Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK, INTELEKTUAL, EMOSI ,


SOSIAL DAN MORAL PADA GOLDEN AGE

Dosen pengampuh :
Hanifah Azmi, M.Pd

Disusun Oleh :

 Abdul Aziz Lubis : 2201010040


 Umi Kalsum : 2201010169
 Khairun Nisah : 2201010095

UNIVERSITAS AL-WASHLIYAH MEDAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................... 3
A. Pengertian Perkembangan Fisik ...................................................... 3
B. Karakteristik Perkembangan Fisik .................................................. 9
C. Intelektual, ....................................................................................... 10
D. Emosi ............................................................................................... 15
E. Sosial................................................................................................ 17
F. Moral Pada Golden Age .................................................................. 19

BAB III PENUTUP................................................................................... 23


A. Kesimpulan ..................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut UU Sisdiknas 2003 anak usia dini adalah anak yang berada
pada usia 0-6 tahun dan antara 0-8 tahun menurut para pakar Pendidikan.
Pada masa ini anak mengalami pertumbuhan serta perkembangan sangat
pesat yang tidak akan tergantikan di masa mendatang sehingga masa ini
disebut sebagai masa golden age. Masa golden age ini sangat berpengaruh
pada tahap tumbuh kembang selanjutnya. Masa ini juga hanya berlangsung
satu kali dalam seumur hidup setiap individu (Trianto, 2011: 7). Maka dari
itu proses tumbuh kembang pada masa ini harus sangat diperhatikan oleh
guru maupun orangtua.

Selain itu, masa usia dini ini disebut juga sebagai periode sensitif
(critical period). Dimana pada periode ini kematangan fungsi fisik dan
psikis anak sudah siap untuk merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan (Musringati, 2017: 1). Oleh karena itu, seluruh kebutuhan
tumbuh kembang anak harus dipenuhi dengan baik agar tumbuh kembang
anak berlangsung dengan optimal. Kebutuhan tumbuh kembang itu meliputi
asupan gizi, pemberian stimulasi dan intervensi, serta lingkungan yang
mendukung. Jika salah satu atau sebagian kebutuhan itu tidak terpenuhi,
maka akan menyebabkan terganggu atau kurang optimalnya tumbuh
kembang anak. Misalkan, seorang anak yang diasuh dan distimulasi dengan
baik, namun asupan gizinya tidak terpenuhi dengan baik maka tumbuh
kembang anak itu terhambat (Anwar & Ahmad, 2016: 8-9).

B. Rumusan Masalah
 Bagaimana Pengertian Perkembangan Fisik ?
 Bagaimana Karakteristik Perkembangan Fisik ?
 Bagaimana Intelektual Anak?
 Bagaimana Perkembangan Emosi ?
 Bagimana Sosial Perkembangan Anak ?

1
 Bagaimana Moral Pada Golden AGE ?

C. Tujuan Penulisan
 Untuk Mengetahui Pengertian Perkembangan Fisik
 Untuk Mengetahui Karakteristik Perkembangan Fisik
 Untuk Mengetahui Intelektual Anak
 Untuk Mengetahui Perkembangan Emosi
 Untuk Mengenai perkembangan Sosial pada Anak
 Untuk Mengetahui Moral Pada Golden AGE

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkembangan Fisik


Secara garis besarnya, pertumbuhan dan perkembangan fisik peserta didik
dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap setelah lahir hingga usia tiga tahun, tahap
anak-anak hingga masa prapubertas (3-10 tahun), tahap pubertas (10-14 tahun),
dan tahap remaja (usia 12 tahun keatas). Berdasarkan tahap diatas maka anak usia
sekolah (SD-SMP) dimasukan dalam tahap prapubertas dan pubertas awal,
sedangkan anak SMP hingga SMA dimasukan dalam tahap remaja.
Perkembangan fisik dan motorik anak harus dipertimbangkan dalam
konteks tertentu. Mengangkat kepala atau duduk tanpa bantuan bayi bukanlah
sumber eksklusif proses pematangan (yang bergantung pada usia) sebagai fisik
dan karakteristik sosial lingkungan memainkan peran penting di dalamnya juga.
Adolph dan Berger menggunakan contoh merangkak dan belajar berjalan untuk
menggambarkan berapa banyak praktik sehari-hari dan harapan ibu dalam
membesarkan anak-anak signifikan untuk menguasai tolok ukur motorik.
Tabel 1
Fase Perkembangan
No Tahap Bentuk gerakan
Perkembangan
1 Tahap gerakan Bentuk gerakan pada tahapan ini tidak direncanakan, merupakan
refleks (0- 1 dasar dari perkembangan motorik. Melalui gerak refleks bayi
tahun) memperoleh informasi tentang lingkungannya, seperti reaksi
terhadap sentuhan, cahaya, suara. Gerakan ini berkaitan dengan
meningkatnya pengalaman anak untuk mengenal dunia pada
bulan-bulan pertama mengenal kehidupan setelah kelahiran.
Oleh
karena itu kegiatan bermain sangat penting untuk menolong
anak belajar teng dirinya dan dunia luar. Tahapan gerak refleks
terbagi atas dua bentuk yaitu;
1. Refleks sederhana (0-4 bulan) Gerak ini dikelompokkan
sebagai kumpulan informasi, mencari makanan, dan respon

3
melindungi. Mengumpulkan informasi membutuhkan
rangsangan untuk berkembang. Kemampuan mencari
makanan dan respon melindungi merupakan bentuk alami
yang dimiliki manusia. contoh geak refleks sederhana
seperti, bertumbuh dan menghisap.
2. Refleks tubuh (4 bulan-1 tahun) Refleks ini berkaitan
dengan saraf motorik untuk keseimbangan gerakan
berpindah (lokomotor) dan manipulative (menjalankan)
yang kemudian akan terkontrol. Refleks langkah dasar dan
merangkak terkait dengan gerakan dasar untuk berjalan.
Perkembangan motorik pada tahap refleks terdiri pula
dalam dua tingkatan yang saling bertindihan, yaitu tingkat
encoding (mengumpulkan) informasi dan decoding
(memproses) informasi.
2 Tahap gerakan Gerak permulaan ini merupakan bentuk gerak sukarela yang
permulaan pertama. Dimulai dari lahir sampai usia 2 tahun. Gerakan
(lahir-2 tahun) permulaan membutuhkan kematangan dan berkembang
berurutan. Urutan ini terbentuk alami. Ratarata kemampuan ini
didapat dari anak ke anak, meskipun secara biologis, dan
lingkungan sangat berperan. Gerakan ini ada sebagai
kemampuan untuk bertahan hidup dan merupakan gerakan yang
mempersiapkan

4
3 Tahap gerakan Gerakan ini muncul ketika anak aktif bereksplorasi dan
dasar (2-7 bereksperimen dengan potensi gerak yang dimilikinya. Tahap
tahun) ini merupakan tahap menemukan bagaimana menunjukkan
berbagai gerak keseimbangan, lokomotor dan manipulative,
maupun penggabungan ketiga gerakan tersebut. Beberapa
kegiatan lokomotor seperti melempar dan menangkap, dan
kegiatan keseimbangan seperti berjalan lurus dan keseimbangan
berdiri dengan satu kaki merupakan gerakan yang dapat
dikembangkan semasa kanak-kanak. Tahap ini terbagi atas 3
tingkat, yaitu;
1. Tingkat permulaan (2-3 tahun) Tingkatan ini menunjukkan
orientasi tujuan pertama anak pada kemampuan permulaan.
Gerakan ini dicirikan dengan kesalahan dan kegagalan
bagian gerakan secara berurutan, kelihatan membatasi atau
berlebihan menggunakan anggota tubuh, tidak mampu
mengikuti ritmk dan koordinasi. Gerakan keseimbangan,
lokomotor dan manipulative benar-benar pada tingkat
permulaan.
2. Tingkat elementary (4-5 tahun) Tingkatan ini menunjukkan
kontrol yang lebih baik dan gerakan permulaan koordinasi
ritmik yang lebih baik pula. Gerak spasial dan temporal
lebih meningkat, namun secara umum masih kelihatan
membatasi atau berlebihan, meskipun koordinasi lebih baik.
Intelegensi dan fungsi fisik anak semakin meningkat
melalui proses kematangan.
3. Tingkat mature (6-7 tahun) Tingkatan ini dicirikan
oleh efisiensi secara mekanik, koordinasi dan penampilan
yang terkontrol. Keahlian manipulative semakin
berkembang dalam mengkoordinasi secara visual dan
motorik, seperti menangkap, menendang, bermain voli,
dsb).

5
4 Tahap gerakan Tahapan ini merupakan tahap gerakan yang semakin bervariasi
keahlian (7-14 dan kompleks, seperti gerakan sehari-hari, rekreaasi dan
tahun) olahraga baru. Periode ini merupakan tahap dimana keahlian
keseimbangan dasar, gerak lokomotor dan manipulative
meningkat, berkombinasi, dan terelaborasi dalam berbagai
situasi. Misalnya gerakan dasar melompat dan meloncat,
dikombinasikan kedalam kegiatan menari atau lompatjongkok-
berjalan dalam mngikuti jejak.
Tahapan ini terbagi atas 3 tahap, yaitu;
1. Tahap transisi (7-10 tahun) Tahap ini indivdu mulai
mengkombinasi dan mengunakan kemampuan dasarnya
dalam kegiatan olahraga. Misalnya, berjalan mengikuti
garis lurus, lompat tali, bermain bola, dll. Keahlian pada
tahap ini lebih kompleks dan spesifik.
2. Tahap aplikasi (11-13 tahun) Pada tahap ini anak memiliki
keterbatasn dalam kemampuan kognitif, afektif dan
pengalaman, dikombinasikan dengan keaktifan anak secara
alami mempengaruhi semua aktivitasnya. Peningkatan
kognitif dan pengalaman anak dipengaruhi oleh
kemampuan individu untuk belajar dan peran anak dalam
berbagai jenis aktifitas, indivudu dan lingkungan. Keahlian
kompleks dibentuk dan digunakan dalam pertandingan,
kegiatan memimpin dan memilih olahraga.
3. Tahap lifelong utilisasi (14 tahun sampai
dewasa) Tahapan ini merupakan puncak proses perkembangan
motorik dan dicirikan dengan gerakan yang sering dilakukan
sehari-hari. Minat, kompetensi, dan pilihan mempengaruhi,
selain faktor uang dan waktu, peralatan dan fasilitas, fisik dan
mental, bakat, kesempatan, kondisi fisik dan motivasi pribadi.

6
Perkembangan fisik merupakan suatu perubahan yang terjadi pada fisik
manusia, pada anak usia dasar meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan,
perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur
tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Perkembangan fisik ini
mencakup aspek-aspek sebagai berikut :
a. Perkembangan anatomis. Perkembangan anatomis ditunjukkan dengan
adanya perubahan kuantitatif pada struktur tulang belulang, indeks tinggi
dan berat badan, proporsi tinggi kepala dengan tinggi garis keajekan badan
secara keseluruhan.
b. Perkembangan fisiologis. Perkembangan fisiologis ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan secara kuantitatif, kualitatif, dan fungsional dari
sistem-sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah dan
pernafasan, persyarafan, sekresi kelenjar dan pencernaan.1
Perkembangan fisik berkaitan erat dengan perkembangan motorik. 2
Sedangkan perkembangan motorik merupakan perkembangan dari unsur
kematangan dan pengendalian gerakan tubuh yang erat kaitannya dengan
perkembangan pusat motorik di otak. Perkembangan motorik adalah
perkembangan gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot yang terkoordinasi. Perkembangan motorik adalah proses yang sejalan
dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, di mana
gerakan individu meningkat dari keadaan tidak terorganisir menjadi penguasaan
keterampilan yang kompleks dan terorganisir dengan baik.3
Selaras dengan hal tersebut perkembangan fisik merupakan pertumbuhan
yang terjadi pada diri seorang anak yang melibatkan perkembangan otak, sistem
syaraf, atau dengan kata lain bisa disebut dengan perkembangan secara fisiologis.
Anak dengan umur yang sama tidak berarti mempunyai pertumbuhan dan
perkembangan fisik atau biologis yang sama, pun anak perempuan dan laki-laki
juga tidak berarti mempunyai pertumbuhan dan perkembangan fisik yang sama.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Fisik
1
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Kencana, 2011), hlm. 40
2
Arif Rohman Hakim, Sugiono, Soekardi,“Pengaruh Usia dan Latihan Kesinambungan
terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Tunagrahita Kelas Bawah Mampu Didik Sekolah
Luar Biasa”, dalam Jurnal of Physical Education and Sports, JPES 2 (1) (2013.
3
Lismadiana. “Peran Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini”, dalam Jurnal ISSA,
Tahun II , Nomor 3: februari 2013.

7
1) Faktor Internal
a) Sifat jasmaniah yang diwariskan dari orang tuanya.
b) Kematangan. Secara sepintas, pertumbuhan fisik, meskipun anak
sudah diberikan makanan dengan gizi yang tinggi, tetapi apabila
kematangan belum sampai, pertumbuhan akan tertunda.
2) Faktor eksternal
a) Kesehatan. Anak yang sakit-sakitan pertumbuhan fisik akan
terhambat.
b) Makanan. Anak yang kurang gizi pertumbuhan fisiknya akan
terhambat, sebaliknya yang cukup gizi pertumbuhannya pesat.
c) Stimulasi lingkungan. Individu yang tubuhnya sering dilatih untuk
meningkatkan percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan yang
tidak pernah mendapat pelatihan.4
b. Pertumbuhan dan Ciri-ciri Fisik Anak Usia Dasar
1) Pertumbuhan dan Ciri-ciri Fisik anak Usia Enam Tahun
a) Pertambahan berat badannya 1,8-2,3 kg per tahun; berat badan 17,3-
20,5 kg.
b) Pertambahan tinggi 5,1-6,4 cm per tahun, tingginya rata-rata 106, 7 -
116,8 cm.
c) Rata-rata denyut nadi 90 sampai 110 kali permenit.
d) Kecepatan pernapasan berkisar dari 20 sampai 30, bergantung pada
kegiatan dan keadaan emosi.
e) Suhu tubuh stabil pada 36,6o-37,4o C.
f) Ukuran kepala kira-kira hampir sama dengan ukuran orang dewasa.
g) Membutuhkan kurang lebih 1800 kalori perhari.
h) Ketajaman penglihatan 20/20.
i) Penelusuran penglihatan dan penglihatan teropong sudah berkembang
dengan baik.5
2) Pertumbuhan dan Ciri-Ciri Fisik Usia Tujuh Tahun

4
Muhammad Ali dan Muhammad Asrori, Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2004, hlm. 21-22
5
Eileen Allen dan Lynn R. Marotz, Profil Perkembangan Anak : Prakelahiran Hingga Usia
12 Tahun, hlm.148-149

8
a) Kenaikan berat badan cenderung hanya sedikit (2,7 kg) pertahun
adalah wajar. Berat badan umur tujuh tahun kira-kira (22,7-25 kg).
b) Tinggi badan meningkat kurang lebih 6,25 cm pertahun. Anak
perempuan ± 110-116,3 cm; anak laki-laki 115-124 cm.
c) Pertumbuhan fisik berlangsung pelan dan stabil.
d) Postur tubuh semakin tegak ; tangan dan kaki bertambah panjang;
menjadikan anak usia tujuh tahun kelihatan ramping dan tinggi.
e) Tingkat energy datang dan pergi, naik turun antara semburan energy
dan jeda kelelehan sementara.
f) Masih terkadang terkena penyakit flu dan penyakit ringan lainnya.
g) Bola mata terus berubah ukurannnya.
h) Warna rambut sering menjadi lebih gelap.
i) Gigi bayi tarsus digantikan dengan gigi permanen.6
Berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak juga sangat
berpengaruh, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Seperti kenyataan yang
kita tahu bahwa anak jika tanpa asupan gizi makanan yang cukup dan lengkap
maka pertumbuhan fisik akan terhambat, dengan kata lain, setiap anak harus
memenuhi asupan yang lengkap supaya perkembangan fisiknya mencapai yang
semestinya.

B. Karakteristik Perkembangan Fisik


Salah satu ciri kegiatan belajar mengajar adalah terjadinya interaksi antara
guru dan siswa. Masing-masing memiliki tugas yang saling mendukung. Siswa
bertugas untuk belajar dan guru bertugas mendampingi siswa dalam belajar.
Dalam kegiatan belajar, siswa diharapkan mencapai tujuan pembelajaran tertentu
yang meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Sesuai orientasi baru pendidikan,
siswa menjadi pusat terjadinya proses belajar mengajar (student center) maka
standar keberhasilan proses belajar mengajar itu bergantung kepada tingkat
pencapaian pengetahuan, keterampilan dan afeksi oleh siswa. Oleh karenanya
guru sebagai pendesain pembelajaran sudah seharusnya mempertimbangkan
karakteristik siswa baik sebagai individu maupun kelompok.

6
Eileen Allen dan Lynn R. Marotz, Profil Perkembangan, hlm.174

9
Memahami heterogenitas siswa berarti menerima apa adanya mereka dan
merencakan pembelajaran sesuai dengan keadaannya. Program pembelajaran di
sekolah dasar akan berlangsung efektif jika sesuai dengan karakteristik siswa yang
belajar. Smaldino dkk7, mengemukakan empat faktor penting yang harus
diperhatikan dalam menganalisis karakter siswa : (1) Karakteristik umum; (2)
kompetensi atau kemampuan awal; (3) gaya belajar; (4) motivasi. Berkaitan
dengan motivasi sangat diperlukan untuk memberi dorongan bagaimana siswa
melakukan aktivitas belajar agar menjadi kompeten dalam bidang yang dipelajari. 8
Tabel 2
Karakteristik Perkembangan Fisik
Tahapan Usia (Tahun) Karakteristik
Bayi Awal 0-± 1 Percaya Vs Tidak percaya
Bayi Lanjut ±1-±3 Otonomi Vs Malu dan Ragu-ragu
Anak Awal ±4-±5 Inisiatif Vs Merasa Bersalah
Anak Petengahan ±6-±11 Ketekunan Vs Rasa Rendah Hati
Masa Pubertas ±12-±20 Membuktikan kecakapan Vs
Kekacauan Parah
Dewasa Awal ±21-±40 Kekariban VsPengasingan
Dewasa ±41-±65 Menyamaratakan Vs Tidak Aktif
Pertengahan
Masa Lanjut Diatas±65 Menngabungkan Vs Putus Asa

C. Intelektual,
Menurut Santrock dalam (Latifa: 2017), perkembangannmerupakan
bagian dariiperubahan yanggdimulai dariimasa konsepsiidan
berlanjuttsepanjang rentang kehidupannya.bBersifat kompleksskarena
melibatkanbbanyak prosessseperti biologis, kognitif,ddan sosio-
emosional.lF.J Monks,ddkk dalam (Latifa: 2017) meneruskan bahwa
perkembangan mengacu pada proses mengarah kesempurnaan yang tidak
bisa diperbaiki dari pertumbuhan, pematangan, serta pembelajaran. Tahap

7
Beni A. Pribadi, Model Assure untuk Mendesain Pembelajaran Sukses, (Jakarta :
Dian Rakyat, 2011), hlm. 42
8
Beni A. Pribadi, Model Assure, hlm. 42

10
perkembangan anak sekolah dasar bisa dilihat dari sebagian faktor
fundamental bagi kepribadian individuuanak, ialah faktor 1)ffisik-motorik,
2)kkognisi, 3)ssosio-emosional, 4) bahasa,adan 5)mmoral agama
(Sumantri: 2014).

Menurut Santoso dalam (Ramaikis: 2013) terciptanya bermacam


agenda yang memberikan bantuan untuk keperluan anak, guna memajukan
kemampuan intelektual, emosional, spiritual, moral, serta fisiknya secara
optimum, hingga mencetak generasi yang sempurna serta bisa bersaing
secara menyeluruh.

Perkembangan intelektual, kecerdasan atau untuk ranah psikologi


atau pendidikan diistilahkan dengan perkembangan kognitif, adalah suatu
pengetahuan yang menganalisis aktivitas psikis atau cara kerja keahlian
berpikir abstrak individu. Perkembangan intelektual berhubungan dengan
kemampuan kognitif seseorang, yaitu kemampuan berpikir
dannmemecahkan masalah.aAspek kognitiffjuga dipengaruhi
olehhperkembangan sellsaraf pusattdiootak.

Berbicarammengenai masalah tumbuh kembang dan perkembangan


intelektual (kognitif) anak, secara umum masyarakat mengacu padaateori
Jean Piagettyang menyatakan bahwaaperkembangan
intelektuallmerupakan hasillinteraksi dengan lingkunganndan
kematangannanak. Menurut Piagettdalam (Ibda: 2015)
perkembangannintelektual didasarkannpada dua fungsiiyaitu
organismeedan.adaptasi. Pertama, fungsiiorganisme, yaitu
mensistematisasikan prosessfisik atauupsikologis dari suatu sistemmyang
teraturrdan terkait atauuterstruktur, sepertiihalnyaabayi memiliki
strukturrperilakuuuntuk memusatkan perhatian secara
visualldan.memegang objek secaraaterpisah. Kedua, proses adaptasi, yaitu
sebagaiiprosesspenyesuaian skemaauntuk meresponnlingkungan
melaluiiproses yangttidak terpisahkan. 9
9
R. Andi Ahmad Gunadi. (2013). Membentuk Karakter Melalui Pendidikan Moral Pada
Anak Usia Dini Di Sekolah Raudhatul Athfal (R.A) Habibillah. Jurnal Ilmiah Widya
Volume 1 Nomor 2 Juli-Agustus 2013 p. 85 – 91.

11
Seluruh anakkmelewati tahapannintelektual untuk
prosessyanggsama, meskipun tidakkwajib pada usia yanggsama. Masing-
masing tahap awalltersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam tahap
selanjutnya yang merupakan bagian dari pemikiran baru yang berada di
tahap pengembangan. Oleh karena itu, setiap tahap kognitif adalah
campuran dari tahap-tahap sebelumnya.

Piaget dengan teori perkembangan intelektualnya mengatakan


bahwasanya potensi anak dalam menjalankan abstraksi atau analisis baru
akan dimulai ketika mereka berumur diiatas 100tahun, yanggdinamakan
dengan tahappperkembangan formal.lSeiring bertambahnya usiaaanak,
perkembangannintelektualnya akannsangat kompleksssebab
informasiiyang didapat semakinnbermacam-macam.

Pada anak dengan nmasalah belajar tertentu, fungsi perkembangan


intelektualnya belum optimum sebab kendala yang dialaminya,
sepertiikemampuan membaca,mmenulis serta berhitung.hHingga
anakkakan mengalamiimasalah dalam menyiapkan tugassyang
membutuhkan potensi dasar yang optimum. Beda halnya dengan anak
yang perkembangan intelektualnya berguna secara optimumaakan
cenderunggmendapatkan prestasiiakademik yanggbagus yanggdapat
diamati dengan hasillbelajar anak,kbaik dariirapor maupun tes hasil belajar
penguasaan ilmu pengetahuan.

Dalam teori Piaget, pemahaman kognitif adalah potensi intelektual


yang dipunyai anak. Pemahaman intelektual ini sangat berhubungan
dengan pengetahuan yang dipunyai anak yang bisa diamati dengan
hasillbelajar anakkdi sekolahhseperti bukuulaporan hasillbelajar. Tidak
hanya hasillbelajar, sebenarnya prosessbelajarranak penting diketahui.
Sebab proses atau pola anak dalam mendapatkan hasil yang bagus tidak
lepas dari cara anak belajar.

Menurut (Priatna: 2016) karakteristik yang penting dalam


perkembangan masa anak di sekolah dasar terdapat pada faktor fisik,

12
intelektual, serta emosional yang ditandai dengan: (1) perkembangan
bahasa, (2) perkembangan sosial, (3) tumbuhnya rasa ingin tahu, (4)
pembentukan karakter, (5) perkembangan otak, (6) perkembangan minat,
serta (7) pembentukan kepribadian.

Tahap Perkembangan Intelektual


Menurut Piaget dalam Rinesti (2010) tahap perkembangan intelektual antara lain:

Sensoriimotorr(usiaa0-2ttahun)
Dalammperkembangan masa sensorik motorik yang aktif sejak lahir
hingga umur 2 tahun, kecerdasan anakkmasih primitif,fartinya
masihhbertumpu pada sikappterbuka. walaupun termasukpprimitif, namun
itu adalah kecerdasan dasar yang sangat bermakna sebab menjadi landasan
bagi jenis kecerdasan spesifik yang akan dimiliki siswa. Kecerdasan
motorik sensorik dilihattsebagai kecerdasan praktissyang berguna
untukkanak usiaa0-2 tahunndalam belajarrbertindak kepada
lingkungannya sebelummmampu memikirkan apa yang dilakukannya.
Anak-anak padaatahap iniibelajar bagaimanaamengikuti duniaasecara
praktissdannbelajar untuk mendapatkan efekktertentu dari memahamiiapa
yanggmereka lakukan kecualiihanya mencariicara dalam melaksanakan
sebuah tindakan.

Bayiidi bawahhusia 18bbulan pada hakikatnya belummmempunyai


pemahaman benda permanen, yaitu benda apa pun yang tidak dilihat,
disentuh, atau tidak didengarnya, dianggap tidak ada padahal sebenarnya
ada di tempat lain. Dari 18 bulan hingga 24 bulan, pemahaman benda
permanennanak akan muncul secara sistematis dannbertahap. (anakkmulai
mencariisesuatu yanggbiasanya ada di sekitarnya). Motorik sensorik, pada
usia 0-18 bulan anak belum mempunyai pemahaman benda permanen,

13
maka pada usia 18-24 bulan kemampuan mengenali benda permanen anak
datang secara sistematis dan bertahap. 10

Pra-operasionall(usia 2-7ttahun)
Masa perkembangannkognitif pra-operasionallada padaaanak-anak
saat mereka berusiaa2 hinggaa7 tahun. Perkembangan tersebut dimulai
ketika anak mempunyai penguasaan penuh untuk menjadi benda
permanen. Maksudnya anak telah mempunyai pemahaman akan
keberadaan suatu objek yang harus ada, meskipun objek itu telah
tertinggal atau tidak tampak dan tidak terdengar. Maka keberadaan benda-
benda itu berbeda dengan masa sensori-motorik, tidak lagi terikat dengan
observasi belaka tetapi akanntetap dicariiketika bendaatersebut tidakkada.

Pendapatan keahlian seperti kesesuaian dengan keberadaan benda


permanen merupakan hasilldari adanya kapasitasskognitif baruuyang
dinamakan dengan representasi atauurepresentasi mental.lRepresentasi
mentalljuga membolehkan anak-anak dalam mengembangkan tiruan yang
ditangguhkan, kemampuan untuk menirukan sikap orang lain yang
awalnya mereka lihat dalam menanggapi lingkungan. Bersamaan dengan
adanya kapasitas belajar berwawasan, yaitu gejala belajar dari wawasan
nalar. Untuk hal ini anak sudah dapat mengamati keadaan problematis,
yaitu menekuni bahwasanya suatu situasi terdapat problem, kemudian
berpikir sejenak. Setelah berpikir, ia mendapat reaksi 'aha', yakni
pengetahuan atau inspirasi otomatis dalam menyelesaikan problem versi
anak. Selain mendapatkan kapasitas ini, juga sangat perlu untuk
menguasai keterampilan bahasa.

Pada tahap praoperasional, caraaberpikir anakktidak logis,


tidakkkonsisten, danntidak sistematis, hallini ditandaiidengan karakteristik
berikut ini.

10
Masitoh, dkk. (2008). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 58
Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.

14
a. Transductive0reasoning, adalah caraamenalar yanggtidak induktiffatau
deduktifftetapi tidakklogis
b. Hubungannsebab-akibat yang tidak jelas, yaituuanak-anak mengenali kaitan
sebabakibattsecara tidakkmasuk akal
c. Animisme,aadalah berpendapat bahwasanya seluruh objek ituuhiduppseperti
sendirinya
d. Artificialism,aadalah keyakinan bahwasanya segalaasesuatu yang ada di
lingkungannmempunyai jiwaalayaknyaamanusia
e. Perceptuallyybound, adalahhanak membandingkannsesuatu dari apaayang
mereka lihat atauudengar
f. Mentallexperiment adalah dimana anakkmencoba melakukannsesuatu dalam
mendapatkan jawabanndari masalah yanggdijumpainya
g. Centration,aadalah anakkmemusatkan perhatiannyaapada suatu karakteristik
yanggamat menarikkdan mengabaikannciri-ciriilainnya 11

D. EMOSI
Perkembangan sosial emosional anak usia dini adalah kemampuan
anak untuk sepenuhnya mengelola dan mengekspresikan emosi baik
positif maupun negatif. Anak-anak juga dapat belajar secara aktif dengan
berinteraksi dengan teman sebaya dan orang dewasa di sekitar mereka dan
menjelajahi lingkungan mereka. Perkembangan sosial emosional
merupakan proses dimana anak belajar beradaptasi untuk memahami
situasi dan emosi dalam berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya,
mendengarkan, mengamati dan meniru apa yang mereka lihat.
Perkembangan sosial emosional juga sangat sensitif bagi anak-anak untuk
memahami perasaan satu sama lain dengan berinteraksi dalam kehidupan
sehari-hari. Karena perkembangan manusia sendiri merupakan proses yang
kompleks, yang dapat dibagi menjadi empat ranah utama, yaitu
perkembangan fisik, intelektual yang termasuk kognitif dan bahasa, serta
emosi dan sosial, yang di dalamnya juga termasuk perkembangan moral.
Hal ini merupakan suatu proses dimana anak-anak belajar untuk
menyesuaikan diri dengan norma, moral dan tradisi masyarakat saat ini.12
Adapun ciri-ciri penampilan emosi pada anak
menurut Hurlock ditandai oleh intensitas yang tinggi, sering kali
ditampilkan, bersifat sementara, cenderung mencerminkan individualitas,
bervariasi seiring meningkatnya usia, dan dapat diketahui melalui gejala
perilaku. Beberapa pola emosi yang dijelaskan Hurlock yang secara umum
terdapat pada diri anak, yaitu:
1. Rasa Takut
Ketakutan berfokus pada bahaya dengan cara yang sama seperti kita takut
pada kegelapan dan imajinatif yang terkait dengan kegelapan, kematian
atau cedera, kilat guntur, dan karakter seram yang ditemukan di dalamnya
11
John Siraj-Blatchford. (2009). Editorial: Education for Sustainable Development in Early
Childhood. International Journal of Early Childhood, Vol. 41, No. 2, 2009.
12
Kristin A. Termini & Jeannie A. Golden. Moral Behaviors: What Can Behaviorists Learn
from the Developmental Literature?. International Journal of Behavioral Consultation
and Therapy Volume 3, No. 4, 2007, p. 477.

15
seperti buku dongeng, film, televisi, kartun. Dan anak-anak memiliki sedikit
kesempatan untuk beradaptasi dengan situasi. tapi bersama perkembangan
mental dan bertambahnya usia anak, mereka dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.
2. Rasa Marah
Pada dasarnya kemarahan seseorang dapat disebabkan oleh berbagai
rintangan, Misalnya, hambatan untuk gerakan yang diinginkan anak,
hambatan untuk keduanya yaitu berasal dari orang lain atau dari
ketidakmampuan mereka. Seperti, hambatan terhadap kegiatan yang ada,
dan banyak lagi yang dapat menyebabkan kemarahan.
3. Rasa Cemburu
Kecemburuan adalah reaksi normal terhadap hilangnya cinta nyata,
imajiner, atau terancam kehilangan cinta sayang. Kecemburuan dapat dipicu
oleh kemarahan yang memicu sikap menjadi jengkel dan fokus pada orang
lain. sering menjadi pola kecemburuan muncul dari rasa takut
dikombinasikan dengan kemarahan. Adapun yang dapat menyebabkan
cemburu yaitu (1) Dirinnya merasa di abaikan atau diduakan oleh orang
yang sedang diajak bicara atau yang dia sayang, (2) Kondisi lingkungan
sekolah juga dapat menyebabkan anak cemburu saat dirinya dikelas atau
lingkugan sekolahnya, (3) Orang lain memiliki barang yang sama dengan
yang di punyai, hal ini seringkali terjadi saat anak merasa iri, marah dan
kesal karena barang yang dimiliknya sama dengan barang temannya.
4. Kesedihan
Anak dapat merasakan kesedihan itu keadaan yang sudah biasa di alami dan
sudah umum, namun hal ini memiliki beberapa alasan kenapa anak
merasakan kesedihan. (1) Para orangtua, guru, dan orang dewasa lainnya
yang berusaha mengamankan anaknya dari bahaya atau gangguan yang
dapat menyelakai dirinya, (2) Anak-anak terutama saat masih kecil karena
daya ingat anak itu sangat tajam namun terkadang mudah terlupakan saat
sudah mendapatkan hadiah atau yang lain, (3) Mengganti suatu barang
yang telah hilang dengan hal ini mungkin kesedihan anak lebih berkurang
karena barang yang hilang sudah di ganti dengan yang baru.
5. Keingintahuan
Anak-anak biasanya lebih cenderung keingintahuannya karena mungkin
anak merasakan hal aneh dan suatu perilaku yang membuatnya binggung
mungkin karena seseorang yang di dekatnya menyembunyikan sesuatu atau
tingkahnya berbeda dan anak tersebut ingin mencari pengalaman atau ingin
bergabung bersama teman lainnya.
6. Kegembiraan
Kegembiraan adalah keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan rasa
senang, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kesenangan yang intens dan
penuh dengan kebahagiaan. Namun setiap anak juga berbeda untuk
mengekpresikan dirinya yang sedang merasa bahagia.
7. Kasih Sayang

16
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap seseorang atau binatang atau
benda. Hal ini menunjukan perhatian yang hangat dan memungkinkan
terwujud dalam bentuk fisik atau kata-kata verbal (Riris Eka Seriani, 2012 :
31-35).

17
E. SOSIAL
Perkembangan sosial adalah proses kemampuan belajar dan tingkah
laku yang berhubungan dengan individu untuk hidup sebagai bagian dari
kelompoknya. Di dalam perkembangan sosial, anak dituntut untuk memiliki
kemampuan yang sesuai dengan tuntutan sosial di mana mereka berada.
Tuntutan sosial yang dimaksud adalah anak dapat bersosialisasi dengan baik
sesuai dengan tahap perkembangan dan usianya, dan cenderung menjadi
anak yang mudah bergaul. Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam
hubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua
maupun saudara-saudaranya. Saat berhubungan dengan orang lain, terjadi
peristiwaperistiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat
membentuk kepribadiannya, dan membentuk perkembangannya menjadi
manusia yang sempurna.
Menurut Feldman (2012: 179) perkembangan sosial anak dimana anak
mulai membangun psikososial dalam hal menyelesaikan konflik. Konflik ini
muncul ketika anak-anak berkeinginana untuk independen dari orang orang
tua mereka. Anak mulai tumbuh rasa inisiaf diri, untuk memcoba sesuatu
hal yang dirasa mampu dilakukannya seperti mengenakan sepatu sendiri,
berpakaian. Jika hal itu tidak dapat dilakukan mereka merasa bersalah.
Peran orang tua penting untuk terus bereaksi positif akan keputusan
yang diambil oleh anak mereka secara mandiri. Dengan memberikan
kesempatan untuk bertindak sendiri secara nyata sementara orang tua
memberi arahan dan bimbingan atas inisiatif anak-anak mereka (Feldman,
2012: 179). Selain itu orang tua juga berperan untuk mencegah rasa bersalah
yang dapat bertahan lama dengan mempengaruhi konsep diri anak.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga berpengaruh pada
perkembangan proses berpikir tentang diri anak sendiri. Mereka mulai
membangun kepercayaan diri dan identitas diri masing-masing. Feldman
(2012: 179) pada saat umur 3-4 tahun anak-anak mulai melihat perbedaan
antara orang-orang berdasarkan warna kulit, dan mereka mulai
mengidentifikasi diri mereka dalam suatu kelompok tertentu. Mereka mulai
menyadari bahwa etnis dan ras yang abadi merupakan bagian dari mereka

18
kemudian memahami bahwa masyarakat menempatkan berdasarkan etnis dan
ras.
Perkembangan sosial dan kepribadian dapat dibedakan berdasarkan
gender antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki prasekolah
menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan anak perempuan di rumput
yang tinggi bermain kasar, sedangkan anak perempuan prasekolah
menghabiskan lebih banyak waktu dalam permainan terorganisir dan bermain
drama/peran (Feldman, 2012: 181). Anak laki cenderung memiliki
kompetensi, independen, keuletan, dan daya saing. Sebaliknya anak
perempuan memilki sifat hangat, ekspresif, pemeliharaan dan patuh.
a. Perilaku sosial menurut Hurlock (2008: 118) antara lain:
Pola sosial:
1) Meniru: anak cenderung meniru sikap dan perilaku orang yang sangat
mereka kagumi.
2) Persaingan: keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan
orangorang lain sesudah tampak pada usia empat tahun. Ini dimulai di
rumah dan kemudian berkembang dalam bermain dengan anak di luar
rumah.
3) Kejasama: pada akhir tahun ketiga bermain koperatif dan kegiatan
kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam frekuensi
maupun lamanya berlangsung, bersama dengan meningkatnya
kesempatan untuk bermain dengan anak-anak lain.
4) Simpati: karena simpati menumbuhkan pengertian tentang
perasaanperasaan dan emosi orang lain maka hal ini hanya kadang-
kadang timbul sebelum tiga tahun. Semakin banyak kontak bermain,
maka semakim cepat simpati akan berkembang.
5) Empati: seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian
tentang perasaaan dan emosi orang-orang lain tetapi di samping itu
juga membutuhkan kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di
tempat orang lain. Relatif hanya sedikit anak yang dapat melakukan
hal ini sampai awal masa kanak-kanak berakhir.
6) Dukungan sosial: menjelang berakhirnya masa awal kanak-kanak
dukungan dari teman teman menjadi lebih penting dari pada

19
persetujuan orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku
nakal dan perilaku mengganggu merupakan cara untuk memperoleh
dukungan dari teman-temannya sebaya.
7) Membagi: dari pengalaman bersama orang–orang lain. Anak
mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh persetujuan
sosial adalah dengan cara membagi hak miliknya terutama mainan
untuk anak-anak yang lain. Lambat tahun sifat mementingkan diri
sendiri berubah menjadi sifat murah hati. Anak yang pada waktu bayi
memperoleh kepuasan hubungan erat dan personal dengan orang lain
berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada orang di luar
rumah.
b. Kesadaran sosial: sebelum Awal masa kanak kanak berakhir
kebanyakan anak-anak membentuk pendapat tentang orang lain
apakah seorang itu “baik” atau “jahat”, “pandai” atau “bodoh”.
Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak juga
mempengaruhi keinginan untuk berinteraksi dengan lingkungan sosial
yang ada. Menurut Feldman (2012: 183) sebelum usia 3 tahun
kegiatan sosial melibatkan keberadaan di tempat yang sama pada saat
yang sama, tanpa interaksi sosial yang nyata. Mereka menjalin
hubungan didasarkan kepada keinginan persahabatan, bermain dan
menyenangkan. Fokus kegiatan persahabatan mereka adalah
melakukan hal-hal bersama-sama dan bermain bersama-sama. Contoh
konritnya misalnya mereka mendorong mobil di lantai, bermain
skiping/tali dan melompat atau permainan aktif.

F. MORAL PADA GOLDEN AGE


Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, di samping
kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Pendidikan adalah upaya
yang ditempuh oleh manusia untuk mengubah perilaku sehingga menjadi
lebih baik dan mampu mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.
Pendidikan yang dijalani oleh individu terdapat proses belajar, dimana

20
hasilnya akan membawa perubahan positif dalam kehidupan manusia.
Pengaruh tersebut tidak hanya dirasakan secara individual, tetapi juga
dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar individu tersebut. Oleh karena itu,
keberadaan orang-orang berpendidikan di lingkungan masyarakat tidak
pernah dipandang sebelah mata, namun selalu diperhitungkan. Hal tersebut
dapat dilihat dari keterlibatan orang-orang berpendidikan untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas di lingkungan masyarakatnya.
Ahmad Nawawi (2010: 5) pendidikan nilai moral adalah suatu usaha sadar
yang dilakukan oleh manusia (orang dewasa) yang terencana untuk
memberikan kesempatan kepada peserta didik (anak, generasi penerus)
menanamkan ketuhanan, nilai-nilai estetik dan etik, nilai baik dan buruk,
benar dan salah, mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban; akhlaq mulia,
budi pekerti luhur agar mencapai kedewasaannya dan bertanggungjawab.
Menurut Soegarda, P., dan Harahap, H.A.H., (dalam Ahmad Nawawi,
2010: 5) ciri-ciri yang menunjukkan adanya pendidikan moral: (1) cukup
memperhatikan instink dan dorongan-dorongan spontan dan konstruktif,
(2) cukup membuka kondisi untuk membentuk pendapat yang baik, (3)
cukup memperhatikan perlunya ada kepekaan untuk menerima dan sikap
responsif, (4) pendidikan moral memungkinkan memilih secara bijaksana
mana yang benar, mana yang tidak.

Pelaksanaan pendidikan dimulai dari lingkungan keluarga sejak anak


lahir bahkan sejak anak dalam kandungan. Pendidikan sejak anak dalam
kandungan diberikan melalui berbagai perilaku orang tua, salah satunya
dengan memperdengarkan ucapan-ucapan baik kepada sang jabang bayi.
Setelah anak lahir ke dunia, pendidikan pertama akan dilalui di dalam
lingkungan keluarganya. Orang tua berperan sebagai guru pertama bagi
anak. Tingkah laku, tutur kata, dan penampilan orang tua akan ditiru oleh
anak. Seiring dengan pertambahan usianya, anak kemudian akan menjalani
pendidikan di luar rumah. Di luar rumah, anak berinteraksi dengan
lingkungan yang lebih luas dan individu yang beragam. Pelaksanaan
pendidikan, baik di dalam lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan
keluarga diharapkan mampu mengembangkan perilaku dan pengetahuan

21
anak menuju ke arah yang positif. Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir
(2008: 26) menjelaskan bahwa upaya pendidikan didasarkan atas nilai-
nilai akhlak yang luhur dan mulia. Berdasarkan hal tersebut diketahui
bahwa pelaksanaan pendidikan bukan hanya untuk mencerdasarkan anak
dari segi intelektual atau kognitif, tetapi juga mencerdaskan anak secara
emosional sehingga memiliki perilaku dan tutur kata yang baik sesuai
dengan harapan masyarakat. Hal itu sebagaimana dinyatakan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Butir 1, yaitu: pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu pendidikan yang


penting untuk dilalui dalam kehidupan individu pada usia dininya, karena
kesempatan itu hanya hadir satu kali selama rentang kehidupan manusia.
Pendidikan Anak Usia Dini dapat dilaksanakan melalui tiga jalur, yaitu:
jalur informal yang dilaksanakan dalam keluarga, jalur formal yang
dilaksanakan melalui pendidikan taman kanak-kanak dan raudatul atfal,
dan jalur non formal yang dilaksanakan melalui posyandu, taman
penitipan anak, serta lembaga sejenis lainnya. Undang-Undang Republik
Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1
Butir 14 menjelaskan Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pendidikan lebih lanjut yang dimaksudkan tidak hanya meliputi
pendidikan di sekolah dasar, tetapi juga meliputi pendidikan yang akan
dilalui oleh anak sepanjang usianya.

22
Perlakuan dan pemberian rangsangan yang diberikan kepada anak usia dini
berbeda dengan perlakuan terhadap orang dewasa. Hal tersebut berdasarkan pada
hakikat belajar anak usia dini, yaitu anak usia dini belajar melalui bermain, dan
bermainnya anak usia dini adalah proses belajar untuk menjawab rasa ingin tahu
dan memperoleh berbagai informasi. Aktivitas bermain yang dilakukan anak akan
menjadi sumber belajar bagi anak untuk membangun pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, dan membina perilaku terpuji. Ali Nugraha, dkk.
(2015:1) menjelaskan dalam kegiatan bermain yang didukung lingkungan yang
kondusif, anak sesungguhnya juga belajar mengembangkan nilai-nilai karakter.
Saat bermain, anak belajar berbagi, peduli, kerjasama, dan bertanggungjawab.
Penanaman nilai-nilai karakter untuk anak usia dini akan terjadi dengan
sendirinya pada saat anak praktek langsung dan melihat model/teladan dari orang
lain.
Oleh karena itu, guru pada Pendidikan Anak Usia Dini diharapkan
mampu memberikan berbagai stimulasi untuk mendukung perkembangan
dan pertumbuhan anak, salah satunya dengan menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif untuk anak. Hapidin dan Yenina (2016: 203)
menjelaskan kondisi nyata pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini,
dimana fokus penyelenggaraan pendidikan pada anak usia dini saat ini
banyak yang bergeser ke arah pementingan penguasaan akademik,
khususnya bidang membaca, menulis dan berhitung. Banyak lembaga
PAUD yang melupakan jati dirinya sebagai pembangun pondasi karakter
pada anak usia dini. Jika hal demikian terus-menerus terjadi, maka
pengembangan moral pada anak sejak usia dini tidak akan optimal.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan fisik anak usia dasar pada dasarnya dipengaruhi
banyak faktor, baik faktor internal atau faktor eksternal. Perkembangan
fisik peserta didik akan mempengaruhi proses belajar peserta didik,
sehingga sangat penting bagi pendidik untuk memahami karakteristik
perkembangan fisik peserta didiknya. Salah satu ciri kegiatan belajar
mengajar adalah terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Sesuai
orientasi baru pendidikan, siswa menjadi pusat terjadinya proses belajar
mengajar (student center) maka standar keberhasilan proses belajar
mengajar itu bergantung kepada tingkat pencapaian pengetahuan,
keterampilan dan afeksi oleh siswa. Oleh karenanya guru sebagai
pendesain pembelajaran sudah seharusnya mempertimbangkan
karakteristik siswa baik sebagai individu maupun kelompok.
Perkembangan otak mulai terjadi sejak masa parental, yakni kira-kira 25
hari setelah konsepsi. Pada masa awal perkembangan ini otak terlihat
baru seperti sebuah tabung yang tidak rata dan sangat halu. Sekitar usia
5 hingga 20 minggu dari perkembangan janin dalam kandungan, bagian
dalam dari ruang-ruang otak ini mulai memproduksi sel-sel neuron.

Moral merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan dan


kehidupan manusia. Keberadaan moral akan membawa keharmonisan
dalam kehidupan apabila dilaksanakan sesuai dengan moral yang berlaku.
Pendidikan moral pada anak usia dini merupakan salah satu upaya yang
dilaksanakan untuk memberikan kesadaran tentang moral pada anak sejak
dini. Anak akan mampu melaksanakan moral yang ada jika diberikan
pendidikan moral yang dilaksanakan dengan optimal oleh orang tua dan
lembaga pendidikan di luar rumah. Pelaksanaan pendidikan moral harus
dilaksanakan secara terus-menerus, karena hasil dari pendidikan moral
tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat, namun membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk membentuk sikap dan kebiasaan bermoral anak.

24
Hal itulah yang menjadi alasan bahwa pendidikan moral harus
dilaksanakan sejak usia dini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, Satrio. (2000). Kejiwaan Anak SD Dalam Perspektif Psikologi


Perkembangan Motorik. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.
Aghnaita, (2017). Perkembangan Fisik-Motorik Anak 4-5 Tahun Pada
Permendikbud no. 137 Tahun 2014 (kajian konsep perkembangan anak),
Al-Athfal: Jurnal Pendidikan Anak, Vol.3 No.2 2017.
Ali, Muhammad dan Muhammad Asrori. (2004). Psikologi Remaja;
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Allen, Eileen dan Lynn R. Marotz. Profil Perkembangan Anak: Prakelahiran
Hingga Usia 12 Tahun.
Darmoko, Puji Dwi. (2016). Peran Strategis Guru Dalam Mea, Jurnal Madaniyah,
Volume 1 Edisi X Januari 2016.
Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik : Panduan Bagi Orang Tua
dan Guru dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD , SMP dan SMA.
Dordic, Visnja, Tubic, Tatjana, and Jaksie Damjan, (2016). The relationship
between physical, motor, and intellectual development of preschool
Abdul Mujib, & Jusuf Mudzakkir. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Ali Nugraha, dkk. (2015). Pedoman Pengelolaan Pembelajaran Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini.
Ahmad Nawawi. (2010). Pentingnya Pendidikan Nilai Moral Bagi Generasi
Penerus. Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Farida Agus Setiawati (2006). Pendidikan Moral Dan Nilai-Nilai Agama Pada
Anak Usia Dini: Bukan Sekedar Rutinitas. Paradigma, No. 02 Th. I p. 41-
48.
Hapidin & Yenina. (2016). Pengembangan Model Permainan Tradisional Dalam
Membangun Karakter Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Usia Dini
Volume 10 Edisi 2, November 2016).
Husni Rahim and Maila Dinia Husni Rahiem. (2012). The Use Of Stories As
Moral Education For Young Children. International Journal of Social
Science and Humanity, Vol. 2, No. 6, November 2012.
John Siraj-Blatchford. (2009). Editorial: Education for Sustainable Development
in Early Childhood. International Journal of Early Childhood, Vol. 41,
No. 2, 2009.

25

Anda mungkin juga menyukai