Anda di halaman 1dari 29

HAKIKAT MANUSIA MENURUT ISLAM

MAKALAH INI DIBUAT SEBAGAI TUGAS MATA


KULIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH

NAMA : LUKAS JUMIRIN

NIM : 2255202098
KELAS : Karyawan
DOSEN PENGAMPU : RAMDLONI,M.Pd

UNIVERSITAS NURUL HUDA


OKU TIMUR
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 2

1.3 Tujuan Pembahasan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3

2.1 Hakikat Manusia..................................................................................... 3

2.2 Fitrah, Eksistensi dan Martabat Manusia ............................................... 5

2.2.1 Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi Akal, Qolb dan Nafsu ............. 5

2.2.2 Eksistensi dan Martabat Manusia .................................................. 11

2.3 Kedudukan, Tujuan, Tugas dan Program Hidup Manusia .................... 13

2.3.1 Kedudukan Manusia ...................................................................... 13

2.3.2 Tujuan Manusia ............................................................................. 16

2.3.3 Tugas Manusia .............................................................................. 18

2.3.4 Program Hidup Manusia ............................................................... 23

BAB III KESIMPULAN .................................................................................... 25

3.1 Hakikat Manusia................................................................................... 25

3.2 Fitrah, Eksistensi dan Martabat Manusia ............................................. 25

3.3 Kedudukan, Tujuan, Tugas dan Program Hidup Manusia .................... 25

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27


1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. yang memiliki keistimewaan dan pemberian segala kenikmatan besar,
baik nikmat iman, kesehatan dan kekuatan didalam penyusunan makalah yang
ini. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Makalah yang berjudul Hakikat Manusia Menurut Islam dibuat sebagai
tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan dosen pengampu bapak
Ramdloni, M.pd.
Sebagai manusia kita perlu mengetahui darimana asal manusia, tujuan
manusia hidup, kepada siapa menyembah, dan lain-lain. Maka dari itu
pentingnya membahas hakikat manusia, antara lain pengertian dari hakikat
manusia sendiri, fitrah, eksistensi dan martabat manusia, serta kedudukan,
tujuan, tugas dan program manusia itu sendiri. Dengan dibahasnya ini
diharapkan bias membuat kita sebagai manusia bias memahami tujuan
penciptaan manusia sehingga beribadah bisa lebih ikhlas.
Allah SWT menciptakan manusia yang terdiri dari dua unsur yaitu
gumpalan darah dan hembusan ruh. Allah memberikan kelengkapan pada
manusia saat dilahirkan ke dunia (potensi). Potensi ini terdiri dari potensi fisik
dan potensi ruhaniah. Manusia juga diberi akal untuk berpikir, berdebat dan
mempertanggungjawab perbuatannya. Selain akal, manusia juga diberi hati
sehingga dapat memahami ilmu yang diturukan oleh Allah SWT. Dengan
segala kenikamatan yang telah Allah berikan kepada manusia, hendaknya
manusia bersyukur dan beribadah selalu karena Allah.
2

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana hakikat manusia itu


2. Bagaimana fitrah, eksistensi dan martabat manusia ?
3. Bagaimana kedudukan, tujuan, tugas, program hidup manusia ?

C. Tujuan Pembahasan

1. Memahami hakikat manusia.


2. Melakukan ibadah dengan baik, karena telah memahami hakikat manusia.
3. Berpikir dan berperilaku sesuai dengan al-Qur’an dan hadist.
3

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Manusia

Manusia diciptakan Allah dengan berbagai hal menarik. Dalam Al-Quran


manusia dipanggil beberapa istilah antara lainal-insaan, al-naas, al-basyar, al-
abd, bani Adam, dan lain-lain. Manusia memiliki berbagai potensi serta
memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan
akhirat. 1 Menurut agama Islam manusia terdiri dari dua unsur, yaitu jasmani
(unsur materi) dan ruhani (unsur immateri/nun-materi), karena memang
jasmani manusia terdiri dari komponen yang dikandung di dalam tanah.
Komponen pembentuk tersebut telah dijalan di al-Qur’an dengan berbagai
nama yaitu :al-ardhi(QSHud:61),Thuraab(QSal-Kahfi:37),Thin(QSAs-
Sajadah),Thinul laazib(QSAs-Shafat:11) dan lain-lain.
Roh adalah salah satu komponen penting yang menentukan ciri
kemanusiaan manusia. Setelah proses-proses fisik berlangsung dalam
penciptaan manusia, pemasukan ruh menjadi unsur penentu yang membedakan
manusia dengan dunia hewan. Sebagaimana banyak dari aspek fisik manusia
yang hakikatnya belum diketahui manusia, ruh merupakan misteri besar yang
dihadapi manusia. 2
Roh adalah unsur non-materi yang ada dalam jasad yang diciptakan
Tuhan sebagai penanda kehidupan. Roh merupakan bagian yang suci yang
diberikan kepada manusia, ia ditiupkan langsung oleh Allah SWT kedalam
rahim seorang ibu dan memberikan kehidupan pada janin yang ada didalam
rahim itu. Allah menyatakan ini dalamAs-Sajdahayat 7–9
4

Artinya :“yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan


yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia
menyempurnakannya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya ke dalam (tubuh)nya
dan Dia menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati bagimu, (tetapi)
sedikit sekali kamu bersyukur.”(QSAs-Sajdah32: 7–9). 3

Hubungan nafs dan fisik manusia demikian erat meski sukar untuk
diketahui dengan pasti bagaimana hubungan itu berjalan. Dua hal yang
berbeda, mental dan fisik dapat menjalin interelasi sebab akibat. Kesedihan
dapat menyebabkan mata mengeluarkan cairan, kesengsaraan membuat badan
kurus. Dikenal pula istilah psikosomatik, yaitu penyakit-penyakit fisik yang
disebabkan oleh masalah kejiwaan. 4
Manusia memiliki persifatan yang beragam, namun manusia adalah
makhluk yang mempunyai kelebihan di atas makhluk lain yaitu akal pikiran
dan hawa nafsu. 5 Dalam Al-Quran juga telah dijelaskan bahwa peran manusia
adalah sebagai hamba sekaliguskholifatul ardhiyang akan mengelola bumi ini.
Setiap individu mempunyai hak yang sama untuk menjadi mulia di dunia dan

akhirat yang kekal dan abadi. Hak itu hanya akan diperoleh jika individu
masing-masing berjuang untuk menjadi manusia yang berkualitas, atau yang
mempu mengejar, menjangkau dan meraih hidup dan kehidupan yang selamat,
bahagia, dan sejahtera material dan spiritual. 6

B. Fitrah, Eksistensi dan Martabat Manusia


5

1. Fitrah Manusia : Hanif dan Potensi Akal, Qolb dan Nafsu

Secara etimologi, kata “fitrah” berasal dari bahasa Arab “fatara” yang
berarti merobek, membelah, menciptakan, terbit, tumbuh, memerah,
berbuka, sarapan, sifat pembawaan (yang ada sejak lahir) (Al-Munawwir,
1997: 1063). Diartikan juga dengan belahan, muncul, kejadian, suci, tabiat,
dan penciptaan. Jika fitrah dihubungkan dengan manusia, maka yang
dimaksud dengan fitrah manusia adalah apa yang menjadi kejadian atau
bawaannya sejak lahir, atau dalam bahasa Melayu disebut dengan keadaan
semula jadi (Mubarok, 2003: 24). Al-Qur’an sendiri menyebut fitrah dengan
segala bentuk derivasinya sebanyak 20 kali (Al-Baqi, 1992). Berdasarkan
hasil pelacakan dan penghimpunan ayat-ayat tersebut, diperoleh makna
fitrah berarti ciptaan, perangai, tabiat, kejadian, asli, agama, ikhlas, dan
tauhid (Suriadi 2019). 7
Secara terminologi, beberapa pakar memberikan interpretasi fitrah
berdasarkan pada hadis Nabi saw.

Artinya:“Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah


seorang anak dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah, maka orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR Muslim)
(Al-Naisaburi, 2007: 2047).
6

Hadis tersebut mengindikasikan bahwa fitrah adalah kemampuan


sebagai pembawaan berupa potensi yang baik. Ayah dan ibu dalam hadis
tersebut adalah pendidik dan lingkungan yang keduanya sangat berpengaruh
dan menentukan perkembangan seseorang (Tafsir, 2015: 35; Langgulung,
1985: 215). 8 Kesimpulannya, manusia sejak awal kejadiannya, membawa
potensi beragama yang lurus, dan dipahami oleh ulama sebagai tauhid. 9

Ayat Al-Quran yang sesuai dengan Hadits diatas adalah Q.S.Al-A’raf


: 172

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan


anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?"
Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

Ayat di atas merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti hanif


(kecenderungan kepada kebaikan) yang dimiliki manusia karena terjadinya
proses persaksian sebelum digelar di muka bumi.persaksian ini merupakan
proses fitrah manusia yang selalu memiliki kebutuhan terhadap agama
7

(institusi yang menjelaskan tentang Tuhan), karena itu dalam pandangan ini
manusia dianggap sebagai makhluk religius. Ayat di atas juga menjadi dasar
bahwa manusia memiliki potensi baik sejak awal kelahirannya ia bukan
makhluk amoral tetapi memiliki potensi moral juga bukan makhluk yang
kosong seperti kertas putih sebagai mana yang dianut oleh para pengikut
teori tabula rasa. 10
Fitrah dalam arti potensi yaitu kelengkapan yang di berikan pada saat
di lahirkan ke dunia. Potensi yang di miliki manusia tersebut dapat di
kelompokan kepada 2 hal yaitu potensi fisik dan rohaniah. Potensi rohaniah
adalah akal, qalb dan nafsu. 11
Akal berfungsi sebagai pengikat atau integrator ketiga kesadaran yang
ada dalam diri manusia yaitu kognitif, afektif, konatif dan
menghubungkannya dengan qalb. Aql merupakan fungsi qalb seperti
dijelaskan dalam QS. Al-Hujarat ayat 7:

Artinya: “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada


Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan
benar-benarkah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan
kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu
serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan
8

kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang


lurus”. 12
Dalam pengertian Bahasa Indonesia, kata “akal” dimaknakan dengan:
(1) daya pikir (untuk memahami sesuatu dsb.), pikiran, ingatan. (2) jalan
atau cara melakukan sesuatu, ikhtiar, daya upaya. (3) tipu daya, muslihat,
kecerdikan, kelicikan (4) kemampuan melihat, cara memahami. Dalam
Bahasa arab akal berarti mengikat, mencapai, berlindung, berakal, berpikir,
mencegah atau menahan, berpikir, hati, paham. 13 Dalam tatanan kehidupan,
tidak kita sangsikan lagi bagaimana besarnya peranan akal. Para pembahas
di semua disiplin sependapat tentang eksistensi akal pada manusia adalah
sebagai instrumen terpenting, sekaligus sebagai jati diri dan pembeda dari
makhluk Allah lainnya. Al-Qur’an tidak mendefenisikan akal secara sarih,
namun dapat ditangkap maknanya ketika ia menerangkan tentang fungsi-
fungsi akal bagi manusia seperti untuk mengenal, mengkaji tentang diri,
alam dan Allah. Simpulannya, menurut al-Qur’an, akal bagi manusia itu
adalah jati dirinya. 14 Adalah suatu ideologi di kalangan ilmuwan yang
menyatakan bahwa seluruh bangunan dari ilmu pengetahuan manusia
merupakan produk dari aktivitas akal. Dengan dilengkapi oleh refleksi ayat-
ayat Tuhan, akal merupakan sebuah alat yang tepat untuk memahami
pengetahuan, menemukan formula baru dari sebuah pengetahuan dalam
bentuk wahyu verbal maupun non verbal. Sebagai khalifah dan abdullah,
manusia dituntut sebaik-baiknya untuk mempergunakan akal secara
proporsional dan profesional sehingga secara otomatis membedakan dirinya
dengan makhluk yang lainnya. 15 Apabila manusia memanfaatkan potensi
akalnya dengan sungguh-sungguh, ia akan dapat mengorbit menjadi
manusia pilihan dengan SDM yang berkualitas dan dengan jati diri terpuji di
16
sisi Allah swt.

Al-Qolb, kata qolb terambil dari kata yang bermakna “membalik”.


Karena seringkali ia berbolak-balik, terkadang senang terkadang susah,
kadangkala setuju, kadang kala menolak. Qolb amat berpotensi untuk tidak
konsisten. Al-Qu’ran pun menggambarkan demikian, ada yang baik ada
pula yang sebaliknya. Kalbu adalah wadah dari pengajaran, kasih sayang,
takut, dan keimanan. Dari sini dapatlah dipahami bahwa kalbu memang
menampung hal hal yang disadari oleh pemiliknya. Ini merupakan salah satu
9
perbedaan antara “Qolb dan Nafs”. Dengan demikian dapatlah dipahami
pula mengapa dituntut untuk dipertanggungjawabkan hanya isi kalbu bukan
isi nafs. 17
Hadis Rasulullah saw. dari Nu‘man bin Basyir r.a

Artinya: Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging.


Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula
seluruh jasad. Ingatlah bahwa ia adalah hati(HR Bukhari no. 52 dan
Muslim no. 1599).

Al-Qolb disini artinya adalah hati. hati merupakan alat yang


digunakan dalam proses perenungan dan berpikir untuk memahami segala
sesuatu dan menjawab setiap pertanyaan yang muncul (terutama mengenai
metafisik), di mana proses tersebut membuatnya semakin yakin dan
semakin dekat dengan Allah. Kaitannya dengan potensi hati (qalb), al-
Zamakhsyari dalam Ramayulis (2015: 292) menjelaskan bahwa qalb itu
diciptakan oleh Allah sesuai dengan fitrah asalnya dan kecenderungan
menerima kebenaran dari-Nya. Dari sisi ini, qalb merupakan bagian dari
manusia yang berfungsi sebagai pemandu, pengontrol, pengendali struktur
manusia yang lain sehingga membentuk karakter. Jika qalb berfungsi secara
normal maka karakter manusia akan baik dan sesuai dengan fitrah asalnya,
karena manusia memiliki natur ilahiyyah/rabbaniyyah (ketuhanan). Natur
10

ilahiyyah merupakan natur suprakesadaran yang terpancarkan dari Tuhan.


Dengan natur ini manusia tidak hanya mengenal lingkungan fisik,
melainkan juga mampu mengenal lingkungan spiritual, ketuhanan, dan
keagamaan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa qalb
(hati) bukanlah autentitas manusia. Namun qalb hanya alat atau potensi
yang diberikan oleh Allah yang perlu diarahkan dan dikembangkan menuju
penemuan esensi manusia itu sendiri. 18

Nafsu (bahasa Arab:al-hawa,dalam bahasa Indonesia sering disebut


hawa nafsu) adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk
mencapai keinginannya. Dorongan-dorongan ini sering disebut dengan
dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa mengenal baik dan
buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak
bebas. Dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan
yang lain. Kecenderungan nafsu yang bebas tersebut jika tidak terkendali
dapar menyebabkan manusia memasuki kondisi yang membahayakan
dirinya. Untuk mengendalikan nafsu manusia menggunakan akalnya
sehingga dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi kekuatan positif yang
menggerakkan manusia kearah tujuan yang jelas dan baik. Agar manusia
dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk
menunjukkan jalan yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali
oleh akal dan berada pada jalur yang ditunjukkan agama inilah yang disebut
an-nafs al-mutmainnahyang diungkapkan dalam Al-Qur’an Q.S. Al-Fajr
ayat 27-30:19
11

Artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan


hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-
hamba-Ku dan masuklah kedalam surga-Ku.”(Al-Fajr, 89: 27-30)

Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu


menjaga fitrah (hanif)-nya dan mampu mengelola dan memadukan potensi
akal, galbu, dan nafsunya secara harmonis. 20

2. Eksistensi dan Martabat Manusia

Eksistensi dan martabat manusia sangat berbeda dengan keberadaan


makhluk lainnya termasuk malaikat, karena memiliki berbagai kelebihan
berupa kemampuan berpikir, berdebat dan mempertanggungjawabkan
tindakannya. 21
12

Manusia sebagai mahluk pilihan Allah yang diangkat menjadi khalifah


di bumi dibekali dengan berbagai potensi keunggulan atas ala m semesta,
maka existensi manusia sebagai mahluk serba dimensi:22

a. Dimensi pertama–secara fisik manusia hampir sama dengan


binatang, butuh makan, minum, istirahat dan menikah supaya dapat
hidup, tumbuh dan berkembang biak.
b. Dimensi kedua–memiliki ilmu dan pengetahuan
c. Dimensi ketiga - kebajikan etis.
d. Dimensi keempat–keindahan/estetis.
e. Dimensi kelima–pemujaan dan pengkudusan.
f. Dimensi keenam–keserbabisaan–kemampuan intelek dan kehendak.
g. Dimensi ketujuh– mampu memahami ” konsep diri” dengan
kemampuan intelektualnya.
h. Dimensi kedelapan–pengembangan bakat, islam memberikan
perhatian secara seimbang baik fisik, material, spiritual; mental dan
emosional; sosial dan individual.
Keterpeliharaan para malaikat, itu karena sudah merupakan titah yang
mutlak, yang lebih rendah kualitasnya disbanding kebaikan manusia yang
lahir atas usaha yang bebas. Setiap kebajikan yang dikerjakan manusia
merupakan keunggulan yang tidak dimiliki oleh malaikat yang dikendalikan
itu. Dan setiap keburukan manusia dapat dihapus dengan taubat dan
introspeksi jiwa. Inilah hakikat kemanusiaan dan martabatnya yang tinggi
dan berhak menjadi kholifah di muka bumi. 23
Manusia diberi akal dan hati sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan Allah, berupa Al-Quran dengan ilmu manusia mampu
berbudaya, Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sebaik-baiknya
(QS At-Tin 95: 4). Manusia tetap bermartabat mulia kalau mereka sebagai
kholifah tetap hidup dengan ajaran Allah (QS Al-An’am 6: 165) oleh karena
itu manusia dilebihkan dari makhluk lainnya. Jika manusia hidup dengan
13

ilmu selain Allah,maka manusia tidak bermartabat lagi. Dalam keadaan


demikian manusia bermartabat rendah.(QS At-Tin 95: 5)24 Manusia yang
dapat mengoptimalkan existensinya akan sampai pada martabat insan kamil
( manusia yang sempurna )- Ulul Albab–penuh hikmah, kebijaksanaan dan
pengetahuan. Dengan karakteristik: takut hanya kepada Allah, banyak dzikir
dan fikir, mampu memilah/memilih yang baik dari yang buruk. Menuntut
ilmu dengan tekun dan menularkan ke orang lain dengan ikhlas, qiyamullail
bermunajat kepada Allahswt. 25

C. Kedudukan, Tujuan, Tugas dan Program Hidup Manusia

1. Kedudukan Manusia

Dalam hubungan dengan Tuhan manusia menempati posisi atau


kedudukan sebagai hamba, (‘abd) ciptaan. Dan Tuhan sebagai pencipta.
Kedudukan ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia
menghambakan diri kepada Allah, dan dilarang menghambakan atau
meyembah pada dirinya sendiri dan hawa nafsunya. Allah SWT
memerintahkan hambanya untuk berlaku adil dan ihsan. Oleh karena itu,
tanggung jawab Hamba Allah adalah menegakkan keadilan baik terhadap
diri sendiri maupun terhadap keluarga. Hamba Allah harus senantiasa
melaksanakan sholat, puasa Ramadhan, zakat apabila cukup haul dan nisab,
dan haji bila mampu. Maka dari itu Hamba Allah harus menjauhi larangan-
larangan Allah dan menjalankan perintah-perintah Allah. Kedudukan
manusia sebagai hamba hamba Allah sebagai bagian dari ummah yang
senantiasa berbuat kebaikan juga diperintah mengajak yang lain untuk
berbuat makruf dan mencegah kemungkaran (Q.S. Ali Imran : 103). 26
14
Allah SWT berfirman:

Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama)


Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah
kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah
mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi
bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk."

Manusia sebagai Khalifah dibumi. Nampak bahwa istilah khalifah


dalam bentuk mufrad (tunggal) yang berarti penguasa politik hanya
digunakan untuk nabi-nabi, yang dalam hal ini nabi Adam as. Dan tidak
digunakan untuk manusia pada umumnya.Sedangkan untuk manusia biasa
digunakan istilah khala’if yang didalamnya mempunyai arti yang lebih luas
yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam
berbagai bidang kehidupan. Dalam hubungan dengan pembicaraan dengan
kedudukan manusia dalam alam ini, nampaknya lebih cocok digunakan
istilah khala’if dari pada kata khalifah.Namun demikian yang terjadi dalam
penggunaan sehari-hari adalah bahwa manusia sebagai khalifah dimuka
bumi. Pendapat demikian memang tidak ada salahnya, karena dalam istilah
khala’if sudah terkandung makna istilah khalifah. Sebagai seorang khalifah
ia berfungsi menggantikan orang lain da menempati tempat serta
kedudukannya (Al-Razi, 1995). Ia menggantikan orang lain, menggantikan
kedudukannya, kepemimpinanya atau kekuasaannya.
15

Manusia diberi status yang terhormat yaitu sebagai khalifah Allah di


muka bumi, lengkap dengan kerangka dan program kerjanya. Secara
simbolis fungsi dan kerangka kerja itu dinyatakan Allah pada proses
penciptaan Adam as, sebagai mana difirmankan Allah swt dalam Q.S Al-
Baqarah/2:30, yang berarti, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorangkhalifah di muka bumi”. Ditambahkan pula pada Q.S. Huud/11:61),
yangberarti, “Dan sekaligus menugaskan manusia untuk memakmurkan
bumi.” Untuk menjalankan tugas-tugas yang dimaksudkan itu, agar dapat
berjalan dengan lancar, Allah swt., memberikan seperangkat perlengkapan
yang diperlukan manusia. Perlengkapan pertama dan utama adalah berupa
potensi tauhid (Q.S. Al-A’raf/7:172), yang berarti, “Dan (ingatlah) ketika
Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam
keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap roh mereka
(seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuahnmu?” Mereka menjawab,
“Betul (Engkau Tuhan Kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan yang
demikianitu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya
ketika itukami lengah terhadap ini.” dengan sinyalemen selanjutnya berupa
penyempurnaan bentuk kejadian dan penghembusan ruh (Q.S. Al-
Hijr/15:29), berarti, “Maka apabila Aku telah menyempurnakan
(kejadian)nya, dan Aku telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya,
maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Pernyataan Allah swt ini
menurut Langgulung dikutip oleh Al-Munawar (2005) mengisyaratkan akan
adanya sifat-sifat Tuhan (walaupun dalam kadar yang terbatas) pada diri
manusia. 27

Manusia sebagai khalifah Allah Manusia dibekali berbagai potensi


kekhalifahan antara lain:

1) Potensi tentang kebenaran sunnah Allah yang terdapat dalam alam


ciptanNya ( ayat-ayat kauniyah ).
16

2) Allah memberikan batasan-batasan normatif yang ada dalam


hukum-hukum syari’at ( ayat ayat Qur’aniyah ).
3) Allah memberikan wewenang dan kebebasan memilih dan
menentukan, sehingga melahirkan kreatifitas yang dinamis.
4) Potensi sosial dalam bentuk kemampuan membangun hubungan
dan interaksi dengan masyarakat dan lingkungannya.
5) Potensi ruhaniyah dalam bentuk kemampuan membangun
kedekatan dengan Allah melalui ritual peribadatan.

Tanggung jawab Manusia

1) Tanggung jawab Manusia sebagai hamba Allah


Bahwa segala proses pelaksanaan peribadatan manusia
kepada Allah akan dinilai apakah sudah sesuai dengan ketentuan
syari’ah dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.
2) Tanggung jawab Manusia sebagai khalifah Allah
Atas wewenang dan kebebasan yang diberikan oleh Allah
untuk mewakili memakmurkan bumi ini juga akan dinilai dan
dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. 28

Sebagai Mu’abbid, manusia dituntut tidak hanya semata-mata dalam


konteks ibadah wajib seperti shalat, puasa, zakat, dan lain sebagainya, tetapi
juga segala sesuatu aktivitas yang bernilai baik dalam kehidupannya yang
dilakukan dengan tujuan pendekatan diri pada penciptanya, Tuhan. Sebagi
khalifah, manusia bertugas untuk menata dunia sedemikian rupa sehingga
dapat menjadikan manusia hidup sejahtera, damai, sentosa dan bahagia.

2. Tujuan Manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan pada


penciptanya yaitu Allah. Penyembahan berarti kedudukan manusia pada
hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi, baik yang
menyangkut hubungan vertikal yaitu hubungan hubungan manusia dengan
17

Tuhan, serta hubungan horizontal yaitu hubungan manusia dengan alam


semesta. Penyembahan yang sempurna dari seseorang manusia adalah
menjadikan dirinya sebagai khalifah Allah di muka bumi dalam mengelola
kehidupan alam semesta. Keseimbangan alam dapat terjadi dengan hukum-
hukum Allah yang kokoh. Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat
terjaga dengan tegaknya hukum-hukum kemanusiaan yang telah Allah
tetapkan. Kekacauan kehidupan manusia tidak sekedar akan menghancurkan
tatanan kehidupan manusia,tetapi juga dapat menghancurkan bagian-bagian
alam semesta yang lain. 29

Manusia diciptakan agar menyembah kepada Allah baikMahdloh


ataupunGhoiru Mahdloh.Sesuai dengan potensi dan keunggulan manusia
dibanding makhluk ciptaan yang lain dengan segala kesempurnaannya maka
fungsi dan peran di dunia ini adalah sebagai Abdun atau hamba san sebagai
khalifah yang ditugaskan untuk memakmurkan bumi. 30

Manusia diberi kelebihan oleh Tuhsan dibanding dengan makhluk


yang lainnya. Kelebihan itu baik pada bentuk jasmani, maupun pada
struktur rohaninya. Struktur jasmani yang terdiri dari beberapa panca indera
dapat berguna menerima pengetahuan dan menjadilah yang disebut
pengetahuan empiris. Pancaindera terdiri dari mata, telinga, hidung, kulit
dan alat pengecap juga makhluk lain dimilikinya, tetapi tidak dapat
menangkap pengetahuan melalui pancainderanya, hanya manusia yang
dapat menangkap pengetahuan empiris. Sedangkan struktur rohaninya lebih
menakjubkan lagi, karena memiliki daya yakni daya rohani, daya kalbu,
daya akal dan daya hidup. 31
18

3. Tugas Manusia

Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas


kehalifahan, yaitu tugas kepemimpinan. Wakil Allah di muka bumi, serta
pengelolahan dan pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti
yang memegang kekuasaan. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengelola serta
mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah,
sehingga kebebasan manusia dengan kekhalifahannya merupakan
implementasi dari ketundukan dan ketaatan. Ia tidak tunduk kepada
siapapun kecuali kepada Allah SWT. Kekuasaan manusia sebagai wakil
allah dibatasi oleh aturan aturan dan ketentuan yang telah digariskan oleh
yang diwakilinya yaitu hukum hukum allah baik yang tertulis dalam kitab
suci (al-qur’an) 32

Berpedoman pada al baqarah ayat 30–36 status dasar manusia yang


di pelopori adam adalah sebagai khalifah. Jika khalifah diartikan sebagai
mahluk penerus ajaran ajaran Allah, maka tugas / peran yang dilakukan
adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus menjadi pelopor dalam
membudayakan ajaran allah, yaitu :

a. Belajar
Menuntut ilmu sangatlah di perintahkan dalam islam, sehingga
bagi tiap orang islam hal itu merupakan kewajiban keagamaan yang
tidak boleh diabaikan. Di suratAl–Alaqayat 1–5
19

Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar
(manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
SuratAl - Alaqwahyu pertama yang turun. Dalam wahyu
pertama ini manusia diperintahkan untuk membaca, disamping juga
telah dibicarakan soal ilmu dan peranan pena sebagai alat tulis
menulis dalam proses belajar mengajar 33.
Diakui oleh Islam, ilmu adalah sesuatu yang sangat penting bagi
manusia, tidak saja dalam kehidupannya di dunia, tetapi juga dalam
kehidupannya di akhirat. Karena itu, sabda Nabi, “Siapa
menginginkan dunia, wajib ia mempunyai ilmu. Siapa menginginkan
akhirat, wajib ia mempunyai ilmu. Dan siapa menginginkan dunia
akhirat kedua-duanya, wajib juga ia mempunyai ilmu.” 34
b. Mengajarkan ilmu
20

Ilmu yang di ajarkan oleh khalifatullah bukan hanya ilmu yang


di karang manusia saja tetapi juga ilmu allah. Kalau mengajarkan
sains yang di karang manusia, ia tak lupa memperhatikan ilmu allah.
Pengertian ilmu allah adalah al– qur’an . al–quran sendiri
merupakan aturan hidup manusia serta hal hal yang berhubungan
dengan manusia. Mengarjarkan al– qur’an berarti mengajarkan hidup
dan kehidupan menurut allah, pencipta manusia dan alam semesta. 35
c. Membudayakan ilmu
Ilmu Allah yang telah diketahui bukan hanya untuk disampaikan
kepada orang lain tetapi yang utama adalah untuk diamalkan oleh diri
sendiri terlebih dahulu contoh yang diberikan Nabi SAW adalah
setelah diri dan keluarganya kemudian teman dekatnya dan baru
kemudian orang lain proses pembudayaan ilmu Allah berjalan seperti
proses pembentukan kepribadian dan proses iman. Tahu mau dan
melakukan apa yang diketahui . Tahu bermula dari perkenalan, Mau
bermula dari studi ,dan melakukan bermula dari latihan wujud
pembudayaan ilmu Allah adalah tercapainya situasi polahidup dan
kehidupan sebagaimana dicontohkan Nabi SAW. Sunnah Rosull
merupakan contoh perwujudan pembudayaan ilmu 36.
Memperhatikan prinsip diatas sebagai seorang Khalifah apa
yang dilakukan tidak boleh untuk kepentingan pribadi saja dan tidak
bertanggung jawab pada diri sendiri saja serta pertanggung jawabanya
pada 3 instansi yaitu :
1. Pertanggungjawaban pada diri sendiri
a) Memelihara dan menjaga badan/jasmani sehinggatetap sehat,
karena pada badan yang sehat itu terdapat akal (jiwa) yang
sehat. Dalam pepatah kata “al-‘aqlu al-salim fi al-jismi al-
salim”
21

b) Memelihara dan mempertahankan agamanya, sehingga


mendapat keridhaan Allah, keselamatan dan kebahagiaan dunia
dan akhirat. Allah berfirman:

Artinya :“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah


kamu semua kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya
dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.” (QS
Ali Imron: 102)
c) Membiasakan dan melatih diri untuk melakukan perbuatan yang
sesuai dengan agama, sehingga akan memperoleh keutamaan
dan kebahagian dalam hidupnya. Allah berfirman: “Barangsiapa
yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”
2. Pertanggungjawaban pada Masyarakat
Islam tidak membebaskan manusia dari tugas dan kewajiban
serta tanggung jawabnya tentang apa yang berlaku pada
masyarakatnya dan apa yang terjadi di sekelilingnya atau yang
terjadi dari orang lain. Terutama jika orang lain itu termasuk orang
yang berada di bawah perintah dan pengawasannya seperti istri,
anak dan lain-lain. Tugas dan kewajiban manusia terhadap orang
lain atau masyarakat, antara lain berbuat baik, saling tolong-
menolong (menjaga keutuhan masyarakat) dan amar makruf nahi
munkar. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:
22

Artinya :“ Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu


melanggar syiar-syiar kesucian Allah, dan jangan (melanggar
kehormatan) bulan-bulan haram, jangan (mengganggu) hadyu (hewan-
hewan kurban) dan qala'id (hewan-hewan kurban yang diberi tanda),
dan jangan (pula) mengganggu orang-orang yang mengunjungi
Baitulharam; mereka mencari karunia dan keridaan Tuhannya. Tetapi
apabila kamu telah menyelesaikan ihram, maka bolehlah kamu berburu.
Jangan sampai kebencian(mu) kepada suatu kaum karena mereka
menghalang-halangimu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat
melampaui batas (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh,
Allah sangat berat siksaan-Nya.” (QS Al-Maidah [5]: 2)37
3. Pertanggungjawaban pada Allah
Secara praktis ada beberapa tugas dan kewajiban manusia
terhadap Allah SWT, antara lain mentauhidkan, takut, cinta
kepada-Nya, ridha terhadap qadha’ dan qadar-Nya, bertaubat,
bersyukur, tawakkal, berdo’a, taat dan patuh pada-Nya, berpegang
teguh kepada kitab suciNya dan sunnah nabi-Nya, dzikir, sabar,
malu dan sebagainya. Beberapa sifat yang telah disebutkan tadi
23

ialah dalam kerangka takwa kepada-Nya, yakni menjalankan semua


yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.
Dalam hal ini Allah SWT, berfirman antara lain sebagai
berikut:

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan:


Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmatKu),
maka pasti adzabKu sangat berat.”(QS Ibrahim [14]:7)

Dengan Menyadari adanya pertanggung jawaban pada 3


instansi . Karena seorang Khalifah ia tetap harus mempelihara
kepercayaan yang diberikan kepadanya.

4. Program Hidup Manusia

Tujuan hidup seperti yang telah dirumuskan diatas harus disertai


dengan program yang terperinci agar benar-benar mencapai sasaranya.
Tujuan tersebut tidak akan tercapai jika dalam menentukan program tidak
berlandaskan pada sumber, dari rumusan tersebut program hidup manusia
harus sejalan dengan tujuan dan bentuk program yang berasal dari Al-
Qur’an Sebagai wahyu ditambah dengan sunnah Nabi sebagai perwujudan
realiasasi ajaran Allah keduanya merupakan tuntunan dari program hidup
bagi orang beriman. Dengan perkataan lain program hidup manusia tidaklah
didasarkan atas kehendak sendiri, tetapi di dasarkan atas kehendak
penciptanya . program hidup manusia di tuangkan dalam bentuk yang
disebut syariah 38
24

Syari’ah, arti bahasanya jalan, sedangkan arti istilahnya ialah


peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan tiga pihak:
Tuhan, sesama manusia, dan alam seluruhnya 39 . Syari’ah disini termasuk
pengertian tentang bagaimana seseorang melakukan tugas pribadinya
kepada Allah. Peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan disebut Ibadah, dan yang mengatur hubungan manusia dengan
sesama manusia dan alam seluruhnya disebut Mu’amalah. Semua ibadah,
baik yang ritual maupun yang non ritual hendaknya didasarkan kepada
syari’ah tidaklah benar suatu iabdah dilakukan tanpa berdasarkan syari’ah
dan demikian dalam istilah lain sering disebut bid’ah atau membuat cara
baru yang hendak diajarkan realisasi pengabdian yang benar adalah yang
dilakukan dengan cara yang telat diajarkan oleh Allah. 40

Syari’ah Memiliki Ciri-Ciri sebagi berikut

1. Benar dan adil untuk seluruh makhluk


2. Lues mendasar sesuai dengan sifat dan fitrah manusia seta cocok
untuk segala tempat dan zaman
3. Menjangau segala aspek kehidupan manusia baik pribadi keluarga
masyaraat dan negara
4. Konsisten, Tidak mungkin ada pertentangan satu sama lainya
25

BAB III KESIMPULAN

A. Hakikat Manusia

Manusia adalah makhluk yang berakal budi. Dalam Al-Quran juga telah
dijelaskan bahwa peran manusia adalah sebagai hamba sekaliguskholifatul
ardhiyang akan mengelola bumi ini. Pada hakikatnya manusia terdiri dari
jasmani dan rohani, karena memang jasmani manusia terdiri dari komponen
yang dikandung di dalam tanah. Selain itu, Roh adalah unsur non-materi yang
ada dalam jasad yang dicitakan Tuhan sebagai penanda kehidupan. Jiwa atau
nafs yang tumbuh dan berkembang selama hidup di dunia. Jiwa ini bisa
menggiring kita kearah yang hina atau mungkar, tetapi dengan jiwa yang kuat
kita dapat menghalaunya.

B. Fitrah, Eksistensi dan Martabat Manusia

Fitrah manusia adalah kejadiannya sejak semula atau bawaan sejak


lahirnya. Manusia sejak awal kejadiannya, membawa potensi agama yang
lurus. Eksistensi/ keberadaan manusia di muka bumi ini adalah sebagai
kholifah karena memiliki berbagai kelebihan berupa kemampuan berpikir,
berdebat dan mempertanggungawabkan tindakannya. Manusia dikatakan
bermartabat mulia jika mereka sebagi kholifah tetap hidup dengan ajaran
Allah. Sebaliknya, jika manusia hidup dengan ilmu selain Allah, maka manusia
tidak bermartabat lagi.

C. Kedudukan, Tujuan, Tugas dan Program Hidup Manusia

Kedudukan manusia dimuka bumi ini adalah sebagai hamba (abd')


ciptaan. Yang artinya manusia harus menghambakan diri pada Allah. Harus
menjauhi larangan-Nya dan menjalankan perintah-Nya. Manusia merupakan
makhluk Allah yang paling sempurna. Tujuan penciptaan manusia adalah
sebagai Khalifah atau pemimpin dimuka bumi yang bertugas mengelola dan
menjaga kehidupan alam semesta. Sebagai pemimpin yang mampu
menegakkan keadilan dan mensejahterakan rakyat, memakmurkan dan
mensejahterakan bumi.
26

Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas ke


khalifahan . khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan
yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif , yang memungkinkan dirinya
mengelola serta mendayagunakan apa yang ada dimuka bumi untuk
kepentingan hidupnya. semua tujuan hidup manusia berpedoman pada al quran
sebagai wahyu dari allah ditambah dengan sunnah nabi sebagai perwujudan
realisasi ajaran Allah. keduanya merupakan tutunan dari program hidup bagi
orang beriman. program hidup manusia dituangkan dalam bentuk yang di sebut
syari'ah. Syari'ah ialah peraturan yang di ciptakan allah agar manusia
berpegang kepada-Nya
27

DAFTAR PUSTAKA

1. KBBI Daring. Dikutip 27 September 2019 .https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/manusia


2. Dr. Mardani. 2017.Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Depok: Kencana.
3. Zaini, Mukhtar.Pendidikan Agama Islam. Jember: LPPM IKIP PGRI Jember Press
4. Azra, Azyumardi dkk. 2002.Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.
5. Nawawi, Hadari. 1993.Hakekat Manusia Menurut Islam. Surabaya: Al- Ikhlas.
6. Zakiah dkk. 2015.Buku Ajar Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum.CV.
Putra Maharatu
7. Syafe’i, Isop. Hakikat Manusia Menurut Islam.
8. Yusuf, h. Burhanuddin. Akal dalam Al-Qur’an.
9. Tim Dosen Pendidikan Agama Islam UNIVERSITAS GAJAHMADA YOGYAKARTA. 2018.
Buku Teks Untuk Perguruan Tinggi Umum Berdasarkan Kurikulum Tahun 2002.
10. Burga, Muhammad Alqodri.Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Pedagogik.
11. Al-MUSANNIF: Journal of Islamic Education and Teacher Training. 1 (1).
12. Muhtadin. 2016.Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi.
Jakarta:Mandala Nasional.
13. Nuryamin. 2017.Kedudukan Manusia Di Dunia (Perspektif Filsafat Pendidikan Islam),
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai