Anda di halaman 1dari 20

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas secara detail tentang ciri fisik batuan karbonat
Formasi Wonosari menggunakan metode Dunham (1962) dengan pendekatan
petrografi untuk penamaan batuan dan menggunakan klasifikasi Wilson (1975)
untuk menentukan fasies batuan karbonat ini dan klasifikasi Lingkungan
pengendapan karbonat menurut Friedman dan Reeckmann (1982) untuk
menentukan lingkungan pengendapan batuan karbonat pada Formasi Wonosari
tepatnya pada desa Bejiharjo.

4.1. Litologi Penyusun

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis petrografi yang penamaannya

mengacu pada klasifikasi Dunham (1962), daerah gua pindul desa Bejiharjo kecamatan

Karangmojo tersusun atas satuan Wackstone dan Packstone yang terletak di Formasi

Wonosari. Struktur yang berkembang berupa perlapisan.

A. Wackstone

Warna kuning kecoklatan, tekstur klastik, struktur masif berlapis, didukung oleh

kerangka organik berukuran pasir sedang (0,05-1,5 mm), mud suported, pemilahan

sedang, komposisi karbonat, terdiri dari fosil foram besar dan kecil, pecahan coral, algae,

kalsit, dan lumpur karbonat, pada sayatan petrografis wackstone terdapat fosil Numulites

sp, foraminifera planktonik.

B. Packstone

Warna kuning kecoklatan, tekstur klastik, didukung oleh butiran (grain supported)

berukuran pasir sedang, pemilihan sedang, komposisi karbonat, dengan struktur

perlapisan, terdiri dari fosil (Numilites sp, Discocyclina sp, Numulites javanus), kalsit,

plagioklas ,dan lumpur karbonat.

50
51

4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fasies dan Lingkungan

Pengendapan Batuan Karbonat

Sedimentasi batuan karbonat dikontrol oleh beberapa fakor yang penting

yaitu meliputi iklim, tektonik, oseanografi, suplai sedimen dan aktivitas

organisme, salinitas, kekeruhan, cahaya matahari dan kedalaman. Faktor-faktor ini

memiliki hubungan yang saling terkait.

1. Iklim

Pembentukan batuan karbonat sangat tergantung kepada iklim. Hal ini

berhubungan dengan proses erosi yang terjadi sehingga berakibat kepada

jumlah sedimen yang dihasilkan. Ketika iklim sangat tropis, dengan curah

hujan yang tinggi maka erosi yang terjadi juga intensif sehingga suplai

material sedimen asal darat akan bertambah. Manakala suplai sedimen

masuk ke dalam laut dalam jumlah yang melimpah maka akan berimbas

pada tingkat kejernihan dan ketenangan dari air laut. Kejernihan akan

berkurang dan menyebabkan batuan karbonat sulit untuk tumbuh.

Ketenangan juga terganggu karena arus asal darat tersebut cukup kuat

sehingga batuan karbonat juga akan sulit berkembang dengan baik.

2. Tektonik

Proses tektonik juga menjadi faktor pengontrol pembentukan batuan

karbonat. Proses tektonik yang dimaksud dapat berupa penurunan dasar

cekungan maupun pengangkatan. Proses tektonik yang aktif menyebabkan

deformasi juga intensif sehingga tingkat ketenangan dari air laut menjadi

terganggu. Gangguan seperti ini dapat mengakibatkan pembentukan batuan


52

karbonat tidak bisa berjalan dengan sempuma. Selain itu, tektonik juga

dapat merubah posisi platform tempat karbonat tumbuh sehingga akan

mempengaruhi pola sedimentasi yang dihasilkan.

3. Oseanografi

Oseanografi juga ikut mengontrol pembentukan batuan karbonat. Hal ini

berkaitan dengan posisi dan kedudukan dari laut tersebut. Laut yang dapat

berkembang baik batuan karbonat disana adalah laut dengan suhu yang

hangat. Ketika posisi laut berada jauh dari garis katulistiwa bisa jadi batuan

karbonat tidak dapat berkembang baik disana. Selain itu, posisi muka air

laut juga sangat mempengaruhi pola sedimentasi karbonat yang dihasilkan.

Hal ini terkait dengan faktor instensitas cahaya matahari yang dapat masuk

ke laut.

4. Pasokan Sedimen

Suplai sedimen juga ikut berpengaruh terhadap sedimentasi batuan

karbonat. Suplai sedimen yang dimaksudkan adalah suplai sedimen asal

darat (terrestrial). Hal ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan

pembentukan batuan karbonat. Suplai sedimen yang sangat melimpah dapat

mengganggu organisme untuk tumbuh dengan baik. Selain itu, suplai

sedimen dengan kecepatan yang cepat akan mengganggu ketenangan dan

kejernihan air laut dan dapat menghambat pertumbuhan batuan karbonat

karena suplai oksigen dan intensitas cahaya matahari menjadi berkurang.

5. Aktivitas Organisme
53

Aktivitas organisme merupakan faktor utama dalam pembentukan batuan

karbonat. Batuan karbonat dapat terbentuk ketika terjadi akumulasi dari

organisme sehingga organisme diibaratkan seperti produsen batuan

karbonat. Ketika tidak ada aktivitas organisme yang berkembang di suatu

lokasi maka batuan karbonat tidak akan pernah terbentuk.

6. Salinitas

Batuan karbonat memiliki kisaran salinitas antara 22% - 40% namun

terbentuk pada kisaran 25% - 35%. Oleh sebab itu, lingkungan laut

merupakan kondisi dengan salinitas yang relatif tinggi sehingga batuan

karbonat dapat terbentuk dengan baik.

7. Kedalaman
Pada umumnya dan kebanyakan, batuan karbonat diendapkan di perairan

dangkal dimana masih terdapat sinar matahari yang bisa menembus

kedalaman air. Terdapat suatu garis yang merupakan batas kedalaman air,

dimana sedimen karbonat dapat ditemukan pengendapannya yang disebut

dengan CCD (Carbonate Compensation Depth).

8. Cahaya Matahari

Terdapat variasi kedalaman laut (hingga ribuan meter) dimana mineral-

mineral karbonat dapat terbentuk, namun produktifitas terbentuknya mineral

karbonat hanya pada wilayah dimana cahaya matahari dapat tembus (Light

saturation zone).

9. Kekeruhan

Batuan karbonat dihasilkan dari sekresi organisme laut dan presipitasi dari

air laut secara kimiawi. Hal ini mengandung arti bahwa pembentukan
54

batuan karbonat juga tergantung pada organisme. Sementara organisme laut

membutuhkan kondisi laut yang jernih agar sinar matahari dapat masuk

tanpa terganggu.

4.3. Hasil Analisis Petrografi

Hasil Analisis Petrografi LP 1

Nama sampel : WN-LP-1


Satuan : Batugamping Kalkarenit
Nama batuan : Wackstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalkarenit

Pemerian Petrografis:

Sayatan tipis batugamping wackstone, butiran berwarna kuning kecoklatan-

coklat terdiri dari komponen cangkang biota berupa foraminifera besar dan

foraminifera kecil, klastik, matriks berupa lumpur karbonat (mud

supported), dengan sedikit dedritus berupa mineral opak, berukuran 0,01–

0,02 mm.

Komponen Penyusun :
55

Cangkang biota (20%), tidak berwarna (sudah terekristalisasi)– kecoklatan,

relief sedang, bentuk sebagian besar dalam kondisi utuh, berukuran

0,03–0,5 mm, berupa campuran foram besar, foram plankton dan

bentos, serta pecahan ganggang, hadir merata dalam sayatan (I-3, D-

4, C-3).

Matriks (40%), berukuran kurang dari 0,02 mm, berupa lumpur karbonat

yang sebagian sedah terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (9-

10 ABC)

Semen (37%), berupa semen kalsit berukuran mikrospar-spar, sebagian

besar yang mengisi rongga pada cangkang foraminifera dan terdapat

pula sebagian mengisi rekahan (3-G, 4-G, 7-C, 7-G, 8-G, )

Opak (3%) berukuran lanau (3-D, 5-A)

Penamaan Petrografis : Wackstone (Klasifikasi Dunham, 1962)


56

Hasil Analisis Petrografi LP 2

Nama sampel : WN-LP-2


Satuan : Batugamping Kalkarenit
Nama batuan : Packstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalkarenit

Pemerian Petrografis:

Sayatan batugamping Packstone, terdiri dari komponen cangkang biota

berupa foraminifera besar dan foraminifera kecil, komponen dedritus berupa

mineral opak, matriks berupa lumpur karbonat, semen terdiri dari kalsit.

Komponen penyusun :

Cangkang biota (30%) Berupa foraminifera besar dan foraminifera kecil,

sebagian besar hadir dalam keadaan utuh berukuran 0,1-0,5 mm,

hadir merata dalam sayatan (1-G, 2-A, 4-G, 5-J, 9-B)

Matriks (50%) berukuran kurang dari 0,01 mm, berupa lumpur karbonat yang

sebagian sudah terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit dan

sebagian mengisi rongga pada cangkang foraminifera (1-C, 6-C, 8-I)


57

Semen (19%) berupa semen kalsit berukuran mikrospar-spar, sebagian besar

mengisi pada cangkang foraminifera, dan sebagian mengisi rongga

(5-F, 7-K, 9-B)

Opak (1%), berukuran lanau (6-C, 8-D)

Penamaan Petrografis : Packstone (Klasifikasi Dunham, 1962)


58

Hasil Analisis Petrografi LP 3

Nama sampel : WN-LP-3


Satuan : Batugamping Kalkarenit
Nama batuan : Packstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalkarenit

1 2

Pemerian petrografis :

Sayatan batugamping Packstone, terdiri dari komponen cangkang biota

berupa foraminifera besar dan foraminifera kecil, komponen dedritus berupa

mineral opak, matriks berupa lumpur karbonat, semen terdiri dari kalsit.

Cangkang biota (50%), Berupa foraminifera besar dan foraminifera kecil

(1.Numulites sp. , 2.Discocyclina sp, 3.Numulites javanus), sebagian

besar hadir dalam keadaan utuh berukuran 0,1-0,5 mm, hadir merata

dalam sayatan (3-B, 4-H, 6-B, 8-F)

Matriks (39%) berukuran kurang dari 0,02 mm, berupa lumpur karbonat yang

sebagian sudah terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit dan

sebagian mengisi rongga pada cangkang foraminifera (2-H, 3-J, 7-D)


59

Semen (10%) berupa semen kalsit berukuran mikrospar-spar, sebagian besar

mengisi pada cangkang foraminifera, dan sebagian kecil mengisi

rongga (4-H, 6-F, 7-I, 8-F, 8-J )

Opak (1%), berukuran lanau

Penamaan Petrografis : Packstone (Klasifikasi Dunham, 1962)


60

Hasil Analisis Petrografi LP 4

Nama sampel : WN-LP-4


Satuan : Batugamping Kalkarenit
Nama batuan : Wackstone (Dunham, 1962)/Batugamping Kalkarenit

Pemerian Petrografis:

Sayatan tipis batugamping wackstone, butiran terdiri dari komponen

cangkang biota berupa foraminifera besar dan foraminifera kecil, klastik,

matriks berupa lumpur karbonat (mud supported), dengan sedikit dedritus

berupa mineral opak, berukuran 0,01–0,02 mm.

Komponen Penyusun :

Cangkang biota (15%), berupa foraminifera besar dan kecil, bentuk

sebagian besar dalam kondisi utuh, berukuran 0,04–0,3 mm, hadir

merata dalam sayatan (2-B Numulites sp, 9-J Numulites sp).


61

Matriks (60%), berukuran kurang dari 0,02 mm, berupa lumpur karbonat

yang sebagian sedah terekristalisasi menjadi mikrokristalin kalsit (2-

B, 5-A 6-G, 9-F, )

Semen (20%), berupa semen kalsit berukuran mikrospar-spar, sebagian

besar yang mengisi rongga pada cangkang foraminifera dan terdapat

pula sebagian mengisi rekahan (4-J, 6-H, 7-E)

Opak (5%) berukuran lanau

Penamaan Petrografis : Wackstone (Klasifikasi Dunham, 1962)


62

4.4. Fasies dan Lingkungan Pengendapan Batuan Karbonat Daerah

Penelitian

Analisis fasies dan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian dapat

diidentifikasi dari hasil pengamatan lapangan, analisis profil, analisis petrografis

dari contoh-contoh batuan karbonat, sehingga diperoleh adanya 2 lithofasies yaitu

: Shelf Lagoon Open Circulation, Sand on edge of platform menurut Wilson 1975

dan diendapkan pada Subtidal on inner shelf menurut Friedman & Reeckmann

1982.

A. Satuan Batugamping Wackstone Wonosari

Satuan batugamping wackstone Wonosari pada daerah telitian sangat

mudah dikenali dari kenampakan fisik litologi yang berlapis baik dan

batuannya yang tersusun dari litologi yang memiliki komposisi kimia

CaCo3 lebih dari 90%, singakapan dari batuan ini yang terbaik dapat

dijumpai pada lokasi pengamatan yaitu : Desa Bejiharjo/LP-1.

Wackstone : warna kuning kecoklatan, besar butir 0,03-0,5 mm, pemilahan

sedang, keadaan butir : sebagian utuh sebagian pecah-pecah, hubungan

butir dengan masa dasar : butiran didukung oleh lumpur : komposisi

butiran : cangkang biota 20% berupa campuran foram besar dan foram

kecil, masa dasar : matrik (mikrit) : 40%, semen (sparit) : 37%, proses

diagenesa : penyemenan, rekristalisasi, pelarutan, Indeks energy : II,

Intermittently agitated, (Plumpey et.al, 1962), Fasies : Shelf Lagoon Open

Circulation, [(Wilson 1975, gambar 4.1)] , lingkungan pengendapan :

Subtidal on inner shelf [(Friedman & Reeckmann 1982, gambar 4.2)],


63

nama batuan : Wackstone (Dunham, 1962) (lihat sampel kode : WN-LP-

1).

Gambar 4.1. Fasies Batugamping Wackstone LP 1 (Wilson, 1975)

Gambar 4.2. Lingkungan Pengendapan Batugamping Wackstone LP 1 (Friedman &


Reeckmann, 1982 dalam Carla Goncalves 2013)
64

B. Satuan Batugamping Packstone Wonosari

Satuan batugamping packstone Wonosari pada daerah telitian sangat

mudah dikenali dari kenampakan fisik litologi yang berlapis baik dan

batuannya yang tersusun dari litologi yang memiliki komposisi kimia

CaCo3 lebih dari 90%, singakapan batuan ini yang terbaik dapat dijumpai

pada lokasi pengamatan yaitu : Gunung Bang Desa Bejiharjo/LP-2.

Packstone : warna kuning kecoklatan, besar butir 0,1-0,5 mm, pemilahan

sedang, keadaan butir : sebagian utuh sebagian pecah-pecah, hubungan

butir dengan masa dasar : butiran saling menyangga : komposisi butiran :

cangkang biota 30% berupa campuran foram besar dan foram kecil, masa

dasar : matrik (mikrit) : 50%, semen (sparit) : 19%, proses diagenesa :

penyemenan, rekristalisasi, pelarutan, Indeks energy : III, Slightly agitated,

(Plumpey et.al, 1962), Fasies : Sand on edge of platform, [(Wilson 1975,

gambar 4.3)], lingkungan pengendapan : Subtidal on inner shelf

[(Friedman & Reeckmann 1982, gambar 4.4)], nama batuan : Packstone

(Dunham, 1962) (lihat sampel kode : WN-LP-2)


65

Gambar 4.3. Fasies Batugamping Packstone LP 2 (Wilson, 1975)

Gambar 4.4. Lingkungan Pengendapan Batugamping Packstone LP 2 (Friedman &


Reeckmann, 1982 dalam Carla Goncalves 2013)
66

C. Satuan Batugamping Packstone Wonosari

Satuan batugamping packstone Wonosari pada daerah telitian sangat

mudah dikenali dari kenampakan fisik litologi yang berlapis baik dan

batuannya yang tersusun dari litologi yang memiliki komposisi kimia

CaCo3 lebih dari 90%, singakapan batuan ini yang terbaik dapat dijumpai

pada lokasi pengamatan yaitu : pintu keluar Goa Pindul/LP-3.

Packstone : warna kuning kecoklatan, besar butir 0,1-0,5 mm, pemilahan

buruk, keadaan butir : sebagian utuh sebagian pecah-pecah, hubungan

butir dengan masa dasar : butiran saling menyangga : komposisi butiran :

cangkang biota 50% berupa campuran foram besar dan foram kecil

(Numulites sp, Discocyclina sp, Numulites javanus), masa dasar : matrik

(mikrit) : 39%, semen (sparit) : 10%, proses diagenesa : penyemenan,

rekristalisasi, pelarutan, Indeks energy : III, Slightly agitated, (Plumpey

et.al, 1962), Fasies : Sand on edge of platform, [(Wilson 1975, gambar

4.5)], lingkungan pengendapan : Subtidal on inner shelf [(Friedman &

Reeckmann 1982, gambar 4.6)], nama batuan : Packstone (Dunham,

1962) (lihat sampel kode : WN-LP-3)


67

Gambar 4.5. Fasies Batugamping Packstone LP 3 (Wilson, 1975)

Gambar 4.6. Lingkungan Pengendapan Batugamping Packstone LP 3 (Friedman &


Reeckmann, 1982 dalam Carla Goncalves 2013)
68

D. Satuan Batugamping Wackstone Wonosari

Satuan batugamping wackstone Wonosari pada daerah telitian sangat

mudah dikenali dari kenampakan fisik litologi yang berlapis baik dan

batuannya yang tersusun dari litologi yang memiliki komposisi kimia

CaCo3 lebih dari 90%, singakapan batuan ini yang terbaik dapat dijumpai

pada lokasi pengamatan yaitu : parkiran Goa Pindul desa Bejiharjo/LP-4.

Wackstone : warna kuning kecoklatan, besar butir 0,04-0,3 mm, pemilahan

sedang, keadaan butir : sebagian utuh sebagian pecah-pecah, hubungan

butir dengan masa dasar : butiran didukung oleh lumpur : komposisi

butiran : cangkang biota 15% berupa campuran foram besar dan foram

kecil (Numulites sp), masa dasar : matrik (mikrit) : 60%, semen (sparit) :

20%, proses diagenesa : penyemenan, rekristalisasi, pelarutan, Indeks

energy : II, Intermittenly agitated, (Plumpey et.al, 1962), Fasies : Shelf

lagoon open circulation, [(Wilson 1975, gambar 4.7)], lingkungan

pengendapan : Subtidal on inner shelf [(Friedman & Reeckmann 1982,

gambar 4.8)], nama batuan : Wackstone (Dunham, 1962) (lihat sampel

kode : WN-LP-4)
69

Gambar 4.7. Fasies Batugamping Wackstone LP 4 (Wilson, 1975)

Gambar 4.8. Lingkungan Pengendapan Batugamping Wackstone LP 4 (Friedman &


Reeckmann, 1982 dalam Carla Goncalves 2013)

Anda mungkin juga menyukai