PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alih tangan kasus adalah suatu tindakan pemindahan penanganan
terhadap peserta didik atau individu kepihak lain yang mempunyai keahlian
dan juga wewenangnya. Tindakan ini dilakukan untuk mendapatkan bantuan
secara khusus. Alih tangan kasus yang lebih efektif harus menggunakan data
yang akurat, seperti memanfaatkan data yang ada, laporan observasi dan alat
penilaian yang lain. Dengan adanya data ini seorang konselor dapat
mengidentifikasi klie yang memerlukan bantuan. Kegiatan alih tangan kasus
ini memebutuhkan kerjasama yang erat dengan berbagai pihak yang dapat
membantu atas penanganan masalah yang terjadi pada klie.
Secara umum tentang kegiatan-kegiatan pendukung pelayanan
bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah. Untuk lebih jelas
lagi,layanan Bimbingan ddan Konseling disekolah dan madrasah tidak akan
dapat dilaksanakan secara efektif dan tujuannya tercapai sesuai yang
direncanakan tanpa kegiatan-kegiatan pendukung. Adapun kegiatan-kegiatan
pendukung pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah
adalah kunjungan rumah.
Kunjungan rumah diartikan sebagai suatu hubungan langsung antara
penyuluh dengan petani dan keluarganya dengan dilakukannya suatu
kunjungan oleh penyuluh ke rumah sasaran penyuluhan dengan tujuan
tertentu.
Hanya sebagian kecil waktu anak berada di sekolah dan selebihnya
berada di rumah. Untuk melengkapi pengalaman membimbing tentang
seseorang perlu mengetahui kehidupan keluarga di mana anak itu tinggal dan
banyak melakukan kegiatan sesudah pulang sekolah. Tidak sedikit masalah
yang timbul di sekolah, berasal dari rumah.
1
Selain itu konferensi kasus juga bisa dilakukan oleh konselor.
Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam
Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa (konseli)
dalam suatu pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat
memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya
permasalahan siswa (konseli).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari ahli tangan kasus?
2. Apa definisi dari Home Visit?
3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan konferensi kasus?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konseling
Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalam bentuk
mashdar dari “to counsel” secara etimologis berarti “to give advince” atau
memberikan saran dan nasihat. Konseling juga memiliki arti memberikan nasihat,
atau memeberi anjuran kepada orang lain secara tatap muka (face to face). Jadi,
counseling berarti pemberian nasihat atau penasihatan kepada orang lain secara
individual yang dilakukan dengan tatap muka (face to face). Pengertian konseling
dalam bahasa Indonesia, juga dikenal dengan istilah penyuluhan.1
Istilah bimbingan selalu dirangkai dengan istilah konseling. hal ini
disebabkan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral.
Konseling merupakan salah satu tekhnik dalam pelayanan bimbingan diantara
beberapa teknik lainnya, namun konseling juga bermakna “the heart of guidance
program” (hati dalam program bimbingan). Menurut Ruth Strang, bahwa “Guidance
is breader, counseling is most importance tool of guidance.” (Bimbingan itu lebih
luas, sedangkan konseling merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan
bimbingan).2
Menurut Dra. Hallen A, M.Pd, konseling merupakan salah satu tekhnik
dalam pelayanan bimbingan di mana proses pemberian bantuan itu berlangsung
melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antar
guru pembimbing/konselor dengan klien, dengan tujuan agar klien itu mampu
memeperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, mampu memecahkan
masalah yang dihadapinya, dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan
potensi yang dimiliki ke arah perkembangan yang optimal, sehingga ia dapat
mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.3
Dapat disimpulkan bahwa konseling adalah bantuan yang diberikan kepada
individu dalam memecahkan maasalah kehidupannya dengan wawancara, atau
1
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), h. 10-11
2
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan.....”h. 11
3
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan ...”h. 12-13
3
dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi untuk
mencapai kesejahteraan hidup. Dalam memecahkan permasalahannya ini individu
memecahkannya dengan kemampuannya sendiri. Dengan demikian, klien tetap
dalam keadaan aktif, memupuk kesanggupannya di dalam memecahkan setiap
permasalahan yang mungkin akan dihadapi di dalam kehidupannya.4
4
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan..”h. 13
5
Syamsu Yusuf dkk, Landasan Bimbingan & Konseling. (Bandung: PT Remaja Rosadakarya,
2008), h. 24
6
Syaeful Anwar, “ Model Bimbingan Ahli tangan kasus (Referal) Di SMA Negeri 1
Karangreja kabupaten Purbalingga” dalam skripsi, IAIN Purwekorto, 2016, h. 4
7
Syaeful Anwar, “ Model Bimbingan...” h. 7-8
4
2. Tujuan Alih Tangan Kasus
Layanan alih tangan Kasus bertujuan: (a) untuk memberikan bantuan
pengentasan masalah pada ahli yang tepat dan sesuai dengan kompetensi
keilmuannya: (b) dampak pengentasan masalah individu secara tepat dapat
mendukung perkembangan individual lebih optimal.8
C. Riset Terkait
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan tentang Moddel Alih
tangan Kasus (Referal) di SMA Negeri 1 Karangreja, dapat diambil kesimpulan :
1. Model Alih Tangan Kasus (Referal) di SMA Negeri 1 karangreja
SMA Negeri 1 Karangreja merupakan sekolah yang menerapkan layanan alih
tangan/referal sebagai layanan pendukung bimbingan konseling. Sebelum
melakukan referal guru BK terlebih dahulu melaksanakan tugasnya sebagai
penyelenggara layanan bimbingan konseling di sekolah dengan memberikan
penanganan terhadap siswa yang bermasalah sesuai dengan prosedur bimbingan
konseling. Telah dilakukan penanganan, jika siswa yang bermasalah dipandang
8
Dr. Catharina, Zakki Nurul Amin, “ Layanan Bimbingan dan Konseling Secara Langsung”
dalam jurnal Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018, h. 14
9
Dr. Catharina, Zakki Nurul Amin, “ Layanan Bimbingan.....,h. 14
5
perlu di alih tangankah, maka pihak sekolah akan mengalihtangankan siswa
tersebut kepada pihak yang lebi berkompeten agar siswa tersebut mendapatkan
penanganan yang tepat.
Dalam praktiknya model/ragam alih tangan/ referal yang dilaksanakan d
SMA Negeri 1 Karangreja terdiri dari tiga jenis :
a. Referal ke Psikolog
Siswa yang direferal ke psikolog merupakan siswa yang dinilai
membutuhkan penanganan secara psikis dan harus ditangani oleh tenaga
psikolog.
b. Referal ke Polisi
Referal jenis ini berbentuk penyuluhan ditujukan kepada siswa.
Riferal ini bertujuan mencegah siswa agar tidak terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba.
c. Referal ke Pondok Pesantren
Referal jenis ini ditujukan kepada siswa yang memerlukan
pendekatan yang bersifat religius dalam proses pengentasan masalah
yang dihadapinya.
2. Pelaksanaan Referal
a. Pelaksanakan Referal di Klinik Psikologi RSUD Purbalingga
Penanganan siswa bermasalah oleh psikolog di RSUD Purbalingga
pada dasarnya tidak jauh berbeda seperti penanganan siswa bermasalah
dalam bimbingan konseling yang terdiri dari indentifikasi masalah,
diagnosis, prognosis, pemberian bantuan dan tindak lanjut.
b. Pelaksanaan Referal di POLRES Purbalingga
Pelaksanaan referal oleh pihak POLRES Purbalingga adalah berupa
penyuluhan massal bagi siswa tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba.
Program ini juga sebagai pemberi informasi dan langkah refentif bagi siswa
c. Pelaksaan referal di pondok pesantren Ulul Albab
Siswa yang direferal ke pondok pesantren ditagani dengan metode
mengikutsertakan siswa dalam setiap kegiatan keagamaan di pondok.
6
Apabila program dirasa cukup, maka ssiswa dikembalikan lagi ke pihak
sekolah10
10
Syaeful Anwar, “ Model Bimbingan.......”,h. 21
7
2. Pelaksanaan
Perkenalan, dimaksudkan untuk mengadakan kontak yang baik agar
konsep orang tua tidak bersifat defensif / mempertahankan diri. Untuk
menciptakan hubungan baik, konselor harus bersikap sopan dan sabar,
menjelaskan maksud dan tujuan home visit. Dengan demikian
diharapkan orang tua siswa akan bersikap terbuka.
Mengadakan observasi seperlunya.
Mengadakan wawancara yang sesungguhnya dan secukupnya.
3. Penutup.
Mengakhiri home visit dan minta diri. Akhirilah home visit pada waktu
yang tepat, dengan melihat kemungkinan terjadinya kebosanan dan
memeprtimbangkan waktu.
4. Pembuatan laporan.
Dalam menyusun laporan home visit hendaknya dibuat juga kesimpulan
(sementara).
8
H. Definisi Konferensi Kasus
Konferensi kasus merupakan forum terbatas yang dilakukan oleh
pembimbing atau konselor guna membahas suatu permasalahan dan arah
pemecahannya.Konferensi kasus direncanakan dan dipimpin oleh
pembimbing atau konselor, dihadiri oleh pihak-pihak tertentu yang terkait
dengan kasus dan upaya pemecahannya.Pihak-pihak yang terkait diharapkan
memiliki komitmen yang tinggi untuk teratasinya kasus secara baik dan
tuntas.
Dalam konferensi kasus secara spesifik dibahas permasalahan yang
dialami oleh siswa tertentu dalam suatu forum diskusi yang melibatkan pihak-
pihak yang terkait (seperti koordinator bimbingan, guru pembimbing, wali
kelas, guru mata pelajaran, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lainnya)
yang akan diharapkan dapat memberikan data dan keterangan lebih lanjut
serta kemudahan-kenudahan bagi terpecahkannya permasalahan tersebut.
Konferensi kasus diselenggarakan adalah bersifat terbatas dan tertutup.Jadi,
konferensi kasus diselenggarakan untuk menjaring data serta alternatif
pemecahan dalam menangani suatu permasalahan yang pada akhirnya
terwujud konsep pemecahan yang bersifat konstruktif terhadap permasalahan
siswa di sekolah.
9
dibutuhkan bantuan di luar kemampuan dan tanggung jawab guru
pembimbing / konselor, dan adanya koordinasi dalam penanggulangan
masalah oleh berbagai pihak yang berkepentingan.
Selain itu, tujuan konferensi kasus adalah untuk pengembangan dan
pemeliharaan potensi-potensi individu (siswa) atau pihak-pihak yang terkait
dengan permasalahan yang dibahas dalam konferensi kasus (fungsi
pengembangan dan pemeliharaan).Dengan tercegah dan terentaskannya
permasalahan serta berkembang dan terpeliharanya berbagai potensi, berarti
hak-hak klien (siswa) dapat terjaga dan terpelihara aktualitasnya.
10
dihadapi siswa (konseli).dalam mendeskripsikan masalah siswa (konseli),
terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa (konseli),
misalkan tentang potensi,sikap,dan perilaku positif yang dimiliki siswa
(konseli),sehingga para peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa
(konseli) yang bersangkutan.selanjutnya,disampaikan berbagai gejala dan
permasalahan siswa (konseli) dan data / informasi lainnya tentang siswa
(konseli) yang sudah terindentifikasi / terinventarisasi,serta upaya-upaya
pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
4. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli),selanjutnya para peserta lain
mendiskusikan dan diminta tanggapan,masukan,dan konstribusi
persetujuan atau penerimaan tugas dan peran masing-masing dalam
rangka pengetahuan / remedial atas masalah yang dihadapi siswa
(konseli).
5. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat ,maka selanjutnya
konferensi menyimpulkan beberapa rekomendasi / keputusan berupa
alternatif-alternatif untuk dipertimbangkan oleh konselor,para peserta,dan
siswa (konseli) yang bersangkutan untuk mengambil langkah-langkah
penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah siswa (konseli).
11
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Asas alih tangan kasus merupakan asas bimbingan dan konseling yang menghendaki
agar pihak-pihak yang tidak mampu menyelenggarakan pelayanan bimbingan dan konseling
secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan klien mengalihtangankan permasalahannya
itu kepada pihak yang lebih ahli. Alih tangan kasus juga dilakukan harus dengan persetujuan
dari pihak konseli maupun pihak konselor. Pihak yang dilimpahkan kasus ini pun bukan
pihak sembarangan. Pihak ini berasal dari kalangan professional.
Home visit adalah salah satu tehnik pengumpul data dengan jalan
mengunjungi rumah siswa dalam rangka penyelesaikan masalah yang dihadapi
siswa/individu serta untuk melengkapi data siswa atau klien yang sudah ada yang
diperoleh dengan tehnik lain.
Ada lima langkah yang dilakukan ketika kita melakukan konferensi kasus. Yang
pertama yakni kepala sekolah atau koordinator BK / konselor mengundang para
peserta konferensi kasus,baik atas insiatif guru,wali kelas atau konselor itu
sendiri.mereka yang diundang adalah orang-orang yang memilki pengaruh kuat atas
permasalahan dihadapi siswa (konseli). Kedua saat awal pertemuan konferensi
kasus,kepala sekolah atau konselor membuka acara pertemuan dengan
menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan konferensi kasus dan permintaan
komitmen dari para peserta. Langkah selanjutnya guru atau konselor menampilkan
dan mendekripsikan permasalahan yang dihadapi siswa dalam mendeskripsikan
masalah siswa, terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari siswa.
Keempat Setelah pemaparan masalah siswa (konseli),selanjutnya para peserta lain
mendiskusikan dan diminta tanggapan,masukan,dan konstribusi persetujuan atau
penerimaan tugas dan peran masing-masing. Langkah terakhir yaitu konferensi
menyimpulkan beberapa rekomendasi / keputusan berupa alternatif-alternatif untuk
dipertimbangkan oleh konselor,para peserta,dan siswa yang bersangkutan untuk
12
mengambil langkah-langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan masalah
siswa.
13
Daftar Pustaka
Syamsu Yusuf dkk, 2008. Landasan Bimbingan & Konseling. Bandung: PT Remaja
Rosadakarya
Syaeful Anwar,2016. Model Bimbingan Ahli tangan kasus (Rferal) Di SMA Negeri 1
Karangreja kabupaten Purbalingga, IAIN Purwekorto
Dr. Catharina, Zakki Nurul Amin, 2018. Layanan Bimbingan dan Konseling Secara
Langsung, dalam jurnal Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi
14