PETROLOGI
IGNEOUS
(BASALT)
THE
ROCK CYCLE
SEDIMENTARY METAMORPHIC
(SANDSTONE) (MARBLE)
OLEH:
NAMA :
NIM .
PLUG :
TEKNIK GEOLOGI
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS
JAMBI
JAMBI
2017
STAFF ASISTEN
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S. W. T, karena berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan revisi Panduan Praktikum Petrologi ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
Panduan Praktikum Petrologi ini dapat selesai dan dapat dicapai perbaikan yang
menyeluruh. Semoga pada masa yang akan dating dapat dicapai kesempurnaan buku
praktikum ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pembekuan larutan silikat cair liat,
pijar, bersifat mudah bergerak yang dikenal dengan magma. Penggolongan batuan beku
dapat didasarkan pada berbagai hal, seperti genesanya, senyawa kimianya, mineraloginya
atau tempat terbentuknya. Seperti telah disinggung di depan didasarkan pada tempat
terbentuknya batuan beku dapat dibagi menjadi:
Batuan beku ekstrusi : batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar di
atas permukaan bumi baik di darat maupun di bawah muaka air laut. Pada saat mengalir
di permukaan masa tersebut membeku secara relatif cepat dengan melepaskan kandungan
gasnya. Oleh karena itu sering memperlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya
(vesikuler). Magma yang keluar di permukaan atau lava setidaknya ada 2 jenis: Lava
Aa dan Lava Pahoehoe. Lava Aa terbentuk. dari masa yang kental sedangkan lava
Pahoehoe terbentuk oleh masa yang encer.
Batuan beku Intrusi : batuan hasil pembekuan magma di dalam perut bumi. Ukuran
mineralnya kasar, > 1 mm atau bahkan 5 mm. Ada beberapa bentuk batuan beku intrusi.
Berbentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui batas
bawahnya. Yang memiliki penyebaran > 100 km2 disebut batolith, yang kurang
dari
100 km2 dikenal dengan stock sedangkan yang lebih kecil dan relatif
membulat disebut boss. Ketiganya merupakan peristilahan dalam batuan
plutonik.
Intrusi berbentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan) disebut
dyke/korok sedangkan yang konkordan disebut sill atan lakolit kalau cembung
ke atas.
Intrusi berdimensi kecil dan membulat sering dikenal dengan intrusi silinder atau
pipa.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
1
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 1.1 Tipe
Intrusi
Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobil, bersuhu antara 900 ° - 1200 ° atau lebih dan berasal dai kerak bumi bagian bawah
alau selubung bumi bagian atas (lihat F.F. Grouts, 1947; Tumer dan verhogen 1960, H.
Williams,
1962).
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
2
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Bunsen (1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai pandapat bahwa ada dua jenis magma
primer, yaitu basaltis don granitis dan batuan beku merupakan hasil campuran dari dua
magma ini yang kemudian mempunyai komposisi lain.
Dally 1933, Winkler (Vide W. T. Huang 1962) berpendapat lain yaitu magma asli
(primer) adalah bersifat basa yang selanjutnya akan mengalami proses diferensiasi menjadi
magma bersifat lain.
Magma basa bersifat encer (viskositas rendah), kandungan unsur kimia berat, kadar
H+, OH- dan gas tinggi, sedangkan magma asam sebaliknya.
A. EVOLUSI MAGMA
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain oleh proses-proses
sebegai berikut :
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
3
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
B. DIFERENSIASI MAGMA
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
4
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 1.2 Skema Differensiasi Magma
1.2 REAKSI BOWEN SERI DARI MINERAL UTAMA PEMBENTUK BATUAN BEKU
Seri Reaksi Bowen merupakan suatu skema yang menunjukan urutan kristalisasi
dari mineral pembentuk batuan beku yang terdiri dari dua bagian.
Dalam proses pendinginan magma dimana magma itu tidak langsung semuanya
membeku, tetapi mengalami penurunan temperatur secara perlahan bahkan mungkin
cepat. Penurunan tamperatur ini disertai mulainya pembentukan dan pengendapan
mineral-mineral tertentu yang sesuai dengan temperaturnya Pembentukan mineral dalam
magma karena penurunan temperatur telah disusun oleh Bowen. Bowen telah membuat
sebuah tebal pembentukan mineral dan tabel tersebut sangat berguna sekali dalam
menginterpretasikan mineral-mineral tersebut (lihat gambar).
Sebelah kiri mewakili mineral-mineral mafic, yang pertama kali terbentuk dalam
temperatur sangat tinggi adalah Olivin. Akan tetapi jika magma tersebut jenuh oleh SiO2
maka Piroksenlah yang terbentuk pertama kali. Olivin dan Piroksan merupakan
pasangan
”Incongruent Melting”; dimana setelah pembentukkannya Olivin akan bereaksi dengan
larutan
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
5
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
sesuai dangan temperaturnya. Mineral yang terakhir tarbentuk adalah Biotit, ia dibentuk
dalam temperature yang rendah.
Mineral disebelah kanan diwakili oleh mineral kelompok Plagioklas, karena mineral ini
paling banyak terdapat dan tersebar luas. Anorthite adalah mineral yang pertama kali
terbentuk pada suhu yang tinggi dan banyak terdapat pada batuan beku basa seperti
Gabro atau Basalt. Andesin terbentuk peda suhu menengah dan terdapat batuan beku
Diorit atau Andesit. Sedangkan mineral yang terbentuk pada suhu rendah adalah albit,
mineral ini banyak tersebar pada batuan asam seperti granit atau rhyolite. Reaksi
berubahnya komposisi Plagioklas ini merupakan deret : “Solid Solution” yang
merupakan reaksi kontinue, artinya kristalisasi Plagioklas Ca-Plagioklas Na, jika reaksi
setimbang akan berjalan menerus. Dalam hal ini Anorthite adalah jenis Plagioklas yang
kaya Ca, sering disebut Juga "Calcic Plagioklas", sedangkan Albit adalah Plagioklas kaya Na
("Sodic Plagioklas ! Alkali Plagioklas"). Lihat tabal W.T. Huang bagian bawah..
Mineral sebelah kanan dan sebelah kiri bertemu pada mineral Potasium Feldspar dan
mineral ke mineral Muscovit dan terakhir sekali mineral Kwarsa, maka mineral
Kwarsa merupakan mineral yang paling stabil diantara seluruh mineral Felsik atau mineral
Mafik, dan sebaliknya mineral yang terbentuk pertama kali adalah mineral yang sangat
tidak stabil dan mudah sekali terubah menjadi mineral lain.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
6
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Urutan kristalisasi mineral datarn reaksi Bawen tidak semata-mata menunjukkan
“Sacceasive Crystalitation”, tetapi jika “overlapping”. Sehingga dengan memperhatikan
reaksi Bowen, kita memperoleh berbagai kemungkinan himpunan mineral utama didalam
batuan beku diantaranya :
Olivin-Plagioklas Olivin-Plagioklas-Piroksen
Piroksen Piroksen-Plagioklas
Sebenarnya didalam himpunan mineral tersebut diatas ada suatu mineral lain yang
sangat khas (tidak tertera dalam deret Bowen) yaitu suatu kelompok seri batuan
bersusunan basa, yaitu mineral golongan feldspatoid (leusite, nefelin, dsb). Hadirnya
mineral tersebut memberikan petunjuk behwa kandungan silika dalam magma terlalu
rendah sehingga tidak memungkinkan terbentuk mineral golongan feldspar.
Klasifikasi ini telah lama menjadi standar dalam geologi (CJ. Hughes,1962),
dan dibagi dalam empat golongan yaitu :
1) Batuan beku asam, bila batuan beku tersebut mengandung lebih 66%
SiO2.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
7
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2) Batuan beku menengah atau intermediate, bila batuan tarsebut
mengandung
3) Batuan beku basa, bila batuan beku tersebut mengandung 45% - 52%
SiO2.
4) Batuan beku ultra basa, bila batuan beku tersebut mengandung kurang dari
45% SiO2. Contoh batuan tersebut Peridotit dan Dunit.
2. Klasifikasi Berdasarkan Mineralogi
Berdasarkan ukuran besar butir dan tempat terbentuknya, batuan beku dapat
dibagi men.jadi dua: Batuan beku Volkanik dan Batuan beku plutonik.
a. Batuan beku Volkanik adalah batuan beku yang terbentuk di atas atau di
dekat permukaan bumi. Menurut Williams, 1983, Batuan beku yang berukuran
kristal kurang dari 1 mm adalah kelompok batuan volkanik, terutama pada
matriknya.
b. Batuan Beku Plutonik adalah batuan beku yang terbentuk pada kedalaman
yang sangat besar dan mempunyai ukuran Kristal lebih dari 1mm
Pembagian berdasarkan ukuran kristal saja tidak cukup karena seringkali inti
suatu aliran lava yang tebal mempunyai tekstur Fanerik sedang ( 1 - 5 mm). Atau
sebaliknya bagian tepi suatu pluton boleh jadi akan mempunyai tekstur fanerik
halus atau bahkan afanitik dikarenakan pendinginan yang cepat selama kontak
dengan batuan sampingnya. Oleh karena itu penamaan sekepal batuan di
laboratorium akan sangat teruntungkan jika didukung dengan data lapangan atas
batuan tersebut.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
8
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
1.5 STRUKTUR BATUAN BEKU
Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala besar, seperti lava
bantal yang terbentuk di lingkungan air (laut), seperti lava bongkah, struktur aliran dan
lain-lainnya. Suatu bentuk stniktur batuan sangat erat sekali dengan waktu terbentuknya.
Macam-macam struktur batuan beku adalah :
a) Masif, apabila tidak menunjukkan adanya fragmen batuan lain yang tertanam dalam
tubuhnya.
b) Pillow lava atau lava bantal, merupakan struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstrusi tertentu, yang dicirikan oleh masa berbentuk bantal dimana ukuran dari
bentuk ini adalah umumnya antara 30 - 50 cm dan jaraknya berdekatan, khas pada
vulkanik bawah laut.
c) Joint, struktur yang ditandai oleh kekar-kekar yang tersusun secara tegak lurus arah
aliran.
d) Vesikuler, merupakan struktur batuan beku ekstrusi yang ditandai dengan lubang -
lubang sebagai akibat pelepasan gas selama mendingin.
e) Skoria, adalah struktur batuan yang sangat vesikuler (banyak lubang gasnya).
Tekstur dalam batuan beku merupakan hubungan antar mineral atau mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa yang merata pada batuan. Selama pembentukan
tekstur dipengaruhi oleh kecepatan dan stadia kristalisasi. Yang keduanya tergantung pada
suhu, komposisi kandungan gas, kekentalan magma dan tekanan. Dengan demikian
tekstur tersebut merupakan fungsi dari sejarah suatu pembentukan batuan beku. Dalam
hal ini tekstur tersebut menunjukkan derajat ksistalisasi (degree of crystallinity), ukuran
butir (grain size), granularitas dan kemas (fabric) / hubungan antar unsur-unsur tersebut
(Williams, 1982).
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
9
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Berkaitan dengan tekstur batuan beku, Rosenbusch mengemukakan
hukumnya
(Rosenbusch laws):
1. Jika suatu mineral dilingkupi. oleh mineral lain, maka mineral yang melingkupi
lebih muda pernbentukannya.
2. Mineral yang terbentuk lebih awal umumnya euhedral atau mendekati
euhedral dibanding yang terbentuk kemudian.
3. Jika kristal besar dan kecil bersama-sama dalam satu batuan, kristal besar adalah
yang terbentuk lebih dulu.
1. Derajat Kristalisasi
2. Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butir kristal dalam batuan beku, dapat sangat
halus yang tldak dapat dikenal meskipun menggunakan mikroskop, tetapi dapat
pula sangat kasar.Umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu
afanitik dan fanerik. a. Afanitik
Dikatakan afanitik apabila ukuran butir individu kristal sangat halus,
sehingga
tidak dapat dibedakan dengan mata telanjang. Batuan dengan tekstur afanitik
dapat tersusun atas, massa kristal, massa gelas atau keduanya. Selain itu
dikenal pula istilah mikrokristalin dan kriptokristalin. Disebut mikrokristalin
apabila kristal individu dapat dikanal dengan mikroskop, sedangkan apabila
tidak dapat dikenal menggunakan mikroskop disebut kriptokristalin.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
10
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
b. Fanerik
3. Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan kristal dalam suatu
batuan. a. Bentuk Kristal
Ditinjau dari pandangan dua dimensi, dikenal tiga macam :
Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu
dimensi lain.
Iregular , apabila bentuk kristal tidak teratur.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
11
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
b. Relasi
Merupakan hubungan antara kristal satu dengan yang lain dalam suatu
batuan dari segi ukuran dikenal :
1) Granularitas atau Equigranular, apabila mineral mempunyai ukuran butir
yang relatif seragam, terdiri dari :
Panidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineral berukuran
seragam dan euhedral. Bentuk butir euhedral merupakan penciri
mineral- mineral yang terbentuk paling awal, hal ini dimungkinkan
mangingat ruangan yang tersedia masih sangai luas sehingga
mineral-mineral tersebut sempat membentuk kristal secara
sempurna.
Hipidiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran
relatif seragam dan subhedral. Bentuk butiran penyusun subhedral
atau kurang sempurna yang merupakan penciri bahwa pada saat
mineral terbentuk, maka rongga atau ruangan yang tersedia sudah
tak memadai untuk dapat membentuk kristal secara sampurna.
Allotiomorfik granular, yaitu sebagian besar mineralnya berukuran
relatif seragam dan anhedral. Bentuk butiran anhedral atau tidak
beraturan sama sekali merupakan pertanda bahwa pada saat mineral-
mineral penyusun ini terbentuk hanya dapet mengisi rongga yang
tersedia saja. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa mineral-mineral
anhedral tarsebut terbentuk paling akhir dari rangkaian proses
pembentukan betuan beku.
2) Inequigranular, apabila mineralnya mempunyai ukuran butir tidak sama,
antara lain terdiri dari :
Porfiritik, adalah tekstur batuan beku dimana kristal besar (fenokris)
tertanam dalam masa dasar yang lebih halus, dapat berupa butiran
kristal halus.
Vitroverik, apabila fenokris tertanam dalam masa dasar berupa gelas.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
12
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Diabasik, tekstur dimana plagioklas tumbuh bersama dengan
piroksen, disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas radier
terhadap piroksen.
Trakhitik, fenokris sanidin dan piroksen tertanam dalam masa dasar
kristal sanidin yang relatif tampak penjajaran dengan isian butir-butir
piroksen, oksida besi dan asesori mineral.
Intergranular, ruang antar kristal-kristal plagioklas ditempati oleh
kristal-kristal piroksen, olivin atau bijih besi.
A. Mineral Utama
Kuarsa (SiO2)
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
13
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
B. Mineral Sekunder
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
14
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 1.1 Pengenalan Mineral dan Sifatnya
Nama Bentuk dan
Warna Belahan Keterangan
Mineral Perawakan Kristal
Tidak teratur, Tak
Olivine Hijau Kilap Kaca
membutir dan massif sempurna
Prismatik pendek, 2 arah saling Kilap kaca dan
Piroksen Hijau tua - Hitam
massif, membutir tegak lurus permukaannya halus
Prismatik panjang, 2 arah
Amfibol Hitam - coklat menyerat dan membentuk Kilap arang
membutir sudut lancip
Tabular, berlembar
Biotit Hitam - coklat 2 arah Kilap kaca
(memika)
Prismatik, tabular
Feldspar Merah
panjang, massif, 2 arah Kilap kaca/lemak
Alkali jambu/putih/hijau
membutir
Prismatik/tabular
Putih susu, abu-
Plagioklas panjang. Massif, 3 arah Kilap kaca/lemak
abu
membutir
Tabular, berlembar
Muskovit Putih transparan 1 arah Kilap kaca/mutiara
(memika)
Tidak teratur,
Kuarsa Tidak berwarna 3 arah Kilap kaca/lemak
membutir dan massif
Tidak berwarna, Rombohedral, massif, Kilap kaca, berbuih
Kalsit Sempurna
putih membutir dengan HCl
Umumnya pada
batuan metamorfik
Klorit Hijau Berlembar, memika Sempurna
dan lapukan batuan
beku basa
Tidak berwarna, Kilap kaca
Serisit Tabular, berlembar Sempurna
putih berukuran halus
Putih, abu-abu Menyerat, masa fiber
Asbes Kilap lemak
kehijauan asbestos
Coklat merah-
Garnet Poligonal, membutir Tidak ada Kilap kaca/mutiara
hitam
Tidak berwarna,
Kubus, masif, Sebagai garam
Halit putih kekuningan, Sempurna
membutir evaporite
merah
Lembar – lembar
Tidak berwarna, Memapan, membutir,
Gypsum Sempurna tipis terjadi karena
putih menyerat
evaporasi
Putih, abu-abu,
Anhidrit Massif, membutir Sempurna Karena evaporasi
biru pucat
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
15
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
1.8 PENAMAAN BATUAN BEKU
A. Batuan Volkanik
Tata nama untuk kedua kelompok tersebut disarikan dalam tabel 1.2.
Batuan volkanik dinamai dengan mempertimbangkan komposisi fenokris dan warna.
Fenokris kuarsa dan feldspar alkali bersama dengan plagioklas asam dan sedikit biotit
umum hadir dalam komposisi asam, seperti dalam riolit dan dasit. Jika fenokris
kuarsa dan feldspar alkali hadir bersama plagioklas asam yang melimpah melebihi
jumlah feldspar alkali, batuan tersebut adalah dasit. Sebaliknya jika yang
melimpah adalah feldspar alkali dibandingkan plagioklas asam maka batuan
tersebut cenderung riolit. Warna dalam berbagai hal tidak terlalu berarti. Banyak
dasit dan riolit yang berwarna abu-abu kehijauan atau bahkan agak gelap. Oleh
karena itu warna baru bermanfaat jika tidak didapati satupun fenokris dalam batuan
volkanik tersebut.
Fenokris hornblende yang melimpah dengan disertai oleh biotit. atau piroksen
adalah khas pada andesit. Sungguhpun demikian sering pula didapati andesit
berwarna abu-abu yang mengandung fenokris piroksen dalam jumlah terbatas. Hal
tersebut berkaitan erat dengan kondisi kandungan fluida H2O pada magma saat
pembentukkannya. Trakit merupakan batuan berkomposisi menengah yang
memperlihatkan tekstur aliran dengan melibatkan banyak sanidin di dalamnva.
Kenampakan penjajaran mineral pada trakit merupakan gambaran akan aliran
tersebut. Tekstur aliran/trakitik semacam ini dikenal pula dengan istilah pilotaksitik.
Basalt merupakan batuan volkanik berkomposisi basa yang umumnya berwarna
gelap dengan fenokris olivin dan piroksen yang melimpah. Ada kalanva basalt tidak
berfenokris namun akan terlihat berwarna gelap dam umumnya vesikuler atau
bahkan skoria. Skoria adalah tekstur batuan volkanik yang sangat vesikuler,
namun karena kehadiran skoria khas pada basalt maka seringkali basalt yang
bertekstur skoria disebut dengan skoria saja. Variasi nama dalam komposisi hasa
menjadi beragam, oleh kehadiran kandungan mineralnya. Seperti spilit misalmva.
Spilit adalah batuan berkomposisi mineralogi mafik sebagaimana basalt namun
sesungguhnya kandungan An plagioklasnya rendah (oligoklas). Lava basalt
berstruktur bantal yang terbentuk di air laut umumnya adalah spilit. Pengamatan
plagioklas dalam hal ini memerlukan bantuan mikroskop.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
16
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Basanit dan teprit. adalah kerabat berkomposisi basa pula yang mengandung
feldspatoid dan olivin.
B. Batuan Plutonik
Setidaknya ada dua peneliti batuan beku yang telah menyusun klasifikasi dan
tatanama batuan plutonik: Streckeisen, 1974 dan Williams., 1954 dan 1983.
Williams membagi batuan plutonik bcrdasarkan pada indeks warna ( jumlah mineral
mafik dalam natuan). Indeks warna kurang lebih 10 % atau batuan felsik diwakili
oleh batuan Granodiorit, adamelit dan granit. Granit mempunyai kandungan
feldspar alkali yang jauh melimpah dibandingkan plagioklasnya, sebaliknya
granodiorit mempunyai plagioklas yang lebih dominan. Adamelit merupakan nama
batuan felsik yang mempunyai feldspar alkali sebanyak plagioklasnya.
Pada indeks warna 10 - 40 % batuan plutonik diwakili oleh diorit, monzonit dan
syenit. Kuarsa umumnya hadir dengan jumlah kurang dari 10 % pada kelompok ini.
Syenit adalah salah satu dari kelompok ini yang memiliki feldspar alkali yang
melebihi plagioklasnya.
Beberapa batuan plutonik mafik dengan indeks warna antara 40 - 70 % adalah
gabro, diabas/dolerit. Gabro mempunyai tekstur ofltik sedangkan diabas bertekstur
diabasik atau sub ofitik. Ofitik adalah kenampakan dimana plagioklas dilingkupi
oleh piroksen sedangkan diabasik adalah tumbuh bersama antara plagioklas dan
piroksen dimana plagioklas memperlihatkan pertumbuhan yang menyebar.
Batuan Ultra mafik diperlihatkan dengan indeks warna lebih dari 70 %. Dapat
saja disusun oleh > 90 % olivin yang disebut dunit atau oleh gabungan olivin dan
piroksen yang dikenal dengan peridotit. Jika batuan ultra maftk tersebut disusun
oleh > 90 % piroksen dikenal dengan piroksenit dan jika > 90 % berupa hornblende
disebut dengan hornblendit. Serpentinit adalah ubahan secara menyeluruh > 90 %
batuan yang kaya akan mineral mafik. Anortosit adalah batuan ultra basa yang
tidak termasuk dalarn ultra mafik karena hampir keseluruhan disusun oleh
plagioklas basa, sehingga indeks warnanya < 10 %.
Klasifikasi batuan plutonik didasarkan pada kandungan mineral modal
dikemukakan oleh the International Union of Geological Sciences (IUGS) pada 1973
(Streckeisen, 1973; 1978). berbeda dari Williams klasifikasi ini menggunakan
mineral modal yang tampak hadir dalam batuan plutonik terutama mineral
felsiknya (mineral
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
17
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
yang berwarna terang). Mereka memperkenalkan dua segitiga klasifikasi dengan
ujung
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
18
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 1.2 Pembagian Batuan Beku dari Berbagai Aspek
VARIABEL
DASAR ULTRABASA BASA INTERMEDIET ASAM
SiO2 < 45% 45 ± 52% 52 ± 66% >66%
Warna Gelap Gelap Abu-abu Terang
Ultra mafik > Mafik (40 ± Mafelsik (10 ±
Indeks warna 70% 70%) 40%) Felsik ± 10%
Melanokratik
Mineralogi Hipermelanik (60-90% Mesokratik Leukokratik
(90% mafik) mafik) (30% mafik) (30% mafik)
Magma / lava - Encer Kental
Holo-
- hipokristalin Hipokristalin Holohialin
Vesikulerskoria Vesikuler Vesikuler
- (kand. gas (kand.gas (kand. gas
Kecenderungan
tinggi) sedang) rendah)
V tekstur
O Tak ada-sedikit Gelas umum
L - gelas Gelas umum banyak
K Afirik-porfiritik Porf Porfiritik; vitrov
A - iritik erik
N Olivin; Biotit; <hornble
I Piroksen; Piroks
blendeen;horn nde; kuarsa;
K Fenokris -
Plasgioklas
plagi;biotit; plagioklas;
basa; feldspatoid oklas feldspar alkali
BASALT/BAS ANDESIT/TR
Nama NDES
ANIT/TEPRIT/ AKHIA
RAKIT DASIT/RIOLIT
SPILIT IT/T
Hornblende;
en<<;
piroks
plagioklas;
p biotit; Biotit; kuarsa;
L Komposisi Olivin; Olivin; feldspar; feldspar alkali;
U Mineral piroksen;plagiokl piroksen;plagio alkali; hornblende<<pl
T as; spinel; klas basa kuarsa<< agioklas;
O hornblende muskovit
N Tekstur Holokristalin
I
DUNIT,
K
PERIDOTIT, GABRO; DIORIT, GRANIT,
Nama HORNBLENDIT DIABAS/DOL MONZONIT, ADAMELIT,G
, SERPENTINIT ERIT SYENIT RANODIORIT
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
19
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 1.3 Penamaan Lapangan Batuan Beku
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
20
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 1.4 Dasar Penamaan Batuan Beku Asam
Asam
Intermediet
Basa
Vulkanik Basalt
Plutonik Gabro
Ultrabasa
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
21
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Komposisi Mineral :
Nama Batuan :
Granodiorit/Diabas/Granit, dll (Gunakan diagram dari IUSGS)
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
22
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
CONTOH DISKRIPSI BATUAN BEKU
Warna : Coklat
Struktur : Masif
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
23
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
BAB II
BATUAN PIROKLASTIK
Batuan piroklastik adalah batuan volkanik bertekstur klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun tersebut
terendapkan dan terbatukan / terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi
(reworked) oleh air atau es ( Williams, 1982).
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah material langsung dari magma yang
diletuskan baik yang tadinya berupa padatan atau cairan serta buih magma. Massa
yang tadinya berupa padatan akan menjadi blok piroklastik, massa cairan akan
segera membeku selama diletuskan dan cenderung membentuk bom piroklastik dan
buih magma akan menjadi batuan yang porous dan sangat ringan, dikcnal dcngan
batuapung.
B. Kelompok material Asesori (Cognate)
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah biia materialnya berasal dari
endapan letusan sebelumnya dari gunungapi yang sama atau tubuh volkanik yang
lebih tua.
C. Kelompok Asidental (bahan asing)
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
24
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 2.1 Ilustrasi Terbentuknya
PartikelButiran Vulkanik
Hingga Proses Sedimentasi Dan
Lithifikasi
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
26
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
graded bedding; berlapis, sebagaimana terdapat dalam sedimen juga umum didapatkan
dalam batuan piroklastik. Oleh karena itu secara diskriptif batuan piroklastik dimasukkan
dalam batuan endapan/sedimen.
Tabel 2.2 Matriks Nama Endapan dan Batuan Piroklastik Berdasarkan Ukuran
Butirnya
Kebundaran adalah nilai membulat atau meruncingnya bagian tepi butiran pada
batuan Sedimen Klastik sedang dampai Kasar. Kebundaran dibagi menjadi:
Membundar Sempurna (Well Rounded) Hampir semua permukaan
cembung ( Ekuidimensional ).
Membundar (Rounded), Pada umumnya memiliki permukaan bundar,
ujungujung dan tepi butiran cekung.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
27
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Agak Membundar (Subrounded), Permukaan umumnya datar dengan
ujung-ujung yang membundar.
Agak Menyudut (Sub Angular), Permukaan datar dengan ujung-ujung
yang tajam.
Menyudut (Angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing
dan tajam.
c. Derajat Pemilahan ( Sorting )
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
28
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Olivin, merupakan mineral yang kaya akan besi dan magnesium dan
miskin silika.
Hornblende, biasanva hadir dalam andesit
Yang sering hadir adalah ilmenit dan magnetit. keduanva merupakan mineral
bijih. Selain itu seringkali didapati mineral senyawa sulfida atau sulfur murni.
D. Mineral Ubahan
1. Bomb gunungapi
64 mm, dan sebagian atau semuanya plastis pada waktu tererupsi. Beberapa
bomb mempunyai ukuran yang sangat besar sebagai contoh bomb yang
mempunyai diameter 5 meter dangen berat 200 kg dengan hembusan setinggi
600 meter selama erupsi di gunungapi Asama Jepang pada tahun 1935.
Bomb ini dapat dibagi atas tiga macam :
Bomb pita (ribbon bomb), yaitu bomb yang mamanjang seperti suling dan
sebagian besar gelembung-gelembung memanjang dengan arah sama
Bomb ini sangat kental mempunyai bentuk menyudut serta retakan
kulitnya tidak teratur.
Bomb tares (cored bomb), Yaitu bomb yang mempunyai inti dari material
yang terkonsolidasi lebih dahulu, mungkin dari fragmen-fragmen sisa
erupsl terdahulu pada gunungapi yang sama.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
29
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Bomb kerak roti (breadcrust bomb),yaitu bomb yang bagian luarnya
retak- retak persegi seperti nampak pada kulit roti yang mekar, hal ini di
sebabkan oleh bagian kulitnya cepat mendingin dan menyusut.
2. Block Gunung api
Berasal dari bahasa latin yaitu lapillus, nama untuk hasil erupsi eksplosif
gunung api yang berukuran 2 mm - 64 mm. Selain dari atau fragmen batuan
kadang- kadang terdiri dari mineral-mineral augit, olivin dan plagioklas.
Bentuk khusus lapili yang terdiri dari jatuhan lava dienjeksi dalam keadaan
sangat cair dan membeku di udara mempunyai bentuk membola atau
memanjang dan berakhir dengan meruncing.
4. Debu Gunungapi
2-64 mm.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
30
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
4. Tuff
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
31
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
dengan kandungan abu mencapai
75%.
Macamnya :
1. Ignimbrit
Adalah batuan yang disusun dari endapan material oleh aliran abu. Material-
material ini dominant terdiri dari pecahan-pecahan gelas dan pumice yang
dihasilkan oleh buih-buih magma asam.
2. Breksi aliran Piroklastik (Pyroclastik flow breccia)
Adalah batuan piroklastik hasil dari piroklastik aliran yang telah terlithifikasi
dan merupakan bagian dari ignimbrite (istilah ini umum dipakai di A.S dan
Australia).
Yaitu material hasil langsung dari pusat erupsi, kemudian teronggokan disuatu
tempat. Hal ini meliputi hot avalance, glowing avalance, lava collapse avalance, hot
ash avalance. Aliran ini umunya berlangsung pada suhu tinggi antara 500¬o –
650oC, clan
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
32
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
temperaturnya cenderung menurun selama pengalirannya. Penyebaran pada bentuk
endapan sangat dipengaruhi oleh morfologi sebab sifat-sifat endapan tersebut
adalah menutup dan mengisi cekungan. Bagian bawah menampakkan morfologi asal
dan bagian atasnya datar.
3. Endapan Piroklastik Surge (Pyroclastic Surge)
Yaitu suatu awan campuran dari bahan padat dan gas (uap air) yang
mempunyai rapat massa rendah dan bergerak dengan kecepatan tinggi secara
turbulen di atas permukaan. Umumnya mempunyai struktur pengendapan primer
seperti laminasi dan perlapisan bergelombang hingga planar. Yang khas pada
endapan ini adalah struktur silangsiur, melensa dan bersudut kecil. Endapan surge
umumnya kaya akan keratan batuan dan kristal.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
33
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 2.2 Hubungan Genetik Antara Produk Endapan Vulkanik Primer dan
Sekunder
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
32
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
33
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
PANDUAN PRAKTIKUM PETROLOGI
Warna : Putih
Struktur : Masif
- Kemas : Tertutup
- Mineral Ferromagnesia :-
- Mineral Tambahan : Debu Halus
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
34
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
BAB III BATUAN
SEDIMEN
Batuan sedimen terbentuk dari batuan-batuan yang telah ada sebelumnya oleh
kekuatan- kekuatan yaitu pelapukan, gaya-gaya air, pengikisan-pengikisan angina angina
serta proses litifikasi, diagnesis, dan transportasi, maka batuan ini terendapkan di tempat-
tempat yang relatif lebih rendah letaknya, misalnya: di laut, samudera, ataupun danau-
danau. Mula-mula sediment merupakan batuan-batuan lunak,akan tetapi karean proses
diagnosi sehingga batuan-batuan lunak tadi akan menjadi keras.
Proses diagnesis adalah proses yang menyebabkan perubahan pada sediment selama
terpendamkan dan terlitifikasikan, sedangkan litifikasi adalah proses perubahan material
sediment menjadi batuan sediment yang kompak. Proses diagnesis ini dapat merupakan
kompaksi yaitu pemadatan karena tekanan lapisan di atas atau proses sedimentasi yaitu
perekatan bahan-bahan lepas tadi menjadi batuan keras oleh larutan-larutan kimia
misalnya larutan kapur atau silisium. Sebagian batuan sedimen terbentuk di dalam
samudera. Bebrapa
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
35
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
zat ini mengendap secara langsung oleh reaksi-reaksi kimia misalnya garam
(CaSO4.nH2O). adapula yang diendapkan dengan pertolongan jasad-jasad, baik tumbuhan
maupun hewan.
Batuan endapan yang langsung dibentuk secara kimia ataupun organik mempunyai
satu sifat yang sama yaitu pembentukkan dari larutan-larutan. Disamping sedimen-
sedimen di atas, adapula sejenis batuan sejenis batuan endapan yang sebagian besar
mengandung bahan-bahan tidak larut, misalnya endapan puing pada lereng pegunungan-
pegunungan sebagai hasil penghancuran batuan-batuan yang diserang oleh pelapukan,
penyinaran matahari, ataupun kikisan angin. Batuan yang demikian disebut eluvium dan
alluvium jika dihanyutkan oleh air, sifat utama dari batuan sedimen adalah berlapis-
lapisdan pada awalnya diendapkan secara mendatar. Lapisan-lapisan ini tebalnya
berbedabeda dari beberapa centimeter sampai beberapa meter. Di dekat muara sungai
endapan-endapan itu pada umunya tebal, sedang semakin maju ke arah laut endapan-
endapan ini akan menjadi tipis(membaji) dan akhirnya hilang. Di dekat pantai, endapan-
endapan itu biasanya merupakan butir-butir besar sedangkan ke arah laut kita temukan
butir yang lebih halus lagi.ternyata lapisan-lapisan dalam sedimen itu disebabkan oleh beda
butir batuan yang diendapkan. Biasanya di dekat pantai akan ditemukan batupasir, lebih
ke arah laut batupasir ini berganti dengan batulempung, dan lebih dalam lagi terjadi
pembentukkan batugamping(Katili dan Marks).
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
36
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
3.3 PENGGOLONGAN DAN PENAMAAN
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
37
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
B. Batuan Sedimen Non Klastik
Adalah suatu ukuran yang menyatakan besar atau kecilnya butiran pada
batuan sedimen, yang mana pemerian ukuran butir didasarkan pada pembagian
besar butir yang disampaikan oleh (Wentworth, 1922), seperti di bawah ini:
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
38
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Tabel 3.1. Ukuran butir pada batuan Sedimen (Wentworth, 1922)
Nama
Ukuran Butir (mm) Butiran
Indone Inggr
sia is
> Bongk Bould
256 ah er
64 – Berang Coub
256 kal le
4 – Kerak Pebb
64 al le
2 – Kerik Grav
4 il el
1 – Sangat Very
2 Kasar Coarse
0.5 – Kas Coarse
1 ar
0.25 – Sedang Medium
0.5 Pasir San
0.125 – 0.25 Hal d Fin
us e
0.06 – 0.125 Sangat Very Fine
Halus
0.004 – 0.06 Lan Sil
au t
< Lempu Cla
0.004 ng y
2. Pemilahan ( Sorting )
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
39
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 3.2 Derajat
sortasi
3. Kebundaran ( Roundness )
tajam.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
40
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Gambar 3.3 Kebundaran
4. Kemas ( Fabric )
Kemas yaitu banyak sedikitnya rongga antar butir pada batuan sedimen.
Batuan sedimen yang memiliki kemas tertutup memiliki sedikit ruang antar butir
dan sebaliknya batuan sedimen yang berkemas terbuka berarti bahwa banyak
ruang atau rongga antar butir yang cenderung tertutup yang memilki ukuran
butir pasir halus
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
41
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
hingga lempung karena pada ukuran tersebut cenderung sekali memiliki ruang
antar butiran.
5. Porositas
Adanya perubahan
kekompakan. Macam - Macam
Perlapisan :
1. Masif
3. Laminasi
Bila perlapisan disusun oleh butiran yang berubah dari halus ke kasar pada
arah vertikal.
5. Perlapisan Silang Siur
D. Komposisi Mineral
1. Fragmen
Fragmen adalah bagian butiran yang berukuran lebih besar, dapat berupa
pecahan-pecahan batuan, mineral, cangkang fosil dan zat organik.
2. Matrik (masa dasar)
Matrik adalah butiran yang berukuran lebih kecil dari fragmen dan terletak
diantaranya sebagai masa dasar. Matrik dapat berupa pecahan batuan, mineral
atau fosil.
3. Semen
Semen adalah material pengisi rongga serta pengikat antar butir sedimen,
dapat berbentuk Amorf atau Kristalin. Bahan bahan semen yang lazim adalah :
Semen karbonat (kalsit dan dolomit).
A. Struktur
Struktur batuan sedimen Non klastik terbentuk oleh reaksi kimia maupun
aktifitas organisme. Macam-macamnya :
a. Fossiliferous, struktur yang menunjukkan adanya
fosil.
b. Oolitik, struktur dimana fragmen klastik diselubungi oleh mineral non
klastik, bersifat konsentris dengan diameter kurang dari 2 mm.
c. Pisolitik, sama dengan oolitik tetapi ukuran diameternya lebih dari 2
mm. d. Konkresi, sama dengan oolitik namun tidak konsentris.
e. Cone in cone, struktur pada batugamping kristalin berupa pertumbuhan
kerucut. f. Bioherm, tersusun oleh organisme murni insitu.
g. Biostorm, seperti bioherm namun bersifat klastik.
B. Tekstur
a. Kristalin
Terdiri dari mineral yang tidak membentuk kristal-kristal atau amorf (non
klastik).
c. Komposisi Mineral
Monomineralik Karbonat.
kristalin hasil presipitasi langsung (Reijers & 1986). Bates & Jackson (1987)
mendefinisikan batuan karbonat sebagai batuan yang komponen utamanya adalah mineral
karbonat dengan berat keseluruhan lebih dari 50 %. Sedangkan batugamping, menurut
definisi Reijers & Hsu (1986) adalah batuan yang mengandung kalsium karbonat
hingga 95 %. Sehingga tidak semua batuan karbonat merupakan batugamping.
Dua jenis batuan karbonat yang utama adalah batugamping (limestone) dan
dolomite
(dolostone). Suatu batuan karbonat disebut batugamping (limestone) bila tersusun oleh
kalsit
≥90% dan disebut dolomite (dolostone) bila tersusun oleh dolomit ≥90% (Boggs, 1987).
B. Tekstur
Tekstur pada batuan sedimen karbonat klastik sama dengan batuan sedimen
klastik yaitu, ukuran butiran, pemilahan, kebundaran butiran, kemas, abrasi,
kontak antar butiran. Namun ada sedikit perbedaan dalam pembagian ukuran
butirnya.
Rudite >1
Arenit 0,062 ±1
hangat
Ooid adalah butiran karbonat yang berbentuk bulat atau elips yang
mempunyai satu atau lebih struktur lamina yang konsentris dan
mengelilingi inti. Inti penyusun biasanya partikel karbonat atau butiran
kuarsa. Ooid memliki ukuran butir < 2 mm dan apabila memiliki
ukuran >
2 mm disebut
pisoid.
Gambar 3.6 Ooid dan Pisolid
b. Peloid
Pemeriannya sama dengan pemerian batuan sedimen Non Klastik lainnya hanya
saja dalam jenis batuan memakai Karbonat Non Klastik.
Calcirudite : batugamping yang ukuran butirnya lebih besar dari pasir (>2 mm).
Proses diagenesis
3. Pelarutan
4. Sementasi
5. Polimorfisme
6. Rekristaliasi
7. Pengubahan/penggantian
8. Dolomitisasi
9. Silisifikasi
Warna :
Coklat
Struktur :
Laminasi
- Kemas : Terbuka
- Matrik : Kuarsa
- Semen : Silika
Warna : Hitam
CONTOH DESKRIPSI
Struktur : Masif
Tekstur : Amorf
Komposisi : Monomineralik Carbon
Nama Batuan :
Batubara
CONTOH DESKRIPSI
Warna : Kuning
Struktur : Masif
- Kemas : Terbuka
- Mikrit : Klasit
- Sparit : Karbonat
CONTOH DESKRIPSI
Warna :
Coklat Struktur
: Masif Tekstur
: Amorf
Komposisi : Monomineralik Karbonat
Proses perubahan yang terjadi disekitar muka bumi seperti pelapukan, diagenesa,
sementasi sedimen tidak termasuk ke dalam metamorfosa.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
58
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
4.1 TIPE-TIPE METAMORFOSA
A. Metamorfosa Lokal
Batuan ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, seperti di sekitar
sesar. Pergerakan antar blok batuan akibat sesar memungkinkan akan
menghasilkan breksi sesar dan batuan metamorfik dinamik.
B. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional terjadi pada daerah luas akibat orogenesis. Pada proses
ini pengaruh suhu dan tekanan berjalan bersama-sama. Tekanan yang terjadi di
daerah tersebut berkisar sekitar 2000 ± 13.000 bars ( 1 bar = 10 6 dyne/cm ), dan
temperatur berkisar antara 200 ± 800º C.
b) Metamorfisme Beban
Metomorfisme regional yang terjadi jika bauan terbebani oleh sedimen yang
tebal di atasnya. Tekanan mempunyai peranan yang penting daripada suhu.
Metamorfisme ini umumnya tidak disertai oleh deformasi ataupun perlipatan
sebagaimana pada metamorfisme dinamotermal. Metamorfisme regional beban,
tidak berkaitan dengan kegiatan orogenesa ataupun intrusi magma. Temperatur
pada metamorfisma beban lebih rendah daripada metamorfisme dinamotermal,
berkisar antara 400±450 oC. Gerak-gerak penetrasi yang menghasilkan skistositas
hanya aktif secara setempat, jika tidak, biasanya tidak hadir.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
59
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
c) Metamorfisme Lantai Samudera
A. STRUKTUR
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
60
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
1) Slatyc leavage
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
61
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Dimana mineral baru tidak menunjukkan penjajaran mineral yang planar.
Seringkali terjadi pada metamorfisme kontak/thermal. Pada struktur non foliasi
ini hanya ada beberapa pembagian saja, yaitu :
1) Granulose/Hornfelsik
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
62
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
B. TEKSTUR
a. Kristaloblastik
Yaitu tektur pada batuan metamorf yang sama sekali baru terbentuk pada
saat proses metamorfisme dan tekstur batuan asal sudah tidak kelihatan.
1. Porfirobalstik
Seperti tekstur porfiritik pada batuan beku dimana terdapat masa dasar
dan fenokris, hanya dalam batuan metamorf fenokrisnya disebut
porfiroblast.
2. Granoblastik
3. Lepidoblastik
1. Blastoporfiritik
Sisa tektur porfiritik batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
63
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2. Blastofitik
Sisa tektur ophitik pada batuan asal (batuan beku) yang masih nampak.
3. Blastopsepit
Tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lebih besar dari
pasir (psepit).
4. Blastopsamit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir pasir
(psemit).
5. Blastopellit
Suatu tektur sisa dari batuan sedimen yang mempunyai ukuran butir lempung
(pelit).
A. Mineral Stress
Adalah mineral yang stabil dalam kondisi tertekan, dimana mineral ini
berbentuk pipih atau tabular, prismatik. Mineral ini tumbuh memanjang dengan
kristal tegak lurus.
Contohnya : Mika, Zeolit, Tremolit, Aktinolit, Glaukofan, Horblende,
Serpentin, Silimanit, Kyanit, Antofilit.
B. Mineral Antistress
b) Mineralogi batuan
metamorf. c) Tektsur secara
khusus.
d) Tekstur dan mineralogi.
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
64
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Istilah metabasit, metapelit adalah batuan metamorf yang berasal dari batuan beku
dan batuan sedimen, metasedimen, metabatupasir, metagranit, semua mengisyaratkan
batuan semula. Skis, Gneis, Hornfels, filit adalah penamaan berdasarkan pada tesktur
batuan metamorf tersebut. Kuarsit, Serpentinit, adalah penamaan berdasarkan mineralogi.
a) Slate
b) Filit
c) Sekis
d) Gneiss
e) Milonit
Berikut adalah nama-nama batuan metamorf berdasarkan penamaan yang
khas padanya:
a) Sekis Hijau
b) Sekis Biru
c) Amphipholit
d) Serpentinit
e) Eklogit f)
Granulit g)
Magmatit
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
65
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
CONTOH DISKRIPSI BATUAN
METAMORF FOLIASI
Warna : Hitam
Warna : Putih
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
66
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
BAB V
BAHAN GALIAN
Pertambangan mineral;
Pertambangan batubara.
Pertambangan batuan.
Nikel, kobalt ;
Timah;
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
67
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Besi, mangaan. Molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
68
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
Emas, platina, perak, air raksa, intan ;
PANDUAN PRAKTIKUM
PETROLOGI
68
JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun 2006. Modul Petrologi Batuan Beku UPN “Veteran” Yogyakarta 2006.
UPN “Veteran” Yogyakarta ; Yogyakarta
Tim Penyusun. 2008. Modul Pratikum Petrologi UPN “Veteran” Yogyakarta 2008. UPN
Tim Penyusun. 2011. Modul Praktiku Petrologi UPN “Veteran” Yogyakarta 2011. UPN
Undang – Undang No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara