[Baseflow Recession]
MINGGU KE 6
Asisten Praktikum
Disusun oleh:
VALDA ARTAMEVIA FEBIANI PUTRI (118150025)
PENDAHULUAN
Limpasan permukaan atau aliran permukaan merupakandari curah hujan yang mengalir di
atas permukaan tanah yang mengangkut zat-zat dan partikel tanah. Limpasan terjadi akibat
intensitas hujan yang turun melebihi kapasitas infiltrasi, saat laju infiltrasi terpenuhi maka air
akan mengisi cekungan yang terdapat pada permukaan tanah. Setelah cekungan-cekungan
tersebut terisi air dan penuh, maka air akan mengalir (melimpas) di atas permukaan tanah
(surface runoff).Air limpasan dibedakan menjadi dyau yaitu sheetdan rill surface runoff akan
tetapi apabila aliranair tersebut telah masuk ke dalam sistem saluran air atau kali, maka
disebut sebut stream flow runoff (Asdak C. , 2001).
2.3 Hidrograf
Hidrograf adalah grafik yang menggambarkan hubungan jumlah debit aliran sungai
dengan waktu yang berbeda. Hidrograf juga merupakan aliran sungai sebagai respon atas
suatu kejadian hujan dapat digambarkan terdiri dari dua komponen yaitu aliran cepat (direct
runoff atau quick flow) dan aliran dasar (baseflow) didefinisikan aliran yang terlambat
sebagai kontribusi dari air tanah dan aliran air dari sumber lain yang terlambat dan dikenal
sebagai aliran dasar (baseflow). Aliran dasar sangat penting artinya dalam pengelolaan
sumber daya air. Pada saat musim kemarau dimana ketersediaan air di sungai sangat
terbatas dikarenakan kurangnya input dari air hujan, maka aliran dasar menjadi sumber
utama untuk supplay air bagi banyak kepentingan (irigasi, industri, rumah tangga, pariwisata,
dll). Sebaliknya, pada saat musim hujan, perkiraan besarnya aliran dasar menjadi penting
supaya kita dapat memprediksi besarnya bagian debit yang merupakan kontribusi dari aliran
cepat atau surface run-off yang berpotensi menghasilkan banjir. Pada banyak Daerah Aliran
Sungai (DAS) aliran dasar merupakan komponen utama dan penyumbang terbesar ke aliran
sungai. Rekaman data aliran dasar sangat berguna untuk mengukur dinamika
karakteristik air tanah (groundwater) di dalam DAS (Horton, 1933)
Pada praktikum kali ini, setelah dideliniasi DAS untuk menentukan luas DASnya. Kemudian,
data tersebut dan data curah hujan perbulan dalam setahun diinput ke dalam excel dengan rumus
eksponen sehingga menghasilkan sebuah hidrograf tahun 2011, 2012, serta 2013. Berdasarkan
hasil hidrograf dapat mengetahui baseflow recession pada tiap tahunnya.
Hasil hidrograf tahun 2011 menunjukkan bahwa baseflow recession terjadi pada kurun waktu 2
bulan atau 61 hari yakni pada 29 Juni hingga 29 Agustus dengan nilai debit awal baseflow
recession bernilai 120,48 m3/detik dan nilai debit akhir baseflow recession bernilai 14,74
m3/detik. Pada periode ini memiliki nilai groundwater storage paling tinggi dibanding dengan
periode 2012 dan 2013. Hal ini dikarenakan besarnya Qo atau nilai debit awal nya serta nilai Qt
atau nilai debit akhirnya. Selain itu, pada periode ini juga memiliki nilai recharge atau imbuhan
air tanah yang tertinggi yakni sebesar 146,37 mm atau 0,15 m. Nilai recharge atau imbuhan air
tanah ini dipengaruhi oleh kondisi hidrometeorologi yang meliputi intensitas, durasi, dan volume
dari curah hujan. Selain itu, terdapat factor lain seperti tanah penutup, kemiringan lereng,
konduktivitas hidrolik batuan, serta kedalaman muka freatik.
Gambar 3. 2 Hidrograf Tahun 2012
Hasil hidrograf tahun 2012 menunjukkan bahwa baseflow recession terjadi pada kurun waktu 21
hari yakni pada 9 Juni hingga 28 Juni dengan nilai debit awal baseflow recession bernilai 81,53
m3/detik dan nilai debit akhir baseflow recession bernilai 13,27 m3/detik. Pada periode ini
memiliki nilai groundwater storage paling rendah dibanding dengan periode 2011 dan 2013. Hal
ini dikarenakan Qo atau nilai debit awal nya serta nilai Qt atau nilai debit akhirnya paling rendah
dengan intensitas dan durasi curah hujan yang hanya berlangsung dalam 21 hari saja. Selain itu,
pada periode ini juga memiliki nilai recharge atau imbuhan air tanah yang teredah yakni sebesar
38,09 mm. Nilai recharge atau imbuhan air tanah ini dipengaruhi oleh kondisi hidrometeorologi
yang meliputi intensitas, durasi, dan volume dari curah hujan yang terbilang cukup rendah
dibandingkan yang lain. Selain itu, terdapat factor lain seperti tanah penutup, kemiringan lereng,
konduktivitas hidrolik batuan, serta kedalaman muka freatik.
Gambar 3. 3 Hidrograf Tahun 2013
Berdasarkan hidrograf tahun 2013 menunjukkan bahwa baseflow recession terjadi pada kurun
waktu 25 hari yakni pada 2 Agustus hingga 27 Agustus dengan nilai debit awal baseflow
recession bernilai 82,89 m3/detik dan nilai debit akhir baseflow recession bernilai 12,29 m3/detik.
Pada periode ini memiliki nilai groundwater storage terbilang rendah dibanding dengan periode
2011 dan 2013. Hal ini dikarenakan Qo atau nilai debit awal nya serta nilai Qt atau nilai debit
akhirnya cukup rendah. Namun, nilai groundwater storage nya masih lebih tinggi daripada tahun
2012 akibat pengaruh intensitas dan durasi yang hanya berlangsung dalam 25 hari saja. Selain itu,
pada periode ini juga memiliki nilai recharge atau imbuhan air tanah yang teredah yakni sebesar
44,08 mm. Nilai recharge atau imbuhan air tanah ini dipengaruhi oleh kondisi hidrometeorologi
yang meliputi intensitas, durasi, dan volume dari curah hujan yang terbilang cukup rendah
dibandingkan yang lain. Selain itu, terdapat factor lain seperti tanah penutup, kemiringan lereng,
konduktivitas hidrolik batuan, serta kedalaman muka freatik.
Gambar 3. 4 Tabel Nilai dari Hidrograf Tahun 2011, 2012, dan 2013
Untuk menentukan besarnya imbuhan air tanah dan groundwater storage dapat menggunakan
data debit curah hujan per hari selama tiga tahun dimasukkan ke dalam tabel menggunakan
rumus eksponen. Nilai groundwater storage didapatkan dari perhitungan Qt atau nilai debit akhir
dibagi dengan nilai baseflow recession hari-1. Hasil dari debit curah hujan tersebut akan
direpsentasikan dalam sebuah hidrograf. Pada hidrograf, akan menunjukkan baseflow suatu
periode tertentu setiap tahunnya atau nilai debit awal baseflow recession (Qo) dan nilai debit akhir
baseflow recession (Qt) sesuai luas dari DAS sehingga akan menghasilkan nilai groundwater
storage dan nilai imbuhan air tanah atau recharge. Dari hasil analisis diatas dapat diketahui
bahwa, faktor yang mempengaruhi nilai recharge atau imbuhan dan groundwater storage yaitu
durasi, intensitas, dan volume curah hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan di suatu daerah
akan mengalirkan air hujan tersebut menuju sungai dengan debit yang besar sehingga nilai
baseflow maupun groundwater storage besar. Semakin rendah intensitas curah hujan di suatu
daerah akan mengalirkan air hujan tersebut menuju sungai debitnya akan berkurang sehingga
nilai baseflow maupun groundwater storage bernilai lebih kecil pula. Namun, tidak selalu
berbanding lurus pula, hal ini akibat faktor penyebaran curah hujan, evapotransporasi,
penggunaan tata lahan seperti hutan sebagai pengatur air yang mana jika vegetasi dijaga maka
imbuhan air tanah juga dapat lebih besar nilainya. Selain itu, Nilai recharge atau imbuhan air
tanah ini dipengaruhi oleh kondisi hidrometeorologi yang meliputi intensitas, durasi, dan volume
dari curah hujan yang terbilang cukup rendah dibandingkan yang lain. Selain itu, terdapat factor
lain seperti tanah penutup, porositas dan permeabilitas penutup tanah, kemiringan lereng,
konduktivitas hidrolik batuan, serta kedalaman muka freatik. Data diatas juga dapat menunjukkan
bahwa semakin besar nilai baseflow recession maka semakin besar pula nilai imbuhan air tanah
dan groundwater storage pada suata daerah, dengan kata lain berbanding lurus. Besarnya nilai
groundwater storage pula dipengaruhi oleh nilai baseflow recession dan debit akhirnya
BAB 4
KESIMPULAN
Asdak, C. (1995). Hidrologi Pengelolaan Daerah liran Sungai. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
Fetter, C. W. (2001). Applied Hydrogeology 4th Edition. United States: Prentice Hall.
Horton, R. (1933). In The role of infiltration in the hydrological cycle. Trans. Am. Geophys. (pp.
446-460).