Oleh:
Syarifah Jihan Nabila (220213031)
Zahartul Raihan (220209136)
Raihan Nusyur (220213060)
Nur Akmalia (220209134)
1
DAFTAR ISI
i
A. Pengertian Tuhan Alam Dan Manusia
1) Tuhan
Kata Tuhan merujuk kepada suatu zat abadi dan supranatural, biasanya
dikatakan mengawasi dan memerintah manusia dan alam semesta atau jagat
raya.1Tuhan adalah sesuatu yang terdapat dalam pikiran (mind) manusia. Dalam
stuktur dalam manusia, hati merupakan kamar kecil yang terdapat di dalamnya
yaitu hati nurani atau suara hati atau disebut dengan bashirah merupakan satu titik
kecil atau kotak kecil (black box) yang tersembunyi secara kuat dan rapih di
dalam hati, hati nurani merupakan hot line manusia dengan Tuhan atau yang
menghubungkan manusia dengan tuhan atau disebut dengan (god spot) titik Tuhan
disinilah Tuhan hadir di setiap manusia. Menurut Ibn Qayyim Al-Jauzy, bashirah
adalah cahaya yang ditempatkan Allah di dalam hati manusia. 2Di dalam Hadits
Rasulullah SAW (Hadis Qudsi) bahwa Allah SWT berada di dalam inti manusia
berikut Hadistnya:
“Aku jadikan pada manusia itu ada istana (qashr), didalam istana itu ada
dada (Shadr), di dalam shadr itu ada kalbu (Qalb), di dalam qalb itu ada (fu’ad) ,
di dalam fu’ad itu ada (syaghaf), di dalam syaghaf itu ada (lubb), di dalam lubb itu
ada (sirr), dan di dalam sirr itu ada Aku (Ana).”3
Hadist ini menjelaskan bahwa Aku ini adalah Allah SWT. Hati nurani
akan menjadi pembimbing terhadap apa yang harus ditempuh dan apa yang harus
diperbuat sesuai dengan world viewnya (iman). Karena iman terletak di kalbu.
Untuk itulah kalbu itulah yang menjadi sasaran pendidikan untuk diisi dengan
iman.
Allah SWT merupakan sang pencipta manusia dan alam semesta yang
disebut dengan khalik (sang pencipta) namun sering disebut juga dengan Al-Rabb,
Rabb al-Alamin, Rabb kulli syai’. Berdasarkan kata dasar dari Rabb yaitu
memperbaiki, mengurus, mengatur dan juga mendidik. Rabb biasa diterjemahkan
dengan Tuhan yang mengandung pengertian sebagai Tarbiyah (yang
menumbuhkembangkan sesuatu secara bertahap dan berangsur-angsur sampai
sempurna), juga sebagai murabbi (yang mendidik). Dengan demikian sebagai al-
1
Imaduddin M.S, Dan Tuhan Pun Dikritik, Kediri: Komunitas Sandal Jepit. 2005
2
Ahmad Mubarok. Al-Irsyad an Nafsiy Konseling Agama Teori dan Kasus. (2002. Bina Rena
Pariwara:Jakarta). Hal 31
3
Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islam. (2006: PT. Remaja Rosdakarya. Bandung) hlm28.
1
rabb, atau rabb al-alamin, Allah adalah yang mengurus, mengatur, memperbaiki
proses penciptaan alam semesta. 4
2) Manusia
Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arab yaitu:
• nasiya yang berarti lupa. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia,
karena manusia memiliki sifat lupa. 5 Ini menunjukan bahwa adanya
keterkaitan manusia dengan kesadaran dirinya.
• al-uns yang berarti jinak atau harmoni dan tampak. Jinak artinya manusia
selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
• Anasa yanusu yang artinya berguncang menunjuk kepada manusia dengan
seluruh totalitasnya, jiwa dan raganya.
4
Muhaimin. Paradigma Pendidikan Islam. (2004.PT. Remaja Rosdakarya:Bandung) hal 28.
5
Ahmad Mubarok. Op,cit Hal 31.
2
Manusia dalam pengertian insan menunjukan makhluk yang berakal, yang
berperan sebagai subyek kebudayaan. Dapat juga dikatakan bahwa manusia
sebagai insan menunjukan manusia sebagai makhluk psikis yang mempunyai
potensi rohani, seperti fitrah, kalbu, akal. Potensi inilah yang menjadikan manusia
sebagai makhluk yang tertinggi martabatnya dibandingkan makhluk-makhluk
lainnya.6
Manusia disebut dengan Bani Adam karena manusia merupakan keturunan dari
Nabi Adam.
3) Alam
Alam semesta, kata ini digunakan untuk menjelaskan seluruh ruang waktu
kontinu di mana kita berada, dengan energi dan materi yang dimilikinya. Alam
semesta adalah kumpulan jauhar yang tersusun dari materi (maddah) dan bentuk
(Shurah) yang ada di langit (al-jawhar al murakka min al-madah wa al-shurah min
ardh wa sama).7
Seluruhnya makhluk Tuhan yang diciptakan untuk satu tujuan, alam ini
tunduk di bawah sunah Allah dengan ketentuan-ketentuan-Nya.9 Langit yang
tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada
suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak
6
Syamsudin Noor dan Karman Al-Kuninganiy. Tafsir Tarbawiy. (2002. P3M STAIN: Ambon) hal
14.
7
Jamil Syaliba. Mu’jam al-Falsafiy. jilid II (Beirut: Dar al-kitab al-Lubnaniy, 1973), hlm. 45.
8
Abdurrahman Mas’ud. Menggagas Format Pendidikan NonDikhotomik. (2002. Gama Media:
Yogyakarta). Hal 45.
9
Syamsudin Noor dan Karman Al-Kuninganiy.op,.cit. hal 18.
3
mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha
Pengampun.(Qs. Al-Israa:44).
Tuhan telah menjadikan alam dengan seperangkat aturannya yang dia sebut
dengan istilah qadar. Qadar baginya bukanlah seperti apa yang dipahami oleh
mayoritas para teolog (mutakallimum) sebagai ketentuan yang deterministik,
mengikat serta membatasi kebebasan manusia, melainkan segala ketentuan yang
ada pada alam ini, terutama benda-benda fisik. Qadar itulah yang memberikan
karakteristik dan sifat khusus padanya. Karakteristik dan sifat itulah yang
merupakan amar Tuhan terhadap alam. Karenanya segala yang ada di alam adalah
Islam, karena ia tunduk dan patuh terhadap amar Tuhan. Amar Tuhan itulah yang
kemudian menjadi amanah bagi alam ini. Karenanya, pula, al-Qur`an mengatakan
bahwa alam bertasbih kepada Tuhan. Tuhan menciptakan alam semesta ini
bukanlah tanpa tujuan. Ia hendak merealisasikan tujuanNya itu lewat ciptaanNya
dan misiNya yaitu untuk beribadah kepada-Nya.
1. Hakekat Manusia
Dalam pengertian yang telah dijelaskan diatas bahwa manusia mempunyai
dua komponen yaitu jasmani dan rohani. Dengan kelengkapan fisik atau jasmani
manusia dapat melaksanakan tugas-tugasnya yang memerlukan dukungan fisik
dan dengan kelengkapan rohaninya ia dapat melaksanakan tugas-tugas yang
memerlukan dukungan mental. Selanjutnya untuk memfungsikan kedua unsur
tersebut secara baik diperlukan pembinaan dan bimbingan disinilah pendidikan
sangat diperlukan berikut ini penjelasan penulis antara dua komponen tersebut
yaitu sebagai berikut:
1) Jasmani
2) Rohani
4
Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup
kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.(Qs. AL-Hijr:29). Dalam ayat tersebut bahwa Allah SWT
menyempurnakan proses kejadian manusia dengan meniupkan ruh pada diri
manusia maka ketika ruh telah ditiupkan maka pada saat itulah manusia dalam
bentuk yang sempurna mempunyai sifat dan potensi untuk mengetahui sesuatu
berikut ini beberapa potensi rohani yang dimiliki oleh manusia yaitu sebagai
berikut:
a. Fitrah
Pada ayat tersebut bahwa sejak asal kejadian manusia telah diciptakan
membawa fitrah (potensi) keberagamaan yang benar, yakni agama hanif dan
agama tauhid, tidak bisa menghindar (la tabdila) dari fitrah itu.
10
Achmad Mubarok. Op, cit hal 35
5
menyuguhkan kepada anak didik media-media dan informasi-informasi yang akan
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
b. Syahwat
6
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang
percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-
ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan
Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar (QS. Al-Hujurat:150).
Berjuang dengan harta benda adalah sifat pemurah dan berjuang dengan
jiwa ini merupakan refleksi dari syahwat yang terpimpin dan terbina. Dengan
adanya syahwat maka manusia memerlukan arahan bimbingan dan binaan untuk
mencapai syahwat yang lurus.
c. Aql (Akal)
Akal yang berasal dari bahasa arab aqala yaitu mengikat atau menahan.
secara umum akal difahami sebagai potensi yang disiapkan untuk menerima ilmu
pengetahuan.[12] aqala mengandung arti yaitu mengerti, memahami, berfikir.
• Akal yaitu suatu sifat yang membedakan manusia dari segala binatang.
• Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia
tamyiz.
• Hakikat akal adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman
dengan berlangsung berbagai keadaan.
• Hakikat akal adalah puncak kekuatan ghaizah (semangat) untuk
mengetahui akibat dari segala persoalan dan mencegah hawa nafsu, yang
mengajak pada kesenangan seketika dan mengendalikan syahwat tersebut.
7
daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.(Qs. Al-Muminuun:12-14).
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur.(Qs. An-Nahl 78).
Manusia ketika lahir yang tidak mengetahui apa-apa tetapi Allah SWt
membekali manusia alat berupa pendengaran, penglihatan dan hati untuk
dipergunakan secara baik dan benar aga manusia bisa mengetahui segala
sesuatunya melalui alat tersebut sehingga manusia bersyukur apa yang di
dapatnya dari Alah SWT.
3. Golongan Manusia
Al-Ghazali membagi umat manusia kedalam tiga golongan:
11
Hasyim Syah Nasution. Filsafat Islam. (Bulan Bintang) hal 45-46.
12
Qs. AN-Nahl: 125 . juz 14. Al-Qur’an dan Terjemahnya. (Darusalam. Riyad. 2006). hal 383.
8
B. Hubungan Antara Tuhan, Manusia Dan Alam
Hubungan antara Tuhan, manusia dan alam sangatlah erat. Tuhan sebagai dzat
yang menciptakan manusia. Manusia dan Alam sebagai makhluk yang diciptakan
oleh Tuhan. Jika peran Tuhan tidak ada manusia dan alam tidak akan tercipta.
Hubungan manusia dengan Tuhan disebut pengabdian (ibadah). Pengabdian
manusia bukan untuk kepentingan Allah, Allah tidak berhajat (berkepentingan)
kepada siapa pun, pengabdian itu bertujuan untuk mengembalikan manusia
kepada asal penciptanya yaitu fitrah (kesucian)nya. Agar kehidupan manusia
diridhoi oleh Allah swt. Seperti yang dijelaskan al-Qur’an dalam surat az-Zariyat
ayat 56 yang artinya:
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyambahku.”
Manusia dikaruniai akal (sebagai salah satu kelebihannya), dia juga sebagai
khalifah dimuka bumi, namun demikian manusia tetap harus terikat dan tunduk
pada hukum Allah swt.Alam diciptakan oleh Allah swt dan diperuntukkan bagi
kepentingan manusia. Sebagai khalifah, manusia diberi wewenang untuk
mengelola dan mengolah serta memanfaatkan alan ini. Allah swt berfirman dalam
surat al-Luqman ayat 20 dan dalam surat al-Hud ayat 61, yang artinya:
“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu
pemakmurnya.”
Namun, memang sering kali kita melihat sifat manusia yang kufur nikmat.
salah satu hal yang paling jelas terlihat adalah kebiasaan manusia untuk menguras
semua kekayaan alam tanpa memperdulikan kelestariannya. Padahal
sesungguhnya didalam ajaran islam selalu dijelaskan bagaimana cara
memanfaatkan alam dengan semestinya. Bahkan Allah swt dalam al-Qur’an surat
al-Baqarah ayat 11-12 menyebutkan bahwa orang-orang yang merusak
lingkungan itu termasuk golongan orang munafiq:
9
wahyu untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sehingga dalam
memanfaatkan alam tidak lagi memperdulikan dampak buruk terhadap
keseimbangan ekosistem alam dibumi ini. Padahal hakekatnya manusia diciptakan
oleh Allah swt untuk menjadi kholifah dimuka bumi tidak lain adalah Allah
memberikan sebuah amanah yaitu Allah swt mempercayakan buumi-Nya ini
kepada manusia untuk diurus dan dilestarikan keberadaannya.
Maka dari itu manusia harus melihat kembali siapa dirinya. Jika manusia
menyadari akan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah swt, maka manusia
akan selalu bersyukur dan akan menjalankan fungsi dan tugas kita sebagai
khalifah dimuka bumi ini dengan baik. Yaitu manusia akan benar-benar manjadi
pemimpin dibumi ini dan menjaga alam ini. Kita tidak akan merusak hutan,
mencemari laut dan tidak akan membuat polusi.
Karena mausia sadar bahwa bumi ini sebagai ladang amal sebagai bekal
menuju kehidupan yang hakiki yaitu kehidupan akhirat, dengan cara menjaga
kelestarian alam ini dan manusia akan selalu berusaha sebisa mungkin agar
peringatan Allah pada surat ar-Ruum ayat 41 yang artinya: “telah nampak
kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya
Allah swt merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (kejalan yang benar).
Menjadi cambuk yang keras agar kita selalu istiqomah dalam bertauhid
kepada Allah dan menjaga kelestarian alam ciptaan Allah yang Maha Mulia ini.
Kita harus menyadari bahwa hubungan antara Allah swt, manusia dan alam itu
dangatlah jelas. Allah swt sebagai Sang Pencipta yang menciptakan alam beserta
isinya, lalu Allah swt menciptakan makhluk yang bernama manusia sebagai
pengurus bumi.
10
C. Hubungan Manusia dengan Alam Dan Tuhan Dalam Filsafat
Pendidikan Islam
Dalam wawasan Islam, istilah “tauhid” memiliki makna yang sangat agung
dan luas. Kalangan cendekiawan Muslim pada umumnya menggolongkan jenis-
jenis ketauhidan menjadi “tauhid dalam zat” atau dzati, “tauhid dalam sifat” atau
sifati, dan “tauhid dalam perbuatan” atau fi’li. 13
Tidak sedikit rasionalisasi lain yang bisa menunjukkan ketauhidan. Mari kita
berfilsafat sekaligus menjalankan amanat Tuhan dalam firman-Nya; afala ta’qilun,
afala tatafakkarun, afala ta’lamun.
13
Muhsin Qiraati, Membangun Agama, (Bogor: Cahaya, 2004), cet. 1, hlm. 32.
14
Ibid., hlm. 39.
11
Argumen kedua –masih menurut Muhsin- yaitu tidak adanya jejak dan tanda-
tanda Tuhan lain. Ini berkaitan dengan penjelasan Amirul Mukminin Ali bin Abi
Thalib –yang juga menyertakan himbauan agar kita betul-betul
memperhatikannya- bahwa seandainya terdapat Tuhan lain (selain Tuhan Yang
Tunggal), tentu Dia juga akan mengutus para Nabi dan menunjukkan jejak serta
tanda-tanda kekuasaannya. Anggapan adanya dua bentuk kekuatan (Tuhan)
tersebut juga meniscayakan keterbatasan eksistensial masing-masing, yang
karenanya menjadikan keduanya sebagai “bukan Tuhan”.
b. Eksistensi Tuhan.
Untuk mengawali diskursus ini, mari sejenak kita kembali kepada firman
Allah: “Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘siapakah yang
menjadikan matahari dan bumu dan menundukkan matahagri dan bulan?’ tentu
mereka akan menjawab: ‘Allah’, maka betapa mereka (dapat) dipalingkan (dari
jalan yang benar)”. (QS. Al Ankabut: 61).
15
Yusuf Musa dalam Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz,2006), hlm.
71-72.
12
Kata “Allah” juga digunakan untuk sumpah (QS. 35: 42), serta
mengatasnamakan berbagai tabu kepada-Nya (QS. 6: 139) dan seterusnya. Selain
itu, nama Ayah Muhammad sendiri adalah ‘Abd Allah, atau abdi Allah. Sejumlah
prasasti dan syair jahiliah juga menyebut-nyebut “Tuhan Ka’bah”.
Setidaknya ada tiga hal yang perlu diingat manusia –kata Fazlur Rahman-
untuk memahami eksistensi Tuhan, yaitu:
Ketika di awal bab makalah ini, kita sudah sedikit menyinggung tentang
argument adanya Tuhan di alam semesta ini, maka dalam pembahasan lebih lanjut
akan dipaparkan beberapa pendapat para tokoh mengenai Tuhan.
16
Fuad Hasyem, Sirah Muhammad Rasulullah; Kurun Makkah Suatu Penafsiran Baru, (Jakarta:
Tama Publisher, 2005), Cet. 1. Hlm. 148.
17
Toto Suharto, op. cit., hlm. 74.
13
Selain Al Kindi, Filosof Islam lain yaitu Ibnu Sina memberikan argument
tentang Tuhan melalui dalil jawaz (kemungkinan). Beliau membagi wujud ke
dalam tiga kategori: wujud niscaya (wajib al wujud), wujud mungkin (mumkin al
wujud), dan wujud mustahil (mumtani’al wujud). Wujud niscaya adalah wujud
yang senantiasa harus ada, dan tidak boleh tidak ada. Wujud mungkin adalah
wujud yang boleh saja ada atau tiada, sedangkan wujud mustahil adalah yang
keberadaannya tidak terbayangkan oleh akal. Alam ini adalah wujud yang boleh
ada dan boleh tidak ada, maka alam bukan wujud niscaya.
Namun, karena alam juga boleh tidak ada, maka ia dapat juga disebut wujud
mustahil. Akan tetapi, nyatanya ala mini ada, maka ia dipastikan sebagai wujud
yang mungkin. Tema “mungkin” menurut Ibnu Shina adalah potensial, kebalikan
dari actual. Dengan mengatakan bahwa alam ini mungkin pada dirinya, berarti
sifat dasar ala mini adalah potensial, boleh ada, dan tidak bisa mengada dengan
sendirinya. Karena ala mini potensial, ia tidak mungkin ada (mewujud) tanpa
adanya sesuatu yang telah actual, yang telah mengubahnya dari potensial menjadi
actual. Sesuatu yang actual yang telah mengubah alam potensial menjadi
aktualitas, itulah Tuhan Yang Wujud Niscaya. Hal ini masih menurut Yusuf Musa
sebagaimana dikutip M. Quraisy Shihab dalam wawasan Al Qur’an.
Beda dengandua argumen tokoh di atas, Ibnu Rusyd terkenal dengan konsep
atau dalil inyahnya. Dengan pemikiran logis-spekulatifnya, ia berpendapat bahwa
perlengkapan (fasilitas) yang ada di ala mini diciptakan untuk kepentingan
manusia. Ini berarti merupakan bukti adanya Tuhan yang Maha Pengasih dan
Penyayang. Melalui “rahmat” yang ada di ala mini, membuktikan bahwa Tuhan
itu ada.
14
• Allah sebagai Rabb mengandung arti bahwa Allah adalah Pengatur dan
Pemelihara alam semesta ini. Allah sebagai rabb telah menentukan
beberapa aturan (sunnatullah) yang perlu diperhatikan manusia.
Manusia tunduk terhadap aturan-aturan ini, dan wajib mengikutinya
dalam kehidupan sehari-hari. Ini merupakan unsur Islalam (syariat)
dalam Filsafat pendidikan Islam.
• Allah sebagai Pencipta memiliki beberapa sifat yang disebut al asma’
al khusna. Sifat-sifat ini hendaknya dapat ditransformasikan dalam
dunia pendidikan islam, dalam rangka mewujudkan manusia sebagai
khalifah yang bertugas mengemban amanat Allah di bumi. Sifat-sifat
ini telah dimanifestasikan sedemikian rupa dalam kehidupan sehari-
hari. Ini merupakan unsur ikhsan (akhlak) dalam Filsafat Pendidikan
Islam.
• Filsafat Pendidikan Islam mengandaikan keterbatasan manusia sebagai
makhluk. Keterbatasan ini mengindikasikan adanya tujuan jangka
pendek dan jangka panjang bagi pendidikan Islam.
• Filsafat Pendidikan Islam mengasumsikan bahwa manusia sebagai
wujud mungkin memiliki beberapa potensi yang kemudian
dikembangkan oleh pendidikan Islam sehingga menjadi actual, yang
bermanfaat bagi kehidupannya.
• Filsafat Pendidikan Islam memformulasikan bahwa alamsemesta
dirancang oleh Allahsebagai fasilitas hidup bagi kehidupan manusia.
Fasilita ini harus dikembangkan melalui kreasi dan kreatifitas,
sehingga memunculkan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar manusia
mampu merancang hidupnya.
• Manusia adalah makhluk yang paling mulia di alam ini. allah telah
memberinya keistimewaan-keistimewaan yang menyebabkan ia berhak
mengungguli makhluk lain.
• Kemuliaan manusia atas makhluk lain adalah karena manusia diangkat
menjadi khalifah Allah yang bertugas memakmurkan bumi atas dasar
ketakwaan.
• Manusia adalah makhluk berpikir yang menggunakan bahasa sebagai
media.
15
• Manusia adalah makhluk tiga dimensi seperti segi tiga sama kaki, yang
terdiri dari tubuh, akal, dan ruh.
• Pertumbuhan dan perkembangan manusia dipengaruhi oleh factor
keturunan dan lingkungan.
• Manusia mempunyai motivasi dan kebutuhan.
• Manusia sebagai individu berbeda dengan manusia lainnya, karena
pengaruh factor keturunan dan lingkungan.
• Manusia mempunyai sifat luwes dan selalu berubah melalui proses
pendidikan
• Tahap Jasad
• Tahap Hayat
• Tahap Ruh
Adanya proses peniupan ruh yang ditiupkan Tuhan dalam diri manusia dan
kemudian diiringi dengan pendengaran, penglihatan, dan hati merupakan bukti
bahwa yang menjadi pimpinan dalam diri manusia adalah ruh.
• Tahap Nafs
Kata nafs dalam Al Qur’an mempunyai empat pengertian, yaitu nafsu, napas,
jiwa, dan diri (keakuan). Diri (keakuan) adalah kesatuan dinamis dari jasad, hayat,
dan ruh.
16
Al Qur’an menyebutkan dengan jelas bahwa Allah menciptakan manusia tidak
lain adalah untuk mengabdi kepada-Nya (QS. Al Dzariyat: 56). Pengabdian ini
membawa implikasi pada ketaatan atas segala yang diperintahkan-Nya dan
menjauhi apapun yang dilarang-Nya. Kita sering menyebutkan dengan istilah
takwa. Ketakwaan inilah yang akan membawa manusia pada norma-norma etis
yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, antar sesama manusia,
dan hubungan manusia terhadap alam semesta. Ketika sudah memahami hal ini,
manusia layak untuk mengemban amanat sebagai khalifatullah fi al ardhi
sebagaimana Allah telah memberikan amanat ini selain aktivitas keabdian atau
penghambaan.
d. Potensi Manusia
AL Qur’an telah mengenalkan dua kata kunci kepada kita untuk memahami
manusia secara komprehensif. 19Kedua kata kunci tersebut adalah kata insan dan al
basyar. Abuddin Nata menjelaskan bahwa kata insan yang bentuk jamaknya al
nash dari segi semantik atau ilmu akar kata, adapat dilihat dari akar kata anasa
yang mempunyai arti melihat, mengetahui, dan minta izin.
18
Lihat QS. Al Baqarah: 30-34 tentang titah manusia sebagai khalifah.
19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT logos Wacana Ilmu, 2001), cet. IV, hlm.
29.
17
Jika kata insan dilihat dari asalnya nasiya yang artinyalupa, menunjukkan
adanya kaitan erat antara manusia dengan kesadaran diri. Apabila dari kata al uns
atau anisa, dapat berarti jinak. Dengan emikian, pada dasarnya manusia adalah
makhluk yang jinak, dapat menyesuaikan diri dengan realitas hidup dan
lingkungan yang ada. Amnesia memiliki kemampuan yang tinggi untuk
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi dalam kehidupannya, baik perubahan
sosial maupun alamiah. Manusia menghargai tata aturan etik, sopan santun, dan
sebagai makhluk yang berbudaya. Manusia tidak liar baik secara social maupun
alamiah.20
Orang Arab (seperti paparan Muhammad Abduh) sepakat bahwa kata alamin
(bentuk jama’ dari alam) tidak digunakan untuk merujuk pada sesuatu yang ada
seperti alam batu dan tanah. Akan tetapi, mereka memakai alamin untuk merujuk
kepada setiap makhluk tuhan yang berakal, seeprti alam manusia, hewan, dan
tumbuhan.
b. Kedudukan Alam
Alam semesta terjalin erat dan bekerja dengan regularitasnya, sehingga pantas
kalau ia dikatakan sebagai keajaiban Allah. Selain Allah, tak ada sesuatu apapun
yang dapat membangun alam yang serbaluas dan kokoh ini. di sini lah letak dan
posisi alam semesta sebagai keajaiban Allah. 21
20
Musa Asy’ari dalam Abuddin Nata Filsafat Pendidikan Islam, (Ciputat: PT logos Wacana Ilmu,
2001), cet. IV, hlm. 29-30.
21
Pendapat Fazlur Rahman ini dikutip Toto Sudarto dalam Filasafat Pendidikan Islam.
18
• Ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia untuk menyingkap
bagaimana ala mini berwujud.
• Ayat-ayat Al Qur’an yang menyuruh manusia mempelajari fenomena
alam.
• Ayat-ayat Al Qur’an yang menunjukkan bahwa Allah bersumpah atas
berbagai macam objek alam.
• Ayat-ayat Al Qur’an yang merujuk kepada kemungkinan terjadinya
beberapa fenomena alam.
• Ayat-ayat Al Qur’an yang menekankan pada kelangsungan dan
keteraturan penciptaan alam semesta oleh Allah.
• Ayat-ayat Al Qur’an yang menjelaskan keharmonisan keberadaan
manusia dengan alam semesta, dan ketundukan apa yang ada di langit
dan di bumi kepada manusia.
c. Prinsip-Prinsip filsafat Pendidikan Islam tentang Alam
19
• Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa alam bukanlah musuh manusia, dan
bukan penghalang bagi kemajuan manusia. Pendidikan Islam dapat diarahkan
untuk member pemahaman kepada anak didik bagaimana mengelola and
memanfaatkan alam.
• Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa seluruh isi alam bersifat baru. Hanya
Allah lah yang kekal dan abadi.
• Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa kekekalan dan keabadian Allah
sebagai pencipta merupakan hal yang keliuar dan bebas dari hukum alam.
• Filsafat Pendidikan Islam percaya bahwa Allah adalah sumber alam semesta.
22
Toto Suharto, op. cit., hlm. 94.
20
DAFTAR PUSTAKA
Imaduddin M.S, Dan Tuhan Pun Dikritik, Kediri: Komunitas Sandal Jepit. 2005
Dr. Abd. Chalik, M.Ag dan Ali Hasan Siswanto, Pengantar Studi Islam,
Surabaya: Kopertais IV Press. 2010
STUDI ISLAM IAIN SUNAN AMPEL Pengantar Studi Islam. Surabaya, IAIN
SUNAN AMPEL PRESS, Cetakan Pertama : 2002
Nata, Abudin. 2012. Pemikiran Pendidikan Islam Dan Barat. Jakarta: Rajawali
Pres
Ahmad Mubarok. Al-Irsyad an Nafsiy Konseling Agama Teori dan Kasus. (2002.
Bina Rena Pariwara:Jakarta).
21