TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian lain mengenai DAS adalah suatu sistem yang mengubah curah
hujan (input) ke dalam debit (output) di pelepasannya (outlet). DAS
merupakan sistem yang kompleks dan heterogen yang terdiri atas beberapa
sub sistem, dimana sub sistem tersebut dianggap homogen (Soemarto, 1987).
Analisis regresi dan korelasi sering kali digunakan untuk membuat suatu
model hidrologi. Model hidrologi diusahakan sesederhana mungkin dalam
arti model tersebut mudah digunakan, tanpa mengabaikan aspek ketelitian,
dan model yang dihasilkan bersifat prediktif. Suatu model hidrologi
umumnya menggunakan satuan DAS sebagai satu kesatuan daerah penelitian.
Dalam analisis respons DAS, DAS merupakan satu sistem hidrologi
dimana terdapat hubungan yang sangat erat antara setiap masukan yang
berupa hujan, proses hidrologi DAS, dan keluaran yang berupa debit sungai
dan sedimen yang terangkut (Anonima, 2010).
Model adalah suatu persamaan yang menggambarkan performan dari suatu
komponen sistem hidrologi. Misalnya, kombinasi persamaan kontinuitas dan
persamaan momentum akan membentuk model perhitungan pada saluran
terbuka untuk penelusuran banjir. Tujuan dari model hidrologi adalah untuk
mempelajari siklus air yang ada di alam dan meramalkan outputnya. Model
hidrologi dapat digunakan untuk peramalan banjir, perencanaan bendungan,
pengaturan bendungan, pengelolaan dan pengembangan DAS. Hal ini 13
tergantung dari tujuan pembuatan model tersebut. Saat ini, sudah banyak
model hidrologi yang dibuat untuk berbagai kepentingan (Indarto, 2010).
Salah satu cara untuk memodelkan siklus hidrologi adalah dengan
pendekatan. Suatu sistem didefinisikan sebagai satu kesatuan hubungan dari
beberapa komponen yang akan membentuk keseluruhan. Siklus hidrologi,
misalnya dapat dianggap sebagai suatu sistem yang komponennya berupa
hujan (precipitation), penguapan (evaporation), aliran permukaan (run-off)
dan fase lainnya dari siklus hidrologi. Beberapa fase dari siklus hidrologi
dapat dikelompokkan menjadi subsistem. Untuk mempelajari sistem secara
keseluruhan subsistem yang sederhana tersebut dapat dipelajari secara
terpisah dan hasilnya dapat digabungkan tergantung dari interaksi antara sub-
sub sistem tersebut (Indarto, 2010).
Setelah memperhatikan proses-proses hidrologi dalam suatu DAS, maka
dapat disimpulkan bahwa distribusi curah hujan menjadi aliran langsung
selain dipengaruhi oleh sifat fisik permukaan DAS, juga dipengaruhi oleh
sifat-sifat hujannya. Mengingat bahwa hujan yang terjadi di daerah beriklim
tropika basah mempunyai variasi yang cukup besar menurut ruang dan waktu,
maka kajian tentang hubungan hujan dan limpasan serta bagaimana
pengaruhnya terhadap respons suatu DAS sangat diperlukan, mengingat
pengukuran fenomena hidrologi terutama daerah-daerah yang tidak ada
pencatatan data hidrologinya baik karena keterbatasan dana maupun
sumberdaya manusianya, maka diperlukan suatu model korelasi diantara
peubah, sehingga dengan adanya suatu model maka dapat dikurangi
pengukuran fenomena hidrologi tersebut secara langsung (Anonima, 2010).
Struktur model hidrologi didasarkan pada proses-proses yang ada dalam
siklus hidrologi. Proses-proses tersebut mulai dari hujan, intersepsi,
evapotranspirasi, infiltrasi, overlandflow, sub surface flow, perkolation,
groundwater storage, ground water flow, sampai hasil air. Untuk itu perlu
dikaji model-model hidrologi khususnya pada kawasan hutan dan non hutan
yang dapat diterapkan dan dikembangkan di Indonesia (Sharp dan Sawden,
1984).
Manfaat hasil analisis data hidrologi dewasa ini semakin dirasakan,
bahkan selalu diperlukan sebagai data dasar bagi kegiatan yang menyangkut
pengelolaan sumberdaya air DAS. Pada umumnya ada 3 (tiga) tahap dalam
analisis hidrologi yaitu diawali dengan mengadakan pengukuran terhadap 15
fenomena hidrologi, membuat korelasi diantara peubah yang diteliti, dan
melakukan prediksi (Sharp dan Sawden, 1984). Secara garis besar model
hidrologi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu
a. Model Deterministik
Model deterministik dapat didefinisikan sebagai sebuah
model baik empiris maupun konseptual yang memperlakukan
proses-proses hidrologi sebagai bagian dari sistem determinasi
dengan tanpa membuat perwakilan dari proses-proses random yang
mungkin muncul dalam sistem. Contoh dari model deterministik
ini adalah Stanford Watershed Model. Lebih jauh model
deterministik dapat dibagi menjadi dua yaitu model empiris yang
menekankan pada proses-proses komponen dan model konsepsual
yang menekankan pada proses-proses terintegrasi. Model
konsepsual ini masih dapat dibagi lagi menjadi 3 (tiga) bagian
yaitu linear atau non linear, lumped atau distributed, dan sesaat
atau kontinyu (Anonima, 2010).
b. Model Statistik
Model statistik memperhatikan hubungan antara proses-proses
yang diarahkan ke teori statistik. Contoh dari model statistik ini
adalah Co-axiial correlation model. Model statistik dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu model korelasi dan model stokastik.
Pemodelan dapat memberikan beberapa kontribusi dalam
pemahanan ilmiah (de Roo, 1993).
c. Model Optimasi.
Model optimum adalah model yang telah diberikan beberapa
tujuan disatu sisi dan sisi lain telah diberikan beberapa hambatan.
Kemudian model ini akan memberikan rencana yang paling bagus
untuk kepuasan tujuan dengan hambatan-hambatan yang diberikan.
Model optimum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis
sistem dan “teori keputusan”. Contoh model ini adalah model
Fiering (Anonima, 2010).