Anda di halaman 1dari 9

KONSEP ALAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Worldview Islam

Mata Kuliah Worldview Islam

Dosen Pengampu Al-Ustadz Mufid , M.Pd

Disusun Oleh:

Merlien Kantica 432022118084

Risma Aisah Antariksa 432022128009

Anggi Nurjanah 432022118021

Program Studi Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah

Universitas Darussalam Gontor

1443 H / 2022 M
DAFTAR ISI

Bab 1.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah......................................................................................................1
C. Tujuan masalah..........................................................................................................1
BAB 2................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................2
BAB 3................................................................................................................................6
PENUTUP.........................................................................................................................6
KESIMPULAN.............................................................................................................6

Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam peradaban barat, Sebagian penelitian menyatakan bahwa ala
mini ada secara kebetulan atau ada dengan sendirinya. Sehingga segala
yang terjadi di alam ini hanyalah fenomena alam biasa, yaitu sekedar
hubungan antara sebab dan akibat, juga perubahan dari hal yang sederhana
menjadi yang teratur dan terstruktur.
Selain itu, menurut Sebagian dari mereka, yang ada ini hanyalah
apa saja yang dapat di indera. Sehingga yang benar hanyalah apa yang
dapat di indera dan masuk akal. Selain itu, tidak ada dan tidak benar,
implikasi dari cara pandang seperti ini adalah menjadikan manusia itu
sendiri sebagai pusat tanpa nilai dan moral. Adapun dari segi tujuan,
Sebagian mereka menyangka bahwa adanya kehidupan di alam ini
hanyalah sebagai sarana memuaskan nafsu dan menggap kekuasaan, tidak
lebih.

B. Rumusan masalah
1. Benarkah cara pandang di atas?
2. Bagaimana islam memandang hakikat alam semesta?
C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui cara padang tersebut
2. Untuk mengetahui islam memandang hakikat alam semesta

1
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Alam
Kata alam dalam Bahasa arab diambil dari susunan huruf ain, lam,
dan mim, berarti seluruh ciptaan (makhluk), segala sesuatu selain Allah
yang keberadaannya bersifat mungkin, yang ada di langit, di bu,I dan
diantara keduanya. Kata alam merupakan turunan atau pecahan dari kata
alamah (tanda) dan ‘ilm (ilmu), berarti dengan kberadaannya sesuatu
yang lain dapat diketahui. Karena, keberadaan alam merupakan tanda
akan adanya pencipta yang memiliki sifat sempurna dan agung.
Menurut Prof. Wan Daud, didalam al-Qur’an, alam semesta
digambarkan dengan kata “langit dan bumi serta sesisinya”. Allah
berfirman, “tidakkah mereka memikirkan tentang (kejadian) diri
mereka? Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada
diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu
yang ditentukan. Dan sesungguhnya kebnyakan diantara manusia benar-
benar mengingkari pertemuan dengan tuhannya”. Allah juga
menjelaskan alam semesta dalam firman-Nya, “dia menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar, dia menutupkan malam artas
siang dan menutupkan siang atas malam, serta menundukkan matahari
dan bulan. Masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan.
Ingatlah, dialah yag maha perkasa lagi maha Pengampun.”
Dua ayat diatas paling tidak sudah bisa menjelaskan bahwa adanya
alam semesta ini bukan secara kebetulan, namun ia diciptakan dari tiada
menjadi ada, ia bersifat sementara dan akan hancur.

2
Selanjutnya, istilah sama’ (langit) dipersepsikan sebagai sesuatu
yang terhampar, seperti langit-langit yang ada diatas sesuatu yang lain,
sebagaimana dalam kasus langit yang dapat kita lihat yang merupakan
makna utama istilah smaa’ dalam al-Qur’an kata ini berkontonasi
“system kosmit” alam semsesta. Kata ard jika dihubungkan dengan
proses penciptaan bermakna bukan hanya planet bumi, tetapi juga
seluruh organicik, termasuk planet bumi.
Dimensi Alam
Alam yang para sufi dan filsuf muslim pahami jauh melampui alam
fisik sebagaimana yang dipahami oleh sains dan kosmologi modern.
Dalam jaaran islam, secara umum ada 2 tingkat kewujudan dan alam
raya. Pertama, wilayah alam yang kasat mata (alam al mulk wa al
syahadah). Kedua, alam malakut yang tidak kasat mata (alam al malakut
wa al ghayb) diantara keduanya adalah alam al mitsal atau imaginal
world yang dalam ilmu teologi disebut sebagai barzakh. Jadi, sebutan
bagi makhluk-makhluk tuhan tertentu baik yang terlihat (al syahadah)
maoun yang tidak terlihat (al ghayb) seperti jin dan malaikat, juhga
merupakan bagian-bagian dari semesta
Lebih lanjut, menurut Wan Daud, ‘alam al syahadah adalah
fenomena yang terlihat, kasat mata dan berada didalam persepsi manusia
yang objeknya mencakuo seluruh kosmos. Sedangkan alam al ghayb,
adalah sisi lain yang menggambarkan semua hal yang berada diluar
persepsi manusia, tidak hanya meliputi jin dan malaikat, tetapi juga
peristiwa-peristiwa historis yang telah dilupakan, atau yang secara samar
diingat oleh manusia, termasuk bisikan batin manusia, dan realitas-
realitas eskatologis seperti datangnya Habsar Pengadilan surga dan
neraka.

3
Tanda Keagungan Allah
Tuhan menciptakan semua itu, dari tiada menjadi ada hanya
dengan satu perintah: “jadilah! Lalu terjadilah”. Dari titik perintah yang
kreatif ini tuhan menjadikan alam semesta berkembang secara periodic
yang disebut dengan hari-hari (ayyam), yaitu bentuk jamak dari kata
yawum, yang biasa diterjemahkan dengan hari, atau suatu masa berabad-
abad lamanya. Kata ini dalam Bahasa arab digunakan untuk menunjuk
periode-periode yang lama sekali masanya atau pendek sekali. Proses
penciptaan tersebut terus berlangsung tanpa batas.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa dalam pengaturan Tuhan, alam
semesta tidak akan menglaami suatu pertentangan atau
ketidakseimbangan. Kareana itu, ia menjadi suatu bukti keesan dan
keagungan tuhan. Semua fenomena alam diberi kadar, tatanan, ukuran,
dan hukum masing-masing. Salah satu contohnya, jika kita perhatikan
dengan seksama, dari dahulu sampai saat ini matahati dan bulan
senantiasa berjalan pada garis edarnya masing-masing pada suatu periode
tertentu.
Alam ini ada bukanlah untuk bahan permainan ataupun
sendagurau, tetapi untuk tujuan-tujuan tertentu. Makhluk makhluk yang
terdapat didalamnya juga tidak diciptakan untuk tujuan kepentingan
pribadi suatu individu, untuk Kesia-siaan, tiada guna, dan juga tidak
bermakna spiritual-magis. lebih dari itu, mereka adalah tanda-tanda
kebesaran yang menunjukkan adanya suatu realitas yang lebih tinggi,
yang melampaui bentuk-bentuk mereka sendiri

4
B. Alam dan kepentingan Manusia
Penting untuk diketahui, bahwa seluruh alam semesta beserta isinya
diciptakan untuk keperluan dan kemanfaatan manusia. Pemanfaatan ini
untuk mempertinggi tujuan penciptaan manusia yang sebeneranya yaitu
untuk melaksankan ibadah kepada Allah. Karenanya, manusia harus
memanfaatkan semua kosmos bukan untuk keperluan fisik dan pikiran
semata, tetapi yang lebih penting adalah kemajuan moral-spiritualnya.
Penguasaannya terhadap kosmos adalah demi kebaikan dalam
pengertiannya yang sangat luas, dan bukan untuk menyebarkan kekacauan
yang itu berulang kali dikutuk oleh al-Qu’an. Kerusakan di bumi, tanah,
dan laut adalah, karena perbuatan manusia, sebagai manifestasi
keserakahan mereka selain untuk keperluan manusia, tuhan menciptkan ala
mini juga supaya mereka senantiasa dalam kondisi bertasbih dan memuja-
Nya, yang tentu hal itu melampuai indera manusia.
Menurut Prof Wan, sejarah telah menyaksikan bahwa umat islam
mundur ketika mereka berpegang hanya kepada petunjuk pertama terus
menerus. Sedangkan manusia modern menjadi tidak Bahagia dan
kehilangan fungsi petunjuk tersebut karena hanya berpegang pada model
petunjuk yang kedua. Pengetahuan tentang alam semesta dan penguasaan
atasnya akan lebih menyadarkan kemurahan, kebijakan, dan keagungan
tuhan, kemudian meningktakan kesejahteraan. Teolog Jerman, Hans Kung,
menceritakan kisah yang menunjukkan kesombongan hati sejumlah ilmuan
sekuler ketika ditanya apakah ia meyakini adanya tuhan. Seorang pujangga
besar menjawabnya, “tentu tidak, saya adalah ilmuan”.

5
Menurut Prof. Keith Thomas, sikap orang-orang yang melindungi
binatang dan alam sebagai suatu sikap emosional dan bertentangan dengan
petunjuk materialistic dan hedonistic dunia industry. Tetapi, yang lebih
penting sentimentalism ini mengancang sumber-sumber ekonomi
masyarakat miskin, yang secara ironis justru negara-negara berkembar
yang dibebabani tanggungan ini.

Akhlak Muslim Terhadap Alam


Manusia berulang kali diingatkan al-Qur’an agar mensyukuri
segala pemberian Tuhan, baik material mauoun spiritual. Syukr harus
dimanifestasikan didialam berbagai cara, yaitu dengan mengakui dalam
hati dan pikiran atas karunia yang diterima dari tuhan, dengan meujinya
secara verbal, dan dengan menggunakan karunia itu sesuai dengan tujuan-
tujuan yang sepatutnya. Kebalikan dari kata syukr adalah isyrof, yang
berarti pemborosan atau menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

Al-Qur’an mendorong kesederhanaan dalam mengonsumsi atau


membelanjakan, dan menentang pemborosan (isyrof). Allah
mengingatkan, “hai anak adam, pakailah pakainmu yang indah disetiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan jangnlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnhya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.”

6
BAB 3

PENUTUP

KESIMPULAN
Pertama, alam adalah seluruh ciptaan (makhluk), yang meliputi fisik dan
metafisik. (Secara otomatis menegasi sekularisi ilmu). Kedua, adalah alam
semesta ada tidak dengan sendirinya, atau secara kebetulan, atau sekadar garis
akibat semata, ia ada karena diciptakan Allah yang meiliki kekuasaan mutlak dan
ekslusif atas penciptaannya. Ketiga, Tindakan penciptaan oleh Allah adalah suatu
karunia dan rahmat. Keempat, alam semesta diciptakan karena sebuah tujuan yang
hak (benar). Kelima, kosmos dicirikan dengan sifat-sifat keutuhan, ketertiban, dan
harmoni antara semua elemen dan peristiwa di dalamnya. Keenam, fungsi alam
meliputi sikap tunduk pada Sang Pencipta, bertasbih kepada-Nya, mencukupi
kebutuhan dan menjadi tanda akan adanya Pencipta bagi manusia yang berfikir.
Ketujuh, sikap ideal seorang muslim terhadap alam adalah dengan mensyukurinya
(dalam arti yang luas), serta sebagai sarana beribadah kepada Allah demi
mempersiapkan kehidupan kekal di akhirat kelak. Wallahuu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai