Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGEOLOGI

[PENGUKURAN MUKA AIR TANAH PADA SUMUR]

MINGGU KE-1

Asisten Praktikum:
1. David Parulian Hutauruk (120150071)
2. Irfan Arif (120150105)
3. Muhammad Wildan Arrosyid (120150037)
4. Reza Dava Fadila (119150010)
5. Rionanda Rubiansyah (119150051)

Disusun Oleh:
Astrid Candra Dewi (121150056)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


JURUSAN TEKNIK MANUFAKTUR DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2023
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di
atmosfir, tanah dan badan-badan airyang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi (Kodoati dan Rustam, 2008). Pemanasan air samudera oleh sinar
matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air, es, atau kabut. Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung
jatuh yang kemudian di intersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda, yaitu:
Evaporasi / transpirasi, air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. Kemudian
akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation)
dalam bentuk hujan, salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan.
Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai lahan
dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan
tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai
menuju laut.
Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon
maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat diserap tanaman
adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar tanaman dari semua
komponen agroforestri menyerap air dari tandon air yang sama dan pada kapasitas yang
terbatas. Bila jumlah air dalam tandon berkurang terjadilah perebutan antara akar-akar berbagai
jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal ini terjadi kompetisi untuk
mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan masing-masing jenis tanaman. Beberapa
sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan
air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan
lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon
atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan
kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem
ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada
(Budiman, 1988).
Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, sebagian akan ditahan oleh tajuk pohon,
dansebagian lagi oleh tajuk tanaman semusim, dan lainnya lolos ke permukaan tanah di bawah
pohondan di bawah tanaman semusim. Air yang ditahan oleh tajuk pohon dan tanaman semusim
sebagian besar menguap sehingga tidak berpengaruh kepada simpanan (cadangan) air dalam
tanah. Tajuk pohon dan tanaman semusim yang berbeda mengakibatkan perbedaan jumlah air
yang ditahan tajuk kedua jenis tanaman itu. Akibatnya jumlah air yang lolos dan mencapai
permukaan tanah di bawah pohon dan dibawah tanaman semusim juga berbeda. Air hujan yang
lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke dalam tanah
melalui proses infiltrasi. Sebagian lagi mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan
permukaan. Sifat-sifat tanah di bawah pohon dan tanaman semusim dan jumlah air yang jatuh
di bawah kedua tanaman yang berbeda menyebabkan kecepatan infiltrasi dan limpasan
permukaan di bawah tanaman semusim dan pohon juga berbeda. Dalam kondisi tertentu
infiltrasi di bawah pohon bisa cukup tinggi sehingga tidak hanya cukup untuk menurunkan Rt
menjadi nol (tidak ada limpasan permukaan), tetapi mampu menampung limpasan permukaan
dari area di bawah tanaman semusim (Rosdan, 2001).

I.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu:
1. Untuk mengetahui metode pengukuran muka air tanah
2. Untuk mengetahui potensi persebaran air tanah
3. Untuk mengetahui metode pengolahan data muka air tanah

I.3. Metode Penelitian


Adapun metode yang digunakan dalam melakukan pengamatan ini yaitu metode interpolasi,
yaitu dengan melakukan pengukuran muka air tanah di sekitar sumur warga. Kemudian data
tersebut diolah menggunakan software ArcGIS dan QGIS untuk mengetahui persebaran muka
air tanah dan arah aliran air tanah nya. Pengukuran muka air tanah dilakukan di desa Way Galih,
Lampung Selatan.

I.4. Tinjauan Pustaka


Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan di bawah permukaan
tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya air yang keberadaannya terbatas dan
kerusakannya dapat mengakibatkan dampak yang luas serta pemulihannya sulit dilakukan.
Dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan akan air baku maka perlu untuk menggali potensi
air tanah untuk dimanfaatkan sebagai cadangan air baku.
Mengingat Indonesia adalah negara tropis yang kaya dengan air permukaan, pemanfaatan air
tanah merupakan upaya terakhir apabila kita tidak bisa lagi memanfaatkan air permukaan.
Dengan demikian pengendalian akses terhadap pemanfaatan air tanah perlu mendapat
perhatian, terkait air tanah adalah cadangan terakhir air baku.
Air tanah juga merupakan salah satu komponen dalam suatu daur hidrologi yang dapat
terbarukan (renewable) walaupun memerlukan waktu yang lama. Pengisian kembali (recharge)
air tanah berasal dari air yang ada di permukaan tanah seperti air hujan, air sungai, air danau
dan sebagainya, selanjutnya meresap ke dalam tanah secara vertikal dan masuk ke watertable
dan akhirnya masuk ke groundwater. Berdasarkan groundwater system, pergerakan vertikal
tergantung kepada sebaran 2 energi potensial yang berada di bawah watertable, dan penyebaran
energi yang dapat digunakan untuk menentukan komponen-komponen aliran yang dekat
dengan permukaan air. Air dalam groundwater akan bergerak atau mengalir secara vertikal dan
lateral (Winter et al., 2005).
Pemanfaatan air tanah merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan air di masa sekarang dan
yang akan datang, serta merupakan alternatif yang terbaik apabila air yang diperlukan sudah
tidak mencukupi atau terjangkau. Sumber daya air tanah bersifat dapat diperbaharui secara
alami, karena air tanah merupakan bagian yang tidak terpisah dari siklus hidrologi di bumi,
yang ditentukan pada formasi pengikat air yang memungkinkan jumlah air yang cukup besar
untuk bergerak melaluinya pada kondisi lapangan yang biasa. Untuk melayani kebutuhan air
bersih yang bersumber dari air tanah tersebut, perlu diketahui potensi air tanah.
Keberadaan air tanah di sekitar Desa Way Galih Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten
Lampung Selatan tidak dapat dijamin ketersediaannya, sehingga perlu dilakukan survei tentang
lapisan air tanah. Pada pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui persebaran lapisan air tanah
di daerah tersebut, yang bermanfaat sebagai dasar acuan untuk pengembangan dan pengolahan
sumber daya air tanah demi kebutuhan masyarakat yang ada di sekitar Desa Way Galih.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan
akuifer baik vertikal maupun lateral dan untuk mengetahui potensi air tanah berupa jumlah air
tanah yang ada di desa Way Galih.

Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di
atmosfir, tanah dan badan-badan airyang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi,
evaporasi dan transpirasi (Kodoati dan Rustam, 2008). Pemanasan air samudera oleh sinar
matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air
berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air, es, atau kabut. Pada
perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung
jatuh yang kemudian di intersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai
tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda, yaitu:
Evaporasi / transpirasi, air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. Kemudian
akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh
uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation)
dalam bentuk hujan, salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-
pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air
dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut
memasuki kembali sistem air permukaan.
Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau, makin landai lahan
dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan
tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan di sekitar daerah aliran sungai
menuju laut.
Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon
maupun semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang dapat diserap tanaman
adalah air yang berada dalam pori-pori tanah di lapisan perakaran. Akar tanaman dari semua
komponen agroforestri menyerap air dari tandon air yang sama dan pada kapasitas yang
terbatas. Bila jumlah air dalam tandon berkurang terjadilah perebutan antara akar-akar berbagai
jenis tanaman yang ada untuk mengambil air. Dalam hal ini terjadi kompetisi untuk
mendapatkan air guna mempertahankan pertumbuhan masing-masing jenis tanaman. Beberapa
sifat tanah yang merupakan komponen-komponen neraca air, misalnya kapasitas menyimpan
air (jumlah ruang pori), infiltrasi, kemantapan pori sangat dipengaruhi oleh macam penggunaan
lahan atau jenis dan susunan tanaman yang tumbuh di tanah tersebut. Jadi jenis-jenis pohon
atau tanaman semusim yang ditanam pada suatu bidang tanah dapat mempengaruhi siklus dan
kesetimbangan air pada sistem tersebut. Sebaliknya siklus dan kesetimbangan air dalam sistem
ini pada gilirannya juga mempengaruhi kompetisi antara komponen tanaman yang ada
(Budiman, 1988).
Curah hujan yang jatuh pada suatu kawasan, sebagian akan ditahan oleh tajuk pohon,
dansebagian lagi oleh tajuk tanaman semusim, dan lainnya lolos ke permukaan tanah di bawah
pohondan di bawah tanaman semusim. Air yang ditahan oleh tajuk pohon dan tanaman semusim
sebagian besar menguap sehingga tidak berpengaruh kepada simpanan (cadangan) air dalam
tanah. Tajuk pohon dan tanaman semusim yang berbeda mengakibatkan perbedaan jumlah air
yang ditahan tajuk kedua jenis tanaman itu. Akibatnya jumlah air yang lolos dan mencapai
permukaan tanah di bawah pohon dan dibawah tanaman semusim juga berbeda. Air hujan yang
lolos dari tajuk tanaman akan mencapai permukaan tanah dan sebagian masuk ke dalam tanah
melalui proses infiltrasi. Sebagian lagi mengalir di permukaan tanah sebagai limpasan
permukaan. Sifat-sifat tanah di bawah pohon dan tanaman semusim dan jumlah air yang jatuh
di bawah kedua tanaman yang berbeda menyebabkan kecepatan infiltrasi dan limpasan
permukaan di bawah tanaman semusim dan pohon juga berbeda. Dalam kondisi tertentu
infiltrasi di bawah pohon bisa cukup tinggi sehingga tidak hanya cukup untuk menurunkan Rt
menjadi nol (tidak ada limpasan permukaan), tetapi mampu menampung limpasan permukaan
dari areal di bawah tanaman semusim (Rosdan, 2001).
BAB II PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan dan pengolahan data muka air tanah yang telah dilakukan, didapatkan
data hasil pengukuran muka air tanah sebagai berikut:

II.1. Peta Dasar

Gambar 1. Peta dasar lokasi pengamatan.


Berdasarkan peta dasar di atas, pengamatan dan pengukuran muka air tanah dilakukan di desa
Way Galih tepatnya di desa Way Galih 4, Kabupaten Lampung Selatan pada Minggu, 24
September 2023. Data diperoleh dengan mengukur muka air tanah secara langsung pada sumur
warga. Sebelum melakukan pengukuran, dilakukan pengambilan foto sumur terlebih dahulu
dan memasukkan kedalam avenza sebagai plot tempat kita mengambil data, lalu mengukur
tinggi sumur dan mengukur tinggi MAT dengan meteran, Lalu dilihat elevasi, longitude dan
latitude melalui aplikasi avenza.

II.2. Data Pengukuran Muka Air Tanah


Tinggi
Kedalaman Head
Kode Lokasi Elevasi Sumur
Long (X) Lat (Y) MAT [b] [h] Keterangan
[ID] (Dusun) (Z) [a]
(meter) (meter)
(meter)
Way
105.357512 -5.3649 72.21 0,68 3,9 68.99
Galih 4
Way
105.352730 -5.365092 72.67 0,87 7,1 66.44
Galih 4
Way
105.357935 -5.364841 72.75 0,69 6,52 66.92
Galih 4
Way
105.357962 -5.364804 72.77 0,55 7,1 66.22
Galih 4
Way
105.358128 -5.364462 71.80 0,83 6,6 66.03
Galih 4
Way
105.358100 -5.364216 72,08 0,55 6,1 66.53
Galih 4
Way
105.358536 -5.364711 71,23 0,70 6,2 65.73
Galih 4
Way
105.358655 -5.364850 71,69 0,48 1,44 70.73
Galih 4
Way
105.356639 -5.364786 74,33 0,71 5,15 69.89
Galih 4
Way
105.356506 -5.364439 75,27 0,87 5,74 70.4
Galih 4
Way
105.356494 -5.364070 77,81 0,80 5,9 72.71
Galih 4
Way
105,356491 -5.363841 78,85 0,70 5,6 73.95
Galih 4

Tabel 1. Data hasil observasi pengukuran muka air tanah


Pada data tabel sumur terdapat data yang diamati dalam pengukuran MAT pada sumur gali
adalah Longitude (X), Latitude (Y), dan Elevasi, Tinggi Sumur [a] (meter), Kedalaman MAT
[b] (meter), Head [h] (meter). Berdasarkan pengamatan dan pengukuran, didapatkan 12 titik
lokasi sumur. Pada data head didapatkan menggunakan rumus berikut:

Gambar 2. Rumus head (elevasi air tanah)


Gambar II.1. Peta arah aliran air tanah daerah Way Galih
Setelah diperoleh data ketinggian muka air tanah dan posisinya, lalu dibuat peta kontur muka
air tanah. Garis kontur menunjukkan derah-daerah yang mempunyai tinggi muka air tanah yang
sama yang dapat dibuat melalui interpolasi dari titik-titik tinggi muka air tanah yang didapatkan
sebelumnya. Pembuatan peta dilakukan menggunakan software ArcGIS dan Qgis. Adapun
langkah-langkah dalam pembuatan peta aliran air tanah ini sebagai berikut:
1. Mengubah data head dalam format Excel ke bentuk CSV (Comma Delimited) agar dapat
diolah dalam software pemetaan.
2. Masukan Data CSV Head dan SHP kavling lokasi pengukuran kedalam ArcGIS dengan
cara menekan tool Add Data, lalu pilih file head csv dan shp kavling. Selanjutnya
definisikan koordinat pada file csv dengan cara klik kanan pada csv, klik display x,y data.
Terakhir export data csv ke dalam bentuk shp dengan cara klik kanan pada csv events, klik
data, klik export data, dan pilih lokasi penyimpanan dan ubah nama file sesuai kebutuhan.
3. Tahap selanjutnya adalah pembuatan interpolasi nilai head. Pastikan tool Geostatistical
Analyst sudah tersedia di tampilan ArcGIS. Apabila belum tersedia maka klik kanan di
bagian atas tampilan ArcGIS lalu centang tool Geostatistical Analyst. Setelah itu, klik
Geostatistical Wizard (bagian yang hijau), pilih Kriging/Cokriging, lalu ubah data field dari
longitude menjadi head, klik next lalu pilih include all, pilih universal, next hingga bagian
neighborhood, kemudian ubah standard jadi smooth, next hingga finish.
4. Setelah hasil interpolasi kriging berhasil, perhatikan apakah hasil interpolasi sudah
mencakup keseluruhan kavling atau belum. Jika belum, maka perlu dilakukan extend agar
hasil kriging mencakup kavling sepenuhnya. Langkah untuk melakukan extend diawali
dengan klik kanan pada file hasil kriging, klik properties, klik extend, pilih extend of
Kavling.
5. Kemudian langkah selanjutnya adalah melakukan pemotongan (clip) hasil kriging sesuai
dengan kavling. Akan tetapi, sebelum melakukan clip terlebih dahulu dilakukan export data
hasil kriging ke dalam bentuk data raster. Langkah untuk export data dilakukan dengan klik
kanan pada hasil kriging, pilih data, pilih export, pilih export to raster, atur lokasi
penyimpanan dan nama file sesuai keinginan. Setelah data di export maka klik tool
windows, pilih image analyst, klik bagian file Kriging_Head (file hasil export), kemudian
buka attribute table kavling, blok data kavling, klik clip (gambar gunting). Perlu diingat
bahwa hasil clip dengan image analyst ini belum tersimpan dalam perangkat, sehingga
perlu disimpan dengan cara klik kanan pada hasil clip, pilih data, klik export data, dan
sesuaikan location dan name file nya.
6. Tahap selanjutnya adalah pembuatan arah aliran air tanah dengan menggunakan aplikasi
QGIS. Langkah pertama masukan data clip kriging berbentuk raster dengan cara klik layer,
pilih add layer, pilih add raster layer, pilih file yang ingin dimasukan.
7. Selanjutnya, search gradient pada processing toolbox, cari tool gradient vectors from
surface, kemudian ubah nilai step sesuai dengan keinginan kita. Apabila hasil sudah sesuai
dilanjutkan dengan penyimpanan hasil gradient dengan cara klik kanan pada hasil
gradient, pilih export, pilih save feature as, sesuaikan nama penyimpanan file.
8. Tahap selanjutnya yaitu memasukan file arah aliran airtanah ke dalam aplikasi ArcGIS
(sama seperti memasukan data kavling, klik add data). Apabila tanda anak panah melebihi
kavling maka perlu dilakukan penghapusan tanda anak panah dengan cara klik kanan pada
arah aliran air tanah, pilih edit features, klik start editing, klik tanda anak panah yang ingin
dihapus lalu klik delete pada keyboard. Jika sudah selesai melakukan edit, klik editor, klik
save edits, klik stop editing.
9. Tahap terakhir adalah membuat groundwater contour berdasarkan data head. Pembuatan
kontur dibuat menjadi kontur mayor dan minor dengan interval masing-masing kontur
disesuaikan dengan nilai head. Langkah pembuatan kontur dilakukan dengan klik
arctoolbox, spatial analyst tools, klik surface, contour, masukan nilai interval kontur, lalu
atur nama file dan lokasi penyimpan. Lakukan hal yang sama untuk kontur minor. Setelah
data kontur berhasil dibuat, lakukan labeling pada kontur mayor agar nilai kontur terlihat.
Klik kanan pada kontur mayor, klik label feature, klik kanan lagi, klik properties, pilih
label, klik label field, ubah id jadi contour.
10. Tahap terakhir yang dilakukan adalah export data dengan klik file, export map, dan
sesuaikan format export data dan resolusinya.
BAB III PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari dilaksanakannya praktikum kali ini adalah:
1. Tinggi muka air tanah pada suatu lokasi dapat didiukur dari data yang diambil pada
pengukuran MAT sumur gali.
2. Perubahan tinggi muka air tanah dari waktu ke waktu adalah sangat berdampak pada aliran
air tanah disuatu tempat atau daerah dalam pemanfaatan air tanah.
3. Arah aliran air tanah nya dapat dilihat dari peta pola aliran air tanah.
4. Kualitas air tanah pada sumur yang diamati kurang bersih. Namun masih banyak yang
masih terjaga.
5. Potensi air tanah pada sumur yang diamati masih cukup berpotensi karena dari warga
setempat masih banyak yang menggunakan sumur untuk ketersediaan air tanah untuk
kehidupan sehari-hari.
6. Pengaruh kegiatan manusia terhadap muka air tanah sangat berpengaruh seperti melakukan
pembuangan limbah yang bertempat dekat dengan daerah potensi air tanah berada yang
akan mengakibatkan tercemarnya air tanah tersebut.
III.3. Saran
Saran buat praktikum pada kali ini kepada praktikan sudah harus mampu mengetahui materi
dan langkah- langkah sebelum melakukan penelitian pengukuran MAT di lapangan, dan
semakin semangat untuk melakukan kegiatan praktikum modul-modul selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, (2018), Pengelolaan Air Tanah, Pustaka AQ Nyutran, Yogyakarta, hal. 99-146.
Ersin Seyhan, (1977), Dasar-Dasar Hidrologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
hal 99-102.
Bruce R. Munson, Donald F. Young and Theodore., H. Okiishi. (2002), Mekanika Fluida Jilid
2, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta, hal. 106.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai