Anda di halaman 1dari 20

1

MANUSIA DALAM PERSFEKTIF AL-QURAN


Lili sholihat, SH


PENDAHULUAN
EO)4 7O^ _ E
4p+O^l> ^g
Dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?
(QS. adz -Dzaariat: 21)
Manusia merupakan salah satu aktor utama dalam al-Qur'an.
Keutamaannya itu terletak dari sisi kemuliaannya,
1
dengan banyak disebutkan
peristilahan di dalamnya,
2
potensi yang dimilikinya,
3
khitab atau amanah dari
Allah Swt. yang harus dipikulnya,
4
tempat yang harus dipelihara dan dirawatnya,
5

pedoman atau aturan yang harus dipegang dan diamalkannya.
6

Bagaimanapun, manusia merupakan, salah satu dari makhluk-makhluk
ciptaan Allah Swt. la juga sebagian besar mempunyai sifat-sifat yang sama
dengan makhluk lain dan diciptakan dengan unsur-unsur yang ada juga pada
mahkluk lain.
Apabila kita menelusuri tentang substansi manusia, maka Kita akan
menemukan tiga substansi pokok, yaitu , pertama, substansi material dan kedua
substansi imaterial, dan ketiga substansi fungsional. Secara mateital, manusia
disebut dengan al-Basyar yang ujungnya berakar ke tanah. Sementara dipandang
dari sudut imaterial, manusia terdiri unsur ruhaniah seperti ruh, akal, indra, d1l.
Sedangkan dipandang dari sudut fungsional al-Qur'an menyebut manusia sebagai

1
QS. AI-Isra: 70, lihat QS. AI-Tiin: 4.
2
Istilah-Istilah yang sering disebut al-Qur'an yang menunjuk kepada manusia di antaranya:
basyar, insane (Unas, Anasy, Ins)
3
QS. Al-Tiin: 4 QS. M-Mulk: 23, OS. AI-Isra 36.
4
QS. Al Ahjab 72
5
QS. Maryam 40 QS- AI-Baqarah: 11, 60; al-A'raf. 55, 84.
6
QS. Al-Baqarah, 2, 185, QS, al-Maidah 50
2

abdun atau 'abid yang artinya hamba yang tugasnya mengabdi. Di samping itu
al-Qur'an menyebut sebagai khalifah manusia memiliki potensi dalam
mengembangkan karya dan ilmu.
Dari paparan di atas penulis mencoba membongkar tentang hal-hal yang
berkaitan dengan basic pokok manusia menurut al-Qur'an. Maka untuk lebih
terperinci pembabasan masalah manusia dibagi menjadi beberapa sub bahasan
berikut ini :
1. Hakikat manusia dalam Al-Quran
2. Proses penciptaannya
3. Istilah-istilah untuk manusia
4. Potensi manusia
5. Pedoman hidup manusia
6. Tugas manusia
7. Kesimpulan.

1. Hakikat Manusia dalam al-Qur'an
Pembicaraan tentang hakikat manusia pada dasarnya membicarakan
persoalan yang selalu menarik untuk dibicarakan karena tidak pemah habis selama
manusia masih berpikir. Pembicaraan pada-dasarnya membabas pokok persoalan
yang bersifat radikal, yaitu berusaha menemukan akan pengertian manusia yang
mungkin saja melewati batas-batas pengertian yang hanya menekan pada salah
satu aspek kehidupannya. Seperti yang terdapat dalam kajian berbagai disiplin
ilmu, umpamanya antropologi, sosiologi, biologi dan psikologi. Hakikat manusia
adalah sesuatu yang amat vital yang menemukan kehidupannya di tengah kancah
kehidupan sosial .
7

Prof Dr. M. Quraish Shihab telah mengutip pendapat Dr. A. Carrel dalam
bukunya Man The Unknown yang menjelaskan tentang kesukaran yang dihadapi
untuk mengetahui hakikat manusia. Dia mengatakan bahwa pengetahuan tentang
makhluk-makhluk hidup secara umum dan manusia khususnya belum mencapai

7
Syahidin, metode Pendidikan Qurani: Teori dan Aplikasi. (Jakarta: misaka Gazila 1999), cet ke-1
h. 27
3

kemajuan, seperti yang telah dicapai dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya.
8

Kesukaran itu menurut Quraish Shihab disebabkan oleh tiga hal yaitu:
1. Pembahasan tentang masalah manusia terlambat dilakukan karena pada
mulanya perhatian manusia hanya tertuju pada penyelidikan alam.
2. Ciri khas akal manusia yang lebih cenderung memainkan hal-hal yang tidak
kompleks
3. Multikompleksnya masalah manusia
Namun demikian, Pencarian hakikat manusia ini akan melahirkan
kesadaran bahwa dirinya memiliki asal yang sangat terkait dengan unsur-unsur
manusia itu sendiri.
Upaya pencarian hakikat manusia tidak cukup berhenti pada suatu
pandangan untuk menjelaskan tentang unsur pokok yang secara internal ada di
dalam dirinya atau pun ada pada apa yang dimilikinya yang sesungguhnya bersifat
eksternal. Untuk itu, diperlukan sandaran pemikiran yang lebih mendasar guna
memahami dan menentukan hakikat manusia itu, yaitu suatu sandaran yang dapat
membawa ke arah pemahman yang lebih mendasar dan berada pada tingkat yang
lebih tinggi dari hasil pemikiran manusia (ilmu dan filsaftat). Sandaran yang
dimaksud lebih tinggi dan lebih kuat dari sekadar hasil pemikiran manusia itu
adalah firman-firman Tuhan (wahyu ilahi).
9

Konsep manusia dalam Islam, diambil dari ayat al-Quran dan Hadits.
Menurut surat al- Mu'minun ayat 12-16, manusia diptakan Allah dari intisari tanah
yang dijadikan nuhtfah dan disimpan di tampat yang kokoh. Kemudian nuthfah itu
dijadikan darah beku, darah beku Itu dijadian mudghah,, mudghah dijadikan
tulang, tulang yang dibalut dengan daging dan kemudian dijadikan Allah makhluk
lain. Surat as-Sajdah ayat 7-9 selanjutnya menjelaskan bahwa setelah kejadian
manusia dalam kandungan mengambil bentuk, ditiupkanlah ruh oleh Allah Swt.
ke dalamnya dan dijadikannya pendenganran, penglihatan, dan perasaan. Hadits
yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan

8
M. Quraish Shihab, wawasan Quran, (Bandung Mizan, 1996) cet. Ke-1, hal 277
9
Syahidin, op. Cit h. 28
4

Allah Swt ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40
hari darah beku, dan 40 ha ri mudhgah.
10

Berdasarkan ayat dan hadits tersebut di atas, jelas bahwa manusia terdiri
dari dua unsur, macam dan material, jasmani dan ruhani. Pembicaraan mengenai
kedua unsur ini sangat menarik karena banyak istilah dan pendapat yang
dikemukakan para ilmuwan.
Prof Dr. Harun Nasution misalnya menjelaskan tentang kedua unsur
manusia itu dengan jelas. menurutnya manusia tersusun dari unsur materi yaitu
tubuh yang mempunyai hayat dan unsur imateri yaitu ruh yang mempunyai dua
daya: daya rasa di dada dan daya pikir di kepala. Daya rasa jika diasah dengan
baik, mempertajam hati nurani, daya pikir jika dilatih mempertajam penalaran.
11

Senada dengan pendapat Harun Nasution, Dr. H. Afif Muhammad
12
berpendapat bahwa hakikat substansi manusia terdiri dari dua unsur yaitu : unsur
bawah dan unsur atas. Unsur bawah yang dimaksud adalah tanah, jasad (turab,
basyor) Sedangkan unsur atas adalah ruh yang dimasukan ke janin.
13

Dengan demikian, Apabila kita menghubungkan ayat dan hadits juga
pendapat-pendapat di atas dengan QS. adz-Dzaari ayat: 56, maka kita dapat
mengatakan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang terdiri unsur jasmani dan
ruhani yang berkewajiba untuk mengabdi (lbadah).

2 . Proses Penciptaan Manusia
AI-Quran telah menjelaskan dua unsur manusia yaitu jasad dan ruh.
Keduanya diciptakan oleh Allah Swt melalui proses atau tahapan tertentu. Namun
kebanyakan ayat al-Quran yang bertebaran di surat-surat yang berkenaan dengan
penciptaan manusia membicarakan tentang proses penciptaan, unsur jasad. Proses
atau tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

10
Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1995), cet ke-1, hal 37.
11
Harun Nasution, op, cit. hal 38.
12
Dr. H. Afif Muhammad, MA. Adalah mantan ketua jurusan Tafsir Hadis pada Fakultas
Ushuluddin dan sekarang menjabat sdebagai Asisten Direktur 1 pasca Sarjana IAIN SGD
Bandung.
13
Sari tulisan wawancara dengan mantan Ketua Tafsir Hadist, Dr. H. Afif Muhammad, MA. Oada
tanggal 8 maret 2004.
5

Penciptaan jasad pertama diawali dari tanah, hal tersebut dijelaskan al-
Quran dalam surat al-Hajj ayat 5 yang artinya :
Hai sekalian manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan, maka
(ketahuilah) sesungguhnya telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari
setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiaannya dan yang tida sempurna, agar kami jelaskan kepada
kamu dan kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu
yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagi bayi, kemudian
(dengan berangsur-angsur) sampailah kamu kepada kedewasaan, dan diantara
kamu ada yang diwafatkan (umur pendek) dan ada pula diantara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahui... (QS. Al-Hajj: 5)
Ayat tersebut turun (nuzul) berkenaan dengan ungkapan-ungkapan orang
kafir yang meragukan bahkan tidak mempercayai adanya kehidupan akhirat.
Kemudia Allah Swt meyuruh rasul-Nya untuk menjawab problem ini dengan
memperhatikan proses permulaan penciptaan manusia. Adapun munasabah sabab
nuzul ini dengan QS. 36: 79 dan QS 17- 51 yang intinya menjelaskan keraguan
orang kafir terhadap hari kebangkitan (akhirat)
Ayat ini dengan jelas menceritakan proses penciptaan manusia mulai dari
Adam as yang diciptakan dari tanah sampai kepada anak cucu Adam yang
diciptakan dengan proses reproduksi yaitu sperma.
Proses tersebut menurut al-Quran menjelaskan berkaitan dengan penciptaan asal
manusia dari tanah.
14
Yang dimaksud disini adalah manusia pertama yaitu Adam
as.
15
munasabah pernyataan in dijelaskan dalam surat ali-Imran (3) ayat 59 yang
artinya sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti Adam
yakni Allah menciptakan Adam dari Tanah. Penciptaan Adam dari tanah
menurut ayat yang lain, terbuat dari tanah liat, dan lumpur hitan (QS. Al-Hijr: 28-
29)

14
Ibid hal. 158
15
QS. 23 : 12
6

Jadi sampai disini, kita dapat melihat asal penciptaan manusia (Adam As.)
adalah dari tanah. Tanah ini merupakan unsur pembentuk jasad yang dalam istilah
Afif Muhammad disebut unsur bawah.
Kedua, al-Quran rnenjelaskan dalam proses penciptaan setelah Adam As
(anak cucu Adam) melalui proses penjabaran yang cukup panjang. Proses tersebut
diawali dengan penciptaan sperma dari sari pati tanah
16
, kemudian Allah
menciptakan dari sari pati itu sperma yang ditumpahkan
17
dalam ayat lain sperma
yang hina
18
, sperma yang memancar
19
.
Ketiga, kemudiaan sperma, berproses menjadi alaqah (segumpal darah),
kemudian 'alaqah diproses menjadi mudghah (segumpal daging), setelah itu
menjadi bayi. Surat al-Mu'minun 14 melanjutkan proses reproduksi yang
dijelaskan dalam QS al- Hajj: 5 yaitu dengan tambahan informasi bahwa setelah
'alaqah menjadi mudhgah, dan sebelum menjadi bayi, ada proses mudghah
menjadi 'idhamafa kasauna al-idhama lahman (tulang belulang yang dibungkus
kulit). Kemudian tulang belulang dibungkus kulit itu berbentuk bayi dan akhirnya
keluarlah (thifla)
Dalam ayat lain terkadang al-Quran menginformasikan proses penciptaan
manusia secara singkat , misalnya dalam surat al-Kahfi: 38 , proses penciptaan
manusia berawal dari tanah kemudian Sperma, kemudian manusia sempurna.
Selama proses berlangsung dari muthfah ke alaqah dst, al-Quran
menyebutkan ada satu peristiwa yang hanya Allah Swt. yang tahu. Peristiwa ini
adalah ditiupkan atau dimasukan ruh oleh Allah Swt. ke janin tersebut
20
. Tidak
ada satu ayatpun yang memberikan jawaban atas Pertanyaan kapan dan
bagaimana cara masuknya ruh tersebut. Namun ada keterangan hadits yang
menyatakan bahwa masuknya ruh pada usia janin berumur tiga bulan atau 120
hari. Selanjutnya setelah ditiupkan ruh, Allah menciptakan atau memberikan

16
QS. Al-Qiyamah (75): 27
17
QS. As-Sajdah (32): 8, lihat juga al-Mursalat (87): 20
18
AS. At-Tariq: 6
19
QS. 15:29; 38:71-72
20
QS 15: 29, 3 8: 7 1 - 7 2.
7

indra pendengaran dan penglihatan.(QS. 32:9), bahkan dalam ayat lain
ditambahkan dengan qaib atau fuadh (QS, 67:23, 17:36)
Maurice Bucaille memiliki argumen yang sistematis dalam menjelaskan
proses penciptaan manusia. Ia berpendapat bahwa disamping pernyataan yang
sangat umum teks Quran menarik perhatian kita mengenai soal-soal teks
reproduksi yang dapat kita kelompokan sebagai berikut:
1) Adanya setetes cairan yang menyebabkan terjadinya pembuahan QS. 16: 4;
77 37; 23 : 13.
2) Watak dari zat yang membuahi QS.86: 6; 87: 20; 76: 2, 32: 8
3) Menetapnya telor yang sudah dibuahi QS.22: 5: 96: 2; 23: 14; 75.-38
4) Perkembangan embrio QS. 23.; 14; 32 ; 9, 53: 45- 46
21


Berdasarkan kepada penjelasan di atas, kita dapat mengurutkan proses
penciptaan manusia itu sebagai berikut:
1) Adam as sebagai manusia pertama diciptakan dari tanah liat dan lumpur hitam
2) Anak cucu Adam as. diciptakan dari sari pati tanah yang kemudian menjadi
sperma yang tertumpah, memancar, dan hina.
3) Kemudian setelah sperma menjadi 'alaqah, alaqah menjadi mudhdah, lalu ia
menjadi idhaman lahman.
4) Pada saat proses di atas (poin 2 dan 3) berlangsung ditiupkanlah ruh.
22
di
samping ruh Allah menciptakan atau memberikan indra pendengaran, dan
penglihatan, dan hati
23

5) Setelah sampai pada masa yang telah ditetapkan Allah Swt. (kelahiran paling
cepat 6 bulan, mayoritas 9 bulan, dan pendapat lain satu tahun)
24
, lalu lahirlah
bayi atau manusia sempurna (thifl, rajul)

21
Dr, Maurice Bucaille, Bibel, Quran. dan Snain Modern, (Terj. Prof Dr, HM. Rasyidi), (jakarta,
Bintang, 1978), Cet. 1, hal. 232 - 239.
22
QS. 17 : 85
23
QS 76: 2, 32: 9
24
Wahbah Juhaeli, op. cit., juz 17,h. I09.

8

C. Istfiah-Istilah untuk Manusia
Ada tiga kata yang digunakan al-Quran untuk menunjukan kepada manusia
1. menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun dan Sin, semacam insan.
ins, nas, atau unas.
2. menggunakan kata basyar
3. menggunakan kata Bani Adam, dzurirat Adam.
25

Kata insan digunakan al-Quran untuk menunjukan kepada manusia
dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seorang
dengan lain akibat perbedaan fisik dan mental, dan kecerdasan.
Ada beberapa kali al-Qur'an mengungkapkan yang menunjukan kepada
pengertian manusia, istilah insan yang disebut 65 kali dalam al-Quran berakar
dari kata. "ins" yang disebutkan sebanyak 18 kali jamaknya disebutkan anas yang
hanya disebut sekali pada surat al-Furqan ayat 49 yaitu dalam hubungan rizki
Allah baik yang diturunkan kepada binatang maupun manusia yang banyak
menurut al-Tobary yang dikutip oleh Jalaludin memberikan keterangan;
"annas"adalah bentuk jamak dari "insan" dengan mengganti nun oleh ya atau
boleh jadi bentuk jamak dari insy Seperi yang menjadi "karasy" bentuk lain
insan adalah insiy yang disebut sekali yakni dalamhubungan nadzar maryam
yakni saum dengan tidak berbicara dengan manusia lain.
Dengan demikian ungkapan insan dalam al-Qur'an dikelompokan ke
dalam katagori:
a) Insan sebagai khalifah yakni pemikul amanah
b) Insan dengan sifat-sifat negatifnya
c) Insan dalam proses penciptaannya
Pertama, insan sebagai khalifah, pemikul amanah ini didasari bahwa
manusia telah diberi bekal dalam menjankan hidupnya yang bersifat abstraktif, tak
dapat dilihat dan tak pula dapat diraba, akan tetapi hanya dapat dirasakan dan
diketahui efek setelah fungsi dari hal tersebut bekerja. Bekal berikutlah yang
diperistilahkan al-Quran sebagai ruhaniyah (komponen hati dan akal). Setelah

25
M. Quraish Shihab, Op. cit hal. 278
9

Allah membentuk manusia dari tanah atau ada yang menyebutkan manusia dari
lumpur, kemudian Allah memberikan kesempurnaan dengan meniupkan ruhnya
kepada jasa (bentuk) yang dibuat dari tanah tadi, maka barulah mahluk manusia
itu menjadi hidup. Adam as lah yang menjadi tokoh sentral dalam penciptaan
manusia pertama ini dan Beliau pun dipercaya Allah untuk memegang tanpuk
amanah untuk mengisi bumi ini khalifah fi al-ardh. Potensi ini menjadi nilai
membedakan manusia dengan mahluk lain.
Kedua, insan dikaitkan dengan sifat-sifat negative banyak dijumpai dalam
al-Quran yang disebut secara tegas dan gamblang. Sifat-sifat tersebut
diantaranya:
1. bodoh (at-Ahzzab: 78)
2. pembantah dan suka berdebat (al-Kahfi: 54, al-Nahl: 4; Yaasin 77)
3. resah, gelisah dan segan membantu (al-Ma'arij: 19-21)
4. kurang berterima kasih. (al-Adiyah: 6)
5. dzalim dan kafir (Ibrahim: 34, al-Haj: 66; az-Zuhruf 1555)
6. tergesa-gesa (al-Isra 11; al-Anbiya: 77)
7. bakhil (al-Isra: 100)
8. pembuat dosa (al-AIaq: 5; al-Qiyamah: 5)
9. ragu-ragu terhadap hari pembalasan (Maryam: 66)
Sifat-sifat negatif inilah bahwa manusia makhluk ciptaan yang sekali-kali
akan terjerumus kepada sifat-sifat tersebut. Hal ini tergantung kepada manusia
seoptimal mungkin untuk menghindarinya. Namun dengan demikian perlu
diketahui bahwa karakteristik manusia tersebut tidak intern dengan kejadiannya
manusia tidak berdosa, tidak bersifat jelek. Sebaliknya manusia secara fitrahnya
memiliki sifat bersih, suci dan potensial menerima dan melaksanakan kebenaran.
Hal ini bermakna bahwa sifat negatif ini tumbuh dan berkembang sebagai
pengaruh dan interaksi-interaksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan manusia lain atau pun makhluk lain.
Sedangkan kata yang menunjuk manusia yang kedua adalah basyar. Kata
itu terambil dan akar kata yang pada mulanya berarti penampakkan sesuatu
dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti
10

kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan
kulit binatang lain.
26

Apabila kita menghitung, kata basyar dalam al-Quran didapati 36 kali
dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsana. Salah satu ayat berkait
dengan kata basyar adalah sebagai berikut:
"Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu" (QS. At-Kahfi :
110)
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa sosok Muhammad dari segi
basyarnya sama dengan seluruh manusia. Dari sisi lain. kata basyar
mengisyaratkan suatu proses kejadian manusia melalui tahap-tahap sehingga
mencapai tahap kedewasaan.
"Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya (Allah) menciptakan kamu dari tanah,
kemudian ketika kamu jadi basyar kamu bertebaran" (QS. al-Rum- 20)
Bertebaran di sini biasa diartikan berkembang biak akibat hubungan seks
atau bertebaran mencari rejeki. Kedua hal ini tidak dilakukan oleh manusia
kecuali oleh orang yang memiliki kedewasaan dan tanggung jawab. Karena itu
pula Maryam As mengungkapkan keheranannya dapat memperoleh anak padahal
la belum pemah disentuh oleh basyar (manusia dewasa yang mampu berhubungan
seks ) (QS. ali-Imran: 47). Kata basyiru hunna yang digunakn oleh al-Quran
sebanyak dua kali (QS. Al-Baqarah: 187), juga diartikan dengan hubungan seks.
Jadi tampak jelas bahwa basyar dikaitkan dengan kedewasaan dalam
kehidupan manusia yang dijadikannya mampu memikul tanggung jawab. Dan
karena itu pula tugas kekhalifahan dibebankan kepada basyar (al-Hijr: 28) dan
(al-Baqarah: 30).

D. Potensi Manusia
Setelah kita membahas dan menganalisis tentang hakikat dan penciptaan
manusia, kita telah mencatat hal-hal penting bagaimana al-Qur'an menyingkap
dan menegaskan tentang hakikat manusia dalam proses penciptaannya atau asal
mulanya, Diantara catatan-catatan itu ialah bahwa dengan tegas al-Qur'an

26
M. Quraish Shihab, ibid
11

menyatakan bahwa manusia berada pada posisi yang tinggi dan mulia, karena
manusia memiliki ciri khas yang membedakan dengan makhluk lainnya yaitu
berpikir.
27
Sehingga para ahli manthiq misalnya mengatakan :
Artinya "Manusia adalah hewan yang berpikir"
Telah ditemukan sekian ayat yang memuji dan memuliakan manusia,
seperti pernyataan tentang terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang
sebaik-baiknya (QS. At-Tin: 5), dan penegasan tentang dimuliakannya makhluk
ini dibanding dengan makhluk-makhluk Allah yang lain (QS. Al-Isra , 70)
28

Secara khusus ayat-ayat tersebut dapat diuraikan dan dianalisis dalam
berbagai tafsir berikut imi :
;4 E4^`OE /j_4 4E1-47
_E4U4EO4 O) )OE^-
@O4l^-4 _E4^~Ee4O4 ;g)`
ge4lj1-C- _4LU_4 _O>4N
OOgV ;}Og)` E4^UE= 1E1_^> ^_
"Dan sesungguhnya kami telah muliakan anak cucu Adam, kami angkat mereka di
daratan dan di lautan, kami beri rizki mereka dari yang baik-baik dan kami
lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna, atas kebanyakan makhluk
Yang kami ciptakan" (QS. Al-Isra: 70).
Secara etimologis, "karromna" sepadan dengan makna "Fudhulna".
Artinya kemuliaan atau keutamaan. Kemuliaan atau keutamaan manusia itu di
antaranya adalah bentuk yang baik, seimbang, berdiri tegak, mampu membedakan
sesuatu dengan akal dan ilmu, memahami bahasa ataupun. isyarat, menguasai
bumi, disamping itu manusia memiliki akal, dengan akalnya manusia berilmu
pengetahuan, mencapai kemajuan dan berbudaya.
29

Selanjutnya al-Juhaely menafsirkan "karromna Bani Adamdengan
"Jaalna lahum karoman aw syarofun wa fadlilan
30
artinya menjadikan bani
Adam mulia dan utama dalam bentuk yang terbaik dan sempurna.

27
Shahidin op.cit., h. 45
28
M. Quraish Shihab, op. cit., hal. 282 lihat juga BUstanuddin Agus, Al-Islam (Jakarta: Rajawali
Press 1993), hal 20.
29
Wahbah juhaeli, tafsir munir fi al-Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj, (Libanon: dar al-Fikr al-
Maashir, 1991), cet ke-1, jilid 16, h. 120
30
Wahbah juhaeli, ibid.h.66
12

Bentuk yang terbaik dan sempurna yang menunjuk kepada manusia ini
dalam surat at-Tiin sebagai berikut :
; 4L^UE =}=Oee"-
EO) ^}=O;O CO^> ^j
"Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik baiknya"(QS at-Tin: 4)
Maksud "ahsani taqwim" dalam ayat di atas menunjukan dan
menjelaskan tentang kemulyaan manusia baik sisi rupa, bentuk, dan lain-lain.
31

Al-Qurthubi telah menceritakan sebuah kisah berkaitan dengan
sebaik-baik bentuk manusia sebagai berikut: " Isa bin Musa al-Hasimy adalah
seorang yang sangat mencintai istrinya. Suatu hari ia berkata kepada istrinya :
"Engkau akan kuceraikan dengan thalaq tiga. Jika tidak lebih baik dari pada bulan,
lalu istrinya bangkit dan menutupi wajahnya. Dan ia berkata: "Engkau
menceraikan aku lalu ia berenung sepanjang malam. Besok harinya ia melapor ke
Khalifah al-Mansur dan menceritakan peristiwa yang telah menimpanya lalu
Khalifah mengundang para fuqoha dan meminta fatwa mereka, kemudian seluruh
fuqaha memberi fatwa babwa perempuan itu telah tertalak, Namun ada seorang
fuqoha dari golongan sahabat Abu Hanifah yang tidak memberi komentar.
Kemudian Khalifah berkata:"Mengapa engkau tidak berbicara?", lalu ia menjawab
dengan ayat al-Quran (surat at-Tin sampal ayat laqod kholaknal insaana fil
ahsani taqwinn)", wahai Amirul Mu'minin manusia itu paling baik segalanya tidak
ada sesuatu yang lebih baik darinya. Kemudian khalifah berkata kepada Isa: "betul
apa yang kau katakan.
32

Berkaitan dengan penjelasan laqod karonaa banii Adam dan luqod
kholaqnal insane fii ahsani taqwiin, Afif Muhamad mencoba menyusun
penjelasan yang dikutip dari Mujam Gharib al-Quran karya al-Ashfahani untuk
menjelaskan maksud ayat di atas. Maksud sebaik-baik bentuk itu dalam tiga hal,
yaitu
a. Fisik, dilihat dari sisi ini, manusia adalah makhluk yang paling sempurna
dibanding makhluk lainnya, seperti binatang (monyet). Maka, agar fisik ini

31
Wahbah juhaely, op. cit. juz 30, h. 303-304
32
Al-Qurthubi, tafsir qurthubi.
13

tunduk kepada Allah ia harus dilatih (riyadhah) sehingga menggerakkan seluruh
potensi lainnya untuk berbuat baik atau ibadah. Jika tidak dilatih berbuat baik,
maka fisik bisa menentang kepada hukum Allah. Oleh karena itu fisik
membutuhkan riyadhoh.
b. Akal, merupakan hidayah dari Allah. Dengan akal manusia, bisa menciptakan
budaya dan mendapatkan ilmu pengetahuan dan mencapai kemajuan. Dengan
akal yang terdidik maka ia menjadi potensi yang sangat besar mencapai kriteria
mu'min dan khalifah fil Ardh. Namun akal ini pun dapat menjadi sombong
karena tidak tunduk kepada hukum Allah seperti Fir'aun. Oleh karena itu akal
membutuhkan talim
c. Hati, merupakan potensi manusia berkaitan dengan kesadaran atau perasaan.
Hati sangat berperan dalam membawa kebaikan fisik. Jika hatinya kurang baik
(buruk), maka cenderung berbuat kerusakan atau kejahatan. Tetapi jika
hatinya baik, maka baik pula gerak fisiknya. Jika hati tidak terpelihara, maka ia
akan dholal (gelap) bahkan bisa menjatuhkan harkat dan martabatnya lebih hina
dari binatang, oleh karena itu hati membutuhkan ta'dhib
Dengan mengemukakan ayat-ayat dan kisah di atas, Nampak jelas bahwa
Allah swt menciptakan manusia dengan segala kesempurnaan dan potensi yang
dimilikinya.
Dalam ayat lain kita jumpai potensi-polensi itu disebutkan al-Qur'an
yaitu sam'a (pendengaran), al-Bashar (penglihatan), dan af'idah atau faud
ayat-ayat tersebut ialah
~ 4O- -Og~-.- 74=e
EE_4 +7 E7;OO-
4O=-4 EEg*^-4 W
1EO)U~ E` 4pNO7;=
artinya; "katakanlah! Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan, dan, hati. (Tetapi) amat sedikit kamu bersyukur"(QS.
al-Mulk-. 23)
14

Menurut bahasa Ansya'a sepadan dengan khalaqa dan al fiduh semakin
dengan al-qulub (hati ).
33

Maksud ayat di atas adalah bahwa manusia memiliki potensi sebagai
wujud kemuliannya, potensi tersebut ialah pendengaran, penglihatan dan hati.
Walaupun disitu ditegaskan bahwa manusia yang menggunakan potensi ini sedikit
dibanding dengan yang tidak menggunakannya.
Dalam penjelasan selanjutnya, Juhaely menjelaskan bahwa ayat tersebut
berkenaan dengan perintah Allah kepada Nabi Muhammad saw untuk
menyampaikan kepada kaum musyrikin yang tidak mau mensyukuri
potensi-lootensi itu yang telah diberikan Allah. Dimana Allah swt telah
mengadakan indra pendengaran supaya manusia dapat mendengar nasihat-nasihat,
menciptakan penglihatan supaya manusia bisa melihat alam jagat raya
ciptaan-Nya dan menciptakan hati dan akal untuk memikirkan ciptaan-Nya dan
menemukan hakikat segala sesuatu. Namun sedikit sekali orang yang dapat
menggunakan potensi-potensi tadi yakni potensi yang telah dianugrahkan Allah
Swt kepada manusia yang sebenarnya adalah berfungsi untuk mentaati Allah
Swt, melaksanakan segala perintah-Nya dan Meninggalkan Segala larangan-
Nya.
34

Oleh karena itu, sangat wajar dan pantas apabila potensi-potensi yang
dimiliki manusia akan diminta pertanggung jawaban. Posisi yang tinggi dan mulia
pada manusia menunjukan bahwa manusia memiliki potensi tersendiri yang
dimilikinya.

E. Tugas Manusia di Dunia
Al-Quran banyak menegaskan tentang tugas hidupnya yang harus
dilaksanakan di dunia (al-ardh) seperti mengabdi ('ibadah) dan memakmurkan
bumi (isti'mar). Di antara ayat tersebut misalnya:
_O)4 E1O -~ w)U= _
4~ O4C W-+:;N- -.- 4`
7 ;}g)` O) ++OOEN W 4O-

33
Wahbah juhaely, op. cit. jus 29, h.30
34
Ibid, h.33
15

74=^ =}g)` ^O-
74OEu4-c-4 OgOg ............
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu, Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari tanah dan menciptakan kamu pemakmuran... (QS.
11:61)
Og^4C +EE4-
W-+:;N- N7+4O Og~-.-
7U 4g~-.-4 }g`
7)U:~ 7+UE 4pO+-> ^g
Hai manusia beribadahlah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang sebelummu agar kamu bertakwa" (QS. 2:21)
Secara global kita dapat menarik kesimpulan berkaitan dengan tugas
manusia berdasarkan dalam ayat al-Qur'an sebagai berikut:
1. Mengabdi (ibadah) kepadanya.
35

2. Memelihara dan menjaga bumi, serta memakmurkannya (alam)
36

3. Memurnikan Tauhid dari syirik
37

4. Amar Ma'ruf Nahi Munkar
38

Beribadah sebenarnya merupakan konsekwensi manusia diciptakan oleh
Allah. Di mana Allah Swt. telah membuat "Ikrar Primordial" dengan manusia
berikut ini "Dan (Ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan anak-anak Adam dari
sulni mereka dan Allah mengambil persaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukanlah Aku ini Tuhamnmu?" dan mereka menjawab : "Betul
(Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu )
agar di hari kiamat nanti kamu tidak mengatakan" Sesungguhnya kami (bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesan Tuhan) (OS 7: 172
).
39

Jadi tugas pokok manusia sebagai hamba (abdun) adalah mengabdi
(ibadah) kepada kepada Allah Swt (ma'bud) dalam arti seluas-luasnya. lbadah

35
Lihat QS. 2:21, 128, 189, 200; 5:2; 6:162; 9:112; 13:14; 39:2; 40:14,65; 98:5.
36
Lihat QS. 2:11, 5:56, 84; 5:64; 28: 77
37
QS 40:11
38
QS. 7:157; 3:104, 114.
39
Fazlurrahman, (op. cit., h. 36-37
16

menjadi inti dari segala hal. Sebab baik memurnikan tauhid dari syrik, memelihara
bumi, dan amar maruf merupakan bentuk pengabdian juga.
Di samping itu manusia memiliki tugas fungsional yaitu menjadi khalifah
di bumi. Hal ini berdasarkan QS. 2:30
^O)4 4~ CG4O
gOj^UEUg O)E+) gN~E}
O) ^O- LOEO)UE=
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat sesungguhnya Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi
Khalifah jamaknya adalah khulafa atau khalaif dalam kamus al-Munawir berarti
pengganti
40
. Maksudnya menurut Imam Jalalen adalah Adam as.
41

Dalam pandangan fungsionalnya, al-Quran memilah dan menyebutkan
manusia sebagai khalifah serta pengabdi yang pada ujungnya alam memberikan
pertanggung jawaban di hadapan Allah. Para ahli tafsir sepakat bahwa maksud
khalifah pada QS 2: 30 adalah Adam as. Selain Adam as, Daud as. juga disebut al-
Quran sebagai khalifah (QS 38: 22-25). Keduanya diberi kepercayaan dan
amanah untuk memimpin dan mengelola bumi. Namun dalam pejalanan hidupnya
keduanya digambarkan al-Quran pernah tergelincir tetapi diampuni Tuhan.
42

Adam as ketika diangkat menjadi khalifah, malaikat menyangkal perlunya
seorang khalifah di bumi karana sudah ada mereka yang selalu bertasbih dan
memuji Allah serta mensucikannya, sedangkan khalifah mempunyai potensi untuk
membuat kerusakan di bumi dan selalu menumpahkan darah. Potensi inilah yang
diperhatikan malaikat. Kemudia Allah mengatakan bahwa ada sesuatu yang tidak
dapat diketahui sama sekali oleh malaikat mengenal khalifah itu. Hal itu adalah
kemampuan untuk menyebutkan nama-nama. Dengan kemampuan ini, yang
berarti juga kemampuan untuk berinisiatif.
43

Sampai di sini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sementara,
bahwa kata khalifah dalam al-Qur'an digunakan untuk : a) siapa yang diberi

40
Ahmad W. Munawir, Al-Munawwir, (Yogyakarta: pesantren krapyak al-Munawir, 1984)
41
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Muhalla dan Jalaluddin bin Abdurrahman bin Abi bakar al-
Suyuthi, tafsir al-Quran al-Adzim (surabaya: Bengkul Indah, t.t) h. 6.
42
QS 2:36-37 dan QS 38: 22-25
43
Machasin, menyelami kebebasan manusia, (INHIS: pustaka Pelajar, 1996). Hal 9.
17

kekuasaan, dan, b) seorang khalifah berpotensi melakukan kekeliruan dan
kesalahan akibat mengikuti hawa nafsu.
Baqir Al-Shadr, dalam bukunya, al-Sunan al-Tarikhiyah fi al-Qur'an
mengemukakan bahwa kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling kait
mengkait. Kemudian ditambahkan unsur keempat yang berada di luar namun
sangat menentukan arti kekhalifahan dalam pandangan al-Qur'an.
Keempat unsur tersebut adalah :
1). Manusia, yang dalam hal ini dinamai khalifiah.
2). Alam raya, yang ditunjuk al-Baqarah sebagai ardh.
3). Hubungan anatara manusia dan alam raya serta seisinya.
4) yang memberi penugasan atau kekuasan yakni AIlah Swt.
Sebagai khalifah, ia memikul beban tanggung jawab menciptakan tatanan
sosial yang bermoral di atas dunia yang di sebut al-Quran sebagai amanah.
44

Amanah menurut penafsiran Musathafa al-Maraghi yang dinukil dari surat al-Nisa
ayat 38 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya" mengandung bermacam-macarn pengertian,
diantaranya:
1. Amanah manusia terhadap Tuhannya berupa taqwa, penggunan seluruh
potensi yang dimilikinya, anggota badannya dll. Sehingga seluruh
aktivitasnya menimbulkan manfaat bagi dirinya dan mendekatkan diri kepada.
Tuhannya, dan apabila ia melanggar merasa berkhianat kepada Tuhannya.
2. Amanah manusia terhadap sesama manusia berupa kepercayaan atau tanggung
jawab yang diberikannya.
3. Amanah manusia terhadap dirinya sendiri yakni berusaha melakukan hal-hal
yang lebih baik dan bermanfat untuk kepentingan agama dan kehidupannya.
Oleh karenanya ada suatu ayat yang bersifat umum dan dianggap dapat
mewakili ayat lain yang berbicara tentang hal di atas.

44
Fazlul Rahman, tema-tema Pokok al-Quran, (bandung: Penerbit Pustaka, 1983), Cet ke-1. Hal
28
18

orang-orang yang jika kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ini
niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang
ma'ruf dan mencegah berbuat yang munkar (QS. 22: 41).

E. Pedoman Hidup Manusia dan tempat Tinggalnya
Hal-hal lain yang sangat urgen berkaitan dengan manusia adalah al-
Quran itu sendiri sebagai pedoman hidup dan bumi sebagai tempat tinggalnya.
Pada pembahasan terdahulu dijelaskan bahwa manusia memiliki potensi yang
tinggi, dan mulia dibanding makhluk yang lainnya. Di antara kemuliaan itu adalah
diberinya akal dan hati. Namun akal dan hati harus tunduk kepada nilai-nilai yang
tinggi tidak boleh tunduk kepada nilai yang rendah. nilai yang tinggi itu tentu nilai
ilahiyah. Sehingga dalam perjalanan kembalinya selamat dan sampai kepada
Allah. Untuk itu Allah Swt Yang Maha Mengetahui (al- 'Alim) menurunkan al-
Quran.
NOgE+ 4p_4`4O -Og~-.-
4@O^q gO1g Np-47O^-
O1- +EE4Ug eE4)O44
=}g)` OE_^-
p~O^-4 _ .............
"Bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya al-Quran sebagai petunjuk bagi
manusia .... (QS. al-Baqarah: 185)
ayat tersebut menegaskan kepada kita bahwa al-Quran merupakan
pedoman hidup bagi manusia, lebih spesifik lagi bagi orang yang takwa.
45

al-Qur'an menjadi pedoman rnanusia karena ia memberi petunjuk menuju jalan
yang sebaik-baiknya.
46
Manusia menjadi berpikir untuk mencapai yang
dikehendakinya,
47
menjadi aturan atau hukum (syari'at) dalam kehidupan
manusia sehingga lahir kehidupan yang tertib, damai, sejahtera, serta kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat
48


45
QS. 2:2
46
QS. 17:9
47
QS. 16:44 : 47:24
48
QS. 36:2; 4:104
19

Untuk dapat melaksanakan al-Qur'an itu, Allah swt menciptakan bumi sebagai
tempat kehidupan manusia.dan bagi kamu tempat kediaman di Bumi, dan
kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan (QS alBaqarah: 36)

KESIMPULAN
Setelah Penulis mendeskripsikan secara sistematis berkaitan dengan
manusia, maka penulis dapat beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hakikat manusia adalah makhIuk Allah yang memiliki dua unsur yaitu
material dan immaterial. Unsur material terbuat dari tanah kering, Lumpur
hitam Sedangkan unsur immatenal terdiri dari ruh, indra, akal, hati, dll.
2. Ada beberapa istilah al-Quran yang menunjuk kepada makhluk bernama
manusia, yaitu insan, basyar, dzurriyah (bani Adam)
3. AI-Qur'an. menyingkap tentang potensi yang diberikan Allah Swt kepada
manusia, seperti bentuk tubuh yang terbaik, akal, hati, fithrah, dll.
4. Dalam perjalanan kehidupannya, manusia memiliki tugas yang al-Quran
tegaskan seperti : ibadah, amar ma'ruf, memelihara dan memakmurkan bumi,
disamping ada tugas fungsional sebagai khalifah, Nabi, serta Rasul.
5. Manusia adalah makhluk yang lemah artinya terbatas dalam segala hal, baik
fisik, ilmu, dan lain sebagainya. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk
yang memiliki kelebihan, kemuliaan, dibekal al-Qur'an sebagi pedoman hidup
yang akan menghantarkannya kepada kebahagiaan baik di dunia maupun di
akhirat.
6. Untuk menjalankan tugasnya manusia diberi tempat yaitu bumi. la
diperbolehkan untuk memanfaatkan segala apa yang terkandung di dalamnya
sebagai sumber kehidupannya.

20

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an Terjemah (hadiah dari Khadim al-Harmaen asy-Syarifain Raja fahd ibn
'Abd al-Aziz al-Sa'ud, 1971.
Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Qurthubi, al--Juami' al-Ahkam al-
Qur'an, Beirut: Dar al-Fikr, t.t
Al-Hasany, Fathurrahman li al-Thalib al-Quran, Maktabah Dahlan, t.t.
H.M,D. Dahlan, Kunci-kunci Menyingkap Isi al-Qur'an, Bandung: Yayasan
Pustaka Fithri, 2001M
M. Quraish Shihab, Membumikan al-Quran, Bandung- Mizan, 1992.
Wahbah Juhaeli, Tafsir al-Munir fi al-Aqidah wa al-Syariah wa
al-Manhaj,Libanon: Dar al-Fikr al-Ma 'ashir. t.t
M. Hasan al-Hasimy, Tafsir wa bayan ma'a asbab an-nuzul, Beirut: Dar Rasyd, t.t
M. dawarn Rahario, Ensiklopedi al-Quran, Jakarta: Pondok Indah, 1996
Ahmad W. Munalwir, Al-Munawwir, Yogyakarta: Pesantren Krapyak
al-Munawir, 1984
Jalaluddin Muhammad bin Ahmad al-Muhalla dan jalaluddin bin Abdurrahman
bin Abi bakar al-Suyuthi, Tafsir al-Quran al-Adzim, Surabaya: Bengkul Indah,t. t
AI-Zamakhsari, al-Kasyaf, Beirut: Dar al-Fkir, t.t.
Ismail Haq, al-Buruswi, Ruh al-bayan, Beirut : Dar al-Fkir, t,t.
Aisyah Abdurrahman, Sentivilas Hermenelika al-Quran, alih bahasa oleh M.
Adib al-Arief, Yogyakarta, LKPSM, 1997.
Machasin, Menyelami Kebebasan Manusia, INHIS: Pustaka Pelajar, 1996
Said Qutb, Fi Dzilal al~Quran, Kairo: Dar as-Sarq, 1998

Anda mungkin juga menyukai