Disusun Oleh :
SYARIFAH MUTHOHHAROH
NIM. 411011
2014
ALUR LAYANAN BKI SEKOLAH
1. Alur mekanisme pelayanan konseling berkaitan Pengembangan Kehidupan Pribadi (P) dan
Sosial (S), adalah sebagai berikut :
2. Mekanisme kerja bimbingan dan konseling harus tunggal, sehingga para siswa yang dibimbing
tidak menjadi bingung karena adanya berbagai bentuk layanan bimbingan dan konseling yang
dilakukan oleh petugas yang berbeda-beda.
3. Tugas, tanggung jawab dan wewenang dari masing-masing petugas bimbingan dan konseling
di sekolah harus dirinci dengan jelas dan tegas, sehingga masing-masing personil bimbingan dan
konseling akan memahami dan mengerti kewajiban dan tanggung jawabnya sendiri.
1. Pola Umum Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Keterangan Organisasi :
a. Kepala sekolah sebagai coordinator bimbingan dan konseling adalah penanggung jawab
langsung serta pemegang kebijakan dalan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah.
b. Kepala sekolah dalam melaksanakan teknis bimbingan dan konseling di sekolah dapat
mengadakan kerjasama dengan Dewan Penasehat Bimbingan dan Konseling.
c. Dewan penasehat bimbingan dan konseling dapat pula mengadakan bentuk kerjasama dengan
guru pembimbing (konselor).
Untuk melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah di mana kepala
sekolah berfungsi sebagai koordinator bimbingan dan konseling dan sebagai pemegang
kebijakan dalam program bimbingan dan konseling, akan berfungsi efektif apabila kepala
sekolah memanfaatkan semua personel sekolah (dewan penasehat bimbingan dan konseling,
guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya), serta kepala sekolah memahami
mekanisme kegiatan administrasi dan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Tugas dari Dewan Penasehat Bimbingan dan Konseling hanya memberikan nasehat-nasehat
yang dibutuhkan oleh kepala sekolah. Sedangkan guru pembimbing (konselor) dan satf sekolah
lainnya merupakan pembantu kepala sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.
Diagram 2
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling II
Keterangan Organisasi :
b. Coordinator bimbingan dan konseling yang mempunyai tugas tanggung jawab, dan wewenang
penuh dalam pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling harus melibatkan guru
pembimbing (konselor) tetap sekolah, sebagai anggota staf coordinator bimbingan dan konseling
di sekolah.
c. Coordinator Bimbingan dan Konseling adalah terdiri dari individu-individu yang dengan
sungguh-sungguh tertarik dan berminat terhadap layanan bimbingan dan konseling, walaupun
berasal dari kompetensi dan kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda.
d. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah secara praktis tetap diselenggarakan
oleh guru pembimbing (konselor sekolah).
e. Guru pembimbing atau konselor sekolah haruslah peka terhadap sifat-sifat dan tingkah laku
yang timbul, serta memiliki pula dinamika dalam melaksanakan kebijakan (policy) ketetapan
atau kepuasan dari coordinator bimbingan dan konseling.
f. Pengembangan program layanan bimbingan dan konseling cenderung sedikit lebih lamban
dibawah pola organisasi bimbingan dan konseling II dibandingkan dengan pola organisasi
bimbingan dan konseling I, hal ini disebabkan karena :
1) Kebijakan dalam program layanan bimbingan dan konseling ditetapkan oleh coordinator
bimbingan dan konseling, sehingga banyak waktu yang terbuang.
2) Kebijakan yang telah ditetapkan oleh coordinator bimbingan dan konseling belum tentu secara
praktis bias dilaksanakan dan sulit untuk ditrima oleh para Guru Pembimbing, konselor sekolah
guru mata pelajaran, siswa dan staf sekolah lainnya.
Pola umum organisasi bimbingan dan konseling ini, di mana Kepala Sekolah sebagai
pemegang kebijakan (policy) dari keseluruhan program lainnya, bimbingan dan konseling di
sekolah menunjuk atau mengangkat beberapa wakil kepala sekolah, yaitu : Wakil Kepala
Sekolah I, Bidang Administrasi/Keuangan, Wakil Kepala Sekolah II, Bidang Pengajaran, Wakil
Kepala Sekolah: Bidang Bimbingan dan Konseling, dan Wakil Kepala Sekolah: Bidang
Pembinaan Kesiswaan.
Diagram 3
Organisasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling III
Keterangan Organigram :
a. Wakil Kepala Sekolah III: Bidang Bimbingan dan Konseling mengkoordinasikan segala
kegiatan layanan Bimbingan dan konselinh di sekolahan
b. Wakil Kepala Sekolah III: Bidang Bimbingan dan Konseling dibantu oleh konselor, guru
pempimbing dan guru mata pelajaran/wali kelas dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan
program layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
c. Penentuan kebijakan (policy) dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
sepenuhnya menjadi tanggung jawab kepala sekolah.
d. Kepala Sekolah di dalam menentukan kebijakan secara langsung dapat meminta bantuan
kepada petugas khusus atau tenaga ahli yaitu :
2) Psikiater sekolah adalah bertugas membantu para siswa yang menghadapi masalah psikis
(gejala neurose, psikosa, dan gejala psikis lainnya).
3) Dokter/Juru rawat sekolah bertugas membantu para siswa yang menghadapi gangguan jasmani
atau kesehatannya, sehingga secara langsung berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di
kelas, prestasi akademis yang diperolehnya.
4) Pekerja social (social worker), bertugas membantu para siswa untuk menemukan serta
menentukan factor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya masalah pada siswa. Misalnya
lingkungan tempat tinggal yang terlalu sesak, bising, berada disamping pusat perbelanjaan dan
sebagainya.
5) Rohkaniawan bertugas membantu para siswa untuk melakukan ibadah dan/atau menjalankan
ajaran agama dan kepercayaannya.
Rangkuman
1. Pengelolaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan terlaksana dengan efektif
apabila didukung oleh organisasi, personil sarana dan prasarana dan pengawasan bimbingan dan
konseling
2. Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah dapat diselenggarakan melalui pola organisasi
yang berbeda-beda. Perbedaan pola organisasi itu tampak pada peranan, wewenang dan
tanggung jawab dari penguasa sekolah, serta terletak pada kondisi sekolah yang bersangkutan,
tenaga atau personel yang tersedia, serta fasilitas yang ada.
3. Kepala sekolah, komite sekolah dan instansi ahli bekerja sama saling mendukung dengan garis
koordinasi dalam rangka melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling.
4. Kepala sekolah sebagai penanggung jawab dalam hubungannya dengan guru pembimbing /
konselor dan tata usaha adalah hubungan kerja komando, artinya kepala sekolah memberikan
nstruksi kepada bawahannya untuk mendukung pelaksanaan bimbingan dan konseling di
sekolah.
5. Pembiayaan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dianggarkan dalam
Rencana Pendapatan Belanja Sekolah (RAPBS) dan dana lain yang tidak mengikat.