Anda di halaman 1dari 4

Desember 16, 2017

MAKALAH: HUBUNGAN KAUSALITAS

Disusun Oleh: Elvira, A Nisa, Juhari

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Setiap kejadian atau kegiatan yang dilakukan baik oleh manusia atau kejaian-kejadian alam sekitar pasti terjadi tidak
lepas dari sebab yang membuat suatu kejadian dapat terjadi. Setelah adanya penyebab pasti ada akibat yang akan
ditimbulkan dari suatu kejadian. Untuk menjelaskan sesuatu , tidak jarang kita harus menemukan sebab yang
sebenarnya. Tidak jarang orang menganggap sesuatu sebagai sebab, padahal sesuatu tersebut bukanlah sebabnya,
misalnya pada masa permulaan tahun 1960-an, sering terjadi kerusakan panen karena kemurkaan Alloh, padahal
kerusakan tersebut terjadi karena tangan-tangan jahil yang ingin menyabotase atau bermaksud mematangkan
“situasi revolusioner” benar-benar sesuatu langkah kemajuan yang hebat bahwasannya kini orang betul-betul
berusaha mencari sebab-sebab wabah, penyakit dan sebagainnya.[1]

Untuk mejelaskan lebih lanjut tentang hubungan kausalitas maka pemakalah mencoba memaparkan beberapa
penjelasan dengan garis besar dari rumusan masalah.

B. Rumusan Masalah

ü Apa itu hubungan kausalitas?

ü Apa saja metode-metode dalam hubungan kausalitas?

ü Apa saja kekeliruan dalam penalaran kausalitas?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian hubungan kausalitas

Keyakinan manusia akan hukum kausalitas sudah ada sejak zaman kuno. Bahwa tidak ada suatu pun peristiwa terjadi
secara kebetulan, melainkan semuanya mempunyai sebab yang mendahuluinya, dapat kita telusuri sejak peradaban
manusia tercatat dalam sejarah. Sebab sebagai sesuatu yang melahirkan akibat mempunyai banyak pengertian. Kita
mengenal ada sebab yang mesti (necessary causa) dan sebab yang menjadikan (sufficient causa).

Sebab yang mesti adalah sesuatu keadaaan bila tidak ada maka akibatnya tidak akan terjadi tetapi dengan adanya
akibatnya tidak harus terjadi. Contoh oksigen merupakan sebab adanya kebakaran. Tanpaadanya oksigen tidak
mungkin kebakaran bisa terjadi, tetapi adanya oksigen kebakaran tidak harus terjadi. Adapun sebab yang
menjadi8kan adalah sesuatu yang adanya menyebabkan akibat lahir, sedangkan tidak adanya juga akibat tidak
mungkin terlaksana.

Dengan kata lain sebab yang menjadikan adalah yang ada atau tidaknya menentukan ada dan tidaknya akibat.
Kompor meledak adalah sebab yang mengakibatkan seluruh rumah di gang x musnah jadi abu. Tetapi kita harus
ingat bahwasannya sebab yang menjadikan dapat terlaksana bila sebab yang mesti juga ada. Meskipun ada kompor
meledak tetapi bila saat itu oksigen tidak ada maka kebakaran seluruh gang itu tidak akan terlaksana. Jadi
meledaknya kompor merupakan sebab yang menjadikan kebakaran.

Di samping itu ada juga sebab yang jauh dan sebab yang lansung. Jika A mengakibatkan B, B mengakibatkan C, C
mengakibatkan D, D mengakibatkan E, dan E mengakibatkan F, maka E merupakan sebab yang lansung dan A
merupakan sebab yang jauh. Contoh: penelusuran terhadap tewasnya mahasiswa dalam kecelakaaan kendaraan,
maka akan didapati sebab yang berarti. Ia tewas karena menyebrang jalan dengan cepat tanpa perhitungan sehingga
mobil yang kebetulan lewat tidak dapat menghindari tabrakan. Ia memotong jalan tanpa perhitungan, karena ia
tergesa-gesa ingin segera sampai dikampusnya sebab hari itu ia harus mengikuti ujian dan hari telah siang, ia takut
terlambat. Mengapa ia terlambat? Karena ia bengun kesiangan. Mengapa ia bangun kesiangan? Karena ia belajar
sampai larut malam. Mengapa ia belajar sampai larut malam? Karena ia akan mengikuti ujian.[2]

Kebanyakan generalisasi didasarkan pada pemeriksaan atas suatu sample dari seluruh golongan yang diselidiki. Oleh
karena itu, generalisasi juga bisa disebut induksi tidak sempurna, tidak lengkap. Guna menghindari generalisasi yang
terbaru-baru, Aristoteles berpendapat bahwasannya bentuk induksi semacam ini harus didasarkan pada
pemeriksaan atas seluruh fakta yang berhubungan.

Ada 3 pola dalam hubungan kausalitas :

1. Sebab- akibat.

Contoh: Penebangan liar di hutan mengakibatkan tanah longsor.

2. Akibat – Sebab.

Contoh: Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik.

3. Akibat – Akibat.

Contoh:Toni melihat kecelakaan dijalan raya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.[3]

B. Induksi Mill

Seorang filsuf inggris Stuart Mill merumuskan metode penyimpulan Induksi Mill, empat metode tersebut yaitu:

a. Metode persetujuan

Apabila ada dua macam peristiwa atau lebih pada gejala yang diselidiki dan masing-masing periatiwa itu mempunyai
faktor yang sama, maka faktor itu merupakan satu-satunya sebab bagi gejala yang diselidiki.[4]
Contoh: penyakit tipus yang menyerang satu desa. Tingkah laku pasien berbagai ragam dalam corak kehidupan
sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup, berbeda umur dan latar belakang, dan ekonomi yang berbeda-beda,
tetapi semuanya bersamaan dalam hal penggunaan air minum. Dengan demikian sumber air merupakan faktor yang
ada pada setiap macam fenomenaa, maka dapat disimpulkan bahwa air minumlah yang menyebabkan tipus.

b. Metode perbedaan

Jika sebuah peristiwa mengandung gejala yang diselidiki dan sebuah peristiwa lain yang tidak mengandungnya,
namun faktornya sama kecuali satu, dan yang satu itu terdapat pada peristiwa pertama maka faktor satu-satunya itu
yang menyebabkan peristiwanya berbeda itu adalah faktor yang tidak bisa di lepaskan dari sebab terjadinya gejala.

Contoh: Bila kita punya korek api yang ada sumbunya dan yang satu tidak, maka korek yang ada sumbunya dapat
kita nyalakan, sedangkan yang tidak ada sumbunya tidak dapat kita nyalakan meskipun ia mempunyai batu dan gas
dan keadaan yang lain sama dengan korek yang mempunyai sumbu. Oleh karena itu, tidak tepat kalau kita katakan
bahwa sumbu itu merupakan sebab bagi menyalanya korek api tetapi lebih tepat merupakan sebab yang tidak bisa
di pisahkan dari sebab yang menjadikan korek api itu menyala.

c. Metode persamaan variasi

Apabila suatu gejala yang dengan suatu cara berubah ketika gejala lain berubah dengan cara tertentu maka gejala itu
adalah sebab atau akibat dari gejala lain , atau berhubungan secara sebab akibat.

Contoh: Seorang petani dapat mengetahui dengan mudah hubungan kausalitas antara kesuburan tanah dengan hasil
panen. Semakin tinggi derajat kesuburan tanah semakin bagus hasil panen dan demikian sebaliknya.

d. Metode sisasisihan

Jika ada peristiwa dalam keadaaan tertentu dan keadaan tertentu ini merupakan akibat dari faktor yang
mendahuluinya, maka sisa akibat yang terdapat pada peristiwa itu pasti disebabkan oleh faktor yang lain.

Contoh: penemuan planet neptunus pada tahun 1846. Penemuan ini sebagai akibat perhitungan terhadap orbit
planet uranus.

e. Metode Gabungan

Metode ini merupakan variasi dari metode persetujuan dan metode perbedaan. Maksudnya jika ada sekumpulan
peristiwa dalam gejala tertentu hanya memiliki sebuah faktor yang bersamaan, sedangkan dalam beberapa peristiwa
dimana gejala itu tidak terjadi, dijumpai faktor-faktor lainnya yang juga di jumpai pada saat gejala itu terjadi kecuali
sebuah faktor yang bersamaan, maka faktor ini adalah faktor yang mempunyai hubungan kausal dengan gejal itu.

Contoh : Pemberian makanan pada sekelompok ayam dengan beras ternyata ayam itu terserang radang saraf, dan
sebagian besar mati. Ia memberikan makan pada sekelompok ayam lain dengan beras yang masih tercampur dedak.
Ternyata tidak satu pun ayam itu sakit. Kemudian ayam yang sakit diberi makan beras yang di campur degan dedak
dan ayam tersebut akhirnya sembuh.
C. Kekeliruan Dalam Pemikiran

1. Post Hoc, Ergo Propter Hoc, yakni pemikiran yang menafsirkan kejadian-kejadian atas dasar :ini terjadi sesudah
itu terjadi maka ini merupakan akibat dari itu, misalnya : Sesudah ayam berkokok maka terbitlah siang. Jadi, siang
terbit karena ayam berkokok.

2. Cum Hoc Ergo Propter Hoc, bersama itu oleh karena itu. Misalnya : Bersama dengan turunnya hujan buatan,
ikan-ikan mati karena hujan buatan, ikan-ikan tersebut mati.

Keliruan ini terjadi karena melihat peristiwa yang ada secara sepintas. Untuk menentukan bahwa suatu peristiwa itu
merupakan sebab bagi peristiwa lainnya tidak lah sekedar menunjuk bahwa peristiwa pertama adalah sebab dari
peristiwa kedua.[5]

BAB III

KESIMPULAN

Hubungan kausalitas merupakan hubungan yang saling terkait dari dua permasalahan. Suatu kejadian tidak bisa
dikatakan mengalami suatu akibat tanpa adanya sebab, sebaliknya kejadian tidak dapat menujukkan suatu sebab jika
belum mengalami akibat. Hubungan kausalitas terdiri dari tiga pola yaitu: sebab-akibat, akibat-sebab, dan akibat-
akibat. Sedangkan metode-metodenya menurut Stuart Mill terdiri dari : Metode persetujuan, metode perbedaan,
metode persamaan variasi, metode sisasisihan, dan metode gabungan persetujuan dan perbedaan. Beberapa
kekeliruan dalam hubungan kausalitas yaitu Post Hoc, Ergo Propter Hoc dan Cum Hoc Ergo Propter Hoc perlu juga
diperhatikan agar tidak terjadi kesalahan atau kekeliruan dalam menghubungkan suatu kejadian.

DAFTAR PUSTAKA

Mundiri. 1998. Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Puspoprojo. 1999. Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu. Bandung: Pustaka Grafika.

Fikri, Jaiz, Pengertian, Generalisasi, Analogi, Hubungan kausal, Hipotesis dan teori Penalaran Induktif , dikutip dari
laman http://apikgoregrind.blogspot.com/2014/03/pengertian-penalaran-induktif.html, diakses 29 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai