Disusun oleh:
Kelas A
Kelompok 12
Mohamad.Didik Alfian (2201010070)
TAHUN AKADEMIK
2022/2023
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Fiqih Munakahat.
Adapun makalah ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan
makalah ini. Oleh sebab itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun. Terima kasih.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................I
KATA PENGANTAR......................................................................................II
DAFTAR ISI....................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan Rumusan Masalah.....................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. Nilai Mahar...........................................................................................2
B. Mahar yang Baik Tidak Memberatkat..................................................6
C. Nikah Mut’ah........................................................................................7
A. Kesimpulan...........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahar merupakan hadiah yang diminta calon mempelai pria dari calon
mempelai wanita. Atau itu disetujui. Secara teknis, mahar adalah pemberian
yang wajib diberikan oleh calon suami kepada istrinya sebagai bukti
kesetiaannya. Seorang suami yang membuat istrinya mencintainya. Kata
mahar berasal dari bahasa Arab dan mengandung bentuk abstrak dari kata
benda katra atau masdar, yaitu "mahram", atau kata kerja, yaitu "mahara
yamahal mahalan" fiil. Kalau dulu dibakukan dengan kata benda muhurad atau
almar, namun sekarang mahar disamakan dengan mahar karena kata yang
sama dalam bahasa Indonesia: mahar, atau kebiasaan membayar mahar secara
masu. Selain peribahasa, ada juga peribahasa di kalangan pengacara.
Istilah lain yang digunakan untuk “mahar” antara lain sadaqah, nihra, dan
farida yang artinya mahar. Dengan pengertian etimologis tersebut, maka istilah
mahar adalah pemberian dari mempelai laki-laki kepada mempelai
perempuan, wajib secara hukum, namun bentuknya tidak tetap dan ukuran
serta besar kecilnya Al-Qur’an adalah al-hadits. Istilah mahar jarang
digunakan dalam bahasa Arab. Para ahli fikh sering menggunakan kata
“shidak” dalam kitab-kitab Huk. Namun istilah ini sering digunakan di
Indonesia. Kata-katanya adalah mahar dan mahar. Para ulama menyatakan
tidak ada perbedaan mendasar antara Terma ash Sidak dan Terma al-Mahar.
Ada pendapat yang mendukung Shaddak.
Mahar yang baik tidak menjadi beban, meskipun dalam bentuk atau
jumlah yang berharga. Oleh karena itu, Nabi menginginkan mahar yang
bentuknya sederhana. Hal ini terlihat dari hadits Uqba bin Amr yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan dikuatkan oleh para hakim, dimana Nabi
bersabda: “Mahar yang paling baik adalah yang paling sederhana” Sangat
penting untuk memperhatikan calon suaminya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Nilai Mahar
2. Bagaimana Mahar Yang Baik Tidak Memberatkan
3. Bagaimana Nikah Mut’ah
1
3. Untuk Mengetahui Apa Itu Nikah Mut’ah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Mahar
Kata "mahar" berasal dari bahasa Arab yang termasuk katra benda bentuk
abstrak atau masdar, yakni "Mahram" atau kata kerja, yakni fi'il dari "mahara-
yamaharu- maharan". Lalau, dibakukan dengan kata benda mufrad, yakni al-
mahr, dan kini sudah diindonesiakan dengan kata yang sama, yakni mahar atau
karena kebiasaan pembayaran mahar dengan mas, mahar diidentikkan dengan
maskawin.
Dalam bahasa Arab, terma mahar jarang digunakan. Kalangan ahli fiqih
lebih sering menggunakan kata "shidaq" dalam kitab-kitab fuqahanya.
Sebaliknya, di Indonesia terma yang sering digunakan. adalah terma mahar
dan maskawin. Para ulama menyatakan bahwa tidak ada perbedaan mendasar
antara terma ash- shidaq dan terma al-mahar. Ada pendapat yang menegaskan
bahwa shadaq merupakan. sesuatu yang wajib karena nikah, seperti wathi"
seubhat, persusuan, dan menarik kesaksian. Menurut ibnu Qayyim, istilah
mahar dengan shidaq tidak berbeda fungsi jika yang dimaksudkan merupakan
pemberian sesuatu dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan
dalam sebuah perkawinan. Hanya istilah mahar digunakan untuk perkawinan,
sedangkan iatilah shidaq dapat digunakan dalam hal selain perkawinan, karena
1
Abdul Kafi, “Mahar Pernikahan Dalam Pandangan Hukum Dan Pendidikan Islam” Vol. 3, nos.1,
Januari-Juni 2020 (n.d.).
2
istilahnya bersifat umum sebagaimana shadaqah wajib dan shadaqah sunnah/
shadaqah wajib adalah membayar zakat dan membayar mahar.2
Mahar atau Shaddak adalah harta benda, baik berupa harta maupun dengan
cara lain, yang diberikan oleh seorang suami kepada isterinya karena
perkawinan. Dimaknai juga sebagai pengganti wajib suami dalam akad nikah
(Tuwayjari, 2009).
2
Abd. Kohar, “Kedudukan Hikmah Mahar Dalam Perkawinan,” n.d., 43.
3
Nur Rahmawati, “Mahar Pernikahan Dalam Perspektif Islam,” n.d., 2–3.
3
Perkawinan memerlukan interaksi yang terkoordinasi dan harmonis.
Ketika rasa saling membutuhkan, saling mengisi kekurangan dan saling
melengkapi, tanpa memenuhi tugas dan hak masing-masing, maka
keharmonisan dan keharmonisan dalam keluarga terguncang, terjadilah
pertengkaran dan pertengkaran.4
a. Macam-macam Mahar
Mahar adalah satu diantara hak istri yang berdasarkan atas kitabullah,
sunnah Rasul, dan ij'ma kaum muslimin, Semua 'Ulama telah sepakat bahwa
membayar mahar itu adalah wajib. Sedangkan macam-macam mahar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu: Mahar Musammah dan Mahar Mitsil. (Beni
Ahmad Saebani, 2009:275).
1. Mahar musammah.
Mahar Musammah adalah mahar yang telah jelas dan ditetapkan
bentuk dan. jumlahnya dalam sighat akad. Disepakati oleh kedua belah
pihak yaitu pengantin pria dan. wanita yang disebutkan dalam redaksi
akad, para ulama sepakat bahwa tidak ada jumlah maksimal dalam
mahar tersebut. (Prof. Dr. Abdul Aziz Muhammad A, 2017: 184).
4
nikah. Hal ini berdasarkan riwayat Ibnu Abbas ra bahwa Nabi saw,
memerintahkan kepada Ali r.a. agar menberika sesuatu kepada Fatimah
r.a. sebelum mereka berkumpul. (Muhammad Bagir, 2008): 134-135).
Dalam hal demikian, pembayaran mahar musamma diwajibkan
hukumnya apabila terjadi dukhuul. Bagi suami yang menalak istrinya
sebelum dukhul, ia wajib membayar setengah dari mahar yang telah
diakadkan.. Terdapat dalam Al-Qur'an (Q.S Al-Baqarah Ayat, 237).
إن َطَّلْقُتُم وُهَّن ِم ْن َقْبِل َأْن َتَم ُّسو َم ْن َو َقْد َفَر ْض ُتْم َلُهَّن َفِريَض ُه فنصف ما فرضُتْم إال أن َيْع ُفوَن أو
عقدة النكاح تنسوا اْلَفْض َل َبْيَنُك ْم ِإَّن َهَّللا ِبَم ا تغفوا أقرب للتقوى وال وأن. َيْع ُفَو اَّلِذ ي ِبَيِدِه:
)237( تعملون بصير
2. Mahar mitsil
ialah mahar yang jumlahnya ditetapkan menurut jumlah yang
biasa diterima oleh oleh keluarga pihak istri, karena pada waktu akad
nikah jumlah mahar belum ditentukan bentuknya. Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Baqarah;236.
ُم ْقِتِر َقَدُر ُهَلُهَّنَفِريَض ة َو َم ِّتُعوُهَّنَع َلى اْلُم وِسِع َقَدُر ُهَو َع َلى اْل ِّنَس اَء َم ا
236 َلْم َتَم ُّسوُهَّنَأْو َتْفِر ُض وَّاَلُجَناَحَع َلْيُك ْم ِإْنَطَّلْقُتُم ال ا َع َلى اْلُم ْح ِسِنيَن َم َتاع ا ِباْلَم ْعُروِفَح ق
5
Abd. Kafi, “Mahar Pernikahan Dalam Pandangan Hukum Dan Pendidikan Islam” Vol. 3, No. 1,
Januari-Juni 2020 (n.d.).Abd.
5
bapaknya seperti saudara perempuan sekandung dan saudara
perempuan tunggal bapak. (Prof. Dr. Abdul Wahhab, 2017: 186).
6
belah pihak, ole demikian mahar yang paling baik yaitu tidak memberatkan
calon suami Seseorang yang mampu memberi mahar yang pantas atau
harganya yang lumayan tinggi kepada calon mempelai wanita sedangkan
orang yang tidak mampu maka akan memberi mahar dengan harga yang
rendah. Oleh karenanya memberi mahar/maskawin diberikan untuk kepastian
dan perjanjian antara kedua keluarga agar menetapkan jumlanya.
Imam abu hanifah berpendapat bahwa yang paling sedikit mahar mahar
yakni sepuluh dirham. Riwayat lain ada yang mengatakan empat puluh
dirham. Mukhtar kamal mengatakan jangan ada kata tidak mampu dalam
memberi mahar atau jumlah menjadi halangan karena tidak mampu
daripernikahan" inilah kelebihan dari ajaran islaam tentang mahar, yakni
islam tidak menetapkan jumlah mahar yang harus dibayar melainkan
menyesuaikan dengan kemampuan.
C. Nikah Mut’ah
Nikah mu'tah disebut juga nikah mut'ah (az-zawaj al-mu'aqqat) dan nikah
putus (azwaj al-munqathi'). Dalam catatan perkawinan Mutter, seorang laki-
laki mengadakan akad nikah dengan seorang perempuan selama sehari,
seminggu, sebulan, atau jangka waktu tertentu lainnya.Disebut Mutah karena
laki-laki memanfaatkan perkawinan untuk mempertahankan hubungan dengan
perempuan dalam jangka waktu tertentu.8
7
mengawini perempuan dengan memberinya harta tertentu dalam jangka waktu
tertentu.
Akad nikah dalam bahasa Arab dikenal dengan nikah muttah. Nikah
Mut'ah merupakan kata majemuk yang terdiri dari dua kata yaitu Nikah dan
Mut'ah. Secara bahasa, pernikahan adalah sebuah kontrak dan sebagainya.
Dalam terminologi ini, perkawinan diartikan sebagai akad, dan kata nikah
dikontraskan dengan kata muttah. Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang
perkawinan suami istri, terlebih dahulu kita akan membahas tentang
pengertian perkawinan. Kata perkawinan berasal dari bahasa Arab nakaha
yankihnikhahan yang berarti perkawinan atau perkawinan. Kata nikah ini
diadopsi dari bahasa Arab dan menjadi kata yang sangat populer di Indonesia.
Sasarannya adalah keinginan orang lain untuk meresmikan perjodohan.
Kata pernikahan kini sering disamakan dengan sesuatu yang negatif dan
bersifat kebinatangan.
Seorang muslim yang melangsungkan perjodohan secara sah dengan
pasangan pilihannya dan disaksikan (diketahui) oleh masyarakat sekitar
dikatakan telah menikah, namun masyarakat yang tinggal bersamanya
mengatakan bahwa perkawinan tersebut berbeda sekali dengan perkawinan.
Saya tidak punya, saya dapat mengatakan bahwa saya sudah menikah. Hewan
diperuntukkan bagi pemenuhan seksual dan tidak mematuhi aturan norma, dan
nilai-nilai sosial yang ditetapkan agama. Nikah mut'ah atau nikah kontrak
(fuqaha) antar ahli hukum disebut juga nikah muakat (nikah sementara) atau
nikah inquita (nikah terputus).
8
hubungan suami istri dengan orang lain, iddah, atau sebab-sebab lain yang
menjadi hambatan dalam agama. Terbebas dari hambatan-hambatan tersebut,
maka seorang perempuan dapat menikah dengan laki-laki dengan mahar
tertentu untuk jangka waktu yang disepakati bersama terlebih dahulu, melalui
akad nikah yang telah ditentukan dan disetujui bersama dan dengan cara akad
nikah yang memenuhi seluruh persyaratan keabsahannya menurut syariat.10
9
Pertanyaan ini dijawab sendiri oleh Muhammad Jamal, "Asal nikah tersebut
tak terikat masa, karena nikah adalah untuk meraih ketentraman,
persaudaraan dan cinta kasih, berdasarkan QS. Al-A'raf [7]:189 dan Al-Rum
[30]: 21. Menurut kesepakatan ulama, bila ada syarat waktu tertentu,atau
persetujuan berdua sebelum akad, maka nikahnya batal".
11
Muhammad, “Nikah Mut’ah Kitab Tafsir Al-Qur’an” Vol. 1, No. 2, September 2002, hlm.163–164
(n.d.).
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mahar merupakan pemberian wajib dari calon suami kepada calon istri
sebagai ketulusan hati calon suami untuk menimbulkan rasa cinta kasih bagi
seorang istri kepada calon suaminya. Atau suatu pemberian yang diwajibkan
bagi calon suami kepada calon istrinya, baik dalam bentuk benda maupun jasa.
Agama tidak menetapkan jumlah minimum dan begitu pula jumlah maksimum
dari mahar. Hal inidisebabkan oleh perbedaan tingkatan kemampuan manusia
dalam memberikannya. Mahar boleh dilaksanakan dan diberikan dengan
kontan atau utang, apakah mau dibayar kontan sebagian dan utang sebagian.
Dan juga bahwa sebagian besar mufassir berpendapat bahwa nikahmut'ah
adalah sesuatuyang terlarang. Salah atu tafsir yang menekankankebolehan'
nikah mut'ah hingga kini adalah Al-Mlzan, karya ulama Syi'ahterkemuka
MuQammad ijusain 1;abataba'i.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Kafi. “Mahar Pernikahan Dalam Pandangan Hukum Dan Pendidikan Islam” Vol.
3, No. 1, Januari-Juni 2020 (n.d.).
Abd. Kohar. “Kedudukan Hikmah Mahar Dalam Perkawinan,” n.d., 43.
Abdul Kafi. “Mahar Pernikahan Dalam Pandangan Hukum Dan Pendidikan Islam”
Vol. 3, nos.1, Januari-Juni 2020 (n.d.).
Alfi, Atun, and Burhanita. “Poligami, Poliandri, Nikah Mut’ah, Nikah Siri,” n.d., 13.
Didi Rosadi. “Perspektif Nikah Mut’ah Dalam Hukum Islam,” n.d., 3–4.
Mohamad Thoyyib Madani. “Kontroversi Nikah Mut’ah,” n.d., 409.
Muhammad. “Nikah Mut’ah Kitab Tafsir Al-Qur’an” Vol. 1, No. 2, September 2002,
hlm.163–164 (n.d.).
Muhammad Ali. Fiqih Munakahat. Metro-Lampung: Laduny Alifatama, n.d.
Muhmmad Ridwan. “Kedudukan Mahar Dalam Perkawinan” Vol. 13, No. 1, Juni
2020 (n.d.).
Nur Rahmawati. “Mahar Pernikahan Dalam Perspektif Islam,” n.d., 2–3.
rabith, Madah, Harsya Khulaili, and Aulia Roh Umdah. “Konsep Mahar Perkawinan
Dalam Fiqh Kontemporer Analisis Mubadah” Vol. 4, 2 (Desember, 2022)
(n.d.).
12