koti
danau
lau
Desa
Desa
kebun sains
9
11
axಳ . sungai
rawa
tambak
aliran tanah
pantai
Laut
Vadose z one
one
ai r tatu unsaturated z
Unconfin ed a
quifer (saturated
air asin Daerah jenuh air/
Interface air
tawar & asin unsaturated z one
a. Gambar skektsa siklus hidrologi (keterangan nomor
lihat Gambar b)
1. penguapan
1. penguapan
2. evapotranspirasi
3. hujan
Atmosfir
اﺳﺖ او را ﺑﺎ
در اﺳﺘﺎن ﻋﺎﻟﯽ ﺷﺪه
ا ﻧﻪ ﺑﻨﺪی ﺷﺪه در رﺳﺎﻧﻪ ای اﺳﺘﺎن در اﺳﺘﺎر ﺳﯿﻨﻤﺎی اﯾﺮاﻧﯽ
د
ﺗﺠﺎری ﺑﺎ ﺑﯿﺎن اﯾﻦ
ﺳﺘﺎره ای ﺑﺎ ﻧﺎم
اﺳﺖ ﺑﻪ ﮐﺎری در ﺷﺎن
اﺳﺘﺎن ﻫﺎی ادارات اﺳﺘﺎن را ﺑﺎ اﯾﻦ ﮐﺎر ﺷﺪه
او را ﺑﻪ دﻟﯿﻞ اﯾﻦ ﮐﺪام
و
اور داﺷﺘﻪ اﻧﺪ
دان
ﺑﺎﻧﯿﺎن اﯾﻦ اداﮐﺎر ﺳﯿﺎﺳﺖ
Vegetasi
3. hujan
1. penguapan 4. air jatuh/ mengalir lewat| tanaman
5. aliran Sungai, situ-situ, Permukaan tanah permukaan danau,
waduk,
7. aliran
Laut
itrans
16. banir/genangan | embung, rawa | sungai pirasi 1 6
Return flow
12. aliran dasar/ 9. kapiler
10. infiltrasi
baseflow butiran air dalam tanah 11. aliran antara/l
17.pipe
Laut Jawa
1. Evaporasi
1. Evaporasi
Hujan
Run-off
G Smet
2. ET
2. ET
Hulu
Hulu
G Sumbing
liran sungai
K
2. ET
Batas DAS Serayu
S. Serayu dan anak-anak sungainya
Hilir
Cilaca
muara
Gambar 2 -10. C
ontoh s iklus hidrologi d
alam skala
regional a tau l okal d
i suatu
DAS dan dipilih DAS Serayu ( Jawa T
engah
)
❑ Secara harafiah “hidrologi” berasal dari
bahasa Yunani, yakni “hydro” dan
ydro berarti sesuatu yang
“loge”. H
berhubungan dengan air dan loge berarti
pengetahuan.
❑ Jadi hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang
secara khusus mempelajari
tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air
di atmosfir dan permukaan
bumi serta di bawah permukaan bumi.
❑ Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai
bentuk air, termasuk transformasi
antara keadaan cair, padat, dan gas dalam
atmosfir, di atas dan di bawah
permukaan tanah.
❑ Di dalamnya tercakup pula air laut yang
merupakan sumber dan penyimpan
air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi
ini.
Ruang Lingkup Hidrologi Mencakup :
1. Pengukuran, mencatat, dan publikasi data
dasar.
2. Deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi
air di daratan.
3. Analisa data untuk mengembangkan
teori-teori pokok yang ada
pada hidrologi.
4. Aplikasi teori-teori hidrologi untuk
memecahkan masalah praktis.
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada
hubungan dengan ilmu lain, seperti
meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan,
ilmu tanah, dan hidrolika. Menurut The
International Association of Scientific Hydrology,
hidrologi dapat dibagi menjadi:
Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran
permukaan (surface streams)
Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air
yang ada di bawah permukaan tanah
(mempelajari air tanah = groundwater)
Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus
mempelajari problema-problema yang ada
diantara hidrologi dan meteorologi.
Siklus Hidrologi
Penguapan roses perubahan air menjadi uap air disebut
penguapan. Penguapan memerlukan energy pana isalnya
api kompor. Penguapan di alam (penguapan air laut dan
air yang ada di daratan) terja engan bantuan energi panas
dari sinar matahari. Pada penguapan air laut, garam yang
terkandu alam air laut tidak ikut diuapkan (tetap tertinggal
di laut). Jika uap air laut diembunkan akan diperol
tawar yang relatif murni. Tingkat Penguapan ingkat
penguapan bergantung pada dua faktor yang berbeda,
yaitu:
Suhu udara Besar kandungan uap air yang terdapat di
udara. emakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air
diserap oleh udara. Semakin kecil persentase uap udara,
semakin banyak uap air dapat diserap udara. Suhu udara
di padang pasir pada siang ukup tinggi, maka apa bila
terdapat air permukaan akan terjadi penguapan yang
tinggi.
Bentuk Penguapan enguapan air dapat terjadi melalui
tumbuhan maupun permukaan bumi. Penguapan air
melalui umbuhan disebut transpirasi. Dengan demikian
terdapat dua bentuk penguapan air yang berbeda
lam: Penguapan di permukaan bumi (dari lautan, daratan).
Penguapan melalui tumbuhan (disebut transpirasi).
Sinar matahari
Penguapan
Penguapan
Laut =
Transpirasi
Penguapan
Penguapan
Kondensasi Uap Air
Kondensasi merupakan proses kebalikan dari penguapan.
Kondensasi uap air berarti proses
perubahan uap air menjadi air (proses pengembunan). Di
udara, kondensasi uap air terjadi
jika:Udara yang sudah jenuh uap air ditambah uap air atau
zat lain
Suhu udara yang jenuh uap air turun
Uap air yang mengembun di udara membentuk tetes-tetes
air yang sangat kecil dan dapat
dilihat sebagai awan di langit.
Transportasi oleh Angin Udara yang
mengandung uap air atau awan dapat terbawa
angin ke tempat lain. Oleh karena itu angin
memiliki peran penting dalam menentukan
daerah dimana hujan akan terjadi.
Transportasi
oleh angin
Penguapan
Hujan
Tetes-tetes air hasil kondensasi terlalu kecil untuk dapat
jatuh ke bumi, tetes-tetes air yang sangat
kecil ini mungkin akan menguap kembali. Dengan
bantuan transportasi angin, maka dapat
diperkirakan bahwa sampai satu juta tetes tetes air yang
sangat kecil tadi akan bertumpuk dan
membentuk satu tetes air yang lebih besar. Tetes-tetes air
besar inilah yang dapat jatuh sampai ke
permukaan bumi sebagai tetesan hujan. Di daerah iklim
sedang dengan ketinggian tertentu, kristal
kristal es bertumpuk dengan tetestetes air yang sangat
kecil tadi dan membentuk satu gumpalan es
Gumpalan es ini akan meleleh pada waktu jatuh dan
sampai ke bumi sebagai tetesan hujan. Hujan
lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dibandingkan
dengan dataran rendah, karena suhu
udara jenuh uap air, akan mengalami penurunan suhu
setelah dibawa oleh angin dari dataran
rendah ke pegunungan. Besarnya curah hujan di
pegunungan ditambah dengan pepohonan yang
lebat menyebabkan ketersediaan air bersih di pegunungan
relatif banyak.
Kondansasi
Penguapan
M
Kondensasi
Transportasi
Huid
Panguopan
Hujan
Infiltrasi
Perkolasi
vegetasi
3. huian
1.penguapan
4. Air jatuh mengalir
lewat tanaman
Permukaan
5. Alican permukaan
(Run- off)
7. Al ican
Jaringan sungai
waduk dan
Laut
tanah
sungai
6. banii
genangan
8. transpirasi
danau
9. kapiler
10. infiltrasi
Pengukuran
Hujan
Pengukuran Hujan Dilakukan Dengan
Dengan Radar
A. ALAT UKUR HUJAN BIASA
(AUHB):
• Disebut juga rain gauge, paling banyak
digunakan di Indonesia, luas penampang
pohon/bang.dll.
• Pengukuranbiasanya dilakukan pukul 7
pagi → di ukur volume air & luas corong
maka akan diketahui kedalaman hujan.
sebenarnya.
• Kalau dipasang pada ketinggian 1,20 m
dari permukaan tanah, maka ada pengaruh
mahal. Harus
diberi grill (semacam sarang
masuk ke penakar).
B.ALAT PENGUKUR HUJAN
OTOMATIS.
KEUNTUNGAN :
▪ Data tercatat secara langsung
informasi terhadap
intensitas/kederasan hujan & lama
kedalamannya.
▪ Dapat memperkecil kesalahan yg
diakibatkan faktor manusia.
INTENSITAS HUJAN I : (TinggiHujan
th
Persatuan Waktu). I ∆∆ =
Sumbu x : waktu, sumbu Y : kedalaman hujan, mm.
Grafik merupakan akumulasi selama terjadi hujan,
jika mendatar tidak ada hujan. Makin tajam kemiringan
Makin tinggi intensitas hujan.
Dari hasil catatan tsb dapat dievaluasi jumlah hujan
setiap interval waktu, mis. 5, 10, 15 menit dst.
DEPARTEMEN PERHUBUNGAN BADAN METEOROLOGI DAN
GEOFISIKA
JL. ARIEF RAKHMAN HAKIM NO. 3 JAKARTA ☆
TIS
PENAKAR HUJAN OTOMA
Laporan Bulan : Januari
Tahun: 2000
Nama stasiun :KLIMATOLOGI KELASI Kabupaten SEMARANG
Ketinggian : 13 meter No. sta, hujan Obs .. No. sta, hujan Otm
:...............
Jumlah pada masing2 periode waktu
(dalam milimeter) 5 7 10 1
5 30 45 60 120 3 8 12 menit menit menit menit menit
menit menit jam jam jam
ype penakar : Hillman
Nama Pengamat: Siswoyo T
Tanggal
JUMLAH HUJA TIAP JAM (MILIMETER)
7-08-09 - 10 - 11 - 12 - 13 - 14:15 1
6 - 17 - 18 - 19 - 20 - 21 - 22 - 23 - 0D-101 -
02-03-0405 08 | 09 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 21 22
23 24 | 01 | 02 | 03 | 04 | 05 0
8 07
Jumlah
24 Jam
1.0.6 11.2
0.2 0.6
0.7 0.2
0.8
0.2 0.3 0.3 0.4 0.6 0.6 T 0.7 T 1.4 T 2.3 T 2.3 12T 6.5 T 6.5 T 6.5 16.5 6.5 7 6.5 16.5 16.5 6.5
7.
0 3 1.5 2.5 13.0 4.5 5.8 6
.0 6.8 7 17.0 17.0 4 1 0.6 0.8 1.0 | 1.7 2.4 | 2.4 | 3.7 | 3.7 5.7 l 6.8 | 5 |
.0
0.3 0.5 0.7 1.5 2.2 2.9 2.9 3.0 3.0 3.
0 6 2. 050587.8 8.5 8.5 8.5 8.7 9.8 10.
07 0.6 0.8 1.
3 2.3 3.2 3.5 4.8 4.8 4.8 4.
8 8 2.0
15.0 1.0 -
1.8 0.2 0.5 0.9
2.3 9.0 7.0
6.8 3.0 10.0
0.5
2.9
0.1
0.1 2.7
0.8 0.3 0
2.8 18.410.10.
21.
1 2.81
.2
2.8
2.8 2.8
2.8
4.8
| 2.5 0.410.1
1 0.2
0.2 0.2
0.2
0.5 1.0 1.1 | 1.6 0.8 T 1.1 1.5 2.0 0.3 10.5 0.8
2.5 2.5 1.2
2.8 3.5 1.4
3.0 3.8 1.4
3.0 3.9 1.4
3.0 110 3.9 11 1.4 1 2
2.2 1.2 0.4 0.1
1.2.0.2
3.0 3.9 1.4
20.8 21.5
16 (6.5 7.0 7.0 10.0 14.5 15.3 17.5 19.0 19.6 19.6 17
14.5 2.5 11.5 10 10.1 3.4 6.
9 8.4 9.4 10.
4 11.
2 12.0 12.5 15.0 22.0118 0.8 11.0 0.9 1.0 0.5 0.6 0.8 0.8 1.6 1.7 1.1 0.3 10.3
0.3 TILI
19 1 2.0 2.5 3.1.1 3.2 3.3 3.3 T 3.6 T 3.6 14.1 4.1 20
0.2 0.3 - 10.3 3.3 110.0 20.0 30.0 40.5 45.5 60.0 65.0 120.0 170.0 175.2121
20.0 10.0 51.0 13.5 45.5 3
5.21 1. 2 2.
2 3.
2 5.6 6.0 6.5 8.4 04.0 17.5 17.5 22
6.0 5.0 5.
80.7 4.5 16.0 8.5 9.8 10.8 11.3 14.2 14.8 15.8 15.6 23
0.6 0.6 11.3 2.
90.2 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3
1.3 1.3
T 1.3 1.3 1.3 124 1.3 3.0 3.5 4.0 6.5 7. 7 7.7 9.7 11.1
14.5 37.0 25
12.0 1.5 2.377.
31.2021 40 12.2 5.3 1.0 -
5.7 0.8 3.4 0.1 10.5 7.5 8.5 9.0 9.7 T 10.0 15.5 23.5 27.7
29.5 29.5 26 15.5 8.0 3.0 1.9
0.8 0.3
3.0 10.5 0.5 1.1 3.5 3.5 5.0 6 .0 8.1 8 .8 9.8 18.0 23.3 24.5 27
0.8 0.1 0.3 1. . . 7.8 2.0. 6.3 4.0 1 1. 1. 1. 0.9 0.6 10.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5
.9 1.3 0.3
0.5 28 0.5 10.2 0.2 0.2 0.4 0. 5 0. 6 0. 8 0. 8 0.8 0.8 29
0.5 0.31 0.5 1.0 2.0 4.0 4.5 1.6.2 12.0 13.5 15.2 15.2 30
1.5 6.2 5.
81.4 0.31 3.0 13.5 3.2 8.0 19.0 12.0 14.
3 16.2 116.8 16.8 131
an intensitas Max 1/2
0.3 6.2 8.0 1.9 0.4 Tanggal
d 1/2000
3.6 23.1 4.7 3.0 3.6 2,9 20,8 32,4 40.4 30.4 75.6 531 86.4 45.5 1.4 0.2
0.6 1.8 10.7 16.7 5.9 0. 1 0.5
175.2 17.5 15,6 1.3 49.5 43.5 26.3 0.5
2.0
0.8
15.2 16.8
fung xew
2.0 459.8
10.0
5.5 11.0 3.0 1.9 2.0
1.5 14.5 18.4 20.0 10.051.0
13.5 45.5 35.2 1.0 0.2 0.3
1.2 5.9 10.5) 3.5
0.11 0.5 2.0 258.1
20.0 30.0 40,5 45,5 60.0 65.0 120.0 170.0 175.2) Jam Pemeriksaan
hujan model Obs (waktu setempat) Jam : 7:0 0 WIB
pendek.
▪ Terdiri dari corong, saringan, dua buah
alat tampung yang sekaligus sebagai
tidak terekam.
Air hujan
Corong
Saringan
Tipping bucket
Terjungkir bila penuh
setara 0.5 mm air hujan
Recorder
Kelemahan alat ini Alat Ukur
Ember Jungkit :
▪ Pada waktu salah satu alat
kedalaman hujan.
2. ALAT UKUR PEMBERAT (WEIGHTING
TYPE GAUGE).
3. ALAT UKUR PENCATAT APUNG /
SIPON
(FLOAT RECORDING GAUGE)
▪ Air hujan diterima corong, setelah
keluar.
▪ Alat ini harus dikosongkan secara
sendiri.
C. ALAT PENGUKUR HUJAN
DENGAN RADAR/SATELIT
• Radar gelombang pendek dapat
dikalibrasi.
• Radar memberikan caracara untuk
mendapatkan informasi tentang
bawah ini :
Diminta untuk menghitung :
a. Intensitashujan setiap jam b.
Gambarkan hyetograph h ujan c.
Hitung tebal hujan efektif, bila selama
:
e. Besarnya koefisien aliran
(koefisien runoff):
Tinggi hujan H = 54 mm Tinggi hujan
efektif = He = 20 mm Koefisien aliran
: 37,0 5420 = = = HHe α
1617 maksimum
dari sebesar
tabel 20 adalah
di mm/jam. atas
pada Debit
puncak banjir Qp =
∝ x Imaks x A = 0,370 x 20
mm/jam x 2 HA = 0,370 x 2
cm/jam x cm2 = cm3/jam =
liter/jam ` = 42 liter/detik.
102x 8 10512,1 x 8 10512,1 x 5
• Sebagian besar analisis hidrologi
Rainfall).
• Hasil yang diperoleh dari pengukuran
sama.
• Lebih banyak stasiun hujan lebih
MENJADI AREAL RAINFALL
DAS
DATA INI YANG BISA DIGUNAKAN
UNTUK ANALISIS HIDROLOGI.
ADA 3 MACAM CARA YANG DAPAT
DIGUNAKAN UNTUK
RAINFALL) YAITU :
A. METODE RATA2 ALJABAR : B.
METODE POLIGON THIESSEN C.
METODE ISOHYET
a. METODE RATARATA ALJABAR :
❑ Merupakan metode paling sederhana untuk
menghitung hujan ratarata yang
jatuh di dalam & sekitar daerah ybs. ❑ Hasilnya
memuaskan jika daerahnya datar dan alat ukur tersebar
merata serta
curah hujan tidak bervariasi banyak dari harga tengahnya
dan distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS. ❑
Makin banyak stasiun hujannya, akan makin banyak
informasi yang diperoleh
tetapi biaya mahal, penempatan stasiun sebaiknya
merata. ❑ Keuntungan, lebih obyektif jika dibandingkan
dengan metode Isohyet yang
masih mengandung faktor subyektif.
Batas DAS
1 2
n
distasiun i, i = 1, ...,n.
1 P
=
n ∑
i = n 1
Pi
dengan = 40 suatu
mm, metode das
c = 20
∑
n ni = 1 Jika diperhitungkan, stasiun
a
= ∑
=++
P n i Pi mm 1 1 1 330)302040(
n
=
=
2. METODE THIESSEN :
❑ Metode ini memperhitungkan
bobot/daerah pengaruh dari
P_
∑ PA ∑
A nn n
°n
Pn = tinggi hujan pada stasiun1, 2....., n An = luas
daerah yang berpengaruh pada masing2 sta.
Cara : 1. Hubungkan lokasi stasiun pengamat hujan. 2.
Gambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga.
3. 4. 5. P =
_
curah milimeter.
hujan dari
CONTOH 2 :
DATA SEPERTI GAMBAR DI BAWAH,
LUAS DAS 500 KM2. HITUNG HUJAN
P = ∑
_
PA n n
∑A n
dengan:
: hujan rerata kawasan P1, P
2,
.
.
.
,
P
n :
hujan pada
stasiun 1, 2, 3 ...,n
A 1, A2, ..., An
: luas daerah yang
mewakili stasiun 1, 2, 3
....n
$
50
Gambar 2.9. Poligon Thiessen
C. METODE ISOHYET :
tersebut. pada
dan suatu = nilai
+
A
+
II
AA +
i
=
+A
ni
II P
n
A
1 II 2 1 + 2
+ A 2
II 3 2
......
+ 2 + + A n
nn
+ 1 2 ∑
i
ii
=
1
∑=
1
+
1
2
1
2.......
nA
i
PROSES TAHAPANNYA :
1. Plot Stasiun hujan & besar kedalaman curah
hujan.
2. Dari nilai kedalaman hujan di stasiun yang
berdampingan, dibuat
interpolasi dengan pertambahan nilai yang
ditetapkan.
3. Buat kurva dengan menghubungkan titik-titik
interpolasi dengan
kedalaman hujan yang sama.
4. Ukur luas daerah antara 2 isohyet yang
berurutan, kalikan dengan
nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.
5. Jumlah hitungan pada butir 4 untuk seluruh garis
isohyet dibagi
dengan luas daerah yang ditinjau.
Tebal hujan :
Jumlahkan hasil kali tebal hujan dengan luas DAS
yang dibatasi oleh 2 garis yang membagi jarak
yang sama diantara 2 Isohyet yang berdekatan.
CONTOH 3 : SOAL = NO 2, HITUNG P DENGAN
METODE ISOHYET.
PENYELESAIAN : DIBUAT GARISGARIS
ISOHYET, KEMUDIAN DI HITUNG LUASAN
DAERAH DI ANTARA 2 GARIS ISOHYET →
DISAJIKAN DALAM TABEL SBB. :
pertambahan nilai 5 mm.
Belum terhitung
III V
I
Rerata Luasan antara 2
dari 2 Isohyet, km2
Isohyet, km2 Daerah Isohyet
Luasan x mm
Rerata
15I201417.5
210
II255022.5
1.125
III
3095
27.5
2.613
IV35111
32.5
3.608
V4014037.5
5.250
VI
45
70
42.5
2.975
50
JUMLAH 500 16.826
HUJAN RERATA : P ==
826.16 500= 65,33 mm
4
THIESSEN
B. METODE THIESSEN
Sta. Hujan P
mm
P =1/A (A1P1 + A2P2 + A3P3 + A4P4 + A5P5 + A6P6
+A7P7) P = (2851,4 : 57,20) = 49,84 mm.
Luas Poligon
PxA
(A) km2
(mm x km2) 1 64 6,56 419,84 2 60 10,52 631,20 3 52
8,02 417,64 4 48 9,08 435,84 5 50 6,32 316,00 6 40 7,42
296,80 7 36 9,28 334,08 57,20 2851,4
C. METODE ISOHYET
Luas Sta. Isohyet P
Daerah (mm)
A (km2)
P x A (mm x km2)
1 + 2 60 17,94 1.076,40
3, 4, 5 50 16,22 831,00
6 + 7 40 22,64 905,60
57,20 2.813,00
Hujan DAS = 2.813,00 : 57,20 =
49,18 mm.
Contoh Soal 6 : Hitung Hujan DAS dengan cara Thiessen
dan Aljabar