Anda di halaman 1dari 42

STUDI PEMBORAN DAN PELEDAKAN PADA TAMBANG

BAWAH TANAH PT. NUSA HALMAHERA MINERALS


KABUPATEN HALMAHERA UTARA
PROVINSI MALUKU UTARA

Usulan Proposal Kerja Praktek


Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik

Diajukan Oleh :

Masril Samsul

07381611021

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2019

1
Usulan Kerja Praktek

STUDI PEMBORAN DAN PELEDAKAN PADA TAMBANG


BAWAH TANAH PT. NUSA HALMAHERA MINERALS
KABUPATEN HALMAHERA UTARA
PROVINSI MALUKU UTARA

Yang diajukan oleh :


Masril Samsul
Npm : 07381611021

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

Anas Abdulatif, ST., MT


NIDN : 0003047704

NIP : 19770104205011001

i
KATA PENGANTAR

Kerja Praktek (KP) adalah salah satu dari mata kuliah wajib dengan bobot

2 sks yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Program Studi Teknik

Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Khairun Ternate sebagai salah satu

syarat dalam menyelesaikan mata kuliah wajib “Kerja Praktek”.Melalui KP

diharapkan mahasiswa dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman

mengenai disiplin ilmu disertai penerapannya secara real.

Untuk itu, saya menyusun dan mengajukan proposal ini guna memenuhi

persyaratan Kerja Praktek (KP) di Perusahaan Bapak/ibu yaitu PT. Nusa

Halmahera Minerals, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

Demikianlah proposal permohonan yang saya buat, atas perhatian, kerjasama,

dan bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan Terimakasih.

Ternate, September 2019

Penyusun

Masril Samsul

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................v

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................3

1.4 Batasan Masalah...................................................................................4

1.5 Manfaat Penelitian................................................................................4

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah ..........................................................5

2.2 Geologi Daerah penelitian ...................................................................7

2.3 Topografi dan Morfologi.......................................................................13

2.4 Curah Hujan..........................................................................................15

2.5 Vegetasi Daerah Penelitian...................................................................15

BAB III TINJAUAN PUSTAKA


3.1 Definisi Pemboran................................................................................17
3.1.1 Desain Pola Pengeboran............................................................20
3.1.2 Pola Pengeboran pada Areal Terbuka........................................20

3.1.3 Pola Pengeboran dan peledakan pada Bukaan Bawah Tanah....22

3.1.4 Persiapan Pengeboran di Bawah Tanah.....................................26

3.1.5 Pengamanan sebelum pengeboran di bawah tanah....................26

iii
3.2 Pemboran dan Peledakan.......................................................................27

3.3 Pola Peledakan Sekunder di bawah tanah..............................................30

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metodologi Penelitian ...........................................................................32

4.1.1 Jenis Penelitian..........................................................................32

4.1.2 Lokasi Penelitian........................................................................32

4.1.3 Waktu Penelitian........................................................................32

4.1.4 Metode Pengumpulan Data..........................................................32

4.2 Bahan dan Alat Penelitian.......................................................................33

4.3 Variabel Penelitian..................................................................................33

4.4 Analisa Data dan Cara Pengujian Sampel...............................................33

BAB V JADWAL PENELITIAN

5.1 Rencana Pelaksanaan................................................................................34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................35

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Lokasi Daerah Penelitian.........................................................6

Gambar 2.2 Peta Kesampaian Daerah.................................................................6

Gambar 2.3 Peta Geologi Regional Halmahera..................................................9

Gambar 2.4 Stratigrafi Daerah Toguraci..............................................................13

Gambar 2.5 Peta Morfologi Halmahera...............................................................14

Gambar 3.1 Cara pengunaan Alat Bor.................................................................18

Gambar 3.2 Pola Pengeboran pada Areal Terbuka..............................................21

Gambar 3.3 Pola Pengeboran dan Peledakan Bukaan Bawah Tanah...................23

Gambar 3.4 Pemboran dan Peledakan..................................................................29

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Persentase Morfologi...................................................................33

Tabel 5.1 Tabel Rencana Pelaksanaan Kerja Praktek...........................................34

vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam termasuk

bahan galian pertambangan yang mempunyai peranan penting dalam

perekonomian nasional. Sektor pertambangan Indonesia merupakan sektor yang

berfungsi untuk mendapatkan devisa negara paling besar. Salah satu bahan galian

tambang yang banyak dikelola oleh industri pertambangan di Indonesia adalah

sektor penambangan emas. Emas merupakan salah satu logam mulia yang bernilai

tinggi.

Dalam kegiatan penambangan banyak terdapat permasalahan dalam

melaksanakan proses penambangan diakibatkan adanya gangguan-gangguan,

salah satunya keterdapatan air panas dalam area penambangan. Salah satu

perusahaanyang bergerak dalam penambangan komuditas emas adalah PT. Nusa

Halmahera Minerals yang memiliki permasalahan air panas diarea penambangan.

Perusahaan PT. Nusa Halmahera Minerals yang berlokasi di Balisosang,

Malifut, Kabupaten Halmahera Utara,Provinsi Maluku Utara saatini sedang

melaksanakan aktivitas penambangannya di dua lokasi berbeda yaitu Kencana

dan Toguraci dengan sistem tambang bawah tanah. Tentunya tantangan yang di

hadapi oleh PT. Nusa Halmahera Minerals ketika mengoperasikan tambang

bawah tanah yang memiliki permasalahan dengan keberadaan air panas lebih

rumit jika dibandingkan dengan mengoperasikan tambang terbuka.

7
Kegiatan operasi penambangan dengan menggunakan metode tambang

bawah tanah sangat bergantung pada keberhasilan proses penggalian batuan itu

sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efisiensi pemboran dan

peledakan tambang bawah tanah serta efisiensi pengeboran dan kemajuan

heading dalam 1 round . Pengamatan dan pengambilan data yang meliputi drill

patern , geometri peledakan, spesifikasi explosive, drill and blast equipment ,

penggunaan bahan peledak, perlengkapan pemboran.

Aktual rata-rata pemboran yang didapatkan pada saat pengamatan

lapangan adalah sebesar 2,986 meter. Rata-rata kemajuan heading yang

didapatkan dalam 1 round peledakan adalah sebesar 2,876 meter dengan

persentase kemajuan heading 96% dari rata-rata kedalaman pemboran aktual.

Efisiensi pemboran yang didapatkan pada saat pengamatan lapangan adalah

sebesar 85,44%.

Penambangan di Indonesia saat ini menggunakan sistem tambang terbuka

dan sistem tambang bawah tanah. Sistem penambangan yang diterapkan pada PT

Nusa Halmahera Minerals adalah tambang bawah tanah (underground mining)

yaitu dengan cara membuat terowongan atau lubang bukaan. Dalam operasi

penambangan bahwa tanah dibutuhkan lubang maju (heading) dimana dalam

pembuatannya tidak terlepas dari kegiatan pemboran dan peledakan merupakan

metode yang dominan dalam memperoleh bahan galian yaitu emas.

Untuk itu pola pemboran dan teknik peledakan perlu di rencanakan

sedemikian rupa agar peledakan atas pemecahan batuan dapat terjadi secara

efisien dan efektif. Oleh karena itu. Dengan perencanaan yang baik yang

8
mencakup pemilihn alat bor yang tepat, penentuan geometri peledakan, pola

pengeboran, pola peledakan, dan juga bahan peledak yang digunakaan serta

pelaksanan yang sesuai dengan prosedur dan pengawasan yang bertanggung

jawab akan sangat menentukan dan proses peledakan/ pembongkaran sehingga

tidak menimbulkan hal-hal yang berdampak negatif salah satunya kerusakan

lingkungan. Sehingga pada kegiatan ini perlu dilakukan satu evaluasi untuk

mendapatkan hasil yang efektif dan efisien.

Oleh karena itu,saya mengajukan proposal kerja praktek dengan judul

Study pemboran dan peledakan pada tambang bawah tanah di PT. Nusa

Halmahera Minerals, Kab. Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah Kerja Praktek yang akan diteliti pada tambang bawah tanah

di PT. Nusa Halmahera Minerals adalah :

1. Bagaimana pola pemboran peledakan yang dilakukan pada tambang

bawah tanah PT. Nusa Halmahera Minerals sudah efektif dan efisien ?

2. Bagaimana Faktor- faktor yang mempengaruhi pola pemboran peledakan

pada tambang bawah tanah PT. Nusa Halmahera Minerals ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian kerja praktik pemboran dan peledakan pada tambang

bawah tanah ini adalah :

1. Mengetahui sistem pola pemboran dan peledakan yang dilakukan pada

tambang bawah tanah PT. Nusa Halmahera Minerals.

9
2. Mengetahui perencanaan pola pemboran dan peledakan yang digunakan

sudah efektif dan efisien.

3. Mengetahui proses pola pemboran dan peledakan pada tambang bawah

tanah di Toguraci PT. Nusa Halmahera Minerals

1.4 Batasan Masalah

Untuk memahami masalah yang akan di kaji dalam penelitian ini di batasi

dalam perencanaan sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan pada proses pengeboran dan peledakan pada tambang

bawah tanah PT. Nusa Halmahera Minerals

2. Data berupa pemboran peledakan dan bahan tambang bawah tanah yang

digunakan

3. Data yang harus di ambil berupa pada pengeboran di lapangan

1. 5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang di harapkan dalam penelitian Kerja praktek ini adalah sebagai
berikut :

1. Menambah pengetahuan dan pemahaman saya tentang pemboran dan

peledakan pada tambang bawah tanah Teguraci PT. Nusa Halmahera

Minerals.

2. Mendapatkan Pengalaman serta mampu mengadakan perbandingan antara

ilmu yang diperoleh selama perkuliahan secara teori dengan kenyataan

selama mengikuti kerja praktek.

3. Sebagai Referensi Kerja Praktek bagi peneliti selanjutnya.

10
BAB II
TINJAUAN UMUM

2. 1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Tambang Emas (gold mine) PT Nusa Halmahera Mineral yang dikenal

dengan Gosowong Site berada di belahan timur bagian utara Pulau

Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Secara geografis terletak pada 127°30’00’’

BT –128°00’00’’ BT dan 1°00’00’’ LU –1°30’00’’ LU sekitar 55 km disebelah

timur laut Kota Ternate. Kesampaian daerah penelitian dapat ditempuh dengan

menggunakan jalur udaradari Bandar Udara Sultan Ba’bullah Ternate

menggunakan pesawat Twin Otter (Airfast) menuju Bandara Kobok. Jarak

lurus dari Ternate menuju Bandara Kobok adalah ± 55 km dengan waktu tempuh

±15 menit. Sedangkan dari Bandara Kobok menuju lokasi penambangan site PT.

NHM menggunakan jalur darat. Selain jalur udara untuk menuju daerah penelitian

dapat juga ditempuh dengan jalur laut dan darat dengan waktu perjalanan ± 5 - 6

jam dengan menggunakan alat transportasi laut (ferry dan speedboat) dari

pelabuhan Ternate hingga ke pelabuhan Sofifi ± 1.5 jam, selanjutnya dari

pelabuhan Sofifi perjalanan dilanjutkan melalui jalan darat ke Gosowong dengan

mobil (kendaraan roda empat) ±1.5-2 jam.

11
Gambar 2.1 : Peta Lokasi daerah penelitian

Gambar 2.2 : Peta kesampaian daerah

12
2.2 Geologi Daerah Penelitian

Geologi daerah Kao Teluk termasuk dalam mandala geologi Halmahera

Barat yang tersusun oleh batuan gunung api vulkanik sejak pra tersier awal yang

telah menjadi alur lintasan busur gunung api. Batuan gunung api ini berumur

oligosen - miosen yang tersebar luas diwilayah ini. Berlangsung pada lingkungan

laut yang secara bertahap melalui proses pengangkatan beralih kelingkungan

terestial. Batuan gunung api ini umumnya telah mengalami propilitisasi dan

hancur, mengandung urat – urat kuarsa kecil (veinlets) silika dan karbonat, antara

lain terdiri dari batu pasir, batu lempung, napal dan batu gamping (Sam Supriatna,

1980).

Penyebaran mineralisasi Gosowong sangat dipengaruhi oleh sesar normal

yang berarah Barat Laut Tenggara dengan dip kearah Timur Laut dan kontak

lithologi antara andesit lava dengan batuan vulkanok lastik. Urat Gosowong

terdapat dalam sistem urat epithermal dengan kemiringan rata-rata 45° ke arah

Timur Grid (atau Timur Laut magnetik). Panjang struktur yang diketahui hingga

saat ini adalah sekitar 400 m dan penerusan kearah kemiringan (down-dip) sekitar

300 m.

Kondisi geologi Gosowong terdiri dari batuan vulkanik dan vulkanoklastik

dengan terdapat instrusi dari kuarsa-diorit. Mineralisasi emas berasosiasi dengan

kuarsa-vein sephitermal, tipe vein dengan struktur hasil dari lipatan dan sesar.

Urat Gosowong menempati sekuen batuan andesit lava dan beragam sedimen

vulkanoklastik yang terdiri atas batu lempung, batu lanau, batu pasir halus sampai

kasar dan konglomerat, ini serupa dengan batuan deposit Gosowong. Batuan

13
vulkanik halus (batu lempung) secara menyeluruh mengalami ubahan pra-

hydrothermal hematitic dari lingkungan pelapukan paleo (paleo-weathering).

Daerah penelitian termasuk ke dalam stratigrafi wilayah barat.Pada tahun

1997, Marjoribanks melakukan penelitian pada daerah lokal di sekitar daerah

penelitian. Menurut Marjoribanks, Laut Maluku di sebelah Barat Halmahera

merupakan zona tumbukan antara busur vulkanik Sangihe dan Halmahera.

Tunjaman ke arah Timur dari lempeng samudra Maluku di bawah lempeng laut

Halmahera dan Filipina sejak Paleogen telah menghasilkan empat busur vulkanik

di lengan Barat Halmahera, yaitu:

 Formasi Bacan (Paleogen)

 Formasi Gosowong (Miosen Akhir)

 Formasi Kayasa (Pliosen)

 Formasi Vulkanik Kuarter yang masih aktif hingga saat ini

Formasi-formasi ini dipisahkan oleh ketidak selarasan menyudut yang

memiliki jeda waktu yang cukup panjang .

Pada tahun 1999, D. Olberg dkk, juga melakukan penelitian di daerah local

sekitar penelitian dan menghasilkan stratigrafi yang hampir sama dengan

Marjoribanks memisahkan daerah lokal penelitian menjadi sebuah formasi.

14
Gambar 2.3 Geologi regional Halmahera (Daniel J.Olberg dkk, 1999)

Formasi Gosowong didominasi oleh batuan vulkanik bersifat andesitik

sampai dasitik dan batuan vulkanik lastik.Dari hasil dating (40Ar/39Ar) terhadap

batuan basatik andesit dari Formasi Gosowong didapatkan umur dengan kisaran

5,4Ma - 2,6Ma. Kisaran waktu yang besar ini mungkin dikarenakan hilangnya

argon selama proses tektonik yang luas paska pengendapan, intrusi dan alterasi

yang mempengaruhi Formasi Gosowong. Bukti geologi menunjukkan bahwa

umur yang tertua (5,6 Ma atau Miosen Akhir) seharusnya digunakan sebagai umur

minimum dari Formasi Gosowong (Majoribanks,1998, dalam Olberg dkk, 1999).

Formasi Gosowong tertutup secara tidak selaras oleh batuan vulkanik dari

Formasi Kayasa.

15
Formasi Kayasa didominasi oleh lava dan breksi.Lava ini berkomposisi

basaltic sampai andesitik, berwarna abu-abu gelap sampai kehitaman; mineral

gelapnya sebagian besar piroksen, bertekstur porfiritik dengan feldspar sebagai

fenokris.Breksi formasi ini memiliki komponen andesitik dan basaltik, dengan

warna abu-abu terang sampai abuabu gelap, bertekstur afanitik sampai faneritik,

matriks pasir halus sampai sedang, tidak terpilah dengan baik, sebagian umumnya

terkloritisasi. Formasi ini diperkirakan berumur Pliosen.

Kedua Formasi di atas kemudian secara lokal diintrusi oleh andesit porfiri

dandiorit kuarsa, yang kadang-kadang berasosiasi dengan mineralisasi emas-

tembaga.

Lava basalt Gosowong

Kenampakan batuan lava basalt dengan fenokris yaitu berupa piroksen yang

berukuran fanerik sedang. Batuan ini dijumpai bewarna abu-abu kehijauan

sampai hijau gelap, hipokristalin, fenokris berukuran fanerik sedang – halus

sedangkan massa dasar afanitik, subhedral- anhedral, inequigranular porfiritik,

menunjukan struktur autobreksia serta berstruktur amigdaloidal yang terisi

mineral kalsit. Batuan ini ditemukan mengalami ubahan hidrotermal yang intensif

dengan silisifikasi, argilitisasi dan kloritisasi. Penyebaran litologi Basalt hampir

menempati 10 % dari seluruh luas daerah penelitian, yaitu pada pit Toguraci dan

Sungai Tobobo bagian barat daya. Umumnya menempati sebagian besartopografi

yang relatif rendah.

16
Lava andesit Gosowong

Andesit Gosowong merupakan batuan beku intermediet vulkanik, abu-abu

sampai kehijauan, hipokristalin, fanerik halus (<1 mm) - afanitik, subhedral -

anhedral, tidak jarang memperlihatkan penjajaran mineral menunjukkan tekstur

aliran, dilapangan dijumpai terisi urat kuarsa dan urat-urat halus kalsit dan klorit,

berstruktur auto breksia dan kekar kolom subvertikal yang menunjukkan satuan

ini berupa lava. Satuan ini pun dijumpai telah mengalami ubahan hidrotermal

yang intensif.Mineral sekunder yang ditemukan berupa pirit, kalkopirit, klorit,

kalsit dan epidot. Satuan andesit Gosowong ini hampir menempati 30% dari

seluruh luas daerah penelitian, yaitu utara S. Bora dan S. NW Toguraci, daerah

Ruwait, dan disekitar Anak Fault. Umumnya menempati sebagian besar

perbukitan berelief lereng agak curam – curam

Satuan breksi vulkanik Gosowong

Breksi vulkanik gosowong umumnya berwarna abu- abu gelap, berstruktur

masif.Selain itu, dibeberapa tempat juga terdapat orientasi dari fragmen yang

menunjukkan arah sumbernya, menyudut tanggung – menyudut, kemas terbuka,

pemilahan buruk, fragmen berupa andesit berukuran kerikil - kerakal dan matrik

sedikit pasiran bercampur dengan tuff.Fragmen tersusun secara acak dan seolah-

olah mengambang dalam batuan.Batuan ini telah mengalami ubahan hidrotermal

berupa mineral- mineral propilitisasi yang mengubah sedang hingga kuat, dan

terisi urat – urat kuarsa dan kalsit.Satuan breksi vulkanik ini hampir menempati

10% dari seluruh luas daerah penelitian, yaitu pada daerah Ruwait.Umumnya di

17
sekitar lereng dari satuan andesit dan sebagian lainnya menempati perbukitan

berelief lereng curam satuan bentuk lahan perbukitan aliran lava.

Lava dasit Kayasa

Dasit Kayasa merupakan batuan beku asam vulkanik, abu-abu cerah,

creamy terkadang kemerahan, hipokristalin, fanerik sedang (<1mm) –halus,

subhedral-anhedral, tidak jarang memperlihatkan penjajaran mineral menunjukkan

tekstur aliran dengan fenokris yang anhedral, pada daerah penelitian dijumpai

terisi urat kuarsa dan urat-urat halus kalsit, berstruktur gelembur- gelembur lava

dan kekar kolom. Satuan dasit hampir menempati 15 % dari seluruh luas daerah

penelitian, yaitu pada sebelah barat daerah telitian.Menempati sebagian dari

bentuk lahan aliran lava.

Intrusi Diorit

Batuan diorit pada daerah penelitian dicirikan dengan warna abu-abu tua

kehijauan, bercak hitam dan putih, berstruktur massif, kekar kolom dan mengulit

bawang (spheroidal weathering) dengan ukuran butir sedang (1-5 mm), fanerik

sedang, inequigranular porfiritik. Satuan diorit hampir menempati 35% dari

seluruh luas daerah penelitian, umunya menempati bagian tengah daerah

penelitian.

Endapan Aluvial

Satuan ini merupakan material lepas dari aktivitas sungai dan endapan hasil

rombakan dari batuan di sekitarnya berupa batuan andseit, basalt, diorit berukuran

kerikil hingga bongkah.Endapan alluvial menempati 1 % dari daerah penelitian di

tubuh sungai dan dataran limpah banjir.Satuan ini diperkirakan berumur kuarter

18
karena hingga saat ini pengendapannya masih berlangsung dan memiliki

hubungan stratigrafi yang tidak selaras dengan satuan di bawahnya.

Gambar 2.4 Stratigrafi daerah Toguraci dan sekitarnya

2.3 Topografi dan Morfologi

Topografi daerah penelitian tidak teratur tata letak pegunungannya sebagian

memiliki pegunungan dengan kondisi melandai dan sebagian memiliki kondisi

yang sangat curam khususnya pada wilayah eksplorasi dan yang di eksploitasi 

baik pada Open Pit Toguraci  dan Kencana. Secara umum lokasi penelitian berada

di pulau Halmahera memiliki morfologi berupa pegunungan dan dibeberapa

tempat dataran-dataran landai.

19
Tabel 2.1 Presentase Morfologi Halmahera

Jenis % Kemiringan % Total

Dataran 0 -2 33,5

Bergelombang 2 -15 18,23

Berbukit 15 – 40 23,17

Pegunungan >40 25,05


Sumber : Halutkab.go.id

Gambar 2.5 Peta morfologi Halmahera Utara

20
2.4 Curah Hujan

Iklim dikawasan penelitian adalah tropis basah dengan temperatur maksimum

tahunan rata-rata adalah 28°C, dan sedikit variasi sepanjang tahun. Temperatur

maksimum tahunan rata-rata tertinggi adalah 29°C dan temperatur minimum

tahunan rata-rata terendah adalah 27°C. Kelembaban relatif harian rata-rata

88,5%.

Kabupaten Halmahera Utara dipengaruhi oleh iklim laut tropis yang terdiri

atas dua musim, yaitu:

1. Musim hujan pada bulan November sampai dengan Februari

2. Musim kemarau pada bulan April sampai dengan bulan Oktober

Curah hujan di wilayah Kabupaten Halmahera Utara dalam kurun waktu

sepuluh tahun kebelakang berkisar antara 2.038-3.275 mm per tahun serta dengan

rata-rata curah hujan tahunan sekitar 2.882 mm per tahun.

2.5 Vegetasi Daerah Penelitian

Kawasan vegetasi gosowong selatan/kencana merupakan hutan hujan tropis

primer dataran rendah. Vegetasi dicirikan dengan dominasi jenis Dipterocar

pacease. Vegetasi yang ada pada daerah ini sama halnya dengan daerah sekitarnya

dapat dibedakan secara vertikal terdiri dari vegetasi bakau pada daerah pesisir,

dan vegetasi hutan pegunungan. Vegetasi yang mendominasi pada hutan

pegunungan memeliki sangat beragam macam tumbuhan baik berskala besar

maupun kecil. Berdasarkan hasil pada plot contoh yang dilakukan oleh

Departemen Inviromental PT. Nusa Halmahera Minerals, terdapat 18 jenis yang di

identifikasi, vegetasi dicirikan oleh dominannya jenis Kenari (Canarium

21
hirsutum) dan Hiru (Vatika papuana) .Sedangkan pada tingkat tiang di dominasi

oleh jenis Lingua Putih (Pterocarpus indicus).

Vegetasi yang ada merupakan asosiasi yang terdiri dari tumbuhan atas tergak

vertikan diantaranya, pohon ketapang hutan, dan pohon nyamplung. Tumbuhan

bawah yang terdiri dari tanaman rumput – rumputan, alang-alang dan sejenis liana

berdaun lebar. dimana tinggi pohon maksimum 30 m dan diameter kurang dari 60

cm.

22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Pemboran

Pemboran adalah suatu kegiatan pemboran yang dilakukan dengan

pembuatan pola untuk tujuan peledakan yang menunjukan jumlah lubang bor

kedalaman, dan arah lubang (menurut kamus besar bahasa Indonesia). Secara

istilah, pemboran peledakan merupakan suatu rangkaian preparansi (persiapan

sebelum melakukan kegitan peledak berupa kegiatan pemboran atau melubangi

suatu material yang ingin (yang ingin diledakkan) dengan memperhatikan

geometri lubang pemboran guna sebagai wadah dalam pengisian bahan peledak

untuk diledakkan.

Cara pengunaan Alat Bor

Alat bor berfungsi sebagai alat penetrasi untuk mendapatkan kualitas lubang

ledak dengan kedalaman yang cukup tinggi , dihasilkan oleh pemboran yang cepat

dan dalam posisi yang tepat. Pada alat bor terdapat beberapa komponen yang

menunjang untuk menghasilkan lubang bor yang diinginkan, yaitu (Surface

Drilling Blasting, Tamrock Book, 1997) :

1. Mesin bor, merupakan bagian yang berfungsi untuk dapat menggerakkan

batang bor.

2. Batang bor, berfungsi untuk mentransmisikan energi dari penggerak

utama atau sumber energi ke mata bit (mata bor).

3. Mata bor, ialah bagian utama yang bertujuan untuk menghancurkan

batuan.

23
4. Sirkulasi fluida, berfungsi untuk membersihkan lubang, mengontrol

debu, yang tertinggal pada lubang, serta bertujuan untuk mendinginkan

mata bor.

Jenis jenis alat bor diantaranya adalah (Surface Drilling Blasting, Tamrock

Book, 1997) :

 Alat bor Manual

 Alat bor berpenopang

Alat bor manual dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah jack

hammer, drifter, sinker, dan stopper (Surface Drilling Blasting, Tamrock Book,

1997). Jack hammer adalah alat yang menggabungkan antara palu dengan pahat

yang beroperasi dengan palu internal yang naik dan turun. Alat ini biasanya

didukung oleh udara bertekanan yang diberikan oleh kompresor, tetapi beberapa

ada juga yang menggunakan motor listrik. Jack hammer yang lebih besar, seperti

rig dipasang palu yang digunakan pada mesin konstruksi (Surface Drilling

Blasting, Tamrock Book, 1997).

24
Berdasarkan arah pemborannya, alat ini dibagi beberapa jenis meliputi drifter

(horizontal), sinker (ke bawah) dan stoper(ke atas). Drifter merupakan kegiatan

pemboran atau penggalian yang dilaksanakan dengan arah horizontal atau agak

miring, sehingga membentuk flat holes pada vertical face. Pada metode tambang

bawah tanah, kegiatan ini biasa disebut dengan breast stoping pada metode

ambrukan. Sinker merupakan kegiatan pemboran atau penggalian dilakukan

sedemikian rupa sehingga penggalian secara keseluruhan membentuk kearah

bawah. Pada metode ambrukan untuk tambang bawah tanah, hal serupa ini dikenal

dengan underhand stoping Stopper merupakan penggalian atau pemboran dalam

irisan horizontal atau inclined dengan hasil galian secara keseluruhan mengarah

keatas. Berdasarkan jenis arah penggaliannya pada tambang bawah tanah di

metode ambrukan, kegiatan ini disebut dengan overhand stoping (Surface Drilling

Blasting, Tamrock Book, 1997).

Alat bor berpenopang terbagi menjadi 2 jenis yaitu tipe crawler rock drill,

down the hole. Mekanisasi adalah satu-satunya cara untuk meningkatkan

produktivitas pengeboran pada jenjang, ketika tingkat produksi batuan meningkat

dalam tempat kerja konstruksi, tambang atau tambang terbuka. Itulah sebabnya

crawler rock drill telah menjadi jenis yang paling populer dari mesin pengeboran

lainnya di tempat kerja seluruh dunia. Crawler memiliki permukaan bor umumnya

terdiri dari komponen-komponen berikut (Surface Drilling Blasting, Tamrock

Book, 1997) :

25
 Rock drill
 Ledakan
 Feed
 Pengumpulan debu
 Batang
 Dasar
 Changer
 Power pack
 Panel control
3. 1.1 Desain Pola Pengeboran

Mengingatkan kembali bahwa terdapat perbedaan dalam rancangan pola

pengeboran untuk tambang bawah tanah dan terbuka. Perbedaan tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain luas area, volume hasil peledakan,

suplai udara segar, dan keselamatan kerja. Memperlihatkan beberapa alasan atau

penyebab yang membedakan pola pengeboran di tambang bawah tanah dan

terbuka.

Tabel 1.1. Penyebab yang membedakan pola pengeboran

Di areal bawah tanah dan terbuka

26
3.1.2 Pola Pengeboran pada Areal Terbuka

Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang

bebas yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada. Peledakan

dengan hanya satu bidang bebas, disebut crater blasting, akan menghasilkan

kawah dengan lemparan fragmentasi ke atas dan tidak terkontrol. Dengan

mempertimbangkan hal tersebut, maka pada tambang terbuka selalu dibuat

minimal dua bidang bebas, yaitu (1) dinding bidang bebas dan (2) puncak enjang

(top bench).Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran yang mungkin dibuat

secara teratur, yaitu :

1) Pola bujur sangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama.

2) Pola persegi panjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu

baris lebih besar dibanding burden.

3) Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yang

berasal dari pola bujur sangkar maupun persegi panjang.

27
3. 1.3 Pola Pengeboran dan Peledakan pada Bukaan Bawah Tanah

Mengingat ruang sempit yang membatasi kemajuan pengeboran dan hanya

terdapat satu bidang bebas, maka harus dibuat suatu pola pengeboran yang di

sesuaikan dengan kondisi tersebut. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa

minimal terdapat dua bidang bebas agar proses pelepasan energy berlangsung

sempurna, sehingga batuan akan terlepas atau terberai dari induknya lebih ringan.

Pada bukaan bawah tanah umumnya hanya terdapatsatu bidang bebas, yaitu

permuka kerja atauface. Untuk itu perlu dibuat tambahan bidang bebas yang

dinama kancut. Secara umum terdapat empat tipecut yang kemudian dapat

dikembangkan lagisesuai dengan kondisi batuan setempat, yaitu :

1. Center cut disebut juga pyramidd atau diamond cut. Empat atau enam

lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik,sehingga

berbentuk piramid. Puncak piramid di bagian dalam dilebihkan sekitar 15

cm (6 inci) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada. Padabagian

puncak piramid terkonsentrasi bahan peledak kuat. Dengan meledakkan

center cutini secara serentak akan terbentuk bidang bebas baru bagi

lubang-lubang ledak disekitarnya.Center cut sangat efektif untuk betuan

kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai efek

gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu kecil.

28
2. Wedge cut disebut jugaV-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setia

pasang dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor

kearah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga

terbentuk baji (lihat Gambar 1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah

disbanding pyramid cut,tetapi kurang efektif untuk meledakkan batuan

yang keras.

29
3. Drag cut atau pola kipas : Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu

berbentuk baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-

tengan bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan.

Cara membuatnya adalah lubang dibor miring untuk membentuk rongga

di lantai atau dinding. Pengeboran untuk membuat rongga dari bagian

dinding disebut juga dengan fan cut atau cut kipas. Beberapa

pertimbangan pada penerapan pola drag cut :

a. Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau

batuan sedimen lainnya.

b. Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras.

c. Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila

terdapat instalasi yang penting di ruang bawah tanah atau pada

bukaan dengan penyangga kayu.

4. Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat

cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batu pasir (sandstone) atau

batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun

30
demikian,dapat disesuaikan dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn

cut antara lain:

1. Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam

dibanding jenis cutyang lainnya

2. Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas

mini,sehingga pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi

tarik dapat berlangsung efektif.

Disamping itu lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka tempat

fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang bermuatan bahan peledak.

Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan dengan

polaburn cutini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang memuaskan perlu

diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor

yang konvergen atau divergen, jadi harus benar-benar lurus dan sejajar.

b. Harus digunakan bahan peledak lemah (low explosive) untuk menghin

dari pemadatan dari fragmen batuan hasil peledakan di dalam lubang

yang kosong.

c. Lubang cut harus diledakkan secara tunda untuk memberi kesempatan

pada fragmen batuan terlepas lebih mudah dari cut.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menentukan waktu tanda pada

sistem peledakan antara lain adalah :

 Mengurangi getaran

 Mengurangi over barden dan batu lubang (fly rock)

31
Gambar : peledakan Pandangan samping dan pandangan depan

3.1.4 Persiapan Pengeboran di Bawah Tanah

Berbagai jenis lubang bukaan di bawah tanah yang dibuat menggunakan

operasi pengeboran dan peledakan, diantaranya terowongan (tunnel),drift,level,

sumuran vertikal (shaft),raise, dan aktifitas penambangan. Pekerjaan penting yang

harus dilakukan oleh Juru Ledak sebelum pengeboran dilaksanakan, yaitu :

 pengamanan area yang akan diledakkan untuk menjaga keselamatan

kerja selama pengeboran berlangsung, dan

 memberi tanda atau titik-titik lubang bor disertai spesifikasinya, yaitu

diameter,kedalaman, dan kemiringan.

3.1.5 Pengamanan Sebelum Pengeboran Di Bawah Tanah

Siklus pekerjaan pengeboran dan peledakan di bawah tanah dirangkum

dalam beberapa tahapan sebagai berikut :

1. Pengeboran lubang ledak (blasthole drilling)

2. Pengisian lubang ledak (charging)

3. Peledakan (blasting)

4. Ventilasi (ventilation)

32
5. Pengamanan dinding lubang bukaan hasil peledakan dan penyemenan

dinding (scaling and grouting) bila diperlukan

6. Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling)

7. Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru (setting up of the new

round).

3.2 Pemboran dan Peledakan

Ruang lingkup pemboran dan peledakan mencakup dua metode penambangan

yang melibatkan penyiapan mendatar dan vertikal untuk pelombongan maka

seluruh penambangan dilakukan dengan jumbo kombinasi solo. Pola pengeboran

akan dikembangkan melalui pengalaman operator dan manajemen yang sesuai

pada kondisi dilapangan. Desain lubang tembak peledakan terowongan adalah

parallel hole cut, pemboran dilakukan secara horisontal tegak lurus pada

permukaan batuan, lubang dibor paralel satu dan lainnya, peledakan diarahkan ke

lubang kosong yang bertindak sebagai bukaan (free face), posisi cut dapat

mempengaruhi lemparan, Powder Factor (PF), dan jumlah lubang ledak/round.

Posisi cut dekat dinding dapat mengurangi jumlah lubang tembak dalam round,

agar arah peledakan ke depan dan tumpukan di tengah, cut hole diletakkan di

tengah-tengah penampang dan agak ke bawah, dan powder faktor lebih sedikit

karena semua stoping ke arah bawah. Rancangan pola penyalaan peledakan agar

setiap lubang ledak punya free breakage, minimum Angle of breakage dalam

daerah cut sekitar 50o. Minimum Angle of breakage daerah stoping 90o. Setiap

peledakan terowongan berwaktu tunda antar lubang-lubang cukup panjang.

33
Waktu tunda antar lubang di daerah cut harus cukup panjang, agar ada waktu

untuk memecah & melempar batuan melalui lubang kosong. Kecepatan lemparan

batuan 40-60 meter/detik, cut untuk clean blast ho = 4 m perlu waktu tunda 60-

100 ms (biasanya 75 - 100 mili detik). Dua bujur sangkar pertama hanya memakai

1 detonator / waktu tunda. Dua bujur sangkar selanjutnya pakai 2 detonator /

waktu tunda, waktu tunda daerah stoping harus cukup panjang agar batuan dapat

keluar (100-500 ms). Waktu tunda antar lubang pada kontur harus sekecil agar

dapat dihasilkan efek peledakan yang rata. Penomoran yang diberikan pada

masing-masing lubang tembak merupakan pola urutan penyalaan. Bahan peledak

utama dan asesorisnya terdiri dari : Porous Prilled Ammonium Nitrate (PPAN),

Emulsi 200 mm, Emulsi 700 mm, Detonator, Electric Dets dan Sumbu ledak.

Peledakan adalah kegiatan pembongkaran atau pemberaian batuan yang

memiliki kekerasan tinggi. Kegiatan Peledakan dilakukan karena alat gali

(excavator) tidak mampu untuk membongkar batuan. (Engineering Rock Blasting

Operation, Sushil Bhandari, 1997).

Peralatan yang di gunakan pada saat peledakan adalah peralatan yang

berhubungan dengan teknik peledakan, contohnya adalah alat pengisi, alat

pemicu, dan alat pengukur. Sedangkan alat pendukung peledak dapat terbagi

dalam dua bagian, yaitu alat pendukung utama dalam alat pendukung tambahan.

Alat pendukung utama untuk peledakan adalah peralatan yang berkaitan dengan

aspek keselamatan dan keamanan kerja, serta lingkungan misalnya alat

pengangkut dan alat pengaman . Sedangkan alat pendukung tambahan lebih

terfokus pada penelitian peledakan yang tidak selalu di pakai pada peledakan

34
rutin, misalnya alat pengukur kecepatan detonasi, pengukur getaran, dan

pengukuran kebisingan.

Modul ini berisikan tentang peralatan peledakan yang terbagi menjadi tiga yaitu :

1.) Alat pemicu peledakan

2.) Alat pencampur dan pengisi

3.) Alat pendukung peledakan

Gambar : Alat pendukung peledak (Blasting)

Untuk kegiatan peledakan ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar

kegiatan peledakan berhasil sesuai dengan rencana (Engineering Rock Blasting

Operation, Sushil Bhandari, 1997) :

 Karateristik bahan peledak yang digunakan.

 Kekerasan massa batuan.

 Memperhatikan geometri peledakan

 Menjalankan prosedur operasional standar yang sudah ditetapkan.

Beberapa faktor perlu diperhatikan yang mempengaruhi pemilihan alat bor,

antara lain (Surface Drilling Blasting, Tamrock Book, 1997) :

35
 Tinggi jenjang, diameter lubang ledak.

 Sifat fisik dan mekanis dari batuan (kekerasan, abrasiveness, tekstur,

struktur, breaking characteristic).

 Kondisi lapangan, jalan masuk, fragmentasi dan produksi yang

ditargetkan.

 Biaya pemboran, serta peraturan-peraturan lain yang harus dipenuhi.

Secara umum pola peledakan menunjukkan urutan atau sekuensial ledakan

dari sejumlah lubang ledak. Pola peledakan pada tambang terbuka dan bukaan di

bawah tanah berbeda. Banyak factor yang menentukan perbedaan tersebut, di

antaranya adalah factor yang mempengaruhi pola pemboran. Adapun urutan

peledakan berarti tardapat jeda waktu ledak diantaranya lubang-lubang ledak yang

disebut dengan waktu tunda atau delay time.

Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan waktu tunda pada

sistem peledakan antara lain adalah :

1. Mengurangi getaran

2. Mengurangi over break dan batu terbang (fly rock)

3. Mengurangi getaran akibat air blast dan suara (noise)

4. Dapat mengarahkan lemparan fragmentasi batuan)

3.3 Pola Peledakan Sekunder di bawah tanah

Barangkali besar harus dipecahkan lagi dan pada zaman pengangkutan

tangan, tembakan letup merupakan cara umum. Pada waktu ini dimana mekanis

digunakan tembakan-plester lebih terkenal.

36
 Tembakan letup (pop shooting)

Untuk keperluan ini, lubang ledakan sedalam 12 inchi cukup untuk

memecahkan brangkal yang besar. Muatan tergantung dari ukuran batu dan untuk

brangkal berukuran 3 ft x 3 ft x 2 ft membutuhkan kira-kira 1 ½ onspelor dinamit.

Tembakan dapat diledakan oleh sumbu pengaman dapat dinyalakan oleh sumbu

penyala atau tali penyala plastik. Apabila tali penyala plastik digunakan,

tembakan yang banyak dapat diledakan dengan satu penyalaan pada jaringan.

Serta bila penyalaan listrik dipakai, detonator listrik dihubungkan seri dan

tembakan diledakan berurutan. Keberatan bor terus menerus dan pemidahan alat

mekanis ketempat yang aman, karena terjadi penebaran batu.

 Tembakan Plester (plester shooting)

Tembakan plester memberikan cara pemecahan batu dalam keadaan dimana

pengeboran sulit dilakukan. Muatan satu atau dua pelor dinamit primer, detonator

dan sumbu pengaman atau detonator listrik diletakan pada permukaan brangkal.

Kemudian muatan ditutup dengan lempung yang ditekan keposisinya dengan

tangan. Sebelum diplester sebaiknya permukaan batu dibasahi dahulu. Muatan

yang digunakan adalah gelatin plester atau macam lain dan tali penyala plastic

dapat digunakan untuk menyalakan beberapa tembakan-tembakan dalam satu

waktu.

37
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Metodologi Penelitian

Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam melaksanakan kerja

praktik ini adalah sebagai berikut:

4.1.1 Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian menggunakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu

dengan meneliti permasalahan-permasalahan yang muncul tentang Pomboran dan

peledakan pada tambang bawah tanah PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM).

4.1.2 Lokasi Penelitian

PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM) terletak di wilayah Tabobo,

Kecamatan Kao, Kabupaten Halmahera Utara, Provinsi Maluku Utara, Letak

Geografis PT. Nusa Halmahera Minerals berada pada 127°42’00” BT

s/d...BT dan 1° LU s/d.... LU.

4.1.3 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitisn ini di rencanakan pada Januari - Februari 2019 di

PT. Nusa Halmahera Minerals (PT. NHM), waktu pelaksanaan di rencanakan

setelah usulan proposal penelitian di terima dan di setujui oleh dosen

pembimbing.

4.1.4 Metode Pengumpulan Data

1 Studi literatur, dilakukan dengan mencari bahan-bahan penunjang, yang

38
meliputi dokumen PT. Nusa Halmahera Minerals, laporan penelitian

yang pernah dilakukan, jurnal ilmiah dan referensi dari internet

2 Observasi lapangan, dilakukan dengan meninjau langsung ke lapangan

dengan tujuan melihat keadaan aktual dari perencanaan yang telah

direncanakan.

4.2 Bahan dan Alat Penelitian

1. ALat bor

2. Alat ledak

3. Kabel alat ledak

4. Surface Drilling Blasting

5. Jack hammer

6. Drifter

7. Sinker

8. stopper

4.3 Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi objek penelitian adalah Pemboran dan peledakan

pada tambang bawah tanah PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM).

4.4 Analisa Data dan Cara Pengujian Sampel

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan

menggabungkan antara teori dan data-data lapangan, sehingga dari keduanya di

dapat pendekatan penyelesaian masalah. Setelah mendapatkan data-data yang

diperlukan penulis menggunakan literatur yang ada untuk menganalisis data.

39
BAB V

JADWAL PENELITIAN

5.1 RENCANA PELAKSANAAN

Kerja Praktek ini dijadwalkan akan dilaksanakan sekurang-kurangnya

selama 30 hari atau satu bulan mulai Januari-Februari 2020. Waktu

pelaksanaan dapat diperpanjang sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan

penyelenggara. Tetapi kami mohon agar jadwal pelaksanaan tidak jauh dari

waktu yang telah kami ajukan. Dengan rencana jadwal kegiatan sebagai

berikut :

Tabel 5.1 Rencana Pelaksanaan Kerja Praktek

Minggu Ke-

N Kegiatan
1 2 3 4
O

1 Orientasi Lapangan

2 Pengamatan Lapangan

3 Pengumpulan Data Lapangan

4 Penyusunan Laporan

40
DAFTAR PUSTAKA

Apandi, T. Sudana. D. 2002. Gosowong Underground Mandala Tektonik.

PT. Nusa Halmahera Mineral

Field Technical Operations. 1987. Explosive and Rock Blasting .

Dallas, Texas:Atlas Powder Company.

Hoek, E, dan Brown, E.T.1980. PT. Nusa Halmahera Minerals

Underground Excavations in Rock . London : Institution of Mining

and Metallurgy.

Katili. JA, 1974, Geologi Regional Toguraci PT. Nusa Halmahera Minerals

Mahler, A, dan Sabirin, N. 2008.Pemboran dan peledakan pada tambang

bawah tanah. Jakarta: PT Gramedia PustakaUtama.

Miller, D.K., Bottomley, L., Tucker, A.J.2005. Perimeter Control in


Development Mining . Perth:Ninth Underground

Operators Conference.

Setia Graha, Doddy. 1987. Batuan dan Mineral. Nova. Bandung.

41

Anda mungkin juga menyukai