Anda di halaman 1dari 15

Pengertian Hidrologi Secara Umum adalah Cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar pergerakan, distribusi, dan kualitas

air yang ada dibumi serta siklus hidrologi dan sumber daya air. Sedangkan Pengertian Siklus Hidrologi Secara Umum adalah
sirkulasi air dari laut ke atmosfer lalu ke bumi dan kembali lagi ke laut dan seterusnya. Hidrologi berasal dari kata "Hidrologia"
artinya "ilmu air" Lihat pembahasan dari hidrologi dan siklus hidrologi dibawah ini. Hidrologi merupakan ilmu yang mengkaji
kehadiran dan pergerakan air dibumi. Dalam kajian hidrologi meliputih potamalog (aliran permukaan), geohidroligi (air tanah),
hidrometeorologi (air yang ada di udara dan berwujud gas), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti danau, dan
waduk), kriologi (air berwujud padat seperti es dan salju). Orang yang mempelajari hidrologi disebut dengan hidrologist.
Siklus hidrologi adalah sirkulasi air tanpa henti dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses kondensasi,
presipitasi, evaporasi, dan transpirasi. Siklus hidrologi dapat juga berarti lebih sederhana yaitu peredaran air dari laut ke atmosfer
melalui penguapan, kemudian akan jatuh pada permukaan bumi dalam bentuk hujan, yang mengalir didalam tanah dan diatas
permukaan tanah sebagai sungai yang menuju ke laut. Panasnya air laut didukung oleh sinar matahari karna matahari merupakan
kunci sukses dari siklus hidrologi sehingga mampu berjalan secara terus menerus kemudian dalam terjadinya air berevoporasi,
lalu akan jatuh ke bumi sebagai prespitasi dengan bentuk salju, gerimis atau atau kabut, hujan, hujan es dan salju, dan hujan batu.
Setelah prespitasi, pada perjalanannya kebumi akan berevoporasi kembali keatas atau langsung jatuh yang diinterepsi oleh
tanaman disaat sebelum mencapai tanah. Apabila telah mencapai tanah, siklus hidrologi akan terus bergerak secara terus menerus
dengan 3 cara yang berbeda yaitu sebagai berikut...

Evaporasi (Transpirasi) - Air di laut, sungai, daratan, tanaman. sbb. kemudian akan kembali menguap ke atmosfer
menjadi awan lalu menjadi bintik-bintik air yang akan jatuh dalam bentuk es, hujan, salju.

Infiltrasi (Perkolasi ke dalam Tanah) - Air bergerak melalui celah-celah dan pori-pori serta batuan yang ada dibawah
tanah yang dapat bergerak secara vertikal dan horzontal dibawah permukaan tanah hingga ke sistem air permukaan.

Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan
makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya
pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air
permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut..

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan
akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam
komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara
keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.

Macam-Macam Siklus Hidrologi - Proses terjadinya siklus hidrologi dibedakan menjadi 3 jenis atau macam siklus hidrologi
seperti yang ada dibawah ini..

Siklus Pendek : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari matahari lalu terjadi kondensasi membentuk
awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan laut.

Siklus Sedang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari matahari lalu terjadi evaporasi yang terbawa
angin lalu membentuk awan yang pada akhirnya jatuh ke permukaan daratan dan kembali ke lautan.

Siklus Panjang : Menguapnya air laut menjadi uap gas karna panas dari matahari lalu uap air mengalami sublimasi
membentuk awan yang mengandung kristal es dan pada akhirnya jatuh dalam bentuk salju kemudian akan membentuk
gletser yang mencair membentuk aliran sungai dan kembali kelaut.
Evapotranspirasi adalah keseluruhan jumlah air yang berasal dari permukaan tanah, air, dan vegetasi yang diuapkan
kembali ke atmosfer oleh adanya pengaruh faktorfaktor iklim dan fisiologi vegetasi. Dengan kata lain, besarnya
evapotranspirasi adalah jumlah antara evaporasi (penguapan air berasal dari permukaan tanah), intersepsi (penguapan
kembali air hujan dari permukaan tajuk vegetasi), dan transpirasi (penguapan air tanah ke atmosfer melalui vegetasi).
Beda antara intersepsi dan tranapirasi adalah pada proses intersepsi air yang diuapkan kembali ke atmosfer tersebut
adalah air hujan yang tertampung sementara pada permukaan tajuk dan bagian lain dari suatu vegetasi, sedangkan
transpirasi adalah penguapan air yang berasal dari dalam tanah melalui tajuk vegetasi sebagai hasil proses fisiologi
vegetasi. Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari dan suhu, kelembaban
atmosfer dan angin, dan secara umum besarnya PET akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban,
dan kecepatan angin bertambah besar.

Kondensasi adalah proses dimana uap air mengalami perubahan keadaan fisik paling sering dari uap, menjadi cairan. Uap air
mengembun ke partikel udara kecil untuk membentuk embun, kabut, atau awan. Partikel-partikel yang paling aktif yang
membentuk awan garam laut, ion atmosfer yang disebabkan oleh petir, dan produk-produk pembakaran belerang yang
mengandung asam dan nitrous. Kondensasi adalah dibawa oleh pendinginan udara atau dengan meningkatkan jumlah uap di
udara ke titik jenuh. Ketika uap air mengembun kembali ke keadaan cair, jumlah yang sama besar panas (600 kalori energi per
gram) yang diperlukan untuk membuatnya uap dilepaskan ke lingkungan.
Transpirasi adalah proses biologis yang terjadi terutama di siang hari. Air di dalam tanaman dipindahkan dari tumbuhan ke
atmosfer sebagai uap air melalui berbagai bukaan

Perkolasi adalah gerakan air meskipun tanah, dan lapisannya, oleh gaya gravitasi dan kapiler. Kekuatan penggerak utama air
tanah adalah gravitasi. Air yang ada di zona jenuh disebut air tanah. Setelah berada di tanah, air digerakkan oleh gravitasi.

Sumber daya air adalah air, sumber airm dan daya air yang terkandung di dalamnya
Air adalah semua air yang terdapat pada diatas ataupun dibawah permukaan tanah termasuk dalam pengertian ini air permukaan,
air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat
Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah
Sumber air adalah tempat auat wadah air alami dan atau buatan yang terdapat diatas ataupun di bawah tanah
Daya air adalah potensi yang terkandung dalam air atau sumber daya air yang memberikan manfaat ataupun kerugian bagi
kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya
Pengelolaan sumber daya air adalah upaya merencanakan melaksanakan memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, system informasi sumberdaya air, pmberdayaan masyarakat dan
pengendalian daya rusak air
Pola pengelolaan sumberdaya air adalah kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi
kegiatan konservasi sumber daya air, pendayahgunaan sumber daya air, pengendalian daya rusak air
Rencana pengelolaan sumber daya air adalah hasil perencanaan secara menyeluruh dan terpadu yang diperlukan untuk
menyelenggarakan pengelolaan sumber daya air
Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam sau atau lebih daerah aliran sungai atau pulau-pulau
kecil
Daerah Aliran Sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang
berfungsi menampung, meyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau kelau secara alami yang
dibatasi oleh topografi dan laut
Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta berkelanjutan keadaan, sifat dan fungsi sumber daya air
agar dapat memenuhi kebutuhan makhluk hidup
Pendayagunaan sumber daya air adalah upaya penataan penyediaan penggunaan pengembangan dan pengusahaan sumber daya
air secara optimal
Pengendalian daya rusak adalah upaya untuk mencegah menanggulangi dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan yang
disebabkan oleh daya rusak air

dAya rusak air adalah daya air yang dapat merugikan kehidupan
perencanaan adalah suatu proses kegiatan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan secara koordinasi dan terarah dalam
rangka mencapai tujuan pengelolaan sumber daya air
operasi adalah kegiatan pengaturan, pengakolasian serta penyediaan air dan sumber air untuk mengoptimalkan manfaat sumber
daya air
pemeliharaan adalah kegiatan untuk merawat sumber air dan prasarana sumber daya air yang ditujukan untuk menjamin
kelestarian fungsi sumber air
prasarana sumber daya air adalah bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan pengelolaan sumber daya air
pengelolaan sumber daya air adalah institusi yang di berikan wewenang untuk melaksanakan pengelolaan sumberdaya cotoh
BBWS balai besar wilayah sungai, Dispenda, Bappeda PJT, Dinas PU dan pengairan BPDAS
pengembangan sumber daya air adalah peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku
untuk rumah tangga pertanian industry pariwisata dan lain lain
berdasarkan rencana pengelolaan SDA dan tata ruang wilayah yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan : a. daya dukung
sumber daya air, kekhasan aspirasi daerah serta masyarakat setempat kemampuan pembiayaan dan kelestarian keanekaragaman
hayati dalam sumber air
pelaksanaan pengembangan sumber daya air dilakukan melalui : konsultasi public tahapan survie, investigasi, dan perencanaan ,
kelayakn teknis, lingkungan hidup dan ekonomi

Wilayah Sungai Kali Brantas merupakan wilayah sungai strategis nasional dan menjadi kewena-ngan Pemerintah Pusat
berdasarkan Permen PU No. 11A Tahun 2006. WS Kali Brantas merupakan WS terbesar kedua di Pulau Jawa, terletak di Propinsi
Jawa Timur pada 11030' BT sampai 11255' BT dan 701' LS sampai 815' LS. WS Kali Brantas mempunyai luas cacthment
area sebesar 14.103 km2 yang secara administratif melintasi 9 Kabupaten yaitu Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Blitar, Kediri,
Nganjuk, Jombang, Tulungagung dan Trenggalek dan 6 Kota yaitu Surabaya, Mojokerto, Malang, Kediri, Blitar dan Batu dengan
total panjang sungai + 320 km atau sebesar 26,5% dari wilayah Prop. Jatim, disamping itu ada kegiatan-kegiatan lainnya diluas
Wilayah Sungai Brantas, yaitu P.L. G.Semeru, Irigasi >3.000 Ha, PAT. Jumlah curah hujan rata-rata mencapai 2.000 mm/tahun
dan dari jumlah tersebut sekitar 85% jatuh pada musim hujan. Potensi air permukaan per tahun rata-rata 11,7 milyar m 3. Potensi
yang termanfaatkan sebesar 2,6 - 3 milyar m 3/tahun. WS Kali Brantas terdiri dari DAS Brantas seluas 11.988 km 2 dan lebih dari
100 DAS kecil yang mengalir ke pantai selatan P. Jawa antara lain DAS Kali Tengah, DAS Ringin Bandulan, DAS Kondang
Merak dan DAS kecil lainnya dengan total luas sekitar 2115 km 2.
Penduduk yang tinggal di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,6 juta jiwa (2004) atau 42,8% dari penduduk Jawa
Timur dan mempunyai kepadatan rata-rata 1.272 orang/km2 atau 1,6 kali lebih tinggi dibandingkan rata-rata Jawa Timur. WS Kali
Brantas mempunyai peran yang cukup besar dalam menunjang Propinsi Jawa Timur sebagai lumbung pangan nasional. Pada
tahun 2004, Propinsi Jawa Timur memberikan kontribusi 9.002.025 ton beras atau sebesar 16,6% dari total produksi beras
nasional.
Pengembangan Wilayah Sungai Kali Brantas dilakukan dengan pendekatan yang terencana, terpadu, menyeluruh,
berkesinambungan dan berwawasan lingkungan serta dengan sistem pengelolaan yang terpadu berlandaskan pengertian bahwa
wilayah sungai merupakan satu kesatuan hidrologis (one river, one plan, one integrated management). Pengembangan tersebut
dilaksanakan berdasar pada suatu Rencana Induk (Master Plan). Pengembangan Wilayah Sungai yang ditinjau kembali pada
setiap jangka waktu kurang lebih 10 tahun sekali yakni:
a.
Rencana Induk I (tahun 1961), dititikberatkan pada pengendalian banjir di samping untuk penyediaan air irigasi dan
pembangkit tenaga listrik dengan membuat waduk waduk besar sebagai penampung hujan di daerah hulu dan meningkatkan
kapasitas pengaliran sungai di hilir.
b.
Rencana Induk II (tahun 1973), dititikberatkan pada penyediaan air irigasi guna menunjang swasembada pangan di
samping untuk pengendalian banjir maupun pemanfaatan potensi air untuk tenaga listrik dan pariwisata.
c.
Rencana Induk III (tahun 1985), dititikberatkan pada penyediaan air baku untuk air minum dan industri.
d.
Rencana Induk IV (tahun 1998), dititikberatkan pada manajemen dan konservasi sumber daya air guna meningkatkan
kelestarian dan optimalisasi penggunaannya.
Hasil pembangunan, berupa sejumlah prasarana pengairan antara lain: waduk / bendungan (Sengguruh, Sutami, Lahor, Wlingi,
Selorejo, Bening dan Wonorejo), bendung gerak dan bendung karet (Lodoyo, Mrican, Lengkong Baru, Gunungsari, Gubeng,
Segawetiudan, Menturus dan Jatimlerek), terowongan (2 km), tanggul (540 km), dan lain sebagainya. Total investasi yang
tertanam untuk pengembangan wilayah sungai Kali Brantas sejak tahun 1960 - 2001 telah mencapai Rp 10,95 triliun (nilai tahun
2010). Namun yang termanfaatkan baru sebesar 2,93 miliar ml/tahun terdiri dari :
Irigasi : 2,4
miliar ml/th
Domestik : 158
juta ml/th
Industri : 131
juta ml/ th
Pemeliharaan Sungai
: 204
juta ml/th
Perikanan
: 41
juta ml/th
Penduduk yang tinggal di wilayah sungai Kali Brantas mencapai 15,2juta orang (tahun 2000) atau 43% dari penduduk Provinsi
Jawa Timur dan mempunyai kepadatan rata rata 1267 orang/km2.
Beberapa permasalahan pokok terkait dengan kelestarian sumber daya tanah dan air di WS Kali Brantas adalah :

1.

Terus menurunnya kondisi hutan. Seperti diketahui, hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak
hanya dalam menunjang perekonomian, tetapi juga dalam menjaga daya dukung lingkungan terhadap
keseimbangan ekosistem.
2. Kerusakan Wilayah Sungai (WS). Praktik penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak yang luas,
yaitu kerusakan ekosistem dalam tatanan WS. Kerusakan WS tersebut juga dipacu oleh pengelolaan WS yang
kurang terkoordinasi antara hulu dan hilir serta kelembagaan yang masih lemah. Hal ini akan mengancam
keseimbangan ekosistem secara luas, khususnya cadangan dan pasokan air yang sangat dibutuhkan untuk irigasi,
pertanian, industri dan konsumsi rumah tangga.
3. Lemahnya penegakan hukum terhadap pembalakan liar (illegal logging). Tingginya biaya pengelolaan hutan,
lemahnya pengawasan dan penegakan hukum mengakibatkan perencanaan kehutanan kurang efektif atau bahkan
tidak berjalan. Kasus pembalakan liar dan tindakan ilegal lainnya banyak terjadi. Selain penegakan hukum yang
lemah, juga disebabkan oleh aspek penguasaan lahan (land tenure) yang sarat masalah, praktik pengelolaan hutan
yang tidak lestari, dan terhambatnya akses masyarakat terhadap sumber daya hutan.
4. Belum harmonisnya peraturan perundangan lingkungan hidup. Hukum atau peraturan perundangan di bidang
lingkungan hidup masih kurang bersinergi dengan peraturan perundangan sektor lainnya. Banyak terjadi
inkonsistensi, tumpang tindih dan bahkan saling bertentangan antara peraturan perundangan yang ada di tingkat
nasional dengan peraturan perundangan daerah. Untuk memberikan penguatan sebagai upaya pengarusutamaan
prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, maka pengembangan hukum lingkungan perlu terus dilakukan.
5. Masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan. Masyarakat umumnya menganggap
bahwa sumber daya alam akan tersedia selamanya dalam jumlah yang tidak terbatas dan secara cuma-cuma. Air,
udara, iklim, serta kekayaan alam lainnya dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak akan pernah habis.
Kondisi DAS yang telah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi, banyak dijumpai di DAS Kali Brantas,
khususnya di basin block upper Brantas Hulu, basin block Lekso, sub DAS Kali Konto Hulu dan basin block Brangkal.
Karena kondisinya yang sangat parah, keempat sub DAS tersebut telah ditetapkan sebagai target area untuk
pelaksanaan Rencana Induk Konservasi DAS yang dihasilkan dari Studi Water Resources Existing Facilities
Rehabilitation and Capacity Improvement Project (WREFR & CIP) yang dibiayai JBIC Loan No. IP-510 pada tahun
2005. Sub DAS Ngrowo-Ngasinan pada saat ini juga telah mengalami kerusakan dan penurunan fungsi sehingga
memicu terjadinya bencana banjir bandang pada awal tahun 2006.

1.

Sistem Tata Air


Untuk dapat mensimulasikan WS sebagai suatu sistem tata air, maka disusun skematisasi sistem tata air yang

menggambarkan sistem tata air secara hidrologis, lengkap dengan bangunan air dan sarana pembawanya.
Sistem tata air yang ada dalam WS Kali Brantas meliputi potensi air baik yang ada di atas permukaan (waduk,
embung, sungai dan mata air) maupun air bawah permukaan dan bangunan prasarana pengairan (baik berupa bendungan,
bendung maupun pintu air). Dengan diketahuinya sistem tata air maka dapat diketahui ketersediaan air di WS Kali
Brantas.
Berdasarkan data volume ketersediaan air yang ada di WS Kali Brantas pada saat musim kemarau rata-rata
volume sebesar 1,314 milyar m3 dengan 9 tahun ekstrim musim kemarau di bawah rata-rata (< 1,100 milyar m 3).
Sedangkan pada saat musim hujan, volume ketersediaan air rata-rata sebesar 2,947 milyar m 3 dengan 4 tahun ekstrim
musim hujan di bawah rata-rata (< 2,500 milyar m3). Kondisi tersebut berdasarkan data mulai tahun 1983 2005.
2.

Infrastruktur yang ada


Untuk mengendalikan ketidakseimbangan jumlah ketersediaan air serta untuk mengoptimalkan manfaat air di WS

Kali Brantas, telah dibangun beberapa bendungan, seperti Bendungan Sutami, Selorejo, Bening dan Wonorejo. Beberapa
bendungan dan bendung lain yang telah dibangun di antaranya Bendungan Sengguruh, Wlingi dan Bendung Lodoyo,
Mrican, Jatimlerek, Menturus, Lengkong Baru, Gunungsari, Segawe, Tiudan serta Gubeng. Di samping itu ada pula
beberapa pintu air seperti Pintu Air Mlirip, Jagir dan Tulungagung Selatan serta Pumping Station di Tulungagung.
3.

Kebutuhan Air
Air sungai di WS Kali Brantas dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain untuk irigasi, air

baku untuk air minum dan industri, pembangkit tenaga listrik, perikanan, penggelontoran dan pariwisata. Kebutuhan air
tersebut erat kaitannya dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan industri dan perubahan pola tanam serta jenis
tanaman (irigasi).
a.

Kebutuhan Air Irigasi


Kebutuhan air irigasi di WS Kali Brantas dialokasikan untuk pemenuhan daerah irigasi yang ada. Daerah

Irigasi yang mendapat pelayanan antara lain DI Lodagung, DI Mrican Kiri, DI Mrican Kanan, DI Jatimlerek, DI
Menturus, DI Jatikulon, DI Mlirip, DI Delta Brantas, DI Segawe, DI Paingan, DI Selorejo dan DI Bening. Rata-rata
volume air irigasi yang dialokasikan di WS Kali Brantas adalah sebesar 2,145 milyar m 3 (data tahun 1995 2005).
b.

Kebutuhan Air Rumah Tangga, Perkotaan dan Industri


Kebutuhan air domestik dan perkotaan di WS Kali Brantas sebagian besar dilayani oleh PDAM dan sumber-

sumber lain. Sedangkan kebutuhan air industri dialokasikan dari sungai Kali Brantas dan anak-anak sungainya. Rata-

rata volume pemakaian air untuk industri selama 10 tahun terakhir (1995 2005) adalah sebesar 137,8 juta m 3.
Pemakaian air industri terendah terjadi pada tahun 1998 yaitu sebesar 126,52 juta m3.
c.

Kebutuhan Air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang ada di WS Kali Brantas adalah PLTA Sengguruh, Sutami,

Wlingi, Lodoyo, Selorejo, Mendalan, Siman, Inlet Gate Tulungagung Selatan, Wonorejo. PLTA Mendalan beroperasi
pada tahun 2003 dengan kapasitas produksi rata-rata sebesar 77,3 KWh, PLTA Siman mulai beroperasi tahun 2003
dengan kapasitas produksi rata-rata 56,8 Kwh, sedangkan PLTA Wonorejo mulai beroperasi tahun 2002 dengan
kapasitas sebesar 16,6 juta KWh. Dari ketiga PLTA tersebut memberikan tambahan kapasitas produksi rata-rata
sebesar 16,6 juta KWh per tahun. Produksi listrik rerata per tahun (dari tahun 1995-2005) di WS Kali Brantas adalah
sebesar 888,8 juta KWh dengan debit outflow rerata tahunan sebesar 45,11 m3/dt.
2.1.1

Pengendalian Daya Rusak Air


1.

Pengendalian Banjir
a.

Umum
Sampai saat ini pengendalian banjir di WS Kali Brantas dilaksanakan sesuai rencana pengembangan

yang tertuang dalam Master Plan I sampai dengan IV, masing-masing pada tahun 1961, 1973, 1985 dan 1998.
Berdasarkan Master Plan II dan III, debit dalam pengendalian banjir dihitung mengacu pada kala ulang 50 tahun.
Distribusi debit banjir di WS Kali Brantas seperti pada gambar 1
b.

Prinsip Pengendalian Banjir

Pengendalian banjir di WS Kali Brantas dilakukan dengan prinsip pengendalian secara terpadu.

Pengendalian dimulai dari hulu dengan mengoperasikan waduk-waduk untuk pengendalian banjir. Waduk
di WS Kali Brantas yang mempunyai kemampuan untuk menampung limpasan air (banjir) adalah waduk
dengan pola operasi tahunan seperti Bendungan Karangkates, Lahor, Selorejo, Wonorejo dan Bening.

Bila air yang melimpas tidak tertampung lagi oleh waduk, air tersebut dapat dialirkan melalui pelimpah
waduk dengan mengatur distribusinya.

Pengaturan tinggi muka air dan debit yang mengalir di sungai akibat pembendungan dilakukan dengan
mengatur operasi pintu air di bendungan atau bendung secara berantai (berurutan mulai Bendungan Wlingi
dan Lodoyo, terus ke hilir menuju Bendung Gerak Mrican, Bendung Karet Jatimlerek hingga Bendung
Karet Menturus).

Apabila kapasitas aliran air di bagian tengah tidak memungkinkan untuk melewatkan seluruh banjir maka
volume banjir tersebut akan tertahan sementara di daerah tampungan tertentu (retarding basin).

Di hilir, aliran banjir di sungai dilewatkan melalui sungai Kali Porong menuju ke laut dengan
pengoperasian Bendung Lengkong Baru dan apabila debit sungai Kali Surabaya di stasiun Perning > 150
m3/detik, maka Pintu Air Mlirip ditutup.

Di Kota Surabaya, banjir di sungai Kali Surabaya diupayakan untuk dialirkan ke laut melalui
pengoperasian Pintu Air Wonokromo (untuk memisahkan aliran ke sungai Kali Mas) dan Pintu Air Jagir
(memisahkan aliran ke sungai Kali Wonokromo).

Kejadian banjir di beberapa daerah di WS Kali Brantas, di antaranya yaitu:

Banjir di Kabupaten Tulungagung tahun 2000, tepatnya di Desa Kalidawir, Karangtalun dan Tunggangri Kecamatan

Kalidawir, kerusakan yang terjadi adalah putusnya tanggul sepanjang 173 m dan kerusakan ladang tebu seluas 5 ha serta
tanaman padi seluas 1 ha. Banjir tersebut disebabkan oleh alur yang sempit yang tidak mampu menampung debit, dan hujan
yang terjadi di daerah hulu. Banjir setinggi 0,7 m tersebut menggenangi areal permukiman, perkotaan, persawahan, ladang
dan jalan.

Pada tahun 2001, banjir setinggi 2,5 m menyebabkan robohnya 7 unit rumah yang terjadi di Desa Kalibatur Kecamatan

Kalidawir Kabupaten Tulungagung, yang termasuk dalam wilayah sungai Kali Karanggamping, Kali Krecek, Kali Kedung
dan Kali Jengkluk.

Di tahun 2002 banjir yang terjadi di Desa Karangwidoro, kecamatan Dau Kabupaten Malang menelan 1 korban jiwa

meninggal dan 3 orang menderita luka, selain itu terjadi kerusakan 3 buah bendung dan 2 lokasi tanggul rusak berat. Banjir
tersebut disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di kawasan hutan pinus Selorejo, dan Kali Metro yang tidak dapat

menampung debit banjir yang disertai lumpur, batu dan potongan kayu pinus. Banjir tersebut juga telah menggenangi 64
unit rumah dan areal pertanian seluas 4 ha. Curah hujan yang terpantau di Stasiun Wagir adalah 22 mm dengan durasi 4 jam.

Pada tanggal 31 Januari 2003 terjadi banjir di Desa Rejosari dan Bendo, Kecamatan Gondang, Kabupaten Tulungagung

yang menyebabkan tanggul putus sepanjang 28m di Desa Rejosari. Banjir tersebut disebabkan oleh hujan yang terus
menerus dan kondisi hutan di daerah hilir Bendungan Wonorejo sebagian besar gundul. Tinggi banjir 1 m dan menggenangi
40 unit rumah, areal persawahan seluas 107 ha dan areal ladang seluas 6 ha.

Pada tahun 2004 terjadi banjir di Desa Kembangarum, Gondanglegi dan Sutojayan, serta di Desa Kademangan, Jimbe

dan Plumpungan Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar yang menyebabkan 12 orang meninggal. Banjir yang terjadi di
wilayah sungai Kali Bogel dan Kali Jimbe tersebut menggenangi kurang lebih 200 ha areal pemukiman, 350 ha areal
persawahan, 3,5 km jalan dengan genangan tertinggi 3 m.

Pada tahun 2005 terjadi banjir di Desa Kalidawir, Tunggangri, Karangtalun Kecamatan Kalidawir Kabupaten

Tulungagung. Banjir tersebut menyebabkan tanggul jebol di Desa Kalidawir dan Tunggangri, serta tanggul terkikis di Desa
Karangtalun. Penyebab dari banjir adalah curah hujan yang tinggi selama kurang lebih 8 jam dan kondisi hutan di daerah
hulu gundul. Curah hujan yang terpantau oleh stasiun Kalidawir adalah 117 mm dengan durasi 8 jam. Banjir dengan tinggi
genangan 0,4 m tersebut telah menggenangi 352 unit perumahan, 60 ha areal pekarangan, 652 ha areal persawahan dan
kurang lebih 3 km jalan.

Pada tanggal 4 Januari 2006 terjadi banjir di Desa Gejakan dan Tanjungrejo, Kecamatan Loceret, Kabupaten Nganjuk.

Banjir yang terjadi di wilayah sungai Kali Kuncir Kanan tersebut menelan korban 2 orang meninggal, tebing kiri kuncir
longsor sepanjang 54 m, kerusakan jalan sepanjang 35 m, check dam terkikis dan bronjong penahan jembatan rusak berat.
Penyebab banjir adalah curah hujan yang cukup tinggi, shortcut sungai Kali Widas belum selesai sepanjang 5 km, sungai
Kali Kuncir kiri dan kanan belum bertanggul. Tinggi genangan banjir adalah 0,6 m dan menggenangi 3 ha kawasan
pemukiman, jalan sepanjang 3 km, 20 ha areal persawahan dan 6 ha areal ladang. Curah hujan yang terpantau di stasiun
Sawahan adalah 132 mm dengan durasi 4 jam.

c.

Aspek Kualitas Air


Dengan berkembangnya kota-kota besar seperti Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Kertosono,

Mojokerto dan Surabaya yang dilalui aliran Kali Brantas, mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan air bersih
dan air baku. Di samping itu, semakin tingginya konsentrasi penduduk dan industri di daerah perkotaan
menimbulkan masalah antara lain timbulnya daerah kumuh di tepi sungai, menurunnya kualitas air sungai dan
bencana banjir akibat terganggunya aliran air, baik karena banyaknya sampah, pendangkalan maupun
berkurangnya lebar sungai.
Menurunnya kualitas air juga disebabkan oleh beban pencemar dari limbah industri, domestik dan
pertanian. Selain itu, menurunnya kualitas air diakibatkan juga oleh perilaku masyarakat yang menganggap bahwa
sungai adalah sebagai tempat pembuangan limbah padat maupun limbah cair.
Sumber pencemar dominan yang mencemari sungai Kali Brantas adalah sebagai berikut:

Limbah industri
Di WS Kali Brantas terdapat 483 industri yang berpotensi membuang limbahnya yang berpengaruh
langsung pada kualitas air sungai. Industri tersebut berdasarkan Surabaya River Pollution Control Action
Plan Study yang dilakukan pada tahun 1999 diperoleh hasil beban BOD netto sebesar 125 ton BOD/hari.
Meskipun telah ditetapkan standar baku mutu buangan limbah industri masih sulit untuk diterapkan karena
belum diterapkannya peraturan perijinan pembuangan limbah cair industri dan penegakan hukum yang masih
belum efektif.

Limbah domestik
Limbah domestik (rumah tangga, hotel, restoran, dan lain-lain) adalah sumber yang paling besar
memberikan kontribusi limbah pada WS Kali Brantas yaitu sebesar 205 ton BOD/hari (Berdasarkan Surabaya
River Pollution Control Action Plan Study, 1999). Hal ini disebabkan karena masih kuatnya paradigma
bahwa sungai adalah sebagai tempat pembuangan dan kurangnya kesadaran masyarakat atas lingkungan yang
bersih dan sehat.

Limbah pertanian
Sumber pencemar dari pertanian berasal dari sisa pestisida dan pupuk an-organik dan yang mengalir ke
sungai bersama dengan sisa air irigasi. Pencemaran ini umumnya terjadi pada saat musim hujan. Dampak

yang terjadi akibat limbah pertanian tersebut adalah terjadinya eutrofikasi perairan di waduk (terutama di
Waduk Sutami) akibat tingginya kadar nutrient dalam air sehingga menyebabkan pertumbuhan alga semakin
tinggi dan terjadi penurunan kualitas air.

2.

Permasalahan Dalam Pengendalian Pencemaran


Permasalahan yang dihadapi dalam upaya pengendalian pencemaran di WS Kali Brantas, antara lain:
a.

Sejak dilaksanakan Program Kali


Bersih pada tahun 1989 sampai saat ini, pengendalian pada sumber pencemar (dengan menggunakan instalasi
pengelolaan limbah) hanya dilaksanakan pada limbah industri. Pengendalian limbah domestik belum
dilaksanakan, terutama pengendalian sumber pencemar limbah rumah tangga. Padahal berdasarkan
penelitian, beban pencemaran limbah domestik mencapai 62% dari total beban yang masuk sungai.

b.

Penegakan hukum terhadap pencemar


masih lemah, karena masih mempertimbangan aspek sosial, ekonomi, termasuk kesempatan kerja dan lain
lain.

c.

Banyak

industri

yang

kapasitas

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)-nya lebih kecil dari limbah yang diproduksi, sehingga buangan
limbahnya tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan.
d.

Pengendalian

pencemaran

air

merupakan masalah yang kompleks, memerlukan dana besar dan waktu panjang serta memerlukan komitmen
semua pihak yang berkepentingan, baik Pemerintah Pusat/Daerah, Pengelola WS maupun dari Pemanfaat Air
(industri, domestik, pertanian) serta Masyarakat.
e.

Banyaknya

permukiman

yang

didirikan di daerah sempadan sungai, sehingga banyak sampah dan limbah domestik yang langsung dibuang
ke sungai serta akan menyulitkan dalam melakukan pemeliharaan sungai (misalnya pengerukan sedimen).
f.

Kurangnya

kesadaran

masyarakat

untuk ikut berpartisipasi dalam memberikan kontrol sosial yang positif (aktif-konstruktif).
3.

Pemantauan Kualitas Air di WS Kali Brantas


Dalam rangka pengendalian pencemaran, untuk mengatasi masalah penurunan kualitas air di WS Kali

Brantas, perlu dilakukan pemantauan kualitas air secara berkesinambungan, sehingga dari hasil pemantauan tersebut
akan menghasilkan informasi atau gambaran kualitas air sungai Kali Brantas dan sumber-sumber pencemar secara
menyeluruh. Informasi ini secara rutin dikirimkan kepada instansi terkait untuk mendukung usaha terciptanya kualitas
air yang memadai dan penegakan hukum bagi pencemar.
Selain itu data yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan untuk:

Evaluasi pelaksanaan program tahunan Rencana Induk Pengendalian Kualitas Air Sungai.

Pelaksanaan pemantauan yang dikaitkan dengan penegakan hukum (law enforcement) bagi para pencemar.

Memberikan data yang diperlukan untuk pengendalian pencemaran dalam upaya memperbaiki kualitas air
melalui pengenceran.

Memberikan data untuk penetapan iuran pembiayaan air limbah (limbah cair).

Memberikan data untuk pemberian ijin pembuangan limbah cair yang didasarkan pada daya dukung sungai
dalam menerima limbah sesuai peraturan daerah yang berlaku.
Secara rutin (triwulanan dan tahunan), hasil pemantauan kualitas air di WS Kali Brantas dilaporkan kepada

Gubernur Jatim, BAPEDAL Propinsi Jawa Timur, BAPEDALDA Kabupaten dan Kota, dan Dinas/Instansi terkait.
Sedangkan untuk PDAM Surabaya dan PDAM Tawangsari dilaporkan periodik bulanan. Diharapkan dari data-data
yang diinformasikan tersebut dapat diambil langkah-langkah tindak lanjut agar kualitas air sungai terutama di sungai
Kali Surabaya dapat memenuhi baku mutu yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya.
4.

Sistem Pemantauan
a.

Sistem offline

Saat ini di WS Kali Brantas telah dilakukan kegiatan pemantauan kualitas air sungai oleh beberapa
instansi, antara lain Dinas PU Pengairan Propinsi Jawa Timur, BAPEDAL Propinsi Jawa Timur, BTKL dan Perum
Jasa Tirta (PJT) I. Pemantauan kualitas air sungai dan sumber pencemar secara manual yang dilakukan oleh PJT I,
pengujian contoh airnya (sampel) dilakukan di Laboratorium Kualitas Air PJT I yang berlokasi di Malang dan
Mojokerto.
2.1.2

Sistem Informasi Sumber Daya Air


Sistem informasi sumber daya air di WS Brantas pada saat ini belum dikelola secara terintegrasi. Informasi
sumber daya air yang ada pada saat ini masih dikelola oleh masing-masing instansi terkait. Instansi pengelola informasi
sumber daya air di WS Brantas pada saat ini adalah :

Informasi kondisi hidrologis : Dinas PU Pengairan, PJT I, Balai PSDA, BBWS Brantas.

Informasi kualitas air : BAPEDAL, PJT I, PDAM Surabaya.

Informasi Hidrometeorologis : Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG).

Informasi Hidrogeologis : Dinas ESDM, Dinas PU Pengairan.

Informasi kebijakan SDA dan lain-lain : Ditjen SDA Departemen PU, BBWS Brantas.
Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrologis yang ada di WS Kali Brantas pada saat ini mencakup

informasi tentang curah hujan, debit sungai, dan tinggi muka air baik di sungai maupun bangunan prasarana pengairan
yang ada sudah cukup tersedia, terutama di DAS Kali Brantas, akan tetapi akurasi data yang ada perlu untuk diuji
kembali mengingat umur peralatan yang ada sudah cukup tua, dan minimnya pemeliharaan atas peralatan tersebut.
Informasi sumber daya air yang mencakup kondisi kualitas air di WS Kali Brantas pada saat ini terutama di
DAS Kali Brantas cukup tersedia dan dikelola dengan baik oleh instansi yang berwenang.
Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrometeorologis yang mencakup kondisi informasi tentang
temperatur udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara di WS Kali Brantas cukup tersedia dan dikelola dengan baik
terutama di DAS Kali Brantas.
Informasi sumber daya air mengenai kondisi hidrogeologis yaitu informasi tentang cekungan air tanah
misalnya potensi air tanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air sudah ada di WS Kali Brantas, akan tetapi
perlu untuk diperbaiki atau diganti dengan data yang terbaru.
Informasi tentang kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air, teknologi sumber daya air,
lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, serta kegiatan sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan
sumber daya air perlu lebih dikembangkan, karena pada saat ini penyebarannya sangat terbatas.
1. Pengelolaa Informasi Sumber Daya Air
Pengelolaan sistem informasi sumber daya air di WS Kali Brantas yang meliputi kegiatan perencanaan,
pengoperasian, pemeliharaan, dan evaluasi sistem informasi sumber daya air dilakukan melalui tahapan:

2.1.3

a.

Pengambilan dan pengumpulan data ;

b.

Penyimpanan dan pengolahan data ; dan

c.

Penyebarluasan data dan informasi.

Pemberdayaan Masyarakat
1. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
Dalam tahap perencanaan, masyarakat telah ikut berperan dalam pengambilan
keputusan, diantaranya melalui Pertemuan Konsultasi Masyarakat dalam studi yang terkait
dengan pengelolaan sumber daya air. Bentuk lain partisipasi masyarakat dalam perencanaan
adalah penetapan alokasi air untuk masing-masing pemanfaat di wilayah sungai Kali Brantas
yang terhimpun dalam wadah Panitia Tata Pengaturan Air atau wadah koordinasi lainnya.
Peran serta langsung masyarakat dalam pengelolaan SDA di WS Kali Brantas antara
lain diwujudkan dengan partisipasi masyarakat dalam mengikuti program penghijauan,
program kali bersih, pemanfaatan air secara efisien, kontribusi dalam pembiayaan pengelolaan
sumber daya air dan lain-lain.

Salah satu contoh peran serta masyarakat dalam bidang konservasi sumber daya air
adalah penghijauan di Desa Tlekung Batu seluas 17,5 ha, Desa Bendosari Kecamatan Pujon
Kabupaten Malang seluas 16,5 Ha, dan tempat lainnya di wilayah Brantas Hulu.
Peran serta masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air diantaranya
diwujudkan dalam Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA). Dalam hal ini petani berperan serta
dalam pemeliharaan saluran tersier baik dalam bentuk tenaga maupun biaya.
Peran serta masyarakat dalam pengendalian daya rusak air salah satunya diwujudkan
dalam

pengendalian

pencemaran

limbah

domestik

melalui

pembangunan

IPAL

oleh

masyarakat bantaran sungai Kali Brantas di Kelurahan Mergosono Kota Malang. Kegiatan
pengendalian pencemaran meliputi operasi dan pemeliharaan, penataan dan pengelolaan
limbah padat rumah tangga yang meliputi pengumpulan, pemanfaatan ulang, pengangkutan
sampah, pembuangan ke Tempat pembuangan Sampah (TPS) dan manajemen penanganan
sampah.

2. Sistem Koordinasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air


Salah satu sistem koordinasi pengelolaan sumber daya air yang ada di WS Kali Brantas
saat ini adalah Panitia Tata Pengaturan Air. Rapat koordinasi Panitia Tata Pengaturan Air
setidaknya dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun yaitu menjelang musim hujan untuk
menentukan Pola Operasi Waduk dan Alokasi Air (POWAA) pada masing-masing musim
tersebut. Panitia Tata Pengaturan Air ini diketuai oleh Wakil Gubernur Jawa Timur dengan
anggota instasi terkait dalam pengelolaan sumber daya air, pemanfaat dan pakar sumber daya
air yang berasal dari perguruan tinggi.
2.2

Pengelolaan Sumber Daya Air DAS Brantas


Pemanfaatan air permukaan bagi masyarakat umum dan lainnya (terutama yang
berada di wilayah hilir) baik yang bersumber langsung dari HL maupun dari Kali Brantas
dilakukan melalui prosedur dan proses perijinan berupa Surat Ijin Pemanfaatan Mata Air
( SIPMA ). Surat ijin diterbitkan melalui Keputusan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Propinsi
Jawa Timur Nomor 1 tahun 2003. Surat ijin pengambilan, pemanfaatan, pengambilan dan
pemanfaatan air permukaan diterbitkan oleh Dinas PU dan Pengairan setelah ada Rekomendasi
Teknis (Rekomtek) dari Kepala Balai Pengelolan Sumberdaya air Wilayah Sungai (BPSDAWS)
setempat apabila sumbersumber air berada di bawah kewenangan Pemerintah Propinsi, dan
Rekomendasi Teknis dari PERUM Jasa Tirta I apabila sumber air berada di wilayah kerja
Perusahaan Umum Jasa Tirta. Aturan lain yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya air
adalah Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No : 67/ PRT/ 1993 tentang Panitia Tata Pengaturan
Air Propinsi Daerah Tingkat I yang mengatur pembinaan tentang pemilikan, penguasaan,
pengelolaan ,penggunaan, pengusahaan dan pengawasan atas air beserta sumbersumbernya
termasuk kekayaan alam di dalamnya. Selanjutnya aturan ini ditindaklanjuti dengan Keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur No 59 tahun 1994 tentang Pembentukan Panitia
Tata Pengaturan Air Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. Tugas dan fungsi pokok dari Dinas
Pekerjaan Umum dan Pengairan dituangkan dalam Perda Propinsi Jawa Timur No 23 tahun
2000. Pengelolaan sumber daya air melibatkan beberapa instansi dimana masing-masing
mempunyai tugas pokok dan fungsi yang berbeda. Manajemen pengelolaan SDA dapat
berjalan dengan baik apabila masing-masing instansi terkait melaksanakan tugas sesuai
dengan fungsinya baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam monitoring dan
evaluasi serta ada koordinasi yang baik diantara para stakeholder Tugas pokok dari masingmasing instansi yang terkait dalam pemanfaatan dan pengambilan air permukaan.

Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, dan


mengalirkan air dari daerah aliran sungai (DAS) seluas 16,100 km2, mulai dari

Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta, ke laut Jawa di utara


Surabaya melalui alur sepanjang 600 km.
Pembangunan infrastruktur SDA di WS Bengawan Solo telah dimulai pada
abad ke-18 oleh Pemerintah Kolonial Belanda melalui pembangunan kanal Solo
Vallei Werken dan sudetan Bengawan Solo dari Plangwot - Sidayu Lawas, namun
terhenti karena alasan biaya.
Pada Tahun 1880 guna menghindari sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Perak,
muara Sungai Bengawan Solo dialihkan dari Selat Madura ke Ujung Pangkah. Untuk
keperluan irigasi, Pemerintah Belanda membangun Waduk Pacal (1935) di
Kabupaten Bojonegoro dan Waduk Prijetan (1916) di Kabupaten Lamongan.
WS Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur, pada 11018' BT sampai 11245' BT dan 649'
LS sampai 808' LS, beriklim tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi Luas total wilayah sungai (WS) Bengawan
Solo sekitar 20.125 km2, terdiri dari 4 (empat) Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo dengan luas 16.100
km2, DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog di Pacitan seluas 1.517 km2, DAS kecil di kawasan pantai utara seluas 1.410 km2 dan
DAS Kali Lamong seluas 720 km2.
WS Bengawan Solo secara administratif mencakup 17 (tujuh belas) kabupaten dan 3 (tiga) kota di wilayah Propinsi
Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Jawa Tengah : Kota Surakarta, Kab. Boyolali, Kab. Klaten, Kab. Sukoharjo, Kab. Wonogiri, Kab. Karanganyar, Kab.
Sragen, Kab. Blora dan Kab. Rembang.
Jawa Timur : Kab. Pacitan, Kab. Ponorogo, Kota Madiun, Kab. Madiun, Kab. Magetan, Kab. Ngawi, Kab. Bojonegoro,
Kab. Tuban, Kab. Lamongan, Kab. Gresik dan Kota Surabaya.
Kondisi topografi WS Bengawan Solo relatif datar, sebagian besar daerahnya berada di dataran rendah terutama sub
DAS Bengawan Solo Hilir. Kemiringan dasar sungai Bengawan Solo juga bervariasi mulai landai sampai curam. Sungai
Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, mengalir dari pegunungan Sewu di selatan Surakarta, ke Laut Jawa
di utara Surabaya melalui alur sepanjang 600 km. Anak-anak sungai pada sub DAS Bengawan Solo Hulu dan Kali Madiun
yang mengalirkan air dari lereng Gunung Merapi, Merbabu dan Lawu, banyak membawa material sedimen dari hasil erosi pada
lereng-lereng tersebut, sehingga mengakibatkan sedimentasi yang tinggi di Sungai Bengawan Solo.
Sub DAS Bengawan Solo Hilir, dengan panjang alur sungai 300 km dan luas 6.273 km2 membentuk alur sungai
yang lebar dengan kemiringan landai, melalui dataran aluvial dan menjadi daerah yang sering digenangi banjir. Di dekat muara,
wilayahnya berawa dan luas yang disebut Rawa Jabung dan Bengawan Jero.
DAS Kali Grindulu dan Kali Lorog berada di sebelah selatan DAS Kali Madiun, wilayahnya dikelilingi pegunungan
Sewu dan Samudera Indonesia. Daerahnya curam, sehingga sungai di wilayah ini memiliki kemiringan yang tinggi dan arus yang
deras. Kawasan pantai utara yang terletak di sebelah utara sub DAS Bengawan Solo Hilir memiliki sekumpulan sungai-sungai
kecil yang mengalir dalam wilayah sungai di antara perbukitan di Rembang dan pantai utara Pulau Jawa.
Master Plan Bengawan Solo
Untuk Bengawan Solo di Jawa Tengah telah diadakan surey pendahuluan pada tahun 1965 yang mengusulkan
pembangunan beberapa waduk serbaguna pada sungai tersebut. Mulai tahun 1972 dilakukakan penyelidikan lebih lanjut dan
menghasilkan rencana induk pengembangan wilayah Bengawan Solo pada tahun 1974.

Pembangunan waduk-waduk serbaguna pada Bengawan Solo adalah untuk mengendalikan banjir, irigasi, dan
penyediaan air bersih dan pembangkitan tenaga listrik. Berikut adalah waduk-waduk yang berada pada daeran Bengawan Solo :
1.

Waduk Wonogiri
Waduk Serbaguna Wonogiri yang telah dibangun pada Tahun 1978-1981 telah berfungsi untuk pengendali banjir
di wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama untuk melindungi Kota Solo, serta penyediaan air irigasi seluas 30.000 Ha di
wilayah kabupaten-kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen. Waduk Wonogiri juga memberikan
manfaat PLTA (12,4 MW), perikanan dan pariwisata. Bendungan rockfill, tinggi 32 m, timbunan 0,9 juta m 3 isi waduk 660
juta m3.

2.

Waduk Jipang

Bendungan earthfill, tinggi 27 m, timbunan 4 juta m 3 isi waduk 920 juta m 3, mengairi areal 54.000 ha dan
membangkitkan tenaga listrik 18 MW atau 70 juta kwh per tahun.
Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo Program 2010-2014 direncanakan dengan 2 (dua)
alternatif, yaitu :

Alternatif 1: Dengan Waduk Serbaguna Jipang


Alternatif 2: Tanpa Waduk Serbaguna Jipang

Alternatif I :
Pembangunan Waduk Serbaguna Jipang dengan tampungan total sebesar 800 juta m3 akan sangat efektif untuk
pengendalian banjir Bengawan Solo Hilir, namun konsekuensinya sangat besar terutama dalam aspek pembebasan lahan
seluas 13.000 Ha dan pemindahan penduduk sebanyak 84.000 orang, yang pembangunannya memerlukan waktu 15 tahun.
Alternatif II :
Tanpa Waduk Serbaguna Jipang, masyarakat harus dapat menerima kenyataan banjir Bengawan Solo Hilir akan
berulang setiap tahun, sehingga perlu disosialisasikan perilaku living harmony with floods, khususnya untuk masyarakat
yang tinggal di wilayah banjir routine Bengawan Solo Hilir.
3.

Waduk Bondo
Waduk Bondo terletak di Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Merupakan bendungan
rockfill, dengan tinggi 80 m, timbunan 2 juta m 3 isi waduk 68 juta m3, mengairi areal 3000 ha dan membangkitkan tenaga
listrik 3,5 MW atau 10 juta kwh per tahun.
Untuk Waduk Bendo sendiri fungsinya difokuskan pada pengendalian banjir, untuk mencukupi supplay air di
Kabupaten Ponorogo, baik air baku maupun air untuk keperluan irigasi dan sebagai konservasi sungai.

4.

Waduk Badegan
Waduk ini terletak di Ponorogo, merupakan benungan rockfill, tinggi 60m, timbunan 8 juta m 3, isi waduk 138 juta m3,
mengairi areal 3000 ha dan membangikitkan tenaga listrik 6 MW atau 19 juta kwh per tahun.

2.3 Rencana Induk pengembangan dan pengelolaan SDA Wilayah Sungai Bengawan Solo (Master Plan Th 1974)
Realisasi :
1. Bendungan serbaguna Wonogiri
2. Bendungan Irigasi Nekuk, Pondok, Sangiran dan Gondang (Kedung Brubus dan Gonggang)
3. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hulu (USRIP)
4. Perbaikan Sungai Kali Madiun (MRUF)
5. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hilir (LSRIP)
6. Modifikasi / rehabilitasi beberapa bangunan seperti : bendungan irigasi, modifikasi bendung, waduk-waduk
lapangan/embung, perbaikan pada beberapa anak-anak sungai, floodway, dll
2.4 COMPREHENSIVE DEVELOPMENT and MANAGEMENT PLAN (CDMP/Review Master Plan Th 2001)
Berikut 5 komponen Rencana dan 29 Usulan Kegiatan dalam CDMP :
1. Mempromosikan Pengembangan Sumber Daya Air.
2. Memperkuat Pengelolaan Daerah Tangkapan Air.
3. Memperkuat Kerangka Kerja Pengelolaan Kualitas Air.
4. Memperkuat Pengelolaan Pengendalian Banjir.
5. Memperkuat Kerangka Kerja Kelembagaan untuk Pengelolaan SDA.
Komponen 1 mencakup :
1. Long-Channel Storage Bengawan Solo Hilir
2. Penyediaan air PDAM di wilayah Surakarta
3. Penyediaan air untuk sistem pengembangan PDAM
4. Penyediaan air untuk daerah Rembang
5. Solo Vallei Werken
6. Sembilan waduk irigasi pada anak sungai Bengawan Solo hulu
7. Tiga waduk irigasi pada anak kali Madiun
8. Enam belas waduk irigasi pada naka sungai Bengawan Solo hilir
9. Waduk irigasi Kedung Bendo
10. Rehabilitasi dan peningkatan system irigasi
11. Waduk serbaguna Bendo
12. Waduk serbaguna Badegan

13. Waduk Pidekso


14. Rehabiltasi Telaga Ngebel
Komponen 2 mencakup :
1. Penanganan mendesak sedimentasi Waduk Wonogiri
2. Rehabilitasi waduk dan pengelolaan DTA Waduk Wonogiri
3. Rehabilitasi dan pengelolaan lahan kritis di enam lokasi DTA
Komponen 3 mencakup :
1. Peningkatan kerangka pengelolaan kualitas air di SWS Bengawan Solo
2. Studi mengenai buangan air limbah di SWS Bengawan Solo
Komponen 4 mencakup :
1. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hilir tahap 2
2. Perbaikan Sungai Bengawan Solo Hulu tahap 2
3. Perbaikan sungai Kali Madiun , tahap 2 dan 3
4. Studi perbaikan Kali Grindulu
5. Studi perbaikan Kali Lamong
6. Rehabilitasi bangunan-bangunan sungai yang sudah ada
7. Flood Forecasting Warning System WS Bengawan Solo
Komponen 5 mencakup :
1.

Pemberdayaan institusi Balai Pengelolaan SDA di Wilayah Sungai Bengawan Solo

2.5 COMPREHENSIVE DEVELOPMENT and MANAGEMENT PLAN (CDMP/Review Master Plan Th 2001)
Pelaksanaan CDMP sampai dengan saat ini :
1. Babat Barrage, Floodway (LSRP Phase 1)
2. Rehabilitasi prasarana pengairan (USRIP)
3. Rehabilitasi pembangunan Embung
4. Pengembangan prasarana air baku Sumber Maron
5. O&P Irigasi, Sungai dan Waduk
6. Urgent Countermeasure Wonogiri Reservoir (Grant Jepang)
7. Studi Penanganan Sedimentasi Waduk Serbaguna Wonogiri (Grant Jepang)
8. Penyusunan Rancangan Pola Pengelolaan SDA Wilayah Sungai Bengawan Solo (dalam proses)
9. Pembentukan TKPSDA Wilayah Sungai Bengawan Solo ( dalam proses )
10. Pelaksanaan GNKPA
2.4 Pengelola Bengawan Solo (Struktur Organisasi)
Secara organisasi, Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo dimulai sejak terjadi banjir besar pada tahun 1966 yang
mengenangi hampir seluruh kota Surakarta, dibentuklah Proyek Penanggulangan Bencana alam yang selanjutnya pada tahun
1969 berdasarkan Kepmen PUTL No :135/KPTS/1969 berubah menjadi Badan Pelaksana Proyek Bengawan Solo (PBS). Seiring
dengan perjalanan waktu PBS ini, setelah berganti-ganti nama dan tugas serta funsinya, saat ini menjadi Balai Besar Wilayah
Sungai Bengawan Solo berdasarkan Peraturan menteri Pekerjaan Umum No: 12/PRT/M/2006 tentang Organisasi dan Tata kerja
Balai Besar Wilayah Sungai. Peraturan tersebut pada tahun 2010 diperbaharui menjadi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor : 21/PRT/M/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) di Lingkungan Ditjen Sumber
Daya Air.
Disamping organisasi struktural tersebut, BBWS Bengawan Solo juga dilengkapi dengan organisasi fungsional yaitu :
1. Satuan Kerja BBWS BS
PPK Ketatalaksanaan
PPK Pengelolaan BMN
PPK Perencanaan& Program
PPK O&P SDA I
PPK O&P SDA II
PPK O&P SDA III
2. Satuan Kerja NVT PJPA
PPK IrigasidanRawa I
PPK Irigasi dan Rawa II
PPK Penyedia Air Baku
PPK Pendayagunaan Air Tanah

3. Satuan Kerja NVT PJSA


PPK Sungai danPantai I
PPK Sungai danPantai II
PPK Sungai danPantai III
PrasaranaKonservasi I
PrasaranaKonservasi II

Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan,
sungai gletser dan sungai campuran.
a. Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada
di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
b. Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari
pencairan es saja (ansich) boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.
Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
c. Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh
sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai
episodik, dan sungai ephemeral.
a. Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas,
Kahayan, Barito dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
b. Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil.
Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai
Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
c. Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai
jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
d. Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakekatnya sungai jenis ini hampir sama
dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi 5 jenis yaitu sungai konsekuen, sungai subsekuen, sungai
obsekuen, sungai resekuen dan sungai insekuen.
a. Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
b. Sungai Subsekuen atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikuti strike batuan.
c. Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan
kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.
d. Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai
subsekuen.
e. Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi maupun struktur geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua yaitu sungai anteseden dan sungai sungai superposed.
a. Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walaupun ada struktur geologi (batuan) yang

melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
b. Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi 6 macam yaitu radial, dendritik, trellis, rektanguler dan pinate (Tim
Geografi, Yudhistira, p. 84).
a. Radial atau menjari, jenis ini dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang
berbentuk kerucut.
2. Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
b. Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari
anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau daerah dataran pantai.
c. Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
d. Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90.
e. Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
f. Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Bagaimana apakah dapat Anda pahami? Jika ada kesulitan Anda dapat mendiskusikan hal tersebut dengan teman-temanmu atau
dengan Guru Pamongmu atau dapat juga Anda tanyakan dengan Guru Binamu. Sekarang mari kita lanjutkan untuk
membicarakan tentang bagian-bagian sungai dan ciri-cirinya.

Sungai berdasarkan umber airnya dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.

a.

Sungai hujan

Sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan
Nusa Tenggara.
b.

Sungai Gletser

Sungai yang airnya berasal dari pencairan es.Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja (ansich)
boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Peg.Himalaya) dan hulu sungai
Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini
c.

Sungai Campuran

sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
2.

Sungai Berdasarkan debit airnya (volume airnya)

Sungai berdasarkan debit airnya dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai Ephemeral, sungai Intermittent dan sungai Perennial.
a.

Sungai Ephemeral

Sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan Sungai jenis ini pada hakekatnya hampir sama dengan Intermittent, hanya
saja pada musim hujan jenis sungai ini belum tentu ada airnya.
b.

Sungai Intermittent

Sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai
Kalada di pulau Sumba.
c.

Sungai Perennial

Sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan
Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2.4

Manfaat Sungai

Sejak jaman dahulu kala, sungai menjadi tumpuan hidup bagi masyarakat yang berdiam di sekitar alirannya. Ia menjadi sumber
hidup dan kehidupan masyarakat yang bermukim di sekitar bantarannya. Sungai menjadi ruang sosial yang cukup representative
bagi masyarakat karena bisa digunakan untuk mandi, mencuci serta bahkan mencari ikan untuk kebutuhan rumah tangga dan
sumber penghasilan.
Bahkan kalau kita cermati, beberapa candi dan kerajaan-kerajaan di Nusantara ini senantiasa berdiri tidak jauh dari sungai. Tentu
saja keberadaan sungai menjadi vital bagi kehidupan saat itu. Disaat transportasi belum semudah sekarang ini, pembangunan
candi dan kerajaan itu menggunakan sungai sebagai jalur utama transportasi bagi keluar masuknya perahu pengangkut bahan
bangunan serta makanan. Sungai juga menjadi penjaga harmoni bagi keberadaan gunung serta bukit yang tak jauh darinya.
Dibeberapa tempat, sungai bahkan menyediakan pasokan air yang cukup penting bagi sektor pertanian dan perkebunan. Bahkan
batu-batu yang ada disungai mensuplai sebagian besar bahan bangunan bagi rumah penduduk di sekitar daerah aliran sungai.
Dengan demikian, keberadaan sungai menjadi sangat penting bagi kehidupan bahkan sampai sekarang. Namun sayang, kita
kurang begitu peduli dengan pelestarian dan kebersihan sungai disekitar kita. Padahal disamping bermanfaat untuk hal diatas,
sungai di jaman sekarang bisa pula di gunakan untuk pembangkit tenaga listrik, wisata air serta aneka kegiatan yang berhubungan
dengan air dan perairan.
Sungai yang terawat serta terjaga kebersihannya akan membawa dampak positif bagi masyarakat yang hidup disekitarnya.
Karena dapat menghindarkan diri dari resiko banjir serta dapat mendatangkan devisa bagi industri pariwisata di sekitar bantaran
sungai. Sudah saatnya kita menjaga kebersihan sungai karena dari sanalah roda kehidupan itu mengalir
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya.
Dengan melalui sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan
air yang besar seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa
anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar
dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti
hujan,embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es / salju.
Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan
dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai. Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah
aliran sungai (DAS).
Manusia membutuhkan air dalam jumlah besar untuk berbagai kebutuhan hidupnya yang dapat dimanfaatkan dalam banyak hal.
Perairan darat seperti sungai, danau, waduk, empang, rawa, dan lain sebagainya memiliki banyak manfaat jika dikelola dengan
baik oleh masyarakat sekitar perairan.
Berikut ini adalah kegunaan / manfaat perairan darat bagi manusia yang ada di sekitarnya :
1.

Sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Air

2.

Sebagai sarana transportasi

3.

Tempat rekreasi atau hobi

4.

Tempat budidaya ikan, udang, kepiting

5.

Sumber air minum makhluk hidup

6.

Bahan baku industry

7.

Sumber air pertanian, peternakan dan perikanan

8.

Sebagai rekreasi seperti memancing di sungai

9.

Untuk mandi dan cuci

10.

Tempat pembuangan limbah ramah lingkungan

11.

Tempat riset penelitian dan eksplorasi

12.
Bahan balajar siswa sekolah dan mahasiswa. dan masih banyak lagi manfaat lain perairan darat bagi manusia yang
belum disebutkan.

Anda mungkin juga menyukai