Anda di halaman 1dari 16

ALAM TERANG KARENA CAHAYA ILAHI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahtsul Kutub
Dosen Pengampu : Dr. Akla, M.Pd

Disusun Oleh:
Hikmah 14
Semester III/kelas A
Lesia Istiqomah (2201010058)

PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
Tahun Pelajaran 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt. Yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Bathsul Kutub dengan judul
“Alam Terang Karena Cahaya Ilahi”
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan
Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran atau kesalahan apa saja yang biasa
terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pelajari. Begitu pula atas limpahan
kesehatan dan kesempatan yang Allah SWT karunia kepada kami sehingga makalah
ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,
atau pun adanya ketidak sesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami
mohon maaf. Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Metro, 17 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang .........................................................................................1


B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan Rumusan Masalah........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................3

A. Pengertian alam........................................................................................3
B. Alam dan kaitannya dengan Cahaya ilahi...............................................5
C. Alam Terang karena Cahaya Ilahi............................................................7

BAB III PENUTUP.............................................................................................12

KESIMPULAN...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Alam semesta perlu dibahas karena Alam begitu istimewa,dan banyakyang


bisa dipelajari didalamnya. Semakin jauh manusia mengungkap alam semesta
beserta skala ruang dan waktunya yang luas serta keaneragaman objeknya yang
tak terkira, semakin mereka sadar bahwa manusia sama sekali tidak istimewa dan
hanya merupakan sebutir debu dalam lingkup semesta. Alam semesta
merupakan realitas yang dihadapi oleh manusia, yang sampai kini baru sebagian
kecil saja yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagi seorang ilmuwan
akan menyadari bahwa manusia diciptakan bukanlah untuk menaklukkan seluruh
alam semesta, akan tetapi menjadikannya sebagai fasilitas dan sarana ilmu
pengetahuan yang dapat dikembangkan oleh manusia.

Banyak pandangan-pandangan tentang alam semestamenurut beberapa para


ahli dan filsuf. Allah juga telah banyak menerangkanya di kitab Al-Quran.
Namun terjadinya alam semesta hanya Allah SWT yang tahu.Bagi manusia
alam semesta masih merupakan misteri, masih merupakan peristiwa yang gaib
dan penuh rahasia. Meskipun demikian, para ahli ilmu pengetahuan alam masih
terus mengadakan penelitian-penelitian untuk mengungkapkan misteri tersebut.
Alam semesta adalah ciptaaan Allah Swt yang diperuntukkan kepada manusia
yang kemudian diamanahkan sebagai khalifah untuk menjaga dan memelih araan
alam semesta ini, selain itu alam semesta juga merupakan mediasi bagi
manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang terproses melalui
pendidikan. Hakikat alam semesta menurut Filsuf Islam, yang berisi tentang
kosmologi,pengertian alam, proses penciptaan Alam Semesta, pandangan
beberapa filosof tentang alam semesta, serta prinsip-prinsip alam semesta.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian alam?
2. Apa Pengertian Cahaya illahi?
3. Bagimana hubungan alam terang karena cahaya ilahi?

C. Tujuan Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian alam
2. Untuk mengetahui pengertian cahay ilahi
3. Untuk memahami alam terang karena cahay Ilahi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alam

Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang ada di langit dan di
bumi.Secara filosofis,alam itu kumpulan substansi yang tersusun dari materi dan
bentuk yang ada di langit dan bumi. Alam dalam pengertian ini adalah alam jagad
raya, yang dalam bahasa Inggris disebut Universe. Menurut Muhamad Abdu, orang
Arab sepakat bahwa kata “alamin” tidak digunakan untuk merujuk kepada segala
sesuatu yang ada, seperti alam, batu dan tanah, tetapi mereka memakai kata alamin
untuk merujuk kepada semua makhluk Tuhan, yang berakal, seperti alam manusia,
hewan dan tumbuhan. Sirajuddin Zar merujuk alam dalam pengertian alam semesta
itu menggunakan "assamaawaat wa al-ardh wa maa baynahumaa" yang disebutkan
dalam Al-quran sebanyak 20 kali. Kata ini mengacu kepada dua alam yaitu alam fisik
seperti manusia, hewan dan tumbuhan dan alam non fisik atau alam gaib, seperti alam
malaikat, alam jin dan alam ruh.1

Menurut Abu Al-’Ainain menyebut alam semesta dalam filsafat dengan istilah
al-kaun yang berarti segala sesuatu yang diciptakan Allah, yang mencankup nama
segala jenis makhluk, baik yang dapat dihitung maupun yang dapat dideskripsikan
saja. Al-kaun sebagai makhluk Allah dapat dibagi menjadi dua kategori, ‘alam al-
syahadah (yang dapat dikenali melalui panca indera seperti langit dan bumi), dan
alam al-ghoib (yang hanya dapat dikenali melalui wahyu ilahi, seperti alam malikat
dan jin.).2 Di dalam Al-Qur'an kata yang berkaitan dengan alam adalah kata kerja
“Khalaqa” untuk menciptakan dan kata benda “Kholaq” untuk ciptaan, kata itu
disebut sebanyak 253 kali, menunjukan tindakan penciptaan sebagai kata kerja lebih
banyak dari pada penciptaan sebagai kata benda. Menurut Hasan Hanafi, alam adalah
bukan sebagai benda tetapi merupakan sebuah persepsi kebudayaan yang menentukan
1
Dedi Sahputra Napitupulu, “Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan Islam” 1 (t.t.): 2.
2
Sirajuddin, “Konsep Penciptaan Alam dan Pemikiran Islam , Sains dan Al-quran,” Jakarta 1996, 618.

3
sikap manusia terhadap alam. Ariestoteles juga berpendapat, alam ini terbagi kedalam
dua bagian: alam langit dan alam bumi. Seluruh alam ini bagaikan bulatan (bola)
raksasa, berpusat pada bumi dan sekitarnya hingga ke orbit bulan, yang merupakan
batas alam bumi. Sedangkan apa yang berada di atas bulan sampai ke bulatan langit
pertama adalah alam langit.9 Dapat ditarik kesimpulan bahwa alam semesta
bermakna sesuatu selain Allah Swt, maka apa-apa yang terdapat di dalamnya baik
dalam bentuk konkrit (nyata) maupun dalam bentuk abstrak (ghaib) merupakan
bagian dari alam semesta yang berkaitan satu dengan lainnya.3

Mengenai proses penciptaan alam semesta, Al-Qur’an telah menyebutkan


secara gamblang mengenai hal tersebut, dan dapat dipahami bahwa proses penciptaan
alam semesta menurut Al-Qur’an adalah secara bertahap. Hal ini dapat diketahui
melalui firman Allah Swt dalam Surat Al-Anbiya ayat 30: Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah
sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan daripada air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga yang
beriman? Pemisahan langit dan bumi dari suatu keadaan yang padu terjadi dengan
serta merta (kun fayakun) atas perintah Allah SWT sesuai keterangan pada Surat
An’am ayat 73: Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan hak (benar), ketika
dia berkata “Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu Firmanya adalah benar, dan milik-
Nyalah segala kekuasaan pada waktu sangkakala ditiup. Dan Dia mengetahui yang
gaib dan yang nyata. Dialah Yang Mahabijaksana, Mahateliti.4

B. Pengertian Cahaya Ilahi (Nuur)

3
Ahmad Fuad Al Ahwani, “Filsafat Islam,” Jakarta 1985, hlm 146.
4
Toto Suharto, “Filsafat Pendidikan Islam,” Bandung 2011, hlm 40-41.

4
Umat Muslim mengenal cahaya dengan istilah nur. Istilah ini disebutkan di
alquran sebanyak 43 kali. Dalam berbagai agama, konsep cahaya illahi memiliki
makna yang mendalam. Dalam Islam, cahaya illahi dijelaskan dalam Surah an-Nur
ayat 35 sebagai petunjuk-petunjuk Allah yang menerangi alam semesta. Surah ini
juga memuat petunjuk-petunjuk Allah yang berhubungan dengan soal
kemasyarakatan dan rumah tangga . Dalam agama-agama lain seperti Kristen, Hindu,
dan Budha, cahaya illahi juga dikaitkan dengan keberadaan Tuhan dan pencerahan
spiritual. Ketenangan dan kebercahayaan alam merupakan hasil dari kehadiran
cahaya illahi. Alam yang terang mencerminkan keajaiban penciptaan Tuhan dan
memberikan inspirasi bagi manusia. Keindahan alam yang tercermin dalam cahaya
matahari, bulan, bintang, dan fenomena alam lainnya menciptakan ketenangan dan
keindahan dalam hidup manusi. Bahkan ada satu surat dalam Alquran yang diberi
nama An-Nur dan salah satu ayatnya membahas tentang cahaya. Dalam ayat itu
disebutkan:

"Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-


Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar.
Pelita itu di dalam tabung kaca (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang
berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu)
pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya
(saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang
yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (QS. An-Nur: 35)

Dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan tentang Nur Illahi yang mengandung
petunjuk-petunjuk yang diberikan Allah itu merupakan Cahaya yang terang
benderang menerangi alam semesta ini.Adapun pokok-pokok bahasan surat an-nur

5
1. Memuat petunjuk-petunjuk Allah Swt yang berhubungan
kemasyarakatan dan rumah tangga.
2. Kesaksian lidah dan anggota-anggota tubuh atas segala perbuatan
manusia pada hari kiamat.
3. Menjelaskan bahwa hanya Allah yang menguasai langit dan bumi
4. Hak dan kewajiban rasul hnyalan menyampaikan agama Allah Swt.
5. Iman merupakan dasar daripada diterimanya amal ibadah
6. Hukum-hukum tentang masalah zina, li’an
7. Adab-adab diluar dan didalam rumah tangga
8. Kisah tentang berita bohong terhadap Ummul Mukminin Aisyah ra
9. Juga menjelaskan semua jenis hewan diciptakan Allah Swt dari Air
10. Dan janji Allah kepada kaum muslimin yang beramal saleh.

Mengutip buku Rumah Sehat dalam Al-Qur'an (Wawasan Arsitektur Berbasis


Qur'an) tulisan Muhammad Ali Mustofa Kamal dkk., ayat tersebut menerangkan
bahwa cahaya adalah jalan petunjuk yang mengarahkan manusia pada jalan lurus
menuju Allah SWT.Senada dengan hal itu, cahaya ilahi dalam islam merupakan
sesuatu yang mengantarkan umat beriman mendapat hidayah, karunia, dan pahala
dari Allah SWT. Sebaliknya, perbuatan orang-orang kafir yang jauh dari-Nya akan
membawa mereka pada kegelapan.

Kata nuur atau Cahaya itu dikaitkan dengan Allah: Allah pemberi Cahaya
langit dan bumi. Nuur juga disebut melalui dampak dan maniefestasi dalam hati dan
jiwa ,yaitu tercermin dampaknya pada etika dan akhlak. Akhlah tersebut berkaitan
dengan jiwa pribadi . Nuur itu menerangi hati, dan kehidupan serta diakitkan dengan
Cahaya alam raya, Cahaya jiwa,dan terangnya hati ,serta ketulusan nurani yang
keseluruhannya bersumber dari Cahaya Allah yang menerangi jagad raya.5

5
M.Quraish Shihab, “Tafsir al misbah, pesan, kesan dan keserasian al-quran” 8 (Jakarta 2002): hlm
466.

6
Mengutip buku Terjemah Kitab Hikam dan Penjelasannya oleh Bahrudin Fuad,
apabila Allah menghendaki hamba-Nya sampai di sisi-Nya, Dia akan mendatangkan
cahaya ilahi untuk mengantarkan hamba tersebut ke hadapan-Nya.

Sebagai petunjuk untuk menuju cahaya ilahi, Allah menurunkan Alquran dan sunnah
Nabi Muhammad. Sehingga siapa pun yang hidup dengan mengikuti dua sumber
hukum tersebut akan dituntun agar senantiasa memperoleh ridha-Nya. Cahaya ilahi
hanya dapat menembus hati dan kalbu orang-orang bertakwa. Mereka yang tidak
beriman kepada Allah SWT akan sulit menjalani kehidupan yang penuh kegelapan.
Rasulullah SAW bersabda: "Berhati-hatilah terhadap firasat orang mukmin, karena
ia melihat dengan Nur Allah." (HR Bukhari dalam At-Tarikh al-Kabir dari Abu Said
Al-Kudri).6

C. Alam Terang karena Cahaya Ilahi

‫َاْلَك ْو ُن ُك ُّلُه ُظْلَم ٌه َو ِإَّنَم ا َأَناَر ُه ُظُه ْو ُر اْلَح ِّق ِفْيِه َفَمْن َر َأى اْلَك ْو َن َو َلْم َيْش َه ْد ُه ِفْيِه َأْو ِع ْنَدُه َأْو َقْبَلُه َأْو َبْعَدُه َفَق ْد‬

‫َأْع َو َزُه ُوُجْو ُد ْاَألْنَو اِر َو ُحْجَبْت َعْنُه ُش ُمْو ُس اْلَم َعاِر ِف ِبُس ُح ِب ْاآلَثِر‬

Alam itu kesemuanya berupa kegelapan ,sedang yang meneranginya hanya


karena tampaknta haq (Allah) padanya, maka siapa yang melihat alam kemudian
tidak melihat Allah swt di dalamnya,atau padanya atau sebelumya atau sesudahnya,
maka benar-benar ia telah disilaukan oleh nuur Cahaya,dan tertutup baginya surya
(nur) ma’rifat oleh tebalnya awan benda-benda ala ini.

Alam semesta yang mulanya tidak ada (Adam) memang gelap, sedang yang
mendhahirkannya sehingga berupa kenyataan, hanya kekuasaan Allah padanya,

6
“Tafsir Ilmu Cahaya Dalam Perspektif Al-Quran dan Sains,” Jakarta, hlm 14.

7
karena itu siapa yang melihat sesuatu benda alam ini, kemudian tidak terlihat olehnya
kebesaran kekuasaan Allah yang ada pada benda itu, sebelum atau sesudahnya, berarti
ia telah disilaukan oleh cahaya. Bagaikan ia melihat cahaya yang kuat, lalu ia mengira
tidak ada bola yang menimbulkan cahaya itu. Maka semua seisi alam ini bagaikan
sinar sedang yang hakiki (sebenarnya) terlihat itu semata-mata kekuasaan zat Allah
swt.

Alam ini pada hakikatnya adalah gelap atau adam, tidak wujud. Wujud Allah
swt yang menerbitkan kewujudan alam. Tidak ada satu kewujudan yang berpisah
daripada Wujud Allah swt Hubungan Wujud Allah swt dengan kewujudan makhluk
sekiranya dibuat ibarat (sebenarnya tidak ada sebarang ibarat yang mampu 53
menjelaskan hakikat yang sebenarnya), perhatikan kepada api yang dipusing dengan
laju. Kelihatanlah pada pandangan kita bulatan api. Perhatikan pula kepada orang
yang bercakap, akan kedengaranlah suara yang dari mulutnya. Kemudian perhatikan
pula kepada kasturi, akan terhidulah baunya yang uangi. Wujud bulatan api adalah
wujud yang berkaitan dengan wujud api. Wujud suara adalah wujud yang berkaitan
dengan wujud orang yang bercakap. Wujud bau uangi adalah wujud yang berkaitan
dengan wujud kasturi. Wujud bulatan api, suara dan bau uangi pada hakikatnya tidak
wujud. Begitulah ibaratnya wujud makhluk yang menjadi terbitan daripada Wujud
Allah swt Wujud bulatan api adalah hasil daripada pergerakan api. Wujud suara
adalah hasil daripada perbuatan orang yang bercakap. Wujud bau uangi adalah hasil
daripada sifat kasturi. Bulatan api bukanlah api tetapi bukan lain daripada api dan
tidak terpisah daripada api. Suara bukanlah orang yang bercakap tetapi bukan pula
lain daripada orang yang bercakap. Walaupun orang itu sudah tidak bercakap tetapi
masih banyak lagi suara yang tersimpan padanya. Bau wangi bukanlah kasturi tetapi
bukan pula lain daripada kasturi. Walaupun bulatan api boleh kelihatan banyak, suara
kedengaran banyak, bau dinikmati oleh banyak orang namun, api hanya satu, orang
yang bercakap hanya seorang dan kasturi yang mengeluarkan bau hanya sebiji. Agak
sukar untuk memahami konsep ada tetapi tidak ada, tiada bersama tetapi tidak

8
berpisah. Inilah konsep ketuhanan yang tidak mampu dipecahkan oleh akal tanpa
penerangan nur yang dari lubuk hati. Mata hati yang diterangi oleh Nur Ilahi dapat
melihat perkaitan antara ada dengan tidak ada, tidak bersama tetapi tidak berpisah.
Atas kekuatan hatinya menerima sinaran Nur Ilahi menentukan kekuatan mata
hatinya melihat kepada keghaiban yang tidak berpisah dengan kejadian alam ini.

Ada 4 tingkatan pandangan mata hati terhadap perkaitan alam dengan Allah
swt yang menciptakan alam. 1: Mereka yang melihat Allah swt dan tidak melihat
alam ini. Mereka adalah umpama orang yang hanya melihat kepada api, bulatan api
yang khayali tidak menyilaukan pandangannya. Walaupun mereka berada di tengah-
tengah kesibukan makhluk namun, mata hati mereka tetap tertumpu kepada Allah
swt, tidak terganggu oleh kekecuhan makhluk. Lintasan makhluk hanyalah umpama
cermin yang ditembusi cahaya. Pandangan mereka tidak melekat pada cermin itu. 2:
Mereka yang melihat makhluk pada zahir tetapi Allah swt pada batin. Mata hati
mereka melihat alam sebagai penzahiran sifat-sifat Allah swt Segala yang maujud
merupakan kitab yang menceritakan tentang Allah swt. Tiap satu kewujudan alam ini
membawa sesuatu makna yang menceritakan tentang Allah swt. 3: Mereka yang
melihat Allah swt pada zahirnya sementara makhluk tersembunyi. Mata hati mereka
terlebih dahulu melihat Allah swt sebagai Sumber kepada segala sesuatu, kemudian
barulah mereka melihat makhluk yang menerima kurniaan daripada-Nya. Alam tidak
lain melainkan perbuatan-Nya, gubahan-Nya, lukisan-Nya atau hasil kerja Tangan-
Nya. 4: Mereka yang melihat makhluk terlebih dahulu kemudian barulah melihat
Allah swt. Mereka memasuki jalan berhati-hati dan berwaspada, memerlukan masa
untuk menghilangkan keraguan, berdalil dengan akal sehingga kesudahannya
ternyatalah akan Allah swt yang Wujud-Nya menguasai wujud makhluk. Selain yang
dinyatakan di atas tidak lagi dipanggil orang yang melihat Allah swt.

Gambar-gambar alam, syahwat, kelalaian dan dosa menggelapkan cermin hati


mereka hingga tidak mampu menangkap cahaya yang membawa kepada makrifat.
Mereka gagal untuk melihat Allah swt sama ada di dalam sesuatu, di samping

9
sesuatu, sebelum sesuatu atau sesudah sesuatu. Mereka hanya melihat makhluk 54
seolah-olah makhluk berdiri dengan sendiri tanpa campur tangan Tuhan. Anasir alam
dan sekalian peristiwa yang berlaku merupakan perutusan yang membawa
perkhabaran tentang Allah swt. Perkhabaran itu bukan didengar dengan telinga atau
dilihat dengan mata atau difikir dengan akal. Ia adalah perkhabaran ghaib yang
menyentuh jiwa. Sentuhan tangan ghaib pada jiwa itulah yang membuat hati
mendengar tanpa telinga, melihat tanpa mata dan merenung tanpa akal fikiran. Hati
hanya mengarti setiap perutusan yang disampaikan oleh tangan ghaib kepadanya dan
hati menerimanya dengan yakin. Keyakinan itu menjadi kunci kepada telinga, mata
dan akal. Apabila kuncinya telah dibuka, segala suara alam yang didengar, sekalian
anasir alam yang dilihat dan seluruh alam maya yang direnungi akan membawa cerita
tentang Tuhan. Abid mendengar, melihat dan merenungi Keperkasaan Tuhan. Asyikin
mendengar, melihat dan merenungi keindahan Tuhan. Muttakhaliq mendengar,
melihat dan merenungi kebijaksanaan dan kesempurnaan Tuhan. Muwahhid
mendengar, melihat dan merenungi keesaan Tuhan.7

‫ۡو ۡم اِر ۡو َۖن اَل َيٰف ى َلى الّٰلِه ِم ۡن ۡم َش ۡى ؕ ِل ِن اۡل ۡل ُك اۡل ۡو ؕ ِلّٰلِه‬
‫َي َم‬ ‫ٌء َم ُم‬ ‫ُه‬ ‫َع‬ ‫َي َم ُه َب ُز‬
‫اۡل اِح ِد اۡل َق َّه اِر‬
‫َو‬
Yaitu hari mereka keluar (dari kubur masing-masing) dengan jelas nyata; tidak
akan tersembunyi kepada Allah sesuatupun darihal keadaan mereka. (Pada saat itu
Allah berfirman): “Siapakah yang menguasai kerajaan pada hari ini?” (Allah sendiri
menjawab): “Dikuasai oleh Allah Yang Maha Esa, lagi Yang Maha Mengatasi
kekuasaan-Nya segala-galanya!” (Al ghaffir:16)

7
Dato‟ Hj. Tuan Ibrahim bin Tuan Man, “syarah al hikam ibnu athailah” (Bandar Pusat Jengka,
Pahang., 2012), hal 52.

10
‫َك َّذ ُبْوا ِبٰاٰيِتَنا ُك ِّلَه ا َفَاَخ ْذ ٰنُه ْم َاْخ َذ َعِزْيٍز ُّم ْق َتِدٍر‬

Mereka telah mendustakan mukjizat-mukjizat Kami semuanya, lalu Kami


timpakan azab seksa kepada mereka sebagai balasan dari Yang Maha Perkasa, lagi
Maha Kuasa. (al qamar:42)

Ayat-ayat separti yang di atas menggetarkan jiwa abid. Hati abid sudah
„berada‟ di akhirat. Alam dan kehidupan ini menjadi ayat-ayat atau tanda-tanda
untuknya melihat keadaan dirinya di akhirat kelak, menghadap Tuhan Yang Esa,
Maha Perkasa, tiada sesuatu yang tersembunyi daripada-Nya.8

8
Romdon Ali, “Telaah Tafsir Sufistik Kitab Miskayat Al-Anwar Karya Al-Ghazali,” 30 September
2021, hlm93.

11
BAB III

PENUTUB

A. Kesimpulan

Alam merupakan segala sesuatu selain Allah yang ada di langit dan di bumi.
Secara filosofis,alam itu kumpulan substansi yang tersusun dari materi dan bentuk
yang ada di langit dan bumi. Alam dalam pengertian ini adalah alam jagad raya, yang
dalam bahasa Inggris disebut Universe. Menurut Muhamad Abdu, orang Arab sepakat
bahwa kata “alamin” tidak digunakan untuk merujuk kepada segala sesuatu yang ada,
seperti alam, batu dan tanah, tetapi mereka memakai kata alamin untuk merujuk
kepada semua makhluk Tuhan, yang berakal, seperti alam manusia, hewan dan
tumbuhan. Kata nuur atau Cahaya itu dikaitkan dengan Allah: Allah pemberi Cahaya
langit dan bumi. Nuur juga disebut melalui dampak dan maniefestasi dalam hati dan
jiwa ,yaitu tercermin dampaknya pada etika dan akhlak. Akhlah tersebut berkaitan
dengan jiwa pribadi . Nuur itu menerangi hati, dan kehidupan serta diakitkan dengan
Cahaya alam raya, Cahaya jiwa,dan terangnya hati ,serta ketulusan nurani yang
keseluruhannya bersumber dari Cahaya Allah yang menerangi jagad raya.

Alam ini pada hakikatnya adalah gelap atau adam, tidak wujud. Wujud Allah
s.w.t yang menerbitkan kewujudan alam. Tidak ada satu kewujudan yang berpisah
daripada Wujud Allah swt Hubungan Wujud Allah swt dengan kewujudan makhluk
sekiranya dibuat ibarat (sebenarnya tidak ada sebarang ibarat yang mampu 53
menjelaskan hakikat yang sebenarnya), perhatikan kepada api yang dipusing dengan
laju. Mata hati yang diterangi oleh Nur Ilahi dapat melihat perkaitan antara ada
dengan tidak ada, tidak bersama tetapi tidak berpisah. Atas kekuatan hatinya
menerima sinaran Nur Ilahi menentukan kekuatan mata hatinya melihat kepada
keghaiban yang tidak berpisah dengan kejadian alam ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad Al Ahwani. “Filsafat Islam,” Jakarta 1985.


Dato‟ Hj. Tuan Ibrahim bin Tuan Man. “syarah al hikam ibnu athailah.” Bandar
Pusat Jengka, Pahang., 2012.
Dedi Sahputra Napitupulu. “Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan
Islam” 1 (t.t.).
M.Quraish Shihab. “Tafsir al misbah, pesan, kesan dan keserasian al-quran” 8
(Jakarta 2002).
Romdon Ali. “Telaah Tafsir Sufistik Kitab Miskayat Al-Anwar Karya Al-Ghazali,”
30 September 2021.
Sirajuddin. “Konsep Penciptaan Alam dan Pemikiran Islam , Sains dan Al-quran,”
Jakarta 1996.
“Tafsir Ilmu Cahaya Dalam Perspektif Al-Quran dan Sains,” Jakarta.
Toto Suharto. “Filsafat Pendidikan Islam,” Bandung 2011.

13

Anda mungkin juga menyukai