Anda di halaman 1dari 27

SISTEMATIKA TUGAS (PERBAIKAN NILAI)

MATA KULIAH ANALISIS KUALITAS LINGKUNGAN

Nama: Desy Wahyuni Hutauruk


Nim: 16030001
Mata Kuliah: Analisis Kualitas Lingkungan

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AUFA ROYHAN

2018-2019
A. Pertemuan 1 (Konsep Dasar Kualitas Lingkungan)
Beberapa istilah:
- Variabel lingkungan →Kuantitas lingkungan yang diukur
- Variabel polutan →Kuantitas fisik, kimia, atau biologi sebagai ukuran
polusi lingkungan
Contoh: konsentrasi SO2 di atmosfer, pH sungai
- Kualitas lingkungam →Variabel-variabel yang menggambarkan bagian
dari lingkungan
- Indikator lingkungan →Kuantitas tunggal yang berasal dari satu variabel
polutan dan digunakan untuk menggambarkan beberapa atribut lingkungan
- Indeks lingkungan →Angka tunggal yang berasal dari dua atau lebih
indikator
- Profil kualitas lingkungan →Jumlah indikator yang ada pada saat yang
sama untuk menghasilkan gambaran kondisi lingkungan (tetapi tidak
digabungkan)
- Data monitoring lingkungan →pengukuran-pengukuran rutin variabel-
variabel fisik, kimia dan biologi yang dimaksudkan untuk menggambarkan
kondisi-kondisi lingkungan
Indeks kualitas udara

PARAMETER kadar pencemar


a. Partikulat (PM10) udaradiubah
b. Karbondioksida (CO) menjadiangka yang
c. Sulfur dioksida (SO2). tidak mempunyai satuan
d. Nitrogen dioksida (NO2).
e. Ozon (O3)

Kemudahan dan ISPU = Ideks Standar


keseragaman informasi Pencemar Udara
kualitas udara ambien (KEP 45 / MENLH /
kepada masyarakat di lokasi 1997 )
dan waktu tertentu serta
Parameter-Parameter Dasar Untuk ISPU

Rentang ISPU

Tahapan Analisis Kualitas Lingkungan


- Tujuan analisis
- Sampling
- Analisis laboratorium
- Quality assurance & quality control
- Analisis & elaborasi data
- Pengambilan keputusan
B. Pertemuan 2 (Kinetika Bahan Pencemar Di Lingkungan Air)
Pengertian Pencemaran Air
Istilah pencemaran air atau polusi air dapat dipersepsikan berbeda oleh satu
orang dengan orang lainnya mengingat banyak pustaka acuan yang merumuskan
definisi istilah tersebut, baik dalam kamus atau buku teks ilmiah. Pengertian
pencemaran air juga didefinisikan dalam Peraturan Pemerintah, sebagai turunan
dari pengertian pencemaran lingkungan hidup yang didefinisikan dalam undang-
undang. Dalam praktek operasionalnya, pencemaran lingkungan hidup tidak
pernah ditunjukkan secara utuh, melainkan sebagai pencemaraan dari komponen-
komponen lingkungan hidup, seperti pencemaran air, pencemaran air laut,
pencemaran air tanah dan pencemaran udara. Dengan demikian, definisi
pencemaran air mengacu pada definisi lingkungan hidup yang ditetapkan dalam
UU tentang lingkungan hidup yaitu UU No. 23/1997.
Berdasarkan definisi pencemaran air, penyebab terjadinya pencemaran dapat
berupa masuknya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air
sehingga menyebabkan kualitas air tercemar. Masukan tersebut sering disebut
dengan istilah unsur pencemar, yang pada prakteknya masukan tersebut berupa
buangan yang bersifat rutin, misalnya buangan limbah cair. Aspek
pelaku/penyebab dapat yang disebabkan oleh alam, atau oleh manusia.

Indikator Pencemar Air


Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi :
- Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya
perubahan warna, bau dan rasa
- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH
- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air
berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya
bakteri pathogen.

Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah


pH atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO),
kebutuhan oksigen biokimia (Biochemiycal Oxygen Demand, BOD) serta
kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand, COD).

pH atau konsentrasi Ion Hidrogen


Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH
sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH.
Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang
mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan
industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota
akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahab pH dan
menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi
perairan , misalnya proses nitrifikasi akan berakhir pada pH yang rendah.
Pengaruh nilai pH pada komunitas biologi perairan dapat dilihat pada table di
bawah ini :
Nilai pH Pengaruh Umum
6,0 – 6,5  Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit
menurun
 Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas tidak
mengalami perubahan
5,5 – 6,0  Penurunan nilai keanekaragaman plankton dan
bentos semakin tampak
 Kelimpahan total, biomassa, dan produktivitas masih
belum mengalami perubahan yang berarti
 Algae hijau berfilamen mulai tampak pada zona
litoral
5,0 – 5,5  Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
 Terjadi penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
 Algae hijau berfilamen semakin banyak
 Proses nitrifikasi terhambat
4,5 – 5,0  Penurunan keanekaragaman dan komposisi jenis
plankton, perifilton dan bentos semakin besar
 Penurunan kelimpahan total dan biomassa
zooplankton dan bentos
 Algae hijau berfilamen semakin banyak
 Proses nitrifikasi terhambat

Pada pH < 4, sebagian besar tumbuhan air mati karena tidak dapat
bertoleransi terhadap pH rendah. Namun ada sejenis algae yaitu Chlamydomonas
acidophila mampu bertahan pada pH =1 dan algae Euglena pada pH 1,6.

Oksigen terlarut(DO)
Tanpa adanya oksegen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak
dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa
organic dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi
fotosintesa algae. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesa algae tidak
efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh algae untuk
proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air
tergantung pada temperature dan tekanan atmosfir.
Kebutuhan Oksigen Biokimia (BOD)
Dekomposisi bahan organic terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan
organic menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah
menjadi bahan anorganik yang stabil, misalnya ammonia mengalami oksidasi
menjadi nitrit atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya
dekomposisi tahap pertama ynag berperan, sedangkan oksidasi bahan anorganik
(nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air
untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organic yang ada dalam air
menjadi karbondioksida dan air.

Kebutuhan Oksigen Kimiawi (COD)


COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada
dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi
secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Bahan buangan organic tersebut
akan dioksidasi oleh kalium bichromat yang digunakan sebagai sumber oksigen
(oxidizing agent) menjadi gas CO2 dan gas H2O serta sejumlah ion chrom.
Reaksinya sebagai berikut :
HaHbOc + Cr2O7 2- + H + → CO2 + H2O + Cr 3+

Sumber Pencemar Air


Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA
sampah, rumah tangga dan sebagainya. Sumber tak langsung adalah kontaminan
yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan
(Pencemaran Ling. Online, 2003). Pada dasarnya sumber pencemaran air berasal
dari industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian. Tanah dan air tanah
mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya pupuk dan pestisida.
Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktifitas manusia yaitu pencemaran
udara yang menghasilkan hujan asam.

Komponen Pencemar Air


Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir 100.000 zat
kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia tersebut
dibuang ke badan air atau air tanah. Sebagai contoh adalah pestisida yang biasa
digunakan di pertanian, industri atau rumah tangga, detergen yang biasa
digunakan di rumah tangga atau PCBs yang biasa digunakan pada alat-alat
elektronik.
Erat kaitannya dengan masalah indikator pencemaran air, ternyata komponen
pencemaran air turut menentukan bagaimana indikator tersebut terjadi. Menurut
Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari industri, rumah
tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai bahan buangan:
1. padat
2. cairan berminyak
3. organic dan olahan bahan makanan
4. berupa panas
5. anorganik
6. zat kimia

C. Pertemuan 3 (Kinetika bahan pencemar di lingkungan udara)


Menurut Chambers, pengertian pencemaran udara adalah bertambahnya bahan
atau substrat fisik atau kimia ke dalam lingkungan udara normal dalam jumlah
tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh manusia atau yang dapat dihitung dan
diukur, serta dapat memberikan efek pada manusia, binatang, vegetasi, dan
material.
Menurut Corman, pengertian pencemaran udara adalah kondisi dimana terdapat
bahan kontamina di atmosfer karena perbuatan manusia. Hal ini untuk
membedakan dengan pencemaran udara alamiah dan pencemaran udara di tempat
kerja.

Faktor penyebab pencemaran udara


Polusi udara yang terjadi di bumi terjadi karena berbagai faktor, baik karena
faktor alami maupun faktor manusia. Sebagian besar pencemaran udara di bumi
ini terjadi karena faktor manusia. Berikut adalah beberapa penyebab terjadinya
pencemaran udara:
1. Pencemaran udara secara alamiah
Polusi udara dapat terjadi secara alami melalui beberapa proses berikut ini:
 Proses pembusukan sampah organik yang mengeluarkan bau busuk ke
udara
 Asap, gas, dan abu vulkanik yang dikeluarkan oleh gunung berapi saat
meletus
 Kebakaran hutan yang terjadi secara alamiah
 Debu dan gas yang berterbangan ke udara akibat tiupan angin kencang

2. Pencemaran udara karena manusia


Pencemara udara juga terjadi karena ulah manusia. Berikut ini adalah beberapa
penyebab pencemaran udara karena faktor manusia:
 Asap Pabrik; Industri dan pabrik sekarang ini memproduksi barang dalam
jumlah besar. Proses pembakaran di pabrik tersebut menghasilkan asap
beracun yang dilepaskan ke udara.
 Asap Kendaraan Bermotor; Pertumbuhan pengguna kendaraan bermotor
yang sangat ikut menyumbang asap beracun ke udara dalam jumlah besar.
Menurut banyak sumber, penyebab polusi udara terbesar saat ini adalah
dari hasil emisi kendaraan bermotor.
 Pembangkit Listrik; Pembangkit listrik dengan bahan bakar batu bara
menghasilkan partikel oksida sulfur (S02) dan nitrogen oksida (NO2) yang
berbahaya bagi mahluk hidup.
 Bahan Radioaktif; Percobaan nuklir atau bom atom akan menghasilkan
partikel-partikel debu radioaktif ke udara yang menyebabkan polusi.

Dampak pencemaran udara terhadap manusia


 Memicu terjadinya hujan asam, dimana hujan asam tersebut dapat merusak
tumbuhan-tumbuhan.
 Mengakibatkan terjadinya global warming. Polusi udara merupakan salah
satu penyebab terjadinya global warming dalam jangka waktu yang lama.
 Pencemaran udara juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman
menjadi terganggu. Udara yang kotor membuat tanaman mudah terkena
penyakit, misalnya klorosis, nekrosis, dan bintik hitam.

Penanggulangan pencemaran udara


Pencegahan dan penanggulangan pencemaran udara dapat dilakukan jika manusia
bekerjasama melakukan aksi penanganan polusi. Beberapa hal yang bisa
dilakukan oleh manusia untuk mencegah dan menanggulangi masalah pencemaran
udara diantaranya:
1. Tidak melakukan pembakaran dan atau penebangan pohon-pohon di hutan
dengan sembarangan. Pohon-pohon di hutan merupakan sumber oksigen
bagi mahluk hidup.
2. Memanfaatkan energi alternatif yang ramah lingkungan, misalnya tenaga
surya dan biogas.
3. Menggunakan kendaraan umum massal dan mengurangi penggunaan
kendaraan pribadi untuk membantu meminimalisir terjadinya polusi akibat
emisi kendaraan bermotor.
4. Menciptakan jalur hijau di perkotaan dengan menanam pohon-pohon di
tempat-tempat tertentu agar udara yang tercemar dapat diserap melalui
proses fotosintesis.
5. Menghindari melakukan uji coba nuklir secara massif untuk mencegah
pencemaran udara oleh radioaktif.
6. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat umum tentang pentingnya
menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, perlu dilakukan aksi nyata
yaitu membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan lingkungan.
7. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk pembangkit tenaga
listrik, industri, dan rumah tangga. Ini akan mengurangi polutan yang
terlepas ke atmosfer.
D. Pertemuan 4 (Kinetika bahan pencemar di lingkungan tanah)
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Limbah industri yang bisa menyebabkan pencemaran tanah berasal dari:
pabrik, manufaktur, industri kecil, industri perumahan, bisa berupa limbah padat
dan cair.
1. Limbah industri yang padat atau limbah padat yang adalah hasil buangan
industri berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses
pengolahan. Misalnya sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon,
plywood, pengawetan buah, ikan daging dll.
2. Limbah cair yang adalah hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat hasil
dari proses industri pelapisan logam. (Sadrach, 2008).
Limbah yang telah mencemari lingkungan akan membawa dampak yang
merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian secara
langsung, apabila pecemaran tersebut secara langsung dan cepat dapat dirasakan
akibatnya oleh manusia. Kerugian secara tidak langsung, apabila pencemaran
tersebut mengakibatkan lingkungan menjadi rusak sehingga daya dukung
lingkungan terhadap kelangsungan hidup manusia menjadi menurun. Kondisinya
dapat lebih parah lagi apabila daya dukung lingkungan sudah tidak mampu lagi
menopang kebutuhan manusia, sehingga malapetaka bagi kehidupan manusia
tidak terhindar. Sebagai contoh adalah kesuburan tanah sangat menurun sehingga
mengganggu sektor pertanian yang berakibat menurunnya produksi pangan dan
juga sumber air minum yang sehat sudah sulit didapatkan sehingga masyarakat
kekurangan air untuk kebutuhan hidup sehari-hari (Sunu, 2001).
Pada dasarnaya kontaminasi logam dalam tanah pertanian bergantung pada:
1). Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk. 2). Jumlah
mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk. 3). Jumlah deposit logam
dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah. 4). Jumlah yang terambil pada proses
panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih dalam (Darmono, 2001).

Logam Berat
Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan
perhatian berlebih akibat bahaya yang mungkin ditimbulkan. Bagaimanapun
logam berat tersebut berbahaya terutama apabila diserap oleh tanaman, hewan
atau manusia dalam jumlah besar. Namun demikian beberapa logam berat
merupakan unsur esensial bagi tanaman atau hewan (Nugroho, 2001).

Pb (Timbal)
Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang
terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak
bumi. Jumlah ini sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan
logam berat lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam
murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa inorganik dan organik.
Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama terhadap toksisitas pada manusia
(Darmono, 2001).
Kandungan Pb total pada tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm (Nriagu,
1978). Kadar unsur Pb yang tersedia dalam tanah sangat rendah, tetapi dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sangat sedikit. Hasil analisis jaringan tanaman
(rerumputan) pada masaa pertumbuhan aktif menunjukkan bahwa kandungan Pb
berkisar dari 0,3-1,5 mg/kg bahan kering (Alloway, 1995).

Cd (Kadmium)
Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam.
Seperti halnya unsur-unsur lainnya terutama golongan logam, logam Cd
mempunyai sifat fisika dan kimia tersendiri. Logam cadmium ini sangat banyak
digunakan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Penggunaan Cd dan
persenyawaannya ditemukan dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain
(Palar, 2008).
Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku sebesar 0,1–0,3 ppm, pada
batuan metamorfik sekitar 0,1–1,0 ppm Cd, sedangkan pada bebatuan sedimen
mengandung sekitar 0,3–11 ppm. Pada umumnya kandungan dalam tanah (tanah
berasal dari hasil proses pelapukan dari bebatuan) 1,0 ppm atau lebih rendah
(Alloway, 1995). Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa sebagian besar
cadmium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organik, logam yang
mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata kadar
cadmium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm.

E. Pertemuan 5 (Kinetika Bahan Pencemar Di Lingkungan Makanan)


Makanan selain mengandung nilai gizi juga merupakan media berkembang
biaknya mikroba/kuman, terutama yang mengandung kadar air dan protein
tinggiMenyebabkan pengaruh buruk akibat adanya bahan berbahaya : bahan
kimia, residu pestisida, bahan lain (debu, tanah, rambut)Pengaruh buruk berupa
PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (penyakit perut, keracunan makanan)Jadi
makanan harus sehat ( mengandung nilai gizi, tidak tercamar kuman/mikroba dan
bahan berbahaya lain )Bagi unit jasa pelayanan makanan makanan sehat
memberikan citra yang baik bagi perusahaan.
Pencemaran makanan adalah bahan-bahan asing yg keberadaannya tidak
diinginkan dalam makanan, kec yang secara alami terdapat pada bahan makanan
dalam jumlah sedikit tetap bukan bakteri.Pencemaran makananadalah suatu
keadaan/ kondisi terdapatnya bhn pencemar makanan pada makanan yang terjadi
karna tidak disengaja atau tidak tahu.

Jenis-jenis bahan pencemar makanan:


 Virus
 Kimia
 Sengaja : BTM
 Tidak sengaja : residu pupuk, pestisida
 Logam berat: Cd, Pb, As, Hg
 Pestisida
 Senyawa lain: siklamat, akarin, nitrat, nitrit, antibiotika, hormon, pewarna
 Fisik: debu, tanah, kerikil, rambut, kotoran hewan, bulu, binatang kecil

Pencegahan pencemaran makanan


Dilakukan pada setiap tahapan pengelolaan makanan :
 Tahap pemilihan bahan
 Pilih BM segar, utuh, tidak retak/pecah,terutama daging, ikan, susu, telur
Tahap penyimpanan bahan makanan
 Simpan pada suhu yg sesuai, jauh dari serangga, tikus, pestisida

Tahap pengelolaan makanan


Pencucian:
BM dicuci dengan air bersih mengalir, kp dengan PK.Alat dicuci dengan air yg
memenuhi syarat, menggunakan deterjen, keringkan (tanpa lap), simpan pada
tempat yg aman dari debu, serangga, tikus

Penjamah makanan:
Tidak sakit perut, kulit dan penyakit menular lainnya.Periksa kesehatan rutin
(2x/tahhun), kuku pendek dan bersihPakaian khusus kerja (celemek,tutup rambut),
tidak merokok, menggaruk-garuk hidung, telinga, selalu cuci tangan.

Proses memasak:
Suhu tertentu sesuai jenis bahan makanan. Penggunaan BTM.Gunakan yg sesuai
persyaratan dan terdaftar.Penggunaan peralatanterbuat dari bahan yg aman.
F. Pertemuan 6 (Pengenalan instrumen untuk analisa kualitas
lingkungan)

1. Definisi Analisis Kualitas Lingkunga


 Analisis adalah kegiatan atau proses penyelidikan terhadap suatu
keadaan,
kondisi, peristiwa yang terjadi atau yang akan terjadi untuk mengetahui
keadaan, kondisi, peristiwa sebenarnya (sebab maupun akibat).
 Kualitas lingkungan adalah kondisi dan keadaan unsur-unsur atau
komponen-komponenlingkungan hidup, baik komponen biota maupun
komponen abiotik yang sesuai denganspesifikasi yang diinginkan dan
atau sesuai dengan standard mutu lingkungan.

2. Ruang Lingkup Analisis Kualitas Lingkungan

1. Air
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air
dilihat darikarakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya.
2. Udara
Udara adalah campuran dari berbagai gas secara mekanis dan bukan
merupakansenyawa kimia.
3. Tanah
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara
satu denganyang lain (diantaranya mungkin material organik) dan rongga-
rongga diantara bagian- bagian tersebut berisi udara dan air. (Verhoef,
1994)
4. Indeks Kualitas Air, udara, tanah.

3. Peran Analisis Kualitas Lingkungan


Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan
lingkungan hidup, yaitu “Penyediaan Informasi lingkungan hidup untuk
masyarakat, juga merupakan salahsatu upaya untuk menerapkan Good
Enviromental Governance (GEC), terutama berkaitan dengan penerapan prinsip tr
ansparansi dan akuntabilitas dalam pengelolan lingkungan hidup”. ( Anwar Daud,
2010. Analisis Kualitas Lingkungan) Analisis Kualitas Air digunakan sebagai
sumber air untuk air minum.
Hal ini menjadisangat penting karena kualitas air yang tidak sesuai
dengan persyaratan dapatmenimbulkan gangguan kesehatan baik secara langsung
maupun tidak langsung. ( Dr. Muhammad Ikhtiar, SKM, M.Kes, 2017. Analisis
Kualitas Lingkungan)
4. Standar Kualitas Lingkungan
Standar Mutu Lingkungan atau Baku Mutu Lingkungan adalah tingkat
bahan pencemaryang diperkenankan di udara, air, makanan dan sumber daya
tanah. ( Anwar Daud, 2011. Analisis Kualitas Lingkungan, Hal 17) Berdasarkan
UU No.32 tahun 2009: 4, baku mutu lingkungan adalah ukuran batas ataukadar
makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atauunsur
pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya
tertentusebagai lingkungan hidup. ( Anwar Daud, 2011. Analisis Kualitas
Lingkungan,

5. Instrumen Lingkungan
Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
menurut Pasal 14 UU PPLH 2009 terdiri dari :
a. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
b. tata ruang,
c. baku mutu lingkungan hidup,
d. kriteria baku kerusakan lingkungan hidup,
e. amdal
f. UKL-UPL,
g. perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup,
h. peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup,
i. anggaran berbasis lingkungan hidup,
j. analisis risiko lingkungan hidup,
k. audit lingkungan hidup; dan
l. instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu
pengetahuan.
6. Analisis
Instrumen yang telah dijelaskan dalam pasal tersebut diatas adalah sudah
cukup lengkap untuk melindungi lingkungan hidup dari pencemaran dan
kerusakan, namun dalam penerapannya justru beberapa instrument tidak
diperhatikan sama sekali, contohnya instrument perizinan, kadangkala pejabat
yang berwenang dalam memberikan izin sama sekali tidak memperhatikan aspek
resiko lingkungan, dan memberikan izin pengelolaan tersebut dengan sangat
mudah hanya demi pemasukan daerah. Alhasil tidak sedikit sungai- sungai di
Indonesia yang mengalami kerusakan lingkungan karena diakibatkan hal tersebut.
Instrumen Amdal, banyak perusahaan di Indonesia yang masih tidak memiliki
dokumen amdal, sehingga kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh minimnya
pengananggulangan akibat pun terjadi.
G. Pertemuan 7 (Metode dan teknik sampling analisis lingkungan air)
 Pengertian sampling dan tujuan sampling Air
Sampling air berarti melakukan pengambilan sejumlah volume suatu badan air
yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil mungkin, tapi masih mewakili yaitu
masih mempunyai sifat-sifat yang sama dengan badan air tersebut.
Langkah-langkah yang harus diambil dalam sampling :
1. Perencanaan sampling :
Seluruh aktifitas pengambilan sampel Air harus direncanakan dengan baik
sebelum pergi menuju tempat pengambilan sampel. Langkah pertama
perencanaan adalah menentukan secara jelas tujuan perjalanan
pengambilan sampel Air. Contoh :
apakah sampel digunakan untuk memenuhi persyaratan tertentu, atau
pemeriksaan mutu air secara umum atau penentuan jumlah analit asal
sebelum proses dimulai.
 Perencanaan Sampling ( Aspek Administrasi dan Teknis ) :
a. Tujuan Sampling.
b. Biaya .
c. Administrasi sampling meliputi : format lapangan, surat tugas,
surat perintah perjalanan dinas, surat ijin bandara ( bila
pengambilan dilakukan dengan transportasi pesawat ).
d. Petugas sampling
e. Metode analisis
f. Tipe sampel
g. Pengedalian Mutu
h. Frequensi sampling
i. Jumlah , volume dan wadah
j. Parameter dan lokasi
k. Pengawetan sampel
l. Penyimpanan dan waktu simpan.

2. Persiapan Sampling
A. Persiapan wadah sampling
Untuk menghindari kontaminasi sampel lapangan, seluruh wadah sampel
harus benar-benar dibersihkan di laboratorium sebelum berangkat ke lokasi
pengambilan sampel. Jenis wadah sampel dan tingkat pembersihan yang
diperlukan tergantung dari jenis sampel yang akan diambil.
 Parameter makanan
Untuk kepentingan pengujian parameter lapangan kita menyiapkan wadah
sampel berupa beckerglass volume 500 ml yang sebelumnya sudah dicuci
dengan deterjen yang bebas fosfat, kemudian dibilas dengan air biasa dan
selanjutnya dibilas dengan Aquabidest.
 Parameter COD, BOD dan Nutrien ( PO4, NO2, NO3, SO4 dll )
Wadah : Gunakan botol plastik atau gelas lengkap dengan tutupnya.
Kapasitas minimal botol adalah 1 liter untuk analisa BOD, 50 ml untuk
COD dan 250 ml untuk nutrien.
Tata kerja pembersihan : cuci botol dan tutupnya dengan deterjen bebas
fosfat ( tipol) dan bilas dengan air bersih. Setelah itu cuci dengan asam HCl
1:1 . kemudian bilas dengan air bebas analit ( aquabidest ) sebanyak 3 kali
dan biarkan mengering. Saat telah kering tutup botol dengan rapat.
Pengawetan : BOD awetkan pada suhu dingin 4º C , akan tahan selama 48
jam. sedangkan COD diawetkan dengan H2SO4 hingga pH < 2 lalu
didinginkan pada suhu 4ºC, akan tahan selama 28 hari.
 Logam ( Total & Terlarut )
Wadah : Botol Polyethylene lengkap dengan tutupnya. Kapasitas minimum
untuk keperluan analisa adalah 200 ml.
Tatakerja pembersihan : cuci botol dengan tutupnya dengan deterjen bebas
fosfat dan bebas logam. Bilas dengan air bersih. Setelah itu cuci botol
dengan asam dengan memasukkan HCl 1:1 kedalam botol, putar tutup botol
hingga kencang dan kemudian kocok. Kemudian botol bilas dengan air
bersih dan uci kembali dengan asam, kali ini menggunakan asam HNO3 1:1.
Akhirnya bilas botol dengan air bebas analit ( aquabidest ) sebanyak 3 kali
dan biarkan mengering. Setelah kering, tutup botol dengan rapat.
Pengawetan logam dengan HNO3 hingga pH < 2
B. Pembuatan Daftar Peralatan Pengambilan sampel :
Karena lokasi pengambilan sampel air biasanya jauh dari laboratorium ,
maka pembuatan daftar peralatan akan sangat penting, dimana didalamnya
tercantum seluruh keperluan untuk sampling.
Peralatan – peralatan itu meliputi :
 Alat pengambil sampel

 Wadah sampel

 Pengawet sampel

 Peralatan Pengukur Parameter Lapangan

 Label

 Form Lapangan

 Pena

 Buku Catatan

 Alat Pengukur Panjang, Lebar, Kedalaman

 Es
 Kamera dan film.

C. Kalibrasi peralatan lapangan :


Sebelum peralatan untuk pengukuran di lapangandipergunakan, terlebih dulu
harus di kalibrasi :
 pH meter : Buffer pH 4, pH 7 dan 9. Atur koreksi temperatur,bersihkan
probe setiap akan digunakan dan cek kondisi KCl dalam probe.
 DO meter : Sodium Sulfat, oksigen jenuh, bersihkan probe setiap akan
digunakan dan cek kondisi KCl dalam probe.
 Turbidimeter : Larutan standar, bersihkan rumah instrumen dan bersihkan
cells.
 Konduktometer : KCl dan NaCl, bersihkan probe setiap akan digunakan.
D. Pelaksanaan sampling di lapangan :
1. Frequensi dan waktu pengambilan sampel Air :
Frequensi dan waktu sampling tergantung beberapa faktor yaitu
perubahan beban pencemar dan debit air serta harus disesuaikan dengan
keperluan.
Frequensi dan waktu untuk pengambilan sampel air limbah :
 Pemantauan pH dan debit : harian
 Pemantauan : bulan sekali.
 Pengawasan : saat dilakukan pengawasan.
 Kasus : saat terjadi laporan pencemaran
 Pemantauan wajib ( swapantau ) : 1 bulan sekali.
 Frequensi dan waktu sampling untuk sumber air (sampel air permukaan) :
Pemantauan 6 bulan sekali.
H. Pertemuan 8 (Metode dan teknik sampling analisis lingkungan udara)

1. Teknik Sampling Kulaitas Udara


Teknik sampling kualitas udara dilihat lokasi pemantauannya terbagi dalam
dua kategori yaitu 1. teknik sampling udara emisi ,dan 2. teknik sampling udara
ambien. Sampling udara emisi adalah teknik sampling udara pada sumbernya
seperti cero-bong pabrik dan saluran knalpot kendaraan bermotor. Teknik
sampling kualitas udara ambien adalah sampling kualitas udara pada media
penerima polutan udara/emisi udara. Untuk sampling kualitas udara ambien,
teknik pengambilan sampel kualitas udara ambien saat ini terbagi dalam dua
kelompok besar yaitu pemantauan kualitas udara secara aktif (konvensional) dan
secara pasif. Dari sisi parameter yang akan diukur, pemantauan kualitas udara
terdiri dari pemantauan gas dan partikulat.

1. METODE ANALISA
a. Teknik Adsorpsi dan Desorbsi
Teknik pengumpulan gas yang umum digunakan untuk menangkap gas
pencemar di udara adalah dengan teknik adsorpsi, desorbsi, pendinginan
dan pengumpulan pada kantong udara (bag sampler atau tube sampler).
b. Teknik Adsorpsi
Teknik adsorpsi adalah teknik pengumpulan gas berdasarkan kemampuan
gas pencemar terabsorpsi/bereaksi dengan larutan pereaksi spesifik
(larutan absorben). Pereaksi kimia yang digunakan harus spesifik artinya
hanya dapat bereaksi dengan gas pencemar tertentu yang akan di analisis.
Efisiensi pengumpulan nya sangat dipengaruhi oleh :
 Karakteristik dari gas pencemar, yaitu kemampuan/kecepatan
absorpsi zat pencemar pada larutan spesifik
 Waktu kontak antara gas pencemar dengan pereaksi spesifik
Luas permukaan bidang kontak/ukuran gelembung. Untuk menangkap kadar
gas-gas berbahaya secara konvensional, menggunakan sampling udara dengan
impinger (Gambar 4.2) yang langkah-Langkah kerjanya yaitu:
 Menarik udara dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang
berisi larutan penangkap.
 Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan
pe-nangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.
 Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara
yang dipompa dan hasil pengukuran.
I. Pertemuan 9 (Metode dan teknik sampling analisis lingkungan
makanan)

A. Tehnik pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel makanan harus dilakukan dengan benar. Tidak
tepat dalam pengambilan sampel, hasil analisis kimia yang diperoleh tidak dapat
menggambarkan kondisi yang representatif atau mewakili keseluruhan daribahan
yang akan dianalisis. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam pengambilan
sampel perlu diperhatikanbeberapa parameter sebagai berikut :
a. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas
bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar cenderung
akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (segregasi). Oleh
karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus dicampur secara merata
atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar,
tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang representatif.
Demikian juga pada tanaman disuatu lahan, kualitas pada tiap bagian
tanaman atau lahan mempunyai kualitas yang berbeda.
b. Cara Pengambilan Sampel
Sampel dari bahan dapat diambil secara non-selektif atau selektif. Non-
selektif adalah pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan
tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut.
Misalnya dalam pengambilan sampel rumput gajah, sampel diambil dari
seluruh bagian rumput, baik daun maupun batang, kemudian dipotong-
potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang homogen.
Selektif artinya pengambilan sampel secara acak dari bagian tertentu suatu
bahan. Misalnya sampel rumput gajah tadi dipisahkan pengambilan
sampel batang dan daun.
c. Jumlah Sampel
Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil
tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil
sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10
persen dari jumlah bahan.
d. Penanganan Sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau
berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dari mana sampel
tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan ataupun
tumbuhnya jamur. Sampel yang mempunyai kadar air rendah (kurang dari
15 persen) kemungkinan terjadinya kerusakan sampel kecil sekali. Sampel
demikian dapat langsungdimasukkan ke kantong plastik dan dibawa ke
laboratorium. Sampel dengan kadar air tinggi seperti silase, maka
kemungkinan terjadinya penguapan air sangat besar. Sehingga untuk
mengontrol penguapan air, maka sampel yang telah diambil harus segera
ditimbang, dimasukkan ke dalam kantong plastik kedap udara, dibawa ke
laboratorium dan segera dianalisis kadar bahan keringnya. Jika tidak
dianalisis segera maka sampel yang telah diambil segera timbang,
dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan. Kemudian baru dibawa
ke laboratorium.
e. Prosesing Sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan
biologis, semua sampel harus digiling sehingga diperoleh sampel yang
halus.
f. Penentuan Kadar Air Sampel Segar
Sampel dapat berasal dari tumbuh-tumbuahan seperti rumput-rumputan,
biji-bijian, buah-buahan, hasil produksi pertanian dan pangan maupun
yang berasal dari hewan. Sebelum dikeringkan bahan segar dipotong-
potong untuk mendapatkan partikel yang leih kecil agar cepat kering.
Aplikasinya seperti di bawah ini:
Sejumlah sampel ditimbang sebanyak A gram kemudian dijemur sampai
kering di bawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven dengan
temperature 50 - 60°C sekitar ±24 jam. Setelah kering, sampel tadi
ditimbang yaitu sebesar B gram didapatkan, kemudian digiling atau
diperhalus lagi bentuknya untuk analisis lebih lanjut. Selisih antara bobot
sampel sebelum dan sesudah dikeringkan merupakan kadar air(KA)
sampel segar dan selanjutnya dapat ditentukan bahan kering (BK) udara
sampel. Untuk mengetahui bahan kering sesungguhnya untuk mengetahui
bahan kering sesungguhnya, maka bahan kering udara dikali dengan bahan
kering oven.

J. Pertemuan 10 (Pengenalan dan penilaian parameter tempat-tempat


umum)
1. Sanitasi Tempat-Tempat umum
Sanitasi tempat-tempat umum adalah usaha untuk mengawasi dan
mencegah akibat dari tempat-tempat yang diperuntukkan bagi masyarakat umum
terutama yang erat kaitannya dengan timbulnya atau menularnya suatu penyakit.
Pentingnya pengawasan tempat-tempat umum karena ;
a. Tempat umum yang tidak saniter dapat menjadi tempat
perkembangbiakan bibit penyakit dan vektor penyakit, sehingga akan
memperluas penyebaran penyakit.
b. Kontruksi bangunan tempat umum yang tidak memenuhi syarat akan
dapat menimbulkan bahaya dan kecelakaan.
2. Pengelolaan Pengawasan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Dalam pelaksanaan pengawasan sanitasi tempat-tempat umum ada beberapa
langkah yang perlu dilakukan. Adapun langkah-langkah tersebut adalah:
1. Identifikasi Masalah Higiene dan Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Pelaksanaan identifikasi masalah dilakukan dengan melihat secara garis
besar untuk mengetahui permasalahan sanitasi pada tempat umum yang
diperiksa menyangkut permasalahan umum sanitasi yang ada. Tahap ini
merupakan survey pendahuluan (preliminary survey) pada tempat umum.
Pelaksanaan identifikasi masalah dapat dilakukan dengan cara wawancara
dengan pengusaha/pengelola atau karyawan pada tempat umum tersebut
dan melakukan peninjauan lapangan. Dalam peninjauan lapangan dimulai
dari bagian luar (halaman dan pekarangan), kemudian ke bagian dalam
(ruangan-ruangan). Peninjauan dilakukan di seluruh wilayah tempat umum
dan diutamakan pada lokasi yang dipergunakan sebagai pelayanan umum
(public area).
2. Pemeriksaan Sanitasi (Sanitary Inspections)
Dalam pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum ada 2 tahapan yang
dilakukan yaitu:
a. Langkah persiapan pemeriksaan
Kegiatan yang dilakukan dalam langkah persiapan ini adalah
mengadakan peninjauan lokasi (areal survey), mencari dan
menentukan barang-barang sanitasi (sanitary items) dan membuat
formulir pemeriksaan (sanitary inspection sheet).
b. Langkah pelaksanaan pemeriksaan
Dalam tahap pelaksanaan pemeriksaan ada dua tindakan yang
dilakukan yaitu:
 Penilaian adalah pengujian sesuatu dengan menggunakan
alat ukur atau standart ukuran tertentu apakah obyek yang
diuji sesuai dengan ketentuan atau persyaratan yang
berlaku.
 Pemberian saran perbaikan (order for improvement)
 Dalam pelaksanaan pemberian saran dapat dilakukan
dengan cara langsung secara lisan atau tidak langsung yaitu
menuliskan saran pada formulir perbaikan yang dapat
ditempel pada unit wilayah yang didapatkan ada
permasalahannya. Cara pemberian saran mencakup
beberapa hal yaitu tentang 4W + 1H: apa yang harus
diperbaiki (what); dimana tempatnya (where); mengapa
harus diperbaiki, apa masalahnya (why); kapan waktu harus
selesai memperbaiki (when); bagaimana cara
memperbaikinya (how).
 Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Sanitasi (Follow Up
Inspections)
Pengertian tindak lanjut hasil pemeriksaan sanitasi adalah
suatu pemeriksaan yang dilakukan dalam rangka
pengamatan terhadap hasil pelaksanaan perbaikan sanitasi
setelah pemberian saran pada pemeriksaan sebelumnya.
Maksud dan tujuan dari tindak lanjut ini adalah
mengadakan penilaian secara terus menerus mengenai
keadaan sanitasi suatu tempat umum, memperoleh data
pembanding dari kegiatan sanitasi saat ini (dibandingkan
dengan sebelumnya), memperoleh gambaran keadaan
sanitasi tempat umum sepanjang tahun terus menerus,
memperoleh data untuk kepentingan penelitian dan
pengembangan.
3. Sistem penilaian (Evaluation Methode)
Permasalahan yang didapatkan pada saat diadakan pemeriksaan sanitasi
maupun pemeriksaan tindak lanjut perlu dipertimbangkan penyelesaiannya
apakah hal-hal yang berhubungan dengan:
 Adanya klasifiasi permasalahan, apakah kesalahannya
menyangkut konstruksi, pengaturan, tidak memenuhi persyaratan,
tidak memenuhi peraturan, terbatasnya anggaran, dan sikap
karyawan.
 Adanya penentuan prioritas, mana yang perlu dilakukan perbaikan
terlebih dahulu, disesuaikan dengan kemampuan pengelola tempat
umum.
4. Sistem Pencatatan dan Pelaporan
 Pencatatan (recording)
Setiap pelaksanaan dan hasil yang didapatkan dari pengawasan
sanitasi harus dibuat pencatatan. Catatan ini nanti nya
dipergunakan untuk menilai kembali keadaan sanitasi selanjutnya
(pembanding). Hal-hal yang perlu dicatat adalah data hasil
pemeriksaan dan pengawasan, nilai keadaan sanitasi yang
diperoleh pada waktu pemeriksaan dan pemeriksaan tindak lanjut,
dan data untuk keperluan statistik yang akan digunakan sebagai
dasar pelaporan.
 Pelaporan (reporting)
Dari hasil pencatatan yang diolah selanjutnya disusun sebagi
pelaporan. Dengan adanya pelaporan ini maka pihak-pihak lain
akan dapat mengetahui dan dapat memanfaatkan untuk
mengembangkannya
K. Pertemuan 11 (Analisis kualitas lingkungan tempat pembuangan
akhir sampah)
Tempat Pembuangan Akhir ( TPA) merupakan salah satu tempat yang
digunakan untuk membuang sampah yang sudah menacapai tahap akhir dalam
pengelolaan sampah yang dimulai dari pertamakali sampah dihasilkan,
dikumpulkan, diangkut, dikelola dan dibuang. TPA adalah tempat
pengumpulan sampah yang merupakan lokasi yang harus terisolir secara baik
sehingga tidak menyebabkan pengaruh negatif pada lingkungan sekitar TPA.
Keterbatasan lahan merupakan masalah yang selalu dijumpai dalam
membangun sarana dan prasarana serta infrastuktur yang mendukung pelayanan
publik salah satunya TPA. Perlu untuk diketahui lahan yang ada di permukaan
bumi ini tidak pernah bertambah dan terus saja dipaksa untuk menampung
manusia dengan segala kebutuhanya.
Dalam mencari tempat baru untuk suatu tujuan sangat tidak mudah pada
pelaksanaanya di lapangan, karena sering kali terbentur berbagai persoalan
mulai dari pembebasan tanah dan kependudukan serta akses menuju tempat
yang baru akan dibuka atau digunakan Penentuan lokasi TPA harus
mempertimbangkan potensi lahan yang terdapat di wilayah yang baru dengan
mengenali karakteristik lahan tersebut secara fisik. Setiap wilayah yang ada dan
tersebar diseluruh indonesia ini memiliki berbagai bentang lahan dengan ciri
khas yang berbeda-beda satu dengan yang lainya. Lahan yang ada dapat dilihat
dari proses terbentuknya secara geomorfologi yang dipengaruhi oleh energi
endogen maupun energi eksogen.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994 (dalam Joko
Pramono , 2000), membagi kriteria pemilhan loasi TPA sampah menjadi tiga,
yaitu:
1. Kelayakan regional
Kriteria yang digunakan untuk menentukan zone layak atau zone tidak
layak dengan ketentuan berikut:
1. Kondisi geologi
2. Kemiringan lereng
3. Jarak terhadap badan air
4. Jarak terhadap terhadap lapangan terbang
5. Kawasan lindung atau cagar alam
6. Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan
7. Batas administrasi

2. Kelayakan penyisih
Kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari hasil kelayakan
regional dengan ketentuan berikut:
Luas lahan
1. Ketersediaan zone penyangga kebisingan dan bau
2. Permeabilitas tanah
3. Kedalaman muka air tanah
4. Intensitas hujan
5. Bahaya banjir
6. Jalur dan lama pengangkutan sampah
3. Kelayakan Rekomendasi
Kriteria yang digunakan oleh pengambil keputusan atau lembaga
yangberwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai
dengan kebijakan lembaga berwenang setempat dan dengan ketentuan
yang berlaku. Adapun proses pemilihan lokasi TPA sampah perlu
mempertimbangkan tiga hal berikut, yaitu:
1. Pertimbangan operasional, secara operasional TPA sampah
memerlukan lahan yang cukup untuk menampung segala jenis
sampah dan zonasi ketersediaan lahan harus memperhatikan
rencana regional serta aspek aksesibilitas (keterjangkauan);
2. Pertimbangan ekologi, yang perlu diperhatikan adalah
keberlanjutan lokasi TPA setelah tidak digunakan lagi;
3. Pertimbangan topografi, geologi dan hidrologi, lebih
mengarah pada aspek persyaratan fisik lahan, misalnya:
berdasarkan relief atao topografi dapat dipilih lokasi-lokasi
yang bebas dari bahaya banjir ataupun erosi dan berdasarkan
aspek hidrologi, lokasi TPA harus berada diwilayah dengan
muka air tanah yang tidak dalam, sehingga lindi sampa tidak
mencemari air tanah.

L. Pertemuan 12 (Survei Vektor)

Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang


dapat memindahkan/menularkan agen infeksi dari sumber infeksi kepada host
yang rentan. Pengendalian vektor adalah suatu kegiatan untuk menurunkan
kepadatan pupolasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi
kesehatan manusia.
Menurut WHO (Juli Soemirat, 2009:180), pengendalian vektor penyakit
sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :
1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua
penyakit yang disebabkan oleh virus.
2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum
efektif, terutama untuk penyakit parasiter.
3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga
sulit dikendalikan.
4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.
5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti
insekta yang bersayap
A. Jenis-jenis Vektor.
Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat
memindahkan/ menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi
kepada induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat
bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas,
dan merupakansalah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir
meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang.

B. Ruang Lingkup Pengendalian Vektor


Pengendalian vektor penyakit menjadi prioritas dalam upaya
pengendalian penyakit karena potensi untuk menularkan penyakit sangat
besar seperti lalat, nyamuk, tikus, dan serangga lainnya. Kegiatan
pengendalian vektor dapat berupa penyemprotan, biological control,
pemusnahan sarang nyamuk, dan perbaikan lingkungan.
Banyaknya tenda-tenda darurat tempat penanmpungan sementara para
pengungsi yang diperkirakan belum dilengkapai dengan berbagai fasilitas
sanitasi dasar yang sangat diperlukan, akibatnya banyak kotoran dan
sampah yang tidak tertangani dengan baik dan akan menciptakan breeding
site terutama untuk lalat dan serangga pangganggu lain. Hal ini akan
menambah faktor resiko terjadinya penularan berbagai penyakit.
Keberadaan lalat dan serangga-serangga pengganggu lain merupakan
vektor mekanik dari berbagai penyakit tertentu dan dari sisi lain
keberadaan serangga tersebut menyebabkan gangguan bagi sebagaian
orang. Pengendalian dilakukan secepatnya setelah kegiatan survei vektor
dilakukan dengan berbagai cara termasuk menggunakan insektisida.

C. Kegiatan pengendalian vektor dan binatang pengganggu


 Surveicepat
 Metode pengendalian
 Pengendalian vektor dilakukan dari cara yang paling sederhana
seperti perlindungan personal dan perbaikan rumah sampai pada
langkah-langkah yang lebih kompleks yang membutuhkan
partisipasi dari para ahli pengendalian vektor.
 Metode pengendalian dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
pengendalian lingkungan: breeding mengubah situs dengan
mengeringkan atau mengisi situs, pembuangan sampah secara
teratur, menjaga tempat penampungan bersih, dan kebersihan.
 Pengendalian secara mekanis
 Menggunakan bednets
 Perangkap
 Penutup makanan
 Pengendalianbiologis
 Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva,
seperti ikan yang makan larva (misalnya, nila, ikan mas,
guppies)
 Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan
racun terhadap larva
 Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan, dan lain-
lain

 Pengendaliankimiawi
 Penggunaan repellents Banyak masyarakat terbiasa
menggunakan berbagai bahan sebagai repellents.Penggunaan
repellents ini efektif dan tidak berbahaya, mereka dianjurkan
untuk menggunakannya dalam situasi darurat, dan hal ini
sebenarnya sudah umum pada sebagian masyarakat untuk
memakai repellents yang terbukti manfaatnyanya.
 Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk
vektor dewasa
 Larvicides untuk pengendalian larva Data resistensi terhadap
insektisida akan berguna dalam membantu memastikan
insektisida yang akan dipilih.

M. Pertemuan 13 (Biomonitoring dan Indikator perubahan lingkungan)

Biomonitoring adalah metode pemantauan kualitas air dengan


menggunakan indikator biologis (bioindikator). bioindikator merupakan petunjuk
biologis (baik hewan maupun tumbuhan) yang menunjukkan kondisi lingkungan
berdasarkan keberadaan dan jumlah mahluk hidup tersebut.
Pemantauan lingkungan dengan menggunakan indikator organisme
sebagai usaha manusia untuk melindungi dan mengendalikan lingkungan /
ekosistem Termasuk : perairan laut, estuari dan pesisir
1. Sentinels :
Spesies yang peka terhadap lingkungan yang sengaja diperkenalkan
untuk menjadi target sebagai alat pemantauan dini (perangkat
peringatan dini)
2. Exploiters
spesies yang ada di lingkungan yang mengindikasikan kemungkinan
perubahan dalam lingkungan / polutan
3. Accumulator
spesies yang mengakumulasi bahan kimia dalam tubuh mereka
(bioakumulasi)
4. Bioassay organism organisme tertentu yang digunakan dalam
laboratorium untuk mendeteksi keberadaan / konsentrasi polutan
N. Pertemuan 14 (Strategi dan Implementasi dalam penanganan
masalah kualitas lingkungan)
Regulasi yang diatur dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup khususnya pada Bab VII
bahwa pengelolaan bahan berbahaya dan beracun serta limbah bahan berbahaya
dan beracun wajib dilakukannya, guna meminimalisir sistem pembuangan
limbah dengan risiko yang amat kecil bagi lingkungan hidup, kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dengan menyadari hal tersebut,
bahan berbahaya dan beracun beserta limbahnya perlu dilindungi dan dikelola
dengan baik.
Pencemaran lingkungan terjadi bila daur materi dalam lingkungan
hidup mengalami perubahan sehingga keseimbangan dalam hal struktur
maupun fungsinya terganggu. Ketidakseimbangan struktur dan fungsi daur
materi terjadi karena proses alam atau juga karena perbuatan manusia. Dalam
abad modern ini banyak kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan kebutuhan teknologi sehingga banyak menimbulkan
pencemaran lingkungan. Dalam usaha merubah lingkungan hidup manusia
untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya dapat menimbulkan masalah yang
disebut pencemaran. beberapa permasalahan lingkungan yang ditimbulkan dari
sumber pencemar yaitu:
1. Sumber Pencemar dari Industri
Sumber pencemaran ini biasa ditimbulkan oleh aktivitas industri baik
dalam skala kecil, menengah dan besar dengan dampak yang
ditimbulkan berbeda-beda. Dampak yang ditimbulkan sangat luas,
pada umumnya ada dampak langsung dan tidak langsung, seperti
terganggunya kesehatan masyarakat berupa penyakit pernafasan,
gatal-gatal pada kulit, terganggunya kenyamanan dan ketenangan
masyarakat dan lain sebagainya. Sedangkan dampak tidak
langsungnya berupa kurang kepedulian dari pihak perusahaan
terhadap masyarakat sekitar menerima/ merasakan dampak langsung
dengan berpartisipasi aktif membantu warga masyarakat sekitar
seperti membantu penyediaan fasilitas yang dibutuhkan oleh
masyarakat sekitar sehingga terjalin keharmonisan hubungan antara
industri dan masyarakat sekitar. Kebanyakan dari sumber
pencemaran ini, industri berskala kecil yang paling dominan atau
banyak memberikan kontribusi terhadap kerusakan lingkungan.

2. Jika dilihat dari limbah yang dihasilkan dari aktivitas kegiatan


industri dan kasus-kasus lingkungan yang masuk, maka dapat
dikategorikan dalam 3 (tiga) jenis limbahnya.
 Limbah Cair
Limbah cair yang dihasilkan dapat menimbulkan bau, perubahan
warna yang dapat menurunkan kualitas air, juga menimbulkan
gangguan penciuman dan pernafasan warga masyarakat sekitarnya
yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan.

 Limbah Padat
Limbah padat dibagi 2 yaitu limbah padat organik dan limbah
padat anorganik yang biasanya akan menimbulkan bau dan limbah
B3 yang akan menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan dan
membahayakan kehidupan manusia.
 Polusi Udara
Polusi udara seperti kebisingan dan debu sangat mengganggu
dalam kelangsungan hidup manusia seperti gangguan pendengaran,
ketenangan, kenyamanan dan pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai