Anda di halaman 1dari 6

KONSEP OPEN MINDED

A. Pendahuluan
a. Latar Belakang
Sekolah merupakan wahana strategis yang memungkinkan setiap anak didik,
dengan latar belakang sosial budaya yang beragam, untuk saling berinteraksi di antara
sesama, saling menyerap nilai-nilai budaya yang berlainan, dan beradaptasi sosial
(Baedowi, 2015:67). Dapat dikatakan, sistem persekolahan adalah salah satu pilar penting
yang menjadi tiang penyangga sistem sosial yang lebih besar dalam suatu tatanan
kehidupan masyarakat (Koesoema, 2007:292;) untuk mewujudkan cita-cita kolektif
(Baedowi, 2015:67). Maka, pendidikan yang diselenggarakan melalui—meskipun tidak
hanya terbatas pada—sistem persekolahan semestinya dimaknai sebagai sebuah strategi
kebudayaan (lihat artikel Media Indonesia, 9/11/2009). Dalam hal ini, pendidikan
merupakan medium transformasi nilai-nilai budaya, mengajar norma, mensosialisasikan
nilai, (Fip-Upi, 2007:ix) penguatan ikatanikatan sosial antarwarga masyarakat, dan
pengembangan ilmu pengetahuan untuk mengokohkan peradaban umat manusia. Paling
kurang ada tiga argumen pokok yang dapat dikemukakan (Baedowi, 2015:67).
Kebutuhan untuk mendidik siswa agar mampu berpikir kritis dan menyerap
keterampilan penyelesaian masalah adalah tanggung jawab mendasar dari lembaga
pendidikan (Lubis, 2018:22). Faktanya, tidak ada yang membantah bahwa ini adalah
alasan vital bagi keberadaan universitas dan staf pengajarnya yang penuh (Hashim,
Hussien & Imran, 2014:121). Para ahli telah mengidentifikasi keterampilan ini sebagai
hal yang vital untuk keberhasilan akademik siswa. Sebagai contoh, Bailin & Siegel
(2003) menunjukkan bahwa keterampilan CT membantu siswa menjadi pemikir otonom,
yaitu, orang yang berpikir, bertindak, mengambil sikap, dan menyusun penilaian
berdasarkan alasan. Keterampilan ini juga dapat memengaruhi kemampuan siswa untuk
berhasil dalam proses pembelajaran di kelas dan mencatat prestasi akademik yang luar
biasa (Williams & Worth, 2003). Dengan demikian, mengajarkan keterampilan berpikir
adalah pusat untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, berkualitas, dan
fungsional. Menurut Baumfield (2004), pendekatan keterampilan berpikir dianggap
sebagai strategi pedagogis yang kuat, terutama karena karakter motivasinya. Lebih
penting lagi, sebagian besar studi tentang keterampilan berpikir mengajar telah
menghasilkan hasil positif tentang dampak metode pada peserta didik (Daniel & Auriac,
2011; Friedman et al., 2010; Jones, 2008; Nardone & Lee, 2011). Beberapa keuntungan
dari metode ini diidentifikasi sebagai transferabilitas keterampilan secara umum,
peningkatan kinerja akademik dan generasi gagasan siswa, serta peningkatan
pengetahuan profesional guru (Rockett & Percival, 2002).
Proses belajar dari dalam diri peserta didik (mahasiswa) itu sendiri sangat
dibutuhkan untuk terus menggali dan suka belajar. Oleh karena hal itulah, pembelajaran
yang berfokus pada peserta didik (mahasiwa) yang menekankan pada prestasi belajar,
kebutuhan dan kemampuan individu peserta didik (mahasiswa), menjanjikan model
belajar, yang baik dan kompeten untuk dapat mengembangkan kualitas sumber daya
manusia yang dibutuhkan masyarakat, seperti kreativitas, kepemimpinan, rasa percaya
diri, kemandirian, kedisiplinan, kekritisan dalam berpikir, kemampuan berkomunikasi,
dan bekerja dalam tim serta wawasan global untuk dapat selalu beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan zaman.
Perguruan tinggi harus mengembankan pembelajaran bagi para dosen dengan cara
menyegarkan kembali prinsip pembelajaran agar proses pembelajaran menjadi lebih
kreatif, inovatif dan menyenangkan bagi kedua belah pihak (dosen dan mahasiswa).
Korelasi antara dosen dan mahasiswa yang dimaksud, agar mahasiswa aktif dan mau
berpartisipasi dalam proses pembelajaran untuk mencapai prestasinya, dalam arti
mahasiswa bukan aktif hanya sekedar mengerjakan tugas semata tetapi turut serta
berpartisipasi dalam proses perkuliahan.
b. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada artikel ini adalah bagaimana konsep open minded.
c. Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui konsep dari open minded sendiri.
B. Pembahasan
Setiap orang pasti berbeda cara berpikirnya. Namun, ada baiknya jika setiap orang dapat
memahami cara berpikir orang lain. Berfikir Open minded adalah berfikir dengan pandangan
terbuka. Pikiran yang luas dan tidak terpaku pada apa yang dilihat. Karena terkadang, apa
yang dilihat belum tentu sebenarnya. Berpikiran terbuka adalah ketika anda tahu bahwa anda
benar, tetapi anda juga tahu anda bisa saja salah dan mau untuk mendengar opini atau sudut
pandang orang lain yang berbeda maupun yang tidak sesuai dengan pemikiran anda. Setiap
orang perlu atau bahkan penting untuk mempunyai pemikiran yang terbuka. Pemikiran
terbuka akan membantu kita dalam memahami hidup. Begitupun dengan seorang dosen, yang
notabene adalah pengajar dan pendidik dalam lingkungan kampus. Dosen perlu namanya
berpikir open minded. Agar tidak salah paham ataupun salah dalam mengambil tindakan
dalam permasalahan yang dihadapi peserta didik dalam kegiatan proses belajar mengajar.
Mungkin kita seorang dosen pernah menyampaikan tentang satu topik di kelas perkuliahan
yang kita rasa biasa saja, tapi buat mahasiswa itu sesuatu yang aneh. Misalnya ngobrolin
tentang pengalaman kita sewaktu mahasiswa dulu. Tiba-tiba mahasiswa malah merasa tidak
tertarik, lalu ingin mereka cepat-cepat ganti topik pembicaraan. Atau Sebaliknya, kita
menyampaikan topic tentang apapun: dari pendidikan, pengalaman hidup, bahkan sampai
kisah kehidupan kita dan mereka tidak merasa ada yang terlalu aneh? Malah pembicaraan jadi
semakin menarik! Apa yang membuat mereka menarik? Mereka nyaman membicarakan hal
apapun. Karena mereka tidak pernah menutup pikiran mereka dari ide-ide baru. Mereka
menerima ide-ide baru, hal-hal konyol yang mereka sendiri kadang sulit untuk percayai,
namun mereka punya prinsip, jadi biarpun mereka terima hal-hal baru mereka tidak gampang
juga untuk terpengaruh. Inilah yang disebut dengan Open Minded. Memang untuk menjadi
orang yang berpikiran terbuka terkadang terasa susah. Menampung berbagai macam bentuk
pemikiran orang lain baik itu pemikiran yang sama maupun berbeda. Akan susah untuk
menampung ide – ide yang berbeda apalagi jika ide itu bertolak belakang dengan ide kita.
Open Minded sering kali menjadi salah satu karakteristik orang yang dianggap bijak atau
dewasa secara pemikiran. Karenanya orang yang memiliki pemikiran terbuka (Open Minded),
memiliki tanda-tanda khususnya antara lain:
Pertama. Paham bahwa ada banyak orang dengan banyak segala macam pemikirannya,
termasuk orang-orang yang tidak bisa menerima suatu hal secara positif.
Kedua. Tidak dengan mudah menilai dan menyimpulkan segala sesuatu begitu saja. Meraka
melihat dari berbagai kemungkinan dan segala hal melalui sudut pandang, bukan dari sudut
pandangnya sendiri saja. Oleh karena itu, mereka kemudian bertindak sesuai “benang merah”
dari berbagai sudut pandang tersebut.
Ketiga. Tidak dengan mudah terpengaruh apa kata orang lain, apapun yang orang katakan
tentang sesuatu, mereka tidak akan menerimanya begitu saja, tapi ditampung semuanya
terlebih dahulu. Lalu mencari pendapat dari sudut pandang lain dan menjadikan itu semua
sebagai sebuah hasil informasi.
Keempat. Menyukai sesuatu dan membenci segala sesuatu yang secara berlebihan, karena
mereka adalah orang yang terbuka dengan segala berbagai kemungkinan.
Mereka percaya bahwa ada kemungkinan sedikit kebaikan di dalam banyaknya keburukan
dan ada kemungkinan sedikit keburukan di dalam banyaknya kebaikan.
Misalnya ada sebuah informasi terbukti bahwa ada hal buruk dari apa yang disukai ataupun
sebaliknya ada hal baik dari apa yang anda benci, anda tidak akan menyangkal dan akan
menerimanya. Contohnya, jika sosok dosen yang mereka idam-idamkan ternyata melakukan
tindak kejahatan atau negatif.
Kelima. Cenderung objektif terutama yang menyangkut kepentingan bersama, tidak
memandang siapa yang mengatakan atau terlibat ataupun dari golongan mana dia berasal.
Data apapun adalah informasi selama bisa dipertanggungjawabkan. Mereka rela
menghabiskan lebih banyak waktu untuk riset dan diskusi untuk bisa mengajukan solusi atau
masukan demi terwujudnya kepentingan bersama.
Keenam. Tidak terlalu pesimis dan optimis dalam menyikapi sesuatu hal, mereka akan
terbuka dengan segala kemungkinan yang ada dan tidak mengontrol pikiran hanya
berdasarkan ilmu atau pengalaman diri sendiri. Akan bisa mewadahi ide dan masukan orang
lain seperti apapun, tanpa berkomentar yang menjatuhkan terhadap orang tersebut.
Ketujuh. Keterbukaan pikiran kita untuk menerima sesuatu yang baru dari luar batas toleransi
pengertian kita menandakan kalau kita mampu untuk membuka diri kita terhadap apapun
yang menganggu prinsip kita.
Seperti yang kita ketahui, tidak gampang menerima suatu prinsip dari luar yang berbeda
bahkan bertentangan dengan prinsip dasar berpikir yang sudah kita punya. Keterbukaan
pikiran juga sebuah ukuran seberapa besar toleransi dan fleksibilitas kita untuk memahami
pemikiran orang lain. Atau dengan kata lain memandang dari sudut pandang orang lain. Satu
hal yang harus diingat: memahami itu tidak harus menyetujui. Ide dan pemikiran yang kita
terima tidak hanya dari orang lain saja. Bisa juga dari sesuatu yang kita sendiri temui sehari-
hari. Mengalami suatu pengalaman memiliki rasa penasaran untuk tahu lebih lagi. Kita tinggal
di dunia yang berubah terus secara konstan. Supaya bisa perkembangan, kita harus membuka
diri untuk pengalaman-pengalaman baru dan cara baru untuk melihat sesuatu.
C. Penutup
Orang yang punya pikiran terbuka (Open Minded) adalah orang yang bersedia mengubah
sudut pandang mereka ketika dihadapkan dengan suatu fakta dan bukti. Dan orang yang tidak
bersedia menyesuaikan cara pandang dan terlalu mempertahankan prinsip (idealis) akan
merasa kurang puas, belum lagi merasa bosan. Kalau kita membatasi diri hanya dengan apa
yang sudah kita ketahui dan merasa nyaman cukup dengan apa yang ada, lama kelamaan akan
ketinggalan dan frustasi.
Intinya, terbuka pada hal-hal baru supaya kita tidak panik duluan pas dengar topik baru, tidak
merasa aneh, tidak merasa tabu, dan tentunya dengan berpikir terbuka juga akan berpengaruh
positif terhadap segala aspek kehidupan kita. Dengan berpikir secara Open Minded, Kita lebih
bisa melepaskan kontrol, merasakan perubahan, memperkuat diri, semakin percaya diri dan
menjadi sosok yang lebih terbuka jujur tentunya.

DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, S.A., Darmadi, I.W., &. Pasaribu, M. 2016. “Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Gerak di Kelas X SMA
Negeri 6 Sigi”. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). 4 (3).:16-21.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Diansyah, A. 2013. “Pengaruh Model Contextual Teaching And Learning (CTL) dan
Motivasi Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA
Di Kota Madiun”. Jurnal Pendidikan Sejarah. 2 (2): 17-33.

Dimyati. & Mudjiono. 2015. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Early, O.A., Winarti, E.R., & Supriyono. 2018 “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Matematis Ditinjau dari Kemandirian Siswa Kelas VIII melalui Pembelajaran Model PBL
Pendekatan Saintifik Berbantuan Fun Pict”. PRISMA. 1: 388-399.

Anda mungkin juga menyukai