Disusun oleh:
DINA WATI (2101041003)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini tentu masih banyak
kekurangannya. Maka dari itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi menyempurnakan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran darimakalah ini.
Wassalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Depan.....................................................................................................i
Kata Pengantar.......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan...............................................................................................1
a. Latar Belakang Masalah............................................................................1
b. Rumusan Masalah.....................................................................................2
c. Tujuan Masalah.........................................................................................2
BAB II Pembahasan..............................................................................................3
a. Pengertian Qadha’, Qadar, dan Takdir......................................................3
b. Iman Kepada Qadha’, Qadar, dan Takdir..................................................5
c. Ikhtiar dan Berdoa serta Hubungannya dengan Takdir.............................8
d. Peringatan tentang Qadha’, Qadar, dan Takdir.........................................9
e. Pengaruh Keimanan terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia............10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hidup ini memang penuh dengan warna. Dan ingatlah bahwa hakikat warna-
warni kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini telah Allah tuliskan
(tetapkan) dalam kitab “Lauhul Mahfudz” yang terjaga rahasianya dan tidak
satupun makhluk Allah yang mengetahui isinya. Semua kejadian yang telah
terjadi adalah kehendak dan kuasa Allah SWT. Begitu pula dengan bencana-
bencana yang akhir-akhir ini sering menimpa bangsa kita. Gempa, tsunami, tanah
longsor, banjir, angin ribut dan bencana-bancana lain yang telah melanda bangsa
kita adalah atas kehendak, hak, dan kuasa Allah SWT. Dengan bekal keyakinan
terhadap takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT, seorang mukmin tidak
pernah mengenal kata frustrasi dalam kehidupannya, dan tidak berbangga diri
dengan apa-apa yang telah diberikan Allah SWT.
Kematian, kelahiran, rizki, nasib, jodoh, bahagia, dan celaka telah ditetapkan
sesuai ketentuan-ketentuan ilahiah yang tidak pernah diketahui oleh manusia.
Dengan tidak adanya pengetahuan tentang ketetapan dan ketentuan Allah ini,
maka kita harus berlomba-lomba menjadi hamba yang saleh, dan berusaha keras
untuk menggapai cita-cita tertinggi yang diinginkan setiap muslim yaitu melihat
Rabbul’alamin dan menjadi penghuni surga.
Keimanan seorang mukmin yang benar harus mencakup enam rukun.Yang
terakhir adalah beriman terhadap qadha’ dan qadar atau takdir Allah, baik takdir
yang baik maupun takdir yang buruk. Salah memahami keimanan terhadap takdir
dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Terdapat
beberapa permasalahan yang harus dipahami oleh setiap muslim terkait masalah
takdir ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis berikhtiar untuk menelusuri konsepsi
iman kepada qadha’ qadar dan takdir, yang bersifat lebih mencerahkan dan
semoga menjadi solusi bagi persoalan-persoalan kehidupan umat saat ini.
1
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Qadha’, Qadar, dan Takdir
2. Iman Kepada Qadha’, Qadar, dan Takdir
3. Ikhtiar dan Berdoa serta Hubungannya dengan Takdir
4. Peringatan tentang Qadha’, Qadar, dan Takdir
5. Pengaruh Keimanan terhadap Takdir dalam Kehidupan Manusia
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Qadha’, Qadar, dan Takdir
2. Untuk Mengetahui Iman Kepada Qadha’, Qadar, dan Takdir
3. Untuk Mengetahui Ikhtiar dan Berdoa serta Hubungannya dengan Takdir
4. Untuk Mengetahui Peringatan tentang Qadha’, Qadar, dan Takdir
5. Untuk Mengetahui Pengaruh Keimanan terhadap Takdir dalam Kehidupan
Manusia
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Shalih bin Fauzan Al Fauzan, Kitab Tauhid, Aqwam, Jakarta, 2013, hlm. 285
3
qadar sangat kuat, qadha’ merupakan rencana, ketetapan atau hukum Allah SWT
yang ditetapkan sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari
hukum atau ketetapan Allah SWT. Jadi, qadha’ dan qadar dapat diibaratkan
seperti rencana dan pelaksanaan. Maka dari itu qadha’ dan qadar disatukan
menjadi istilah yang disebut takdir. Ketentuan takdir segala sesuatu sebelum
terjadi dan penulisannya di Lauh Mahfuzh.
Hukum yang Allah berlakukan bagi alam dan dijadikan berjalan sesuai dengan
konsekwensinya merupakan sunnatullah yang Dia hubungkan dengan sebab
akibat semenjak Dia menghendakinya hingga selamanya. Jadi, segala yang terjadi
dialam ini sesuai dengan takdir terdahulu yang telah Allah atur dan tentukan.
Adapun yang tidak terjadi, berarti tidak ditakdirkan dan diputuskan.2
Takdir secara bahasa berasal dari kalimat Qoddaro-Yuqoddiru-Taqdiiroon
yang artinya ketentuan, ukuran, ketetapan. Menurut istilah takdir yaitu
“menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya” maksudnya adalah
segala sesuatu yang dijadikan Allah Swt diberinya perlengkapan-perlengkapan
dan persiapan-persiapan sesuai dengan naluri, sifat-sifat dan fungsinya masing-
masing dalam hidup. Segala sesuatu yang terjadi atas rencananya pasti serta tentu,
namun manusia diberi hak untuk berusaha sekuat tenaga. Dalam kamus besar
Bahasa Indonesia, takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Allah SWT yang
telah ditetapkan sejak zaman azali. Akan tetapi manusia tetap berusaha serta
bertawakal, selebihnya diserahkan kepada Allah SWT.
Sesuai dengan rukun iman yang keenam, maka wajib bagi setiap muslim dan
muslimat untuk beriman kepada qadha dan qadar (takdir) baik maupun yang
buruk. Karena semua itu adalah rencana dan keputusan Allah Swt yang telah
tertulis dalam kitab lauh mahfuzh sebelum kejadian.
2
Ibit., hlm. 286
4
mencapai kehendak dan keinginan disertai dengan segala syarat-syarat dan
perhitungan sebab-akibat. Seperti; kekayaan, kepandaian, dan kesehatan.
2. Takdir Mubram
Takdir mubram adalah takdir yang terjadi pada manusia yang terjadi
pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan dan tidak dapat ditawar-tawar
lagi oleh manusia. Seperti; kematian, jodoh, jenis kelamin bayi yang lahir,
dan kedatangan hari kiamat. Allah Swt Berfirman dalam (Q.S. Yunus/10:
49.)3
ض ًّرا َواَل نَ ْفعًا ِإاَّل َما َشا َء هَّللا ُ ۗ لِ ُكلِّ ُأ َّم ٍة َأ َج ٌل ۚ ِإ َذا َجا َء َأ َجلُهُ ْم ُ ِقُلْ اَل َأ ْمل
َ ك لِنَ ْف ِسي
َفَاَل يَ ْستَْأ ِخرُونَ َسا َعةً ۖ َواَل يَ ْستَ ْق ِد ُمون
Artinya: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan
dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa
yang dikehendaki Allah". Tiap-tiap umat mempunyai ajal.
Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukan(nya).(QS. Yunus/10: 49)
3
Diakses dari http://web.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf/TAQDIR.pdf pada tanggal 29 Oktober 2018
pukul 09:26
4
Shalih bin Fauzan Al Fauzan, loc.cit. hlm. 286
5
Iman kepada qadha’ dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati
bahwa Allah Swt telah menentukan segala sesuatu bagi makhluk-Nya. Menurut
Yasin, iman kepada qadha’ dan qadar adalah “mengimani adanya ilmu Allah Swt
yang qadim dan mengimani adanya kehendak Allah Swt yang berlaku serta
kekuasaan-Nya yang menyeluruh”. Setiap muslim wajib mengimani qadha’ dan
qadar Allah Swt, yang baik ataupun yang buruk. Firman Allah Swt:
Qadha dan qadar bisa disebut dengan satu kata “takdir”. Bagi manusia dan
makhluk lain, ada pandangan takdir baik dan buruk, tetapi dalam pandangan Allah
Swt semua takdir itu baik, karena keburukan tidak dinisbatkan kepada Allah Swt
ilmu Allah Swt, kehendak-Nya, catatan-catatan-Nya, dan penciptaan-Nya semua
itu adalah kebijaksanaan, keadilan, kasih sayang, dan kebaikan. Keburukan
bukanlah sifat Allah Swt dan bukan pula pekerjaan-Nya.5
Berkaitan dengan makna beriman kepada qadha dan qadar, dapat diketahui
bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah Swt sejak sebelum ia dilahirkan.
5
Marzuki dan Yusuf A. Hasan, Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti, Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbut, Jakarta, 2015, hlm. 23
6
Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia
hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap
berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.6
Makna iman kepada takdir ialah percaya penuh bahwa segala kejadian yang
baik dan yang buruk adalah sesuai dengan qadha dan qadar Allah Swt. Segala
yang ditakdirkan oleh Allah pasti mengandung paling tidak sebuah hikmah yang
hanya diketahui oleh-Nya. Allah tidak akan menciptakan keburukan murni yang
tidak membuahkan satu kemaslahatan. Keburukan yang murni tidak dinisbatkan
kepada-Nya. Akan tetapi, ia termasuk dalam makhluk Allah secara umum.
6
Ibit., hlm. 27
7
yang dikehendaki-Nya. Dia tidak ditanyai mengenai apa diperbuat-Nya sedang
mereka pasti akan ditanyai.7
Dari ayat diatas, Allah Swt mendorong manusia untuk berusaha, berlomba,
berkompetisi menjadi orang yang tercepat. Siapa pun yang berusaha dengan
sungguh-sungguh, berarti dia sedang menuju keberhasilan. Pepatah arab
mengatakan “Man jadda wajada”, Artinya: “Siapa pun orang yang bersungguh-
sungguh akan memperoleh keberhasilan”.
Doa adalah ikhtiar batin yang besar pengaruhnya bagi manusia yang
meyakininya. Hal ini karena doa merupakan bagian dari motivasi intrinsik. Bagi
yang meyakini, doa akan memberikan energi dalam permohonan orang yang
bersungguh-sungguh memohon.
Firman Allah Swt dalam Q.S. Al-Baqarah/2:186
7
Shalih bin Fauzan Al Fauzan, op.cit. hlm. 289
8
Marzuki dan Yusuf A. Hasan, op.cit. hlm. 28
8
اع ِإ َذا َدعَان ُأ
ِ ِجيبُ َد ْع َوةَ ال َّد
Arinya: “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila ia
berdoa kepada-Ku,..”(Q.S. Al-Baqarah/2:186)
Jika sudah dikhtiarkan dan berdoa namun kegagalan yang diperoleh, maka
dalam hubungannya dengan takdir inilah letak “rahasia ilahi”. Meskipun begitu,
Allah Swt tidak menyia-nyiakan semua amal yang sudah dilakukan, walaupun
gagal.
9
Ibit., hlm. 29
9
Maka dari itu, sudah sunnatullah jika setiap kejadian yang terjadi mengandung
hikmah serta tujuan, dan pasti ada sebab dan akibat yang ditimbulkannya.
Misalnya, seseorang yang ingin kaya maka harus bekerja, jika ingin pintar maka
harus belajar, dan sebagainya. Mustahil jika seseorang bisa pintar tanpa belajar
dan mustahil jika cita-cita akan tercapai jika orang yang bersangkutan hanya
duduk melamun diatas kursi saja. Setelah seseorang itu berikhtiar hendaklah
mereka tawakkal yaitu berserah diri kepada Allah SWT. atas seluruh usaha yang
dilakukan secara maksimal tersebut. Maksudnya, menyerahkan seluruh yang
terjadi pada diri kita kepada Allah SWT. dengan tetap berusaha semaksimal
mungkin.10
10
Rosihon Anwar, Akidah Akhlak, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 198-199
11
Ibit., hlm. 199-200
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Qadha’ merupakan rencana, ketetapan atau hukum Allah SWT yang ditetapkan
sejak zaman azali, sedangkan qadar adalah pelaksanaan dari hukum atau ketetapan
Allah SWT. Jadi, qada dan qadar dapat diibaratkan seperti rencana dan
pelaksanaan. Maka dari itu qada dan qadar disatukan menjadi istilah yang disebut
takdir. Takdir merupakan ketentuan atau ketetapan Allah SWT yang telah
ditetapkan sejak zaman azali.
Sebagai penutup, kami katakan bahwa seorang mukmin harus ridha kepada
Allah SWT sebagai Tuhannya, dan termasuk kesempurnaan ridha-Nya yaitu
mengimani adanya qadha dan qadar serta meyakini bahwa dalam masalah ini
tidak ada perbedaan antara amal yang dikerjakan manusia, rizki yang dia
usahakan dan ajal yang dia khawatirkan. Kesemuanya adalah sama, sudah tertulis
dan ditentukan. Dan setiap manusia dimudahkan menurut takdir yang ditentukan
baginya. Manusia juga harus hidup dengan ikhtiar untuk memahami qada dan
qadar. Dalam kehidupan kita sehari-hari takdir Allah SWT berkaitan erat dengan
usaha yang dilakukan oleh manusia. Usaha manusia harus maksimal serta optimal
dan diiringi dengan doa serta tawakal.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al Fauzan, Shalih bin Fauzan. 2013. Kitab Tauhid. Jakarta: Aqwam.
Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung: Pustaka Setia.
http://eprints.stainkudus.ac.id/10/02/5/FILE%205%20BAB%20II.pdf, diakses
pada tanggal 26 Oktober 2018 pukul 11.28.
http://web.ipb.ac.id/~kajianislam/pdf/TAQDIR.pdf, diakses pada tanggal 29
Oktober 2018 pukul 09:26.
Marzuki dan Yusuf A. Hasan. 2015. Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti.
Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbut.
12