Konsep Alam
Dosen Pengampu :
Oleh:
Randi Rabbani
Suko Raharjo
Ali Haidar
Agus Setyo Budi
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Taufik dan Inayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.
A.Latar Belakang
C.Tuhuan Penulisan
1.MAKNA ALAM
Kata alam dalam Bahasa arab diambil dari susunan huruf ain, lam, dan
mim, Berarti seluruh ciptaan (makhluk), segala sesuatu selain Allah, yang
keberadaannya bersifaat mungkin, yang ada di langit, di bumi dan diantara
keduanya.1 Kata alam merupakan turunan atau pecahan dari kalimat alamah
(tanda) dan ilm (ilmu), berarti dengan keberadaannya sesuatu yang lain dapat
diketahui. Karena, keberadaan alam merupakan tanda akan adanya Pencipta yang
memilikisifat sempurna dan agung.2
Menurut Prof. Wan Daud, di dalam al-Qur’an, alam semesta di gambarkan
dengan kata “langit dan bumi serta seisinya”. Allah berfirman, “Tidakkah mereka
memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah tidak menjadikan langit dan
bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang
benar dan waktu yang ditentukan. Dan Sesungguhnya kebanyakan diantara
manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan Tuhannya.”.3 Allah juga
menjelaskan tentang alam semesta dalam firman-nya, “Dia menciptakan langit
dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan
menutupkan siang atas malam, serta menundukan matahari dan bulan. Masing-
masing berjalan menurut waktu yang di tentukan. Ingatlah, Dialah yang Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun.”.4
Dua ayat di atas paling tidak sudah menjelaskan bahwa adanya alam
semesta ini bukan secara kebetulan, namun ia diciptakan dari tiada menjadi ada, ia
bersifat sementara dan akan hancur.
Selanjutnya istilah sama (langit) dipersepsikan sebagai sesuatu yang
terhampar, seperti langit-langit yang ada di atas sesuatu yang lain, sebagaimana
dalam kausu langit yang dapat kitza lihat merupakan makna utama istilah sama
dalam al-Quran. Kata ini berkonotasi “system kosmik”5 alam semesta. Kata ard
jika dihubungkan dengan proses penciptaan bermakna bukan hanya planet bumi,
tetapi juga seluruh inorganic, termasuk na ka bumi.6
1
Ibnu Manzhur, Lisan al-Arab, Jilid ke-12 (Beirut: Dar al-Sadir, 2010), 420; .
2
Ibnu Faris, Mu’jam maqayis al-Lugah, Jilid ke-4, (Beirut: Dar al-Fikr, 1979), 109;
3
Al-Qur’an, 30: 8.
4
Ibid., 39: 5.
5
Muhammad Asad, The Message of The Qur’an, (Gibrlatar: Dar al-Andalus,1990), 8,
6
Ibid, 731.
“Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya
melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang di tentukan. Dan sesungguhnya
kebanyakan di antara manusia benar-benar mengingkari pertemuan dengan tuhannya.”
-QS, Al-Rum [30]:8
Dalam peradaban barat, Sehingga peneliti menyatakan bahwa ala mini ada
secara kebetulan atau ada dengan sendirinya. Sehingga segala yang terjadi di
alamini hanyalah fenomena alam biasa, yaitu sekedar hubungan antara sebab dan
akibat, juga perubahan dari hal yang sederhana menjadi yang teratur dan
terstruktur.
Selain itu, menurut selain mereka, yang na kad hanyalah apa saja yang
dapat di indra. Sehingga yang benaar hanyalah apa uang dapat diindra dan masuk
akal. Selainitu semua, tidak ada dan tidak benar. Implikasi dari cara pandang
seperti ini adalah menjadikan manusia itu sendiri sebagi pusat tata nilai dan moral.
Adapun dari segi tujuan, sebagain mereka menyangka bahwa adanya kehidupan di
ala mini hanyalah sebagai sarana memuaskan nafsu dan menggapai kekuasaan,
tidak lebih.
Menjadi pertanyaan, benarkah cara pandang di atas? Bagaimana Islam
memandang hakikat alam semesta? Untuk menjawab pertanyaan stersebut, dalam
ulasan sederhana ini akan dijelaskan hakikat alam dalam pandangan islam.
2.DIMENSI ALAM
Alam yang para sufi dan filsuf Muslim pahami jauh melampaui alam fisik
sebagaimana yang dipahami oleh sains dan kosmologi modern 7. Dalam ajaran
islam, secara umum ada dua tingkat kewujudan dan alam raya. Pertama, wilayah
alam yang kast mata (alam al-mulk wa al-syahadah). Kedua, alam malakut yang
tidak kasat mata (alam al-malakut wa al-ghayb). Diantara keduanya adalah alam
al-mitsal atau imaginal world yang dalam ilmu teologi disebut sebagai barzakh8.
Jadai, sebutan bagi makhluk Tuhan tertentu, baik yang terkibat maupun yang
tidak terlihat, seperti jin dan malaikat, juga merupakan bagian-bagian dari
semesta.
Lebih lanjut,menurut Wan Daud,’alam al-syahadah adalah fenomena yang
terlihat,kasat mata dan berada dalam persepsi manusia,yang objeknya
mencangkup seluruh kosmos.sedangkan ‘alam al-ghayb, adalah sisi lain yang
menggambarkan semua hal yang berada di luar persepsi manusia, tidak hanya
meliputi jin dan malaikat, tetapi juga peristiwa-peristiwa historis yang telah
7
AL-jili,al-insan al kamil fi al-Awakhir wa al-Awail,(Dar al kutub al-ilmiyyah, 2012)
8
Mohd Zaidi bin Ismail, “Kosmos dalam pndangan Hidup islam dan Orientasi Sains Masyarakat
muslim”, dalam Majalaj Islamia, Vol. 3, No. 4, 2008, 14-15.
dilupakan, atau yang secara samar diingat oleh manusia, termasuk bisikan batin
manusiad dan realitas-realitas ekskatologis seperti datangnya hari pengadilan,
surga dan negara.
13
Al-Qur’an, 2: 30.
14
Ibid, hlm. 232
15
Syahminan Zaini, op. cit, hlm. 224
16
Al-Qur’an, 28: 77.
17
Al-Qur’an, 3: 190.
langit,lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki
untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui”18
Takwa merupakan sifat ideal manusia yang palinh utuh dan mewakili istilah-istilah
etika al-quran. Dalam berbagai bentuknya (ternasuk kata benda pelaku muttaqun dan kata benda
abstrak). Kata ini disebut sebanyak 242 kali: 102 diturunkan pada periode Makkah dan 140 kali
di turunkan di Madinah, dengan alas an bahwa di Madinah hubungan antar manusia merupakan
subjek utama perhatina islam. Takwa juga bisa dilakukan dalam suatu konteks sosial. Seorang
individu yang terpencil juga dapat menjadi orang yang bertakwa (muttaqun). Keutuhannya lebih
jelas, karena makna dasar waqa, yang merupakan bentuk asal dari kata taqwa, adalah menjaga,
menyelamatkan dan memelihara. Semua merupakan tiang iman dan islam yang memberi arti
keselamatan, kedamaian, dan kesatuan, sebagai lawan dari bahaya keterpecahan dan
ketidaksesuaian.
Karenanya, karakter terbaik manusia menurut al-qura adalah al-muttaqi , orang yang
mencapai takwa (kesadaran ketuhanan). Ini secara langsung mengimplikasikan bahwa ia harus
menjadi muslim, mengetahui hukum tuhan setelah menemukanya dalam buku yang
diwahyukan maupun dalam buku penciptaan (alam, psikoligo manusia, dan sejarah).
18
Al-Qur’an, 2: 22.
dan menegakkan suatu tantangan sosio moral di bumi, yaitu harmoni syang merefelksikan
hubungsn ysng harmonis pula antar Tuhan, manusia, dan alam semesta.
Manusia qur’aniy adalah manusia yang utuh, yang pertama-tama terpelihara dari
penyakit hati. Bukan dengan memindahkan ketegangan kompleksitas, seperti dalam
psikoanalisa modern. Hinga akhirnya ia menajdi seperti tanaman yang tidak bergerak dan
bahkan tanpa sesuatu tanpa dorongan dalam tetapi, melalui semua ketegangan yang muncul dari
unsur-unsur tabiatnya dan dari dorongan serta kebutuhanmen mendasar terhadap yang
transenden yang didasari dan dipenuhi dalam dirinya.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
Pertama, alam adalah seluruh ciptaan (makhluk), yang meliputi fisik dan mentalfisik.
(secara otomatis menegasi sekularisme ilmu). Kedua, alam ada tidak dengan sendirinya, atau
secara kebetulan, atau sekedar sebab akibat semata, ia ada karena diciptakan Allah yang
memiliki kekuasaan mutlak dan ekslusif atas penciptaan. Ketiga, Tindakan penciptaan oleh
Allah adalah suatu karunia dan rahmat. Keempat, alam semesta diciptakan karena sebuah tujuan
yang hak(benar0. Kelima, kosmos dicirikan dengan sifat-sifat keutuhan, ketertiban, dan harmoni
antara semuja elemen dan peristiwa di ddalamnya. Keenam, fungsi alam meliputi sikap tunduk
pada sang pencipta, bertasbih kepada-Nya, mencangkup kebutuhan dan menjadi tanda akan
adanya pencipta bagi manusia yang berpikir. Ketujuh, sikap ideal seorang muslim terhadap alam
adalah dengan mensykurinya (dalam arti yang luas), serta sebagai sarana beribadah kepada Allah
demi mempersiapkan kehidupan kekal di akhirat kelak. Wallahu a’lam.
DAFTAR PUSTAKA