Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING

Dosen pembimbing : Dr. Siti Amanah, S.Pd., M.Pd., Kons

Penyusun :

Putri bulqis A1E120004

Nadia yusrini

Dita

Farhan

UNIVERSITAS JAMBI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penyusun, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Profesionalisasi bimbingan dan konseling” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
profesionalisasi BK.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Profesionalisasi
BK atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan
mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita, khususnya bagi kami. Memang makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Jambi, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberadaan guru bimbingan dan konseling atau konselor diatur melalui Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang

dinyatakanbahwa pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen,konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang

sesuai dengan kekhususannya, sertaberpartisipasi dalampenyelenggaraan pendidikan (Nurrahmi,

2015). Undang-undang ini mengisyaratkan bahwa pekerjaan guru bimbingan dan konseling

memiliki kekhususan yang tidak dimiliki oleh guru mata pelajaran lain. Konselor adalah tenaga

profesional yang memiliki kualifikasi profesional spesialis dalam bidang bimbingan dan konseling

yang diakui dan dengan akreditasi di bidang itu. Konselor menjalankan peran yang berbeda dengan

psikoterapis. Peran konselor adalah melaksanakan konseling, baik konseling individual, konseling

kelompok, konseling keluarga, konseling karir, konseling pendidikan, konsultasi dengan guru,

konsultasi dengan orang tua, dan evaluasi layanan bimbingan dan konseling, serta menfasilitasi

rujukan ke lembaga atau ahli di luar lingkungan sekolah. Dari segi perkembangan, peran konselor

sekolah pada tiap tingkatan adalah unik, namun semuanya terfokus pada hubungan interpersonal dan

intrapersonal. Konselor sebagai pendidik profesional melakukan pelayanan konseling sebagai salah

satu upaya pendidikan untuk membantu individu memperkembangkan diri secara optimal sesuai

dengan tahap-tahap perkembangan dan tuntutan lingkungan. Bimbingan dan konseling merupakan

proses pemberian bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (Konselor) melalui

pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik atara keduanya, agar konseli memiliki

kemampuan atau kecakapan-kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu

memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis

dari pembimbing (Konselor) kepada konseli (siswa) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan

timbal balik antara keduanya untuk mengungkapkan masalah konseli sehingga konseli mampu
melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu

mememcahkan sendiri masalah yang dihadapinya.

Profesikonseloradalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etikadalam pemberian

layanan bimbingan dan konseling(Farozin, 2019; Fuad, 2009; Rahmat, 2019a). Meskipun

demikian, namun masih banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan

profesi(Kos, Wasik, McDonald, Soler, & Lys, 2019; La Guardia & Korcuska, 2019).

Adanya pelanggaran-pelanggaran ataupun penyalahgunaan profesi konselor di sekolah

menyebabkan citra konselor di sekolah saat ini masih belum bisa dikatakan baik dan hal ini

berkaitan dengan profesionalitas konselor. Banyak hal yang melatar belakangi buruknya citra

konselor di sekolah, mulai dari sikap konselor dan tugas konselor yang memang kurang jelas dan

disalahgunakan oleh pihak sekolah itu sendiri(Irmansyah, 2020; Widyastuti & Awalya, 2017).

Konselor yang bertugas sebagai polisi sekolah(Ardimen, 2018b; Kurniawan, 2015; Mange,

2019; S. Latinapa & Faizah, 2018)dan menjadi momok menakutkan bagi siswa-siswanya, terutama

siswa-siswa yang sering melakukan pelanggaran dan nakal(Afifah, 2020; Hartawan, 2013; Shanty

& Christiana, 2013). Oleh karena itu, penting bagi para konselor sekolah untuk berupaya

memperjuangkan agar citranya menjadi positif dan bermanfaat bagi para siswa dan seluruh

warga sekolah sesuai dengan tugas yang sebenarnya sebagai konselor, dengan

mengupayakan bersikap profesional dan merujuk pada etika profesional seorang konselor(Astiti,

Suminar, & Rahmat, 2018; Juliawan, Wiguna, & Bawa, 2020).

Dasar pendidikan merupakan upaya membantu manusia untuk menjadi apa yang bisa dia

perbuat dan bagaimana dia harus menjadi (becoming) dan berada (being) (Bereiter, 1973:6).

Upaya bimbingan dan konseling dalam merealisasikan fungsi-fungsi membantu individu, dengan

kemotekaran nalarnya, untuk memperluas (refine), menginternalisasi, memperbaruhi, dan

mengintegrasikan sistem nilai ke dalam perilaku mandiri. Dalam upaya semacam itu,

bimbingan dan konseling amat mungkin menggunakan berbagai metode dan teknik psikologis,

untuk memahami dan memfasilitasi perkembangan individu, namun tidak berarti bahwa
bimbingan dan konseling adalah psikologi terapan, karena bimbingan dan konseling tetap

bersandar dan terarah kepada pengembangan manusia sesuai dengan eksistensialnya.

Bimbingan dan konseling tidak cukup bertopang pada kaidah-kaidah psikologis melainkan harus

mampu menangkap eksistensi manusia sebagai konsekuensi logis dari hakikat dan makna

pendidikan.Hal senada dikemukakan oleh Gysbers & Henderson (2000), bahwa bimbingan

konseling sebagai suatu profesi yang memiliki tanggung jawab dalam mengembangkan

kesuksesan akademik, karir, dan perkembangan pribadi-sosial seluruh peserta didik.

Perwujutan nyata perkembangan Bimbingan dan Konseling Indonesia dengan upaya Asosiasi

Bimbingan dan Konseling Indonesia yang telah melahirkan dokumen-dokumen untuk

menata hal-hal yang terkait dengan profesi bimbingan dan konseling di Indonesia, maka

seorang konselor dituntut untuk memiliki kompetensi seperti tercantum dalam Standar

Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI)yang tertuang dalam Rambu-Rambu Penyelenggaraan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.Oleh karena itu, Bimbingan

dan Konseling sebagai suatu profesiprofesional dalam pelaksanaannya menuntut keahlian

tertentu melalui pendidikan formal, serta rasa tanggung jawab dalam pelaksanaanprofesi.

Tuntutan itu mengantarkan pada penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang harus

dilakukan oleh orang-orang dengan dasar pengetahuan dan keterampilan yang dilandasi oleh

suatu keahlian. Hal ini senada dengan amanah penggagas dan pengawal profesi Bimbingan

dan Konseling Indonesia Prof. Dr. Munandir, MAyang berisikan dalam pidatonyaniat profesi,

tujuan profesi, cara profesional,itulah kesetiaan profesi,profesi kita,profesi pelayanan bantuan,

pengembangan, dan pemberdayaan insan,profesi bimbingan dan konseling

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan fokus masalah yang diuraikan diatas maka sebagai pertanyaan penelitian
adalah:
1. Bagaimana Profesionalisme guru bimbingan dan konseling di smpn 11 kota jambi ?
2. Bagaimana guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program di smpn 11 kota
jambi?
3. Bagaimana upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan profesionalisme
penyusunan program di smpn 11 kota jambi?
4. Bagaimana uji coba pembuatan progaram bimbingan dan konseling di smpn 11 kota
jambi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mendeskripsikan Profesionalisme guru bimbingan dan konseling di smpn 11 kota
jambi
2. Untuk mendeskripsikan guru bimbingan dan konseling dalam menyusun program di
smpn 11 kota jambi
3. Untuk mendeskripsikan upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan
profesionalisme penyusunan program di smpn 11 kota jambi.
1.4 mamfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adlah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis `Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dalam BK khususnya di bidang profesionalisme guru bimbingan dan
konseling dalam menyusun program semesteran di sekolah.
2. Manfaat Praktis
a) Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan ilmu yang berkaitan dengan
pentingnya guru bimbingan dan konseling disekolah.
b) Bahan masukkan bagi sekolah, diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini akan
dapat dijadikan masukan bagi kepala sekolah bahwa guru BK sangat dibutuhkan dalam
instansi pendidikan.
c) Bahan masukan bagi paara guru, tentang pentinnya guru yang profesionalisme dalam
menyusun program terkhususya guru Bimbingan dan Konseling.
d) Bahan masukan bagi para petugas Bimbingan dan Konseling agar dapat berperan dengan
sesuai yang diharapkan.
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Profesionalisasi bimbingan dan konseling
1. Pengertian profesionalisasi
“Profesional” berasal dari kata “profesi”yang diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
memerlukan pendidikan lanjut. ”Profesi” berasal dari bahasa latin: professues berarti “suatu
kegiatan atau pekerjaan yang semula di hubungkan dengan sumpah dan janji bersifat
religious”. Secara historis pemakain istilah itu bahwa seorang yang memiliki profesi berarti
adanya ikatan batin daengan pekerjaannya. Jika terjadi pelanggaran sumpah atau janji terhadap
profesi sama dengan pelanggaran sumpah jabatan yang dipandang telah menodai “kesucian”,
Istilah profesionalisme berasal dari profession. Dalam kamus inggris Indonesia, profession
berarti pekerjaan. Arifin dalam Iskandar Agung, mengemukakan bahwa profession
mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau pekerjaan yang memerlukan keahlian
yang diperoleh melalui pendidikan atau keahlian khusus, Profesionalisme berasal dari kata
“profesi” suatu bidang pekerjaan atau yang akan ditekuni oleh seseoran g atau suatu jabatan
atau pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intesif.
Nana Sudjana dalam Moh. Uzer Usman mengatakan, bahwa profesionalisme berasal dari kata
profesional dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda berarti yang
mempunyai keahlian, dengan kata lain pekerjaan profesionalisme adalah pekerjaan yang hanya
dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu, dan bukan pekerjaan yang
dilakukan oleh orang yang tidak memperoleh pekerjaan lain. Gilley dan Eggland dalam
Iskandar Agung, mengatakan bahwa “profesionalisme berasal dari kata profesi yang berarti
sebagai bidang usaha manusia berdasarkan pengetahuannya, dimana keahlian dan pengalaman
pelakunya diperlukan oleh masyarakat.” Defenisi ini meliputi aspek yaitu ; 1) Ilmu
pengetahuan tertentu 2) Aplikasi kemampuan/ kecakapan 3) Berkaitan dengan kepentingan
umum Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan
kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Profesionalisme guru adalah
kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan sebagai mata pencaharian. Guru
Bimbingan dan Konseling yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang
mempersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran, yang meliputi
pengetahuan, keterampilan profesional, sikap baik yang bersifat pribadi, social maupun
akademis.
Profesionalisme mempunyai makna penting yaitu:
1) Profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masarakat
umum.
2) Profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang
yang selama ini di anggap rendah oleh masarakat.
3) Profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang
memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya.
Segala dalam Tobroni, mengatakan” profesionalisme berasal dari kata profesi berarti pelayanan
dan pengabdian yang dilandasi oleh kemampuan, tehnik dan prosedur yang mantap diiringi
dengan sikap kepribadian tertentu.” Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa profesionalisme adalah suatu pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian tertentu.
Artinya suatu pekerjaan atau jabatan yang tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secara khusus, sehingga seseorang
dapat menjalankan tugas dan kewajibannya secara efekti dan efisien.
2. Ciri-ciri kualifikasi propesionalisasi
Profesionalisme adalah sebutan yang mengacu pada sikap merntal dan bentuk komitmen dari
pada suatu anggota profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitasakualitas
profesionalnya. Seseorang yang memiliki jiwa yang profesionalisme senantiasa mendorong
dirinya untuk kera-kerja yang profesional. Kualitas profesionalisme didorong oleh ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Keinginan untuk selalu menampilkan prilaku yang mendekati piawai ideal. Maksud
”piawai ideal” ialah suatu prilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan sebagai
rujukan.
2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi. Pertwujutannya dilakukan melalui berbagai
cara misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap dan bahasa tubuh,
prilaku sehari-hari, dan bagaimana memelihara hubungan dengan individu lain.
3) Keinginan untuk senantiasa mengejar peluang dan kesempatan pengembangan karir yang
dapat meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilannya.
4) Mengejar kualitas dan cita-cita keprofesian.

Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu dan norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi

3. Dimensi dan indikator propesionalisme guru


Profesionalisme bukanlah barang jadi yang di peroleh atau mungkin di dapatkan oleh seorang
guru, akana tetapi suatu keadaan dari sebuah proses. Untuk itu porofesionalisme guru harus di
laksanakan , di bangun dan di kembangkan menjadi suatu bagian yang menyatu dengan
pembinaan guru secara kontinu. Selama ini telah banyak upaya yang di lakukan untuk
membangun profesionalisme guru, baik dari guru iiu sendiri maupun pemerintah yang
memiliki kewenangan tersebut . Membangun ,mengembangkan dan membina guru adalah yang
harus di lakukan apabila guru ingin profesional. Profesionalisme guru dapat di bangun dengan
tujuan menciptakan lingkungan kegiatan pendidikan dan pembelaljaran yang kondusif bagi
pekerjaan guru. Lingkungan pengembangan guru sedikitnya mempunyai empat tujuan yaitu:
1) Menyelesaikan tugas personal yang mudah.
2) Menyelesaikan tugas pelajaran yang mudah.
3) Menyelesaikan tugas personal yang kompleks.
Guru yang profesional akan tercermin dari pelaksaan dan pengabdiannya terhadap tugas tugass
ytang di tandai dengan ke ahlian serta ke telitiannya, baik dalam materi maupun metode
praktik. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tuugas dan
tanggung jawabnya sebai guru dan kepalipurnaan yang melekat dalam dirinya. Guru
merupakan di menbsi yang di hormati dan di segani orang tua peserta didik, masarakat, bangsa,
Negara dan agamanya. Jadi, bisa di katakana bahwa guru yang memiliki jiwa profesionalisme
harus punya tanggung jawab khusus baik secara pribadi, sosial, intelektual, moral, spiritual
yang semuanya itu perlu di buktikan dan di wujudkan. Untuk mewujudkan itu semuanya
diperlukan dimensi dan indikator sebagai berikut:
4) Dimensi komitmen yang meliputi, komitmen terhadap karier, pekerjaan, komitmen
terhadap semua orang, dan komitmen terhadap pembelajaran.
5) Tanggung jawab, meliputi; tanggung jawab terhadap pekerjaan, tanggung jawab
terhadap karier, tanggung jawab moral, sosial, spiritual, pengabdian, pribadi,
26tanggung jawab keilmuan, panggilan hati nurani.
6) Keterbukaan, meliputi; orientasi terhadap dunia luar dan ide-ide baru, studi kelompok,
menerima saran dan masukan.
7) Orientasi reward dan funishment, meliputi; memiliki status yang jelas, mampu dan
memiliki kemampuan guru profesional sejati, berkualitas, mampu memecahkan
masalah dan mampu mengajar.
8) Kemampuan atau kretivitas, meliputi; mampu menghadapi setiap siswa yang berbeda,
memiliki kompetensi, memiliki keahlian khusus, dan memiliki kreativitas dalam
pembelajaran.
Menjadi guru yang memiliki jiwa profesionalisme sejati merupakan impian semua guru pada
khususnya tidak terkecuali guru pendidikan Agama Islam. Sementara itu, keberadaan guru
yang profesional sejati merupakan impian peserta didik, kepala sekolah dan masyarakat pada
umumnya. Tetapi realita mengatakan, masih banyak guru yang belum profesional dibidangnya.
Agar kinerja guru profesional sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan, maka perlu
memperhatikan prinsip-prinsip peningkatan profesionalisme guru itu sendiri sehingga guru
akan lebih sungguh-sungguh melaksanakan tugasnya
1.2 Bimbingan dan konseling
1. Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan adalah suatu proses membantu seseorang dalam menentukan pilihan yang penting
yang mempengaruhi kehidupannya (Gladding, 2012). Bimbingan dapat dilihat dalam bentuk
kegiatan membantu siswa membuat keputusan tentang pendidikan yang akan diambilnya atau
kejuruan yang diharapkannya.Makna Konseling menurut the American Counseling
Association (ACA) (dalam Gladding, 2012), konseling adalah penerapan prinsip-prinsip
kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi kognitif, afektif,
perilaku,atau sistemik, dan strategi yang mencanangkan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi,
atau perkembangan karir, dan juga patologi. Definisi ini dikemukakan untuk mencoba dan
memenuhi kebutuhan berbagai tipe dan gaya konseling yang dipraktekkan oleh anggota
ACA.Unsur-unsur definisi tersebut sangat penting untuk dipahami .
Menurut Tambuwal(2010), Bimbingan adalah proses membantu seseorang yang
dilaksanakan secara langsung, dalam bentuk kegiatan memberikan pemahaman, pengelolahan,
pengarahan, dan terfokus pada pengembangan; sedangkan Konseling dapat dilihat sebagai
proses penanganan masalah individu yang dibantu oleh seorang profesional yaitu konselor
secara sukarela untuk mengubah perilakunya, mengklarifikasinya sikap, ide-ide dan tujuannya
sehingga masalahnya mungkin terpecahkan.Menurut Dorcas (2015) bimbingan adalah
kombinasi layanan, sedangkan konseling adalah salah satu layanan di bawah bimbingan.
Menurut Durojaiye (1974) layanan bimbingan termasuk layanan konseling bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman diri seseorang dalam bidang pendidikan, sosial, emosional, fisik,
kejuruan dan kebutuhan moral. Menurut (Kartadinata, 2007) Bimbingan diartikan sebagai
proses bantuan kepada individu untuk perkembangan optimum individu untuk memilih dan
mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri, perkembangan optimum adalah
perkembangan yang sesuai dengan potensi dan system nilai yang dianut. Konseling adalah
proses bantuan yang dalam sejumlah literature dipandang sebagai jantung bimbingan
(counseling is the heart of guidance) kafrena bantuan konseling lebih langsung bersentuhan
dengan masalah individu secara individual dan kelompok.
Esensi Bimbingan dan Konseling terletak pada proses memfasilitasi perkembangan individu
di dalam lingkungannya. Perkembangan terjadi melalui interaksi secara sehat antara individu
dengan lingkungan, dan oleh sebab itu upaya nimbingan dan konseling tertuju pada upaya
membangun lingkungan perkembangan manusia (Blocher, 1974). Dari definisi yang
dikemukakan para ahli dapat dibuat sebuah definisi bimbingan dan konseling dalam setting
pendidikan bahwa upaya bimbingan tidak selamanya harus diikuti dengan konseling tetapi
pada saat layanan konseling dilakukan harus didalam perspektif bimbingan sebagai upaya
pedagogis, pasca layanan konseling mesti berlanjut dengan layanan bimbingan karena konseli,
jelasnya peserta didik, berada pada lingkungan belajar dan perkembangan dimana layanan
bimbingan secara terus menerus dilaksanakan. Bimbingan dan konseling adalah upaya
pedagogis untuk menciptakan kondisi optimum bagi perkembangan individu.
2. Guru bimbingan dan konseling
Dalam UU No. 22 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebut bahwa konselor
merupakan salah satu jenis tenaga pendidik sebagaimana guru, dosen, dan tenaga
kependidikan. Menurut standar kompetensi konselor (SKK) tim ABKIN (2007) menyebutkan
bahwa (1) konselor adalah pengampuh layanan ahli bimbingan konseling, (2) konselor adalah
pendidik yang memiliki kontesk tugas dan ekspetasi kinerja yang spesifik dibanding bidang
pendidik lainya.Guru adalah pelaku utama, pembaca skenerio sekaligus aktor dalam
perjuangan. Guru adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses rekayasa sosial
kebangaan menuju cita-cita yang diharapkan bersama. Sementara guru Pembimbing adalah
orang atau individu yang diberi tugas khusus sebagai pembimbing yang tugasnya berbeda
dengan guru mata pelajaran dan guru praktek baik secara konsepsional maupun operasional.
Konselor (Guru Bimbingan dan Konseling) adalah salah satu dari tenaga kependidikan di
sekolah, yaitu sebagai penganggung jawab terlaksananya kegiatan bimbingan dan konseling
yang mencakup dimensi kemanusiaan. SKB Mendikbud dan Kepala BAKN No. 0433/P/1993
dan No.25 Th 1993 sebagaimana dikutip Prayito, Konselor adalah guru yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik.
Guru Bimbingan dan Konseling adalah pendidikan yang berkualifikasi akademik minimal
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di
bidang Bimbingan dan KonselingSeorang guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor harus
melakukan tindakan untuk menjalankan tugasnya sebagai konselor, tindakan yang dilakukan di
sekolah dasar yaitu melakukan tindakan preventif yaitu pencegahan untuk mengadakan
identifikasi secara awal karena anak masihmudah dibentuk dan berkembang sehingga nanti
anak dapat mengenali diri sendiri dan dan dapat memecahkan masalahnya sendiri, kemudian
dilakukan kesiapan di sekolah dasar ntuk menghadapi perubahan dan perkembangan
pendidikan yan terus-menerus , perlu adanya penyuluhan untuk menumbuhkan motivasi dan
menciptakan situasi belajar dengan baik, oleh para ahli bimbingan keberadaan konselor dalam
Bimbingan dan Konseling merupakan peranan yang sangat penting untuk kesuksesan
bimbingan, oleh karena itu menjadai konselor harus telah menyelesaikan pendidikan akademik
stara satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program pendidikan profesi
konselor dari perguruan tinggi penyelenggaraan program pengadaan tenaga kependidikan yang
terakreditasi, jadi menjadi konselor tidak hanya asal-asalan tetapi harus memenuhi persyaratan
agar tercapai kelancaran program Bimbingan dan Konseling. Seorang konselor mempunyai
tanggung jawab yang tidak ringan, misalnya mengadakan penelitian terhadap lingkungan
sekolah, membantu guru untuk mengumpulkan data, membimbing anak-anak, serta
memberikan saran yang berharga
3. Tujuan bimbingan dan konseling
Tujuan Bimbingan dan Konseling pada setiap individu tentu berbeda sesuia tingkat
perkembangannya. Apabila yang dibimbing adalah murid Sekolah Dasar, dimana mereka
sedang dalam proses perkembangan dari usia SD/MI ke usia SMP atu usia anak-anak ke usia
remaja, demikian juga apabila yang dibimbing sekolah kejuruan (SMA/SMK) atau MA dan
perguruan tingi. Individu yang sedang dalam proses perkembangan apalagi ia seorang siswa,
tentu banyak masalah yang dihadapinya baik masalah pribadi, social, maupun akademik dan
masalah-masalah lainnya. Kenyataannya bahwa tidak semua siswa mampu melihat dan
mamapu menyelesaikannya sendiri masalah yang dihadapi dirinya serta tidak mampu
menyesuaikan diri secara efektif terhadap lingkungannya. Bahkan ada individu yang tidak
mampu menerima dirinya sendiri. Merujuk masalah yang di hadapi siswa , maka tujuan
Bimbingan dan Konseling adalah agar siswa yang di bimbing memiliki kemampuan kecakapan
melihat dan menemukan masalahnya dan mampu atau cakap memecahkan sendi masalah yang
dihadapinya serta mampu menyesuaikan diri secara efektif dengan lingkungannya.
1.3 Program bimbingan dan konseling
1. Pengertian program bimbingan dan konseling
Ada dua pengertian untuk istilah “program”, yaitu pengertian secara khusus dan umum.
Menurut pengertian secara umum, “program” dapat diartikan sebagai “rencana”. Jika seorang
siswa ditanya oleh guru, apa programnya sesudah lulus dalam menyelesaikan pendidikan di
sekolah yang diikuti maka arti “ program” dalam kalimat tersebut adalah rencana atau
rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus. Program adalah sebagai suatu unit atau
kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang
melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam
menentukan program yaitu realisasi atau implementasi suatu kebijakan, terjadi dalam waktu
relatif lama bukan kegiatan tunggal tetapi jamak kesinambungan dan terjadi dalam organisasi
yang melibatkan sekelompok orang. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan program
adalah suatu proses usaha dari apa yang telah direncanakan agar bisa berjalan secara efektif dan
efisien dari layanan bimbingan dan konseling disekolah khususnya dalam mengetahui apakah
tujuan pendidikan sudah terealisasikan.

BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
1.1 waktu dan tempat pengumpulan
1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah SMPN 11 KOTA JAMBI, Selamat,
Kec. Telanaipura, Kota Jambi, Jambi 36124
2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan september 2022 sampai dengan selesai .
1.2 subjek pengumpulan data
subjek yang di gunakan di penelitian kali ini adalah guru bimbingan dan konseling
1.3 intrumen dan pengumpulan data
1. wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu . Wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu, Wawancara dilakukan dengan
menggunakan petunjuk wawancara (interviewer guide), berisi tentang pokok-pokok
pertanyaan yang telah direncanakan dan dianggap penting untuk mendapatkan data
penelitian. Selain itu wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara
semi terstruktur. Dengan menggunakan wawancara semi terstruktur diharapkan peneliti
dapat memperoleh informasi yang sesuai dengan yang diharapkan dari responden. Maka
dari itu, dalam wawancara semi terstruktur ini diperlukan adanya pedoman wawancara yang
memuat sejumlah pertanyaan terkait. Namun, nantinya pertanyaan juga bisa dikembangkan
ketika berada di lapangan. Sehingga dengan demikian akan diperoleh data yang lengkap
untuk menganalisis permasalahan yang diteliti.
2. observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap kegiatan-
kegiatan yang diteliti. Peneliti perlu melibatkan diri dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah. Peneliti berusaha menangkap proses kegiatan belajar dan mengajar dengan bantuan
wali kelas dan guru bk serta guru guru pelajarn yang lainnya. Observasi terbentang mulai
dari kegiatan pengumpulan data yang formal hingga data yang tidak formal. Observasi dapat
menambah konteks maupun kegiatan yang akan ditelit
3. dokumentasi
Tujuan dari dokumentasi adalah untuk mengumpulkan data-data yang tidak diterangkan
dalam wawancara. Menurut Guba dan Lincoln dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun
film. Studi dokumentasi merupakan suatu cara mengumpulkan data pendukung yang
ditandai berupa segala catatan tertulis maupun gambar-gambar yang dibutuhkan dalam
penelitian dalam melakukan studi lapangan.
1.4 langkah langkah dalam penyelesaian masalah
1. observasi dan penentuan objek yang akan di teliti
2. Pengumpulan data secara lengkap terhadap subjek yang telah di tentukan
3. Mengidentifikasi permasalahan dan program-program yang telah di laksanakan.
4. Setelah masalah dan problematika telah teridentifikasi maka tahap selanjutnya pembuatan
program bimbingan dan konseling
5. Setelah pembuatan program bimbingan dan konseling lanjut untuk menguji coba program
yang telah di buat.
1.5 hambatan yang di hadapi dalam pemecahan masalah
hambatan yang di hadapi yaitu menentukan waktu pembuatan program pada jam sekolah.
1.6 kegiatan capaian pembelajaran mata kuliah yang di konversi

BAB IV
HASIL DAN PENCAPAIAN
4.1 Program Bimbingan Dan Konseling

4.2 Uji Coba Program Bimbingan Dan Konseling


4.3 Kendala Dan Hambatan Uji Coba Bimbingan Dan Konseling
4.4 Hasil Dan Pencapaian

DAFTAR PUSTAKA
Habsy, B. A. (2017). Filosofi ilmu bimbingan dan konseling Indonesia. JP (Jurnal Pendidikan):
Teori dan Praktik, 2(1), 1-11.

Alawiyah, D., Rahmat, H. K., & Pernanda, S. (2020). Menemukenali konsep etika dan sikap
konselor profesional dalam bimbingan dan konseling. JURNAL MIMBAR: Media Intelektual
Muslim dan Bimbingan Rohani, 6(2), 84-101.

Amalianita, B., Firman, F., & Ahmad, R. (2021). Penerapan sistem pendidikan disentralisasi
serta upaya peningkatan mutu layanan dengan pengembangan profesionalisme guru bimbingan
konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 6(1), 9-14.

Anisah, L. (2016). Kompetensi profesional konselor dalam penyelenggaraan penelitian tindakan


bimbingan dan konseling. Jurnal Konseling GUSJIGANG, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai