Oleh:
Luki Ardhianto
15116018
A. TINJAUAN PUSTAKA
Cekungan Air Tanah (CAT) Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1451K/10/MEM/2000, Cekungan Air Tanah diartikan sebagai suatu
wilayah yang dibatasi oleh batas-batas hidrogeologi dimana semua kejadian hidrogeologi
seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan airtanah berlangsung. Dengan
demikian, setiap Cekungan Air Tanah memiliki ciri-ciri hidrogeologi tersendiri, yang
secara hidraulika dapat berhubungan dengan Cekungan Air Tanah lainnyaatau bahkan tidak
sama sekali.Menurut Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun
2009 Tanggal14 Juli 2009, Cekungan airtanah mempunyai batas hidrogeologis yang
dikontrol oleh kondisi geologi dan atau kondisi hidraulik, airtanah serta pada umumnya
tidak sama dengan batas administrasi pemerintahan, mempunyai daerah imbuhan airtanah
dan daerah lepasan airtanah dalam satu sistem pembentukan airtanah, dan memiliki satu
kesatuan sistem akuifer. Oleh karena itu, berdasarkan pemamparannya, terdapat cekungan
air tanah yang utuh di dalam kabupaten/kota, lintas kabupaten/kota, lintas provinsi, maupun
lintas negara.Batas cekungan airtanah merupakan batas hidraulik yang dikontrol oleh
kondisi geologi dan hidrogeologi regional maupun lokal.Cekungan airtanah dapat dibatasi
oleh satu atau lebih batas hidrogeologis dengan kondisi hidraulik berbeda-beda. Batas
tersebut dibedakan menjadi 4(empat) tipe yaitu batas tanpa aliran (zero-flow boundaries/no
flow boundaries), batas muka air permukaan (head-controlled boundaries), batas aliran air
anah (flow-controlled boundaries), dan batas muka airtanah tidak tertekan (free sutface
boundaryB. AkuiferAkuifer merupakan salah satu golongan air tanah yang berada di
wilayah jenuh air di bawah permukaan tanah. Lebih dari 98% dari semua air di atas bumi
tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. Akuifer
sendiri berasal dari kata aqua yang berarti air dan fereyang berarti mengandung.Jadi akuifer
dapat juga diartikan sebagailapisan pembawa air atau lapisan permeabel. (Suharyadi 1984
: 12)C. Jenis AkuiferBerdasarkan susunan lapisan geologi (litologinya) dan besarnya
koefisien kelulusan air (K), akuifer dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu Akuifer
Bebas (Unconfined Aquifer), Akuifer Tertekan (Confined Aquifer), Akuifer Setengah
Tertekan (Semiconfined Aguifer), Akuifer Menggantung (Perched Aquifer). (Suharyadi
1984 : 19)
B. LOKASI PENELITIAN
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung merupakan tempat pembuangan sampah
ataupun pengolahan sampah yang ada di bandar lampung. TPA Bakung ini menampung
seluruh sampah dari berbagai daerah di bandar lampung.
C. TUJUAN
- Mengetahui Arah Aliran Air Bawah Tanah Pada daerah penelitian.
- Mengetahui Elevasi ketinggian Airtanah
- Mengetahui sebaran dampak dari Limbah yang dihasilkan oleh adanya TPA.
2. TEORI DASAR
Prinsip yang mengatur bagaimana cairan bergerak di bawah permukaan disebut hukum
Darcy. Hukum Darcy adalah persamaan yang mendefinisikan kemampuan suatu fluida
mengalir melalui media berpori seperti batu. Hal ini bergantung pada kenyataan bahwa
jumlah aliran antara dua titik secara langsung berkaitan dengan perbedaan tekanan antara
titik-titik, jarak antara titik-titik, dan interkonektivitas jalur aliran dalam batuan antara titik-
titik. Pengukuran interkonektivitas disebut permeabilitas.Dalam format modern,
menggunakan konvensi tanda tertentu, hukum Darcy biasanya ditulis sebagai:
Q =-KA dh / dl
dimana:
Q = laju aliran air (volume per waktu)
K = konduktivitas hidrolikSebuah kolom = luas penampang lintang
dh / dl = gradien hidrolik, yaitu, perubahan kepala panjang bunga.Berikut ini adalah
gambaran diagram Hukum Darcy:
Darcy direferensikan untuk campuran sistem unit. Sebuah medium dengan permeabilitas 1
Darcy memungkinkan aliran 1 cm³/s dari cairan dengan viskositas 1 cP (1 MPa · s) di
bawah gradien tekanan 1 atm / cm di seluruh luas 1 cm ². Sebuah millidarcy (mD) sama
dengan 0,001 Darcy.
3. METODE
- Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan dengan survey langsung ke lapangan dengan survey ke rumah
rumah warga.
- Pengolahan Data
Dalam pengerjaan ini metode yang digunakan adalah Triangulasi. Triangulasi adalah proses
penentuan lokasi titik dengan mengukur sudut untuk itu dari titik yang diketahui di kedua ujung
dasar tetap, daripada mengukur jarak ke titik langsung ( trilateration ).
5. SOLUSI
Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan mengelola kembali Lokasi Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Bakung agar Pemukiman warga yang tercemar dapat dihindarkan dari limbah
air lindi yang sangat merugikan bagi warga yang terdampak.
6. PENUTUP
Demikian Laporan Hasil Audit Tentang ”Analisis Sebaran Pencemaran Airtanah
Akibat Air Lindi Tempat Pembuangan Sampah (TPA) Bakung, Kecamatan Teluk
Betung, Bandar Lampung” diajukan. Harapannya agar nanti dapat menjadi acuan untuk
studi-studi lainnya dan juga untuk mengelola TPA Bakung lebih baik kedepannya.
REFRENSI
[1] Munawar, A., Rembesan Air Lindi (Leachate) Dampak Pada Tanaman Pangan dan
Kesehatan, UPN Press, Surabaya (2011).
[2] Darsono, Tapak Pembuangan TPA, Diktat Kuliah Fisika UNS, Universitas Negeri
Sebelas Maret, Surakarta (2008).
[3] Usman, S., Imam, S., Pengelolaan Air Limbah Sampah (Lindi) dari Tempat
Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Menggunakan Metode Constructed Wetland, Jurnal
Kesehatan, 2 (2014) 98-108.
[4] Mangga, S., A., Geology of the Tanjungkarang Quadrangle, Sumatera Geological
Research and Development Centre, Bandung (1994).
[5] Bombom, R., Vijaya I., Karakteristik Geologi Daerah Volkanik Kuarter Kaki
Tenggara Gunung Salak, Bulletin of Scientific Contribution. 12 2 (2014) 99-106.
[6] Wibowo, M., 2006, Model Penentuan Kawasan Resapan Air Untuk Perencanaan
Tata Ruang Berwawasan Lingkungan, J.Hidrosfir. 1 1 (2006) 1-7.
[7] Hadian, M. S., Mardian, U., Abdurrahman, O., Iman, M., I., Sebaran Akuifer dan
Pola Aliran Air Tanah di Kecamatan Batuceper dan Kecamatan Benda Kota Tangerang,
Propinsi Banten, Jurnal Geologi Indonesia. 1 3 (2006) 124-127.
[8] Suyono, S., Kensaku, T., Hidrologi Untuk Pengairan, Erlangga, Jakarta (1995).