Anda di halaman 1dari 17

Worldview Islam

Untuk memenuhi tugas :

Konsep Alam

Dosen Pengampu :

Fachri Khoerudin, S.Ag., M.Ag.

Oleh:
Randi Rabbani
Suko Raharjo
Ali Haidar
Agus Setyo Budi

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

PROGRAM STUDI EKONOI ISLAM

UNIVERSITA DARUSSALAM GONTOR PONOROGO


2023
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR………………………………………………………..iii
BAB 1…………………………………………………………………………4
PENDAHULUAN…………………………………………………………….4
A.LATAR BELAKANG……………………………………………………...4
B.RUMUSAN MASALAH…………………………………………………...5
C.TUJUAN……………………………………………………………………5
BAB 2…………………………………………………………………………6
PEMBAHASAN………………………………………………………………6
1.Makna Alam…...…………………………………………………………….6
2.Dimensi Alam…………………….………………..………………………...7
3.Pola Hubungan Alam Dengan Allah…. ……………………………….……8
4.Tanda Keagungan Allah……….. ……………………………………….…..8
5.Alam Dan Kepentingan Manusia…………………………………….……..10
6.Akhlak Manusia Terhadap Alam…………...……………………........…….11
BAB 3…………………………………………………………………………15
PENUTUTP…………………………………………………………………...15
KESIMPULAN………………………………………………………….…….15
Daftar Pustaka…………………………………………………………………16
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 20 july 2023


BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Islam sebagai agama yang diturunkan rahmatan lil ‘alamin, mengatur


dan menata segala aspek yang ada di dalam kehidupan sampai sedemikian rupa
yang kita kenal hingga sekarang ini. Dari bangun tidur sampai dengan tidur
kembali semua diatur dan ditata dengan baik dalam agama kita ini. Dari aspek
sekecil biji sawi hingga sebesar dan seluas alam semesta pun tak luput dari
pengaturan Allah swt. Yang maha kuasa.bahkan dalam aspek pemerintah suatu
negara di atur secara jelas dalam al-quran dan hadis.

Islam sebagai agama yang mempunyai worldview yang khas tentu


mempunyai pandangan tersendiri mengenai alam yang berbeda dengan
worldview-worldview yang lain. Dalam pandangan Islam, kesadaran manusia
bahwa alam semesta beserta isi dan manfaat yang terkandung di dalamnya
merupakan anugerah dari Allah, menimbulkan kewajiban manusia untuk
mensyukuri pemberian tersebut. Bentuk syukur manusia kepada Sang Pencipta
adalah menyembahnya dan tidak ingkar kepada-Nya. Manusia berutang atas
pemberian Allah tersebut dan membayarnya dengan rasa syukur.

Pada dasarnya, apa yang disebut sebagai worldview Islam sebenarnya


adalah aktualisasi dari pemahaman terhadap Ilmu Aqidah atau ushuluddin
(pokok-pokok agama). Ilmu Aqidah pada umumnya mempelajari 6 rukun
iman, yaitu : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-
kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir, & Iman kepada Qada
& Qadar. Integrasi keenam rukun iman akan menghasilkan suatu konsep asasi
yg na kad “Tauhid”.

Worldview Islam akan membimbing seorang muslim dalam memandang


realita dan mencari kebenaran. Selain itu, worldview Islam dapat pula
menjelaskan eksistensi yang tampak maupun yang tidak tampak. Konsep-
konsep esensial yang dibahas dalam worldview Islam secara ringkas meliputi:
Konsep Tuhan, Konsep Agama, Konsep Wahyu, Konsep Kenabian, Konsep
Alam, Konsep Taskhir (ketundukan), Konsep Manusia, Konsep Nilai &
Kebajikan, Konsep Kebebasan, Konsep Kebahagiaan, Konsep Ilmu, dan
Konsep Hari Akhir.
B. Rumusan Masalah

1.Apakah Yang dimaksud dengan hukum alam


2.Pandangan Terhadap Alam Semesta Menurut Islamic worldview

C.Tuhuan Penulisan

1.Untuk mengetahui pengertian hukum alam


2.Unrtuk mengetahui pandangan Islamic Worldview terhadap alam semesta
BAB 2
PEMBAHASAN

1.MAKNA ALAM
Kata alam dalam Bahasa arab diambil dari susunan huruf ain, lam, dan
mim, Berarti seluruh ciptaan (makhluk), segala sesuatu selain Allah, yang
keberadaannya bersifaat mungkin, yang ada di langit, di bumi dan diantara
keduanya.1 Kata alam merupakan turunan atau pecahan dari kalimat alamah
(tanda) dan ilm (ilmu), berarti dengan keberadaannya sesuatu yang lain dapat
diketahui. Karena, keberadaan alam merupakan tanda akan adanya Pencipta yang
memilikisifat sempurna dan agung.2
Menurut Prof. Wan Daud, di dalam al-Qur’an, alam semesta di gambarkan
dengan kata “langit dan bumi serta seisinya”. Allah berfirman, “Tidakkah mereka
memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan
bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang
benar dan waktu yang ditentukan. Dan Sesungguhnya kebanyakan diantara
manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.”.3 Allah juga
menjelaskan tentang alam semesta dalam firman-nya, “Dia menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam, serta menundukan matahari dan bulan. Masing-
masing berjalan menurut waktu yang di tentukan. Ingatlah, Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”.4
Dua ayat di atas paling tidak sudah menjelaskan bahwa adanya alam
semesta ini bukan secara kebetulan, namun ia diciptakan dari tiada menjadi ada, ia
bersifat sementara dan akan hancur.
Selanjutnya istilah sama (langit) dipersepsikan sebagai sesuatu yang
terhampar, seperti langit-langit yang ada di atas sesuatu yang lain, sebagaimana
dalam kausu langit yang dapat kitza lihat merupakan makna utama istilah sama
dalam al-Quran. Kata ini berkonotasi “system kosmik”5 alam semesta. Kata ard
jika dihubungkan dengan proses penciptaan bermakna bukan hanya planet bumi,
tetapi juga seluruh inorganic, termasuk na ka bumi.6

1
Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, Jilid ke-12 (Beirut: Dar al-Sadir, 2010), 420; .
2
Ibnu Faris, Mu’jam maqayis al-Lugah, Jilid ke-4, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), 109;
3
Al-Qur’an, 30: 8.
4
Ibid., 39: 5.
5
Muhammad Asad, The Message of The Qur’an, (Gibrlatar: Dar al-Andalus,1990), 8,
6
Ibid, 731.
“Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang di tentukan. Dan sesungguhnya
kebanyakan di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan tuhannya.”
-QS, Al-Rum [30]:8

Dalam peradaban barat, Sehingga peneliti menyatakan bahwa ala mini ada
secara kebetulan atau ada dengan sendirinya. Sehingga segala yang terjadi di
alamini hanyalah fenomena alam biasa, yaitu sekedar hubungan antara sebab dan
akibat, juga perubahan dari hal yang sederhana menjadi yang teratur dan
terstruktur.
Selain itu, menurut selain mereka, yang na kad hanyalah apa saja yang
dapat di indra. Sehingga yang benaar hanyalah apa uang dapat diindra dan masuk
akal. Selainitu semua, tidak ada dan tidak benar. Implikasi dari cara pandang
seperti ini adalah menjadikan manusia itu sendiri sebagi pusat tata nilai dan moral.
Adapun dari segi tujuan, sebagain mereka menyangka bahwa adanya kehidupan di
ala mini hanyalah sebagai sarana memuaskan nafsu dan menggapai kekuasaan,
tidak lebih.
Menjadi pertanyaan, benarkah cara pandang di atas? Bagaimana Islam
memandang hakikat alam semesta? Untuk menjawab pertanyaan stersebut, dalam
ulasan sederhana ini akan dijelaskan hakikat alam dalam pandangan islam.

2.DIMENSI ALAM

Alam yang para sufi dan filsuf Muslim pahami jauh melampaui alam fisik
sebagaimana yang dipahami oleh sains dan kosmologi modern 7. Dalam ajaran
islam, secara umum ada dua tingkat kewujudan dan alam raya. Pertama, wilayah
alam yang kast mata (alam al-mulk wa al-syahadah). Kedua, alam malakut yang
tidak kasat mata (alam al-malakut wa al-ghayb). Diantara keduanya adalah alam
al-mitsal atau imaginal world yang dalam ilmu teologi disebut sebagai barzakh8.
Jadai, sebutan bagi makhluk Tuhan tertentu, baik yang terkibat maupun yang
tidak terlihat, seperti jin dan malaikat, juga merupakan bagian-bagian dari
semesta.
Lebih lanjut,menurut Wan Daud,’alam al-syahadah adalah fenomena yang
terlihat,kasat mata dan berada dalam persepsi manusia,yang objeknya
mencangkup seluruh kosmos.sedangkan ‘alam al-ghayb, adalah sisi lain yang
menggambarkan semua hal yang berada di luar persepsi manusia, tidak hanya
meliputi jin dan malaikat, tetapi juga peristiwa-peristiwa historis yang telah

7
AL-jili,al-insan al kamil fi al-Awakhir wa al-Awail,(Dar al kutub al-ilmiyyah, 2012)
8
Mohd Zaidi bin Ismail, “Kosmos dalam pndangan Hidup islam dan Orientasi Sains Masyarakat
muslim”, dalam Majalaj Islamia, Vol. 3, No. 4, 2008, 14-15.
dilupakan, atau yang secara samar diingat oleh manusia, termasuk bisikan batin
manusiad dan realitas-realitas ekskatologis seperti datangnya hari pengadilan,
surga dan negara.

3.POLA HUBUNGAN ALAM DENGAN ALLAH


Berikut table pola hubungan antara alam dengan Allah sebagaimana yang
dikonsepkan oleh Mulyadhi Kartanegara:

N Hubungan Konsep Dalil Tokoh


O
1. Jarak antara
Al-‘illah QS.32:5,33:6 Aristoteles,al-kindi
alam denga
al-‘Ula dan al- 2 al-farabi
nallah/tuhan itu
Muharrik
jauh alAwwal
2. Jarak antara
Wajib al-Wujud QS.56:85,48: Ibnu
alam denga
dengan Mukmin 4 sina,suhrwardi,mull
nallah itu dekat
al-Wujud,Nur a sadra.Rumi al-
al-Anwar,al- bustami,al-hallaj,
Wujud al- dan Ibnu arabi
Mahd;ittihad,al
-Hulul dan
Wihdah al-
Wujud
3. Alam na Panteisme Spinoza
kadamli/Tuhan
menyatu

4.TANDA KEAGUNGAN ALLAH


Tuhan menciptakan semua itu dari tiada menjadi ada hanya dengan satu
perintah: “jadilah! Lalu terjadilah”. Dari titik perintah yang kreatif ini, Tuhan
menjadikan alam semesta berkembang secara periodic yang disebut dengan hari-
hari (Ayyam), yaitu bentuk jamak dari kata yaum, yang biasa diterjemahkan
dengan hari,atau suatu masa berabad-abad lamanya. Kata ini dalam Bahasa arab
digunakan untuk menunjuk periode-periode yang lama sekali masanya atau
pendek sekali. Proeses penciptaan tersebut terus berlangsung tanpa batas.
Al-Quran menjelaskan bahwa dalam pengaturan tuhan,alam semesta tidak
akan mengalami suatu pertentangan atau ketidakseimbangan. Karena itu, menjadi
suatu bukti keesaan dan keagungan tuhan. Semua fenomena alam diberi
Kadar,tatanan, ukuran, dan hukum masing-masing. Salah satu contohnya, jika kita
perhatikan dengan seksama, dari dahulu sampai saat ini matahari dan bulan
senantiasa berjala pada garis edarnya masing-masing pada suatu periode tertentu.
na kada ada bukanlah umtuk bahan permainan ataupun senda gurau, tetpi
untuk tujuan-tujuan tertentu, makhluk-makhluk yang terdapat didalam juga tidak
diciptakan untuk tujuan kepentingan pribadi suatu individu, untuk Kesia-siaan,
tiada gurau, dan juga tidak bermakna spiritual-magis. Lebih dari itu, merek adalah
tanda-tanda kebesaran yang menu njukan adanya suatu realitas yang lebih tinggi,
yang melampaui bentuk-bentuk mereka sendiri.
Fenomena-fenomena alam yang dimaksudkan sebagai pengetahuan yang
bermakna bahwa mereka menuntut penginsafan yang sama, yaitu harus
direnungkan dan dipikirkan.Al-quran dua kali menyebut kalimatullah yang
menunjuk kepada kitab suci lain nonverbal, yaitu keajaiban-keajaiban alam dari
tuhan.istilah yang sama juga digunakan untuk menunjukan pengetahuan wahyu
para nabi dan orang-orang pilihan.karenanya, dapat dikatakan bahwa al-Quran
menganggap berbagai jalan menuju petunjuk nonverbal tersebut sebagai suatu
pengertian terhadap tujuan serta hukum-hukum kehidupan dan keberadaan yang
lebih tinggi.
Pada satu sisi, ada petunjuk kitab suci verbal yang diwahyukan dalam
Bahasa tertentu, yang ditunjuk pada situasi masyarakat langsung, dan melalui
mereka ditunjukan kepada seluruh ummat manusia. Di sisi lain, terdapat petunjuk
universal dalam fenomena alam,sejarah,dan psikologi manusia yang darinya
manusia dapat mengambil pelajaran. Keduanya saling melengkapi antara yang
satu dengan yang lain dan tidak bisa dipisahkan dari cara pandang islam.
Al-hakim menyatakan bahwa ibnu Arabi,seorang sufi besar islam, dalam
Mawaqi’ an-nujum, menggunakan terminology kitab besar (al-kitab al-kabir)
untuk menunjukan alam atau kosmos, dan kitab Kecil (al-kitab as-sigor) untuk al-
quran. Analogi tersebut semakin diperkuat oleh medan makna yang di bentuk
melalui hubungan kata-kata kunci yang itu menjadi kata akar kata ‘alam dalam
bahsa arab.bahwa kosmos adalah suatu system petunjuk-petunjuk ilahi yang
merupakan kesatuan.
Bagi mereka yang menganut pengertian tersebut, kegiatan sains pada
dasarnya menjadi suatu usaha untuk membaca dan menginterpretasikan Kitab
alam dengan tepat. Karena sumber kedua kitab tersebut adalah satu dan sama
juga,bukan saja semua ayat-ayat yang terkandung dalam setiap satu dari kedua
kitab tersebut memiliki kesatuan pada makna keseluruhannya, tetapi juga
keseluruhan makna yang terkandung pada setiap kitab itu turut memilki kesatuan
dengan keseluruhan makna yang terdapat pada kitab yang satu lagi.
Makna seorang Ilmuan tidak dapat memperhatikan suatu kitab yang
diturunkan saja dalam setiap aktivitasnya, ataupun dengan membaca kitab ciptaan
saja. Hal-hal adalah Sebagian dari ciri-ciri yang konstitutif yang biasa disebut oleh
seorang muslim sebagai pendekatan tawhid (integrated) yang diterapkan terhadap
semua cabang ilmu pengetahuan. Sains yang dikembangkakn oleh Muslim
demkian harus merefleksikan ciri-ciri ini sehingga mereka dapat disebut sebagai
Islam.

5.ALAM DAN KEPENTINGAN MANUSIA

Penting untuk diketahui, bahwa seluruh alam semesta beserta isinya


diciptaka untuk keperluan dan kemanfaatan manusia. Pemanfaatan ini untuk
mempertinggi tujuan penciptaan manusia yang sebenarnya, yaitu untuk
melaksanakan ibadah kepada allah. Karenanya, manusia haarus memanfaatkan
semua kosmos bukan untuk keperluan fisik dan pikiran semata, tetapi yang lebih
penting adalah kemajuan moral-spritualnya. Penguasaanya terhadap kosmos
adalah demi kebaikan dalam pengertianya yang sangat luas, dan bukan untuk
menyebarkan kekacauan yang itu berulangkali dikutuk oleh al-Quran. Kerusakan
di bumi, tanah ,dan laut adalah karena perbuatan manusia, sebagai manifestasi
keserakahan mereka. Selain untuk keperluan manusia, Tuhan menciuptakan na
kada juga supaya mereka senantiasa dalam kondisi bertasbih dan memuja-Nya,
yang tentu hal itu melampaui indra manusia.
Menurut Prof. wan, sejarah telah menyaksikan bahwa umat islam mundur
Ketika mereka berpegang hanya pada petujuk pertama terus-menerus. Sedang
manusia modern menjadi tidak Bahagia dan kehilangan fungsi petunjuk yang
kedua. Pengetahuan tentang alam semesta dan penguasaa atasnya akan lebih
menyadarkan kemurahan,kebijakan,dan keagungan tuhan, kemudian
meningkatkan kesejahteraan. Teolog jerman, Hans Kung, menceritakan kisah
yang menunjukan kesombongan hati sejumlah ilmuan sekuler Ketika ditanya
apakah ia menyakini adanya tuhan. Seorang pujangga besar menjawabnya,”Tentu
tidak, saya adalah ilmuan.”
Berbeda dengan filsafat barat, filssafat al-quran tentang alam semesta
akan mendorong seorang ilmuan menjawab,”Ya,tentu, meskipun saya adadlah
ilmuan.” Muhammad Iqbal, dengar tepat sekali, mengingatkan pengetahuan
ilmiah yang tidak mempertinggi dan tidak dikaitka dengan agama adalah iblis. Ia
menulis,”Akal yang diceraikan dari cinta adalah durhaka (seperti iblis), sedang
akal yang disiram dengan cinta memiliki sifat ketuhanan.”
Terkait sikap terhadap lingkungan, sentimentalism dewasa ini terhadap
lingkungan alam yang mendapat perhatian luas dari negara na kada merupakan
reaksi yang terlambat, dan juga realisasi dari bahaya eksploitasi terhadap alam
yang didorong oelh kerakusan. Itu diilhami dan dibenarkan oleh teologi yang
berpandangan melebihkan manusia atas alam. Bias antropossentris ekstrim turdor
dan stuart di inggris, misalnya, memungkinkan para teolog menggambarkan sifat-
sifat fisik dunia sebagai sebagai suatu respon langusung dari dosa adam. “Ini
hanyalah karena kejatuhan binatang liar yang galak, yaitu adanya binatang
melata yang menjijikan, dan bintang-binatang peliharaan telah terbang dalam
kesengsaraan”.
Teologi yang dipahami sepotong-potong tersebut jelas terbukti dalam
tulisan Jeremiah Burroughes di dalam Gospel Reconcilitation (rekonsili injil) di
tahun 1657 bahwa tuhan”menciptakan makhluk-makhluk lain untuk manusia,
sementara manusia sendiri untuk dirinya”. Sikap yang menganggap bahwa alam
sebagai sesuatu yang mesti dinikmati dan di manfaatkan sebesar mungkin untuk
memenuhi impian kemajuan semata tanpa sikap tanggung jawab,telah telah
melahirkan berbagai jenis krisis ekologi yang menggangu menusai modern, dan
dapat disebut sebagai “perusakan hubungan manusia dengan tuhan”. Yaitu suatu
hubungan yang menyangkut semua pengetahuan.
Menurut Prof. Keith Thomas, sikap orang-orang yang melindungi
binatang dan alam sebagai suatu sikap emosional dan bertentangan dengan
petunjuk materialistic dan na kadam dunbia na kada. Tetapi, yang lebih penting na
kadamlism ini mengancam sumber-sumber ekonomi masyarakat miskin,yang
secara ironis justru negara-negara berkembang yang dibebani tangguan ini.
Gagasan mengenai penaklukan seluruh alam semesta untuik manusia
tidaklah tanpa syarat dan tujuan. Kosmos yang besar ini, bukan semata-mata
digunakan demi pemuasan kenikmatan hawa nafsu, tetapi sebagai sarana untuk
beribadah. Dengan car aini, dimensi spiritual terdalam semua makhluk yang
dimanfaatkan manusia untuk beribadah akan mendatangkan keserasian dalam
tujuan ddan tatanan penciptaan,bukan kekacauan. Ibadah dalam al-quran
merupakan suatu konsep yang sangat umum dan utuh,yang sering dikait-kaitkan
dengan istilah-istilah etis penting lainya dalam al-quran, seperti rasa syukur, dan
kesdaran ketuhanan(takwa).
6.AKHLAK MUSLIM TERHADAP ALAM
Alam ialah segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi besertaisinya,
selain Allah. Allah melalui al quran mewajibkan kepada manusia untuk mengenal
alam semesta beserta isinyat.9
Manusia sebagai khalifah diberi kemampuan oleh Allah untuk mengelola
bumi dan mengelola alam semesta ini. Manusia diturunkan kebumi untuk
membawa rahmat dan cinta kasih kepada alam seisinya. Oleh karena itu, manusia
mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikannya
dengan baik.10
Ada kewajiban manusia untuk berakhlak kepada alam sekitarnya. Ini
didasarkan kepada hal-hal sebagi berikut :
1. Bahwa manusia hidup dan mati berada di alam, yaitu bumi.
2. Bahwa alam merupakan salah satu hal pokok yang dibicarakan oleh al
quran.
3. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk menjaga pelestarian
alam yang Bersifat umum dan yang khusus.
4. Bahwa Allah memerintahkan kepada manusia untuk mengambil manfaat
yang sebesar-besarnya dari alam, agar kehidupannya menjadi na ka.
5. Manusia berkewajiban mewujudkan mewujudkan kemakmuran dan
kebahagiaan di muka bumi.11

Manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian alam atau


kerusaakannya, karena sangat memengaruhi kehidupan manusia. Alam
yang masih lestari pasti dapat memberi hidup dan kemakmuran bagi
manusia di bumi. Tetapi apabila alam sudah rusak maka kehidupan
manusia menjadi sulit, rezeki sempit dan dapat membawa kepada
kesengsaraan. Pelestarian na kada waajib dilaksanakan oleh semua lapisan
masyarakat, bangsa dan negara.12 Manusia hidup bergantung pada alam
sekitar.Mula-mula merekahidup secara berpindah-pindah (nomaden)
mencari tempat-tempat yang menyediakan hidup dan makan. Mereka lalu
berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain setelah bahan makanan
habis dan tidak didapat. Namun seiring dengan kemajuan kehidupan
manusia, bukan berarti ketergantungan dan kebutuhannya terhadap alam
semakin berkurang.Mereka tetap membutuhkan alam sekitarnya bagi
kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya. Untuk itu, manusia harus
menjaga keharmonisan hubungannya dengan alam dan makhluk di
sekitarnya, yaitu dengan cara berakhlak yang baik kepadanya.
Dalam ajaran Islam, akhlak kepada alam seisinya dikaitkan dengan tugas
manusia sebagi khalifah di muka bumi. Ingatlah na ka Tuhanmu berfirman kepada
9
Syahminan Zaini, Isi Pokok Ajaran Al Qur’an, (Jakarta: Kalam Mulia, 1996), hlm. 201
10
Asmaran A. S.,Pengantar studi Akhlak, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), hlm. 182
11
M. Yatimin, op. cit , hlm. 231
12
Asmaran, op. cit , hlm. 183
para malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.
Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami
senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.13
Akhlak muslim terhadap alam bukan hanya semata-mata untuk
kepentingan alam, tetapi jauh dari itu untuk memelihara, melestarikan dan
memakmurkan na kada. Dengan memenuhi kebutuhannya sehingga kemakmuran,
kesejahteraan, dan keharmonisan hidup dapat terjaga.14
Berakhlak dengan alam sekitarnya dapat dilakukan manusia dengancara
melestarikan alam sekitarnya sebagai berikut :
1. Melarang penebangan pohon-pohon secara liar.
2. Melarang perburuan binatang secara liar.
3. Melakukan reboisasi.
4. Membuat cagar alam dan suaka margasatwa.
5. Mengendalikan erosi.
6. Menetapkan tata guna lahan yang lebih sesuai.
7. Memberikan pengertian yang baik tentang lingkungan kepadaseluruh
lapisan masyarakat.
8. Memberikan sanksi-sanksi tertentu bagi pelanggar-pelanggarnya.15

Manusia di bumi sebagai khalifah, mempunyai tugas dan kewajiban


terhadap alam sekitarnya, yakni melestarikan dan memeliharanya dengan
baik. Allah berfirman :Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan
Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (keni`matan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.16. Adapun akhlak manusia terhadap alam yang wajib
dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1. Memerhatikan dan merenungkan penciptaan alam. Allah
berfirman :“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”.17
2. Memanfaatkan alam beserta isinya, karena Allah ciptakan alam dan isinya
ini untuk manusia.Allahberfirman:“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai
hamparan bagimu danlangit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari

13
Al-Qur’an, 2: 30.
14
Ibid, hlm. 232
15
Syahminan Zaini, op. cit, hlm. 224
16
Al-Qur’an, 28: 77.
17
Al-Qur’an, 3: 190.
langit,lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui”18

Manusia berulangkali diingatkan al-quran agar mensyukuri segala pemberian tuhan,


baik material maupun spiritual. Syukr harus dimabifestasikan di dalam berbagai cara,
yaitu dengan mengakui dalam hati dan pikiran atas karunia yang diterima dari tuhan,
dengan memujinya secara verbal, dan dengan menggunakan karunia suesuai dengan
tujuan-tujuan yang sepatutnya. Kebalikan dari kata syukr adalah israf, yang bereti
pemborosan atau menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya.

AL-Quran mendorong kesederhanaan dalam megkonsumsi dan membelanjakan, dan


menentang pemborosan (israf). Alah mengingatkan, “Hai na kadam, pakailah pakaian yang
indah disetiap (memasuki) masjid. Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”

Takwa merupakan sifat ideal manusia yang palinh utuh dan mewakili istilah-istilah
etika al-quran. Dalam berbagai bentuknya (ternasuk kata benda pelaku muttaqun dan kata benda
abstrak). Kata ini disebut sebanyak 242 kali: 102 diturunkan pada periode Makkah dan 140 kali
di turunkan di Madinah, dengan alas an bahwa di Madinah hubungan antar manusia merupakan
subjek utama perhatina islam. Takwa juga bisa dilakukan dalam suatu konteks sosial. Seorang
individu yang terpencil juga dapat menjadi orang yang bertakwa (muttaqun). Keutuhannya lebih
jelas, karena makna dasar waqa, yang merupakan bentuk asal dari kata taqwa, adalah menjaga,
menyelamatkan dan memelihara. Semua merupakan tiang iman dan islam yang memberi arti
keselamatan, kedamaian, dan kesatuan, sebagai lawan dari bahaya keterpecahan dan
ketidaksesuaian.

Karenanya, karakter terbaik manusia menurut al-qura adalah al-muttaqi , orang yang
mencapai takwa (kesadaran ketuhanan). Ini secara langsung mengimplikasikan bahwa ia harus
menjadi muslim, mengetahui hukum tuhan setelah menemukanya dalam buku yang
diwahyukan maupun dalam buku penciptaan (alam, psikoligo manusia, dan sejarah).

Secara spiritual, seorang muttaqi harus menjadi mukmin yang keyakinannya


didasarkan pada tauhid (penegasan keesaan tuhan), berterima kasih (syukt) dan iman kepada
Hari Akhir. Omanmya didasarkan pada pengetahuan tentang Kalam yuhan dalam wahyu dan
perbuatan tuhan melalui penciptaan-Nya. Kemudian dia akan melibatkan diri dalam masyarakat
muslim untuk memerintahkan yang baik dan melarang yang buruk (al-amr bi al-ma’ruf, wa al-
nahy ‘an al-munkar), Kerjasama dalam kebaukan dan ketakwaan, menggunakan semua sumber
di alam dan kebijakan dari pengalaman sejarah serta fenomena psikologis untuk membangun

18
Al-Qur’an, 2: 22.
dan menegakkan suatu tantangan sosio moral di bumi, yaitu harmoni syang merefelksikan
hubungsn ysng harmonis pula antar Tuhan, manusia, dan alam semesta.

Manusia qur’aniy adalah manusia yang utuh, yang pertama-tama terpelihara dari
penyakit hati. Bukan dengan memindahkan ketegangan kompleksitas, seperti dalam
psikoanalisa modern. Hinga akhirnya ia menajdi seperti tanaman yang tidak bergerak dan
bahkan tanpa sesuatu tanpa dorongan dalam tetapi, melalui semua ketegangan yang muncul dari
unsur-unsur tabiatnya dan dari dorongan serta kebutuhanmen mendasar terhadap yang
transenden yang didasari dan dipenuhi dalam dirinya.
BAB 3
PENUTUP

Kesimpulan

Pertama, alam adalah seluruh ciptaan (makhluk), yang meliputi fisik dan mentalfisik.
(secara otomatis menegasi sekularisme ilmu). Kedua, alam ada tidak dengan sendirinya, atau
secara kebetulan, atau sekedar sebab akibat semata, ia ada karena diciptakan Allah yang
memiliki kekuasaan mutlak dan ekslusif atas penciptaan. Ketiga, Tindakan penciptaan oleh
Allah adalah suatu karunia dan rahmat. Keempat, alam semesta diciptakan karena sebuah tujuan
yang hak(benar0. Kelima, kosmos dicirikan dengan sifat-sifat keutuhan, ketertiban, dan harmoni
antara semuja elemen dan peristiwa di ddalamnya. Keenam, fungsi alam meliputi sikap tunduk
pada sang pencipta, bertasbih kepada-Nya, mencangkup kebutuhan dan menjadi tanda akan
adanya pencipta bagi manusia yang berpikir. Ketujuh, sikap ideal seorang muslim terhadap alam
adalah dengan mensykurinya (dalam arti yang luas), serta sebagai sarana beribadah kepada Allah
demi mempersiapkan kehidupan kekal di akhirat kelak. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai