Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEDUDUKAN DAN JENIS MAHAR

Disusun guna memenuhi tugas


Mata kuliah Fiqih Munaqahat
Dosen pengampu :
Indar Wahyuni, M. S. I.

Disusun oleh :
Ahmad Dzakiyyul Fuadi
2121002

PROGRAM STUDI AHWAL AS-SYAKHSIAH


FAKULTAS SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PATI
2022

I
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikuum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur keharirat Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq hidayah serta
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Kedudukan
dan Jenis Mahar” dengan tepat waktu. Tidak lupa sholawat serta salam
tercurahkan kepada Baginda Rosulullah SAW semoga kita semua mendapatkan
syafa’atnya di akhir kelak.
Penulis mengucapkan terima kasih sebayak-banyaknya kepada ibu Indar
Wahyuni, M. S. I. Selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih Munaqahat yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan
didalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca untuk makalah ini agar nantinya penulis dapat membuat makalah
dengan baik lagi.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan untuk para
pembaca, mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada banyak kesalahan pada
makalah ini. Atas perhatianya penulis ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmaatullahi Wabarokatuh.

Pati, 02 Juli 2022

Ahmad Dzakiyyul Fuadi

II
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. I
KATA PENGANTAR ......................................................................................... II
DAFTAR ISI ...................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN :
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN :
A. Pengertian Mahar .................................................................................. 2
B. Kedudukan Mahar Dalam Akad Pernikahan ........................................ 3
C. Jenis – Jenis Mahar ............................................................................... 4
BAB III PENUTUP :
A. Kesimpulan .......................................................................................... 7
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap akad pernikahan dari berbagai akad selama dilaksanakan dengan
sempurna dan sah dapat menimbulkan beberapa pengaruh. Beberapa
pengaruh, diantaranya hak istri kepada suami dan hak – hak istri yang wajib
dilaksanakan suami salah satunya adalah mahar. Mahar sendiri memiliki arti
yang cukup dalam, hikmah dari disyariatkannya mahar ini menjadi pertanda
bahwa seorang Wanita memang harus dihormati dan dimuliakan. Besar
kecilnya mahar ditetapkan atas persetujuan kedua belah pihak karena
pemberian itu harus diberikan secara ikhlas.
Mahar dalam pernikahan mempunyai kedudukan dan beberapa macam
jenis. Dalam makalah ini, akan diulas pengertian serta kedudukan dan jenis
mahar. Banyak dari kalangan masyarakat yang masih belum mengetahui
“mahar” secara benar, dan memutuskan mahar secara sepihak. Maka latar
belakang dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah atau memberi
wawasan bagi pembacanya tentang pengertian serta kedudukan dan jenis
mahar.
B. Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian mahar?
2. Bagaimana kedudukan mahar dalam akad pernikahan?
3. Apa saja jenis mahar?
C. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang mahar dalam
pernikahan dan mengetahui bagaimana kedudukan mahar dalam akad
pernikahan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mahar
Mahar secara etimologi artinya maskawin. Secara terminologi, mahar
ialah pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri sebagai ketulusan
hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi seorang istri
kepada calon suaminya. Atau suatu pemberian yang diwajibkan bagi calon
suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa
(memerdekakakn, mengajar, dll).1
Kata “mahar” berasal dari bahasa Arab yang termasuk katra benda
bentuk abstrak atau masdar, yakni “Mahram” atau kata kerja, yakni fi’il
dari “mahara-yamaharu- maharan”. Lalau, dibakukan dengan kata benda
mufrad, yakni al-mahr, dan kini sudah diindonesiakan dengan kata yang
sama, yakni mahar atau karena kebiasaan pembayaran mahar dengan mas,
mahar diidentikkan dengan maskawin.
Di kalangan fuqaha, di samping perkataan “mahar”, juga digunakan
istilah lainnya, yakni shadaqah, nihlah, dan faridhah yang maksudnya
adalah mahar. Dengan pengertian etimologi tersebut, istilah mahar
merupakan pemberian yang dilakukan oleh mempelai laki-laki kepada
mempelai perempuan yang hukumnya wajib, tetapi tidak ditentukan bentuk
dari jenisnya, besar dan kecilnya dalam al-Quran merupakan al- Hadits.
Dalam bahasa Arab, terma mahar jarang digunakan. Kalangan ahli fiqih
lebih sering menggunakan kata “shidaq” dalam kitab-kitab fuqahanya.
Sebaliknya, di Indonesia terma yang sering digunakan adalah terma mahar
dan maskawin. Para ulama menyatakan bahwa tidak ada perbedaan
mendasar antara terma ash- shidaq dan terma al-mahar. Ada pendapat
yang menegaskan bahwa shadaq merupakan sesuatu yang wajib karena nikah,
seperti wathi’ seubhat, persusuan, dan menarik kesaksian.

1
Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (kencana: Jakarta, 2010), h 84

2
B. Kedudukan Mahar Dalam Akad Pernikahan
Dalam Islam, disyari’atkannya membayar mahar hanyalah sebagai hadiah
yang diberikan seorang lelaki kepada seorang perempuan yang dipinangnya
Ketika lelaki itu ingin menjadi pendampingnya (suami), dan sebagai
pengakuan dari seorang lelaki atas kemanusiaan, kemuliaan dan kehormatan
perempuan. Allah SWT telah menegaskan dalam Al – Qur’an surat An-Nisa
ayat 4 :
‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَاِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ۤ ْيـًٔا َّم ِر ۤ ْيـًٔا‬
َ ‫َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء‬
“Berikanlah maskawin kepada perempuan yang kamu nikahi
sebagai pemberian yang penuh kerelaan”. (QS. an-Nisa’: 4)2
Pengertiannya adalah, bayarkanlah mahar kepada mereka sebagai
pemberian yang setulus hati. Pemberian itu adalah maskawin yang
besar kecilnya ditetapkan atas persetujuan kedua pihak, karena pemberian
itu harus dilakukan dengan ikhlas. Wajibnya mahar juga didasarkan pada
sabda Rasulullah SAW
‫َأ ْع ِطهَا َولَوْ خَاتَ ًما ِم ْن َح ِدي ٍد‬
“Berikanlah (maharnya) sekalipun cincin besi”. (HR Muttafaq ‘alaih) 3
Mahar merupakan kewajiban yang harus dipenuhi dalam sebuah
pernikahan, karena mahar sebagai pemberian yang dapat melanggengkan
cinta kasih, yang mengikat dan mengukuhkan hubungan antara suami istri.
Mahar yang harus dibayarkan ketika akad nikah hanyalah sebagai wasilah
(perantara), bukan sebagai ghayah (tujuan), karena itu islam sangat
menganjurkan agar mahar atau mas kawin dalam perkawinan dipermudah. 4
Islam tidak menetapkan jumlah besar atau kecilnya mahar, karena
adanya perbedaan kaya dan miskin, lapang dan sempitnya rezeki. Selain itu
prinsip dari tiap tradisi juga berbeda.

2
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV. asy-Syifa’, 1992, h. 115.
3
Syamsudin Ramadhan, Fikih Rumah Tangga, Bogor: CV. Idea Pustaka Utama, 2004, Cet. I, h. 65
4
Ahmad Mudjab Mahalli, Wahai Pemuda Menikahlah, Jogjakarta: Menara Kudus, 2002, h.
148

3
C. Jenis – Jenis Mahar
Semua ulama’ telah sepakat bahwa membayar mahar itu adalah
wajib. Sedangkan macam-macam mahar dapat dibedakan menjadi dua
yaitu: Mahar Musamma dan Mahar Mitsil.5
a. Mahar Musamma
Mahar musamma merupakan mahar yang telah jelas dan
ditetapkan bentuk dan jumlahnya dalam shighat akad. Jenis mahar ini
dibedakan lagi menjadi dua yaitu: Pertama Mahar Musamma
Mu’ajjal, yakni mahar yang segera diberikan oleh calon suami calon
isterinya. Mahar Menyegerakan pembayaran kepada termasuk
perkara yang sunnat dalam Islam. Kedua Mahar Musamma Ghair
Mu’ajjal, yakni mahar yang telah ditetapkan bentuk dan
jumlahnya, akan tetapi ditangguhkan pembayarannya.
Berkenaan dengan pembayaran mahar, maka wajib hukumnya
apabila telah terjadi dukhul. Ulama’ sepakat bahwa membayar mahar
menjadi wajib apabila telah berkhalwat (bersepi-sepian/berdua-
duan) dan juga telah dukhul.
Membayar mahar apabila telah terjadi dukhul adalah wajib,
sehingga jika belum terbayarkan maka termasuk utang piutang.
Namun, jika sang isteri rela terhadap maharnya yang belum
dibayarkan oleh suaminya. Sementara suaminya telah meninggal,
maka tidak wajib ahli warisnya membayarkan maharnya. Jika
isterinya tidak rela, maka pembayaran mahar itu diambilkan dari
harta warisannya oleh ahli warisnya.
Apabila terjadi talak sebelum terjadinya dukhul, sementara
bentuk dan jumlahnya telah ditentukan dalam akad, maka wajib
membayar mahar separuhnya saja dari yang telah ditentukan
dalam mahar.

5
Beni Ahmad Saebani, Fiqih Munakahat Bandung: CV Pustaka Setia, 2009,h. 275-279.

4
ۚ ‫َشـرًا‬ ْ ‫َوالَّ ِذ ْينَ يُتَ َوفَّوْ نَ ِم ْن ُك ْم َويَ َذرُوْ نَ اَ ْز َواجً اـ يَّتَ َرب‬
ْ ‫َّصـنَ بِا َ ْنفُ ِسـ ِه َّن اَرْ بَ َعـ ةَ اَ ْشـه ٍُر َّوع‬
‫ف َوهّٰللا ُ بِ َمــا‬ ْ ِ‫َــاح َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي َمــا فَ َع ْلنَ فِ ْٓي اَ ْنفُ ِســ ِه َّن ب‬
ِ ‫ــال َم ْعرُوْ ۗـ‬ َ ‫فَــاِ َذا بَلَ ْغنَ اَ َجلَه َُّن فَاَل ُجن‬
‫تَ ْع َملُوْ نَ َخبِ ْي ٌر‬
Terjemah Kemenag 2019
234. Orang-orang yang mati di antara kamu dan meninggalkan
istri-istri hendaklah mereka (istri-istri) menunggu dirinya (beridah)
empat bulan sepuluh hari. Kemudian, apabila telah sampai (akhir)
idah mereka, tidak ada dosa bagimu (wali) mengenai apa yang
mereka lakukan terhadap diri mereka71) menurut cara yang patut.
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.6
71) Setelah masa idah selesai, perempuan boleh berhias, bepergian, atau
menerima pinangan.

b. Mahar Mitsil
Mahar Mitsil adalah mahar yang jumlah dan bentuknya menurut
jumlah dan bentuk yang biasa diterima keluarga pihak isteri karena
tidak ditentukan sebelumnya dalam akad nikah.
ۖ ً‫ْضـــة‬
َ ‫ضـــوْ ا لَه َُّن فَ ِري‬ُ ‫َـــاح َعلَ ْي ُك ْم اِ ْن طَلَّ ْقتُ ُم النِّ َســـ ۤا َء َمـــا لَ ْم تَ َم ُّســـوْ ه َُّن اَوْ تَ ْف ِر‬
َ ‫اَل ُجن‬
‫ف َحقًّا َعلَى‬ ْ ‫ـر قَـ َدر ُٗه ۚ َمتَاعًا ۢبِـ‬
ِ ‫ـال َم ْعرُوْ ۚـ‬ ِ ‫َّو َمتِّ ُعــوْ ه َُّن َعلَى ْال ُموْ ِسـ ِع قَـ َدر ُٗه َو َعلَى ْال ُم ْقتِـ‬
َ‫ْال ُمحْ ِسنِ ْين‬
Terjemah Kemenag 2019
236. Tidak ada dosa bagimu (untuk tidak membayar mahar) jika
kamu menceraikan istri-istrimu yang belum kamu sentuh (campuri)
atau belum kamu tentukan maharnya. Berilah mereka mut‘ah,73)
bagi yang kaya sesuai dengan kemampuannya dan bagi yang miskin
sesuai dengan kemampuannya pula, sebagai pemberian dengan cara
yang patut dan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat ihsan.7

6
Qur’an in World KEMENAG RI 2019 Q.S. Al-Baqarah, ayat : 234
7
Qur’an in World KEMENAG RI 2019 Q.S. Al-Baqarah, ayat : 236

5
73) Mut‘ah yang dimaksud adalah pemberian suami kepada istri yang
diceraikannya sebagai pelipur, di samping nafkah yang wajib ditunaikannya sesuai
dengan kemampuannya.

Imam Malik menjelaskan ayat tersebut bahwa seorang laki-laki


boleh memilih salah satu dari ketiga kemungkinan ada.
Kemungkinan pertama, seorang suami tidak perlu membayar mahar
kepada isterinya. Kemungkinan kedua, suami membayarkan mahar
mitsilnya. Kemungkinan ketiga, memilih membayar mahar mitsilnya
adalah keputusan yang dipandang lebih adil dan bijaksana karena
disesuaikan dengan kemampuan pihak suami dan jumlah yang biasa
diterima oleh pihak keluarga isteri.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahar merupakan pemberian wajib dari calon suami kepada
calon istri sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa
cinta kasih bagi seorang istri kepada calon suaminya. Atau suatu
pemberian yang diwajibkan bagi calon suami kepada calon istrinya, baik
dalam bentuk benda maupun jasa. Agama tidak menetapkan jumlah
minimum dan begitu pula jumlah maksimum dari mahar. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia dalam
memberikannya. Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan kontan
atau utang, atau mau di bayar kontan Sebagian dan utang Sebagian.
B. Kritik dan Saran
Penulis mengucapkan terimakasih, kami sadar bahwa dalam
penulisan makalah ini ada yang kurang sempurna atau pun ada yang
salah. Maka penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca yang
bersifat membangun untuk lebih mengembangkan makalah selanjutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA
Abdur Rahman I. Doi,1996, Perkawinan dalam Syari’at Islam (Shari’ah The
Islamic Law), Penerjemah: Drs. H. Basri Iba Asghary dan H. Wadi
Masturi, S.E., Jakarta: PT Rineka Cipta, , Cet. II.
Departemen Agama RI, 1992, Al Qur’an dan Terjemahnya, Semarang: CV.
asy-Syifa’.
Syamsudin Ramadhan, 2004, Fikih Rumah Tangga, Bogor: CV. Idea Pustaka
Utama, Cet. I
Ahmad Mudjab Mahalli, 2002,Wahai Pemuda Menikahlah, Jogjakarta: Menara
Kudus.
Beni Ahmad Saebani, 2009, Fiqih Munakahat, Bandung: CV Pustaka Setia.
KEMENAG RI Qur’an in World 2019, Terjemah dan Tafsir.

Anda mungkin juga menyukai