specific Gravity : 4.5
 Mineral asosiasi : Fluorite, Calcite, Quartz, Sphalerite, Vanadinite, Pyrite
 Komoditi utama : Bariumsulfat
 Keterdapatan : Biasanya ditemukan sebagai tebal untuk kristal tabular tipis,
biasanya dalam cluster dengan kristal yang tumbuh sejajar satu sama lain, atau hampir
begitu. Juga sebagai berbilah, massa putih.

2. Gypsum
 Kategori : Sulfat
 Rumus Kimia : CaSO4.2H2O
 Sistem kristal : Monoklin
 Warna : Putih, Kuning, Merah, Coklat,
Abu-Abu
 Kekerasan :2
 Transparansi : Translucent, Transparant
 Gores : Putih
 Kilap : Kaca, Sutra, Sugary
 Tenacity : Flexible
 Belahan : Sempurma
 Rekahan : Splintery, Conchoidal
 Specific Gravity : 2.3
 Mineral asosiasi : Calcite, Quartz, Pyrite, Siderite, Copper, Dolomite
 Komoditi utama : Kalsium
64

 Keterdapatan : Ditemukan sebagai bahan masif, termasuk varietas alabaster; dan


kristal bening, berbagai selenite; dan, berserat paralel, varietas taruhan satin. Biasanya
tidak berwarna putih, kristal transparan, tabular tebal hingga lenticular, terkadang
prismatik.

Silicates

1. Feldspar

 Kategori : Tektosilikat
 Rumus Kimia : KAlSi3O8 – NaAlSi3O8 – CaAl2Si2O8
 Sistem kristal : Triklin atau Monoklin
 Warna : Merah jambu, putih, abu-abu
cokelat
 Kekerasan :6
 Transparansi : Opaque
 Gores : Putih
 Kilap : Kaca
 Tenacity : Brittle
 Belahan : Dua atau tiga
 Rekahan : Irregular/Uneven
 Specific Gravity : 2.615
 Mineral asosiasi : Kuarsa, mika, beril, rutil, mika
 Komoditi utama : Alumunium, silika
 Keterdapatan : Hidrotermal dan alpin vein, pada konstituen besar granit

2. Garnet
 Kategori : Silikat
 Rumus Kimia : Al3B2(SiO4)3
 Sistem kristal : Isometrik
 Warna : Ungu
 Kekerasan : 7 – 7.5
 Transparansi : Translucent-Opaque
 Gores : Colorless
 Kilap : Vitreous
 Tenacity : Brittle
 Belahan : Parting
 Rekahan : Choncoidal-Uneven
 Specific Gravity : 3.5 – 4.3
 Mineral asosiasi : Mineral mineral silika yang lainnya
 Komoditi utama : Garnet
 Keterdapatan : Pada daerah dengan tingkat metamorfosa yang tinggi
65

3. Rhodonite
 Kategori : Silica
 Rumus Kimia : MnSiO3
 Sistem kristal : Triklin
 Warna : Merah, pink, oranye-merah, dan
merah kecoklatan
 Kekerasan : 5.5 - 6
 Transparansi : Transparan dan translucent
 Gores : Colorless
 Kilap : Vitreous
 Tenacity : Brittle
 Belahan : 2,2 - forming at an angle near 90º
 Rekahan : Hackly, uneven
 Specific Gravity : 3.4 – 3.7
 Mineral asosiasi : Biotit, kuarsa, serpentinit, talk, klorit, garnet
 Komoditi utama : Mangan, silika
 Keterdapatan : Batuan Metamorf, di daerah yang memiliki derajat metamorfosa
tinggi

4. Chlorite

Deskripsi Megaskopis :

 Warna : Hijau
 Kilap : Kaca
 Transparansi : Transparan
 Pecahan : conchoidal

 Kekerasan : 2-3
 Berat jenis : 5.57
 Cerat : Hijau keabu-abuan
Rumus Kimia : (MgFe)6-x (AlFe)x Si4-x Alx (OH)10)
Sistem Kristal : Monoklin
Mineral Asossiasi : Garnet, biotit, kuarsa, serpentitnit, talk
Komoditi Utama : Chlor
Keterdapatan : Batuan Metamorf, di daerah yang memiliki derajat metamorfosa
tinggi
66

Misscellanious
1. Fluorite
 Deskripsi Megaskopis :

Warna : Colorless

Kilap : Vitreous

Transparasi : Transculent

Pecahan :

Kekerasan : 3,0-3,3

Berat jenis : 3-3,3

Cerat : putih

 Rumus Kimia : CaF2


 Sistem Kristal : Isometrik
 Mineral Asossiasi : Kalsit, kuarsa, barite, galena, pirit, kalkopirit
 Komoditi Utama : Kalsium
 Keterdapatan : Lapisat bijih hidrotermal dan deposit sedimen

2. Apatite

 Deskripsi Megaskopis :

 Warna: Colorless
 Kilap: Vitreous
 Transparansi: Translucent
 Pecahan : Conchoidal to uneven
 Kekerasan: 5
 Berat jenis : 3.1-3.2
 Cerat : putih

 Rumus Kimia : (CaF)Ca4(PO4)3


 Sistem Kristal : Heksagonal
 Mineral Asossiasi : Kuarsa, feldspar, kalsit, magnetite, muskovit, phlogopite,
nepheline, diopside
 Komoditi Utama :-
 Keterdapatan : Di daerah pembentukan batuan metamorf

3. Pyrite

 Deskripsi Megaskopis :

 Warna : Kuning coklat


 Kilap: Metalic
 Transparansi: Dull
 Pecahan : Uneven
 Kekerasan : 6
67

 Berat jenis : 5-5,6


 Cerat : hitam
 Rumus Kimia : FeS2
 Sistem Kristal : Isometrik
 Mineral Asossiasi : Mineral sulfida dan mineral emas
 Komoditi Utama : Besi, emas
 Keterdapatan : Di daerah mineral sulfide

4. Marcasite
 Deskripsi Megaskopis :

 Warna: Kuning kecoklatan


 Kilap: Metalik
 Transparansi: Opaque
 Pecahan : Uneven, konkoidal
 Kekerasan : 6-6,5
 Berat jenis : 4,8
 Cerat : Cokelat kehitaman
 Rumus Kimia : FeS2
 Sistem Kristal : orthorombi
 Mineral Asossiasi : Kalsit, dolomite, quartz, pyrite, galena
 Komoditi Utama : Besi
 Keterdapatan : di daerah pembentukan sulfur

5. Phyrrotite
 Deskripsi Megaskopis :

 Warna: Bronze
 Kilap: Metalik
 Transparansi: Opaque
 Pecahan :
 Kekerasan: 3.5-4
 Berat jenis : 4.58-4.65
 Cerat : Abu gelap

 Rumus Kimia : Fe1-xS


 Sistem Kristal : Prismatik
 Mineral Asossiasi : Iron, Sulfur
 Komoditi Utama : Besi
 Keterdapatan : Lingkungan batuan beku dan batuan metamorf.
68

6. Arsenopyrite
 Deskripsi Megaskopis :

 Warna: Abu abu


 Kilap: Metalik
 Transparansi: Opaque
 Pecahan : choncoidal
 Kekerasan: <5
 Berat jenis : 6.07
 Cerat : Hitam

 Rumus Kimia : FeAsS


 Sistem Kristal : Prismatik
 Mineral Asossiasi : Iron, Arsenik, Sulphur
 Komoditi Utama : Arsen
 Keterdapatan : Urat bijih temperatur tinggi
69

DAFTAR PUSTAKA
BUKU
 Pellant, Chris. 1992. Eyewitness Handbooks, Rock and Minerals. London: Dorling
Kindersley Limited.
 Mottana, Annibale, et.al. 1988. Simon & Schuster’s Guide To Rocks and Minerals.
New York: Simon & Schuster Inc.
 Charlton, Ro. 2008. Fundamentals of Fluvial Geomorphology. New York : Maddison
Avenue
 Kehew, Alan E dan Boettger, William M. 1986. Depositional Environmental of Braided
Valley Aquifers in North Dakota. U.S : University of North Dakota
 Sapiie, Benyamin, dkk. 2009. Geologi Fisik. Bandung: Penerbit ITB.
 Institut Teknologi Bandung. Pedoman Praktikum Petrologi. Bandung: Laboratorium
Petrologi dan Endapan Mineral.
 Modul Praktikum Laboratorium Petrologi Institut Teknologi Bandung

WEBSITE
 http://slideplayer.com/slide/6839719/
 http://www.ebiologi.com/2016/03/5-contoh-batuan-beku-dalam-dan-ciri.html
 http://www.ebiologi.com/2016/03/7-contoh-batuan-beku-luar-ciri-dan.html
 https://ichsanmuhammad.wordpress.com/download/batuan-beku-dan-
klasifikasinya/
 http://dhyza18.blogspot.co.id/2013/02/batuan.html
 http://www.geologinesia.com/
 http://scienceline.org
 https://www.britannica.com
 https://artikel-teknologi.com
 https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fi.pinimg.com%2F736x%2
Fae%2F9f%2Fe7%2Fae9fe7b1890fde1b727887c435f5ac26--circle-diagram-a-
circle.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fwww.pinterest.com%2Fexplore%2Frock-
science%2F&docid=91BW7S53ovEsOM&tbnid=xqUGoUWr6xxvsM%3A&vet=10ahUK
EwiXveeGwpTWAhUMto8KHf1vD0QQMwglKAEwAQ..i&w=500&h=600&bih=659&bi
w=1366&q=rocks%20circle%20explanation&ved=0ahUKEwiXveeGwpTWAhUMto8KH
f1vD0QQMwglKAEwAQ&iact=mrc&uact=8
 http://ilmugeografi.com/geologi/siklus-batuan
 http://mineraldanbatuan.blogspot.co.id/2013/04/deskripsi-tembaga.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai