Anda di halaman 1dari 67

HIDROLOGI

❑ Siklus air atau siklus hidrologi adalah


sirkulasi air atau perjalanan air yang tidak
pernah berhenti dari atmosfer (ruang udara)
ke bumi dan kembali lagi ke
atmosfir.
❑ Di darat air mengalir baik di permukaan
bumi maupun di dalam bumi (ruang
darat) menuju laut (ruang laut) secara terus
menerus dari tempat yang lebih
tinggi ke tempat yang lebih rendah secara
gravitasi.
❑ Di atmosfir perjalanannya melalui melalui
evaporasi (E), transpirasi (T), evapo
transpirasi (ET), kondensasi,
presipitasi(hujan).
Atmosfir
s​waduk
Hu​tan

koti

danau
lau
D​es​a
Desa
kebun ​sains
9
11
axಳ . ​sungai
rawa
tambak
aliran ​tanah
pantai
Laut
Vadose z​ on​e
​ one
ai​ r ​tat​u ​unsaturated z ​
Unc​onfin ​ ed a
​ quifer ​(​saturated
air ​asin ​Daerah ​jenuh ​air​/
Interface ​air
tawar ​& ​asin ​unsaturated z ​ one
a​. ​Gambar ​skektsa ​siklus ​hidrologi ​(​k​eterangan ​nomor
lihat ​Gambar ​b​)
1​. ​penguapan

1​. ​penguapan
2​. ​e​v​a​p​otranspirasi
3​. ​hujan
Atmosfir

‫اﺳﺖ او را ﺑﺎ‬
‫در اﺳﺘﺎن ﻋﺎﻟﯽ ﺷﺪه‬
‫ا ﻧﻪ ﺑﻨﺪی ﺷﺪه در رﺳﺎﻧﻪ ای اﺳﺘﺎن در اﺳﺘﺎر ﺳﯿﻨﻤﺎی اﯾﺮاﻧﯽ‬
‫د‬
‫ﺗﺠﺎری ﺑﺎ ﺑﯿﺎن اﯾﻦ‬
‫ﺳﺘﺎره ای ﺑﺎ ﻧﺎم‬
‫اﺳﺖ ﺑﻪ ﮐﺎری در ﺷﺎن‬
‫اﺳﺘﺎن ﻫﺎی ادارات اﺳﺘﺎن را ﺑﺎ اﯾﻦ ﮐﺎر ﺷﺪه‬
‫او را ﺑﻪ دﻟﯿﻞ اﯾﻦ ﮐﺪام‬
‫و‬
‫اور داﺷﺘﻪ اﻧﺪ‬
‫دان‬
‫ﺑﺎﻧﯿﺎن اﯾﻦ اداﮐﺎر ﺳﯿﺎﺳﺖ‬

Vegetasi
3. hujan
1. penguapan ​4. air jatuh/ men​galir ​lewat| tanaman
5. aliran Sungai, situ-situ, ​Permukaan tanah ​permukaan ​dana​u​,
waduk,
7. aliran
Laut
itran​s
16​. banir/genangan | embung, ​rawa | sungai ​p​irasi 1 ​6

Return flow
12. aliran dasar/ 9. kapiler
10. infiltrasi
baseflow ​butiran air ​dalam tanah 11. aliran antara​/l
17.​pipe ​

f​low (soil moisture/soil water​ )



interflow
18.​unsaturat​e​d U
​ nsaturated/vadoze zone
through flow ​Saturated zone
19​.sat​ura
​ ted flo​w ​14. perkolasi
Air tanah​/groundwater ​15. ​ke​naikan kapiler
aliran air tanah
13. aliran r​un-out

Siklus hidrolo​gi tertutup dalam sistem global


b. Diagram siklus hidrologi ​Gamb​a​r 2-9 ​S​iklus Hidrologi

Laut ​Jawa
1​. ​Evaporasi
1​. ​Evaporasi

Huja​n
Run​-​o​f​f
G ​Smet
2​. ​ET
2​. ​ET
Hulu
Hulu
G ​Sumbing

liran ​sungai
K

2​. ​ET
Batas ​DAS ​Serayu
S​. ​Serayu ​dan ​anak​-​anak ​sungainya
H​ili​r
Cilaca
muara

-​0​.​2012 ​Enes ​Soc​!


God
Ost ​Samudra
Indonesia
O ​SIO ​NOAA ​US ​Navy​. ​NGA ​GEOCO ​795 ​1​0 ​OS ​10​3418​75 ​E ​180 m

Gambar 2 ​ ​-​10​. C
​ ontoh s ​ iklus ​hidrologi d
​ alam ​skala
regional a​ tau l​ okal d
​ i ​suatu
DAS ​dan ​dipilih ​DA​S ​S​erayu (​ ​Jawa T
​ e​ngah
​ )​
❑ ​Secara harafiah “hidrologi” berasal dari
bahasa Yunani, yakni ​“hydro” dan
​ ydro berarti sesuatu yang
“loge”. H
berhubungan dengan air dan loge berarti
pengetahuan.
❑ ​Jadi hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang
secara khusus mempelajari
tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air
di atmosfir dan permukaan
bumi serta di bawah permukaan bumi.
❑ ​Secara luas hidrologi meliputi pula berbagai
bentuk air, termasuk transformasi
antara keadaan cair, padat, dan gas dalam
atmosfir, di atas dan di bawah
permukaan tanah.
❑ ​Di dalamnya tercakup pula air laut yang
merupakan sumber dan penyimpan
air yang mengaktifkan kehidupan di planet bumi
ini.
Ruang Lingkup Hidrologi Mencakup :
1. Pengukuran, mencatat, dan publikasi data
dasar.
2. Deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi
air di daratan.
3. Analisa data untuk mengembangkan
teori-teori pokok yang ada
pada hidrologi.
4. Aplikasi teori-teori hidrologi untuk
memecahkan masalah praktis.
Hidrologi bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada
hubungan dengan ilmu lain, seperti
meteorologi, klimatologi, geologi, agronomi kehutanan,
ilmu tanah, dan hidrolika. Menurut The
International Association of Scientific Hydrology,
hidrologi dapat dibagi menjadi:
Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran
permukaan (surface streams)
Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air
yang ada di bawah permukaan tanah
(mempelajari air tanah = groundwater)
Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus
mempelajari problema-problema yang ada
diantara hidrologi dan meteorologi.
Siklus Hidrologi
Penguapan ​roses perubahan air menjadi uap air disebut
penguapan. Penguapan memerlukan energy pana isalnya
api kompor. Penguapan di alam (penguapan air laut dan
air yang ada di daratan) terja engan bantuan energi panas
dari sinar matahari. Pada penguapan air laut, garam yang
terkandu alam air laut tidak ikut diuapkan (tetap tertinggal
di laut). Jika uap air laut diembunkan akan diperol
tawar yang relatif murni. ​Tingkat Penguapan ​ingkat
penguapan bergantung pada dua faktor yang berbeda,
yaitu:
Suhu udara Besar kandungan uap air yang terdapat di
udara. emakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air
diserap oleh udara. Semakin kecil persentase uap udara,
semakin banyak uap air dapat diserap udara. Suhu udara
di padang pasir pada siang ukup tinggi, maka apa bila
terdapat air permukaan akan terjadi penguapan yang
tinggi.
Bentuk Penguapan ​enguapan air dapat terjadi melalui
tumbuhan maupun permukaan bumi. Penguapan air
melalui umbuhan disebut transpirasi. Dengan demikian
terdapat dua bentuk penguapan air yang berbeda
lam: Penguapan di permukaan bumi (dari lautan, daratan).
Penguapan melalui tumbuhan (disebut transpirasi).
Sinar ​matahari

Penguapan
Penguapan

Laut ​=

G​ambar ​1​.​1​. ​Proses ​Pengua​pan

Transpirasi

Penguapan

Pen​g​uapan
Kondensasi Uap Air
Kondensasi merupakan proses kebalikan dari penguapan.
Kondensasi uap air berarti proses
perubahan uap air menjadi air (proses pengembunan). Di
udara, kondensasi uap air terjadi

jika:​Udara yang sudah jenuh uap air ditambah uap air atau

zat lain
Suhu udara yang jenuh uap air turun
Uap air yang mengembun di udara membentuk tetes-tetes
air yang sangat kecil dan dapat
dilihat sebagai awan di langit.
Transportasi oleh Angin ​Udara yang
mengandung uap air atau awan dapat terbawa
angin ke tempat lain. Oleh karena itu angin
memiliki peran penting dalam menentukan
daerah dimana hujan akan terjadi.

Transportasi
oleh ​a​ng​in

Pe​ngua​pa​n
Hujan
Tetes-tetes air hasil kondensasi terlalu kecil untuk dapat
jatuh ke bumi, tetes-tetes air yang sangat
kecil ini mungkin akan menguap kembali. Dengan
bantuan transportasi angin, maka dapat
diperkirakan bahwa sampai satu juta tetes tetes air yang
sangat kecil tadi akan bertumpuk dan
membentuk satu tetes air yang lebih besar. Tetes-tetes air
besar inilah yang dapat jatuh sampai ke
permukaan bumi sebagai tetesan hujan. Di daerah iklim
sedang dengan ketinggian tertentu, kristal
kristal es bertumpuk dengan tetestetes air yang sangat
kecil tadi dan membentuk satu gumpalan es
Gumpalan es ini akan meleleh pada waktu jatuh dan
sampai ke bumi sebagai tetesan hujan. Hujan
lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dibandingkan
dengan dataran rendah, karena suhu
udara jenuh uap air, akan mengalami penurunan suhu
setelah dibawa oleh angin dari dataran
rendah ke pegunungan. Besarnya curah hujan di
pegunungan ditambah dengan pepohonan yang
lebat menyebabkan ketersediaan air bersih di pegunungan
relatif banyak.

K​o​ndansasi

Pen​g​uapan
M

Kon​de​nsasi
Transportasi

Huid

Pangu​opan

Gambar ​1​.​6​. ​A​i​r H


​ ujan
G​ambar ​16​. ​Air ​Hujan
Peresapan Air
hujan yang jatuh ke tanah tidak seluruhnya langsung
mengalir sebagai air permukaan, tetapi ada
yang terserap oleh tanah. Peresapan air ke dalam tanah
pada umumnya terjadi melalui dua tahapan
yaitu infiltrasi dan perkolasi. Infiltrasi adalah gerakan air
menembus permukaan tanah masuk
dalam tanah. Perkolasi adalah proses penyaringan air
melalui poripori halus tanah sehingga air bisa
meresap ke dalam tanah.
Kedalaman air yang masuk ke tanah bergantung dari
beberapa faktor, yaitu: jumlah air hujan
porositas tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta lapisan
yang tidak dapat ditembus oleh air. Air yang
tertahan oleh lapisan kedap air (misalnya batu)
membentuk air tanah. Air tersebut dapa
dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari. Di daerah
perkotaan yang padat penduduknya peresapan
kecil sekali, karena sebagian besar lahan tanah
tertutup/dilapis aspal atau dibeton dan perumahan
dibangun dimana-mana, sehingga luas tanah terbuka
semakin sempit sehingga semakin sedikit pula
dapat menyerap air. Seharusnya beberapa tempat di kota
dibiarkan terbuka sebagai tanah resapan
hujan.
Sumber-sumber Air di Alam
Terbentuknya sumber - sumber air di alam
mengalami serangkaian proses. Air
hujan jatuh ke tanah kemudian meresap ke
dalam tanah. Sampai di kedalaman
tertentu, air tersebut tertahan oleh lapisan
batu-batuan (lapisan kedap air), yang
membendung air sehingga tidak terus meresap
ke bawah. Dari celah-celah
bebatuan tersebut dapat kita temukan sumber air
yang jernih dan tidak tercemar
Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang menggenang
atau mengalir di permukaan
tanah, misalnya danau, sungai dan rawa-rawa.
Sungai merupakan
pengumpulan dari tiga jenis limpasan, yaitu:
limpasan permukaan, limpasan di
bawah permukaan dan limpasan air tanah, yang
akhirnya akan kembali ke la
CE

H​uj​an

Infiltrasi

Perkol​asi

Ai​r ​tanah ​Batu


Sumber
Siklus hidrologi merupakan suatu sistim yang
tertutup, dalam arti bahwa
pergerakan air pada sistim tersebut selalu tetap
berada di dalam sistimnya. Siklus
hidrologi terdiri dari enam sub sistim yaitu :
1. Air di atmosfir
2. Aliran permukaan
3. Aliran bawah permukaan
4. Aliran air tanah
5. Aliran sungai/saluran terbuka
6. Air di lautan dan air genangan
Sifat-Sifat Air
Air berubah ke dalam tiga bentuk/sifat menurut waktu dan
tempat, yakni air sebagai bahan
padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas.
Umumnya benda menjadi kecil jika
suhu menjadi rendah. Tetapi air mempunyai volume yang
minimum pada suhu 4° C. Lebih
rendah dari 4°C, volume air itu menjadi agak besar. Pada
pembekuan, volume es menjadi 1/
kali lebih besar dari volume air semula. Mengingat es
mengambang di permukaan air (karena
es lebih ringan dari air), maka keseimbangan antara air
dan es dapat dipertahankan oleh
pembekuan dan pencairan. Jika es lebih berat dari air,
maka es itu akan tenggelam ke dasar
laut atau danau dan makin lama makin menumpuk yang
akhirnya akan menutupi seluruh dunia
Siklus dan Neraca Air
Proses sirkulasi air pada Gambar 1.2 merupakan hubungan
antara aliran ke dalam (​inflow)​ dan aliran ke
luar (​outflow​) pada suatu daerah dalam periode waktu tertentu.
Hal ini dapat dikatakan atau disebut
dengan “​neraca air”​ . Hubungan Keseimbangan ini adalah
sebagai berikut :
P=D+E+G+M
Dimana :
P = ​Presipitasi
D = Debit
E = Evaporasi
G = Penambahan (​supply​) air ke tanah
M = Penambahan kadar kelembababan tanah
Pengenalan Istilah-istilah Hidrologi
Presipitasi
Hujan (presipitasi) merupakan masukan utama dari daur
hidrologi dalam DAS. Dampak kegiatan
pembangunan terhadap proses hidrologi sangat
dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya, dan
lokasi hujan. Karena itu perencana dan pengelola DAS
harus memperhitungkan pola presipitasi dan
sebaran geografinya.
Intersepsi
Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon sebagian akan
melekat pada tajuk daun maupun batang
bagian ini disebut tampungan/simpanan intersepsi yang
akhirnya segera menguap. Besar kecilnya
intersepsi dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas
hujan dan lama hujan), kecepatan angin,
jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan
intersepsi pada hutan pinus di Italia utara
sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak
hanya terjadi pada tajuk daun bagian atas
saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon.
Intersepsi akan mengurangi hujan yang
menjadi run off.
. Throughfall, Crown drip, Steamflow
Hujan yang jatuh di atas hutan ada sebagian yang dapat jatuh
langsung di lantai hutan melalui sela-sela taju
bagian hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada
batasnya, kelebihannya akan segera tete
sebagai crown drip. Steamflow adalah aliran air hujan yang
lewat batang, besar kecilnya stemflow dipengaru
oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
. Infiltrasi dan Perkolasi
Proses berlangsungnya air masuk ke permukaan tanah kita kenal
dengan infiltrasi, sedang perkolasi adala
proses bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga
gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi tekstur
struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air
juga waktu.
Kelengasan Tanah
elengasan tanah menyatakan jumlah air yang
tersimpan di antara pori​pori tanah. Kelengasan
tanah sang
inamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui
permukaan tanah, transpirasi, dan perkolasi. Pada
elengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi,
infiltrasi air hujan lebih kecil daripada saat
kelengasan tana
endah. Kemampuan tanah menyimpan air
tergantung dari porositas tanah.
Simpanan Permukaan (Surface Storage)
impanan permukaan ini terjadi pada depresi​depresi
pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan
atau
elakang pohon​pohon yang tumbang. Simpanan
permukaan menghambat atau menunda bagian
hujan
encapai limpasan permukaan dan memberi
kesempatan bagi air untuk melakukan infiltrasi dan
evaporasi.
Runoff Runoff
dalah bagian curahan hujan (curah hujan dikurangi
evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang
menga
alam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal
dari permukaan maupun dari subpermukaan (sub
surface
unoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit
aliran (river discharge) dan volume runoff.
omponen Runoff
Presipitasi
Presipitasi adalah nama umum dari uap yang
mengkondensasi dan jatuh ke tanah berupa
salju, hujan, hujan es dan lain-lain. Presipitasi yang ada di
bumi ini berupa :
a) Hujan , merupakan bentuk yang paling penting.
b) Embun, merupakan hasil kondensasi di permukaan
tanah atau tumbuh-tumbuhan dan
kondesasi di dalam tanah.
c) Kondensasi, di atas lapisan es terjadi jika ada massa
udara panas yang bergerak di atas
lapisan es.
d) Kabut, pada saat terjadi kabut, partikel-partikel air
diendapkan di atas permukaan tanah dan
tumbuh-tumbuhan.
e) Salju dan es. Salah satu bentuk presipitasi yang
terpenting di Indonesia adalah hujan. Maka
pembahasan mengenai presipitasi ini selanjutnya hanya
dibatasi pada hujan saja. Ada 5
buah unsur yang ditinjau, yaitu :
a) Intensitas I, adalah laju curah hujan = tinggi per satuan
waktu, misalnya mm/menit, mm/jam
mm/hari.
b) Lama waktu atau durasi t, adalah lamanya curah hujan
terjadi dalam menit atau jam.
c) Tinggi hujan d, adalah banyaknya atau jumlah hujan
yang dinyatakan dalam ketebalan air
atas permukaan datar, dalam mm.
d) Frekuensi, adalah frekuensi kejadian terjadinya hujan,
biasanya dinyatakan dengan waktu
ulang (​return period)​ T.
e) Luas, adalah luas geografis curah hujan A, dalam km2.
Alat Ukur
Sistem pengukuran di lapangan seringkali sulit dilakukan secara manual oleh
manusia. Untuk keperluan ini maka dibutuhkan suatu
instrumentasi yang reliable untuk jangka waktu cukup lama dengan melakukan
pengukuran berulangulang secara periodik. Pengukuran
parameter - parameter yang berlainan dalam satu waktu bersamaan memerlukan
suatu integrasi dari keseluruhan sistem pengukuran kedalam
suatu data kolektor. Pada sistem yang lebih luas data ini harus digabungkan pada
suatu sistem data base terpusat. Dengan sistem ini maka
dapat dihasilkan interpretasi untuk decision support system yang menyeluruh
tentang data cuaca. Implementasinya antara lain : menentukan
pola cocok tanam sistem pengairan pada pertanian; monitoring sistem irigasi dan
bendungan; pemantauan muka air tanah perkotaan
pengendalian banjir dan bencana; dan lain sebagainya.
Beberapa pengukuran parameter hidrologi antara lain :
Water level
Water flow
Beberapa pengukuran parameter klimatologi antara lain :
Precipitation
Evaporation
Air flow
Moist & Temperature
Radiation
H​id​rologi ​Tertut​up ​(​Toth​, ​1​990​;​Chow ​dkk​.​, ​1988​)
1​.​penguapan
1​.​penguapan
2​. ​evapotranpirasi
3​. ​huian
Atmosf​ir

v​eg​etasi
3​. ​huian
1​.​peng​u​apan
4​. ​Air ​jatuh ​mengalir
lewat ​tanaman

Permukaan
5​. ​Alican ​permukaan
(Run-​ ​off)​
7​. ​Al​ ican
Jaringan ​sungai
waduk dan
Lau​t
tanah
sungai
6​. ​banii
genangan
8​. ​transpirasi
danau

9​. ​kapiler
10​. ​infiltrasi

12​. ​Al​ica​n ​dasar​/


base f​ lo
​ w
Butira​n ​air ​dalam ​tanah
(​soil ​moisture​) ​11​. ​Aliran ​antara
intedilow​ 14​.​geckolasi ​15​. ​ken​a​ikan ​kapiler​. ​A​ir ​tanah
​ ut/​
13​. ​Aliran ​run​-o
Alican ​air ​tan​a​h

Pengukuran
Hujan
Pengukuran Hujan Dilakukan Dengan

Menampung Hujan Yang Jatuh Di Beberapa

Titik Yang Sudah Ditentukan Dengan

Menggunakan Alat Pengukur Hujan. Hujan



Yang Terukur Mewakili Suatu Luasan

Daerah Disekitarnya Yang Dinyatakan

Dengan Kedalaman Hujan.


Macam​macam Alat Pengukur Hujan :
A. Alat Ukur Hujan Biasa (Auhb) B. Alat Ukur

Hujan Otomatis (Auho) ​C. Alat Ukur Hujan

Dengan Radar
A. ALAT UKUR HUJAN BIASA
(AUHB):
• ​Disebut juga ​rain gauge, ​paling banyak
digunakan di ​Indonesia, luas penampang

corong 100 / 200 cm 2​ ​& botol penampung

didalam tabung silinder yg diletak kan

ditempat terbuka, tidak tertutup

pohon/bang.dll.
• ​Pengukuranbiasanya dilakukan pukul 7
pagi → di ukur ​volume air & luas corong
maka akan diketahui kedalaman hujan.

Hasilnya merupakan data curah hujan

sehari sebelumnya (kedalaman curah hujan

selama 24 jam → disebut hujan harian).

Curah hujan < 0,1 mm ditulis (0), kalau

tidak ada hujan ditulis (​).


• ​Jika intensitas hujan besar maka ada
kemungkinan air hujan ​akan melimpas

karena alat penampungnya tidak mampu

memuat, sehingga data yang diperoleh

tidak menggambarkan keadaan yang

sebenarnya.
• ​Kalau dipasang pada ketinggian 1,20 m
dari permukaan ​tanah, maka ada pengaruh

turbulensiangin sehingga hujan yang

tertangkap 80​95%, biaya lebih murah tetapi

mudah tumbang disebabkan karena

manusia atau binatang.


• ​Kalau dipasang di atas permukaan tanah,
pengaruh ​turbulensiangin makin kecil,

sehingga dapat menangkap hujan 100%,

tetapi sulit pengoperasiannya dan lebih

mahal. Harus
​ diberi ​grill ​(semacam sarang

dari logam, mencegah ​tumbuhnya rumput)


dan ​brush (​ lapisan lunak dari pasir atau

bahan lain, mencegah percikan air tidak

masuk ke penakar).
B.ALAT PENGUKUR HUJAN
OTOMATIS.
KEUNTUNGAN :
▪ ​Data tercatat secara langsung

pada kertas pencatat ​secara

otomatis di mana hasil rekaman

data dapat memberikan gambaran/

informasi terhadap
intensitas/kederasan hujan & lama

hujan ​dengan periode waktu yg

diinginkan : mm/jam, mm/2 jam, dst.


▪ ​Dapat menghasilkan data hujan

yang menerus untuk ​berbagai

jangka waktu (menit, jam, hari).


▪ ​Dapat diketahui dengan tepat

kapan terjadi hujan ​dan berapa

kedalamannya.
▪ ​Dapat memperkecil kesalahan yg
diakibatkan faktor manusia.
INTENSITAS HUJAN I : ​(TinggiHujan
th ​
Persatuan Waktu). ​ I ​∆​∆ ​=
Sumbu x : waktu, sumbu Y : kedalaman hujan, mm.
Grafik merupakan akumulasi selama terjadi hujan,
jika mendatar tidak ada hujan. Makin tajam kemiringan
Makin tinggi intensitas hujan.
Dari hasil catatan tsb dapat dievaluasi ​jumlah hujan
setiap interval waktu, mis. 5, 10, 15 menit dst.
D​EPAR​TEMEN ​PERHUB​U​NGA​N ​BADAN ​METEOROLO​GI ​DAN
GEOFISIKA

JL​. ​ARIEF ​RAKHMAN ​HAKIM ​NO​. ​3 ​JAKART​A ☆
​ TIS
PENAKAR ​HUJAN ​OTO​MA
Laporan Bulan ​: ​Janu​ari
Tahun​: ​2000
Nama ​stasiun ​:​KLIMATOLOGI ​KELASI ​Kabupaten ​SEMARANG
Ketinggian ​: ​13 ​meter ​No​. ​sta​, ​hujan ​Obs ​.​. ​No​. ​sta​, ​hujan ​Otm
:​.​.​.​.​.​.​..​.​.​.​.​.​.​.
Jumlah ​pada ​masing2 ​periode ​waktu
(​dalam ​milimeter​) ​5 ​7 ​10 1
​ 5 ​30 ​45 ​60 ​120 ​3 ​8 ​12 ​menit ​menit ​menit ​menit ​menit
menit ​menit ​jam ​ja​m ​j​am
​ ype ​penakar ​: ​Hillman
Nama ​Pengamat​: ​Siswoyo T
Tang​g​al
JUMLAH ​HUJA ​TIAP ​JAM ​(​MILIMETER​)
7​-​08​-​09 ​- ​10 ​- ​11 ​- ​12 ​- ​13 ​- ​14​:​15 1
​ 6 ​- ​17 ​- ​18 ​- ​19 ​- ​20 ​- ​21 ​- ​22 ​- ​23 ​- ​0D​-1​01 ​-
02​-​0​3​-​04​05 ​08 ​| ​09 ​| ​10 ​| ​11 ​| ​12 ​| ​13 ​| ​14 ​| ​15 ​| ​16 ​| ​17 ​| ​18 ​| ​19 ​| ​20 ​21 ​22
23 ​24 ​| ​01 ​| ​02 ​| ​03 ​| ​04 |​ ​05 0
​ 8 ​07
Jumlah
24 ​Jam
1​.​0​.​6 ​11​.​2
0​.​2 ​0​.​6
0​.​7 ​0​.​2
0​.​8
0​.​2 ​0​.​3 ​0​.​3 ​0​.​4 ​0​.​6 ​0​.​6 ​T ​0​.​7 ​T ​1​.​4 ​T ​2​.​3 ​T ​2​.​3 ​12​T ​6​.​5 ​T ​6​.​5 ​T ​6​.​5 ​16​.​5 ​6​.​5 ​7 ​6​.​5 ​16​.​5 ​16​.​5 ​6​.​5
7​.
0 ​3 ​1​.​5 ​2​.​5 ​13​.​0 ​4​.​5 ​5​.​8 6
​ ​.​0 ​6​.​8 7 ​ ​17​.​0 ​17​.​0 ​4 ​1 ​0​.​6 ​0​.​8 ​1​.​0 ​| ​1​.​7 ​2​.​4 ​| ​2​.​4 ​| ​3​.​7 ​| ​3​.​7 ​5​.​7 ​l ​6​.​8 ​| ​5 ​|
​ ​.0
0​.​3 ​0​.​5 ​0​.​7 ​1.​5 ​2​.​2 ​2​.​9 ​2​.​9 ​3​.​0 ​3​.​0 ​3​.
0 ​6 ​2​. ​0505​87​.​8 ​8​.​5 ​8​.​5 ​8​.​5 ​8​.​7 ​9​.​8 ​10​.
07 ​0​.​6 ​0​.​8 ​1​.
3 ​2​.​3 ​3​.​2 ​3​.​5 ​4​.​8 ​4​.​8 ​4​.​8 ​4​.
8 ​8 ​2​.​0
15​.​0 ​1​.​0 ​-
1​.​8 ​0​.​2 ​0​.​5 ​0​.​9
2​.​3 ​9​.​0 ​7​.0
​ ​6​.​8 ​3​.​0 ​10​.​0
0​.​5
2​.​9
0​.​1
0​.​1 ​2​.​7
0​.​8 ​0​.​3 ​0
2​.​8 ​1​8​.​410​.​1​0​.
21​.
1 ​2​.​81
.​2
2​.​8
2​.​8 ​2​.​8
2​.​8
4​.​8

| ​2​.​5 ​0​.​410​.​1
1 ​0​.​2
0​.​2 ​0​.​2
​ ​0​.​2
0​.​5 ​1​.​0 ​1​.​1 ​| ​1​.​6 ​0​.​8 ​T ​1​.​1 ​1​.​5 ​2​.0 ​0​.​3 ​10​.​5 ​0​.​8
2​.​5 ​2​.​5 ​1​.​2
2​.​8 ​3​.​5 ​1​.​4
3​.​0 ​3​.​8 ​1​.​4
3​.​0 ​3​.​9 ​1​.​4
3​.​0 ​110 ​3​.​9 ​11 ​1​.​4 1​ 2
2​.​2 ​1​.​2 ​0​.​4 ​0​.​1
1​.​2​.​0​.​2
3​.​0 ​3​.​9 ​1​.​4

20​.​8 ​21​.​5
16 ​(​6​.​5 ​7​.​0 ​7​.​0 ​10​.​0 ​14​.​5 ​15​.​3 ​1​7​.​5 ​1​9​.​0 ​1​9​.​6 ​1​9​.​6 ​17
14​.​5 ​2​.​5 ​11​.​5 ​10 ​10​.​1 ​3​.​4 ​6​.
9 ​8​.​4 ​9​.​4 ​10​.
4 ​11.
2 ​12​.​0 ​12​.​5 ​15​.​0 ​22​.01​18 ​0​.​8 ​11​.​0 ​0​.​9 ​1​.​0 ​0​.​5 ​0​.​6 ​0​.​8 ​0​.​8 ​1​.​6 ​1​.​7 ​1​.​1 ​0​.​3 ​10​.​3
0​.​3 ​TILI
19 1 ​ ​2​.​0 ​2​.​5 ​3​.​1​.​1 ​3​.​2 ​3​.​3 ​3​.​3 ​T ​3​.​6 ​T ​3​.​6 ​14​.​1 ​4​.​1 ​20
0​.​2 ​0​.​3 ​- ​10​.​3 ​3​.​3 ​110​.​0 ​20​.​0 ​30​.​0 ​40​.​5 ​45​.​5 ​60​.​0 ​65​.​0 ​120​.​0 ​170​.​0 ​175​.​2121
20​.​0 ​10​.​0 ​5​1​.0 ​13​.​5 ​45​.​5 3
​ 5​.​21 ​1​. 2​ ​2​.
2 ​3​.
2 ​5​.​6 ​6​.​0 ​6​.​5 ​8​.​4 ​04​.​0 ​17​.​5 ​17​.​5 ​22
6​.​0 ​5​.​0 ​5​.
80​.​7 ​4​.​5 ​16​.​0 ​8​.​5 ​9​.​8 ​10​.​8 ​11​.​3 ​14​.​2 ​14​.​8 ​15​.​8 ​15​.​6 ​23
0​.​6 ​0​.​6 ​11​.​3 ​2​.
90​.​2 ​1​.​2 ​1​.​3 ​1​.​3 ​1​.​3 ​1​.3
​ ​1​.​3 ​1​.3
​ ​T ​1​.​3 ​1​.​3 ​1​.​3 ​124 ​1​.​3 ​3​.​0 ​3​.​5 ​4​.​0 ​6​.​5 ​7.​ ​7 ​7​.​7 ​9​.​7 ​11​.​1
1​4​.​5 ​37​.​0 ​25
1​2​.​0 ​1​.​5 ​2​.​377​.
31​.​2021 ​40 ​12​.​2 ​5​.​3 ​1​.0 ​-
5​.​7 ​0​.​8 ​3​.​4 ​0​.​1 ​1​0​.​5 ​7​.​5 ​8​.​5 ​9​.​0 ​9​.​7 ​T ​10​.​0 ​15​.​5 ​2​3​.​5 ​27​.7
​ ​29​.5 ​2​9​.​5 ​26 ​15​.​5 ​8​.​0 ​3​.​0 ​1.​9
0​.​8 ​0​.​3
3​.​0 ​10​.​5 ​0​.5 ​1​.​1 ​3​.​5 ​3​.​5 ​5​.​0 6​ ​.​0 ​8​.​1 8​ ​.​8 ​9​.​8 ​18​.​0 ​23​.​3 ​24​.​5 ​27
0​.​8 ​0​.​1 ​0​.​3 ​1​. ​. ​. ​7​.​8 ​2​.​0​. ​6​.​3 ​4​.​0 1 ​ ​1​. ​1​. ​1​. ​0​.​9 ​0​.​6 ​10​.​2 ​0​.​3 ​0​.​3 ​0​.​4 ​0​.​4 ​0​.​4 ​0​.​5 ​0​.​5 ​0​.​5
​ ​.​9 ​1​.​3 ​0​.3
0​.​5 ​28 ​0​.​5 ​10​.​2 ​0​.​2 ​0​.​2 ​0​.​4 ​0.​ ​5 ​0.​ ​6 ​0.​ ​8 ​0.​ ​8 ​0​.​8 ​0​.​8 ​29
0​.​5 ​0​.​31 ​0​.​5 ​1​.​0 ​2​.​0 ​4​.​0 ​4​.​5 ​1​.​6​.​2 ​12​.​0 ​1​3​.​5 ​15​.​2 ​15​.​2 ​30
1​.​5 ​6​.​2 ​5​.
81​.​4 ​0​.​31 ​3​.​0 ​1​3​.​5 ​3​.​2 ​8​.​0 ​19​.​0 ​12​.​0 ​14​.
3 ​16​.​2 ​116​.​8 ​16​.​8 ​131
​ an ​intensitas ​Max ​1​/2
0​.​3 ​6​.​2 ​8​.​0 ​1​.​9 ​0​.​4 ​Tanggal
d ​ 1/​2000
3​.​6 ​23​.​1 ​4​.7​ ​3​.​0 ​3​.​6 ​2​,​9 ​20​,​8 ​32​,​4 ​40​.​4 ​30​.​4 ​75​.​6 ​531 ​86​.​4 ​45​.​5 ​1​.​4 ​0​.​2
0​.​6 ​1​.​8 ​10​.​7 ​16​.​7 ​5​.​9 ​0.​ ​1 ​0​.​5
175​.​2 ​17​.​5 ​15​,​6 ​1​.​3 ​49​.​5 ​4​3​.​5 ​26​.​3 ​0​.​5
2​.​0

0​.​8
15​.​2 ​16​.​8
fung ​xew
2​.​0 ​459​.​8
10​.​0
5​.​5 ​11​.​0 ​3​.​0 ​1​.​9 ​2​.​0
1​.​5 ​14​.5 ​18​.​4 ​20​.​0 ​10​.​051​.0
​ ​13​.​5 ​45​.​5 ​35​.​2 ​1​.​0 ​0​.​2 ​0​.​3
1​.​2 ​5​.​9 ​10​.​5​) ​3​.​5
0​.​11 ​0​.​5 ​2​.​0 ​258​.​1
20​.​0 ​30​.​0 ​40​,​5 ​45​,​5 ​60​.​0 ​65​.​0 ​120​.​0 ​170​.​0 ​175​.​2​) ​Jam ​Pemeriksaan
hujan model ​Obs ​(​waktu ​setempat​) ​Jam ​: ​7​:0​ 0 ​WIB

1. ALAT UKUR EMBER JUNGKIT



(​TIPPING BUCKET GAUGE)
▪ ​Sangat sesuai untuk mengukur

intensitas ​hujan untuk waktu yang

pendek.
▪ ​Terdiri dari corong, saringan, dua buah
alat ​tampung yang sekaligus sebagai

alat penimbang dengan masing​masing


mempunyai alat pembuang serta

peralatan untuk merekam data.


▪ ​Air hujan jatuh pada corong, melewati
saringan ​yang akan ditampung pada

salah satu alat tampung sampai setara

dengan kedalaman hujan 0,5 mm, maka

alat tampung tersebut akan tumpah,

terbuang melalui alat pembuang,

kemudian alat tampung yang lainnya

siap untuk menampung air hujan.


▪ ​Tidak cocok untuk mengukur salju.
▪ ​Kelemahan alat ini, pada waktu salah
satu alat ​tampung menumpahkan air,

diperlukan waktu, sehingga ada

kemungkinan hujan yang terjadi saat itu

tidak terekam.
Air hujan
Corong
Saringan
Tipping bucket
Terjungkir bila penuh
setara 0.5 mm air hujan
Recorder
Kelemahan alat ini Alat Ukur
Ember Jungkit :
▪ ​Pada waktu salah satu alat

tampung menumpah ​kan air,

diperlukan waktu, sehingga ada


kemungkinan hujan yang terjadi

saat itu tidak terekam.


▪ ​Apabila saringan sudah tidak

dapat berfungsi ​dengan baik maka

kotoran, debu akan masuk pada

alat tampung sehingga menambah

bobot air dan sekaligus

menambah kedalaman hujan.


▪ ​Demikian, gerakan alat tampung

saling bergantian ​dan akan


tercatat pada kertas grafik secara

mekanik yang menggambarkan

kedalaman hujan.
2. ALAT UKUR PEMBERAT ​(WEIGHTING
TYPE GAUGE).
3. ALAT UKUR PENCATAT APUNG /
SIPON
(FLOAT RECORDING GAUGE)
▪ ​Air hujan diterima corong, setelah

melalui ​sebuah silinder, akan

tertampung pada bejana tabung yang

dilengkapi dengan sebuah

pelampung ​(float). Jika


​ muka air
dalam tabung naik, ​pelampung

bergerak ke atas terhubung dengan

pena melalui tali penghubung dengan

suatu mekanisme khusus sehingga

dapat menggerakkan alat tulis pada

kertas grafik yang digulung pada

silinder yang berputar. Jika tabung

penuh, otomatis air akan melimpas

keluar.
▪ ​Alat ini harus dikosongkan secara

manual, ​ad. 1 dan 2 secara otomatis


oleh suatu selang pipa yang bekerja

sendiri.
C. ALAT PENGUKUR HUJAN
DENGAN RADAR/SATELIT
• ​Radar gelombang pendek dapat

menunjukkan ​adanya hujan dalam

daerah pengamatannya. Makin


​ deras
hujan, makin besar reflektivitasnya.
• ​Penggunaan kombinasi antara

radar dan jaringan ​alat ukur biasa /

otomatis karena akan menghasilkan

suatu perataan yang lebih teliti.


• ​Ukuran tetesan hujan secara kasar

mempunyai ​korelasi dengan

intensitashujan, dan citra pada layar

radar dapat ditafsirkan sebagai suatu

indikasi kasar tentang

intensitashujan. Hasilnya perlu

dikalibrasi.
• ​Radar memberikan cara​cara untuk
mendapatkan ​informasi tentang

penyebaran hujan, yang hanya dapat

diberikansecara kasar oleh jaringan alat


ukur hujan biasa.

CONTOH : ​Dari suatu DAS seluas

2 HA dan sketsa data grafik AUHO

(Alat Ukur Hujan Otomatik) tsb, di

bawah ini :
Diminta untuk menghitung :
a. Intensitashujan setiap jam b.
Gambarkan ​hyetograph h ​ ujan c.
Hitung tebal hujan efektif, bila selama

terjadi ​hujan besarnya kehilangan air

rata​rata sebesar 8 mm/jam. d.



Gambarkan kurva massa hujan e.
Hitung besarnya koefisien aliran
(koefisien runoff) f. Bila waktu
konsentrasi aliran tc = 20 menit,

hitung ​besarnya debit puncak banjir !


Penyelesaian : a.Perhitungan Intensitas
Hujan tiap jam disajikan dlm. tabel sbb:
No.
Waktu
(pukul)
Tinggi hujan
(mm) Lamanya (jam)
Intensitas
(mm/jam) 1 8-9 ​0,0 ​1,0 0,0 2 9-10 ​0,0 ​1,0 0,0 3 10-11 ​2,0
1,0 2,0 4 11-12 ​2,0 ​1,0 2,0 5 12-13 ​0,0 ​1,0 0,0 6 13-14 ​0,0
1,0 0,0 7 14-15 ​4,0 ​1,0 4,0 8 15-16 ​10,0 ​1,0 10,0 9 16-17
20,0 ​1,0 20,0 10 17-18 ​14,0 ​1,0 14,0 11 18-19 ​0,0 ​1,0 0,0
12 19-20 ​2,0 ​1,0 2,0 13 20-21 ​0,0 ​1,0 0,0
Tinggi hujan = 54,0
b.Hyetograph ​hujan ​: kedalaman hujan
vs waktu
c. Hujan efektif, bila selama terjadi

hujan besarnya ​kehilangan air

rata​rata sebesar 8 mm/jam :


Hujan efektif merupakan tingginya

curah hujan ​yang menjadi aliran

permukaan (grafik yang diarsir),

yang dihitung dari tinggi hujan

lebih dari 8 mm, yaitu :


He = (10​8)mm/jam (1 jam) + (20​8)

mm/jam (1 ​jam) + (14​8) mm/jam (1


jam) = 20 mm Jadi
​ tingginya hujan
efektif = 20 mm.
d.Kurva massa hujan : diperoleh

dari nilai ​kumulatif tinggi hujan, sbb

:
e. Besarnya koefisien aliran
(koefisien runoff):
Tinggi hujan H = 54 mm Tinggi hujan
efektif = He = 20 mm Koefisien aliran
: ​37,0 ​54​20 ​= = = ​H​He α​

f. Bila ​hitung waktu


​ ​besarnya

konsentrasi ​debit puncak aliran



tc ​banjir =
​ 20 menit, ​!.
Intensitas ​maksimum, pukul

16​17 maksimum
​ ​dari sebesar

tabel 20 adalah
​ ​di mm/jam. atas

intensitas ​yang terjadi hujan


pada Debit
​ puncak banjir Qp =
∝ x I​maks ​x A = 0,370 x 20
mm/jam x 2 HA = 0,370 x 2
cm/jam x cm​2 ​= cm​3​/jam =
liter/jam ` = 42 liter/detik.
102​x ​8 ​10512,1 ​x ​8 ​10512,1 ​x ​5
• ​Sebagian besar analisis hidrologi

memerlukan data ​curah hujan

rata​rata daerah aliran sungai ​(Areal

Rainfall).​
• ​Hasil yang diperoleh dari pengukuran

alat pengukur ​hujan adalah kedalaman

hujan pada satu tempat saja, di mana

stasiun hujan tersebut berada disebut

data hujan lokal ​(point rainfall) ​data

ini belum bisa digunakanuntuk


analisis.
• ​Jika suatu DAS mempunyai
beberapa stasiun hujan yang

ditempatkan terpencar kedalaman

hujan yang tercatat di

masing​masingstasiun dapat tidak

sama.
• ​Lebih banyak stasiun hujan lebih

banyak informasi ​yang diperoleh data

hujan lebih baik tapi konsekwensinya

biaya lebih besar besar.


POINT RAINFALL HARUS DIUBAH


MENJADI ​AREAL RAINFALL

SEHINGGA DIPEROLEH HUJAN

DAS
DATA INI YANG BISA DIGUNAKAN
UNTUK ANALISIS HIDROLOGI.
ADA 3 MACAM CARA YANG DAPAT

DIGUNAKAN ​UNTUK

MENGHITUNG HUJAN LOKAL

(​POINT RAINFALL​) MENJADI

HUJAN RATA​RATA DAERAH


ALIRAN SUNGAI (​AREAL

RAINFALL) ​YAITU :
A. METODE RATA2 ALJABAR : B.
METODE POLIGON ​THIESSEN ​C.
METODE ISOHYET
a. METODE RATA​RATA ALJABAR :
❑ Merupakan metode paling sederhana untuk
menghitung hujan rata​rata yang
jatuh di dalam & sekitar daerah ybs. ❑ Hasilnya
memuaskan jika daerahnya datar dan alat ukur tersebar
merata serta
curah hujan tidak bervariasi banyak dari harga tengahnya
dan distribusi hujan relatif merata pada seluruh DAS. ❑
Makin banyak stasiun hujannya, akan makin banyak
informasi yang diperoleh
tetapi biaya mahal, penempatan stasiun sebaiknya
merata. ❑ Keuntungan, lebih obyektif jika dibandingkan
dengan metode Isohyet yang
masih mengandung faktor subyektif.
Batas DAS
1 ​2
n

P = hujan rata-rata ​Pi = tinggi curah hujan

distasiun i, i = 1, ...,n.
1 ​P
=

n ∑​
​ i ​= n​ 1​
Pi

CONTOH 1 : ​Diketahui ​mm, rerata b

dengan = 40 suatu
​ ​mm, metode das
​ ​c = 20

mempunyai ​rata​rata mm dan d aljabar 4


​ ​=
stasiun ​30 mm. !. hujan,
​ ​Hitung stasiun
​ a

hujan =​ 50 Penyelesaian : Sta. A berada


tidak jauh dari das, jadi berpengaruh sbb. :
P
=​
1

∑​
n​ n​i ​= ​1 ​Jika ​diperhitungkan, stasiun
​ a

berada ​sehingga jauh


​ ​: dari
​ das maka data

distasiun tidak Perbedaan ​cukup terhadap

besar, jarak cukup


​ ​padahal antar besar

stasiun metode karena


​ ​tidak tsb. variasi

Cocok besar. hujan


​ ​jika di
​ ​variasi masing2

=​ +++=​
hujan sta
​ ​Pi ​ 1 ​4​35)30204050( ​ mm

= ∑​
​ =++
P ​n ​i ​Pi mm ​1 ​1 ​1 ​3​30)302040( ​
n​

=​
=
2. METODE ​THIESSEN :​
❑ ​Metode ini memperhitungkan
bobot/daerah pengaruh ​dari

masing-masing stasiun hujan asumsi :

hujan yang terjadi pada suatu luasan

dalam DAS = hujan yg tercatat di sta.

terdekat jadi mewakili luasan tsb. ❑



Jumlah stasiun hujan minimum 3 buah
❑ ​Penyebaran stasiun hujan bisa tidak
merata. ​❑ ​Tidak sesuai untuk daerah
bergunung (pengaruh ​orografis) ❑
​ ​DAS
dibagi menjadi poligon, stasiun
pengamat hujan ​sebagai pusat. ❑

Apabila ada penambahan/ pemindahan
stasiun ​pengamat hujan, akan

mengubah seluruh jaringan dan

mempengaruhi hasil akhir perhitungan.


❑ ​Tidak memperhitungkan topografi. ​❑
Lebih teliti dibandingkan dengan cara
Aljabar.
Sta. di luar DAS
°
1
A​
1 ​2 A​2
An

P_​

∑ ​PA ​ ∑​

A​ nn n

°​n
Pn = tinggi hujan pada stasiun1, 2....., n An = luas
daerah yang berpengaruh pada masing2 sta.
Cara : ​1. Hubungkan lokasi stasiun pengamat hujan. 2.
Gambar garis bagi tegak lurus pada tiap sisi segitiga.

3. ​4. 5. ​P ​=
_​

Hujan rata​rata DAS.


Hitung ​Curah titik Luas pengamatan poligon hujan

faktor ​dalam pemberat


​ ​dapat dalam tiap diukur

Thiessen ​poligon tiap dengan poligon dianggap

Ai/ΣAi. ​planimeter tersebut. diwakili atau oleh kertas

curah milimeter.

hujan dari
CONTOH 2 :
DATA SEPERTI GAMBAR DI BAWAH,
LUAS DAS 500 KM2. ​HITUNG HUJAN

RERATA DENGAN METODE ​THIESSEN ​!.


Stasiun Hujan (mm) Luas poligon
Hujan x Luas ​A 50 95 4.750 B 40 120
4.800 C 20 172 3.440 D 30 113 3.390
JUMLAH 500 16.380

P ​ = ​∑
_​

PA n​ n ​
∑​A​ n

= ​380.16 ​500​= ​76,32 mm



L​A1P​1 ​+ ​A2P2 +
​ ​.​.... ​+ ​AnPn
A1 ​+ ​A2 ​+ ​.​.​. ​+ ​A​n
(​2​.​3​)

dengan:
: ​hujan ​r​erata ​kawasan ​P1,​ P
​ 2,
​ .
​ .
​ .
​ ,
​ P
​ n :
​ ​hujan ​pada
stasiun ​1​, ​2​, ​3 ​.​.​.​,n
​ A​ ​1​, ​A2​, ​.​.​.​, ​An
​ ​: ​luas ​daerah ​yang
mewakili ​stasiun 1​, ​2​, 3 ​
​ ​.​.​.​.n
$
50
Gambar ​2​.​9​. ​Poligon ​Thiessen
C. METODE ISOHYET :

Isohyet ​dengan adalah


​ ​kedalaman

garis ​hujan yang


​ menghubungkan

yang sama. titik​


​ titik Diasumsikan

diantara dari kedua 2 garis garis


bahwa ​isohyet isohyet :​ hujan ​merata

tersebut​. pada
​ ​dan ​suatu ​= nilai

daerah ​rata​rata ​​ ​Digunakan di daerah


datar / pegunungan. - Stasiun curah
hujan tersebar merata & harus banyak. -
Bermanfaat untuk curah hujan yang
singkat, metode
paling teliti tetapi analisnya harus
berpengalaman.

+​
A
+
II ​

AA ​+

​ ​i
​ =
+A
n​i

II P
n​

A
1 ​II 2​ 1 ​+ ​2

+ ​A 2​
II 3​ 2
...... ​
+ ​2 ​+ ​ + ​A ​n
nn

+ ​1 ​2 ​∑
i
ii
=
1

∑​=
1
+
1​
2
1

2​.......
n​A

i
PROSES TAHAPANNYA :
1. Plot Stasiun hujan & besar kedalaman curah
hujan.
2. Dari nilai kedalaman hujan di stasiun yang
berdampingan, dibuat
interpolasi dengan pertambahan nilai yang
ditetapkan.
3. ​Buat kurva dengan menghubungkan titik-titik
interpolasi dengan
kedalaman hujan yang sama.
4. Ukur luas daerah antara 2 isohyet yang
berurutan, kalikan ​dengan
nilai rerata dari nilai kedua garis isohyet.
5. Jumlah hitungan pada butir 4 untuk seluruh garis
isohyet dibagi
dengan luas daerah yang ditinjau.
Tebal hujan :
Jumlahkan hasil kali tebal hujan dengan luas DAS
yang dibatasi oleh 2 garis yang membagi jarak
yang sama diantara 2 Isohyet yang berdekatan.
CONTOH 3 ​: SOAL = NO 2, HITUNG P DENGAN
METODE ISOHYET.
PENYELESAIAN : ​DIBUAT GARIS​GARIS
ISOHYET, KEMUDIAN DI ​HITUNG LUASAN
DAERAH DI ANTARA 2 GARIS ISOHYET ​→
DISAJIKAN DALAM TABEL SBB. :
pertambahan nilai 5 mm.
Belum terhitung
III ​V
I
Rerata Luasan antara 2
dari 2 Isohyet, km2
Isohyet, km2 Daerah Isohyet
Luasan x mm
Rerata
15​I​20​1417.5
210

II​25​50​22.5
1.125

III

30​95
27.5
2.613

IV​35​111
32.5
3.608

V​40​14037.5
5.250

VI

45
70
42.5
2.975
50
JUMLAH 500 16.826
HUJAN RERATA : ​P ​==
826.16 ​500​= ​65,33 ​mm

4
THIESSEN ​

% dari luas total (Faktor Pembobot


Thiessen)
Hujan DAS (mm) Sta.
Luas
Hujan P
Kolom 3 x 4 Hujan
(Ha)
(mm)
A 15 65 15/455 x 100% = 3,3 3,3% x 65 = 2
B 70 146 70/455 x 100% = 15.4 15,4% x 146 = 22
C 80 192 80/455 x 100% = 17,6 17,6% x 192 = 34
D 85 269 85/455 x 100% = 18,7 18.7% x 269 = 50
E 10 154 10/455 x 100% = 2,2 2,2% x 154 = 3
F 60 298 60/455 x 100% = 13.2 13,2% x 298 = 39
G 100 500 100/455 x 100% = 21,9 21,9% x 500 = 110
H 25 450 25/455 x 100% = 5,5 5,5% x 450 = 25
I 10 282 10/455 x 100% = 2,2 2,2% x 282 = 6
Total ​455 Jumlah = 100 ​Jumlah = 291
CONTOH ISOHYET :
12345
Isohyet Luas Bruto Luas Neto Rata Hjn antara 2
isohyet Vol.hujan
mm Ha Ha mm Kolom 3x4
500 10 10 525 5.250
400 100 90 450 40.500
300 190 90 350 31.500
200 290 100 250 25.000
100 400 110 150 16.500
<100 455 55 80 4400
123.150
P = 123.150 : 455 = 270,7 mm
CONTOH SOAL 5 : ​Dari suatu DAS
seluas 57,20 km​2 ​terdapat 7 buah stasiun

hujan otomatis. Pada bulan Mei terukur

hujan pada Sta.1 = 64 mm, Sta. 2 = 60 mm,

Sta.3 = 52 mm, Sta.4 = 48 mm, Sta.5 = 50

mm, Sta.6 = 40 mm dan Sta.7 = 36 mm.


Hitung kedalaman hujan rata​rata DAS pada
bulan tersebut ​dengan ​metode Rata​rata

Aljabar, Metode Thiessen & Isohyet.


PENYELESAIAN :
A. ​METODE RATA2 ALJABAR :
P = 1/N (P​1 ​+ P​2 +
​ P​3 ​+.....+ P​N​) P = 1/7 (64 + 60 + 52
+48 +50 + 40
+ 36) mm = 50 mm

B. METODE ​THIESSEN
Sta. Hujan P
mm
P =1/A (A1P1 + A2P2 + A3P3 + A4P4 + A5P5 + A6P6
+A7P7) P = (2851,4 : 57,20) = 49,84 mm.
Luas Poligon
PxA
(A) km​2 ​
(mm x km​2​) ​1 64 ​6,56 ​419,84 2 60 10,52 631,20 3 52
8,02 ​417,64 4 48 9,08 435,84 5 50 6,32 316,00 6 40 7,42
296,80 7 36 9,28 334,08 57,20 2851,4
C. METODE ISOHYET
Luas Sta. Isohyet P
Daerah (mm)
A (km​2​)
P x A (mm x km​2​)
1 + 2 60 17,94 1.076,40
3, 4, 5 50 16,22 831,00
6 + 7 40 22,64 905,60
57,20 2.813,00
Hujan DAS = 2.813,00 : 57,20 =
49,18 mm.
Contoh Soal 6 : ​Hitung Hujan DAS dengan cara Thiessen
dan Aljabar

Sta. Luas Hujan % Luas


HujanDAS
A. 129,9 150 15,47% 23,21 B. 354,9 170
42,26% 71,84 C. 242,4 205 28,87% 59,18 D.
112,5 180 13,40% 24,12
TOTAL 839,7 178,35
Hujan rata2 DAS dengan :
Metode Thiessen = 178,35 mm.
Metode Rata​rata Aljabar :
P = (150 + 170 + 205 + 180) : 4 =
176,75 mm.

Anda mungkin juga menyukai