Anda di halaman 1dari 116

MEMORI DAN PROSES TRANSMISI

Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Sosiologi Sastra

Dosen Pengampu:
Asep Yusup Hudayat, M. A

Disusun oleh :

Siti Munibah 180210170002


Dede Ilma Siti Halimah 180210170003
M. Irfan Mubarok 180210170006
Endang Triana 180210170019
Aldo Aditya Lubis 180210170032
Tina Suhartinah 180210170052

PROGRAM STUDI SASTRA SUNDA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Memori dan Proses Transmisi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian akhir semester yang diberikan oleh bapak Asep Yusup Hudayat, M. A pada
mata kuliah Sosiologi Sastra. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang informasi mengenai memori dan proses transmisi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Asep Yusup Hudayat,


M.A, selaku dosen mata kuliah Sosiologi Sastra yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Jatinangor, 2 Maret 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii


DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
ABSTRAK ......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................ 2
BAB 2 INFORMASI JENIS PUPUAN DATA ................................................. 3
2.1 Sejarah Memori .................................................................................. 3
2.2 Teori Memori ..................................................................................... 5
2.3 Memori dan Kunci Kesadaran .......................................................... 11
2.4 Memori dan Repsentasi .................................................................... 18
2.5 Memori Dalam Sejarah ..................................................................... 21
2.6 Memori dalam Psikoanalisi (memori trauma).................................... 33
2.7 Memori dalam Literarur/Sastra ......................................................... 46
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 51
3.1 Perkembangan Memori sebagai Proses Transmisi ............................. 51
3.2 Memori Traumatis dalam Novel Jawa Kadang Suriname Sanak Merapi
Karya Fuji Riang Prastowo Kajian Postmemory ............................... 62
3.3 Memori Sejarah sebagai Sumber Fakta Peristiwa .............................. 73
BAB 4 PENUTUP .......................................................................................... 100
4.1 Simpulan ........................................................................................ 100
4.2 Saran .............................................................................................. 101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 107
Nilai Anggota Kelompok ............................................................................... 107
Foto Kegiatan Pemupuan Data ..................................................................... 108
Catatan Kecil Pengalaman Memupu Data ................................................... 110

iii
ABSTRAK

Memori menjadikan manusia menjadi makhluk sejarah. Menurut Plato, memori


berasal dari alam ide yang abadi, yang terlepas dari matreri. Ketika manusia lahir,
memori dipanggil kembali melalui penginderaan/pengalaman. Prinsip
pengembangan memori, antara lain, mencakup asosiasi, gambaran, dan lokasi.
Memori melewati tiga proses: (1) perekaman, yakni pencatatan informasi melalui
reseptor indera dan sirkit saraf internal; (2) penyimpanan, yaitu menentukan
berapa lama informasi itu berada beserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana; dan
(3) pemanggilan, artinya mengingat lagi, yakni menggunakan informasi yang
disimpan. Memori juga dikaitkan dengan proses aktif seseorang di dalam mencari,
menyimpan/ mengorganisasikan, dan menyebarluaskan informasi yang ada di luar
dirinya untuk ditemukan kembali oleh para pencari informasi. Pengaruh memori
(trauma) pada ingatan manusia berpengaruh besar bahkan memori tersebut malah
menjadi perisai bagi mereka yang membawa trauma personal, kolektif, ataupun
kultural dari mereka yang hidup pada masa lalu (generasi sebelumnya).

Kata kunci : memori, transmisi, trauma

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia memiliki memori (ingatan) yang kemampuan dan
kapasitasnya sangat besar. Akan tetapi, tidak semua orang memanfaatkan
kapasitas tersebut seoptimal mungkin. Banyak orang yang memanfaatkan
memori ini sekadarnya saja, sehingga banyak ruang-ruang dalam memori
tersebut yang tidak terisi dan tidak diperlakukan dengan lebih baik. Memori
memiliki fungsi yang penting bagi manusia. Jika kita melakukan aktivitas
berpikir atau menalar, maka sebagian besar kita menggunakan fakta dari
memori. Kita menggunakan konsep waktu dengan menghubung-hubungkan
masa sekarang dengan masa lalu serta membuat perencanaan untuk masa
datang. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya fasilitas fungsi memori kita
yang kuat yang dapat disesuaikan pada berbagai situasi. Oleh karena memori
inilah manusia dapat dikatakan makhluk bersejarah. Manusia tidak hanya
ditentukan oleh pengaruh proses yang terjadi saat kini, tetapi berkembang
dalam sejarah masa lalu yang dimilikinya, yang tersimpan dalam memori,
yang sewaktu-waktu dapat dihidupkannya kembali.
Memori traumatik adalah memori yang berisi narasi kejadian dan
emosi yang lekat padanya dan dapat diaktifkan secara sadar. Sementara
memori traumatik disosiatif adalah bentuk pikiran, perasaan, dan sensasi yang
muncul dan dialami individu, tanpa aktivasi atau kendali secara sadar,
biasanya terpicu oleh sesuatu hal yang seringkali tidak disadari oleh individu,
dan muncul dalam bentuk kilas balik ingatan (flash back), mimpi buruk,
pikiran intrusif/mengganggu, dan sensasi fisik. Memori masa lalu memberikan
dampak yang luar biasa dan tidak terduga pada kehidupan sekarang maupun
mendatang. Terkhusus ingatan memori traumatis terhadap seseorang yang
menjadi ingatan kuat. Sigmund Freud menyebut memori traumatik sebagai
“rahasia patogen” (pathogenic secrets) atau parasit mental (mental parasites)
karena walau penderita sangat ingin menghilangkan, melupakan, tidak lagi
mau mengingat apa yang telah terjadi namun memori ini terus menerus

1
muncul tanpa dapat dicegah atau dikendalikan, dan memerangkap individu
dalam teror dan horor berkepanjangan.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Apa definisi dari memori?
2. Apa saja teori memori?
3. Bagaimana hubungan memori dan kunci kesadaran?
4. Bagaimana hubungan memori dan representasi?
5. Bagaimana kaitan memori dalam sejarah?
6. Bagaimana memori (trauma) dalam psikoanalisis?
7. Bagaimana tinjauan memori sebagai literatur/sastra ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan proses memori.
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori memori.
3. Untuk mengetahui kaitan memori sebagai kunci kesadaran dan
representasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana memori trauma dalam psikoanalisis.
5. Untuk mengetahui kaitan memori dalam literatur/sastra.

2
BAB 2

INFORMASI JENIS PUPUAN DATA

2.1 Sejarah Memori

Sebelum ilmu pengetahuan modern mengenai otak, yaitu neurofisiologi


dan psikologi, mengungkapkan kekuatan dan potensi yang luar biasa dari
otak manusia, bangsa Yunani telah menemukan bahwa kinerja mental
dapat ditingkatkan secara luar biasa dengan menggunakan teknik tertentu.
Bangsa Yunani mengembangkan sistem memori mendasar yang disebut
mnemonic (yang membantu ingatan), sebuah nama yang diambil dari nama Dewi
Memori yang mereka puja yaitu Mnemosyne. Teknik mnemonic ini
dipertukarkan di antara anggota kaum intelektual elit di masa itu, dan
dipergunakan untuk tugas mengingat hal yang sangat banyak dengan prestasi
tinggi dalam masyarakat yang memberikan kekuatan pribadi, ekonomi,
politik, dan militer kepada orang yang melakukannya. Dapat dikatakan,
bangsa Yunani adalah “gladiator pikiran”, di mana stadionnya adalah
gelanggang intelektual, dan senjata utamanya adalah memori. Mereka akan
saling melontarkan pertanyaan menyangkut bilangan, nama, dan urutan negara
kota Yunani dan frasa tepat yang dikutip dari karya besar serta butir-butir
hukum. Mereka yang menang akan menjadi sena-tor, pahlawan, dan pemimpin
sosial. Teknik ini didasarkan pada prinsip-prinsip fundamental yang mudah dan
menyenangkan untuk diterapkan serta mempunyai pengaruh jelas dalam
memperbaiki memori.
Dalam bidang lain, teori Plato tentang pengingatan kembali adalah
teori yang berpendapat bahwa pengetahuan adalah fungsi mengingat kembali
informasi-informasi yang telah lebih dulu diperoleh. Teori ini dikemukakan
oleh Plato pada abad ke-5 SM. Plato mendasarkan teorinya pada filsafat
tentang “alam ide” dan “keazalian jiwa”. Ia yakin bahwa jiwa manusia ada
dalam bentuk berdiri sendiri, terlepas dari badan, sebelum badan itu ada.
Karena wujud jiwa itu bebas sebebas-bebasnya dari materi, ia
berhubungan dengan alam ide realitas-realitas yang bebas dari materi dan
dapat mengetahuinya. Ketika ia harus turun dari alam imaterialnya untuk

3
disatukan dengan badan dan dikaitkan dengannya di alam materi, hilanglah
semua yang telah diketahuinya dari alam ide dan realitas-realitas yang tetap,
serta lupa sama sekali akan realitas-realitas tadi. Tetapi, ia kemudian mulai
memulihkan pengetahuan-pengetahuannya melalui penginderaan
gagasan-gagasan (ide-ide) tertentu dan hal-hal partikular. Sebab, semua
konsep danhal-hal partikular itu adalah bayangan dan pantulan dari alam ide dan
realitas-realitas alam azali (abadi) di dunia yang didalamnya jiwa itu pernah
hidup. Jika ia telah menginderai suatu ide tertentu, pindahlah ia seketika ke
realitas ideal yang telah diketahuinya sebelum ia dikaitkan dengan badan.
Berdasarkan hal tersebut pengetahuan kita mengenai manusia universal--
yaitu ide tentang manusia secara universal--tidak lain adalah pengingatan
kembali realitas abstrak yang telah kita lupakan. Kita hanya dapat
mengingatnya kembali dengan menginderai manusia tertentu atau individu
tertentu yang mencerminkan realitas abstrak itu di alam materi. Jadi, konsepsi-
konsepsi umum itu mendahului penginderaan. Penginderaan tidak akan
terlaksana kecuali dengan proses melacak dan mengingat kembali konsepsi-
konsepsi tadi. Pengetahuan- pengetahuan rasional tidak berkaitan dengan hal-
hal partikular dalam alam indera. Tetapi, ia hanya berkaitan dengan realitas-
realitas universal abstrak tersebut. Teori ini berdasarkan atas dua proposisi
berikut:
(1) bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi
daripada alam materi;
(2) bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah pengetahuan tentang
realitas-realitas yang tetap di alam yang lebih tinggi, yang oleh Plato
disebut dengan archetypes.
Pada bangsa Yunani, penemuan dilakukan dengan melakukan
introspeksi, diskusi, dan pertukaran ide bahwa memori pada umumnya
didasarkan pada asosiasi, yaitu memori bekerja dengan menghubungkan
berbagai hal menjadi satu. Misalnya, segera setelah otak kita mencatat kata
“anggur” maka otak menghubungkannya dengan warna, rasa, tekstur, dan bau
dari buah tersebut, peristiwa, teman yang berhubungan dengannya. Di
samping asosiasi, bangsa Yunani menyadari bahwa agar sesuatu dapat

4
diingat, hal tersebut merupakan gambaran atau citra yang luar biasa dan
melibatkan beberapa indera. Pilar ketiga dalam prinsip memori adalah lokasi,
atau tempat mengingatkan kita akan gambaran dan asosiasi yang
menyertainya.

2.2 Teori Memori


Sebelum seseorang mengingat suatu informasi atau sebuah kejadian
dimasa lalu, ada beberapa tahapan yang harus dilalui ingatan tersebut untuk
dapat muncul kembali. Atkinson (2000) berpendapat bahwa, para ahli
psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu: a. Memasukan pesan dalam
ingatan (encoding). Mengacu pada cara individu mentransformasikan input
fisik indrawi menjadi sejenis representasi mental dalam memori. b.
Penyimpanan ingatan (storage). Mengacu pada cara individu menahan
informasi yang sudah disimpan dalam memori. c. Mengingat kembali
(retrieval). Mengacu pada bagaiman individu memperoleh akses menuju
informasi yang sudah disimpan dalam memori. Pengkodean, penyimpanan,
dan pengeluaran sering kali dilihat sebagai tahapan proses memori yang
berurutan. Proses ini tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah, melainkan saling
berkaitan dan bergantung satu sama lain.
Tiga tahapan dalam memori di atas sebagai berikut:

Tahapan dalam memori Sumber: Atkinson & Atkinson. Pengantar Psikologi


EdisiKedelapan Jilid I. Jakarta: Erlangga.

5
Walgito (2004), yang menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mengingat,
yaitu mulai dari memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention),
menimbulkan kembali (remembering). Lebih jelasnya lagi adalah sebagai
berikut:

a. Memasukkan (learning). Cara memperoleh ingatan pada dasarnya dibagi


menjadi dua, yaitu (1) Secara sengaja. Sesorang dengan sengaja memasukkan
informasi, pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman ke dalam ingatannya.
(2) Secara tidak disengaja. Sesorang secara tidak sengaja memasukkan
pengetahuan, pengalaman dan informasi ke dalam ingatannya. Misalnya: jika
gelas kaca terjatuh maka akan pecah. Informasi ini disimpan sebagai
pengertian-pengertian.

b. Menyimpan. Tahapan kedua dari ingatan adalah penyimpanan atau (retention)


apa yang telah dipelajari. Apa yang telah dipelajari biasanya akan tersimpan
dalam bentuk jejak-jejak (traces) dan dapat ditimbulkan kembali. Jejak-jejak
tersebut biasa juga disebut dengan memory traces. Walaupun disimpan namun
jika tidak sering digunakan maka memory traces tersebut mungkin sulit untuk
ditimbulkan kembali bahkan juga hilang, dan ini yang disebut dengan
kelupaan.

c. Menimbulkan kembali. Menimbulkan kembali ingatan yang sudah disimpan


dapat ditempuh dengan mengingat kembali (to recall) dan mengenal kembali
(to recognize). Pemanggilan kembali informasi terkait suatu peristiwa atau
suatu objek secara sadar dapat diukur melalui dua metode. Metode pertama
adalah recall, yakni kemampuan menggali kembali dan memproduksi informasi
yang telah dimiliki sebelumnya. Metode kedua adalah recognition, yakni
kemampuan mengenali informasi yang telah diobservasi, dibaca, atau didengar
sebelumnya (Wade, 2008).

Para ahli sepakat bahwa proses memori tidak hanya seperti yang
dijelaskan pada tersebut diatas tetapi tergantung dari mana memori dilihat,
seperti penjelasan Davis (dalam Hamberg, 2006), menurutnya informasi yang

6
masuk harus melalui tiga tahapan yang belum disimpan dalam waktu yang
lama. Tiga tahapan tersebut adalah:

a. Sebagian besar aliran diterima alat indera-percakapan, sensasi sentuhan ataupun


bau yang masuk ke hidung, semuanya mampir ke otak hanya sedetik saja dan
selanjutnya lenyap lagi. Dapat dikatakan kesan tersebut tampak lenyap.

b. Tahap kedua disebut memori jangka pendek (short term memory). Memori ini
terpilih untuk disimpan karena individu memberikan perhatian padanya.
Ketertarikan, kegelisahan dan kegembiraanlah yang membedakannya.

c. Tahap selanjutnya adalah memori jangka panjang (long term memory). Memori
jangka panjang biasanya rentan terhadap kelemahan otak seiring usia beranjak
tua.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahapan daya ingat (memory) terbagi dalam
proses memasukkan informasi ke daya ingat, lalu menyimpannya, dan
kemudian membangkitkan kembali informasi yang tersimpan.

Secara umum, banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
macam-macam daya ingat. Hal ini tergantung dari mana ingatan tersebut
dilihat, sebagian ada yang melihat dari sudut pandang jenis tugas mengingat,
lamanya waktu mengingat, atau jenis informasi yang diingat. Berikut beberapa
macam ingatan yang sering dibahas oleh beberapa ahli, yaitu:

a. Memori Sensori

Semua informasi baru yang diterima indera harus menjalani


pemberhentian singkat di register sensorik, gerbang masuk ke dalam memori.
Register sensorik mencakup beberapa subsistem memori yang memiliki jumlah
yang sama dengan jumlah indera yang kita miliki. Kesan visual akan tetap
berada dalam subsistem sedikit lebih lama dari subsistem visual, yakni kira-
kira selama dua detik (Wade, 2008). Memori sensori (penyimpanan serapan
indra) adalah temapt penyimpanan awal dari sebagian besar informasi, namun

7
pada akhirnya ia akan memasuki tempat penyimpanan memori jangka pendek
dan jangka panjang. Pada memori ini terdapat dua jenis penyimpanan yaitu:

1) Penyimpanan ikonik. Penyimpanan ikonik adalah sebuah register


penyerapan visual yang sangat unik dalam dirinya sendiri, mengelola informasi
untuk periode waktu yang sangat singkat. Informasi disimpan dalam bentuk
ikon-ikon. Semua ikon-ikon akhirnya menjadi imaji-imaji visual yang
merepresentasikan sesuatu.

2) Penyimpanan ekoik. Penyimpanan ekonik menyimpan input auditorik


dengan durasi sekitar 2-4 detik. Informasi auditorik disimpan dalam ruang
penyimpanan agar dapat diolah lebih lanjut.

b. Memori Jangka Pendek (Short Term Memory)

Semua individu memiliki akses menuju memori jangka pendek. Memori


ini menahan data memori selama beberapa detik dan terkadang juga bisa
sampai beberapa menit. Menurut model Atkinson dan Shiffrin, simpanan
jangka pendek hanya dapat mengingat beberapa hal saja. Ia juga dapat diakses
oleh sejumlah proses pengontrolan yang mengatur aliran informasi kepada dan
dari simpanan jangka panjang. Biasanya, materi masih tetap bertahan di dalam
memori jangka pendek kira-kira 30d etik saja, kecuali dilatih untuk
mempertahankannya lagi. Informasi tersebut disimpan secara akustik (lewat
bunyi yang dikeluarkannya) lebih daripada secara visual (lewat
penampakannya). Secara umum, kapasitas memori jangka pendek dibagi
berdasarkan luas stimulusnya, kira-kira 7 ± 2 stimulus (Miller, dalam
Sternberg, 2009). Peterson dan Peterson (dalam Solso, 2007)
mendemonstrasikan bahwa kapasitas kita untuk menyimpan informasi dalam
suatu area penyimpanan sementara bersifat sangat terbatas dan rentan terhadap
memudarnya informasi dengan cepat.

c. Memori Jangka Panjang (Long Term Memory)

Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan
tidak terbatas. Memori jangka panjang bertambah seiring bertambahnya usia

8
selama masa pertengahan dan akhir kanak-kanak. Sistem memori jangka
panjang memungkinkan kita hidup dalam dua dunia, yaitu masa lalu dan masa
sekarang. Kemampuan untuk dapat mengingat masa lalu dan menggunakan
informasi tersebut untuk dimanfaatkan saat ini merupakan fungsi dari memori
jangka panjang (Bhinetty, 2009). Kapasitas yang dimiliki memori jangka
panjang sepertinya tidak terbatas. Informasi dalam jumlah yang sangat besar
yang tersimpan dalam memori jangka panjang, memungkinkan individu untuk
belajar, menyesuaikan diri dengan lingkungan , serta mengembangkan identitas
diri dan sejarah kehidupan (Wade, 2008).

Memori jangka panjang tempat menyimpan memori-memori yang terus


tinggal dalam pikiran selama periode yang panjang. Beberapa teoritis
menyarankan bahwa kapasitas memori jangka panjang tidak terbatas, minimal
dalam sudut praktis tertentu (Bahrick, 1984a, 1984b, 2000; Bahrick & Hall,
1991; Hintman dalam Sternberg, 2006). Lokasi tempat memori tersimpan
adalah di seluruh bagian otak, meskipun juga terpusat di bagian-bagian
tertentu. Beberapa region otak memiliki fungsi penting dalam pembentukan
memori seperti hipokampus dan korteks serta thalamus (Solso, 2007).

d. Memori Kerja

Memori kerja lazim didefinisikan secara luas seperti retensi informasi


ketika memproses informasi yang sama atau lainnya. Hal ini juga digambarkan
sebagai ruang kerja pengolahan informasi atau sebuah pintu gerbang antara
memori jangka pendek dan jangka panjang. Memori kerja merupakan proses
kognitif yang fungsi utamanya adalah untuk memfasilitasi dan meningkatkan
kapasitas pengodean, penyimpanan, dan fungsi pencarian yang penting untuk
belajar pada tingkat pengolahan informasi (Kuswana, 2011).

e. Memori Implisit atau Prosedural

Memori prosedural merupakan memori mengenai cara melakukan sesuatu,


seperti cara menyisir, menggunakan pensil, dan lain sebagainya. Memori
prosedural ini juga disebut memori implisit karena apabila suatu kemampuan

9
telah dimiliki seseoranng, maka kemampuan tersebut tidak lagi memerlukan
pemrosesan secara sadar (Wade,2008). Memori implisit adalah pemanggilan
kembali informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek yang mempengaruhi
tindakan dan pikiran yang dilakukan tanpa usaha secara sadar. Jadi, memori
implisit dipanggil kembali secara tidak sadar (Graf & Schacter, 1985;
Schacter, Chiu, & Oschner, dalam Wade, 2008). Cara mengukur memeori ini
adalah dengan cara priming. Metode ini meminta subjek membaca atau
mendengarkan suatu informasi dan kemudian menguji apakah informasi
tersebut mempengaruhi kinerja subjek (Wade, 2008).

f. Memori Eksplisit atau Deklaratif

Pemanggilan kembali informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek


secara sadar disebut dengan memori eksplisit. Contohnya, ketika seseorang
ingin menceritakan masa lalunya kepada orang lain, maka yang dilakukannya
adalah secara sadar memanggil kembali informasi informasi masa lalu di dalam
ingatannya (Sternberg, 2006). Cara mengukur memori ini adalah dengan
menggunakan metode recall dan recognition yang sudah dibahas pada subbab
sebelumnya (Wade, 2008). Memori eksplisit terbagi atas dua macam yaitu:

1) Memori Episodik. Memori episodik adalah memori yang berisi pengalaman-


pengalaman sendiri yang biasanya berhubungan dengan riwayat hidup.

2) Memori semantik. Memori semantik berisikan jumlah total pengetahuan


yang dimiliki seperti perbendaharaan kata, pemahaman matematika dan segala
fakta yang diketahui.

g. Memori Flashbulb

Memori Flashbulb merupakan memori pada situasi dimana seseorang untuk


pertama kalinya belajar/mencoba sesuatu yang sangat berkesan baginya atau
yang secara emosiional menyentuh perasaannya (Bhinnety, 2009).
Berdasarkan beberapa jenis memori yang telah disebutkan diatas, dapat
disimpulkan bahwa memori terdiri dari beberapa macam diantaranya memori
sensori, jangka pendek, jangka panjang, memori kerja, memori ekspisit dan

10
implisit dan memori flashbulb. Penelitian ini mengukur bagaimana informasi
dapat bertahan di memori jangka pendek dan dapat di panggil kembali dalam
beberapa detik atau menit serta peran memori flashbulb dalam mengingat.

2.3 Memori dan Kunci Kesadaran


Psikologi ilmiah berawal pada abad ke-19 sebagai studi terhadap
pengalaman-pengalaman sadar. Dalam kutipan termasyhur dari William
James, “psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental” (pshycology is
the science of mental life), kehidupan mnetal berarti kehidupan mental yang
sadar (James, 1890/1983, hal. 15). Pada awal abad ke-20, kesadaran, sebagai
suatu topik, hampIr-hampir disingkirkan sama sekali dari ranah psikologi oleh
para pengikut ideology psikologi yang dominan pada masa itu, yakni
behaviorisme, yang dipimpin oleh John Watson dan B.F. Skinner. “Perang
suci memperebutkan pikiran manusia” berlangsung sepanjang paruh terakhir
abad ke-20. Pada “perang” tersebut, para psikolog kognitif berjuang
mengembalikan kesadaran sebagai suatu topic yang penting (bahkan sebagai
topik yang seharusnya dipentingkan), sedangkan kaum behavioris bertarung
mempertahankan suatu bentuk ilmu psikologi yang sepenuhnya objektif.
Kesadaran tetap bertahan dan kekuatan “antikesadaran” ditakdirkan kalah
dalam perang tersebut bukan karena psikologi objektif tidak dapat
dipertahankan, melainkan karena metode-metode dan doktrin-doktrin
behaviorisme sedemikian angkuhnya (imperious) sehingga topic-topik yang
autentik sekalipun dianggap tabu. Dalam tahun-tahun belakangan ini,
kesadaran menjadi topic yang semakin “disadari” dalam pemikiran-pemikiran
dan dalam tulisan-tulisan para psikolog, filsuf, dan para ilmuwan neurosains;
lebih dibandingkan topic-topik lain yang membahas pikiran.
Secara bertahap teori-teori belajar mendapatkan tantangan dari teori-teori
memori, persepsi, dan representasi internal tentang proses-proses mental.
Pemrosesan informasi dan kognisi menjadi kata-kata yang sering
didengungkan, dan kesadaran sebuah topic yang tidak akan pernah lenyap
betapapun besar cemoohan dari para behavioris mulai memasuki literatur-
literaturpsikologi setelah terabaikan selama setengah abad. Patut diingat

11
bahwa para ilmuwan yang bereksperimen dengan konsep kesadaran bukanlah
para pencinta New-Age atau kaum hippies Haight-Asbury yang berupaya
mencapai “tingkat kesadaran yang semakin tinggi”. Era 1990-an menjadi
decade keemasan bagi studi-studi kesadaran, yang ditandai oleh
membanjirnya publikasi dan minat-0minat ilmiah mengenai kesadaran
(Zeman, 2001). Minat terhadap kesadaran terus berkembang hingga saat ini.
Zeman (2001) membagi kesadaran ke dalam empat kategori:
1. kondisi terjaga (waking state), yakni kondisi saat kita mempersepsi dan
berinteraksi;
2. pengalaman, yang merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-
peristiwa yang berlangsung disekeliling kita;
3. kondisi mental kita, yang meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat; dan
4. kesadaran diri kita, yang meliputi rekognisi-diri, pengetahuan-diri,
perasaan kepemilikan atas pikiran-pikiran, ide-ide dan perasaan-perasaan
kita sendiri.

Para filsuf telah sejak lama berminat pada kesadaran, sedangkan psikologi
baru saja mengembalikan “hubungan baik” dengan kesadaran. Francis Crick,
ilmuwan neurosains kognitif yang meraih Nobel untuk perannya sebagai mitra
penemu (codisverer) struktur DNA pada awal 1950-an, dan Christof Koch
seorang ilmuwan PhD yang memusatkan penelitian doktoralnya dalam bidang
pemrosesan informasi nonlinear, telah mengangkat kesadaran sebagai suatu
masalah yang harus diselesaikan para ilmuwan neurosains. Kedua ikmuwan
tersebut menyatakan bahwa para ilmuwan neurosains tidak berusaha sungguh-
sungguh mempelajari kesadaran karena (1) kesadaran dianggap sebagai
problem filosofis, yang sebaiknya disisakan bagi para filsuf, dan (2) upaya
mempelajari kesadaran dianggap sebagai tindakan yang “terlalu mendahului
masanya”. Crick dan Koch menyanggah kedua ide tersebut dengan
menyatakan bahwa kesadaran adalah sebuah produk yang muncul dari
aktivitas sehingga kesadaran pastilah memiliki suatu korelasi neurologis.
Setiap saatnya, sejumlah aktivitas neurologis terlibat dalam kesadaran,
sedangkan aktivitas lain tidak. Jika ini yang terjadi, dank arena sebagian besar

12
aktivitas otak terhadap fungsi-fungsi tertentu terpusat di tempat-tempat
spesifik, para peneliti dapat memisahkan proses-proses yang tidak terlihat
dalam kesadaran dengan yang terlibat (Crick&Koch,1998). Usaha Crick dan
Koch untukmenemukan korelasi neural dari kesadaran telah mengusik dan
menginspirasi ilmuwan dan filsuf. Beberapa kritikus (Noe&Thompson, 2004;
dan beberapa kritikus lain) menyatakan bahwa pencairan terhadap korelasi
neural kesadaran (neural correlation of consciousness) adalah tindakan
reduksionistik yang sia-sia, dan penemuan suatu region otak yang
diasosiasikan dengan suatu pengalaman perseptual tidaklah berarti penemuan
pusat (locus) kesadaran. Dengan demikian, pencairan tersebut akan menjadi
suatu “mutu manikam” bagi ilmu kesadaran yang harus berkembang, dan juga
menjadi suatu batu loncatan yang penting dalam pencairan terhadap suatu
teori umum dari hubungan anatara proses-proses fisik dengan pengalaman
sadar”.

Kerangka Kerja Kesadaran : AWAREness


Studi terhadap kesadaran telah menjadi suatu studi interdisipliner yang
luas dan menjadi suatu disiplin teoritik dan metodologis yang semakin
penting. Kami menyajikan suatu kerangka kerja (framework) umum bagi
kesadaran, yang kami namakan AWAREness (Solso, 2003; MacLin, MacLin,
& Solso, 2007). Karakteristik-karakteristik utama kerangka kerja tersebut
meliputi Attention, Wakefulness, Architecture, Recall of knowledge, dan
Emotive. Selain itu, terdapat pula sejumlah atribut sekunder yang tercakup
dalam kerangka kerja ini. Atribut-atribut sekunder tersebut adalah noveltry,
emergence,selectivity, dan subjectivy.
Kelima elemen kesadaran dalam konsep AWAREness adalah suatu upaya
untuk mengurangi variansi dalam pendefinisian pengalaman subjektif yang
kita sebut kesadaran. Hanya sebuah elemen, yakni arsitektur, yang terlibat
dalam proses fisiologis, elemen-elemen lainnya terlibat dalam proses-proses
psikologis. Seluruh proses memberikan kontribusi terhadap kesadaran dan
sejumlah proses berinteraksi satu sama lain.

13
Attention (Atensi; Perhatian): pemusatan sumber daya mnetal ke hal-hal
eksternal maupun internal. Kita dapat mengarahkan atensi kita peristiwa-
peristiwa eksternal maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat
kita arahkan ke peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal. Bagian dari
kesadaran ini diacu sebagai “lampu sorot” (spotlight) dan serupa dengan
metafora atensi sebagai lampu sorot yang memusatkan berkas sinar kea rah
yang menarik minat kita. Saat mengunjungi suatu pantai. Sebagai contoh,
Anda mungkin mengamati burung-burung di langit pada suatu saat dan
kemudian mengarahkan “lampu sorot” Anda ke sebuah kapal yang tampak di
kejauhan, dan selanjutnya mengarahkan “lampu sorot” tersebut ke seorang
turis yang sedang berjemur di pantai. Secara konstan kita menggerakan focus
atensi kita. Atensi kita terhadap suatu objek tidaklah bersifat arbitrer
(sewenang-wenang), melainkan dikendalikan oleh suatu “mata pelacak”
(searching eye) mencari detail-detail yang bila dikombinasikan dan
diintegrasikan ke dalam pengetahuan dunia yang lebih luas, akan membentuk
fondasi bagi kesadaran yang lebih komprehesif. Kita melihat objek-objek
dengan sangat jelas hanya ketika objek-objek tersebut berada persis di tengah
medan penglihatan kita, sesungguhnya mata kita benar-benar bergerak dari
detail ke detail objek yang ada dihadapannya.
Pada saat ini, Anda bias saja menghadirkan bayangan seorang tokoh
ternama dalam benak Anda. Dengan sama baiknya, Anda mampu
menghadirkan pikiran-pikiran sadar dan memori-memori dari masa lalu Anda,
yang merupakan suatu fitur yang bekerja bersama-sama dengan proses recall
pengetahuan.
Wakefulness (Kesiangan;Keterjangan): kontinun dari tidur hingga terjaga.
Kesadaran sebagai suatu kondisi kesiagaan, memiliki komponen arousal.
Dalam bagian kerangka kerja AWAREness ini, kesadaran adalah suatu
kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya, dalam setiap
harinya. Sebagai contoh, kemarin malam Anda tidur dan sekarang ini Anda
terjaga (seharusnya) – itulah dua kondisi (state) kesadaran yang berbeds secara
radikal. Jika Anda meminum secangkir kopi yang kuat, Anda bahkan lebih
terjaga lagi. Dengan demikian, kita dapat membayangkan bahwa kesadaran

14
terdiri dari berbagai level AWAREness dan eksitasi yang berbeda-beda. Kita
dapat mengubah kondisi kesadaran kita menggunakan meditasi, obat-obatan,
maupun atensi yang intensif.
Architecture (Arsitektur): lokasi fisik sturktur-struktur fisiologis (dan
proses-proses yang berhubungan dengan struktur-struktur tersebut) yang
menyokong kesadaran. Para ilmuwan kognitif pada masa kini sedang
menghadapi sebuah tugas sulit untuk mengungkap beragam bentuk kesadaran.
Kesadaran bukanlah sebuah proses tunggal yang dilakukan oleh sebuah
neuron tunggal, melainkan dipertahankan melalui sejumlah besar proses-
proses neurologis yang diasosiasikan dengan interpretasiterhadap fenomena
sensorik, semantic, kognitif, dan emosional, yang ada secara fisik maupun
secara imajinatif. Sebagai contoh, sejumlah besar proses-proses psikologis dan
perilaku yang dihasilkannya dilaksanakan dalam tataran tidak sadar
mengemudikan mobil Anda, memukul balik sebuah serve tenis yang cepat,
mundur dengan cepat dari seekor ular karincing (rattlesnake). Tindakan-
tindakan tersebut tampaknya berlangsung secara otomatis sebagai hasil dari
pengalaman. Sesungguhnya, seluruh otak tampaknya terlibat dalam berbagai
aspek yang berbeda dari AWAREness yang sadar.
Recall of Knowledge (Mengingat Pengetahuan): proses pengambilan
informasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia di sekelilingnya.
Kesadaran memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui
proses recall (dan rekognisi) terhadap informasi mengenai diri pribadi dan
mengenai dunia ini. Proses tersebut dilaksanakan terutama dengan bantuan
proses-proses atensional yang dilaksanakan secara internal dan eksternal.
Bagian definisi tentang kesadaran ini memiliki tiga komponen: recall
pengetahuan tentang diri pribadi, recall informasi-informasi umum, dan recall
terhadap pengetahuan kolektf individu yang bersangkutan.
Self-knowledge (Pengetahuan-diri) adalah pemahaman tentang informasi
jati-diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa
Anda adalah Anda. Pengetahuan ini disebut kesadaran-diri (self-awareness).
Jika seekor binatang atau seorang manusia dapat mengenali dirinya di cermin,
diyakini mereka memiliki kesadaran-diri. Kesadaran-diri dapat diuji

15
menggunakan tes cermin (Gallup, 1970). Tes tersebut melibatkan pemberian
zat pewarna (dye) yang tidak berbau ke wajah pengguna tes (dengan
melibatkan distraksi yang tepat sehingga hewan atau orang yang diuji tidak
merasakan atau tidak mengingat saaat zat pewarna diberikan ke wajah
mereka).
Komponen lainnya, world knowledge (pengetahuan tentang dunia),
memampukan kita mengingat sejumlah fakta dari memori jangka panjang kita.
Dengan demikian, saat Anda memasuki Museum Kesenian Modern di New
York, Anda mampu membawa informasi mengenai kesenian abad ke-20 (yang
telah Anda miliki dalam memori Anda) ke kesadaran.
Aspek ketiga dari peran kesadaran adalah aktivasi pengetahuan (activation
of knowledge), yang mungkin merupakan aspek yang paling menarik. Pada
tataran ini, seseorang menyadari tindakan-tindakan orang lain. Berdasarkan
sudut pandang evolusi, dalam tindakan-tindakan kerjasama selama bertahun-
tahun (seperti berburu bersama-sama atau mngumpulkan bahan pangan),
kemampuan terhadap hidup akan meningkat apabila seorang anggota
kelompok memahami apa yang dipikirkan rekannya, selain mampu
mengamati dan memahami apa yang dilakukan rekannya tersebut.Perasaan
adalah hal yang penting, dan memahami kesakitan (atau kenikmatan) yang
dirasakan pihak lain adalah sebuah langkah penting dalam sosialisasi spesies
kita.
Emotive (Emotif): komponen-komponen afektif yang diasosiasikan
dengan kesadaran. Sentience adalah suatu kondisi sadar, yang kerap kali
dianggap sebagai suatu bentuk perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran
atau persepsi). Dengan demikian, saat Anda mengamati sebuah bangunan
yang didesain oleh Frank Lloyd Wright (seorang arsitek termasyhur yang
mendesain beberapa bangunan terkemuka, seperti Falling Water), bangunan
tersebut bias saja menimbulkan rasa untuk atau rasa sukacita tergantung
pengamatanya. Dalam setiap peristia, persepsi-persepsi tersebut menghasilkan
suatu impresi internal yang dapat Anda ceritakan kepada orang lain, namun
yang sulit diukur secara empirik. Bagi Anda pengalaman itu sendiri sangatlah
nyata. Emosi-emosi ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat kita

16
merespons peristiwa-peristiwa eksternal, seperti perasaan yang Anda dapatkan
saat jempol kaki Anda tersandung batu, saat orang tua Anda meninggal dunia.
Saat Anda berusaha mendeskripsikan emosi-emosi subjektif tersebut kepada
orang lain, mustahil menggambarkan perasaan-perasaan tersebut persis
sebagaimana yang Anda rasakan.
Novelty (Kebaruan): kecenderungan untuk tidak hanya berfokus pada
pikiran-pikiran dan peristiwa-peristiwa sentral, namun untuk menemukan
item-item yang baru (novel), kreatif, dan inovatif. Kebaruan dapat muncul dari
perubahan dalam lingkungan, diskonfirmasi atau ketidakmunculan harapan
(dengan kata lain, adanya unsur kejuatan), atau pelanggaran terhadap perilaku-
perilaku terampil yang rutin (seperti adanya peluang pengambilan keputusan
dalam suatu aliran tindakan yang pada umumnya dilakukan dengan rutin).
Emergence (Kemunculan): kesadaran berbeda dengan proses-proses neural
lainnya; kesadaran berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pribadi dan
internal. Berbeda dengan proses-proses neural yang lain (seperti proses yang
membuat Anda menggerakkan mata Anda agar dapat melihat objek dengan
lebih jelas), proses-proses neural yang berhubungan setidaknya dengan
sejumlah aspek kesadaran tampaknya berpusar pada informasi internal dan
refleksi-diri. Proses-proses ini meninmbulkan, setidaknya, impresi
fenomenologis bahwa kesadaran muncul dari aktivitas di otak.
Selectivity (Selektivitas) dan Subjectivity (Subjektivitas): manusia secara
konstan memilih sangat sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran-
pikirsn dapat berubah dengan cepat akibat adanya gangguan dari pikiran-
pikiran baru atau dari isyarat-isyarat eksternal. Kesadaran telah lama
dipandang sebagai “sesuatu” yang “menyoroti” objek yang dipersepsi, yang
membantu memperjelas pemahaman perseptual kita. “Lampu sorot” tersebut
mencakup fungsi selektif kesadaran dan mencakup aliran informasi-informasi
sadar sepanjang domain-domain yang beragam dari memori, persepsi,
imagery, pikiran, dan tindakan (Crick, 1984; Lindsay &Norman, 1977).

17
2.4 Memori dan Repsentasi
Representasi adalah suatu konfigurasi (Bentuk atau susunan) yang dapat
menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara
(Goldin,_2002). Representasi merupakan sesuatu yang mewakili,
menggambarkan atau menyimbulkan obyek atau proses (Waldrip, 2008)
Representasi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain verbal, gambar,
grafik dan matematik (Prain dan Waldrip, 2007). Representasi dari
pengetahuan yang diperoleh manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu
representasi pengetahuan secara verbal dan representasi pengetahuan secara
visual. Representasi Pengetahuan Secara Verbal mengarah pada cara konsep-
konsep diorganisasikan dan dibentuk sebagai struktur-struktur dalam memori.
Dalam representasi ini kita mempelajari tentang konsep-konsep dan hubungan
dari kata-kata sehingga struktur pengetahuan menjadi jelas dan kaya makna.
Representasi pengetahuan secara verbal juga disebut dengan Pengorganisasian
Secara Semantik. Model-model dari representasi pengetahuan secara verbal
mencakup:
1. Model Pengelompokan (Clustering Model), diorganisasikan dalam kelompok
(kata-kata yang berada dalam kategori yang serupa diingat bersama-sama).
2. Model-Model Set-Teoretik, berisi gagasan bahwa konsep-konsep
diorganisasikan melalui sejumlah besar set informasi, yang meliputi kategori-
kategori dan stribut-atribut.
3. Model Perbandingan-Fitur Semantik, mengasumsikan sebuah struktur set-
teoretik namun membedakan atribut-atribut sebagai atribut penegas (fitur yang
hakiki) dengan fitur karakteristik (bersifat deskriptif).
4. Model-Model Jaringan Semantik, mengasumsikan bahwa konsep-konsep
disimpan dalam memori sebagai unit-unit independen yang saling terhubung
oleh koneksi-koneksi yang spesifik dan bermakna.
5. Model Aktivasi Menyebar, menjelaskan hasil priming (upaya membuat suatu
kata atau konsep menjadi lebih mudah diingat dengan menyaksikan
penayangan sebuah kata yang berkaitan).

18
Mengkaji Representasi Pengetahuan Secara Visual umumnya membicarakan
tentang perumpamaan atau pembayangan mental (mental imagery).
Pembayangan mental didefinisikan sebagai suatu representasi mental
mengenai objek atau peristiwa yang tidak eksis pada saatterjadinya proses
pembayangan. Pembayangan mental ini telah memainkan peran sentral dalam
pembahasan tentang fungsi mental selama ribuan tahun (Pearson et al, 2015).
Selain itu, merepresentasikan pengetahuan secara visual merupakan
keterampilan abad 21 yang memerlukan kemampuan penalaran pada saat
proses pembayangan mental dan kreatifitas untuk menuangkan pengetahuan
ke dalam gambar. Kemampuan-kemampuan ini juga memainkan suatu
peranan yang penting dalam beberapa proses kognitif, seperti memori kerja,
mental rotasi, penalaran tentang kejadian dimasa depan, navigasi, membuat
keputusan, dan banyak lagi (Kosslyn et al., 2001; Pearson et al, 2015).
Representasi pengetahuan secara visual jika ditelaah perkata terdiri dari tiga
suku kata yaitu, representasi, pengetahuan, dan visual. Kata pertama,
representasi merupakan turunan dari kata bahasa Inggris ‘present’ dengan
imbuhan awal re- menjadi ‘represent’. Present dapat diartikan dengan
menyajikan. Jika ditambahkan imbuhan re-, maka dapat diartikan menjadi
menyajikan kembali. Kata kedua, pengetahuan, yaitu kata yang tersusun dari
kata dasar 'tahu' dan memperoleh imbuhan 'pe - an', yang secara singkat
memiliki arti segala informasi yang diperoleh melalui kegiatan inderawi. Kata
ketiga, visual, yaitu diartikan dengan berdasarkan penglihatan (KBBI, 2019).
Sehingga, berdasarkan ketiga arti kata tersebut, yang dimaksud representasi
pengetahuan secara visual adalah menyajikan kembali pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan penglihatan melalui gambar. Penglihatan yang
dimaksud tidak hanya terletak pada mata (karena orang yang tidak dapat
melihat pun dapat merepresentasikan pengetahuannya secara visual), tetapi
terletak pada pembayangan mental. Pembanyangan mental didefinisikan
sebagai suatu representasi mental mengenai objek atau peristiwa yang tidak
eksis pada saat terjadinya proses pembayangan (Solso et al, 2015). Hal ini
menyatakan bahwa untuk melakukan pembayangan mental, pengetahuan
tentang objek atau peristiwa tersebut sudah dimiliki sebelumnya.

19
Terdapat tiga kedudukan teoretik yang berbeda terkait bagaimana
informasi disimpan dalam memori, meliputi :
1. Hipotesis Penyandian Ganda, informasi dapat disandikan dan disimpan dalam
satu atau dua sistem, verbal dan imajinal.
2. Hipotesis Proposisional-Konseptual, informasi visual dan verbal
direpresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai objek-
objek beserta hubungan-hubungannya.
3. Hipotesis Ekuivalensi-Fungsional, imagery dan persepsi melibatkan proses-
prose yang serupa satu sama lain.

Representasi pengetahuan secara visual dalam matematika berkaitan


dengan proses pemecahan masalah dan bergantung pada bagaimana masalah
tersebut dipahami oleh pemecah masalah. Memahami masalah matematika
khususnya pada soal cerita, merupakan faktor yang sangat penting untuk
menyelesaikannya, dan diketahui bahwa pemecah masalah yang efektif
menggunakan visualisasi untuk memahami masalah tersebut (van Garderen &
Montague, 2003). Kozhevnikov (dalam Krawec, 2014) membagi representasi
visual menjadi dua kategori: representasi bergambar, terutama berkaitan dengan
gambar benda, dan representasi skematik, yaitu diagram yang mewakili hubungan
spasial antara bagian masalah. Menurut Boonen et al (2014) salah satu kesulitan
yang ditemukan pada siswa dalam pemecahan masalah adalah kemampuan untuk
menghasilkan representasi visual yang sesuai dari masalah soal cerita.
Penggunaan representasi dalam pembelajaran fisika dapat digunakan untuk
meminimalisasi kesulitan siswa dalam belajar fisika (Dolin, 2002), juga untuk
meningkatkan kualitas Pembelajaran IPA (Waldrip, 2008). Berbagai penelitian
telah dilakukan pada siswa yang belajar melalui interpretasi dan membangun
representasi dengan model yang berbeda, termasukdi sD (Russell dan Mc.
Guigan, 2001) dan fisika SETA (Dolin, 200t), dengan menggunakan beberapa
bentuk representasi diteliti secara mendalam (Glynn & Takahashi, 1998), seperti
penggunaan analogi dalam pembelajaran sains (Coll &Treagust, 2000) dan peran
model ilmiah dalam proses pembelajaran (C Treagust, Chittleborough, &
Mamiala, 2002). Berbagai hasil penelitian pada mahasiswa menunjukkan bahwa

20
umumnya mahasiswa yang performansnya bagus dalam ujian, tetapi mengalami
kesulitan dalam ipA akibat ketidakmampuan memvisualisasikan struktur dan
proses pada level submikroskopik dan tidak mampu menghubungkannya dengan
level representasi iPA yang lain. (Devetak, 2004;Chittleborough &t Tregust,
2007: Orgill, MaryKay & Sutherland, 2008:).

2.5 Memori Dalam Sejarah


Memori merupakan suatu fenomena yang bersifat individual. Dimulai
dari aktivitas mengingat-ingat yang terjadi di dalam kepala kita sendiri.
Seseorang dapat melakukan aktivitas mengingat-ingat ini ketika sedang
menunggu jadwal kereta, berjalan kaki menuju tempat kerja, atau bahkan juga
ketika setengah mendengarkan percakapan tentang hal yang sama sekali
berbeda. Pemikiran tentang memori telah ada sejak jaman Yunani Kuno,
namun perspektif sosial pada memori baru muncul di akhir abad
sembilanbelas dan awal abad duapuluh. pertama kali digunakan secara
kontemporer oleh Maurice Halbwachs (1925) dan banyak mendapat pengaruh
dari filsuf Perancis Henri Bergson dan sosiolog Emile Durkheim.
Menurut Halbwachs (1925) memori pertama-tama terbentuk di masa
kini seperti juga di masa lalu dan merupakan sebuah variabel yang tidak
konstan. Memori adalah bagaimana pikiran bekerja bersama-sama dalam
sebuah masyarakat, bagaimana keberlangsungannya tidak hanya termediasi
namun juga terstruktur oleh aturan-aturan sosial. “[I]t is in society that people
normally acquire their memories. It is also in society that they recall,
recognize, and localize their memories”. Halbwachs, (1925). Semua prose
mengingat-ingat yang individual mengambil materi sosial, dalam sebuah
konteks sosial, dan merespon petanda sosial. Sehingga bahkan ketika kita
melakukannya saat sedang sendirian, kita melakukannya sebagai makluk
sosial dengan identitas sosial kita sebagai referensi. Berangkat dari pemikiran
Halbwachs (1925), Olick (1999) menganalisa memori kolektif dengan
memasukkan faktor representasi kolektif (simbol-simbol, makna, narasi, dan
ritual yang tersedia bagi publik), struktur kebudayaan (sistem peraturan atau

21
pola yang memproduksi representasi), konstruksi sosial (pola interaksi), dan
memori-memori individual yang terbentuk secara kultural dan sosial.

“For upon closer examination, collective memory really refers to a wide


variety of mnemonic products and practices, often quite different from one
another. The former (products) include stories, rituals, books, statues,
presentations, speeches, images, pictures, records, historical studies, surveys,
etc.; the latter (practices) include reminiscence, recall, representation,
commemoration, celebration, regret, renunciation, disavowal, denial,
rationalization, excuse, acknowledgment, and many others. Olick (1999).”

Olick (1999) juga mengemukakan tiga prinsip dalam menganalisa


memori dan mengolah materi yang ditemukan di dalamnya. Pertama memori
kolektif tidak bersifat monolitik. Pengingatan kolektif merupakan proses yang
sangat kompleks, melibatkan banyak macam orang, praktik, materi, dan tema.
Yang kedua, konsep memori kolektif akan mendorong kita untuk melihat
memori sebagai residu otentik akan masa lalu atau sebaliknya sebagai
konstruksi yang sifatnya dinamis dalam masa kini. Proses mengingat-ingat
yang kompleks selalu merupakan proses negosiasi yang cair antara hasrat di
masa kini dan peninggalan dari masa lalu. Ketiga, harus diingat bahwa
memori adalah sebuah proses, dan bukan sebuah benda. Memori kolektif
adalah sesuatu yang kita lakukan bukan sesuatu yang kita miliki. Oleh karena
itu diperlukan perangkat analisis yang sensitif terhadap keberagaman,
kontradiksi, dan dinamikanya. Meneliti memori kultural bertolak dari asumsi
bahwa memori merupakan situs penting untuk menganalisa pengalaman yang
hidup dalam sebuah kurun waktu (Keightley, 2008). Kajian memori kultural
terbagi dalam dua tingkatan yang di dalamnya memori dan budaya memiliki
porsi irisannya masing-masing (Olick, 2008 dalam Erll, 2008). Tingkatan
pertama terkait dengan memori dalam konteks biologis. Tidak ada memori
yang sepenuhnya individual karena memori mewarisi bentukan-bentukannya
dari konteks kolektif. Dari orang-orang di lingkungan sekitar kita, dari media
yang kita konsumsi, kita menggunakannya sebagai skema yang membantu kita

22
untuk mengingat masa lalu dan memahami pengalaman yang baru.
Singkatnya, proses mengingat selalu terjadi dalam konteks sosiokultural.
Dalam tahapan pertama ini, “memori” dipakai secara literal, sedangkan
“kultural” sebagai metonim untuk “konteks sosio-kultural dan pengaruhnya
pada memori”. Memori kultural yang termasuk di dalam tingkatan ini
dipahami melalui sejarah lisan, psikologi sosial, dan ilmu syaraf. Dalam
penelitian ini, sejarah lisan menjadi salah satu aspek yang digunakan untuk
membuat tipologi memori. Karena sedikitnya sumber sejarah tertulis
mengenai restoran Cina di Indonesia, sejarah lisan yang disampaikan oleh
informan dipakai sebagai sumber data dan bahan analisis. Tingkatan kedua
dari memori kultural mengacu pada perangkat simbol, media, institusi, dan
praktek yang memungkinkan sebuah kelompok sosial mengonstruksi masa
lalu bersama. Kata “memori” di sini digunakan sebagai metafor. Masyarakat
tidak mengingat secara literal, namun apa yang dilakukan untuk
merekonstruksi masa lalu bersama memiliki kesamaan dengan proses memori
individual. Pemilihan memori dan perspektif yang digunakan untuk
membangun versi masa lalu yang berbeda-beda tergantung dari pengetahuan
dan kebutuhan di masa kini. Kedua bentuk memori kultural di atas dapat
dipisahkan satu sama lain dalam level analisis, namun dalam prakteknya
kedua bentuk kognitif dan sosial/media ini terus-menerus berinteraksi (Erll,
2008). Tidak ada memori kolektif yang terlepas dari individu dan hanya
terwujud dalam media dan institusi. Seperti halnya konteks sosio-kultural
membentuk memori individual, “memori” yang direpresentasikan oleh media
dan institusi lain juga harus dapat diaktualisasikan oleh tiap-tiap individu,
anggota komunitas melalui pengingatan yang dapat dipahami sebagai titik
temu untuk konsep bersama akan masa lalu. Tanpa aktualisasi seperti ini,
monumen ritual, dan buku-buku hanya benda mati yang gagal membawa
dampak dalam masyarakat. Memori kultural akan restoran Cina tidak
memiliki monumen fisik atau institusi yang menyimpannya. Bangunan fisik
restoran yang menjadi “monumen” akan keberadaan mereka di kota Jakarta
juga sudah banyak diubah atau dihancurkan demi kepentingan pembangunan
kota. Dalam buku yang berisikan kenangannya akan keadaan kota Jakarta

23
pada tahun 1970an, Lubis (2009) menyebutkan bahwa pembangunan besar-
besaran pada masa jabatan Ali Sadikin sebagai gubernur Jakarta telah
mengubah wajah kota Jakarta dengan drastis.
Bangunan-bangunan tua dengan gaya arsitektur Belanda banyak yang
dihancurkan. Pembangunan gedung-gedung baru yang dianggap lebih modern
seperti ingin menghapus memori akan pemerintahan kolonial dan
mengalihkannya pada citra Jakarta sebagai kota modern di akhir abad
keduapuluh.

2.5.1 Tipologi memori dan memori kolektif


Memori-memori yang berusaha ditangkap melalui penelitian ini
tentunya sangat beragam konteksnya sehingga perlu ditipologikan bukan
dengan maksud membedakan mereka, tapi untuk menunjukkan betapa
memori yang akan membentuk memori kolektif itu tidak seragam, tidak
hidup utuh, dan tidak pernah lengkap dalam dunia sosial (Abidin, 2009).
Memori-memori individu tidak sendirinya membentuk memori kolektif.
Diperlukan adanya pengikat atau suatu bentuk representasi untuk
menggabungkan memori-memori yang ada mengenai suatu topik. Untuk
itu sebagai langkah awal untuk memahami memori kolektif diperlukan
suatu pemetaan dengan tipologi memori. Tipologi memori kolektif kita
sering tergantung pada penggunaannya, oleh siapa, untuk apa, dan dengan
akibat apa. Tipologi-tipologi ini hanya membantu kita untuk memahami
memori apa yang kita hasilkan, ubah, hancurkan, dan pertahankan, dan
bagaimana kita melakukan semua itu. Jelas tipologi-tipologi seperti ini ada
bahayanya karena sering mengotakkan, menyederhanakan (dan bahkan
mendistorsikan) pemikiran dan pemahaman kita, tapi membentuk tipologi
adalah juga suatu langkah awal untuk mencoba memahami keragaman,
kedalaman dan keluasan memori kolektif (Kusno, 2009).
Dalam penelitiannya tentang memori pascakolonial dalam ruang
publik di Jakarta, Kusno (2009) melacaknya dengan menggunakan
tipologi yang merajut proses pengingatan dan pelupaan yang melibatkan
tatanan lingkungan fisik di ruang publik. Tipologi yang digunakan oleh

24
Kusno (ibid.) dalam tulisannya adalah memisahkan memori, mengatasi
memori, penaklukan memori, memasarkan memori, dan memori yang tak
terwadahi.
Dalam memisahkan memori, terjadi usaha untuk seolah membagi-
bagi memori dalam era lama dan era baru. Hal ini dapat dimaknai melalui
ruang fisik yang dibuat sedemikian rupa sebagai penanda perubahan
jaman. Wacana dititikberatkan bukan pada pembentukkan pengingatan
terhadap masa lalu, tapi pembentukkan wacana pelupaan, seakan-akan
kapasitas memori itu terbatas sehingga perlu dikosongkan untuk diisi
memori yang baru (Kusno 2009) Walaupun di balik usaha untuk
memisahkan memori ini terdapat usaha untuk melupakan, teknik ini
dipakai untuk membentuk memori kolektif di ruang publik. Strategi
pemisahan dua waktu di kalangan etnis Tionghoa di Jakarta dapat dilacak
mulai dari jaman kolonial Hindia Belanda, orde baru, hingga masa kini.
Kusno (ibid.) mengambil peristiwa perobohan monumen
proklamasi dan pembangunan Gedung Pameran Pola Pembangunan
Nasional Semesta oleh Soekarno sebagai salah satu contoh tipologi yang
mengatasi memori. Gedung Pola menjadi sebuah monumen “hari ini” atau
ruang publik yang ingin mengingatkan rakyat pada masa baru tanpa
dibebani memori masa lalu. Tindakan yang diambil oleh Soekarno
merupakan upaya untuk mengatasi memori. Memori kolektif tidak bisa
“disimpan” dalam suatu objek, monumen, atau ruang yang stabil. Karena
memori Indonesia dipenuhi oleh memori-memori yang saling berlawanan,
maka tidak dapat didamaikan hanya melalui pameran artefak masa lalu.
Melalui Gedung Pola, Soekarno memperkenalkan tipologi memori yang
berorientasi ke depan. Hal ini dianggap sebagai suatu langkah pelupaan
agar Indonesia tidak dibekukan oleh peristiwa yang telah berlalu.
Penaklukan memori merupakan salah satu tipologi memori yang
dibentuk oleh Suharto selama pemerintahan Orde Baru. Dengan
mengumpulkan memori akan Soekarno ke dalam “Orde Lama”, Suharto
menciptakan ruang untuk menampung memori-meori kolektif yang harus
dilupakan atau dihindari masyarakat. Penguasaan ruang publik, terapi

25
kejutan dan teknik tontonan merupakan perangkat untuk menaklukan
memori ala Orde Baru. Teknik memasarkan memori banyak dijumpai pada
konsep superblok yang menjadi pembahasan dalam tulisan Kusno (2009).
Proyek restorasi Kota Tua juga menjadi salah satu teknik untuk
memasarkan memori yang mengangkat tema kebangsaan. Pengembang
dan arsitek dalam penelitian Kusno (ibid.) berusaha mempertahankan
memori bangsa melalui pelupaan terhadap kenyataan-kenyataan lokal.
Kapitalisme global telah membantu penciptaan ruang-ruang publik untuk
menghidupkan memori kebangsaan sambil melupakan memori kolektif
yang saling bertentangan.
Tipologi memori dalam tulisan Kusno (ibid.) juga memasukkan
memori yang tak terwadahi. Tipologi memori dalam penelitian ini tidak
hanya melihat pada memori-memori yang ditampilkan melalui ruang
publik yang tersedia. Memori-memori yang tak terwadahi ini tidak
mendapat tempat di ruang publik karena tidak sejalan dengan memori
resmi; atau karena terlalu besar sehingga tidak mampu terwadahi oleh
siapapun. Walaupun tidak terwadahi dalam suatu ruang publik, ia tetap
berkeliaran dan menghantui ruang publik itu. Memori macam ini sering
timbul dari pengalaman peristiwa kekerasan buatan manusia. Dalam
memori kolektif warga Tionghoa di Jakarta, memori ini tidak mendapat
tempat peristirahatan di ruang publik sejak jaman kolonial hingga jaman
reformasi sekarang ini (peristiwa pembunuhan massal 1742, Malari,
Baperki, kerusuhan Mei 1998). Memori yang tak terwadahi bisa tercipta
oleh kesulitan untuk mengenang peristiwa yang terjadi (Abidin, 2009).
Peristiwa Malari, Baperki, dan kerusuhan Mei merupakan memori kolektif
yang sulit ditampilkan di ruang publik. Beberapa tipologi memori yang
dikupas oleh Kusno (ibid.) bisa berkaitan dengan upaya untuk menghadapi
masa lalu, tantangan masa kini dan masa kini. Dengan menggunakan
tipologi memori yang digagas olek Kusno (2009), penulis bermaksud
merajut memori kolektif kota Jakarta dalam ruang memori restoran Cina.
Tipologi memori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

26
memisahkan memori, mengatasi memori, memasarkan memori, dan
memori yang tak terwadahi.

2.5.2 Tipologi memori dalam restoran Cina


Pada restoran Cina di Jakarta, pemisahan memori dilakukan
pertama-tama oleh pemilik sekaligus pendiri restoran pada masa
pemerintahan kolonial. Pendiri restoran-restoran ini semuanya merupakan
generasi pertama yang datang dari China. Dengan meninggalkan memori
akan perang saudara dan revolusi menuju pembentukan negara RRC,
mereka menuju tanah Jawa (Batavia) dengan membawa harapan baru akan
perubahan nasib dan kehidupan yang lebih baik. Hal ini terlihat misalnya
pada restoran “Sin Kie Joen”. Tjoeng Tjin, yang datang dari propinsi
Guandong, China, mendirikan restoran yang diberi nama “Sin Kie Joen”
pada tahun 1930an . Nama “Sin Kie Joen” apabila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia berarti “Abad Baru”. Dari penggunaan nama ini boleh
dikatakan bahwa Tjoeng Tjin dengan sadar memisahkan memorinya
dengan memori yang ditinggalkannya di China. Pada saat “Sin Kie Joen”
didirikan di awal abad keduapuluh, Batavia telah menjadi ibukota
pemerintah kolonial Hindia Belanda dan menjadi salah satu kota yang
modern di kawasan Asia Tenggara. Kehadiran restoran “Sin Kie Joen”
mendapat pengaruh dari perubahan jaman yang terjadi pada saat itu.
Dengan memaknai nama restoran “Sin Kie Joen” sebagai penanda awal
yang baru, boleh dikatakan Tjoeng Tjin telah memisahkan memori
keluarganya, yang merupakan bagian dari kelompok imigran dari China
yang datang ke Batavia pada saat itu, dari memori akan perang saudara
dan kesusahan di China.
Contoh yang ditampilkan di atas menunjukkan bahwa dalam
wacana memori warga Tionghoa di Batavia berkaitan dengan
pembentukan memori kolektif. Dalam contoh kasus tersebut strategi yang
dipakai adalah pemisahan dua waktu. Memori kolektif terus dirajut dan
dibentuk oleh masyarakat dan negara seturut kepentingan tertentu.
Bentukan memori kolektif dalam masyarakat juga tidak terlepas dari

27
pelupaan-pelupaan terhadap momen-momen yang tidak cocok untuk
diingat. Usaha-usaha untuk menyatukan memori kolektif tidak selalu
berhasil dilakukan. Salah satu hal yang mempengaruhi upaya
pembentukkan memori kolektif adalah banyak memori pribadi yang
bertentangan dengan memori resmi versi negara. Dalam mengatasi
memori yang tidak cocok dengan memori resmi seringkali terjadi tarik-
menarik yang dipenuhi dengan kontradiksikontradiksi.
Lo Khioe Moy memilih tahun yang sama dengan proklamasi
kemerdekaan RI untuk mendirikan sebuah rumah makan di Lokasari, yang
tidak jauh di luar Glodok. Rumah makan ini diberi nama “You Iet Tjoen”
yang apabila diterjemahkan secara harafiah berarti “satu kampung lagi”.
“Kampung” yang dimaksud oleh Lo Khioe Moy merujuk pada kampung
halamannya di propinsi Hainan, China. Dari pemilihan nama dapat
dimaknai bahwa ada semangat untuk membentuk memori kolektif para
imigran yang berasal dari propinsi Hainan, China. Hal ini dibenarkan oleh
Uteng, anak laki-laki dari Lo Khioe Moy. Menurutnya, rumah makan yang
didirikan oleh ibunya ini pertamatama bertujuan untuk menjadi tempat
berkumpulnya orang-orang yang berasal dari “kampung” yang sama.
setelah rumah makan ini berkambang menjadi restoran yang ramai, suami
Loe Khioe Moy, Wang Hsiang Kam ikut membantu pengelolaan restoran
sejak tahun 1958. Dari penamaan restoran ini dapat dimaknai ada upaya
untuk menyimpan memori kolektif akan kampung halaman warga
Tionghoa yang ada di Batavia pada saat itu.

2.5.3 Memori kolektif dan nostalgia


Sebelum proyek restorasi Kota Tua Jakarta diresmikan sudah
banyak tempat yang menawarkan nostalgia masa lalu sebagai “barang”
dagangannya. Hal tersebut terutama banyak dilakukan oleh pemilik
restoran. Walaupun restoran tersebut didirikan pada tahun 2000, misalnya,
ia dapat memasarkan memori akan Batavia di jaman kolonial. Kini
semangat untuk merayakan Jakarta sebagai kota tua dengan sejarah yang
panjang dapat terlihat di berbagai kalangan. Pemasaran Jakarta sebgai

28
“kota Joang” sebagaimana yang yang disebutkan oleh Ir. Martono
Yuwono, Pelaksana Harian Badan Pengelola Kawasan Wisata Bahari
Sunda Kelapa, merupakan memori kebangkitan kesadaran nasional.
Dengan membuat konsep “Koridor Kota Joang” berupaya menciptakan
memori kolektif bagi warga kota yang tidak terlepas dari jaringan taman
rekreasi yang memanfaatkan tema “warisan” untuk membangkitkan
ekonomi. Di dalam “Koridor Kota Joang”, Glodok termasuk sebagai salah
satu situs yang menyimpan memori bangsa. Menurut Abidin (2009),
proyek yang mengangkat tema sejarah ini menunjukkan suatu wacana
memori yang berasal dari ambisi untuk membangkitkan kekuatan ekonomi
dengan cara memasarkan kisah dari situs masa lalu. Semangat ekonomi
ditampilkan dalam semagat kebangsaan. Walaupun motif ekonomi jelas
tertuang, namun proyek ini dapat dilihat sebagai upaya untuk
menyelaraskan berbagai memori yang ada di jakarta dalam wacana
memori kolektif kota.
Halbwachs (1938 dalam Erll dan Nünning, 2008) menyatakan
bahwa untuk mengetahui apa yang dibutuhkan suatu kelompok masyarakat
untuk bertahan, harus dimulai dengan mengembangkan representasi akan
kelompok masyarakat tersebut dengan jelas. Dengan cara ini, kelompok
tersebut akan mengembangkan hubungaan khusus dengan bentukan materi
yang merepresentasikannya. Keberlangsungan bentuk representasi tersebut
memberikan bukti nyata akan keberadaan suatu kelompok dan memberi
landasan untuk stabilitasnya. Dalam konstruksinya, bentukan spasial ini
memiliki dinamikanya sendiri namun dinamika perubahannya terjadi
dengan bertahap dan perlahan sehingga walau individu yang ada di
dalamnya lahir dan meninggal, kelompok masyarakat ini tidak menghilang
begitu saja. Generasi berganti, namun situs dalam ruang kotanya akan
bertahan. Mengenai memori kolektif suatu kelompok masyarakat dan
peradaban kota, Halbwach (ibid) menggambarkannya sebagai bagian dari
kehidupan kolektif yang ruwet. Memori diarahkan kedalam lorong-lorong
yang membentuk jaringan sirkuler dengan intensitas yang tidak paralel.
Hal tersebut menghasilkan percampuran dari representasi mental dan

29
material yang menyebabkan kelompokkelompok sosial lebih terlarut dan
membaur di dalamnya. Karena situasinya lebih kompleks, lebih besar
kemungkinan bagi individu-individu di dalamnya untuk kehilangan
pegangan dan gagal beradaptasi dengan perubahan sosial.

As for the collective memory of urban society, it is composed of


recollections tied to spatial representations reflecting the way it conceives
and preserves itself. For example, a nation has borders it attempts to
maintain and memories attached to that spatial structure, whence the
commemoration of great military victories. Some memories are evacuated
as the community enters a new period of its life (Halbwachs, 1950 dalam
Erll dan Nünning, 2008).

Memori kolektif merupakan masa lalu yang secara aktif


membentuk identitas kita (Halbwach, 1992). Berbicara mengenai memori
kolektif suatu bangsa tidak luput dari trauma kolektif. Trauma menjadi
komponen penting dalam kanjian mengenai memori kolektif yang
berhubungan dengan sejarah nasional. Berbeda dengan memori kolektif,
nostalgia tidak mengikutsertakan trauma dalam pembahasannya.
Baudrillard (1998) menuliskan bahwa nostalgia hadir sebagai pengganti
realitas yang sudah berubah.

When the real is no longer what it used to be, nostalgia assumes its full
meaning. There is a proliferation of myths of origin and signs of reality; of
second-hand truth, objectivity and autenticity.
There is an escalation of the true, of th elived experience; a ressurection of
the figurative where the object and substance have disappeared. And there
is a panic-stricken production of the real and the referential, above and
parallel to the panic of material production. This is how simulation appears
in the phase that concerns us: a strategy of the real, neo-real and hyperreal,
whose universal double is a strategy of detterence (Baudrillard, 1992)

30
Nostalgia mengangkat simulasi akan masa lalu yang indah.
Realitas dalam masa lalu ditampilkan dalam bentuk simulasi yang
melebih-lebihkannya. Memori kolektif dan nostalgia dalam restoran Cina
seperti dua cabang rel kereta yang berangkat dari stasiun yang sama.
Berangkat dari memori yang sama, namun memiliki kepentingan yang
berbeda dalam perjalanannya. Bagaimana dengan memori kolektif yang
dibentuk oleh restoran Cina yang mengalami perubahan kondisi sosial
politik ekonomi seperti yang terjadi di Batavia/Jakarta mulai dari tahun
1930 hingga kini? Restoran Cina yang menjadi objek penelitian ini telah
melewati beberapa perubahan sosial yang drastis. Peristiwa traumatis
seperti sweeping Baperki dan kerusuhan Mei 1998 turut mengisi ruang
memori restoran Cina. Hal ini berpengaruh pada keberlangsungan bisnis
mereka. Ditambah lagi dengan proses alih generasi dalam pengelolaan
restoran. Setelah proses alih generasi, restoran-restoran ini menempuh
jalan yang berbeda menyangkut keberlangsungannya. Restoran Ekaria
masih mempertahankan bisnis restorannya dan bahkan mengembangkan
bisnisnya selain menjadi restoran fine dining juga membuka restoran
dengan nama yang sama namum mengusung konsep modern casual dining
dan lounge. Generasi kedua dari pendiri restoran “Fajar” berusaha
mempertahankan bisnis keluarganya dengan membuka beberapa cabang di
Jakarta dan Surabaya namun beberapa diantaranya akhirnya ditutup karena
merugi. Selain restoran “Fajar” di kompleks Harmoni, cabang yang masih
beroperasi ada di Surabaya. Generasi kedua dari restoran “Abad Baru”
memutuskan untuk menutup bisnis keluarga tersebut dengan alasan
pengunjung yang semakin berkurang di tahun 1970an. Dengan berubahnya
konsep, ruang spasial dan lokasi restoran, representasi yang mendasari
memori kolektif restoran Cina membentuk lapisan-lapisan yang kompleks.

2.5.4 Hegemoni dan negosiasi


Pembentukkan memori kolektif warga Tionghoa di Batavia/Jakarta
selalu bertaut dengan hegemoni, dari luar maupun dari dalam masyarakat
Tionghoa. Menurut Gramsci (1992), hegemoni bekerja ketika wacana

31
dominan sudah menjadi kesadaran semu dan diterima sebagai consent.
Proses ini berlangsung melalui relasi kuasa yang secara langsung maupun
tidak langsung mencanangkan kesadaran semu agar diterima oleh kelas
subordinat sebagai sesuatu yang alamiah dan menjadi common sense.
Common sense dapat terbentuk melalui pengaruh dari kebudayaan dan
tradisi itu sendiri (folkfore, film, sastra, media). Dari intelektual tradisional
(sejarawan, ilmuwan, penulis, seniman), dan institusi (pendidikan, agama,
ekonomi). Secara kasat mata, hegemoni terlihat melalui bangunan-
bangunan dan interior restoran yang mengadopsi gaya-gaya Eropa.
Hegemoni tidak berlangsung dengan statis melainkan ada dinamikanya.
Hegemoni yang berkuasa akan terus menerus menghadapi ancaman. Hal ini
yang dimaksud oleh Gramsci (ibid) dengan struggle. Dalam tulisannya,
Gramsci (ibid) menekankan bahwa common sense bukanlah sesuatu yang
kaku. Common sense terus menerus bertransformasi. Untuk itu, agar
hegemoni terus berlangsung, consent harus terus menerus dimenangkan
kembali dalam pertarungan yang terus terjadi.

Each person lives his/her life in a way that is meaningful in the setting in
which each person exists, and, to this person, the different parts of society
may seem to have little in common with him. Yet taken as a whole, each
person’s life also contributes to the larger hegemony of the society.
Diversity, variation, and free will seem to exist, since most people see what
they believe to be a plethora of different circumstances, but they miss the
larger pattern of hegemony created by the coalescing of these circumstances.
Through the existence of small and different circumstances, a larger and
layered hegemony is maintained yet not fully recognized by many of the
people who live within it. (Gramsci, 1992, 238)

Negosiasi-negosiasi yang terjadi dalam pertarungan hegemoni dapat


terlihat melalui bentuk fisik dan menu yang ditawarkan oleh restoran Cina.
Representasi identitas menjadi salah satu isu yang berperan dalam negosiasi.
Melalui kerangka tipologi memori, dalam analisa penelitian muncul

32
beberapa isu yang menjadi fokus analisa. Isu nostalgia, memori kolektif,
urbanitas, heritage, konteks geografis, konsumsi dan gaya hidup menjadi
fokus analisa yang digagas oleh penulis. Negosiasi dalam tarik menarik
hegemoni dan kepentingan menjadi salah satu sudut pandang yang
digunakan untuk memaknai memori-memori yang tersusun.

2.6 Memori dalam Psikoanalisi (memori trauma)


Teori perkembangan (psikoanalisis) Sigmund Freud mengemukakan
bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni sadar atau
conscious, prasadar atau preconscious dan tak sadar atau unconscious.
Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi unsur cermati
(awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan berfantasi. Sampai
dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan
ketiga unsur kesadaran tersebut. Baru pada tahun 1923, Freud mengenalkan
tiga model struktural yang lain, yakni id, ego serta Superego serta adanya
elemen pendukung struktur kepribadian yang terbagi menjadi tiga elemen.

Tiga elemen pendukung struktur kepribadian itu adalah :

1. Sadar atau Conscious

Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada
saat 
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan
mental, yaitu fikiran, persepsi, perasaan serta ingatan, yang masuk
kekesadaran atau consciousness. Isi daerah sadar itu merupakan hasil
proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi
kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah
conscious dan akan segera tertekan ke daerah preconscious atau
unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke yang lain.

2. Prasadar atau Preconscious

Disebut juga ingatan siap (available memory), yaitu tingkat


kesadaran 
yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Isi
preconscious berasal dari conscious dan clanunconscious. Pengalaman

33
yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi
dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi materi
daerah tak sadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar
menangkap bahaya yang dapat timbul akibat kemunculan materi tak sadar,
materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi tak sadar yang
sudah berada di daerah prasadar itu dapat muncul kesadaran 
dalam
bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme
pertahanan diri.

3. Tak Sadar atau Unconscious

Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran
dan 
menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.
Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah
abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu
berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-
pengalaman traumatik, biasanya pada masa anak-anak, yang ditekan oleh
kesadaran di pindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu
memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran,
pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap tidak
disadari.

Dari ketiga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling


dominan dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia
(analoginya dengan gunung es). Di dalam unsconscious tersimpan ingatan
masa kecil, energi psikis yang besar dan instink. Preconsciousness
berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi
ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah
bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak
langsung dengan realitas. Freud mengembangkan konsep struktur mind
tersebut dengan mengembangkan “mind apparatus”, yaitu yang dikenal
dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang
terpenting, yaitu id, ego dan super ego. Id adalah struktur paling mendasar
dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip

34
kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego
berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan
mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari
ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego
merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta
moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego
dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan
antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi
dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety).
Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi
defensif/pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang
jenisnya bisa bermacam-macam, seperti: identifikasi, proyeksi, fiksasi,
agesi regresi, represi.

Pemikiran Psikoanalisis dari Freud semakin terus berkembang,


Alfred Adler (1870-1937), sebagai pengikut Freud yang berhasil
mengembangkan teorinya sendiri yang disebut dengan Individual
Psychology. Konsep utama Adler adalah organ inferiority. Berangkat dari
teorinya tentang adanya inferiority karena kekurangan fisik yang berusaha
diatasi manusia, ia memperluas teorinya dengan menyatakan bahwa
perasaan inferior adalah universal. Setiap manusia pasti punya perasaan
inferior karena kekurangannya dan berusaha melakukan kompensasi atas
perasaan ini. Kompensasi ini bisa dalam bentuk menyesuaikan diri
ataupun membentuk pertahanan yang memungkinkannya mengatasi
kelemahan tersebut. Selanjutnya, Adler juga membahas tentang striving
for superiority, yaitu dorongan untuk mengatasi inferiority dengan
mencapai keunggulan. Dorongan ini sifatnya bawaan dan merupakan daya
penggerak yang kuat bagi individu sepanjang hidupnya. Adanya striving
for superiority menyebabkan manusia selalu berkembang ke arah
kesempurnaan. Teorinya ini yang membuat Adler memiliki pandangan
lebih optimis dan positif terhadap manusia serta lebih berorientasi ke masa
depan dibandingkan Freud yang lebih berorientasi ke masa lalu.

35
Setiap memori traumatik melibatkan minimal empat komponen.
Pertama, emosi atau perasaan. Kedua, komponen kognitif pikiran sadar
yaitu konten mental yang kita pikirkan atau perhatikan, kita sadari
keberadaan dan maknanya. Ketiga, komponen kognitif pikiran bawah
sadar yaitu konten mental yang muncul karena terpicu oleh faktor internal
atau eksternal, tidak kita sadari keberadaannya, namun mengakibatkan
gejala fisik dan emosi. Keempat, komponen somatosensori yaitu sensasi
yang dirasakan di tubuh fisik seperti sakit, tegang, kesemutan, perubahan
temperatur kulit, hipersensitif terhadap sentuhan, dan sensasi lainnya.
Memori traumatik terbagi dua : memori traumatik (traumatic memory) dan
memori traumatik disosiatif (dissociated traumatic memory). Memori
traumatik adalah memori yang berisi narasi kejadian dan emosi yang lekat
padanya dan dapat diaktifkan secara sadar. Sementara memori traumatik
disosiatif adalah bentuk pikiran, perasaan, dan sensasi yang muncul dan
dialami individu, tanpa aktivasi atau kendali secara sadar, biasanya terpicu
oleh sesuatu hal yang seringkali tidak disadari oleh individu, dan muncul
dalam bentuk kilas balik ingatan (flash back), mimpi buruk, pikiran
intrusif/mengganggu, dan sensasi fisik.

Trauma selalu melibatkan emosi intens. Kita mengingat


traumatisasi sebagai kondisi terperangkap dalam tindakan pelarian tak
tuntas. Suatu kejadian untuk dapat terekam di otak sebagai memori
traumatik membutuhkan lima syarat. Pertama, harus ada kejadian yang
menghasilkan emosi. Kedua, kejadian ini memiliki makna bagi individu.
Ketiga, kondisi kimiawi otak pada saat kejadian mendukung. Keempat,
individu merasa terperangkap, tidak bisa menghindar dari kejadian itu,
Kelima, individu merasa tidak berdaya. Yang dimaksud dengan kejadian
adalah salah satu atau gabungan dari beberapa kemungkinan berikut: kita
bisa mengalami sendiri, hanya menyaksikan, diberitahu baik oleh pihak
kedua atau ketiga, membaca uraian kejadian, menonton siaran televisi,
mengalami kejadian melalui mimpi, dan membayangkan kejadiannya di
pikiran.

36
Contohnya, pada kecelakaan mobil. Kita bisa berada di dalam
mobil, baik sebagai pengemudi atau penumpang, kita bisa menyaksikan
terjadinya kecelakaan dan mendengar suara erangan atau rintihan
kesakitan dari korban, melihat darah mengalir dari tubuh korban, atau kita
bisa mendengar cerita orang mengenai kejadian itu, membaca kisah
kecelakaan, menyaksikan tayangan video atau film kecelakaan, bermimpi
mengalami kecelakaan, atau membayangkan mengalami kecelakaan, dan
kita mengalami trauma.

Trauma yang berasal dari cerita pihak kedua dan ketiga bisa terjadi
karena pikiran kita mendramatisir kejadiannya. Ini jenis trauma yang
dijumpai pada para pekerja sosial, terapis, pengacara, polisi, dan mereka
yang rutin menangani trauma. Pengalaman orang pertama tentu
menghasilkan pengaruh emosi yang jauh lebih kuat daripada cerita orang
ketiga, namun ini tetap perlu diwaspasi karena hasil penelitian menemukan
para pekerja di bidang pemulihan trauma rentan terpengaruh dan perlu
bersikap waspada terhadap risiko ini (Adams dan Riggi, 2008).

Komponen kedua untuk terjadi trauma adalah kejadian itu


bermakna bagi individu. Makna muncul sebagai hasil dari kebutuhan
bawaan akan kelekatan (attachment) pada hal-hal penting dalam hidup,
dan pengalaman sebelumnya. Kelekatan yang dimaksud bisa berupa
kelekatan pada hidup, pasangan, keluarga, orangtua, bagian tubuh, benda
mati seperti rumah, mobil, cicin kawin, atau apa saja yang memiliki
keterhubungan emosional intens dengan individu.

Komponen ketiga, kondisi kimiawi otak pada saat kejadian. Ada


lima senyawa kimiawi otak yang berperan dalam proses trauma, yaitu
glutamate, dopamine, serotonin, norepinephrine, dan cortisol. Dalam
kondisi normal, kelima senyawa kimiawi ini berperan sebagai
neuromodulator, memengaruhi suasana hati, pemrosesan informasi, dan
meningkatkan kerentanan kita terhadap trauma. Saat stres akut, level dari
senyata kimiawi ini meningkat drastis dan mengakibatkan informasi
diproses secara berbeda. Tubuh kita disiapkan untuk bertindak, perhatian

37
kita menjadi fokus, kita siap bertindak, dan menyiapkan otak untuk
menyimpan informasi yang akan segera masuk. Dopamine meningkat saat
kita mencari keberadaan predator. Saat kita harus melawan atau lari,
epinephrine menyiapkan tubuh dan norepinephrine menyiapkan pikiran.
Serotonin juga meningkat sedikit untuk mencegah tubuh mengalami beban
berlebih. Glutamate terlibat dalam semua proses ini. Sekali individu
mengalami trauma, di kemudian hari ia menjadi lebih rentan mengalami
trauma lagi.

Komponen keempat, perasaan terperangkap. Menghindar dari


situasi yang mengancam atau melawan sumber ancaman butuh gerak aktif.
Upaya ini meliputi lari, mendorong, melompat, memukul, berenang,
bersembunyi, memanjat, dan tindakan lainnya. Saat individu merasa tidak
bisa bergerak, karena dikuasai rasa takut intens, situasi ini berpotensi besar
menimbulkan trauma. Persepsi terperangkap tidak perlu berlangsung
dalam waktu lama, dan juga tidak perlu sampai disadari penuh. Perasaan
terperangkap ini bisa dialami saat seseorang mengalami kecelakaan, saat
jatuh, saat melintasi jembatan yang bergoyang, saat dituduh mencuri di
depan umum, atau saat Anda diberitahu menderita kanker, baik itu benar
atau salah diagnosis. Saat Anda mengalami kejadian dan tidak ada tempat
untuk berlari atau bersembunyi, maka saat itulah perasaan diri
terperangkap terjadi dan dialami.

Komponen kelima, perasaan tidak berdaya. Saat individu merasa


terperangkap namun masih bisa memikirkan jalan keluar atau ada yang
memberi jalan keluar, maka ia masih memiliki harapan. Potensi
mengalami trauma menurun drastis. Saat individu merasa sama sekali
tidak ada jalan keluar dari situasi yang ia alami, muncul perasaan tidak
berdaya. Bila kelima komponen ini lengkap hadir, maka kejadian yang
dialami individu direkam di otak sebagai kejadian traumaik.

Selain lima syarat di atas, kerentanan terhadap trauma sangat


dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Kejadian yang tampak sepele
dapat menjadi trauma karena ia meneruskan dan berkerja berdasar

38
akumulasi pengalaman sebelumnya (Chemtob, Nomura, dan Abramovitz,
2008; Gunawan, 2014). Kerentanan terhadap trauma semakin meningkat
bila individu terlalu berempati, berharga diri rendah, dan mengalami
kesulitan dalam regulasi respon emosi. Pengalaman atau memori traumatik
muncul dalam dua skenario gangguan. Pertama, individu mengalami
flasback atau tiba-tiba teringat kejadian atau elemen kejadian masa lalu
disertai intensitas emosi yang tinggi. Setelah beberapa saat, bentuk pikiran
ini hilang namun terus menyisakan residu emosi yang mengganggu.
Kedua, individu tidak lagi mengingat apapun dari kejadian masa lalu
namun yang muncul adalah perasaan tidak nyaman yang tidak diketahui
sumber atau penyebabnya (Gunawan, 2016). Jean-Martin Charcot, Pierre
Janet, dan Sigmund Freud menyebut memori traumatik sebagai “rahasia
patogen” (pathogenic secrets) atau parasit mental (mental parasites) karena
walau penderita sangat ingin menghilangkan, melupakan, tidak lagi mau
mengingat apa yang telah terjadi namun memori ini terus menerus muncul
tanpa dapat dicegah atau dikendalikan, dan memerangkap individu dalam
teror dan horor berkepanjangan.

Menurut perspektif kognitif, memori ialah kekuatan jiwa untuk


menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada tiga
unsur dalam perbuatan ingatan, yaitu menerima kesankesan, menyimpan,
dan mereproduksikan. Adanya kemampuan untuk mengingat ini berarti
ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan
menimbulkan kembali dari sesuatu yang pernah dialami. Namun, tidak
berarti bahwa semua yang pernah dialami itu akan tetap tinggal seluruhnya
dalam ingatannya, oleh karena ada berbagai faktor yang mempengaruhi
daya kerja ingatan, antara lain: -Kondisi jasmani: misalnya kelelahan,
sakit, dan kurang tidur dapat menurunkan prestasi ingatan; faktor usia,
ingatan paling tajam pada diri manusia kurang-lebih pada masa kanak-
kanak (10-14 tahun), dan ini berlaku untuk ingatan yang bersifat mekanis.
yakni ingatan untuk kesankesan penginderaan. Sesudah usia tersebut,
kemampuan untuk mencamkan dalam ingatan juga dapat dipertinggi, akan
tetapi untuk kesankesan yang mengandung pengertian (daya ingatan logis)

39
dan ini berlangsung antara usia 15-50 tahun. - Emosi. Dalam hal ini,
seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik apabila peristiwa-peristiwa
itu menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak
menyentuh emosi diabaikan saja. Proses mengingat ini mulai menarik
perhatian sejak Ebbinghaus menerbitkkan bukunya “tentang ingatan” pada
tahun 1885. Penyimpanan (storage) yang menggunakan metode penelitian
yang relatif baru ada pada masa itu. Yaitu, menggunakan metode suku
kata yang tidak memiliki arti seperti Zeb, Xop, Duv. Suku-suku kata
tersebut tersebut diinstruksikan untuk dihapalkan pada orang yang
dijadikan sebagai objek percobaan, berpasangpasangan atau baris-baris
berisi 6, 8, 10, 20 suku kata. Kemudian suku-suku kata yang tercetak pada
satu tromol ingatan yang berputar, disurutkan kembali memutarnya.
Selanjutnya, orang percobaan mengucapkan suku-suku kata yang masih
teringat olehnya pada satu “kunci bibir” dari sebuah kronoskop hipps yang
menyebabkan sebuah jam listrik berhenti. (Thomae H., Feger H Dalam
Muh Said, 1990: 63). Dari percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
proses mengingat didahului oleh kegiatan menghapal. Setelah beristirahat
sebentar, dihitung jumlah suku kata yang masih diingatnya. Jumlah suku
kata yang masih diingat oleh orang percobaan ini menentukan luas ingatan
yang menjadi tujuan percobaan. Karena menggunakan suku-suku kata
yang tidak memiliki arti, percobaan ini sudah agak maju. Dari hal tersebut
terlihat bahwa menghapalkan kata-kata sedikit banyak dipengaruhi oleh
arti kata-kata. Tromol ingatan penuh suku kata yang diputar serta alat
pencatat waktu merupakan alat yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian tentang ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh Ebbinghaus
kemudian dilanjutkan oleh Glaze.

Penelitian lain tentang memori, dan sering dijadikan sebagai model


dasar dalam mekanisme kerja memori, adalah yang dilakukan oleh
Atkinson dan Shiffrin’s. Model tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.

40
Model ini paling banyak dirujuk sehingga sering dikatakan sebagai
“Modal Model “. Model tersebut, menunjukkan tentang alur informasi
yang di-reperesentasikan dengan arah panah yang mengalir dari satu
tempat penyimpanan (memori) ke tempat penyimpanan atau memori yang
lain. Kita dapat lihat bagaimana stimuli dari lingkungan (eksternal)
pertama masuk kedalam sensory memory. Sensory memory ini memiliki
kapasitas yang besar dalam menyimpan sistem yang merekam informasi
dari masing-masing alat sensori dengan akurat. Dari sensori memori
tersebut, informasi disandi dan mengalir ke dalam sort term memory
(STM) yang terdiri dari hanya sebagian kecil informasi yang secara aktif
kita gunakan, yang kadang kita lupakan atau kita simpan pada memori
berikutnya yaitu pada long term memory (LTM), yang sering kita kenal
dengan kata lain yaitu ingatan. Pada proses penyimpanan kedalam LTM
ini, kita dapat menggunakan beberapa metode seperti chunking (membagi
kedalam beberapa potongan), rehearsals (mengulang-ulang infromasi),
clusstering (pengelompokkan kedalam konsepkonsep), atau menggunakan
method of loci (memvisualisasikan dalam benak).

41
Berdasarkan metode penyelidikan memori, Abu Ahmadi mengemukakan
enam metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk meneliti
ingatan atau memori. Keenam metode tersebut adalah :

1. Metode mempelajari (The learning method). Metode ini merupakan


metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat
sampai sejauhmana waktu yang diperlukan atau usaha yang dijalankan
oleh subyek untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik
tanpa kesalahan. Misalnya, seseorang disuruh mempelajari suatu syair,
dan ia harus dapat menimbulkan kembali syair itu tanpa ada kesalahan.
Bila kriteria itu telah dipenuhi, maka diukur waktu yang diperlukan
hingga mencapai kriteria tersebut. Ada orang yang cepat, tetapi ada
orang yang lambat dalam penguasaan materi itu. Ini berarti bahwa
waktu atau usaha yang dibutuhkan olh subyek berbeda-beda sesuai
dengan kemampuannya masing-masing.

2. Metode mempelajari kembali (The Relearning Method). Metode ini


merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh
mempelajari materi kembali yang pernah dipelajari sampai pada satu
kriteria tertentu, seperti waktu mempelajari materi tersebut pada
pertama kalinya. Dalam relearning, ternyata untuk mempelajari yang
kedua kalinya materi yang sama membutuhkan waktu yang relatif
lebih singkat daripada waktu yang diperlukan untuk mempelajari
pertama kali sampai pada suatu kriteria tertentu. Untuk mempelajari
yang ketiga kalinya membutuhkan watu yang relatif lebih pendek bila
dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk mempelajari yang
kedua. Makin sering dipelajari materi tersebut, waktu yang dibutuhkan
semakin pendek. Ini berarti bahwa pada relearning, ada waktu yang
dihemat atau disimpan. Karena itu, metode ini sering disebut saving
method. Jadi, misalnya, untuk mempelajari suatu syair sampai hapal
betul syair itu dan menimbulkan kembali tanpa ada kesalahan
dibutuhkan waktu 10 menit; kemudian dalam mempelajari yang kedua
kalinya sampai kriteria yang sama, mungkin hanya dibutuhkan waktu 8
menit. Dari kejadian ini dapat dikatakan bahwa ada 2 menit waktu

42
yang dihemat atau disimpan, dan ini menunjukkan bahwa ada bagian
dari materi tersebut yang betul-betul dapat diingat dengan baik dan
tidak perlu dipelajari lagi. Contoh ini menunjukkan ada 20% yang
diingat dan 80% yang dilupakan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari materi itu kembali agar dapat mencapai kriteria yang
ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikemukan bahwa
semakin sering sesuatu materi dipelajari, waktu untuk mempelajarinya
makin pendek, dan makin banyak materi yang dapat diingat dengan
baik, dan makin sedikit materi yang dilupakan.

3. Metode rekonstruksi. Metode ini merupakan metode yang berbentuk di


mana subyek disuruh mengonstruksi kembali sesuatu materi yang
diberikan kepadanya. Dalam mengontruksi ini, dapat diketahui waktu
yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada
kriteria tertentu. Misalnya, kepada subyek diperlihatkan gambar yang
dapat dipisah-pisahkan satu dengan yang lain. Sesudah gambar itu
diperlihatkan kepada subyek, maka gambar tersebut dibongkar dan
subyek disuruh untuk mengontruksi kembali seperti keadaan gambar
semula. Berdasarkan eksperimen, makin kompleks gambar yang harus
disusun, makin lama waktu yang dibutuhkan oleh subyek untuk
menyusunnya kembali.

4. Metode mengenal kembali. Metode ini digunakan dengan mengambil


bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subyek disuruh mempelajari
suatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai
sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar-salah atau
dengan pilihan ganda. Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa
kemungkinan jawaban, maka jawaban yang betul telah disajikan di
antara beberapa kemungkina jawaban tersebut

5. Metode mengingat kembali. Metode ini ialah mengambil bentuk subyek


disusruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya
dengan membuat karangan, atau dengan cara mengisi seperti ujian yang
berbentuk essay.

43
6. Metode asosiasi berpasangan. Metode ini mengambil bentuk subyek
disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk
mengetahui sejauhmana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi
salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh
menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. Bila materi
tersebut telah dipelajari atau dihapalkan, maka diadakan tes untuk
melihat kemampuan mengingatnya. Salah satu dari bagian pasangan
digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh memberikan
pasangannya. Hal ini dapat berbentuk mengingat kembali, tetapi dapat
juga dengan betuk mengenal kembali.

Dari uraian tentang metode-metode ingatan di atas dapat kita


katakan bahwa proses memori/ ingatan dalam perspektif ini sangat
mekanis dan berlaku dalam tiga tahap yaitu: (1) mencamkan suatu
informasi yang berbentuk suku kata, kata, istilah, konsep, pengalaman
sehari-hari. (2) menyimpan kesan-kesan. (3) mereproduksikan kembali
isi ingatan.

Timbulnya Ingatan dapat timbul dalam berbagai jenis:

1. Ingatan kepada sesuatu, seperti nama orang tercantik di suatu kelas.


Di sini yang ingin direproduksikan hanya sebahagian ingatan itu. Hal
itu dilakukan juga pada waktu ujian yang menggunakan metode esei.

2. Rekoleksi, yaitu mengingat kembali sebuah peristiwa masa lampau


secara lengkap, seperti yang dilakukan oleh seorang tertuduh yang
menjawab semua pertanyaan dari hakim atas semua perilakunya dalam
kejahatan yang telah dilakukannya.

3. Rekognisi, yaitu mengenal kembali sesuatu hal, benda atau orang


setelah sebahagian dari padanya kelihatan atau kedengaran kembali,
seperti melihat seorang anak teringat kembali kepada bapaknya; karena
anak tersebut serupa benar dengan bapaknya. Penggunaan metoda
memilih (multiple choice dan atau benar salah) adalah penggunaan
rekognisi.

44
4. Mempelajari kembali sesuatu, untuk memperlihatkan bahwa ada sisa
ingatan yang tinggal biarpun telah lama sesuatu itu dipelajari. Ernest R
Hilgard menceritakan, kepada seorang anak Amerika yang berumur satu
tahun dibacakan tiap hari 21 baris tertentu dari tiga buah buku bahasa
Yunani selama tiga bulan. Pada akhir tiga bulan tersebut dibacakan 21
baris lain dari tga buah buku pilihan Yunani lain. Sesudah tiga bulan
dibacakan lagi 21 baris lain begitu seterusnya sampai dicapai 21 kumpulan
pilihan selama 7x3 bulan. Sementara anak itu tidak diajarkan atau tidak
disruh mempelajari bahasa yunani sama sekali. Pada umur 8, 14, dan 19
tahun diteliti apa yang tersisa dalam ingatan anak tersebut. Kepada anak
tersebut disuruh menghapal baris-baris berbahasa Yunani yang pernah
dibacakan kepadanya terdahulu, bersama-sama baris lainnya yang baru,
yang kira-kira sama. Pada umum 8 tahun anak itu hanya perlu waktu 30%
waktu untuk mengulang baris-baris yang telah pernah dibacakan
kepadanya dahulu dibandingkan dengan waktu untuk baris-baris yang
tidak pernah didengarnya. Pada umur 14 tahun hanya 8% waktu berkurang
untuk mengulang baris-baris yang telah diperdengarkan kepadanya dahulu
dibandingkan dengan waktu untuk mempelajari baris-baris yang baru
baginya. Pada umur 18 tahun tak ada lagi tersisa dari baris-baris yang telah
dibacakan kepadanya dahulu. Jadi, terbukti ada sisa-sisa ingatan dari
bahan yang hanya dibacakan saja pada waktu kecil sekali, sesudah lima
tahun.

5. Menggali kesadaran rentang ingatan. Eksperimen ini agak berlainan


dengan hasil eksperimen yang dilakukan Ebbinghaus tentang sisa ingatan
dari sesuatu yang telah dipelajari. Hasil ini dinyatakan dalam kurve
(Ebbinghaus) yang memperlihatkan berapa persen dari sesuatu yang sudah
dihapal yang masih dapat diingat. Eksperimen tersebut ternyata berlainan
kalau dilakukan oleh orang percobaan dalam keadaan sadar atau sesudah
tidur, antara waktu menghapalkannya dan waktu mengingatnya kembali.
Yang berdekatan dengan masalah ini ialah tentang rentang ingatan, yakni
jumlah benda yang dapat dilihat sekilas untuk diingat. Dari sekumpulan
angka berapa buahkah yang masih dapat diingat sesudah diperlihatkan satu

45
kali saja? Umumnya orang masih dapat mengingat nomor telepon yang
terdiri dari lima angka, tetapi lebih dari sembilan angka tidak dapat diingat
kembali. Kalau nomor telepon terdiri dari tujuh angka masih dapat diingat
orang 50% dari waktu diperlihatkan. Tujuh angka inilah yang dinamai
rentang ingatan.

2.7 Memori dalam Literarur/Sastra


Dalam perspektif ilmu ini, memori selalu dikaitkan dengan proses
aktif seseorang di dalam mencari, menyimpan/mengorganisasikan dan
menyebarluaskan informasi yang ada di luar dirinya untuk ditemukan kembali
oleh para pencari informasi. Oleh karena manusia senantiasa mencari sesuatu
dalam hidupnya, apa yang dicari tersebut adalah informasi yang membantu
seseorang dalam memperlancar kehidupannya, baik untuk urusan praktis
maupun keilmuan. Proses ini melibatkan unsur memori, baik memori internal
dalam diri seseorang maupun memori eksternal, yang umumnya terdapat
dalam literatur dan pangkalan data atau dari memori orang lain terutama
memori para pakar, karena dalam memori tersebut terkandung atau tersimpan
beragam informasi yang berbentuk pengetahuan, pemahaman, kebijaksanaan
atas suatu ilmu yang diinginkan dan dibutuhkannya.

Proses pencarian informasi, antara lain, dikemukakan oleh Ellis, Cox, dan Hall
(1993). Mereka mengungkapkan proses pencarian informasi para ilmuwan
bidang sosial dalam delapan tahap, yaitu, starting, chaining, browsing,
differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Karakteristik
tahap-tahap tersebut sebagai berikut:

1. Tahap starting atau permulaan, yaitu tahapan dimulainya kegiatan pencarian


informasi.

2. Tahap chaining atau penghubungan, yaitu tahap di mana seseorang mulai


menampakkan kegiatannya dengan mengikuti rantai yang menghubungkan
antara bentuk bahan acuan dengan alat penelusuran.

3. Tahap browsing atau merawak, yaitu suatu tahap yang ditandai dengan
kegiatan pencarian mulai diarahkan pada bidang yang menjadi minatnya.

46
4. Tahap differentiating atau pembedaan, merupakan tahap di mana pencari
informasi mulai menggunakan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk
menguji kualitas dari informasi yang dibutuhkannya.

5. Tahap monitoring atau pengawasan, yaitu suatu tahap di mana pencari


informasi mulai menyiapkan diri untuk pengembangan lebih lanjut dari
pencarian informasi dengan cara memberi perhatian yang lebih serius terhadap
sumber-sumber tertentu.

6. Tahap extracting atau mensarikan, yaitu suatu tahap di mana kegiatan


pencarian informasi dilakukan dengan lebih sistematis melalui
pengelompokan bahan-bahan yang menjadi minatnya.

7. Tahap verifying atau pengujian ketepatan, yaitu tahap di mana pencari


informasi mengecek apakah informasi yang didapat tepat atau sesuai dengan
minatnya.

8. Tahap ending atau pengakhiran, yaitu tahap di mana pencari informasi


mengakhiri proses kegiatan pencariannya pada saat berakhirnya topik yang
ditulisnya.

Pada proses pencarian informasi ini, tentu saja tidak terlepas dari sistem
kerja memori. Dalam proses tersebut, seseorang berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang timbul akibat kesenjangan dalam dirinya, yang diterangkan
oleh Belkin dalam teorinya tentang terjadinya kesenjangan atau gap antara
struktur pengetahuan yang dimiliki dengan yang seharusnya dimiliki.
Kesenjangan ini, menurut Belkin (1985), disebut dengan anomalous state of
knowledge atau kondisi anomali. Kesenjangan ini lazim disebut kebutuhan
informasi. Untuk memenuhi kebutuhannya, seseorang akan mencari dan
menggunakan atau berusaha mencari dan menggunakan berbagai sumber
informasi (Pannen, 1990:10). Perilaku pencarian informasi dapat dilihat dari
cara manusia memilih sumbernya (Krikelas 1983). Selanjutnya, menurut
Belkin (1985), kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dapat dipengaruhi
oleh bermacam-macam sebab, antara lain latar belakang sosial budaya,
pendidikan, tujuan yang ada dalam diri manusia tersebut, serta lingkungan

47
sosialnya. Pendapat Belkin didukung oleh peneliti lainnya seperti Premsmit
(1990), Tabor dan Hawkin (1986), Pannen (1990), Sri Purnomowati dkk
(1995), Sri Ati Sowanto (1996), Nurhasyim (2000).

Pemahaman tentang sifat dasar informasi seringkali dikacaukan oleh


kenyataan bahwa kata informasi digunakan dalam berbagai konteks dalam
kehidupan sehari-hari. Dilihat dari alur yang terjadi dalam suatu informasi,
maka informasi merupakan suatu rangkaian sebagaimana dilukiskan pada
Gambar 3.

Implikasi dari alur sebagaiman tersebut dalam Gambar 3, maka muncul


istilah-istilah:

- Memori adalah tempat komoditas disimpan.

- Memori adalah sumber energi pemikiran.

- Memori sebagai sumber fakta.

- Memori sebagai sumber data.

- Memori sebagai sumber pengetahuan.

-Memori sebagai sumber kebijaksanaan.

a. Memori sebagai komoditi.

Konsep ini mengacu pada informasi yang tersimpan pada memori yang
berbentuk sebuah buku atau pentuk penyimpanan kompilasi pengetahuan
lainnya, dalam benak seseorang, dalam berkas perusahaan atau statistik. Bila
informasi dianggap sebagai komoditas, maka memori seringkali diasumsikan
memiliki nilai ekonomi sehingga manajemen ekonomi menjadi penting. Maka,

48
muncullah ungkapan seperti memory is power, yang berarti bila aseseorang
atau badan korporasi memiliki penguasaan atas memori informasi yang
dimilikinya akan membantu individu atau badan korporasi mencapai
sasarannya. Jadi, memori informasi memungkinkan kontrol atas objek dan
manusia.

b. Memori sebagai sumber energi pemikiran.

Mereka yang memandang informasi sebagai energi menganggap informasi


sebagai maujud fisik terhitungkan, keberadaanya atau tidak beradaannya dapat
diuji berdasarkan eksperimen.

c. Memori sebagai sumber fakta.

Peristiwaperistiwa di masa lalu seringkali kita simpan dalam ingatan,


terutama peristiwa yang sangat membekas dalam sanubari kita.

d. Memori sebagai tempat menyimpan data.

Kerancuan ini timbul akibat pemahaman tentang fakta dan data. Data
merupakan simbol yang ditata menurut ketentuan dan konvensi yang berlaku,
misalnya bila kita menyusun huruf dan angka menurut cara tertentu maka huruf
dan angka ini menjadi data. Fakta adalah sebuah data atau lebih yang tergabung
dalam konteks. Bila kita menganggap data sinonim dengan informasi, maka
kita membahas informasi tanpa adanya makna atau konteks.

e. Memori sebagai pengetahuan.

Pengetahuan mengimplikasikan keadaan pemahaman di luar kesadaran.


Pengetahuan merupakan kemampuan intelektual untuk meramalkan di luar
fakta dan menarik kesimpulan. Pengetahuan harus disimpulkan tidak hanya
disadari. Apa yang kita ketahui atau yang kita pikir sering disebut informasi
yang tersimpan dalam memori.

Implikasi dari pernyataan di atas maka para pengelola informasi berusaha


untuk menyimpan berbagai infomasi serta mengorganisasinya menggunakan
metode tertentu, seperti halnya penggunaan Dewey Decimal Classification
yang merupakan teori persepuluhan dalam pengelompokkan pengetahuan.

49
Dewey menggunakan teknik mnemonic numbering yang sangat terstruktur dan
merangkum ilmu pengetahuan yang ada di dunia. Teknik penomoran ini
banyak dilakukan dalam dunia perpustakaan seperti Universal Decimal
Classification, International Patent Classification, dan masih banyak lagi
metode klasifikasi pengetahuan untuk mengkalsifikasikan subjek
informasi/buku, sehingga begitu kita masuk ke suatu pusat data/ perpustakaan,
maka dengan mudah kita mencari suatu buku/infromasi di antara ribuan bahkan
jutaan infromasi yang tersebar di perpustakaan. Dalam proses penyimpanan ini
para, pengelola memberikan metode Order and/or Sequence (lihat perspektif
filosofis dalam 12 teknik memori). Prinsip penyimpanan informasi dalam
database umumnya menggunakan disiplin ilmu informatika.

Tahap berikut dari persfektif ilmu ini adalah temu kembali informasi atau
retrieval. Dalam proses temu kembali, kita berusaha untuk mendapatkan
informasi yang berjuta-juta yang ada dalam database. Untuk memudahkan
proses pencarian, maka digunakan keyword atau kata kunci yang merupakan
unsur memori cues karena satu keyword akan mewakili sejumlah informasi
yang ada dalam pangkalan data tersebut. Untuk menemukan kembali informasi
bukan proses yang sederhana, walau sering terlihat sederhana. Untuk itu, kita
dapat menggunakan teknik Boolean. Teknik ini diadopsi dari disiplin ilmu
matematika.

50
BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Memori Sebagai Proses Transmisi


Perkembangan memori pada anak-anak menjadi jelas dalam 3 tahun
pertama kehidupan seorang anak karena mereka menunjukkan kemajuan besar
dalam memori deklaratif . Ingatan seorang anak sepanjang perkembangan
mereka. Peningkatan ini berlanjut hingga remaja dengan perkembangan besar
dalam memori jangka pendek, memori kerja, memori jangka panjang dan
memori otobiografi. Penelitian terbaru tentang perkembangan memori telah
mengindikasikan bahwa deklaratif, atau memori eksplisit, mungkin ada pada
bayi yang bahkan lebih muda dari dua tahun. Misalnya, bayi baru lahir yang
berusia kurang dari 3 hari menunjukkan preferensi untuk suara ibu mereka
sendiri, sehingga menghasilkan hubungan yang kuat dan kuat dengan ibu.

A. Ilmu Saraf Kognitif Pengembangan Memori

Memori deklaratif berkembang sangat pesat selama 2 tahun pertama


kehidupan; bayi pada usia ini menunjukkan bukti perkembangan kognitif
dalam banyak hal (misalnya, peningkatan perhatian,penguasaan
bahasa,peningkatan pengetahuan). Ada perbedaan dalam perkembangan otak
memori eksplisit dan implisit pada bayi. Memori implisit dikendalikan oleh
sistem memori yang berkembang lebih awal di otak yang hadir sangat awal,
dan dapat dijelaskan dengan pematangan awal striatum, otak kecil, dan batang
otak yang semuanya terlibat dalam pembelajaran dan memori implisit.
Pengembangan memori eksplisit tergantung pada sistem memori yang
berkembang kemudian di otak yang mencapai kematangan antara 8 dan 10
bulan. Memori eksplisit sangat tergantung pada struktur di lobus temporal
medial, termasuk hippocampus dan korteks parahippocampal . Sebagian besar
sistem otak terbentuk sebelum kelahiran, namun dentate gyrus dalam formasi
hippocampal memiliki sekitar 70% dari jumlah sel pada orang dewasa.
Mielinisasi akson yang cepat dalam sistem saraf pusat terjadi selama tahun
pertama kehidupan yang secara dramatis dapat meningkatkan efisiensi dan
kecepatan transmisi dalam neuron. Ini dapat menjelaskan kecepatan

51
pemrosesan yang lebih tinggi pada bayi yang lebih tua dibandingkan dengan
yang lebih muda.

B. Memori yang Bekerja

Menurut model memori kerja Baddeley, memori kerja terdiri dari tiga
bagian. Pertama adalah eksekutif pusat yang bertanggung jawab atas berbagai
fungsi pengaturan termasuk perhatian, kontrol tindakan, dan penyelesaian
masalah. Kedua, loop fonologis , yang khusus untuk manipulasi dan retensi
materi dalam domain informasi tertentu. Akhirnya, sketsa visuospatial
menyimpan materi dalam hal fitur visual atau spasial. Kekuatan hubungan
antara tiga komponen memori kerja berbeda-beda; eksekutif pusat sangat
terkait baik dengan lingkaran fonologis maupun sketsa visuospatial yang
keduanya independen satu sama lain. Beberapa bukti menunjukkan
peningkatan linier dalam kinerja memori yang bekerja dari usia 3-4 tahun
hingga remaja.

a. Eksekutif Pusat
Eksekutif pusat merupakan bagian integral dari ingatan yang bekerja, dan
melibatkan kontrol atensi semua-inklusif dari sistem ingatan yang bekerja.
Awalnya Kail dan Saweikis menyimpulkan bahwa eksekutif pusat
memiliki peran penting dalam menyimpan beberapa informasi dan bahwa
eksekutif pusat memperkuat ingatan jangka panjang dan memiliki potensi
untuk menunjuk sumber daya untuk memfokuskan, membagi, dan
mengalihkan perhatian. Saat ini model eksekutif pusat mengecualikan
kemungkinan semua jenis penyimpanan memori. Namun, itu mencakup
pemahaman bahwa ia memang memiliki tanggung jawab untuk
mengendalikan dan memperkuat perhatian. Pada anak-anak dari 2-4,
batasan kapasitas penyimpanan memori membatasi proses pemahaman
yang kompleks. Namun seiring dengan bertambahnya usia anak, lebih
sedikit pemrosesan yang diperlukan yang membuka lebih banyak ruang
penyimpanan untuk memori.

52
b. Lingkaran Fonologis
Bukti menunjukkan peningkatan linear dalam kinerja dari usia 4 tahun
hingga remaja. Sebelum sekitar 7 tahun, kinerja penarikan serial dimediasi
oleh toko fonologis yang merupakan salah satu dari dua komponen loop
fonologis. Anak-anak usia prasekolah tidak menggunakan strategi latihan
subvokal untuk mempertahankan representasi fonologis yang membusuk
di toko tetapi sebaliknya mereka mengidentifikasi fitur visual gambar
untuk mengingatnya. Ini terbukti pertama dengan melihat anak-anak untuk
tanda latihan terbuka (misalnya gerakan bibir) dan kedua jika anak diberi
gambar yang dapat diidentifikasi, tidak ada perbedaan dalam pengambilan
yang ditemukan untuk kata-kata panjang dan pendek. Pada usia tujuh
tahun, anak-anak mulai menggunakan proses latihan subvokal untuk
memaksimalkan retensi di toko fonologis. Seiring dengan perkembangan
yang berkelanjutan, materi memori yang tidak dapat dipelajari kembali
dikode ulang menjadi kode fonologis yang sesuai untuk loop fonologis
bila memungkinkan.

c. Sketchpad Visuospatial
Anak-anak yang lebih muda (di bawah usia 5) mungkin lebih tergantung
daripada anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa dalam menggunakan
sketsa visuospatial untuk mendukung memori langsung untuk bahan
visual. Anak-anak yang lebih besar mengadopsi strategi pengodean ulang
gambar secara verbal jika memungkinkan dan juga menggunakan loop
fonologis untuk memediasi kinerja tugas memori "visual". Antara usia 5
dan 11, rentang memori visual meningkat secara substansial dan pada titik
inilah level kinerja orang dewasa tercapai.

1. Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang, juga dikenal sebagai memori episodik dan


semantik, memiliki kemampuan untuk menyimpan informasi berharga untuk
jumlah waktu yang mahir. Menurut Longe (2016) penyimpanan memori jangka
panjang bisa dalam berbagai menit hingga seumur hidup, artinya suatu kegiatan
atau acara yang dihadiri dapat ditarik kembali setelah beberapa menit atau

53
disimpan untuk waktu yang lama. Memori jangka panjang menggunakan faktor
pembeda penting yang dikenal sebagai makna yang dapat membantu individu
belajar hal ini digunakan dalam bentuk pengkodean dan itu dianggap metode
utama pengembangan memori jangka panjang. Begitu makna dipahami dan
diterapkan pada informasi, hal itu dapat memengaruhi apa yang diingat
seseorang. Memori eksplisit menjadi jauh lebih baik selama tahun-tahun
perkembangan. Namun, ada efek kecil usia pada memori implisit, yang bisa
jadi karena memori implisit melibatkan proses yang lebih mendasar daripada
memori deklaratif yang akan membuatnya kurang terpengaruh oleh
perkembangan keterampilan dan kemampuan kognitif anak.

a. Bayi

Temuan mengejutkan adalah bahwa dalam kelompok usia yang sama 2


hingga 3 bulan, bayi juga bisa mengingat peristiwa atau memori yang
terlupakan selama bertahun-tahun. Bayi itu mengalami ingatan ini oleh faktor
tertentu yang mungkin memicu ingatan yang terlupakan itu. Temuan yang
mengesankan ini ditemukan dengan menguji menendang bayi. Peneliti
menempatkan ponsel di atas boks bayi dan pita yang menghubungkan kaki
bayi ke ponsel. Bayi-bayi itu menunjukkan kepada para peneliti bahwa
mereka mempelajari hubungan antara menendang dan gerakan ponsel.
Setelah waktu yang ditentukan berlalu, kaki bayi melekat sekali lagi ke
ponsel. Dua jenis ide terbentuk; seandainya anak itu bisa dengan penuh
semangat mulai menendang, akan mengarah pada asumsi bahwa bayi itu
ingat hubungan antara gerakan ponsel dan tendangan anak-anak. Sekarang,
jika tendangan bayi dengan hati-hati menjadi lebih energik, itu akan
menganggap bahwa bayi sedang mempelajari kembali koneksi, yang akan
menyarankan bahwa bayi telah melupakan koneksi yang dibuat. Studi ini
juga mengindikasikan bahwa bayi tersebut dapat mengingat hubungan hingga
14 hari. Namun, begitu waktu tertentu telah berlalu, kaki bayi sekali lagi
terhubung ke gerakan ponsel dengan pita untuk menguji bayi itu mengingat
kembali apa yang harus dilakukan. Bayi itu tidak ingat apa yang harus
dilakukan, dan mereka diperkenalkan pada faktor tertentu yang akan
membantu bayi untuk mengingat. Menurut Robert & Saweikis (2004), Jika

54
eksperimen memindahkan ponsel yang memperlihatkan gerakan pada bayi,
segera setelah bayi terhubung kembali ke ponsel dengan pita, bayi akan mulai
menendang dengan penuh semangat. Kesimpulannya adalah bahwa bayi itu
memang dapat mengingat ingatan, meskipun waktu telah berlalu. Bayi yang
berusia 5 bulan atau lebih dapat menggunakan emosi untuk memengaruhi
ingatan mereka. Namun, pada usia ini, bayi akan lebih cenderung mengingat
hal-hal yang ditandai oleh emosi positif. Banyak mekanisme yang digunakan
untuk mempelajari dan menyimpulkan memori pada anak-anak tidak dapat
digunakan pada bayi, karena proses penelitian diambil, yang meliputi menulis
atau berbicara. Cara para peneliti mempelajari kemampuan memori bayi
dalam rentang usia ini adalah dengan mengukur pergerakan mata di antara
gambar-gambar uji yang disajikan. Setelah melakukan putaran awal
pengujian ini, para peneliti akan melakukan tes tindak lanjut baik 5 menit
kemudian dan satu hari kemudian. Tes tindak lanjut yang ditunjukkan kepada
bayi termasuk dua bentuk geometris: satu dari tes asli, dan bentuk baru. Para
peneliti dapat merekam berapa lama bayi melihat gambar dalam tes tindak
lanjut dan mengukur berapa lama bayi menatap setiap bentuk. Bayi-bayi itu
lebih cenderung menatap bentuk-bentuk geometris dari tes awal jika mereka
dipasangkan dengan suara positif daripada jika mereka dipasangkan dengan
suara netral atau negatif. Studi ini menunjukkan bahwa bayi pada usia ini
akan dapat lebih mengingat bentuk dan pola hal-hal jika mereka dikaitkan
dengan emosi positif karena kepositifan akan meningkatkan minat dan
perhatian bayi.

b. Anak-anak prasekolah

Bayi pada usia 7 bulan dapat secara konseptual membedakan antara kategori
seperti hewan dan kendaraan. Meskipun konsep bayi mungkin kasar menurut
standar orang dewasa, mereka masih memungkinkan bayi untuk membuat
perbedaan semantik yang bermakna. Contohnya adalah bahwa bayi dapat
membedakan antara barang-barang milik dapur dan barang-barang milik
kamar mandi. Paling tidak, kategori-kategori ini meletakkan dasar untuk
pengembangan pengetahuan awal, mengatur informasi dalam penyimpanan
dan memengaruhi pengkodean di masa depan. Bayi dari usia 16 bulan dapat

55
memanfaatkan pengetahuan semantik mereka dalam generalisasi dan
inferensi . Pengetahuan ini juga dapat digunakan oleh balita yang lebih tua,
anak berusia 24 bulan, untuk memfasilitasi perolehan dan penyimpanan
informasi baru. Pengetahuan mereka tentang urutan kejadian dapat digunakan
untuk membantu mengingat urutan kejadian. Bayi memiliki kemampuan
untuk mengingat pengalaman setelah beberapa waktu atau menunjukkan
bahwa mereka memiliki proses kognitif pembentukan. Anak-anak pra-
sekolah bisa sangat tidak akurat dalam mengingat kata-kata atau angka yang
baru saja mereka pelajari. Anak-anak lebih mampu mengingat informasi,
yang menurut Henry (2011) anak-anak dapat "memprediksi" kinerja memori
jika mereka memiliki pengalaman daring dengan tugas. Yang mengarah pada
kesimpulan ini adalah anak-anak diberi tape recorder dengan 10 kata, anak-
anak diminta untuk menghentikan tape recorder begitu mereka mengira
mereka dapat mengingat semua kata yang disebutkan. Menurut penelitian,
17% anak-anak memperkirakan bahwa mereka tahu semua 10 kata yang
disebutkan. Pengetahuan itu sendiri tidak akan mengubah kinerja retensi,
melainkan seberapa baik pengetahuan terstruktur akan mengubah kinerja.
Retensi yang lebih baik ditunjukkan dengan informasi yang memiliki kohesi
yang lebih besar dan elemen yang lebih rumit. Keakraban dan pengulangan
pengalaman juga dapat mempengaruhi organisasi informasi dalam
penyimpanan untuk anak-anak prasekolah dan anak-anak yang lebih besar.
Anak-anak yang mengalami suatu peristiwa dua kali mengingat kembali
peristiwa itu lebih baik 3 bulan kemudian daripada anak-anak yang hanya
mengalaminya satu kali dan menunjukkan daya ingat yang sama baiknya
pada 3 bulan dibandingkan dengan mengingat pada 2 minggu setelah
pengalaman.

c. Anak Usia Sekolah

Perbedaan usia dalam memori dikaitkan dengan pertumbuhan berkorelasi


usia dalam fondasi pengetahuan. Apa yang diketahui anak-anak
mempengaruhi apa yang mereka encode, bagaimana informasi itu diatur
dalam penyimpanan, dan cara pengambilannya. Semakin besar pengetahuan
latar belakang tentang informasi yang akan dikodekan, semakin baik

56
informasi tersebut diingat. Karena anak yang lebih besar memiliki lebih
banyak pengetahuan daripada anak yang lebih muda, anak yang lebih besar
memiliki kinerja yang lebih baik daripada anak yang lebih kecil dalam
sebagian besar tugas memori. Ketika keakraban dan kebermaknaan materi
disamakan berdasarkan usia, perbedaan perkembangan dalam kinerja memori
tidak lagi menjadi faktor. Penggunaan strategi ingatan anak-anak dan
pengembangan keterampilan metamemori juga berperan dalam perubahan
yang berkaitan dengan usia dalam ingatan, khususnya di masa kanak-kanak.
Pengetahuan memengaruhi memori dengan memengaruhi pengambilan,
dengan memfasilitasi penyebaran aktivasi di antara item-item terkait dalam
memori dan dengan memfasilitasi penggunaan strategi. Pengetahuan juga
memberikan elaborasi informasi yang lebih baik yang dapat memperkuat
penyimpanannya dalam memori.

2. Memori Episodik

Pada usia sekolah, anak tipikal menunjukkan keterampilan dalam


mengingat detail dari pengalaman masa lalu dan dalam mengatur detail itu ke
dalam bentuk naratif dengan kohesi . Kenangan yang terbentuk pada usia ini
dan seterusnya lebih mungkin untuk bertahan dalam ujian waktu selama
bertahun-tahun dan diingat kembali di masa dewasa, dibandingkan dengan
kenangan sebelumnya. Anak-anak kecil kadang-kadang dapat menyimpan
informasi dari episode tertentu selama periode waktu yang sangat lama, tetapi
informasi khusus yang kemungkinan dipertahankan oleh anak pada usia
tertentu selama periode waktu yang berbeda tidak dapat diprediksi. Ini
tergantung pada sifat peristiwa ingatan dan perbedaan individu pada anak
seperti jenis kelamin, gaya komunikasi orang tua, dan kemampuan bahasa.
Salah satu aspek terpenting dari memori episodik menurut Tulving (1985,
1999) adalah elemen individu untuk melakukan perjalanan kognitif ke masa
lalu dan masa depan. Sebuah pemikiran yang dipelajari namun masih spekulatif
tentang memori episodik pada anak-anak adalah kurangnya dan antisipasi
episodik. Ini menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan dan sukses dalam
mengingat peristiwa tertentu (mis., Apa yang akan Anda makan siang, apa
yang akan Anda mainkan di taman, dll.), Bukan karena mereka bepergian di

57
masa lalu dan masa depan, tetapi orang tua adalah orang-orang yang umumnya
mengatur hari, yang berarti mereka adalah orang-orang yang memiliki kendali
atas masa depan anak-anak mereka

a. Memori Autobiografi

Jumlah informasi yang dapat ditarik kembali tergantung pada usia anak
pada saat acara. Anak-anak pada usia 1-2 dapat mengingat peristiwa pribadi,
meskipun hanya dalam fragmen ketika ditanyai beberapa bulan kemudian.
Anak-anak berusia dua tahun membentuk ingatan autobiografi dan
mengingatnya selama beberapa bulan. Kesulitan dalam menilai memori pada
anak-anak dapat dikaitkan dengan tingkat keterampilan bahasa mereka ini
karena tes memori biasanya terjadi dalam bentuk laporan verbal. Tidak jelas
apakah kinerja penilaian memori disebabkan oleh memori yang buruk untuk
acara tersebut atau ketidakmampuan untuk mengekspresikan apa yang
mereka ingat dengan kata-kata. Namun, tes memori menilai kinerja dengan
tes pengenalan foto non-verbal dan berlakunya kembali perilaku
menunjukkan bahwa anak-anak memiliki tanda-tanda recall dari 27 bulan,
dibandingkan dengan 33 bulan menggunakan tes recall verbal.

b. Diri Kognitif

Ingatan otobiografi baru dapat mulai terbentuk setelah bayi mengembangkan


rasa dirinya kepada siapa peristiwa yang memiliki signifikansi pribadi dapat
terjadi bukti tentang rasa diri berkembang menjelang akhir tahun kedua
kehidupan, di antara usia 21 dan 24 bulan. Perkembangan diri kognitif
menyediakan kerangka kerja baru dari mana ingatan dapat diatur. Dengan
kemajuan kognitif ini, kita melihat munculnya memori otobiografi dan akhir
dari amnesia kekanak-kanakan.

c. Pengaruh Sosial Budaya

Bahasa dan budaya memainkan peran sentral dalam pengembangan awal


memori otobiografi. Cara orang tua mendiskusikan masa lalu dengan anak-
anak mereka dan seberapa rumit mereka dalam mengenang memengaruhi
bagaimana anak menyandikan memori. Anak-anak yang orang tuanya

58
berbicara secara rinci tentang masa lalu diberi kesempatan yang baik untuk
melatih ingatan mereka. Penggunaan bahasa orang tua pada saat peristiwa
itu terjadi juga dapat memainkan faktor dalam bagaimana anak mengingat
episode tersebut. Perbedaan budaya dalam gaya pengasuhan dan hubungan
orangtua-anak dapat berkontribusi pada memori otobiografi pada usia dini.

d. Strategi Memori

Strategi memori adalah cara di mana individu dapat mengatur informasi


yang mereka proses untuk meningkatkan daya ingat di masa depan. Strategi
ingatan yang membantu mungkin termasuk tetapi tidak terbatas pada latihan
verbal atau mnemonik . Penggunaan strategi ingatan bervariasi baik dalam
jenis strategi yang digunakan maupun efektivitas strategi yang digunakan di
berbagai kelompok umur.

e. Metamemory

Ketika anak-anak tumbuh dewasa, mereka menunjukkan semakin banyak


bukti metamemori yang merupakan pengetahuan tentang ingatan mereka
dan cara kerjanya. Ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa kesadaran dan
pengetahuan yang lebih besar tentang ingatan seseorang mengarah pada
peningkatan penggunaan strategi ingatan dan tingkat ingatan yang lebih
besar. Pada anak di bawah 7 tahun, hubungan antara metamemori,
penggunaan strategi, dan daya ingat pada umumnya sangat lemah atau tidak
ada. Ini dapat dilihat ketika membandingkan anak-anak yang lebih besar (di
atas usia 7) dan anak-anak prasekolah pada tugas menyortir di mana anak-
anak diminta untuk menyortir objek menjadi kelompok-kelompok yang
berjalan bersama (misalnya hewan) dan berusaha mengingatnya.

Secara umum, memori merupakan suatu fungsi yang terlibat dalam


mengingat atau mengenang masa lalu. Keseluruhan pengalaman masa lalu
tersebut akan diingat kembali, dan pengalaman yang has yang perlu untuk
diingat. Dari ulasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya memori
sebagai fungsi, pengalaman, informasi, dan spesfikasi. Memori ini
melibatkan apa yang sudah dilihat dan merekam atau menyimpannya dalam

59
otak atau ingatan, karena memori tersebut menggunakan rekaman untuk
melakukan aktivitas. Namun, tidak semua yang dilihat atau yang dialami
bisa disimpan dengan baik, hanya informasi atau pengalaman tertentu saja
yang memiliki kekhasan atau suatu nilai yang dinaggap penting yang
mampu untuk disimpan dalam waktu lama pada memori seseorang. Oleh
karena hal tersebut, memori memerlukan suatu tempat untuk menyimpan,
menerima dan mengingat kembali informasi khusus. Berikut ini adalah
tahap perkembangan memori pada manusia :

1. Tahap Usia 0 Sampai Dengan 3 Tahun

Tahap yang pertama adalah tahap pada usia 0 sampai dengan 3 tahun. Pada
masa ini anak akan melihat dan mengingat dengan jelas apa yang ia lihat,
apa yang ia dengar. Adapun suara atau kejadian yang dilihatnya akan
terekam jelas di memorinya. Meskipun seyogianya seorang anak belum
mengerti apa yang ia lihat.

2. Tahap Usia 4 Sampai Dengan 6 Tahun

Tahap yang kedua adalah tahap 4 sampai dengan 6 tahun. Pada masa ini
seorang anak disebut dengan masa perkembangan “ golden age “. Dimana
pada tahap ini seorang anak akan dengan cepat menerima informasi serta
mengolahnya dalam otaknya. Selain menerima informasi dengan cepat,
seorang anak juga akan menirukan gaya atau cara bahasa seseorang yang ia
lihat.

3. Tahap Usia 7 Sampai Dengan 8 Tahun

Tahap yang ketiga adalah tahap 7 sampai dengan 8 tahun. Usia ini
merupakan usia yang baik bagi anak untuk mengenal berbagai jenis bahasa,
karena pada usia ini seorang anak pada umumnya akan lebih cepat tanggap
terhadap bahasa yang digunakan di sekitarnya. Daya tarik atau minat
seseorang dalam mempelajari bahasa akan berkurang jika seorang anak
sudah menginjak usia puberitas.

60
4. Tahap Usia 18 Tahun

Tahap yang keempat adalah tahap usia yang ke 18 tahun. Di usia ini sobat,
kemampuan dan kinerja otak dalam mengelola informasi akan mencapai
puncaknya. Semua kegiatan atau aktivitas biasanya banyak digeluti di dalam
berbagai bidang. Oleh karena itu sobat, pada usia 18 tahun ini akan jadi saat
yang paling ideal jika seorang anak ingin mempelajari ilmu atau
keterampilan baru, karena seorang anak akan tertarik denagn keterampilan
atau dunia baru.

5. Tahap Usia 22 Tahun

Tahap yang kelima adalah tahap usia 22 tahun. Pada usia 22 tahun, otak
manusia mampu mengingat lebih banyak nama kenalan atau orang yang kita
pernah jumpai. Nah sobat semua, pda usia ini adalah saat dimasa otka kita
mampu mengolah kembali informasi yang sudah lama berlalu untuk kita
ingat kembali jika informasi tersebut dibutuhkan.

6. Tahap Usia 31 Tahun

Tahap yang keenam adalah tahap usia 31 tahun. Adapun usia terbaik untuk
mengenai wajah orang lain adalah pada usia 31 tahun. Pada usia ini, kita
mungkin saja sudah melupakan nama orang – orang yang kita kenal.

7. Tahap Usia 40 Tahun Keatas

Tahap yang ke tujuh adalah tahap usia 40 tahun ke atas. Semua kecerdasan
seseorang sering kali baru muncul atau memuncak saat memasuki usia 40
an. Hal ini biasanya dibuktikan dari mengukur kemampuan manusia untuk
menciptakan atau menemukan gagasan baru yang sebelumnya belum ia
pernah temukan atau lakukan.

61
3.2 Memori Traumatis dalam Novel Jawa Kadang Suriname Sanak Merapi
Karya Fuji Riang Prastowo Kajian Postmemory
A. Pendahuluan

Fuji Riang Prastowo adalah salah satu penulis novel yang berlatar
belakang ilmu sosiologi. Penulis kelahiran Yogyakarta tanggal 18 September
1990 memulai ketertarikannya terhadap sastra dan budaya jawa sejak kecil.
Sejak masuk dan lulus dari Universitas Gadjah Mada dengan IPK 3.92 ini
membawanya berkunjung ke beberapa negara. Pada tahun 2014, ia
memperoleh beasiswa LPDP PK-15 Kementerian Keuangan republik
Indonesia untuk S-2 di Radbound University Nijmegen Belanda. Prestasi yang
ia peroleh ketika sekolah disana, akhirnya ia memperoleh surat bahwa ia
diterima program doktoral atau S3 di universitas yang sama. Pengalaman
belajar yang lain ialah di ASEAN Youth Networking di Chulalongkorn
University di Thailand pada tahun 2013, legislative drafting Training di
Indonesia Jentera Law school (2014), Pelatihan Bahasa Belanda di Nijmegen
(2014) dan Ethnography di Copenhagen University Denmasrk (2015).

Fuji juga memiliki pengalaman kerja yang tidak sedikit pada bagian
penelitian. Salah satunya ialah menjadi Kepala Peneliti Biennale Jogja (2014)
yang membawanya ke India hingga Afrika untuk meneliti masalah
kebudayaan bersama Taman Budaya Yogyakarta, Asisten peneliti di Youth
Studies Center (2011-2014). Selain itu ia juga menjadi skarelawan di Museum
Anak Kolong Tangga (2009-2014). Kecintaanya terhadap sastra Jawa di mulai
ketika ia mendapatkan pengetahuan mengenai jawa melalui sang kakek
buyutnya yakni MP Somoredjo yang menjadi juru kunci pada makam Selir
Dalem Sri Sultan Hamengkubuwana II. Berdasarkan garis keturunan sang
ayah, penulis memiliki keturunan Ki Bahu Lawe dan dari keturunan sang ibu
ia adalah keturunan Prajaidjaja.

Kecintaannya terhadap kebudayaan Jawa hingga pengalamannya keliling


dunia membawanya ke penelitian bidang diaspora. Fuji adalah satu-satunya
ahli “diaspora jawa”. ia meneliti kehidupan orang Jawa yang tinggal di negara
lain seperti Suriname. Melalui penelitiannya tersebut, Fuji banyak menulis

62
buku salah satunya ialah Bab Jawa Ing Landa (2017) dan Javenese Arts and
Literature “the visual Story of Javenese in the Netherlands. Selain itu melalui
penelitiannya juga, ia berhasil mempertemukan orang yang telah terpisah lama
dengan keluarganya antara Suriname dan Indonesia karena keadaan politik
pada masa kolonial. Kisah-kisah memilukan tersebut tidak menutup
kemungkinan menjadi latar belakang penulisan novel-novelnya.

Salah satu novelnya adalah Kadang Suriname Sanak Merapi


mendapatkan penghargaan lima novel Jawa terbaik dalam Sayembara Nyerat
Novel Basa Jawa 2017 yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan DIY. Novel
tersebut menceritakan kehidupan para transmigran, mantan prajurit KNIL,
eksil dan lain-lain. Fuji tidak hanya menceritakan mengenai kehidupan para
transmigran dengan kehidupan mereka sekarang yang sudah turun menurun
tinggal di Suriname dan Belanda. Akan tetapi Fuji juga dengan mengharukan
menggambarkan kisah bagaimana mereka bisa sampai di tanah Belanda.
Seperti neneknya tokoh Trisnah yakni mbah Soedinah yang menjadi korban
penculikan yang ikut ke dalam sebuah kapal menuju Belanda. Selain itu ada
kisah orang indhies yang dianggap sebagai pengkhianat sehingga terjadi
pembantaiaan terhadap keluarganya. Melalui tokoh Trisnah, seorang gadis
yang bekera di salah satu stasiun TV NPO, ia mencoba membuka kembali
lembaranlembaran kelam melalui orang-orang yang berhubungan langsung
dengan kejadian tersebut. Fuji Riang Prastowo melalui novelnya tersebut
menggali peristiwa masa lalu yang memberikan pengaruh dalam kehidupan
sekarang. Fernanda (2017:2) menyatakan bahwa pengalaman seseorang pada
masa lalu adalah memori yang merupakan sesuatu yang berada di luar tubuh
baik dialami secara lang- sung maupun tidak langsung. Hal tersebut sesuai
dengan cerita yang dikisahkan dalam novel Kadang Suriname Sanak Merapi
karya Fuji Riang Prastowo ini.

Memori masa lalu memberikan dampak yang luar biasa dan tidak
terduga pada kehidupan sekarang maupun mendatang. Bagaimana
penggambaran memori tersebut dapat ditransmisikan kepada generasi masa

63
kini dalam novel Kadang Suriname Sanak Merapi? Teori Postmemory oleh
Marianne Hircsh dianggap cocok untuk menjawab pertanyaan tersebut.

B. Metode

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dalam bentuk


pengumpulan data primer dan data sekunder, Faruk (2012). Data primer
adalah data yang diambil dari teks-teks pada novel Pulung Gatung Tali Pati.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari sejumlah referensi
yakni buku, jurnal atau penelitian-penelitian lainnya yang ada hubungannya
dengan objek kajian. Pengumpulan data dengan cara studi kepustakaan yakni
peneliti mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan masalah penelitian.
Menurut Faruk (2012) metode analisis data yakni seperangkat cara atau teknik
untuk menarik relasi antara satu data dan data lain yang bermuara pada suatu
pengetahuan ilmiah. Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif kualitatif.

C. Hasil dan Pembahasan

Pembentukan Memori Melalui novel Kadang Suriname Sanak Merapi


ini, Fuji Riang Prastowo menceritakan mengenai peristiwa mengerikan yang
terjadi selama masa penjajahan Belanda yang menjadikan, beberapa kelompok
masyarakat di Nusantara bertransmigrasi atas kemauan sendiri, paksaan
bahkan melalui penculikan. Seperti yang dialami oleh tokoh utama yakni
Trisnah. Trisnah adalah generasi ketiga dari keluarganya yang memang sudah
lama tinggal di Suriname dan kemudian pindah ke Belanda. Nenek dan
kakeknya bisa menjadi warga negara Belanda meskipun ia adalah seorang dari
suku Jawa di Indonesia. Memiliki persamaan kisah tragis yakni sebagai
korban penculikan mempertemukan kakek dan nenek Trisnah pada saat masih
kecil. Penculikan tersebut dilatar belakangi kurangnya jumlah penumpang
yang dijanjikan oleh antek Belanda untuk mengisi kuota penumpang kapal
yang membawa rombongan warga ke Belanda.

Siksaan dan kenyataan terpisah dari keluarga membuat nenek dan


kakek ketika kecil memiliki trauma. Ditambah lagi kenyataan bahwa nenek

64
dan kakek Trisnah dan sebagian warga yang lain tidak bisa kembali ke
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan peraturan bagi orang-orang yang sedang
di luar negeri kala itu tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia karena
digolongkan sebagai penghianat dan mempunyai ideologi yang berbeda.

Memori traumatis terbentuk berawal dari peristiwa perang


kemerdekaan yang merenggut keluarga hingga berujung pada tindakan
pembantaian, pemerkosaan dan lain-lain. Menurut Nora (dalam Cahyasari,
2017:70) menjelaskan bahwa memori mengkristal dan menjadi rahasia
tersendiri yang telah terjadi pada momen historis tertentu. Sejalan dengan
pendapat Nora, memori adalah kejadian yang telah berlalu tetapi tetap hidup
dalam diri individu. Memori traumatis tidak akan pernah mati, hilang bahkan
terlupakan. Permasalahan hanya pada bagaimana cara memori dapat
dibangkitkan, karena memori traumatis seperti sungai yang tertutup salju.
Individu lain melihatnya seperti papan ice scating, tidak diketahui seberapa
dalam sungai tersebut. terkadang pengggalian memori tersebut sangat
menyakitkan tetapi terkadang juga melegakan. Menyakitkan karena proses
recall memori traumatis membawa seseorang kembali kepada kejadian yang
menyedihkan tersebut. Lega karena proses recall mampu menghadirkan fakta
sosial sebagai bukti pembenaran terhadap kejadian-kejadian tertentu. Dalam
novel Kadang Suriname Sanak Merapi ini menghadirkan para saksi sejarah
melalui tokoh-tokoh yang mengalami peristiwa yang menyakitan tersebut,
penggalian memori traumatis berlangsung secara dramatis. Sejalan dengan
pendapat Kumalasari (2016:62), bahwa karya postmemory merupakan karya
yang mengandung emanasi yaitu hasrat dan proyeksi bagi generasi selanjutnya
untuk menemukan yang hilang, melengkapi yang terserak, dan atau
memperbaiki masa lalu yang traumatis. Melalui tokoh Trisnah dan Aditya,
memori traumatis mulai digali dari tokoh Simbah Soedinah, Siwo, tante Lien
dan lain-lain. Sehingga terlihat trasmisi traumatis dalam novel ini berlangsung
melalui dua jalan sebagai berikut;

65
1. Transmisi Familial

Memori perang kemerdekaan antara Belanda dengan Indonesia masih terekam


jelas dalam diri Mbah Soedinah. Memori Mbah Soedinah yang kuat terhadap
peristiwa yang memisahkan dirinya dengan keluarganya karena diculik oleh
orang tak dikenal guna menambah jumlah kuota penumpang kapal yang
menuju ke Belanda. Sebelum penculik itu membawanya ke kapal, ia
dikumpulkan bersama anak-anak lain kemudian menerima kekerasan fisik.
Diantara anak-anak tersebut terdapat juga Wagimin, yang ketika dewasa
menjadi suaminya. Pada saat kekerasan fisik tersebut ia harus menyaksikan
sendiri temannya meninggal karena hantaman benda tumpul oleh sang
penculik. Beratnya hidup dikapal selama berminggu-minggu tanpa saudara
membuat Simbah Soedinah merasa sangat sedih hingga trauma.

“Aku nelangsa kelingan jenate simbah kakung Wagimin Atmopawiro. Dina


iki ora ketaman ing rasa yen wis tekan sewu dina simbah kakung uwis
ninggalake awake dhewe kabeh. Simbah putriku, Soedinah Karijodikromo
asring nangis nalika teka neng pasareane simbah kakung. (Prastowo, 2017:74)

“Aku sedih teringat almarhum kakek Wagimin Atmopawiro. Hari ini tidak
terasa sudah sampai 1000 hari kakek sudah meinggalkan kita semua.
Nenekku, Soedinah Karijodikromo sering menangis ketika sampai di makam
kakek. (Prastowo, 2017:74)

Kutipan di atas menggambarkan betapa memori tentang Wagimin, suaminya,


selalu hidup dalam ingatan Soedinah. Memori tentang kebersamaan suaminya
hingga tentang perjalanan hidup ia bersama suaminya yang tragis. Proses
recall bermulai ketika ia mengunjungi makam sang suami. Proses recalling
memori berlangsung hanya dengan melihat nisan sang suami sebagai images.
Sehingga memori yang dipendam tersebut secara spontan akan kembali hadir
dan membawanya kepada peristiwa yang menyakitkan tersebut.

Pada novel Kadang Suriname Sanak Merapi ini menunjukkan adanya


transmisi traumatis antara Mbah Soedinah kepada anaknya sebagai generasi
pertama dan cucunya sebagai generasi kedua. Anak merupakan keturunan

66
namun juga bisa dikatakan sebagai agen historis. Dalam postmemory, agen
historis diposisikan sebagai pembawa trauma kolektif, personal, maupun
kultural yang hidup pada generasi sebelumnya. Dalam novel ini trasmisi
memori dimulai dari permintaan sang anak kepada Soedinah untuk
menceritakan bagaimana sosok sang ayah Wagimin dan kisahnya. Sehingga
terlihat generasi pertama memanfaatkan momen ziarah saat itu sebagai proses
recalling memori kepada sang ibu.

Crita cendhek kang bisa aku dongengi yaiku nalika umurku 10 tahun, aku
dibegal utawa diculik ning Candhi Prambanan ing Kutha Yogyakarta banjur
didol marang Landa ing Semarang, Jawa. Ngeling-eling crita iku gawe aku lan
Wagimin tansah nangis. (Prastowo, 2017:80)

Singkat cerita yang bisa aku ceritakan adalah ketika umurku 10tahun, aku
dibegal atau diculik di Candi Prambanan di Kota Yogyakarta kemudian dijual
kepada Belanda di Semarang, Jawa. mengingat cerita itu membuat aku dan
wagimin selalu menangis. (Prastowo, 2017:80)

Efek memori tersebut membuat Soedinah bingung terhadap dirinya (self)


sehingga tidak bisa membedakan bahwa ia sudah tidak pada posisi seperti
yang ada di memorinya tersebut. Ia tidak bisa membedakan mana real dan
fantasize sehingga ia sering terdiam bahkan menangis. Memori dari generasi
pertama telah memberikan pengaruh yang sangat kuat. Kekuatan tersebut
membuat para agen historis berada pada lapisan dasar atau pondaso yang
kemudian memberikan efek membayangi (overshadow) terhadap dirinya. Hal
itu terfragmentasi dan secara tidak sadar menciptakan investasi imajinasi dan
proyeksi terhadap Wagimin dan kisah tragis mereka.

2. Transmisi Afiliatif

Tokoh Trisnah merupakan generasi ketiga penerima transmisi memori yang


kuat terhadap peristiwa kelam melawan penjajah, kisah-kisah orang-orang
yang dibuang, penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan. Peristiwa-peristiwa
kelam tersebut menjadi memori yang menimbulkan dampak trauma terhadap
pelakunya bahkan orang yang menerima memori tentang peristiwa tersebut

67
melalui cerita, foto hingga nisan. Selain dari pihak keluarga, Trisnah
menerima transmisi memori dari luar lingkungan keluarga.

Menjadi wartawan dar TV NPO adalah salah satu jalan di luar keluarga yang
mampu melegitimasi memori yang ditransmisikan oleh keluarganya terutama
neneknya.

Melalui TV NPO, Trisnah bertemu dengan teman-teman sebaya dalam hal ini
rekan kerjanya. Dari merekalah Trisna mengetahui lebih dalam mengenai
informasi dari memori sang nenek. Tokoh Trisnah merupakan agen
postgeneration sebagai penghubung antara memori kisah masa lalu dan
sekarang. Berdasarkan hal tersebut Trisnah melalkukan returning journey
guna mendekatkan dirinya terhadap realitas.

Returning journey dilakukan melalui penelusuran akan sejarah melalui TV


NPO. Trisnah menggali informasi kepada Aditya yang merupakan keturunan
Jawa-Maluku. Dari Aditya-lah, Trisnah mendalami memori mengenai orang-
orang yang dilarang kembali ke Indonesia, orang-orang eksil, mantan prajurit
KNIL dan lain-lain. Seperti halnya nenek dan kakek Trisnah yang tidak bisa
kembali ke Indonesia, orangtua Aditya juga termasuk dari orangorang yang
terpisah dari keluarganya karena tidak diizinkan kembali ke Indonesia.

“kelingan yen bapakku iku wong buwangan sawise Indonesia merdika. Aku
bisa mulih menyang Jawa amarga duwe druwang paspor Walanda, ananging
seje karo bapakku. Dheweke saumur uripe kayane ora bakal bisa mulih
amarga wonge wis ora bisa mlebu maneh amarha dituduh mlebu pakumpulan
kang gawe ontran-ontran jamane mudhune Soekarno biyen. Sanajan bapakku
ora melu,ujare Aditya”. (Prastowo, 2017:96)

“teringat Bapakku adalah orang buangan setelah Indonesia merdeka. Aku bisa
pulang ke Jawa karena mempunyai paspor Belanda, tetapi berbeda dengan
bapakku. Dia seumur hidupnya tidak akan pernah bisa pulang, tidak akan
pernah masuk karena dituduh masuk perkumpulan yang membuat keributan
jaman turunnya Soekarno dulu. Walaupun bapakku tidak ikut, kata Aditya”.
(Prastowo, 2017:96)

68
Melalui kantor tempat ia bekerja, Trisnah diharuskan bertemu dengan banyak
orang apalagi yang seusia. Keadaan yang demikian memudahkan Trisnah
mencari kebenaran memori dari neneknya tersebut. Aditya merupakan
keturunan Jawa yang juga tinggal di Belanda karena ayahnya digolongkan ke
dalam daftar orang buangan yang tidak bisa kembali ke tanah air. Transmisi
Afiliatif pada novel ini adalah kantor TV NPO. Melalui tokoh Aditya yang
merupakan teman kerja yang sama-sama ditugaskan untuk mencari berita
mengenai orang-orang buangan, Indies dan tentang apapun yang ada
kaitannya dengan Jawa.

a. Hypermaskulinezed terhadap Pemerintah Indonesia dan Belanda

Transmisi familial dan transmisi afiliatif pada novel ini menimbulkan


pertentangan. Adanya pertentangan tersebut, memicu sebuah krisis dalam diri
tokoh Trisnah akan memori yang telah ia terima. Berdasarkan hal tersebut,
tokoh Trisnah melakukan return journey untuk memperoleh kebenaran akan
memori yang ia peroleh. Return journey dimulai dengan mengunjungi
tempat-tempat yang diceritakan oleh neneknya. Proses journey yang dilakukan
semata-mata untuk mendekatkan dirinya terhadap realitas melalui objek-objek
yang ada di sana.

Pertentangan yang terjadi berdasarkan memori yang diterima oleh tokoh


Trisnah sebagai agen postmemory membawanya kepada tema menyelamatkan
image dari orang buangan dan Indies. Proses identisifikasi terhadap other
sebagai sumber trasnmisi membuat adanya pengalihan citra buruk yang
terlanjur melekat. Citra buruk sebagai orang-orang yang turut pergi dari
Indonesia dan ikut dengan Belanda ketika perang kemerdekaan. Orang
buangan dan Indies sebagai pelaku dialihkan kepada fakta sosial bahwa tidak
semua orang buangan dan Indies adalah orang yang turut memerangi
Indonesia. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya memperbaiki efek masa lalu
untuk membebaskan orang buangan dan Indies dari perpretator menjadi
victim. Selain itu tujuan lain adalah mempertemukan saudara-saudara dari
orang-orang buangan ataupun Indies yang di Indonesia.

69
Tokoh Trisnah menerima memori traumatis yang dialami oleh tokoh Simbah
Soedinah dan orang-orang buangan lainnya. Proses transmisi terebut
seakanakan memposisikan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda
adalah hypermasculinez sedangkan posisi orangorang buangan dan Indies
adalah feminized. Inlander adalah sebutan untuk masyarakat pribumi dalam
hal ini yang terjajah. Sedangkan Indies adalah warga keturunan Belanda yang
pada saat tragedi perang melawan penjajah, mereka dianggap sebagai antek
Belanda. Fuji menggambarkan hypermaskulinezed terhadap Belanda.

Melalui tokoh-tokoh orang-orang buangan, digambarkan bahwa Belanda


menguasai semua sektor di Indonesia. Belanda yang hanya ingin tanah dan
kekayaan Indonesia melakukan berbagai cara demi tercapainya tujuan mereka
tersebut. Belanda bahkan menikahi perempuan-perempuan Indonesia untuk
melanggengkan hegemoni kekuasaannya tersebut, sehingga lahirlah orang-
orang Indies. Hegemoni Belanda kala itu sangat kuat terhadap Indonesia,
sehingga beberapa wilayah seperti Maluku memilih untuk ikut dengan
Belanda. Hal tersebut dikarenakan janji Belanda untuk memberikan
kemerdekaan bagi wilayah Maluku. Namun pada kenyataannya Belanda tidak
menepati janjinya tersebut. Warga maluku dan orang-orang dari wilayah lain
ikut Belanda pulang ke negaranya. Warga yang ikut dalam rombongan
tersebut tidak sedikit yang karena dipaksa untuk ikut sebagai pekerja.

Sedangkan Hypermaskulinized terhadap Indonesia adalah peraturan yang


dibuat oleh pemerintah Indonesia. Peraturan tersebut bagi orang-orang yang
ikut ke Belanda, bahkan orang-orang yang dikirim untuk misi kebudayaan
bahkan sekolah, pada masa pemerintahan Soeharto tidak diperbolehkan
kembali ke Indonesia. Hal tersebut dikarenakan pemerintah Indonesia
beranggapan mereka sudah memiliki ideologi yang berbeda dengan Indonesia
bahkan dianggap telah mengikuti kelompok yang akan menghancurkan
Indonesia. Sikap gebyah uyah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia
terhadap orang buangan dan Indies tersebut dinilai sangat tidak adil.

70
b. Feminized terhadap Indies dan “orang-orang buangan”

Melalui hypermaskulinized terhadap Indonesia dan Belanda ini, fuji


menggambarkan bahwa orang-orang buangan dan Indies ini justru mengalami
feminized atau infantilized. Di dalam bukunya (Hirsch, 2012) mengatakan
bahwa strategi cropping merupakan strategi yang paling sering digunakan para
penulispenulis post-generation di dalam karyanya (Fernanda, 2017:89). Fuji
melakukan cropping dalam novel Kadang Suriname Sanak Merapi ini. Fuji
tidak melakukan generalisasi terhadap Indies dan orangorang buangan yang
terlanjur terlabeli sebagai penghianat bangsa saat Indonesia tengah
memperjuangkan kemerdekaan. Fuji justru melihat bahwa mereka adalah
victim sebagai orang-orang yang tidak selalu bersalah. Melalui tokoh Om
Roni, fuji menonjolkan tokoh Indies guna menghilangkan stereotype sebagai
antek Belanda.

“ya amarga aku rumangsa luwih Jawa. Atiku iki Jawa, sanajan pawakanku
Landa. Ya iku amarga sejarah Indonesia padha nelakake, yen kabeh wong
pawakan Landa iku ala. Kamangka, ora bisa digebyah uyah, amarga uga akeh
kang nduweni rasa tresna marang Jawa.(Prastowo, 2017:114) “ya karena aku
merasa lebih seperti orang Jawa. Hatiku ini Jawa, walaupun posturku Belanda.
Ya itu karena sejarah Indonesia semua menceritakan, bahwa orang Belanda
semua jahat. Padahal, tidak bisa disamaratakan, karena juga banyak yang
memiliki rasa cinta terhadap Jawa. (Prastowo, 2017:114)

Narasi tersebut di atas adalah salah satu rasa keberpihakan penulis terhadap
Indies. Sejarah menyebutkan Belanda adalah prepertator, demikian halnya
Indies atau masyarakat keturunan Belanda. Namun melalui tokoh Om Roni,
Fuji menghilangkan stereotype yang melekat pada masyarakat Indies. Melalui
novel ini, pengarang ingin menekankan tidak semua Indies melakukan
kejahatan pada masa perang kemerdekaan. Sebagian dari mereka merupakan
bystander dengan kata lain sebagian Indies tidak bertindak bahkan tidak
terlibat dalam kejadian perang tersebut bahkan justru powerless. Hal tersebut
tidak menutup kemungkinan bahwa Indies juga merupakan victim dari konflik
politik pada negara yang mengalami penjajahan Belanda. Mereka dan orang-

71
orang buangan lainnya berada di antara konflik dan dua negara. Indies dan
orang-orang buangan pada akhirnya memiliki identitas yang ambigu. Hingga
pada akhirnya, jauh setelah peristiwa itu Indies dan orang buangan lainnya
diijinkan untuk menetap di Belanda, dikarenakan mereka tidak diperbolehkan
kembali ke Indonesia. Kerugian mereka sangat besar dan menyisakan trauma,
karena harus tinggal jauh dari keluarga dan tanah kelahiran. Selain itu untuk
tinggal di negara baru, lingkungan baru sangat sulit. Sehingga yang tersisa
hanya puing-puing memori yang berbalut dengan kerinduan. Luka mereka
masih menetap dalam diri mereka, dalam tubuh mereka, dalam pikiran
mereka. Sehingga melalui langkah returning journey tokoh Trisnah dan
kawan-kawan kerjanya adalah salah satu langkah untuk merekonstruksi
memori.

c. Returning Journey sebagai Upaya Rekonstruksi

Memori Perjalanan tokoh Trisnah ke Jawa selain tujuannya bekerja, ia


mendekatkan diri ada realitas-realitas dari memori sang nenek. Peraturan yang
menjegal kembalinya simbah Soedinah ke tanah air, membuat Trisnah
bertekad untuk mendatangi Jawa. Pesan untuk menyatukan kembali Soedinah
dengan kakaknya dimediasi melalui liontin berbentuk keris. Melalui lambang
keris itulah memori traumatis dari Soedinah terwakili untuk kembali
merasakan udara tanah air.

Fuji menceritakan bagaimana memori traumatis tentang Indonesia dari


neneknya dapat terekam dan bersemayam dalam diri Trisnah. Kebenciannya
terhadap Indonesia, dikarenakan ia mendengar cerita pilu tentang sejarah
hidup sang kakek dan nenek yang menjadi korban penculikan. Serta diikuti
dengan cerita-cerita dari orang-orang eksil atau buangan dimana tidak dapat
kembali ke Indonesia dikarenakan peraturan. Hal-hal yang demikian pada
awalnya membuat Trisnah bahkan tidak mau mengakui bahwa ia adalah
seorang Jawa. Namun ketika ia kembali ke Indonesia, ia mengunjungi tempat
dan daerah neneknya tinggal. Ia merasakan hal yang aneh dan berbeda.
keramahaan dan daya magis yang ada di tanah air membuat Trisnah merasa
nyaman dan hilang kebenciannya terhadap Indonesia.

72
Simpulan

Novel Kadang Suriname Sanak Merapi ini adalah karya Fuji Riang Prastowo
yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta sebagai salah satu
pemenang sayembara dalam Sayembara Nyerat Novel Basa Jawa 2017.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memori traumatis
Tokoh Trisnah dibentuk oleh transmisi familial dan transmisi affilial. Dalam
transmisi familial, Trisnah mendapatkan memori masa lalu tentang Jawa,
Indonesia dan Belanda. Memori dari generasi pertama diperoleeh Trisnah
melalui neneknya. Memori masa lalu dari generasi kedua diperoleh Kakmi
melalui orang tuanya. Memori masa lalu dari generasi sezaman diperoleh
Kakmi dari Aditya yakni teman satu kantornya. Dalam transmisi affilial,
Trisnah sebagai anak serta agen historis yang berinteraksi dengan dunia luar
juga menerima memori masa lalu tentang Jawa, Indonesia dan Belanda.

Dalam novel ini menampilkan bahwa pemerintah Indonesia dan Belanda


mengalami Hypermaskulinized. Sedangkan Indies dan orang-orang buangan
mengalami Feminization. Fuji selaku pengarang melakukan cropping dengan
cara menonjolkan narasi Indies dan orang buangan guna mengubah streotype
yang melekat sebagai salah satu prepetrator. Fuji menganggap bahwa tidak
semua Indies dan orang buangan adalah pelaku kejahatan yang terlibat dalam
perang kemerdekaan. Akan tetapi diatara mereka adalah victim dari konflik
politik yang terjadi ketika perebutan kemerdekaan Indonesia. Returning
journey yang dilakukan Trisnah adalah dalam rangka rekonstruksi memori
sehingga dapat memperbaiki anggapannya tentang kesalahan Indonesia.
Kemudian ia mulai mencintai Indonesia.

3.3 Memori Sejarah Sebagai Sumber Fakta Peristiwa


Patut diingat bahwa para ilmuwan yang bereksperimen dengan konsep
kesadaran bukanlah para pencinta New-Age atau kaum hippies Haight-Asbury
yang berupaya mencapai “tingkat kesadaran yang semakin tinggi”. Era 1990-
an menjadi decade keemasan bagi studi-studi kesadaran, yang ditandai oleh
membanjirnya publikasi dan minat-0minat ilmiah mengenai kesadaran
(Zeman, 2001). Minat terhadap kesadaran terus berkembang hingga saat ini.

73
Zeman (2001) membagi kesadaran ke dalam empat kategori: -Kondisi terjaga
(waking state), yakni kondisi saat kita mempersepsi dan berinteraksi-
Pengalaman, yang merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-
peristiwa yang berlangsung disekeliling kita. -kondisi mental kita, yang
meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat dan kesadaran diri kita, yang
meliputi rekognisi-diri, pengetahuan-diri, perasaan kepemilikan atas pikiran-
pikiran, ide-ide dan perasaan-perasaan kita sendiri.
Memori selalu dikaitkan dengan proses aktif seseorang di dalam mencari,
menyimpan/mengorganisasikan, dan menyebarluaskan informasi yang ada di
luar dirinya untuk ditemukan kembali oleh para pencari informasi. Oleh
karena manusia senantiasa mencari sesuatu dalam hidupnya, apa yang dicari
tersebut adalah informasi yang membantu seseorang dalam memperlancar
kehidupannya, baik untuk urusan praktis maupun keilmuan. Proses ini
melibatkan unsur memori, baik memori internal dalam diri seseorang maupun
memori eksternal, yang umumnya terdapat dalam literatur dan pangkalan data
atau dari memori orang lain terutama memori para pakar, karena dalam
memori tersebut terkandung atau tersimpan beragam informasi yang
berbentuk pengetahuan, pemahaman, kebijaksanaan atas suatu ilmu yang
diinginkan dan dibutuhkannya. Proses pencarian informasi, antara lain,
dikemukakan oleh Ellis, Cox, dan Hall (1993). Mereka mengungkapkan
proses pencarian informasi para ilmuwan bidang sosial dalam delapan tahap,
yaitu, starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting,
verifying, dan ending.
Memori sebagai sumber fakta Peristiwa-peristiwa di masa lalu seringkali
kita simpan dalam ingatan, terutama peristiwa yang sangat membekas dalam
sanubari kita. Dibawah ini contoh peristiwa atau kejadian memori (trauma)
diantaranya:

74
No Nama Waktu Pihak yang Dampak&Kerugian Gambar
Kejadian Kejadian terkait
1. Gerakan 30 - Pelopor: - Kekuatan politik di
30 Sept 1965 Amir Indonesia sudah hancur
September Syarifuddin dan setelah kegagalan
1965 Muso kudeta tersebut.
Partai - Pemimpin: - Kewibawaan Presiden
Komunis D.N Aidit Soekarno berkurang.
Indonesia - Yang terlibat: - Bersatunya TNI dan
(G30SPKI PKI, TNI AD, kaum agama untuk
) Presiden membalas PKI.
Soekarno - Pembantaian orang-
orang yang
berhubungan dengan
PKI secara besar-
besaran.
- Timbulnya demonstrasi
besar yang dilakukan
oleh rakyat, mahasiswa,
KAMI dan KAPPI.
- Reshuffle kabinet untuk
memenuhi Tritura.
- Presiden Soekarno
mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret
atau yang sering
disebut Supersemar.
- Pelarangan organisasi
dan partai berhaluan
marxisme, leninisme
dan komunisme hingga
saat ini.

75
2. Tragedi 12 Mei Mahasiswa - Gugurnya beberapa
Trisakti 1998 Trisakti, mahasiswa sebagai
Pemerintah pahlawan reformasi
- Mundurnya Soeharto
dari jabatan sebagai
Presiden Republik
Indonesia
- Lumpuhnya
perdagangan
- Sebanyak ratusan
warga keturunan
meninggalkan
Indonesia
- Terganggunya
transportasi
- Lahirnya TAP MPR
No. XVII/MPR/1998

3. Tragedi 11 Warga Amerika - 4 pesawat dibajak


9/11 Sept 2001 Serikat, - Menara kembar WTC
(WTC/ Kelompok teroris hancur karena serangan
World Al-Qaeda dari pesawat terbang
Trade yang di bajak
Center) - Lumpuhnya Bursa
Efek New York
- 53 persen warga
muslim mengalami
kesulitan.
4. BOM Bali 12 Okt Masyarakat Bali, - Bangunan-bangunan
2002 ISIS, dan WNA rusak parah
Pukul yang ada di Bali - Bangunan sekitar ikut
23.15 terkena dampak dari

76
ledakan
- Membuat trauma
mendalam terhadap
masyarakat bali
- Adanya kecurigaan
masyarakat bahwa
pengeboman ini adalah
rencana dari ISIS
- Membuat sektor
pariwisata Bali
menurun.
5. Tragedi 13 Nov Mahasiswa, - 17 warga sipil tewas, 1
Pembantai 1998 & 24 Presiden, Aparat mahasiswa tewas, 12
an Sept 1999 keamanan orang tewas, dan 217
Semanggi orang luka-luka.
1&2 - Agenda reformasi telah
ditetapkan melalui
berbagai ketetapan
MPR dan berbagai
produk perundang-
undangan yang baru,
tetapi setelah
berlangsung lebih dari
12 tahun lamanya,
terasa bahwa reformasi
berjalan secara belum
terarah.
- kekuasaan yang pada
waktu dulu bersifat
otoriter, sekarang harus
bersifat demokratis,
pemerintahan yang

77
terpusat harus menjadi
desentralisasi.
- Rasionalitas dan
objektivitas telah
tersisihkan sehingga
muncul egoisme,
perseorangan maupun
kelompok tanpa
mengidahkan etika,
moral, norma, dan
hukum yang ada.
6. Peristiwa 12 Sept jemaat mesjid - Korban yang lolos dari
Tanjung 1984 Assa’dah, petugas maut dan sempat
Priok Babinsa setempat, merasakan dinginnya
sersan satu sel penjara hingga
Hermanu. sekarang mengalami
trauma psikologis
selama berpuluh tahun
dan kerap mengalami
mimpi buruk hingga
saat ini.
- Banyak korban tewas
dan korban luka yang
angkanya tidak bisa
dipastikan, serta
sejumlah gedung juga
rusak karena terbakar.
- Militer melaporkan
bahwa mereka dipicu
oleh seorang pria
berpakaian militer
palsu yang

78
membagikan selebaran
anti-pemerintah
bersama dengan 12
komplotannya;
dilaporkan dari orang
yang ditahan.
- Setidaknya 169 warga
sipil ditahan tanpa
surat perintah dan
beberapa dilaporkan
disiksa.
- Para pemimpin
ditangkap dan diadili
karena tuduhan
subversif, kemudian
diberi hukuman
panjang.
- Banyaknya kerugian
materiil seperti
kehilangan harta benda
dan tempat tinggal.
- Adanya anggota
keluarga yang hilang
dan tidak diketahui
dimana keberadaannya
hingga sekarang.

7. `Tsunami 26 Masyarakat Aceh, - Setelah gempa


Banda Desember Khao Lak di berkekuatan besar
Aceh 2004 Thailand dan terjadi, gempa susulan
sebagian Sri terus terjadi di lokasi
Lanka dan India. yang sama.

79
- Tsunami Aceh disebut
paling mematikan
dalam catatan sejarah
karena menelan banyak
korban
- Indonesia dinyatakan
sebagai kawasan
bencana tsunami
terparah.
- Tercatat lebih dari 230
ribu korban. Korban
tersebut tersebar di 14
negara yang juga
terkena dampak Gempa
dan Tsunami.
- Di Indonesia, terdapat
160 ribu jiwa yang
menjadi korban.
- Merusak infrastruktur
bangunan, tumbuhan,
dan puluhan ribu orang
kehilangan tempat
tinggal dan terpaksa
mengungsi.
- Mengeluarkan banyak
dana pemerintah untuk
pembangunan pasca
tsunami.
- Bantuan dari pihak
asing pun berdatangan.
- Hingga sekarang
peristiwa ini dikenang

80
oleh seluruh dunia,
khususnya masyarakat
Indonesia.

8. Predator Jan 2015 Reynhard Sinaga, - Divonis penjara


Seks - Mei korban laki-laki seumur hidup atau
Reynhard 2017 Manchester, minimal 30 tahun.
Sinaga Reynhard Inggris. - Korban mencapai 195
Sinaga orang.
melakuka - Dinyatakan sebagai
n "pelaku pemerkosaaan
tindakann terbesar dalam sejarah
ya. Inggris".
6 Jan - Menimbulkan
2020, traumatis yang tinggi
dijatuhi terhadap korban, yang
hukumann berujung depresi dan
ya. bahkan mencoba bunuh
diri.
- Berita yang
diungkapkan di media
sosial terkait kasus ini
sangat dirasakan juga
oleh warga biasa.
- Pendapatan para
pemilik klub malam
dan pub menurun.

9. 23 Sep Warga Wamena, - Jumlah korban jiwa ada


Tragedi
2019 Aparat 40 orang warga sipil
Wamena
Keamanan, Para yang terdiri dari 15
Berdarah
Pelajar, Seorang warga Papua dan 25

81
Guru, warga non non Papua.
Papua. - Korban
luka/penembakan dan
penikaman 82 orang,
yang terdiri dari 44
orang warga Papua dan
38 orang non Papua.
- Pembakaran ruko-ruko:
31 unit. Pembakaran
rumah: 27 unit. Pasar:
1 unit. Kendaraan roda
dua: 150 unit dan 100
unit roda empat. Serta
10 gedung perkantoran.
- Sekitar 17 ribu
pengungsi mengantre
untuk eksodus.
- Meninggalkan trauma.

10. Gempa Selasa Semua warga - Banyaknya korban jiwa


Jepang (22/11/201 Jepang setidaknya 42 orang
6) telah dinyatakan
meninggal akibat
gempa tersebut.
- Berdampak pada
jalannya industri-
industri.
- Mempengaruhi bursa
Jepang.

82
11. Pertempur 20 Pasukan tentara - Pasukan militer dan
an Oktober- sekutu dari pejuang rakyat
Ambarawa 15 inggris, rakyat Indonesia berhasil
desember Indonesia dalam upayanya
1945 memukul mundur
pihak sekutu dan NICA
ke Semarang, juga
berhasil merebut
kembali wilayah
kedaulatan Indonesia.
- Sekutu berhasil dipukul
mundur ke Semarang
dan melepaskan
kedudukan mereka di
Ambarawa.
- Menambah semangat
rakyat untuk bergotong
royong dan
menumbuhkan
semangat nasionalisme
untuk mempertahankan
Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
- Mengenalkan strategi
“Supit Urang” yaitu
siasat dalam
mengepung musuh
yang dilakukan secara
serentak dari dua sisi
sekaligus, secara
bersamaan dan
langsung.

83
- TNI menjadikan
tanggal 15 Desember
sebagai Hari Infanteri
atau Hari Juang Kartika
sebagai dampak
pertempuran
Ambarawa.
- Sejarah Monumen
Palagan Ambarawa
dibuat untuk
mengenang
pertempuran tersebut.
Ketahui juga mengenai
sejarah museum
Ambarawa yang
tadinya berupa stasiun
kereta api militer.
- Banyaknya pejuang
dari pihak Indonesia
yang kehilangan
nyawa.
- Gugurnya Letkol
Isdiman Suryokusumo
karena serangan dari
pesawat Mustang, yang
mengakibatkannya
terluka di bagian paha
dan wafat dalam
perjalanan menuju ke
rumah sakit.
- Keamanan rakyat
setempat terancam,

84
begitu juga dengan
rakyat di Magelang dan
juga memakan korban
penduduk sipil.
- Terhentinya aktivitas
perekonomian dan
kehidupan social.
12. Bandung 23 Maret Tokoh" Bandung - Adanya kekompakan
lautan api 1946 lautan api: antara pemerintah sipil,
Kolonel Abdul TRI dan rakyat dalam
Haris Nasution, melakukan
Muhammad Toha pengungsian dan
dan Ramdan pembumihangusan.
Atje Bastaman, - Memberikan kerugian
Rukana, Sutan yang sangat besar bagi
Syahrir, Ismail masyarakat Bandung,
Marzuki.Dan karena kerusakan
pasukan tentara infrastruktur yang
sekutu. terjadi akibat peristiwa
itu. Oleh karena rumah
rakyat sipil juga
terbakar sehingga
menyebabkan kerugian
bagi rakyat.

13. Peristiwa 15 Januari Mahasiswa yang - Pemberhentian


Malari 1974 berdemo, Soemitro sebagai
(malapeta soeharto, Deputi Panglima
ka soemitro, Tanaka Angkatan Bersenjata
limabelas kakue, Aji dari Panglima
januari) Mustopo, dan Kopkamtib pada awal
banyak lagi pemerintahan Orde

85
Baru. Pada awal 1970-
an, beliau sering
memanggil para
menteri ke kantornya
dan mengadakan rapat
mingguan. Langkah
tersebut menjadikan
Ali Moertopo
mempertanyakan
Soeharto tentang
manuver yang
dilakukan Soemitro.

14. peristiwa 16 Ir. Soekarno - Bangsa Indonesia


rengasden Agustus (1901 – 1970), mendapatkan
gklok 1945 Moh. Hatta (1902 kemerdekaannya lebih
pukul – 1980), Achmad cepat daripada yang
03.00. Subardjo (1986 – dijanjikan oleh pihak
WIB 1978), Chaerul Jepang yaitu tanggal 24
Saleh (1916 – Agustus 1945.
1967), Wikana - Dipercepatnya
(1914 – 1966), pengumuman
Soekarni (1916 – kemerdekaan Indonesia
1971), D. N. Aidit telah berhasil
(1923 – 1965) menghindarkan
Soekarno Hatta dari
pengaruh Jepang yang
bisa jadi justru
menghalangi
kemerdekaan
Indonesia.
- Indonesia akhirnya

86
mendapatkan
kemerdekaan yang
benar – benar
diperjuangkan selama
ratusan tahun dengan
usaha dan darah rakyat
sendiri, bukan atas
hadiah dari Jepang
sebagaimana
direncanakan
sebelumnya.
- Tercapainya kata
sepakat antara kaum
tua dan muda
melahirkan persatuan
yang kokoh antar
kedua pihak sehingga
kerjasama dapat lebih
ditekankan dengan erat
untuk kepentingan
perjuangan
kemerdekaan.
- Lahirnya negara
Indonesia yang
berdaulat dan lepas dari
penjajahan pihak
manapun.
- Menghindarkan
Indonesia dari
peralihan kekuasaan ke
pihak sekutu.
Sementara Belanda ada

87
di pihak sekutu dan
akan berusaha merebut
Indonesia kembali.

15. Serangan 1 Maret Jenderal - Meningkatkan


Umum 1949 Sudirman, Letkol semangat para pejuang
Satu Soeharto, Sri RI
Maret Sultan - Adanya perubahan
Hamengkubuwon sikap dari pemerintah
o IX, Hutagalung, AS untuk
Kolonel Bambang menghentikan bantuan
Soegeng, Letkol pembangunan yang
Ventje Sumual, selama ini menjadi
Mayor Sarjono, tumpuan perekonomian
Mayor Kusno, belanda.
Letnan Amir - Mematahkan moral
Murtono, Letnan pasukan belanda
Marsudi, - Membuktikan kepada
R.Sumardi, dunia internasional
Kolonel A.H bahwa RI DAN TNI itu
Nasution masih ada.
- Dalam hal pihak
Belanda 6 orang tewas
dan 14 orang luka-luka,
dan sementara pihak
Indonesia tercatat 300
prajurit gugur, polisi
gugur dan jumlah
rakyat yang ikut gugur
tidak bisa dihitung
secara pasti. Dan
sementara itu, menurut

88
media Belanda korban
dari pihak mereka
selama bulam maret
ialah 200 orang tewas
dan luka-luka.

16. Pertempur 10 Hariyono dan - Tewasnya pejuang


an November koesno wibowo, kemerdekaan Indonesia
Surabaya 1945 Jendral mallaby, yang mencapai 16.000
10 Bung tomo, Kh Jiwa.
November Hasyim Asy’ari - Rusaknya kehidupan
social mesyarakat
sehingga harus
mengungsi. Tercatat
sejumlah masyarakat
yang harus mengungsi
mencapai 200.000
jiwa.
- Ribuan korban jiwa
yang melayang oleh
kekejaman penjajah
tersebut berhasil
membangkitkan
perlawanan masyarakat
di seluruh wilayah
Indonesia.
- Keamanan PBB
bereaksi keras dengan
mengeluarkan resolusi
yang memaksa Belanda
untuk mengadakan
perundingan dengan

89
Indonesia yang
kesepakatannya adalah
mengakui kedaulatan
Indonesia.
17. Peristiwa 11 Warga Amerika - Membawa dampak
Amerika September Serikat besar bagi
Serikat 2011 perekonomian ‘Negeri
Paman Sam’.
- Lumpuhnya Bursa
Efek New York (New
York Stok
Exchange/NYSE)
selama satu minggu.
- Yen, Euro dan
Poundsterling
mengalami penurunan
panjang.
18. Peristiwa 28 Semua warga - Sebanya 2.256 orang
Tsunami September Donggala, Palu, meninggal dunia.
Palu 2018 dan Mamuju, - Kerugian dan
Sulawesi Tengah kerusakan akibat
bencana sebesar Rp
18,48 trilliun. Paling
besar kerugian berasal
dari sector permukiman
adalah Rp 9,41 triliun.
19. Bom 9 Agustus Semua warga - Jatuhnya banyak
Hirosima 1945 Hirosima dan korban.
dan Nagasaki - Korban Hirosima
nagasaki Wiliam S 20.000+ tentara tewas,
Parsons, 70.000-146.000 warga
Shunroku Hata, sipil tewas.

90
Paul W. Tibbets, - Nagasaki: 39.000-
Jr. 80.000 tewas.
- Terjadi Badai api
- Banyak bangunan
hancur
- Radiasi yang parah
- Penyakit mulai mucul
- Jepang menyerah tanpa
syarat

20. Pertempur 10 Hariyono dan - Tewasnya pejuang


an November koesno wibowo, kemerdekaan Indonesia
Surabaya 1945 Jendral mallaby, yang mencapai 16.000
10 Bung tomo, Kh Jiwa.
November Hasyim Asy’ari, - Rusaknya kehidupan
social mesyarakat
sehingga harus
mengungsi. Hampir
sejumlah masyarakat
yang harus mengungsi
mencapai 200.000
jiwa.
- Ribuan korban jiwa
yang melayang oleh
kekejaman penjajah
tersebut berhasil
membangkitkan
perlawanan masyarakat
di seluruh wilayah
Indonesia.
- Keamanan PBB
bereaksi keras dengan

91
mengeluarkan resolusi
yang memaksa Belanda
untuk mengadakan
perundingan dengan
Indonesia yang
kesepakatannya adalah
mengakui kedaulatan
Indonesia.

No Nama Waktu Pihak yang Dampak&Kerugian Gambar


Kejadian Kejadian terkait
1 William Di Ohio - Billy Milligan Memiliki 24 kepribadian
Stanley AS, pada - Ayah Tirinya ganda, yaitu Arthur yang
Milligan akhir - Kepribadian rasional, Ragen yang
atau Billy 1970-an. Gandanya jago berkelahi, Allen si
Milligan agnostik, Tommy si
"Houdini", Danny yang
selalu ketakutan, David
bocah penanggung rasa
nyeri, Christene si anak
sudut, Adalana yang
lesbian, Philip dan Kevin
sang kriminal, serta
beberapa karakter lagi
yang kesemuanya
muncul secara
bergantian sebagai reaksi
dari kondisi dan situasi
menekan yang dihadapi
Billy.

Kepribadian ini

92
muncul akibat dari
trauma di masa lalu yang
dilakukan ayah tirinya,
Chalmer yaitu
penganiayaan seksual
dan sadistis, juga ayah
kandungnya pun mati
bunuh diri. Ia sendiri
kerap berusaha bunuh
diri.

- Ia divonis melakukan
perampokan dan
penculikan, juga
dituduh telah
memperkosa 3 wanita
di kampus Ohio State
University.
- Dia dibebaskan dari
hukuman penjara
dengan alasan
gangguan kejiwaan. .
Sebagai gantinya,
Billy menghabiskan
satu dekade di institusi
kejiwaan.
- Orang pertama dalam
sejarah Amerika yang
dianggap tidak
bersalah atas berbagai
tindak kejahatan serius
dengan alasan tidak

93
waras.

Kisahnya ini di buku kan


oleh Daniel Keyes “The
Minds
of Billy Milligan”. Dan
juga di film kan dalam
film Split garapan M.
Night Shyamalan.
2 Joker 1981 -Seorang badut Pekerjaannya sebagai
berusia 40 tahun badut yang bertugas
bernama Arthur memegang papan
Flecker penanda di jalanan
membuatnya dirundung,
-Ibunya yang
bahkan pernah sampai
bernama Penny
terkapar di sebuah gang.
-Sophie Dumond Arthur Fleck tampak

-3 pebisnis muda terbiasa diperlakukan tak

Wall Street adil oleh lingkungan


sekitar.
-Pembawa acara
Murray Franklin Titik terbawah hidup
Arthur terjadi saat ia
-Thomas Wayne
diolok-olok oleh
-Petugas presenter yang
Departemen diperankan Robert De
Kepolisian kota Niro lewat siaran TV
Gotham nasional. Begitu banyak
kekecewaan yang
-Pelawak
membuatnya menjadi
-Penari pribadi pahit dan
akhirnya, berubah
menjadi pembunuh.

94
Arthur mengubah
identitas dirinya dengan
menjadi Joker,
menampilkan pribadi
baru yang jahat.
3 Shirley 25 Januari Syibil, Ibu Syibil Sybil bercerita tentang
Ardell 1923 – 26 dan Dokter seorang gadis dengan
Mason/Syi Februari Wilbur kepribadian yang
bil (The 1998 terpecah sehingga
Ramake): sampai terdapat 16
Gadis kepribadian dalam satu
dengan 16 tubuh. Enam belas
Kepribadi pribadi itu adalah: Clara,
an yang Helen, Marcia, Marjorie,
Berbeda Mary, Mike (laki-laki),
Nancy Lou Ann
Baldwin, Peggy Ann
Baldwin, Peggy Lou
Baldwin, Ruthie, Sid
(laki-laki), Sybil Ann,
Sybil Isabel Dorsett,
Vanessa Gaile, Victoria
Antoniette Shcarleu
(Vicky) dan kepribadian
terakhir yang tak
diketahui namanya.
Keadaan seperti ini terus
berlanjut pada dirinya
sampai ia dewasa. Tentu
saja ia tidak pernah
menceritakan
pengalamannya ini pada

95
orang lain. Itu akan
menjadi hal yang sangat
memalukan. Sybil lahir
dan dibesarkan di
Willow Corners. Sebuah
daerah kecil yang berada
di dekat perbatasan
Minnesota. Masyarakat
disana, tidak akan dapat
menerima hal-hal yang
berada diluar kewajaran.
Jangankan masyarakat,
orangtuanya sendiri pun
menganggap ”waktu
yang hilang” yang
dirasakan oleh putrinya
sebagai akibat dari
sifatnya yang terlalu
pasif untuk ukuran anak-
anak. Jadi, Sybil
memutuskan untuk
menghadapi semuanya
sendirian.

4 Kasus Minggu Korban berinisial MS merupakan salah


Bullying kedua di MS (13), saksi satu siswa SMPN 16
bulan mata 15 orang, Kota Malang yang
Januari dan pelaku 7 pendiam tidak pernah
2020 orang mengadu, sehingga di
Bully sama temen-
temennya, Menurut saksi
MS diangkat oleh 7

96
orang temannya
bersama-sama lalu
dilempar ke paving,
kemudian diangkat lagi
dan dilempar ke pohon.
Awalnya MS ini tidak
menceritakan semua
kejadiaan tersebut
kepada keluarga, tetapi
pihak Keluarga
mengetahui setelah MS
kesakitan, kemudian
keluarga
mengkonfirmasi ke
sekolahan. Ketika
keluarga nya sudah
mengetahui MS
langsung dibawa ke
Rumah Sakit Lavalette,
karena MS mengalami
luka-luka yang cukup
serius yang terpakasa
MS harus mendapatkan
perawatan medis di
rumah sakit selama
hampir satu pekan selain
itu MS juga di Ponis
harus kehilangan jari
tengah tangan kananya
harus di amputasi.

97
5 Chris Tahun Chris Costner Wanita ini merasakan
Chostner 1957 Sizemore dan kepribadian lainnya
Sizemore Anak kandungnya mulai muncul saat di
sendiri usia 2 tahun dia melihat
seorang pria diangkat
dari sebuah parit dan
lelaki itu diduga telah
meninggal. Sejak itulah
kemudian Sizemore
mengaku dia sering
bertingkah aneh, dan
sering lupa bila dirinya
telah mengakibatkan
sebuah kekacauan. Hal
itu semakin terlihat saat
dia baru saja melahirkan
anak pertamanya.

Suatu hari salah satu


kepribadiannya yang
bernama “Eve Black”
tiba-tiba mencoba
membunuh sang anak
sebelum kemudian
kepriabdian lainnya yang
dikenal dengan nama
“Eve White” berhasil
menghentikan semua itu.
Selama hidupnya Chris
sudah menemui sekitar
delapan psikiater yang
berbeda dan akhirnya
terungkap bahwa dia

98
memiliki 22 kepribadian.
Kisah Sizemore ini
kemudian juga difilmkan
pada tahun 1957 yang
membuat pemeran
utamanya mendapatkan
penghargaan bergengsi
Academy Award.

Kejadian yang telah terjadi sebagai sejarah dalam arti objektif tidak mungkin lagi
diulang atau dialami kembali, akan tetapi bekas-bekasnya sebagai memori dapat
diungkapkan atau diaktualisasikan. Bentuk pengungkapan kembali ialah
pernyataan tentang kejadian itu. Oleh karena itu, dapat dijabarkan fakta adalah
suatu statement tentang suatu kejadian atau peristiwa. Memori sebagai sumber
fakta Peristiwa-peristiwa di masa lalu seringkali kita simpan dalam ingatan,
terutama peristiwa yang sangat membekas dalam sanubari kita.

99
BAB 4

PENUTUP

4.1 Simpulan

Manusia memilki memori yang kemampuan dan kapasitas sangat besar,


sehingga tak terhitungkan besarnya. Akan tetapi tidak semua memanfaatkan
memanfaatkan kapasitas tersebut seoptimal mungkin dan lebih banyak lagi
yang memanfaatkan memori ini sekedarnya saja, sehingga banyak ruang-
ruang dalam memori seseorang yang tidak terisi bahkan tidak diisi serta tidak
diperlakukan dengan lebih baik karena berbagai faktor. Atkinson (2000)
berpendapat bahwa, para ahli psikologi membagi tiga tahapan ingatan, yaitu
-Memasukan pesan dalam ingatan (encoding) Mengacu pada cara individu
mentransformasikan input fisik indrawi menjadi sejenis representasi mental
dalam memori. -Penyimpanan ingatan (storage) Mengacu pada cara individu
menahan informasi yang sudah disimpan dalam memori. -Mengingat kembali
(retrieval) mengacu pada bagaiman individu memperoleh akses menuju
informasi yang sudah disimpan dalam memori. Pengkodean, penyimpanan dan
pengeluaran sering kali dilihat sebagai tahapan proses memori yang berurutan.
Proses ini tidak berdiri sendiri atau terpisah-pisah melainkan saling berkaitan
dan bergantung satu sama lain. Memori traumatik adalah memori yang berisi
narasi kejadian dan emosi yang lekat padanya dan dapat diaktifkan secara
sadar. Sementara memori traumatik disosiatif adalah bentuk pikiran, perasaan,
dan sensasi yang muncul dan dialami individu, tanpa aktivasi atau kendali
secara sadar, biasanya terpicu oleh sesuatu hal yang seringkali tidak disadari
oleh individu, dan muncul dalam bentuk kilas balik ingatan (flash back),
mimpi buruk, pikiran intrusif/mengganggu, dan sensasi fisik. Memori masa
lalu memberikan dampak yang luar biasa dan tidak terduga pada kehidupan
sekarang maupun mendatang. Memori kolektif merupakan masa lalu yang
secara aktif membentuk identitas kita. (Halbwach, 1992). Berbicara mengenai
memori kolektif suatu bangsa tidak luput dari trauma kolektif. Trauma
menjadi komponen penting dalam kanjian mengenai memori kolektif yang
berhubungan dengan sejarah nasional. Berbeda dengan memori kolektif,

100
nostalgia tidak mengikutsertakan trauma dalam pembahasannya. Baudrillard
(1998) menuliskan bahwa nostalgia hadir sebagai pengganti realitas yang
sudah berubah. Teori perkembangan (psikoanalisis) Sigmund Freud
mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar atau conscious, prasadar atau preconscious dan tak sadar atau
unconscious. Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi
unsur cermati (awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan
berfantasi. Menurut perspektif kognitif, memori ialah kekuatan jiwa untuk
menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada tiga
unsur dalam perbuatan ingatan, yaitu menerima kesankesan, menyimpan, dan
mereproduksikan. Berdasarkan metode penyelidikan memori, Abu Ahmadi
mengemukakan enam metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk
meneliti ingatan atau memori. Keenam metode tersebut adalah The learning
method, The Relearning Method, metode rekonstruksi, metode mengenal,
metode mengingat, metode asosiasi berpasangan.

4.2 Saran

Saran membaca makalah ini, pembaca diharapkan untuk :

1. Lebih memahami definisi memori dan tahap pemrosesan memori


2. Bisa menyimpan informasi dengan memori dalam jangka waktu tertentu
atau dengan jangka waktu yang lebih lama
3. Menghindari kerusakan-kerusakan atau disfungsi dari memori dengan cara
mencegah
4. Lebih memahi kaitan memori dengan kunci kesadaran, representasi serta
hubungan dalam sejarah maupun literatur/sastra
5. Meningkatkan daya ingat memori trauma dengan cara-cara penyelidikan
ingatan
6. Menggunakan makalah ini sebagau bahan pembelajaran
7. Menyebarluaskan materi makalah ini.

101
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Rita L. 1999. Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas, Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga.

Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Solso, Robert L. Maclin, Otto H. Maclin, Kimberly. 2007. Psikologi Kognitif


Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Irwanto. Elia, Heman. Hadisoepadmo, Antonius. Priyani, MJ Retno. Bagus


Wismanto, Yohannes. Fernandes, Cosmas. 2002. Buku Psikologi Umum. Jakarta:
PT. Prenhallindo.

Davidoff, Linda. 1988. Psikologi : Suatu Pengantar. Jakarta : Erlangga.

Hatta, Kusmawati. 2016. Trauma dan Pemulihannya, Suatu Kajian Berdasarkan


Kasus Pasca Konflik dan Tsunami. Banda Aceh: Dakwah Ar-Raniry Press.

Hall, Calvin S. 1954. Pengantar ke dalam Ilmu Jiwa Sigmund Freud. Jakarta-New
York: Yayasan Penerbitan Franklin.

Marlina, Paskalia. (2010). Dinamika Trauma Psikologis pada Dewasa Awal


Paska Konflik Gam-Ri di Aceh [Skripsi]. Semarang.

Michael Billig, Collective Memory, Ideology and the British Royal Family
(London: Sage Publishing, 1990), 60.

Bhinnety, Magdaa. 2008. “Struktur Proses Memori”. Jurnal Buletin Psikologi,


Volume 16, Nomor 74-88.

Elita, R. Funny Mustikasari. 2004. “Memahami Memori”. Jurnal Mediator.


Volume 5, Nomor 1.

Ernawati, Yunita. 2019. “Memori Traumatis dalam Novel Jawa Kadang Suriname
Sanak Merapu Karya Fuji Riang Prastowo Kajian Postmemory”. Jurnal
Lokabasa. Volume 10, Nomor 1.

102
Fernanda, Andri. 2017. ”Transmisi Memori dan Trauma dalam Mother Land
Karya Dmetri Kakmi: Kajian Postmemory. Jurnal Ilmu Sastra. Volume V, Nomor
2.

Kumalasari, I. 2016. The Book Thief Karya Maskus Zuzak: Jurnal Poetika.
Yogyakarta. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.

Harsyono, Budi. (2013). Pemanfaatan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk


Penanggulangan Bencana Asap Kebakaran Lahan dan Hutan. Jurnal
Penanggulangan Bencana, 4 (2).

Kartika, Hendra. Siti Mutmainah. 2019. “Representasi Pengetahuan Secara


Visual: Kajian terhadap Orang Tunanetra dan Pemecahan Masalah Matematika
Soal Cerita”. Jurnal Materi dan Pembelajaran Matematika (JKPM). Volume 3
Nomor 2.

Sarwanto. 2013. “Analisis Kemampuan Representasi Mahasiswa Pendidikan


Sains PPS UNS”. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika (JMPF). Volume 3,
Nomor 2.

Kurniawan, Hasan. 2013. Peristiwa 10 November 1945. (https://daerah.


sindonews.com/berita/801803/peristiwa-10-november-1945, diakses pada tanggal
2 Maret 2020).

Pratama, Aswab Nanda. 2018. Hari Ini dalam Sejarah: Serangan 9/11 di Amerika
Serikat. (https://internasional.kompas.com/read/2018/09/11/10312461/hari-ini-
dalam-sejarah-serangan-911-di-amerika-serikat, diakses tanggal 5 Maret 2020).

Dampak Gempa dan Tsunami di Palu, 2.256 Orang Meninggal Dunia.


(https://www.google.com/amp/s/www.idntimes.com/news/indonesia/amp/indiana
malia/update-dampak-gempa-dan-tsunami-di-palu-2256-orang-meninggal-dunia,
diakses pada tanggal 4 Maret 2020).

Dw. Kronologi Bencana Tsunami 2004 di Aceh.


(https://www.dw.com/id/kronologi-bencana-tsunami-2004-di-aceh/a-18146413,
diakses pada 6 Maret 2020).

103
Desideria, Benedikta. 2020. Korban Reynhard Sinaga Alami Trauma Mendalam.
(https://www.liputan6.com/health/read/4149985/korban-reynhard-sinaga-
alamitrauma -mendalam, diakses pada 6 Maret 2020).

CNN Indonesia. 2020. Kronologi Aksi Predator Seks Reynhard Sinaga


Terungkap. (https://www.cnnindonesia.com/internasional/20200107110441-134-
463039/ kronologi-aksi-predator-seks-reynhard-sinaga-terungkap, diakses pada 6
Maret 2020)

Eki, Feren. 2017. Mengikuti Kisah Billy Milligan yang Memiliki 24 Kepribadian
dalam dirinya. (https://www.idntimes.com/hype/entertainment/feren-
eki/mengikuti-kisah-billy-milligan-yang-memiliki-24-kepribadian-dalam-dirinya-
c1c2/full, diakses pada 9 April 2020).

Bevarlia, Azhari. 2017. Representasi Psikoanalisis dalam Film SPLIT.


(https://www.academia.edu/34535385/REPRESENTASI_PSIKOANALISIS_DA
LAM_FILM_SPLIT_2017_, diakses pada 9 April 2020).

Wikipedia. Billy Milligan. (https://en.wikipedia.org/wiki/Billy_Milligan, diakses


pada 9 April 2020).

Maria, Haniam. 2015. Representasi Pengetahuan: Verbal dan Visual.


(https://www.kompasiana.com/amp/honey95t/representasi-pengetahuan-
verbaldan% 20visual 54f9445da33311ab068b49c0, diakses pada 5 April 2020).

Hindi, Patta. 2012. Pentingnya Ingatan dalam


Sejarah.(https://www.kompasiana.com/
patta.hindi/550f3b02a33311b02dba8508/pentingnya-ingatan-dalam-sejarah,
diakses pada 5 April 2020)

Ali, Ausof. 2012. 15 Januari 1974, Sebuah Tragedi. (https://www.kompasiana.


com/ausofali/550d5b8a8133114322b1e422/15-januari-1974-sebuah-
tragedi?page=all #section2, diakses pada 5 April 2020).

Gun, Abraham. Teori Psikoanalisis. (https://www.gunabraham.com/teori-


psikoanalisis diakses pada 5 April 2020).

104
Habibi, Zaki. 2017.Membaca Sastra dalam Kotak-kotak Ingatan Bentukan.
(https://medium.com/ingat-65/membaca-sastra-dalam-kotak-kotak-ingatan-
bentukan-19b597723785, diakses pada 5 April 2020).

Effendy, Arif. 2017. Memori Kenangan dan Kompleksitas Ruang.


(https://sastraknowledgeukmseninanggala.wordpress.com/2017/11/03/memori-
kenangan-dan-kompleksitas-ruang/, diakses pada 5 April 2020).

Santosa, Puji. Sastra sebagai Hiburan. Badan pengembangan dan Pembinaan


Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/ lamanbahasa/content/sastra-sebagai-
hiburan, diakses pada 5 April 2020).

Angelina Hasibuan, Laura. 2016. Traumatik Akibat Kecelakaan Lalu Lintas.


(https://www.academia.edu/25412926/Makalah_Traumatik_Akibat_Kecelakaan_
LaluLintas, diakses pada 5 April 2020).

Regar, Evan. Gangguan pada Memori. Gangguan Fungsi Ingatan.


(https://id.scribd.com/doc/32210793/Gangguan-Pada-Memori, diakses pada 5
April 2020).

Sudrajat, Akhmad. Sekilas Tentang Psikoanalisis.


(https://www.google.co.id/amp/s/
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/psikoanalisis/amp, diakses pada 5
April 2020).

Bastamanography, Teori Perkembangan (Psikoanalisis) Sigmun Freud.


(https://www.bastamanography.id/teori-perkembangan-psikoanalisis-sigmund-
freud, diakses pada 5 April 2020).

Memori Penderitaan Karya Sastra. (https://www.ranalino.id/2018/10/rio-nanto-


memori-penderitaan-dan-karya-sastra.html, diakses pada 10 april 2020).

Gempa makin membuat warga jepang trauma. (https://tirto.id/gempa-makin-


membuat-warga-jepang-trauma-b5r5, di akses pada 21 maret 2020).

105
Bangsa tatar-krimea dibayangi trauma terhadap Rusia.
(https://id.rbth.com/politics/ 2014/04/22/bangsa_tatar-
krimea_dibayangi_trauma_terhadap_rusia_23655 Di akses pada 22 Maret 2020).

Maria, Hanim. 2014. Refresentasi Pengetahuan: Verbal dan Visual.


(https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/honey95t/representa
si-pengetahuan-verbal-dan-visual_54f9445da33311ab068b49c0, diakses pada
tanggal 01 maret 2020).

Sonia, Monisha. Niken, senda Anggi. Atmaja Aji. 2018 Representasi Mental
Bahasa dan Perolehan Pengetahuan.
(https://www.academia.edu/37926536/Representasi
Mental_Bahasa_dan_Perolehan_Pengetahuan, diakses pada tanggal 01 maret
2020).

Wahyu. Representasi Pengetahun.


(https://www.google.com/url?sa=t&source=web&
rct=j&url=http://wahyu_r.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/37197/Represent
asi%2BPengetahuan, diakses pada tanggal 01 maret 2020).

Uda, Sherly. 2014. Refresentasi Pengetahuan. (https://www.slideshare.net/mobile/


imamaryama/representasi-pengetahuan-secara-visual, diakses pada tanggal 04
maret 2020).

Matansi, Petrik. 2017. Pertempuran Ambarawa kemenangan yang memakan


banyak korban. (https://amp.tirto.id/pertempuran-ambarawa-kemenangan-yang-
memakan-banyak-korban-cBJN, diakses pada tanggal 5 april 2020).

Dosen Wisata. 2019. Pertempuran Ambarawa Singkat dan Sejarah Terjadinya.


(https://dosenwisata.com/pertempuran-ambarawa/ diakses pada tanggal 5 april
2020).

Evitasari. 2019. Peristiwa Bandung Lautan api.


(https://guruakuntansi.co.id/peristiwa-bandung-lautan-api/, diakses pada tanggal 5
april 2020).

106
Palesa, Ikram M. 2020. Mengenang peristiwa Malari, 15 Januari 1974.
(https://www.google.com/amp/s/www.kompasmania.com/amp/muhamadirameles
a/mengenang-peristiwa-malari-15-januari-1974/ diakses pada tanggal 5 april
2020).

Retno, Devita Sejarah Peristiwa Malari 1974 Masa Orde Baru.


(https://www.google.com/amp/s/sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasc
a-kemerdekaan/dampak-peristiwa-malari/amp, diakses tanggal 05 april 2020)

Salmadian. 2018. Peristiwa Rengasdengklok Singkat: Latar Belakang, Tokoh &


kronologinya. (https://salmadian.com/peristiwa-rengasdengklok-singkat, diakses
tanggal 05 april 2020).

Setiawan, Samhis. 2020. Serangan umum 1 maret definisi tujuan kerugian arti
penting. (https://www.gurupendidikan.co.id/serangan-umum-1-maret-definisi-
tujuan-kerugian -arti-penting/ , diakses tanggal 05 april 2020).

Rachmawati. 2020. Kasus Bully Siswa SMP di Kota Malang.


(https://amp.kompas.com/malang/read/2020/02/12/11220021/kasus-bully-siswa-
smp-di-kota-malang-kepala-sekolah-dipecat-2-siswa&ved, diakses tanggal 13
april 2020).

107
LAMPIRAN-LAMPIRAN:

1. Nilai Anggota Kelompok


No. NPM 0002 0003 0006 0019 0032 0052
1. 0002 88 87 89 87 88 88
2. 0003 84 85 85 84 85 85
3. 0006 89 88 95 90 92 91
4. 0019 85 87 87 85 86 87
5. 0032 84 84 82 85 83 85
6. 0052 87 88 88 87 88 86

RATA-RATA

1. Siti Munibah : 87,8


2. Dede Ilma Siti Halimah : 84,6
3. M. Irfan Mubarok : 90,8
4. Endang Triana : 86,1
5. Aldo Aditya Lubis : 83,8
6. Tina Suhartinah : 87,3

2. Foto Kegiatan Pemupuan Data


No. Tanggal Foto Kegiatan Keterangan
1 26 Februari Kelompok kami
2020 mendiskusikan
susunan
Makalah dan
membagikan
pembagian
penyusunan data

108
(Lokasi: Ruang Kelas Gedung C)

2 5 Maret Kelompok kami


2020 sedang mencari
data-data
sebanyak
mungkin

(Lokasi: Perpustakaan FIB Unpad)

109
3 29 Maret Beberapa
2020 kelompok kami
sedang
mendiskusikan
penyelesaian
makalah yang
disusun

(Lokasi: Rumah masing-masing)

4. 29 Maret Pertemuan
2020 daring ke-2 Me-
review hasil
materi yang
telah di
diskusikan

110
5. 1 April Tugas akhir
2020 bagi-bagi
penyusunan
proses makalah

(Lokasi: Rumah masing-masing)

3. Catatan Kecil Pengalaman Memupu Data

1. Ketika pembagian materi kelompok, kelompok kami mendapatkan judul


Memori dan proses transmisi. Melihat dari judulnya saja sudah membuat
kita berfikir karena sebelumnya kami jarang mendengar atau agak asing
dengan kata memori serta proses transmisinya, walaupun begitu kami
harus tetap optimis dan semangat dalam mencari data.

2. Setelah pemberian judul kami berkumpul dan merencanakan akan seperti


apa proses pencarian data yang akan dilakukan.

3. Dalam kumpul perdana kali ini kami membagi-bagi apa saja yang harus
kami cari kepada tiap-tiap anggota.

4. Dalam hal pencarian data kelompok kami memulai dengan mencari data di
internet seperti di jurnal-jurnal atau di artikel.

5. Pencarian selanjutnya kami mulai mencari sumber dari buku, kami pergi ke
perpustakaan CISRAL UNPAD, di sini kami menemukan banyak kesulitan
seperti susahnya mencari buku, buku yang tidak sesuai dengan apa yang
kita cari. Setelah lama mencari akhirnya kita menemukan buku yang sesuai,
akan tetapi kebanyakan buku yang kami dapat adalah buku-buku psikologi,
akhirnya ada beberapa buku psikologi yang kami dapatkan.

111
6. Selanjutnya selain ke perpustakaan Unpad, kami mencoba mencari ke
perpustakaan FIB dan Perpustakaan FIKOM untuk mendapatkan lebih
banyak sumber. Akan tetapi kami tidak menemukan buku yang dicari,
kami pun memutuskan untuk membagi-bagi tiap orang beberapa lembar
buku yang sudah didapat ke tiap-tiap anggota kelompok untuk di resume.

7. Setiap hari kami saling mengabari satu sama lain untuk tetap terus mencari
sumber-sumber yang banyak dan valid untuk kebutuhan dalam pencarian
data.

8. Dalam pemupuan data kali ini terdapat banyak kendala, kendala yang
terbesar adalah adanya wabah virus yang sedang marak di Indonesia yaitu
virus Corona atau kita sebut Covid-19, yang membuat kita harus pulang ke
rumah masing-masing untuk mencegah penularan virus ini.

9. Oleh karena itu kita diharuskan melakukan kuliah di rumah atau kuliah
daring, memang agak sulit di awal melakukan kuliah daring tetapi kami
mencoba untuk maksimal untuk mengerjakan tugas ini, kami mencoba
dengan melakukan diskusi online melalui aplikasi yaitu whatsapp.

10. Dalam diskusi online ini kita mencoba untuk tetap update dalam hal
pemupuan data, ketua kelompok membagi tugas pada tiap-tiap anggota
untuk mencari data serta membantu dalam hal lain di penyusunan makalah.

11. Diskusi ini juga dilakukan dengan cara video call untuk membahas
sampai mana proses pengerjaan makalah ini.

12. Kurangnya kontribusi dari beberapa anggota kelompok sehingga terkesan


mengandalkan anggota kelompok yang lain.

13. Kurangnya respon beberapa anggota kelompok dalam grup whatsapp.

14. Banyaknya kendala yang dilalui ketika melakukan diskusi online.

15. Menggunakan metode daring dalam hal pembelajaran terutama dalam


kerja kelompok banyak sekali kendala, seperti tidak maksimalnya dalam
hal penjelasan materi, signal yang tidak memadai, kuota yang habis tiba-
tiba ketika sedang diskusi online.

112

Anda mungkin juga menyukai