Anda di halaman 1dari 11

ALUR LAYANAN BKI SEKOLAH DAN DIAGRAM STRUKTUR

ORGANISASI BKI SEKOLAH

Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS

Mata Kuliah : Manajemen BKI Sekolah

Dosen Pengampu : Dr. Masturin, M. Ag

Disusun Oleh :

SYARIFAH MUTHOHHAROH
NIM. 411011

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

JURUSAN DAKWAH / BKI

2014
ALUR LAYANAN BKI SEKOLAH

Ada 2 alur mekanisme Pelayanan Konseling, yaitu :

1. Alur Pelayanan Konseling berkaitan Pengembangan Kehidupan Pribadi dan Sosial


2. Alur Pelayanan Konseling berkaitan Pengembangan Belajar dan Sosial

1. Alur mekanisme pelayanan konseling berkaitan Pengembangan Kehidupan Pribadi (P) dan
Sosial (S), adalah sebagai berikut :

Keterangan Alur Mekanisme Pelayanan Konseling :

Peserta didik, menemui masalah pengembangan kehidupan Pribadi dan/atau Sosial


Guru Mata Pelajaran, mempunyai catatan (Identitas nama peserta didik dan catatan
Anekdot) yang ditemui didalam kelas
Guru Wali Kelas,
Mempunyai data awal, Fortopolio Identitas Peserta Didik
Memiliki data latar belakang pekerjaan, sosial ekonomi orang tua / wali peserta
didik, bila diperlukan dapat mengundang Orang tua / wali peserta didik.
Melaksanakan kunjungan rumah bersama Guru Bimbingan Konseling (Konselor)
sebagai mitra kerja untuk kegiatan terpadu.
Guru Bimbingan Konseling / Konselor
Mempunyai data awal, Fortopolio, Identitas Prestasi Peserta Didik (non
akademis) dan hasil psikotesnya (kemampuan khusus (bakat), minat dan
kreativitas)
Memiliki data latar belakang pekerjaan, sosial ekonomi orang tua peserta didik
Memberikan Layanan, antara lain Informasi, Konseling Individu, Konseling
Kelompok, Bimbingan Kelompok, Konsultasi dan Mediasi
Melaksanakan Kegiatan Pendukung antara lain : Himpunan Data, Aplikasi
Instrumen, Kunjungan Rumah, Undangan Orangtua / wali peserta didik, Alih
Tangan kasus dan Tampilan Kepustakaan
Kepala Sekolah
Mengetahui alur mekanisme pelayanan bimbingan konseling dalam
pengembangan diri bagi peserta didik, berkaitan dengan pengembangan
kehidupan Pribadi (P) dan Sosial (S)
Memfasilitasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh Guru Bimbingan Konseling
(Konselor)

2. Alur pelayanan berkaitan Pengembangan Kehidupan Belajar(B) dan Karir (K)


Keterangan Alur Mekanisme Pelayanan Konseling :

Peserta didik, menemui masalah Pengembangan Kehidupan belajar dan karir


Guru Mata Pelajaran,
Melaksanakan Remedial bagi peserta didik
Melaksanakan Klinik Mata Pelajaran, yang diatur oleh Kurikulum
Melaksanakan Ulangan Harian / Post Test
Guru Wali Kelas,
Mempunyai data hasil evaluasi hasil belajar, yang diperoleh dari Kurikulum
Melaksanakan konsultasi dengan orangtua / wali, bila perlu mengundang Orang
tua / wali peserta didik
Guru Bimbingan Konseling / Konselor,
Memiliki data hasil evaluasi belajar peserta didik dan lainnya yang berhubungan
dengan kemampuan akademik dalam belajar (hasil tes psikologi yang meliputi
Kemampuan Umum /IQ, Kemampuan Khusus /Bakat, Minat dan Kreatifitas)
serta perencanaan pengambilan keputusan dalam pemilihan karir
Memberikan Layanan, antara lain : Konseling Individu, Konseling Kelompok,
Penguasaan Konten, Penempatan dan Penyaluran serta Konsultasi
Melaksanakan Kegiatan Pendukung, antara lain : Himpunan Data, Aplikasi
Instrumen tes dan non tes, Kunjungan Rumah, Alih Tangan Kasus, dan
Konferensi Kasus
Kepala Sekolah,
Mengetahui alur mekanisme pelayanan bimbingan konseling dalam
pengembangan diri berkaitan dengan pengembangan kehidupan Belajar (B) dan
Karir (K) bagi peserta didik
Memfasilitasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh Guru Bimbingan Konseling /
Konselor

DIAGRAM STRUKTUR ORGANISASI BK / BKI SEKOLAH

Struktur menggambarkan komando. wewenang , tugas dan tanggung jawab, serta


koordinasi dan komunikasi. Bimbingan Konseling adalah bagian INTEGRAL institusi sekolah
tersendiri dan khas memiliki pola hubungan koordinasi, komunikasi dengan para wakil kepala
sekolah dan relasi kolaborasi dibawahnya.Kegiatan bimbingan konseling dipertanggung
jawabkan langsung dan dilaporkan kepada kepala sekolah.
Struktur Organisasi Bk dalam Struktrur sekolah harus jelas dan tegas agar tak salah persepsi
dan komunikasi terlebih lagi dijadikan alat kepentingan oleh pihak-pihak yang tak paham
.Misalnya guru BK mengisi jam kosong ,karena pihak tertentu merasa BK bagian otoritas
tertentu itu. Guru BK di tugasi menjadi polisi sekolah dan menjaga ketertiban sekolah ,juga
mencari pencuri menghukum dan memberi sangsi , membuat perjanjian,mencari-cari siswa yang
bersalah atau mendata siswa-siswa yang melakukan pelanggaran sekolah dan atau membuat peta
kerawanan siswa karena merasa BK adalah aparat pihak tertentu yang lainnya. Sehingga guru
BK menjadi bulan-bulanan dua kepentingan dari dua pihak tersebut. Karena itu saatnya
koordinator BK berperan dan guru BK/konselor sekolah memahami Struktur organisasi sekolah
dan kedudukan BK dalam Struktur sekolah, struktur Bimbingan Konseling dan analisis kerja
Bimbingan konseling.
Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah mempunyai personil-personil yang
mempunyai tugas masing-masing yang saling mendukung demi tercapainya tujuan konseling.
Sebelum perkuliahan dimulai, dosen melakukan brainstorming kepada mahasiswa terkait pola
organisasi BK yang pernah ditemui di suatu sekolah.

POLA UMUM ORGANISASI


BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

A. Pola Organisasi Bimbingan dan Konseling Di Sekolah


Pola organisasi bimbingan dan konseling di sekolah tidak perlu selalu seragam strukturnya.
Setiap sekolah dapat menyusun struktur organisasi bimbingan dan konseling sesuai dengan besar
kesilnya dan kepentingan sekolah bersangkutan dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling.
Perlu diingat bahwa organisasi yang baik bukanlah sesuai dengan tipe atau model, tetapi
dengan kekhasan kondisi dan situasi sekolah atau lembaga pendidikan yang bersangkutan, dan
dapat menampung serta mengatur mekanisme kerjasama yang harmonis dan sinergis, serta
memungkinkan dapat terselenggarannya layanan bimbingan dan konseling yang baik di sekolah.
Agar suatu organisasi dapat mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan bimbingan dan
konseling yang baik di sekolah, maka hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya :
1. Semua staff sekolah (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas,
dan staf administrasi sekolah) harus dihimpun dalam satu wadah, sehingga terwujud satu
kesatuan bertindak dalam usaha membantu para siswa di dalam mengatasi permasalahan-
permasalahannya.

2. Mekanisme kerja bimbingan dan konseling harus tunggal, sehingga para siswa yang dibimbing
tidak menjadi bingung karena adanya berbagai bentuk layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh petugas yang berbeda-beda.

3. Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing petugas bimbingan dan konseling
di sekolah harus dirinci dengan jelas dan tegas, sehingga masing-masing personil bimbingan dan
konseling akan memahami dan mengerti kewajiban dan tanggung jawabnya sendiri.
1. Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat diselenggarakan melalui pola


organisasi yang berbeda-beda. Perbedaan pola organisasi itu tampak pada peranan, wewenang
dan tanggung jawab dari penguasa sekolah, serta terletak pada kondisi sekolah yang
bersangkutan, tenaga atau personel yang tersedia, serta fasilitas yang ada.
Secara garis besarnya ada tiga macam pola umum organisasi bimbingan dan konseling di
sekolah digambarkan pada organigram sebagai berikut di antaranya :
A. Pola Umum Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling

Diagram 1 Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling I.

Keterangan Organisasi :
a. Kepala sekolah sebagai coordinator bimbingan dan konseling adalah penanggung jawab
langsung serta pemegang kebijakan dalan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah.

b. Kepala sekolah dalam melaksanakan teknis bimbingan dan konseling di sekolah dapat
mengadakan kerjasama dengan Dewan Penasehat Bimbingan dan Konseling.

c. Dewan penasehat bimbingan dan konseling dapat pula mengadakan bentuk kerjasama dengan
guru pembimbing (konselor).

d. Guru Pembimbing (konselor) dalam melaksanakan tugasnya dapat mengadakan kerjasama


dengan guru mata pelajaran atau mengadakan konsultasi-konsultasi tertentu dengan Dewan
Penasehat Bimbingan dan Konseling, atau dengan arti lain guru pembimbing (konselor) berperan
melaksanakan administrasi dan pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah
dengan mendayagunakan semua potensi yang ada dalam membantu para siswa yang menghadapi
masalah.

Untuk melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah di mana kepala
sekolah berfungsi sebagai koordinator bimbingan dan konseling dan sebagai pemegang
kebijakan dalam program bimbingan dan konseling, akan berfungsi efektif apabila kepala
sekolah memanfaatkan semua personel sekolah (dewan penasehat bimbingan dan konseling,
guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya), serta kepala sekolah memahami
mekanisme kegiatan administrasi dan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.

Tugas dari Dewan Penasehat Bimbingan dan Konseling hanya memberikan nasehat-nasehat
yang dibutuhkan oleh kepala sekolah. Sedangkan guru pembimbing (konselor) dan satf sekolah
lainnya merupakan pembantu kepala sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.

B. Pola Umum Organisasi Bimbingan dan Konseling II.

Diagram 2
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling II

Keterangan Organisasi :

a. Kepala Sekolah mendelegasikan kebijakan (policy) pelaksanaan program bimbingan dan


konseling kepada satu coordinator bimbingan dan konseling yang diberikan tugas, tanggung
jawab, dan wewenang penuh untuk melaksanakan program bimbingan dan konseling.

b. Coordinator bimbingan dan konseling yang mempunyai tugas tanggung jawab, dan wewenang
penuh dalam pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling harus melibatkan guru
pembimbing (konselor) tetap sekolah, sebagai anggota staf coordinator bimbingan dan konseling
di sekolah.

c. Coordinator Bimbingan dan Konseling adalah terdiri dari individu-individu yang dengan
sungguh-sungguh tertarik dan berminat terhadap layanan bimbingan dan konseling, walaupun
berasal dari kompetensi dan kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda.

d. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah secara praktis tetap diselenggarakan
oleh guru pembimbing (konselor sekolah).

e. Guru pembimbing atau konselor sekolah haruslah peka terhadap sifat-sifat dan tingkah laku
yang timbul, serta memiliki pula dinamika dalam melaksanakan kebijakan (policy) ketetapan
atau kepuasan dari coordinator bimbingan dan konseling.

f. Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling cenderung sedikit lebih lamban
dibawah pola organisasi bimbingan dan konseling II dibandingkan dengan pola organisasi
bimbingan dan konseling I, hal ini disebabkan karena :

1) Kebijakan dalam program layanan bimbingan dan konseling ditetapkan oleh coordinator
bimbingan dan konseling, sehingga banyak waktu yang terbuang.

2) Kebijakan yang telah ditetapkan oleh coordinator bimbingan dan konseling belum tentu secara
praktis bias dilaksanakan dan sulit untuk ditrima oleh para Guru Pembimbing, konselor sekolah
guru mata pelajaran, siswa dan staf sekolah lainnya.

C. Pola Umum Organisasi Bimbingan dan Konseling III.

Pola umum organisasi bimbingan dan konseling ini, di mana Kepala Sekolah sebagai
pemegang kebijakan (policy) dari keseluruhan program lainnya, bimbingan dan konseling di
sekolah menunjuk atau mengangkat beberapa wakil kepala sekolah, yaitu : Wakil Kepala
Sekolah I, Bidang Administrasi/Keuangan, Wakil Kepala Sekolah II, Bidang Pengajaran, Wakil
Kepala Sekolah: Bidang Bimbingan dan Konseling, dan Wakil Kepala Sekolah: Bidang
Pembinaan Kesiswaan.
Diagram 3
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling III

Keterangan Organigram :
a. Wakil Kepala Sekolah III: Bidang Bimbingan dan Konseling mengkoordinasikan segala
kegiatan layanan Bimbingan dan konselinh di sekolahan

b. Wakil Kepala Sekolah III: Bidang Bimbingan dan Konseling dibantu oleh konselor, guru
pempimbing dan guru mata pelajaran/wali kelas dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

c. Penentuan kebijakan (policy) dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah.

d. Kepala Sekolah di dalam menentukan kebijakan secara langsung dapat meminta bantuan
kepada petugas khusus atau tenaga ahli yaitu :

1) Psikolog Sekolah yang bertugas membantu di dalam menghadapi masalah-masalah atau


kesulitan kesulitan yang dihadapi siswa berkaitan dengan aspek kepribadian.

2) Psikiater sekolah adalah bertugas membantu para siswa yang menghadapi masalah psikis
(gejala neurose, psikosa, dan gejala psikis lainnya).
3) Dokter/Juru rawat sekolah bertugas membantu para siswa yang menghadapi gangguan jasmani
atau kesehatannya, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di
kelas, prestasi akademis yang diperolehnya.

4) Pekerja social (social worker), bertugas membantu para siswa untuk menemukan serta
menentukan factor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah pada siswa. Misalnya
lingkungan tempat tinggal yang terlalu sesak, bising, berada disamping pusat perbelanjaan dan
sebagainya.

5) Rohkaniawan bertugas membantu para siswa untuk melakukan ibadah dan/atau menjalankan
ajaran agama dan kepercayaannya.

Rangkuman

1. Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan terlaksana dengan efektif
apabila didukung oleh organisasi, personil sarana dan prasarana dan pengawasan bimbingan dan
konseling
2. Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat diselenggarakan melalui pola organisasi
yang berbeda-beda. Perbedaan pola organisasi itu tampak pada peranan, wewenang dan
tanggung jawab dari penguasa sekolah, serta terletak pada kondisi sekolah yang bersangkutan,
tenaga atau personel yang tersedia, serta fasilitas yang ada.
3. Kepala sekolah, komite sekolah dan instansi ahli bekerja sama saling mendukung dengan garis
koordinasi dalam rangka melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.
4. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam hubungannya dengan guru pembimbing /
konselor dan tata usaha adalah hubungan kerja komando, artinya kepala sekolah memberikan
nstruksi kepada bawahannya untuk mendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah.
5. Pembiayaan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dianggarkan dalam
Rencana Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) dan dana lain yang tidak mengikat.

Anda mungkin juga menyukai