Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Proses Kejadian Manusia

Disusun oleh :
1. Ilham Nur Alfian Hasym
2. Meillyansyah
3. Shena Hashila Syofa

Sekolah Tinggi Kesehatan IKIFA


Tahun Ajaran
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehairat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas
segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentu mupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalama kami, kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat megharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, September 2023

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Proses penciptaan manusia menurut al-Qur’an tidak terlepas dari kata ja’ala,
khalaqa dan ansya’a. Kata ja’ala yang berarti menjadikan, artinya Allah menciptakan
manusia dari tidak ada menjadi ada, seperti Allah menciptakan Adam dari tanah. Kata
khalaqa, yang berarti mencipta, Allah mencipta dari yang sudah ada seperti nutfah
berproses menjadi ‘alaqah, mudghah, ‘idham, dan lahm. Kata ansya’a yang berarti
menjadikan sesuatu yang berproses dalam bentuk baru, seperti Allah menjadikan proses
yang ada pada kata khalaqa menjadi makhluk dalam bentuk lain yitu embrio. Hal-hal
yang telah dijelaskan al-Qur’an diperkuat oleh al-hadis, bahkan al-Hadis menjelaskan
setelah janin berumur 4 bulan Allah meniupkan ruh, menetapkan jodoh, nasib dan
matinya. Proses penciptaan manusia seperti yang telah dijelaskan alQur’an dan al-
Hadis dibuktikan oleh para ahli termasuk ahli kedokteran atau medis, yaitu
percampuran sperma dengan ovum akan terjadi pembuahan yang kemudian akan
berproses seperti yang dijelaskan al-Qur’an. Keberadaan jasmani sangat penting bagi
rohani manusia, sebab tanpa adanya jasmani manusia tidak dikatakan hidup tapi mati.
Dengan demikian pemeliharaan jasmani manusia sangat diharapkan jika rohani
manusia akan nyaman. Agar supaya jasmai manusia dapat berkembang dengan baik
diperlukan pemeliharaan yang baik.

Sangat sulit mendapatkan pengetahuan yang komprehensif saat membahas


tentang manusia, karena manusia adalah makhluk Allah yang sangat kompleks. Bukan
hanya struktur tubuhnya, tetapi juga masalah yang dihadapi cukup kompleks. Mendidik
manusia bukan hanya sekedar mendidik, teapi harus mengetahui hakikat dari manusia
itu. Keterbatasan pengetahuan manusia tentang dirinya disebabkan karena perhatian
manusia hanya tertuju pada alam materi. Pengetahuan tentang manusia disebabkan
karena manusia adalah salah satu makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat
roh ilahi sedangkan manusia tidak diberi pengetahuan tentang roh kecuali sedikit.
Seorang manusia menampakkan dirinya sebagai manusia jika ia menggunakan akalnya
dalam segala hal. Akal adalah segala aspek penting dalam hakikat manusia.
Manusia lahir dengan potensi kodratnya berupa cipta, rasa dan karsa. Cipta
adalah kemampuan spritual yang secara khusus mempersoalkan nilai kebenaran. Rasa
adalah kemampuan spritual yang secara khusus mempersoalkan nilai keindahan.
Sedangkan karsa adalah kemampuan spritual, yang secara khusus mempersoalkan nilai
kebaikan. Dengan ketiga potensi itu manusia selalu mendorong untuk ingin tahu dan
bukan mendapatkan nilai-nilai kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang terkandung
dalam segala sesuatu yang ada. Manusia dalam Pandangan Islam adalah makhluk yang
diberikan amanah oleh Allah swt dan wajib ditunaikan. Manusia juga memiliki
berbagai macam karakter, yang dengan karakter tersebut, antara yang satu dengan yang
lainnya menjadi kelebihan sekaligus kekurangannya. Sementara potensi yang dimiliki
oleh manusia telah ada sejak ia lahir, sehingga potensi yang baik harus ditumbuhkan
dan dipelihara.

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manusia dicipatakan dari unsur Rohani dan jasmani?
2. Apakah taraf hidup manusia berbeda-beda?
3. Mengapai manusia diciptakan berbeda-beda?
4. Bagaimana mengimpletasikan budaya toleransi dan bermanfaat bagi manusia?

3. Tujuan
1. Agar mengetahui penjelasan penciptaan manusia
2. Agar bisa memahami taraf hidup
3. Untuk mengetahui perbedaaan yang diberikan oleh ALLAH SWT.
4. Untuk mengetahui budaya toleransi dan manfaat pada sesame manusia
o
BAB II

PEMBAHASAN
2.1. Menulusuri penciptaan manusia secara jasmani dan rohani

1. Penciptaan manusia secara jasmani menurut al-Qur’an

Al-Qur’an menguraikan tentang kejadian manusia dalam dua tahap. Tahap


pertama adalah tentang kejadian manusia pertama. Dan tahap kedua tentang kejadian
manusia keturunan dari manusia pertama tadi. Tentang kejadian manusia pertama al-
Qur’an menjelaskan,

Pertama, permulaannya dijadikan Allah seorang manusia (Adam), setelah itu


baru dijadikan Allah istrinya (Siti Hawa) dari bahan yang sama. Dari kedua manusia
inilah dikembangbiakkan keturunannya yang amat banyak.

‫ٰٓيَاُّيَها الَّناُس اَّتُقْو ا َرَّبُك ُم اَّلِذْي َخ َلَقُك ْم ِّم ْن َّنْفٍس َّو اِح َد ٍة َّو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َج َها َو َبَّث ِم ْنُهَم ا‬
‫ِرَج ااًل َك ِثْيًر ا َّوِنَس ۤا ًء ۚ َو اَّتُقوا َهّٰللا اَّلِذْي َتَس ۤا َء ُلْو َن ِبٖه َو اَاْلْر َح اَم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقْيًبا‬.

“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu


dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)-
nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang
banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasimu. (QS, al-Nisa’, 4: 1)

Kedua, yang mula-mula di jadikan Allah ini adalah jasadnya, yang


dijadikannya daripada tanah.
‫ٰۤل‬
‫واذ قا ل ربك للملئكة اني خالق بشرا من صلصا ل من حمأ مسنونَو ِاْذ َقاَل َر ُّبَك ِلْلَم ِٕىَك ِة‬
‫ِاِّنْي َخ اِلٌۢق َبَش ًر ا ِّم ْن َص ْلَص اٍل ِّم ْن َح َم ٍا َّم ْس ُنْو ٍۚن‬

.” Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sungguh,


Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang
diberi bentuk. (QS Al-Hijr,15: 28).
Ketiga, setelah kejadian jasad ini sempurna barulah ditiupkan oleh Allah ke
dalamnya ruh ciptaaan-Nya

‫َفِاَذ ا َسَّو ْيُتٗه َو َنَفْخ ُت ِفْيِه ِم ْن ُّر ْو ِح ْي َفَقُعْو ا َلٗه ٰس ِج ِد ْيَن‬

Maka apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)nya, dan Aku telah


meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud.”QS Al-Hijr, 15: 29)

Adapun tentang kejadian manusia keturunan manusia pertama, al-Qur’an


menjelaskan, pertama, keturunan manusia pertama ini dijadikan Allah dari air mani.
Kedua, air yang dijelaskan al-Qur’an adalah air mani yang memancar dan bercampur
dari pihak laki-laki. Tampaknya unsur “campuran” (amsyaz) yang dikatakan al-
Qur’anitulah yang menentukan. Al-Qur’an lebih jauh mengatakan bahwa sperma yang
subur bagian dari air yang mencucur itu.

Ketiga, menurut informasi al-Qur’an, bahwa sel yang akan jadi manusia
disimpan dalam suatu tempat (qarar), yaitu di sekitar daerah kandungan ibu. Tempat ini
merupakan tempat yang aman, yaitu tempat yang stabil dan serasi. Qarar yang disebut
al-Qur’an, sudah barang tentu menunjukkan tempat dimana anak manusia bisa
berkembang, yaitu kandungan. Dalam kandungan ini anak akan berkembang dengan
baik dan sempurna sampai nanti lahir ke dunia.

Keempat, perkembangan di dalam rahim ibunya berlangsung secara bertahap,


yaitu air mani menjadi segumpal darah, darah ini menjadi sekerat daging, daging itu
oleh Allah SWT dijadikan tulang, tulang itu dibalut dengan daging lagi, sesudah itu
terbentuklah makhluk yang lain sifatnya dari yang diproses tadi, yaitu manusia.

Kelima, setelah sampai pada waktunya manusia yang ada dalam rahim ibunya
akan lahir sebagai bayi. Bila diilustrasikan secara singkat, proses perkembangan
jasmani manusia dalam rahim, hingga lahirnya manusia menurut QS. alMuminun, 23:
12-14, al-Hajj, 22: 5 dan al-Mu’min, 40 : 67, adalah sebagai berikut: (1) Benih
(ovarium, female nucleus) yang berasal dari sari pati tanah. (2). Sperma
(spermatozoon)yang berasal dari sari patitanah. (3). Benih (ovarium) dan spermatozoon
dalam rahim, mengalami pembuahan. (4). Menjadi segumpal darah (‘alaqah). (5).
Menjadi segumpal daging (mudhghah). (6). Menjadi tulang belulang . (7). Menjadi
tulang belulang yang dibungkus dengan daging dan ruh ditiupkan. (8). Menjadi
makhluk hidup (bayi). (9). Menanti saat kelahiran.

Mencermati proses kejadian jasmani manusia menurut alQur’an, memunculkan


penolakan terhadap teori Darwin, yang menyatakan bahwa manusia bukan saja dekat
kepada binatang mengenai bangunan fisiknya, melainkan juga berasal dari binatang.
Teori Darwin ini tertolak dengan pernyataan al-Qur’an mengenai proses penciptaan
manusia pertama, yaitu Adam yang jasmaninya diciptakan dari tanah. Adapun proses
kejadian jasmani manusia yang kedua menurutal-Qur’an, yang merupakan keturunan
dari manusia pertama, apabila dibandingkan dengan teori ilmiah menurut para ahli
dalam Islam yang akan dijelaskan kemudian. Sebenarnya tidak jauh berbeda. Perbedaan
yang cukup tajam hanya terletak pada penitipan ruh ke dalam janin, yang disebut al-
Qur’an. Dengan demikian walaupun yang dibicarakan proses kejadian manusia, tetapi
al-Qur’an senantiasa mengikutsertakan ruh.

2. Pengertian unsur Rohani dalam manusia


Sejak dulu, manusia cenderung membedakan antara unsur materialnya yang
tercermin dalam jasad dan unsur spiritualnya yang tercermin dalam ruh. Hidup dan mati
selalu dikaitkan dengan adanya ruh yang memberinya hidup. Makruh bisa berarti nafs
(jiwa), karena ia (jiwa) tak bisa berlangsung tanpa adanya ruh. Al-Qur’an membedakan
ruh dan nafs (jiwa),sehingga di dalam al-Qur’an kata ruh dan nafs bukan merupakan
sinonim, melainkan keduanya mempunyai arti yang berbeda. Al-Qur’an menyebukan
kata ruh sebanyak 21 kali. Kata ruh antara lain menunjukan arti pembawa wahyu, yaitu
malaikat Jibril, ruh berarti rahasia Tuhan yang bisa menjadikan manusia sebagai
sesuatu yang hidup, ruh juga berarti rahasia Tuhan yang diberikan kepada wanita
pilihan, Maryam, hingga ia mengandung janin yang hidup, dan ruh merupakan urusan
Allah. Kata ( ‫ النفس‬al-nafs) dalam bentuk tunggal (mufrad) disebut alQur’an sebanyak
116 kali, dalam bentuk jamak (jama’) yaitu ‫( نفوس‬nufus) sebanyak 2 kali, dan kata ‫)أنفس‬
anfus) sebanyak 153 kali. Semuanya memiliki pengertian zat secara umum, dengan dua
unsur material dan immaterialnya, yang –tentu saja– bisa mati dan terbunuh. dengan
kemutlakan seperti ini, maka kata ‫ )النفس‬al-anfs) bukan sinonim dari kata ‫ )الروح‬al-ruh)
yang mengandung arti rahasia hidup, tetapi juga tidak sama artinya dengan kata ‫)الجسد‬
al-jasad). Barangkali lebih dekat artinya dengan hati (jiwa) unsur immaterial (maknawi)
dari manusia.
Sedangkan kata ‫ )الجسد‬al-jasad) atau ‫ )الجسم‬al-jism) tidak disebutkan al-Qur’an
untuk memberikan balasan dan perhitungan amal. Kata al-jasad hanya disebut 4 kali
dalam arti gambar dan bentuk. Sebagaimana kata ‫ )الجسم‬al-jism) disebut hanya dua kali.
Sekali dalam bentuk mufrad, dalam cerita tentang Thalut, dan lainnya dalam bentuk
jamak tentang orang-orang munafik. Seakan Allah menghindari penggunaan kata al-
jasad dan al-jism untuk membicarakan tentang akhirat, karenan ingin membuktikan
bahwa pahala dan siksa di akhirat tidak berkaitan dengan jasad saja, melainkan juga
berkaitan dengan jiwa (al-nafs).

Setiap manusia akan mengalami suatu ketentuan taswiah (kesempurnaan), dan


bentuk tubuh serta tiupan (ruh) dalam jenis Adam, itulah yang selalu akan terulang
dalam rahim setiap insan. Jadilah manusia sempurna dan terbentuk, kemudian tiupan
Rabbaniyah akan masuk ketika kita sudah siap untuk menerimanya, itu terjadi pada
bulan ketiga dari kehidupan janin. Ibnu Sina menerangkan, bahwa jiwa (alnafs) atau
ruh (al-ruh) turun dari alam transeden menuju jasad lalu memberinya hidup, meskipun
dia sendiri -jiwa atau ruh– sebenarnya tersiksa di penjara dalam sangkar jasad.

Dari sini nampak ada bukti kuat, bertempatnya jiwa ke dalam badan, yang
mengakibatkan ada hubungan timbal balik antara keduanya.

Untuk menjelaskan persatuan jiwa dengan badan ini, lebih jauh dapat berpegang
pada analogi arus listrik dari dua unsur yang satu sama lain berbeda, menghasilkan
produk baru yang membedakan unsur dasar kedua unsur tersebut. Tingkah laku
manusia merupakan hasil dari interaksi antara jiwa dengan badan. Sungguhpun manusia
mempunyai jiwa dan badan, belum dapat dipandang sebagai suatu kepribadian yang
integral. Tingkah laku lahir tidak dapat dikatakan sebagai singgungan belaka dengan
jiwa dan badan. Shalat atau haji yang dianggap sebagai suatu hal yang bersfiat
rohaniah, tidak dapat dipenuhi tanpa adanya partisipasi badan dalam bentuk tertentu.
Pada sisi lain, pemenuhnan kebutuhan biologis tidak menempatkan diri pada
keterpisahan ruh.

Al-Qur’an menginformasikan, bahwa ruh dan jasad adalah dua esensi pokok, dan
dengan keduanya itu manusia hidup, yang satu tak mungkin terpisah dari yang lain.
Oleh karenanya, orang yang beriman kepada kitab suci al-Qur’an tidak boleh
meremehkan kewajibanya terhadap jasad dalam unsahanya memenuhi kewajiban
terhadap ruh. Sebaliknya, ia tidak boleh meremehkan kewajibannya terhadap ruh dalam
usaha memenuhi kewajiban terhadap jasad. Sikap berlebihlebihan dalam usaha
memuaskan kebutuhan jasad dan ruh adalah sikap yang tidak terpuji. Segala sesuatunya
harus memperoleh keridhaan Allah.

Dalam al-Qur’an, manusia adalah utuh, tak terpisahkan antara jasad dan ruhnya,
mental dan fisiknya, demikkian pula tidak terpisahkan antara urusan keduniaan dan
keakhiratannnya. Dalam hal aqidah pun manusia tidak terpisahkan antara lahir dan
batinnya, antara kenyataan dan kegaibannya. Sebab aqidah itu sendiri adalah
kepercayaan kepada satu hidayah yang dapat memperbaiki antara ruh dan jasad, tanpa
melebih-lebihan dan tanpa penyelewengan dari jalan yang lurus.

Di sini nampak jelas keterkaitan antara ruh dan jasad, keduanya saling
membutuhkan dalam berinteraksi dan harus diperlakukan seimbang dalam hal
memenuhi kebutuhannya. Ada hubungan yang erat antara jiwa dan badan yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Bila badan ditimpa penyakit, jiwa ikut susah, demikian
pula sebaliknya. Pengalaman di lapangan kedokteran membutktikan bahwa seringkali
keluhan disebabkan jiwa. Misalnya berupa kejengkelan, kekecewaan, perasaan
bersalah, perasaan berdosa, bersedih, putus asa dan lain sebagainnya.

2.2 Menulusuri perbedaan taraf hidup


Kesejahteraan merupakan sesuatu yang bersifat subjektif, sehingga ukuran
kesejahteraan bagi setiap individu atau keluarga berbeda satu sama lain. Tetapi pada
prinsipnya kesejahteraan berkaitan erat dengan kebutuhan dasar. Apabila kita lihat
dalam Al-Qur’an indikator kesejahteraan dari masa ke masa hingga saat ini tidak
mengalami perubahan. Al-Qur’an telah menyinggung indikator kesejahteraan dalam
banyak surat di antaranya: Surat Quraisy ayat 3-4, “Maka hendaklah mereka
menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka’bah). yang telah memberikan makanan
kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa
takut”(Kementerian Agama RI, 2015, hlm. 602) berdasarkan ayat di atas, maka kita
dapat melihat bahwa indikator kesejahteraan ada tiga, yaitu: (1) Menyembah Tuhan
(pemilik) Ka’bah, (2) Menghilangkan lapar dan (3) Menghilangkan rasa takut.(Ismail,
2012, hlm. 390)

Al-Qur’an juga menyinggung tentang kesejahteraan yang terdapat pada surat An-
Nahl ayat 97 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang Telah mereka kerjakan”.(Kementerian Agama RI,
2015, hlm. 278) yang dimaksud dengan kehidupan yang baik pada ayat di atas adalah
memperoleh rizki yang halal dan baik, ada juga pendapat yang mengatakan kehidupan
yang baik adalah beribadah kepada Allah disertai memakan dengan rizki yang halal dan
memiliki sifat qana’ah, ada pendapat lain yang mengatakan kehidupan yang baik adalah
hari demi hari selalu mendapat rizki dari Allah Swt. Menurut Al-Jurjani, rizki adalah
segala yang diberikan oleh Allah Swt. Kepada hewan untuk diambil manfaatnya baik
itu rizki halal maupun haram. (Ismail, 2012, hlm. 390–394)

Selanjutnya Ayat ke-20 dari Surat Al-hadid juga dijadikan sebagai rujukan bagi
kesejahteraan masyarakat, yang artinya “Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan
dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-
megah antara kamu serta berbanggabanggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti
hujan yang tanamtanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning Kemudian menjadi hancur. dan di
akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaanNya. dan
kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”.(Kementerian
Agama RI, 2015, hlm. 540) Kita juga mengetahui bahwa berlomba-lomba dalam hal
kemewahan duniawi dapat menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan
kebinasaan, seperti yang terdapat dalam Surat At-Takatsur ayat 1-2 yang artinya
“Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur”
(Ismail, 2012, hlm. 394)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa aspek-aspek yang sering dijadikan
indikator kesejahteraan seperti tingkat pendapatan (besarnya kekayaan), kepadatan
penduduk (jumlah anak), perumahan, dan lain-lain bisa menipu seseorang jika tidak
diiringi dengan pembangunan mental atau moral yang berorientasi pada nilai-nilai
ketuhanan. yang pada gilirannya manusia dikhawatirkan akan terjebak pada persaingan
kemewahan duniawi yang serba hedonis dan materialistik, dengan demikian
penanaman tauhid (pembentukan moral dan mental) merupakan indikator utama bagi
kesejahteraan.(Sodiq, 2015, hlm. 394)

kesejahteraan masyarakat yaitu seseorang/kelompok yang hidupnya tidak ada rasa


takut dan tidak pula bersedih. Rasa takut ialah kegoncangan hati menyangkut sesuatu
yang negatif di masa akan datang, sedangkan bersedih ialah kegelisahan menyangkut
sesuatu yang negatif yang pernah terjadi. Untuk mencapai hal tersebut, Allah telah
memerintahkan beberapa hal dalam QS al-An’am 82, al-A’raf 96 dan an-Nūr 55 sebagai
berikut;

Beriman dan tidak Dzalim Iman

menurut batasan syara’ ialah memadukan ucapan dengan pengakuan hati dan
perilaku. Dengan lain perkataan mengikrarkan dengan lidah akan kebenaran Islam,
membenarkan yang diikrarkan itu dengan hati dan tercermin dalam perilaku hidup
sehari-hari dalam bentuk amal perbuatan. Iman dan aman sangat erat hubungannya,
dimana kalau tidak ada iman dalam jiwa manusia, sukar akan tercapai keamanan dalam
masyarakatnya. keamanan masyarakat berarti setiap orang memperoleh haknya, di
samping kesanggupan memenuhi kewajibannya.(Fachruddin, 1992, hlm. 100)

Mengerjakan Amal Saleh

Menurut Quraish Shihab amal saleh adalah pekerjaan yang apabila dilakukan
terhenti atau menjadi tiada (akibat pekerjaan tersebut) suatu mudharat (kerusakan) atau
dengan dikerjakannya diperoleh manfaat dan kesesuaian.(Shihab, 2012, hlm. 588)
Menurut Muhammad Abduh disebutkan bahwa amal saleh adalah segala perbuatan
yang berguna bagi pribadi, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan.(Yusran,
2015, hlm. 127) Menurut Zamakhsyari adalah segala bentuk perbuatan yang sesuai
dengan dalil akal, al-Qur’an dan as-Sunnah.(Yusran, 2015, hlm. 127) Antara Iman dan
amal saleh (perbuatan baik) dalam Al-Qur’an dijalin berpilin dengan eratnya, bagai
tidak dapat atau tidak boleh diceraikan antara keduanya. berulangkali, apabila disebut
alladzina amanu (orang-orang yang beriman) disambung dengan wa’amilushshalihat
(dan mereka mengerjakan amal shaleh.)para ahli ilmu pernah memberikan
perumpamaan amal saleh tanpa iman bagai pohon yang tiada mempunyai urat
tunggang, sebaliknya iman yang tiada melahirkan amal soleh bagai pohon yang tiada
berbuah.(Fachruddin, 1992, hlm. 95) dengan perkataan lain tiada menghasilkan apa-
apa.

2.3 Menulusuri adanya pebedaan dalam diri manusia


A. Menurut kukuatan fisik
1. Pengertian Perkembangan Fisik Manusia
Perkembangan perihal berkembang secara etimologi yang berarti
menjadi bertambah sempurna, baik pribadi, pikiran dan pengetahuan
seseorang. Sedangkan secara terminologi perkembangan dapat diartikan
sebagai suatu perubahan yang progresif dan kontinu dalam diri individu dari
mulai lahir sampai mati. Perkembangan dapat juga diartikan sebagai
perubahan-perubahan yang dialami oleh individu atau organisme menuju
tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara
sistematis (saling kebergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-
bagian organisme dan merupakan suatu kesatuan yang utuh), progresif bersifat
maju, meningkat dan mendalam baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan
berkesinambungan menyangkut fisik maupun psikis.
Penjelsan Rasulullah saw. tentang proses kejadian anak di dalam perut
dikuatkan pula oleh al-Qur’an yang terdapat di dalam QS. al-Mu’minun/23:
12-14.
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian Kami jadikan Dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang
Paling Baik.”
Ada enam ciri periode pra-natal. Periode ini adalah saat di mana sifat
bawaan dan jenis kelamin individu ditentukan, di mana kondisi–kondisi dalam
tubuh ibu dapat mendorong atau mengganggu pola perkembangan pra-natal,
di mana pertumbuhan dan perkembangan secara proporsional lebih besar
dari pada dalam periode-periode lain, ketika terdapat banyak bahaya fisik
maupun psikologis, dan saat orang-orang yang berarti membentuk sikap
individu baru tercipta.
Setelah melewati masa pra-natal maka terjadilah fase lahir yang
dimana merupakan permulaan atau periode awal keberadaan sebagai parasit
di dalam tubuh ibu. Masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat
bayi menjelang dua minggu. Periode ini adalah saat di mana janin harus
menyesuaikan dengan kehidupan di luar rahim ibu, di mana ia telah hidup
selama kurang lebih sembilan bulan.
Penyesuaian yang dialami bayi neonatal bersifat radikal sebelum
dapat melanjutkan kemajuan perkembangan mereka. Kalau penyesuaian ini
tidak segera dilakukan, kehidupan mereka akan terancam. Selama
penyesuaian ini, maka tidak terjadi kemajuan perkembangan, malahan
perekembangannya terhenti atau bahkan mundur ke tahap perkembangan
yang lebih rendah. Empat penyesuaian yang harus dilakukan bayi neonatal
sebelum mereka dapat melanjutkan kemajuan perkembangan mereka, yaitu
perubahan suhu (di dalam rahim suhunya tetap, yaitu 100’ F, sedangkan di
rumah sakit atau di rumah berkisar 60’ sampai 70’ F), bernafas (kalau tali
pusar
diputus, bayi mulai harus bernafas sendiri), menghisap dan menelan
(sekarang bayi harus memperoleh makanan dengan jalan menghisap dan
menelan, tidak lagi memperolehnya melalui tali pusar.
2. Tinjauan Psikologi Qur’ani
Perkembangan Fisik Manusia Al-Qur’an menciptakan bebeberapa
tingkatan kejadian, sebagaimana dijelaskan dalam QS.Nuh/71:14 : “Padahal
Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian”
1.Sabiyun (ayunan)
Penggunaan bentuk shabiy yang terdapat pada dua tempat untuk
menunjuk pada makna anak-anak. Yang di mana terdapat di dalam QS.
Maryam/19: 12.6 “Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata:
"Bagaimana Kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam
ayunan”
2.Thifl, secara bahasa mempunyai beberapa arti, rakhusha wa na’ima
yakni lunak dan lembut, seperti at-tiflush shagir (anak kecil yang lembut).
Ibnu Manzhur dengan mengutip pendapat abu Haitsam, mengatakan bahwa
bayi disebut thifl, bila ia lahir dari rahim ibunya sampai ia akil balig (dewasa).
Jadi dapatlah disimpulkan bahwa thifl berarti al-maulud yang dilahirkan
3. Walad, dalam bentuk ketujuh yaitu maulud yang dilahirkan/anak
yang di mana terdapat QS. al-Baqarah/2: 233.
4. Fata, yang berarti pemuda, arti itu kemudian pindah ke arti budak.
Perpindahan arti itu karena budak, kendati pun sudah besar dan tua, tetap
dipandang sebagi anak kecil sebab ia tidak memiliki kebebasan.
5. Kahilun, yang berarti pemuda. Periode ini tahap di mana
pertambahan dalam pertumbuhan dan perkembangan sudah sulit diamati. Usia
ini dimulai pada saat manusia berada di atas 30-an dan sebelum 40-an. Usia 40
tahun dianggap sebagai tahap di mana kemampuan fisik dan intelektual
mencapai kematangan. Dalam al-Qur’an tahap ini dinyatakan sebagai periode
pencapaian kekuatan penuh. Dalam syiar kalisik arab dinyatakan, akan
pentingnya mendapat kemegahan atau kemuliaan pada tahap ini.
6.Syaikh, yang artinya usia lanjut. Tahap usia lanjut adalah tahap di
mana terjadi penuaan dan penurunan, yang penurunannya lebih jelas dan lebih
dapat diperhatikan dari pada tahap usia baya. Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, 24 jaringan dan sel, yang
mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan
dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang, jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan
kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentang terhadap berbagai
penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan orang dewasa lain. Penurunan
ini, terutama penurunan kemampuan otak.
Ada beberapa aliran terkait dengan faktor yang dapat mempengaruhi
perekambangan fisik manusia di antaaranya yaitu:
1. Aliran Nativisme.
Tokoh utama aliran ini Bernama Athur Schopenhaurer seorang filosof
jerman. Menurut aliran nativisme, perkembangan manusia itu ditentukan oleh
pembawaannya atau faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. Para ahli
berpendirian nativisme biasanya mempertahankan kebenaran. Konsep
inidengan menunjukkan berbagai kesamaan atau kemiripan antara orang tua
dengan anak-anaknya.
2. Aliran Empirisme
Menurut teori ini lingkungan adalah yang menjadi penentu
perkembangan seseorang. Baik buruknya sepenuhnya ditentukan oleh
lingkungan. Jadi, teori ini menganggap bahwa faktor pembawaan kurang
begitu berpengaruh dalam proses perkembangan manusia. Pengalaman yang
diperoleh anak dalam kehidupan sehari-hari didapat dari dunia sekitarnya yang
berupa pengetahuan. Pengetahuan ini berasal dari alam bebas ataupun
diciptakan oleh orang dewasa dalam bentuk program pendidikan. Tokoh
perintis pandangan ini adalah seorang filsuf inggris Bernama John Locke yang
mengembangkan teori tabula rasa yakni anak yang lahir di dunia bagaikan
kertas putih yang bersih
3. Aliran Konvergensi
Teori yang menjembatani atau menengahi kedua teori atau paham
sebelumnya yang bersifat ekstrim yaitu teori nativisme dan empirisme. Tokoh
utama konvergensi bernama Louis William , seorang filosof dan psikologi
jerman. Konvergensi berarti perpaduan, artinya pada teori aliran ini
memadukan pengaruh kedua unsur pembawaan maupun unsur lingkungan,
kedua-duanya sama-sama merupakan faktor yang dominan pengaruhnya bagi
perkembangan seseorang.
B. Menurut kecerdasan akal
Akal merupakan suatu peralatan rohaniah manusia yang dapat mengingat,
menganalisis, menyimpulkan, dan membedakan sesuatu antara yang haq atau batil
sehingga manusia memiliki akhlaq yang baik serta dapa memperkuat iman dan
taqwa kepada yang maha kuasa yaitu Allah Subhanu Wa Ta’ala. Dengan akalnya
manusia dapat menerima ilmu pengetahuan baru yang dapat digunakan untuk
berpikir secara mendalam serta dapat menciptakan sesuatu yang berguna untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh manusia. Noor
menjelaskan bahwa manusia memiliki kelebihan yang diberikan oleh Allah
SubhanuWa Ta’ala. yaitu berupa akal. Oleh karena itu manusia mendapatkan letak
yang lebih tinggi dan menjadikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah Subhanu
Wa Ta’ala. yang sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Keberadaan Al Qur-an dan Sunnah sebagai langkah awal pembinaan potensi
akal manusia, memberikan arahan, jalan (metode) dan sterategi penggunaan dan
pemanfaatan akal yang berkesesuaian dengan manhaj Rasulullah Shalallahu
‘Alaihi Wa Salam Shalallahu ‘Alaihi Wa Salam. Islam sebagai satu-satunya agama
yang diridhai oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala, telah mengatur gerak-gerik akal
yang mencakup ontologinya, epistemologinya, dan aksiologinya. Aturan-aturan
yang memonitori akal dalam Islam ini, terangkum dalam Al-Qur-an dan Hadits
Rasulullah Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wa Salam, yang merupakan representasi
wahyu yang Allah turunkan untuk kemaslahatan umat manusia. Termasuk untuk
akal manusia. Dari sini dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama wahyu.
Pembahasan
tentang potensi akal dan relevansinya dalam pendidikan Islam, sangat menarik
untuk terus dikaji, dianalisis dan bila perlu diseminarkan. Sebab, salah satu faktor
fundamental untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat adalah penggunaan
akal yang bersandarkan kepada Al Qur-an dan Sunnah.
Akal menduduki posisi teratas dalam memperoleh pengetahuan dan
keterampilan. Potensi akal memiliki beberapa indikator yaitu:
1. Mudah menangkap pelajaran.
2. Mempunyai ingatan yang kuat.
3. Mempunyai logika dan keterampilan analisis yang kuat.
4. Mampu berpikir abstrak.
5. Mampu membaca tata letak.
6. Mempunyai keterampilan mekanis.
7. Mempunyai keterampilan dan seni.
8. Pintar bersosialisasi.
9. Mampu memahami perasaan manusia.
10. Cepat memecahkan soal atau masalah.
Ibrahin Musthafa menjelaskan bahwa akal juga bermakna al-Qalb (hati), al-
Diyah (ganti rugi), al-Hishn (benteng) dan al-Malja (tempat berlindung). Berarti
akal juga berarti insting atau naluri yang dapat mengetahui perkara abstrak,
mengetahui mana perkara yang baik dan perkara yang tidak baik. Al Ghazali
menjelaskan bahwa akal merupakan sebuah ungkapan yang ketika diangkat
mencakup empat perkara sebagai berikut :
1. Akal adalah sebuah sifat yang menjadikan manusia berbeda dengan semua
binatang. Dan itulah akal yang telah siap menerima teori-teori ilmu, dan memenej
produk-produk yang tersembunyi di alam pikir.
2. Akal adalah ilmu-ilmu yang mewujud dalam realita di kalangan anak kecil yang
mampu membedakan antara perkara-perkara yang boleh atau mungkin dan
perkara-perkara yang tidak mungkin.
3. Akal adalah ilmu-ilmu yang diserap dari al-Tajârub (percobaan/pengalaman)
terhadap situasi-situasi yang pernah dialaminya. Karena sesungguhnya siapa saja
yang pernah mengalami percobaan dan menyerap aliran-aliran yang ditemuinya.
Maka biasanya orang tersebut di sebut ‘Âqil (orang berakal), dan siapa saja yang
tidak memiliki sifat ini maka ia disebut Ghabiy (orang bodoh). Maka ini adalah
corak lain diantara ilmu-ilmu yang disebut dengan akal.
4. Akal adalah kekuatan naluri yang telah mencapai tingkatan yang mampu
mengetahui segala konsekuensi perbuatan-perbuatannya. Dan mampu
membendung serta mengekang syahwat yang mengajak kepada kenikmatan semu.
Apabila tingkatan ini sudah dapat dicapai maka orang tersebut dinamakan ‘Âqil
(orang berakal).
Jadi, makna akal yang pertama adalah pokok pangkalnya (dari makna akal). Dan
yang kedua adalah cabangnya yang terdekat. Dan yang ketiga adalah cabang dari
makna yang pertama dan kedua, karena dengan kemampuan naluri dan ilmu-ilmu
eksakta dapat bermanfaat untuk ilmu-ilmu al-Tajârub (eksperimen). Sedangkan
makna akal yang keempat adalah hasil akhirnya atau tujuan utamanya. Maka dua
makna akal yang pertama bersifat pembawaan, sedangkan dua makna lainnya harus
diupayakan.
C. Menurut Pendidikan
a) Pengertian metode Pendidikan islam
Metode berasal dari bahas latin meta yang berarti “ melalui”, dan hodos
yang berarti “ jalan ke” atau “cara ke”. Dalam bahasa arab, metode disebut
tariqah artinya “ jalan”,”cara”,”system” atau “ketertiban” dalam
mengerjakan sesuatu.
Sebagai istilah, metode berarti suatu system atau cara yang mengatur suatu
cita-cita.
Dalam pandangan filosofis pendidikan, metode merupakan alat yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
a. Pengertian Pendidikan Islam
Banyak para pakar pendidikan yang mendefinisikan pendidikan secara
berbeda-beda tetapi pada intinya sama.
1. Pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi
awalan men-, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya
memelihara dan memberi latihan ( ajaran). Pendidikan sebagai kata
benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorag atau
kelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan latihan. Pendidikan , yaitu pendewasaan diri melalui
pengajaran dan latihan.
2. Pendidikan suatu aktivitas masyarakat yang berfungsi
mentranformasikan keadaan yang lebih baik. Keterkaitan
Pendidikan dengan masyarakat sangat erat.pendidikan mengalami
proses spealisasi dan institusional sesuatu dengan kebutuhan
masyarakat yang kompleks dan modern. Proses pendidikan tersebut
secara universal tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan
informal yang berlangsung di luar sekolah. Dengan demikian,
keterkaitan keluarga dan lingkungan masyarakat sangat signifikan.
3. Istilah pendidikan berasal dari bahasa inggris education, to educate,
yaitu mengasuh, mendidik. Dalam dictionary of education, makna
education adalah kumpulan semua proses yang memungkinkan
seseorang mengembangkan kemampuan, sikap-sikap, dan bentuk-
bentuk tingkah laku yang positif di dalam masyarakat tempat ia
hidup.istilah education juga bermakna sebuah proses social tatkala
seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan
terkontrol (khususnya lingkungan social) sehingga mereka dapat
memiliki kemampuan social dan perkembangan individual secara
optimal.
Setelah membahas Pendidikan selanjutnya kita akan memaparkan
tentang pendidikan Islam. Berikut ini adalah beberapa pengertian
Pendidikan Islam secara terminologi yang diformulasikan oleh para ahli
Pendidikan Islam, diantaranya adalah:
a) Menurut Al-Syaibaniy mengemukakan bahwa pendidikan Islam
adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalamkehidupa pribadinya
atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan alam sekitarnya melalui
proses kependidikan.
b) Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly, mendefinisikan pendidikan
Islam sebagai proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang
baik yang mengangkat derajat kemanusiaanya sesuai dengan kemampuan
dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh luar).
c) Hasil rumusan seminar pendidikan Islam se- Indonesia tahun 1960,
memberikan pengertian pendidikan Islam: “ sebagai bimbingan terhadap
pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dengan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran Islam.
d) Menurut Arrasyidin, pendidikan Islami dapat didefinisikan sebagai
suatu proses penciptaan lingkungan yang kondusif bagi memungkinkan
manusia sebagai peserta didik untuk mengembangkan diri-fisik-jasmani dan
non fisik-ruhani- dan potensi yang dimilikinya- aljism, a’aql, al-nafs, dan
al- qalb- agar berkemampuan merealisasikan syahadah primordialnya
terhadap keberadaan dan kemahaesaan Alloh Ta’ala, melalui pemenuhan
fungsi dan tugas penciptaannya, yakni sebagai ‘abd Allah dan Khalifah
Allah.
b) Dasar Metode Pendidikan Islam
Dari beberapa pengertian yang diformulasikan oleh para pakar diatas
tentang pengertian Metode dan Pendidikan Islam. Kita dapat
menyimpulkan tentang pengertian Metode Pendidikan. Seperti yang
dikemukakan oleh al-Syaibaniy yaitu, segala segi kegiatan yang terarah
yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-kemestian mata
pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan peserta didiknya, dan
suasana alam sekitarnya dan tujuan membimbing peserta didik untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki
pada tingkah laku mereka.
Selanjutnya jika kata metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan
Islam, dapat membawa arti sebagai jalan untuk menanamkan pengetahuan
agama pada diri seseorang sehingga dapat terlihat dalam pribadi objek
sasaran, yaitu pribadi Islami. Selain itu metode pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai cara untuk memahami, menggali, dan mengembangkan
ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan
zaman.
a. Dasar agama, yaitu merujuk atau menjadikan Al-Quran sebagai
landasan atau dasar pertimbangan dalam memilih dan menetapkan metode
yang digunakan dalam pembelajaran. Setelah itu baru kemudian
menggunakan sumber-sumber lain dengan berbagai cabangnya dan dari
penggalan serta praktik orang-orang shalih terdahulu.
b. Dasar biologis, yaitu landasan atau pertimbangan yang didasarkan
pada
keadaan dan kebutuhan jasmani peserta didik serta tingkat perkembangan
dan usia mereka.
c. Dasar psikologis, yaitu pertimbangan terhadap sejumlah kekuatan
psikologis, seperti motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan,
kesediaan, bakat-bakat, dan kecakapan intelektual peserta didik.
d. Dasar social, yaitu mempertimbangkan latar social lingkungan peserta
didik, termasuk nilai-nilai dan tradisi-tradisi yang berlakudi Masyarakat
didalam memilih dan menetapkan metode pembelajaran.
c) Jenis Metode Dalam Pendidikan Islam
Sebagai ummat yang telah dianugerahi Allah Kitab AlQuran yang
lengkap dengan petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan
bersifat universal sebaiknya menggunakan metode mengajar dalam
pendidikan Islam yang prinsip dasarnya dari Al Qur’an dan Hadits.
Diantara metode- metode tersebut dapat diterapkan dengan maksud dan
tujuan tertentu diantanya:
1. Menalar al-‘ilm, maka metode yang digunakan diantaranya; metode
membaca (Iqra) , metode ceramah, metode dialog, metode diskusi,
metode musyawarah, metode perdebatan, metode mengajukan
pertanyaan, metode perumpamaan, metode perbandingan, metode
perenungan, metode analogi, dan sebagainya;
2. Memahami al-‘ilm, maka metode yang digunakan diantaranya;
metode perenungan( tafakur), metode qishah, metode pengulangan,
dan sebagainya;
3. Mensucikan jiwa, maka metode yang digunakan diantaranya; metode
pemeliharaan jiwa, metode pensucian jiwa ( tazkiyatul Al-nafs),
metode pemberian nasihat (mauizhoh), metode intropeksi atau
evaluasi diri (muhasabah al-nafs), metode pemberian peringatan,
metode qishah, dan sebagainnya.
4. Mendisiplinkan jasmaninya, diantara metode yang dipakai; metode
latihan, metode pembiasaan, metode demontrasi, metode pemberian
nasihat, metode rihlah, dan sebagainya.

2.4.menulusuri budaya toleransi antar manusia


2.4.1. Arti dan makna toleransi
Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengan
sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu
perilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana
seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang
lain.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa arti kata Toleransi
berarti sifat toleran. Kata toleran sendiri didefinisikan sebagai bersifat atau
bersikap tenggang rasa (menghargai, membolehkan) pendirian (pendapat atau
keyakinan) yang berbeda atau bertentangan dengan diri sendiri.
Toleransi merupakan kata serapan dari bahasa inggris “tolerance” berarti
sabar dan kelapang dada , adapun kata kerja transitifnya yaitu tolerate yang
berarti sabar menghadapi atau melihat dan tahan terhadap sesuatu, sementara
kata sifatnya adalah toleray yang bersikap toleran, sabar terhadap sesuatu.
Sedangkan menurut Abdul Malik Salman, kata tolerance berasal dari bahasa
latin yang berarti berusaha tetap bertahan hidup tinggal atau berinteraksi dengan
sesuatu yang sebenarnya tidak disukai.
Dalam bahasa Arab, istilah yang lazim dipergunakan sebagai padanan kata
toleransi adalah samanah atau tasamuh, maka kata ini berkembang dan
mempunyai arti sikap lapang dada atau terbuka dalam menghadapi perbedaan
yang bersumber dari kepribadian yang mulia. Dengan demikian, makna kata
tasamuh memiliki keutamaan, karena melambangkan sikap pada kemuliaan diri
dan keikhlasan.
Toleransi merupkan sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai
macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adat istiadat,
budaya, bahasa serta agama atau yang lebih popular dengan sebutan
inklusivisme, pluralism, dan multikulturalisme. Hal ini sejalar dengan firman
Allah SWT yang artinya “hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsabangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Alllah maha mengetahui dan
maha pengenal.”
Seluruh manusia berada didalam lingkaran “sunnatullah” ayat ini
mengindikasi bahwa Allah SWT menciptakan adanya perbedaan dan penting
untuk menghadapi dan menerima perbedaan-perbedaan itu termasuk dalam hal
teologis. Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah
satu kajian penting yang ada dalam sistem teologi islam.
Islam adalah agama yang sempurna dan memiliki sejumlah syarat yang
sangat menjujung tinggi sikap toleransi. Firman Allah SWT :
Artinya Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam);
sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu
barang siapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka
sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak
akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-
Baqarah : 256)
Seruan ayat tersebut sebatas hanya ditunjukkan untuk orang-orang kafir.
Jadi, kaum muslimin tidak boleh memaksakan kehendak orang lain (selain
islam) untuk masuk kedalam agama islam. Sebab orang kafir dalam hal ini
diberikan hak oleh Allah SWT untuk memilih beriman kepada islam dan berhak
pula untuk tidak mengimaninya.
Toleransi dalam beragama islam bukan berarti boleh atau bebas menganut
agamu tertentu atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua
agama tanpa adanya aturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama
harus dipahami sebagai bentuk system dan tata cara peribadatannya dan
memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Dalam agama Islam, terdapat banyak hadist yang menyatakan mengenai
kewajiban umat manusia untuk saling membantu sesama. Dari beberapa hadist
tersebut, dapat diambil kesimpulan mengenai manfaat saling membantu yang
berupa:
1. Meningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT
2. Mendapatkan pertolongan dan kasih sayang dari Allah SWT
3. Meringankan beban saudara sesama manusia
4. Mempererat tali persaudaraan
5. Menciptakan suasana rukun, damai, dan tenteram
6. Menambah rasa kekeluargaan yang harmonis dan saling peduli
7. Memperkokoh kesatuan sehingga terjaganya kebersamaan antar sesama

BAB III

KESIMPULAN
Pandangan mayoritas manusia yang terbiasa memisahkan antara jasmani dan rohani,
yaitu bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara keduanya merupakan hal yang
sebenarnya bertentangan dengan al-Qur’an maupun Hadis. Karena sejatinya jasmani dan
rohani adalah saling berkaitan erat dan saling melengkapi, ketika jasmani sakit, maka jiwa
juga sakit, ketika jiwa sakit, maka jasmani pun sakit, ini bukti bahwa jasmani dan rohani
tidak dapat dipisahkan, yang memisahkan hanya mati.

Hubungan jasad manusia, jiwa dan ruh ialah sebagaimana hubungan atom, besi
dengan lapangan (mungkin maksudnya medan) magnit yang memiliki dua kutub. Jiwa selalu
dalam situasi polaritas, apakah jiwa cenderung kepada jasad lalu meluncur ke hawa
(dekaden), atau kepada ruh yang akan membawanya melambung tinggi kepada keutamaan
dan akhlak rabbaniah.

Adapun indikator kesejahteraan masyarakat di dalam Al-Quran banyak terdapat


dibanyak ayat yaitu meliputi kebutuhan materi dan non materi, dan yang paling utama di
antara keduanya adalah non materi, pemantapan mental atau bisa juga dinamakan
pemantapan iman dalam diri, merupakan pondasi awal yang harus dibentuk. jiwa yang
tergantung kepada Allah akan dapat menarik kasih sayang Allah untuk melimpahkan segala
yang diinginkannya, tapi jika hal itu belum terjadi dia tidak akan berputus asa karena dia tau
bahwa Allah punya cara sendiri untuk membuatnya selalu merasa bahagia, dalam skripsi ini
dijelaskan ada 4 indikator kesejahteraan diantaranya: beriman kepada Allah, memiliki harta
(kekayaan), hidup seimbang dan berilmu dan bekerja.
Daftar Pustaka
https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/qathruna/article/download/11/12/36

https://at-tibyan.fusa.uinjambi.ac.id/index.php/ATB/article/download/15/14/

https://repositori.uin-alauddin.ac.id/12072/1/FITRA%2030300113052-.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/373194-none-f4d0d354.pdf
https://www.assunnah.ac.id/journal/index.php/WRQ/article/download/123/102

Anda mungkin juga menyukai