Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan psikologi
Disusun oleh :
PRODI D3 KEPERAWATAN
POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO
Puji syukur kami panjatkan kepada allah swt atas anugrah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penulisan makalah tentang Konsep psikologi konseling. Adapun maksud
dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk menyelesaikan tugas yang diberikan
oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya
bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami. Terlepas dari
semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekatan hubungan dengan konseling
adalah psikologi, bahkan secara khusus dapat dikatakan bahwa konseling merupakan aplikasi
dari psikologi, terutama jika dilihat dari tujuan, teori yang digunakan, dan proses
penyelenggaraannya. Oleh karena itu telaah mengenai konseling dapat disebut dengan
psikologi konseling (counseling psychology).
1. Psikoanalisa
Salah satu aliran psikoanalitik Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi.
2
a. Struktur Kepribadian
d. Kecemasan
Kecemasan realistis, adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf
kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada.
Kecemasan neurotic adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinyanaluri-naluri yang
menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bias mendatangkan hukuman
baginya.
Kecemasan moral, adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri.
f. Perkembangan Kepribadian
Pentingnya perkembangan awal
Pemahaman pandangan psikoanalitik tentang perkembangan adalah hal yang esensial jika
seorang konselor menangani seorana klien:
1. Ketidakmampuan menaruh kepercayaan pada diri sendiri dan pada orang lain, keyakutan
untuk mencintai dan untuk membentuk hubungan yang intim dan rendahnya rasa harga diri
2. Ketidakmampuan mengakui dan mengungkapkan perasaan benci dan marah,
penyangkalan terhadap kekuatan sendiri sebagai pribadi dan kekurangan perasaan otonom
4
3. Ketidakmampuan menerima sepenuhnya seksualitas dan perasaan seksual diri sendiri,
kesulitan untuk menerima diri sendiri sebagai pria dan wanita ,dan kekuatan terhadap
seksualitas.
Tahun pertama kehidupan: fase oral
Tugas utama adalah memperoleh rasa percaya kepada orang lain, kepada dunia, dan kepada
diri sendiri.
Usia satu tahun sampai tiga tahun: fase anal
Tugas yang harus diselesaikan selama fase ini adalah belajar mandiri, memiliki kekuatan
pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimana mengakui dan menangani perasaan-perasaan
negative.
Usia tiga sampai lima tahun: fase falik
Fase falik adalah periode perkembangan hati nurani, suatu masa ketika anak-anak belajar
mengenal standar-standar moral.
2. Alfred Adler
a. Pandangan Tentang Manusia
Manusia dimotivasi terutama dorongan-dorongan social. Pria dan wanita adalah
makhluk social dan masing masing orang dalam berelasi dengan orang lain
mengembangkan gaya hidup yang unik.
5
e. Pengalaman-pengalaman Masa Kanak-kanak
Adler memekankan jenis-jenis pengaruh awal yang menyebabkan anak
mengembangkan gaya hidup yang keliru. Susunan dalam keluarga bias memperkuat perasaan
rendah diri si anak.
c. Tujuan-tujuan Terapeutik
Yaitu menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi
seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis
perlu mengusahakan agar klien bias memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang
dikenakannya.
6
e. Hubungan Antara Terapis dan Klien
Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
Orang pertama, yang akan kita sebut klien, ada dalam keadaan tidak selaras, peka, dan
cemas.
Orang yang kedua, yang akan disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau
terintegrasi dalam berhubungan.
Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap klien.
Terapis merasakan pengertian yang emptik terhadap kerangka acuan internal dan
berusaha mengomunikasikan perasaannya ini kepada klien.
Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis
kepada klien setidak-tidaknya dapat dicapai.
4. Gestalt Theory
Terapi Gestalt adalah suatu terapi eksistensial yang menekankan kesadaran disini-
dan-sekarang. Fokus utamanya adalah pada apa dan bagaimana tingkah laku dan peranan
urusan yang tak diselesaikan dari masa lampau yang menghambat kemampuan individu
untuk bias berfungsi secara efektif.
b. Tujuan-tujuan Terapi
Yaitu bukan penyesuaian terhadap masyarakat, membantu klien agar menemukan
pusat dirinya. Sasaran utama terpi Gestalt adalah pencapaian kesadaran.
b. Tujuan-tujuan Terapi
Yaitu membantu klien dalam membut keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya
sekarang dan arah hidupnya. Berne (1964) menyatakan bahwa tujuan AT adalah pencapaian
otonomi yang diwujudkan oleh penemuan kembali tiga karakteristik, yaitu kesadaran,
spontanitas, dan keakraban.
yang menyebabkan klien membuat putusan tertentu, dan membantu klien memperoleh
kesadaran yang lebih realitas dan mencari alternative guna menjalani kehidupan yang lebih
otonom.
9
Tugasnya aadalah membantu agar klien memperoleh perangkat yang diperlukan bagi
perubahannya.
b. Tujuan Terapeutik
Yaitu meminimalisasikan pandangan yang mengalahkan didi dari klien dan membantu klien
untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistic.
c. Fungsi dan Peranan Terapis
Fungsinya adalah membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan yang tidak logis dan
untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya.
Perananya :
Menunjukkan pada klien bahwa masalah yang dihadapinya berkaitan dengan
keyakinan irasionalnya, bagaimana mengembankan nilai-nilai dan sikapnya, dan
menunjukkan secara cognitive bahwa klien telah banyak memasukkan banyak
keharusan , sebaliknya, dan semestinya
Membawa klien ke seberang tahap kesadaran dengan menunjukkan bahwa ia sekarang
mempertahankan emosinya secara logis dan dengan mengulang-ulang kalimat yamg
mengalahkan diri dan dan mengenalkan pengaruh masa kanak-kanak.
Menantang klien untuk mengembangkan filsafat-filsafat hidup yang rasional sehingga
dia bias menghindari kemungkinan menjadi korban keyakinan-keyakinan yang
irasional.
10
2.3 Proses dan Langkah-langkah Konseling
a. Mengkomunikasikan nilai-nilai inti agar klien selalu jujur dan terbuka sehingga dapat
mengali lebih dalam masalahnya.
b. Menantang klien untuk mencari rencana dan strategi baru melalui berbagai alternatif.
Hal ini akan membuatnya termotivasi untuk meningkatkan dirinya sendiri
Pada langkah ini terlihat dengan jelas bagaimana proses konseling berjalan. Apakah terjadi
perubahan strategi atau alternatif. Yang telah disusun? Sudah tepat atau malah tidak sesuai?.
Proses konseling berjalan-jalan terus-meneruspada akhirnya sampai kepada pemecahan
masalah
4) Evaluasi dan Terminasi
Langkah keempat ini adalah langkah terakhir dalam proses konseling secara umum.
14
Evaluasi terhadap hasil konseling akan dilakukan secara keseluruhan. Yang menjadi ukuran
keberhasilan konseling akan tampak pada kemajuan tingkah laku klien yang berkembang
kearah yang lebih positif. Menurut Willis (2009) pada langkah terakhir sebuah proses
konseling ditandai pada beberapa hal:
1. Menurunnya tingkat kecemasan klien
2. Adanya perubahan perilaku klien kearah yang lebih positif, sehat dan dinamis.
3. Adanya rencana hidup dimasa mendatang dengan program yang jelas
4. Terjadi perubahan sikap positif. Hal ini ditandai dengan klien sudah mampu berfikir
realistis dan percaya diri.
Dan untuk melaksanakan konseling islami dapat ditempuh dengan beberapa langkah berikut:
1. Menciptakan hubungan psikologis yang ramah, hangat, penuh penerimaan dan
keakraban dan keterbukaan.
2. Meyakinkan klien akan terjaganya rahasia dari apapun yang dibicarakan dalam proses
konseling sepanjang klien tidak menghendaki diketahui orang lain
3. Wawancara awal berupa pengumpulan data, sebagai proses mengenal klien,
masalahnya, lingkungannya, dan sekaligus membantu klien mengenali dan menyadari
dirinya.
4. Mengeksplorasi masalah dengan perspektif islam (pada langkah ini konselor mencoba
menelusuri tingkat pengetahuan dan pemahaman individu akan hakekat masalahnya dalam
pandangan islam)
5. Mendorong klien untuk melakukan muhasabah (mengevaluasi diri apakah ada
kewajiban yang belum dilakukan, adakah sikap dan perilaku yang salah, sudah bersihkan
jiwanya dari berbagai penyakit hati)
6. Mengeksplorasi tujuan hidup dan hakikat hidup menurut klien, selanjutnya
merumuskan tujuan-tujuan jangka pendek yang ingin dicapai oleh klien dalam menghadapi
masalahnya.
7. Mendorong klien menggunakan hati/qolb/dalam melihat masalah, dan sekaligus
mendorong klien mengunakan aqalnya, dan bertanya pada hati nuraninya.
8. Mendorong klien untuk menyadari dan menerima kehidupan yang diberikan Allah
dengan penuh keridhoan dan keikhlasan.
15
9. Mendorong klien untuk selalu bersandar dan berdoa memohon meminta dibukakan
jalan keluar atas masalahnya kepada Allah SWT, dengan cara memperbanyak ibadah sesuai
yang dicontohkan Rosulallah SAW.
10. Mendorong klien untuk mengambil keputusan-keputusan strategis yang berisi sikap dan
perilaku yang baik (maruf) bagi terselesaikannya masalah yang sedang dihadapi.
11. Mengarahkan klien pada keputusan-keputusan yang dibuat.
12. Mengarahkan dan mendorong klien agar selalu bersikap dan berperilaku islami, sehingga
terbentuk sikap dan perilaku yang selalu bercermin pada Al-Quran dan Hadist.
13. Mendorong klien agar terus menerus berusaha menjaga dirinya dari tunduk kepada hawa
nafsunya, yang dikendalikan oleh syaitan yang menyesatkan dan menyengsarakan hidup
individu.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang sangat saya harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah,Zaki.Psikologi konseling.
https://nurhalimahzakki.wordpress.com/2013/05/16/psikologi-konseling/ (Diakses tanggal 28
maret 2017)
Suteja,Amar.Proses Konseling.
http://amarsuteja.blogspot.co.id/2014/07/proses-dan-langkah-langkah-konseling.html(Diakses
tanggal 28 Maret 2017)