Disusun untuk memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah Sosiologi Sastra
Dosen Pengampu:
Asep Yusup Hudayat, M. A
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Memori dan Proses Transmisi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
ujian akhir semester yang diberikan oleh bapak Asep Yusup Hudayat, M. A pada
mata kuliah Sosiologi Sastra. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang informasi mengenai memori dan proses transmisi
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
iii
ABSTRAK
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
muncul tanpa dapat dicegah atau dikendalikan, dan memerangkap individu
dalam teror dan horor berkepanjangan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dan proses memori.
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori memori.
3. Untuk mengetahui kaitan memori sebagai kunci kesadaran dan
representasi.
4. Untuk mengetahui bagaimana memori trauma dalam psikoanalisis.
5. Untuk mengetahui kaitan memori dalam literatur/sastra.
2
BAB 2
3
disatukan dengan badan dan dikaitkan dengannya di alam materi, hilanglah
semua yang telah diketahuinya dari alam ide dan realitas-realitas yang tetap,
serta lupa sama sekali akan realitas-realitas tadi. Tetapi, ia kemudian mulai
memulihkan pengetahuan-pengetahuannya melalui penginderaan
gagasan-gagasan (ide-ide) tertentu dan hal-hal partikular. Sebab, semua
konsep danhal-hal partikular itu adalah bayangan dan pantulan dari alam ide dan
realitas-realitas alam azali (abadi) di dunia yang didalamnya jiwa itu pernah
hidup. Jika ia telah menginderai suatu ide tertentu, pindahlah ia seketika ke
realitas ideal yang telah diketahuinya sebelum ia dikaitkan dengan badan.
Berdasarkan hal tersebut pengetahuan kita mengenai manusia universal--
yaitu ide tentang manusia secara universal--tidak lain adalah pengingatan
kembali realitas abstrak yang telah kita lupakan. Kita hanya dapat
mengingatnya kembali dengan menginderai manusia tertentu atau individu
tertentu yang mencerminkan realitas abstrak itu di alam materi. Jadi, konsepsi-
konsepsi umum itu mendahului penginderaan. Penginderaan tidak akan
terlaksana kecuali dengan proses melacak dan mengingat kembali konsepsi-
konsepsi tadi. Pengetahuan- pengetahuan rasional tidak berkaitan dengan hal-
hal partikular dalam alam indera. Tetapi, ia hanya berkaitan dengan realitas-
realitas universal abstrak tersebut. Teori ini berdasarkan atas dua proposisi
berikut:
(1) bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi
daripada alam materi;
(2) bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah pengetahuan tentang
realitas-realitas yang tetap di alam yang lebih tinggi, yang oleh Plato
disebut dengan archetypes.
Pada bangsa Yunani, penemuan dilakukan dengan melakukan
introspeksi, diskusi, dan pertukaran ide bahwa memori pada umumnya
didasarkan pada asosiasi, yaitu memori bekerja dengan menghubungkan
berbagai hal menjadi satu. Misalnya, segera setelah otak kita mencatat kata
“anggur” maka otak menghubungkannya dengan warna, rasa, tekstur, dan bau
dari buah tersebut, peristiwa, teman yang berhubungan dengannya. Di
samping asosiasi, bangsa Yunani menyadari bahwa agar sesuatu dapat
4
diingat, hal tersebut merupakan gambaran atau citra yang luar biasa dan
melibatkan beberapa indera. Pilar ketiga dalam prinsip memori adalah lokasi,
atau tempat mengingatkan kita akan gambaran dan asosiasi yang
menyertainya.
5
Walgito (2004), yang menjelaskan bahwa ada tiga tahapan mengingat,
yaitu mulai dari memasukkan informasi (learning), menyimpan (retention),
menimbulkan kembali (remembering). Lebih jelasnya lagi adalah sebagai
berikut:
Para ahli sepakat bahwa proses memori tidak hanya seperti yang
dijelaskan pada tersebut diatas tetapi tergantung dari mana memori dilihat,
seperti penjelasan Davis (dalam Hamberg, 2006), menurutnya informasi yang
6
masuk harus melalui tiga tahapan yang belum disimpan dalam waktu yang
lama. Tiga tahapan tersebut adalah:
b. Tahap kedua disebut memori jangka pendek (short term memory). Memori ini
terpilih untuk disimpan karena individu memberikan perhatian padanya.
Ketertarikan, kegelisahan dan kegembiraanlah yang membedakannya.
c. Tahap selanjutnya adalah memori jangka panjang (long term memory). Memori
jangka panjang biasanya rentan terhadap kelemahan otak seiring usia beranjak
tua.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tahapan daya ingat (memory) terbagi dalam
proses memasukkan informasi ke daya ingat, lalu menyimpannya, dan
kemudian membangkitkan kembali informasi yang tersimpan.
Secara umum, banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli mengenai
macam-macam daya ingat. Hal ini tergantung dari mana ingatan tersebut
dilihat, sebagian ada yang melihat dari sudut pandang jenis tugas mengingat,
lamanya waktu mengingat, atau jenis informasi yang diingat. Berikut beberapa
macam ingatan yang sering dibahas oleh beberapa ahli, yaitu:
a. Memori Sensori
7
pada akhirnya ia akan memasuki tempat penyimpanan memori jangka pendek
dan jangka panjang. Pada memori ini terdapat dua jenis penyimpanan yaitu:
Ingatan jangka panjang adalah suatu tipe memori yang relatif tetap dan
tidak terbatas. Memori jangka panjang bertambah seiring bertambahnya usia
8
selama masa pertengahan dan akhir kanak-kanak. Sistem memori jangka
panjang memungkinkan kita hidup dalam dua dunia, yaitu masa lalu dan masa
sekarang. Kemampuan untuk dapat mengingat masa lalu dan menggunakan
informasi tersebut untuk dimanfaatkan saat ini merupakan fungsi dari memori
jangka panjang (Bhinetty, 2009). Kapasitas yang dimiliki memori jangka
panjang sepertinya tidak terbatas. Informasi dalam jumlah yang sangat besar
yang tersimpan dalam memori jangka panjang, memungkinkan individu untuk
belajar, menyesuaikan diri dengan lingkungan , serta mengembangkan identitas
diri dan sejarah kehidupan (Wade, 2008).
d. Memori Kerja
9
telah dimiliki seseoranng, maka kemampuan tersebut tidak lagi memerlukan
pemrosesan secara sadar (Wade,2008). Memori implisit adalah pemanggilan
kembali informasi terkait suatu peristiwa atau suatu objek yang mempengaruhi
tindakan dan pikiran yang dilakukan tanpa usaha secara sadar. Jadi, memori
implisit dipanggil kembali secara tidak sadar (Graf & Schacter, 1985;
Schacter, Chiu, & Oschner, dalam Wade, 2008). Cara mengukur memeori ini
adalah dengan cara priming. Metode ini meminta subjek membaca atau
mendengarkan suatu informasi dan kemudian menguji apakah informasi
tersebut mempengaruhi kinerja subjek (Wade, 2008).
g. Memori Flashbulb
10
implisit dan memori flashbulb. Penelitian ini mengukur bagaimana informasi
dapat bertahan di memori jangka pendek dan dapat di panggil kembali dalam
beberapa detik atau menit serta peran memori flashbulb dalam mengingat.
11
bahwa para ilmuwan yang bereksperimen dengan konsep kesadaran bukanlah
para pencinta New-Age atau kaum hippies Haight-Asbury yang berupaya
mencapai “tingkat kesadaran yang semakin tinggi”. Era 1990-an menjadi
decade keemasan bagi studi-studi kesadaran, yang ditandai oleh
membanjirnya publikasi dan minat-0minat ilmiah mengenai kesadaran
(Zeman, 2001). Minat terhadap kesadaran terus berkembang hingga saat ini.
Zeman (2001) membagi kesadaran ke dalam empat kategori:
1. kondisi terjaga (waking state), yakni kondisi saat kita mempersepsi dan
berinteraksi;
2. pengalaman, yang merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-
peristiwa yang berlangsung disekeliling kita;
3. kondisi mental kita, yang meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat; dan
4. kesadaran diri kita, yang meliputi rekognisi-diri, pengetahuan-diri,
perasaan kepemilikan atas pikiran-pikiran, ide-ide dan perasaan-perasaan
kita sendiri.
Para filsuf telah sejak lama berminat pada kesadaran, sedangkan psikologi
baru saja mengembalikan “hubungan baik” dengan kesadaran. Francis Crick,
ilmuwan neurosains kognitif yang meraih Nobel untuk perannya sebagai mitra
penemu (codisverer) struktur DNA pada awal 1950-an, dan Christof Koch
seorang ilmuwan PhD yang memusatkan penelitian doktoralnya dalam bidang
pemrosesan informasi nonlinear, telah mengangkat kesadaran sebagai suatu
masalah yang harus diselesaikan para ilmuwan neurosains. Kedua ikmuwan
tersebut menyatakan bahwa para ilmuwan neurosains tidak berusaha sungguh-
sungguh mempelajari kesadaran karena (1) kesadaran dianggap sebagai
problem filosofis, yang sebaiknya disisakan bagi para filsuf, dan (2) upaya
mempelajari kesadaran dianggap sebagai tindakan yang “terlalu mendahului
masanya”. Crick dan Koch menyanggah kedua ide tersebut dengan
menyatakan bahwa kesadaran adalah sebuah produk yang muncul dari
aktivitas sehingga kesadaran pastilah memiliki suatu korelasi neurologis.
Setiap saatnya, sejumlah aktivitas neurologis terlibat dalam kesadaran,
sedangkan aktivitas lain tidak. Jika ini yang terjadi, dank arena sebagian besar
12
aktivitas otak terhadap fungsi-fungsi tertentu terpusat di tempat-tempat
spesifik, para peneliti dapat memisahkan proses-proses yang tidak terlihat
dalam kesadaran dengan yang terlibat (Crick&Koch,1998). Usaha Crick dan
Koch untukmenemukan korelasi neural dari kesadaran telah mengusik dan
menginspirasi ilmuwan dan filsuf. Beberapa kritikus (Noe&Thompson, 2004;
dan beberapa kritikus lain) menyatakan bahwa pencairan terhadap korelasi
neural kesadaran (neural correlation of consciousness) adalah tindakan
reduksionistik yang sia-sia, dan penemuan suatu region otak yang
diasosiasikan dengan suatu pengalaman perseptual tidaklah berarti penemuan
pusat (locus) kesadaran. Dengan demikian, pencairan tersebut akan menjadi
suatu “mutu manikam” bagi ilmu kesadaran yang harus berkembang, dan juga
menjadi suatu batu loncatan yang penting dalam pencairan terhadap suatu
teori umum dari hubungan anatara proses-proses fisik dengan pengalaman
sadar”.
13
Attention (Atensi; Perhatian): pemusatan sumber daya mnetal ke hal-hal
eksternal maupun internal. Kita dapat mengarahkan atensi kita peristiwa-
peristiwa eksternal maupun internal, dan oleh sebab itu, kesadaran pun dapat
kita arahkan ke peristiwa-peristiwa eksternal maupun internal. Bagian dari
kesadaran ini diacu sebagai “lampu sorot” (spotlight) dan serupa dengan
metafora atensi sebagai lampu sorot yang memusatkan berkas sinar kea rah
yang menarik minat kita. Saat mengunjungi suatu pantai. Sebagai contoh,
Anda mungkin mengamati burung-burung di langit pada suatu saat dan
kemudian mengarahkan “lampu sorot” Anda ke sebuah kapal yang tampak di
kejauhan, dan selanjutnya mengarahkan “lampu sorot” tersebut ke seorang
turis yang sedang berjemur di pantai. Secara konstan kita menggerakan focus
atensi kita. Atensi kita terhadap suatu objek tidaklah bersifat arbitrer
(sewenang-wenang), melainkan dikendalikan oleh suatu “mata pelacak”
(searching eye) mencari detail-detail yang bila dikombinasikan dan
diintegrasikan ke dalam pengetahuan dunia yang lebih luas, akan membentuk
fondasi bagi kesadaran yang lebih komprehesif. Kita melihat objek-objek
dengan sangat jelas hanya ketika objek-objek tersebut berada persis di tengah
medan penglihatan kita, sesungguhnya mata kita benar-benar bergerak dari
detail ke detail objek yang ada dihadapannya.
Pada saat ini, Anda bias saja menghadirkan bayangan seorang tokoh
ternama dalam benak Anda. Dengan sama baiknya, Anda mampu
menghadirkan pikiran-pikiran sadar dan memori-memori dari masa lalu Anda,
yang merupakan suatu fitur yang bekerja bersama-sama dengan proses recall
pengetahuan.
Wakefulness (Kesiangan;Keterjangan): kontinun dari tidur hingga terjaga.
Kesadaran sebagai suatu kondisi kesiagaan, memiliki komponen arousal.
Dalam bagian kerangka kerja AWAREness ini, kesadaran adalah suatu
kondisi mental yang dialami seseorang sepanjang hidupnya, dalam setiap
harinya. Sebagai contoh, kemarin malam Anda tidur dan sekarang ini Anda
terjaga (seharusnya) – itulah dua kondisi (state) kesadaran yang berbeds secara
radikal. Jika Anda meminum secangkir kopi yang kuat, Anda bahkan lebih
terjaga lagi. Dengan demikian, kita dapat membayangkan bahwa kesadaran
14
terdiri dari berbagai level AWAREness dan eksitasi yang berbeda-beda. Kita
dapat mengubah kondisi kesadaran kita menggunakan meditasi, obat-obatan,
maupun atensi yang intensif.
Architecture (Arsitektur): lokasi fisik sturktur-struktur fisiologis (dan
proses-proses yang berhubungan dengan struktur-struktur tersebut) yang
menyokong kesadaran. Para ilmuwan kognitif pada masa kini sedang
menghadapi sebuah tugas sulit untuk mengungkap beragam bentuk kesadaran.
Kesadaran bukanlah sebuah proses tunggal yang dilakukan oleh sebuah
neuron tunggal, melainkan dipertahankan melalui sejumlah besar proses-
proses neurologis yang diasosiasikan dengan interpretasiterhadap fenomena
sensorik, semantic, kognitif, dan emosional, yang ada secara fisik maupun
secara imajinatif. Sebagai contoh, sejumlah besar proses-proses psikologis dan
perilaku yang dihasilkannya dilaksanakan dalam tataran tidak sadar
mengemudikan mobil Anda, memukul balik sebuah serve tenis yang cepat,
mundur dengan cepat dari seekor ular karincing (rattlesnake). Tindakan-
tindakan tersebut tampaknya berlangsung secara otomatis sebagai hasil dari
pengalaman. Sesungguhnya, seluruh otak tampaknya terlibat dalam berbagai
aspek yang berbeda dari AWAREness yang sadar.
Recall of Knowledge (Mengingat Pengetahuan): proses pengambilan
informasi tentang pribadi yang bersangkutan dan dunia di sekelilingnya.
Kesadaran memampukan manusia mendapatkan akses ke pengetahuan melalui
proses recall (dan rekognisi) terhadap informasi mengenai diri pribadi dan
mengenai dunia ini. Proses tersebut dilaksanakan terutama dengan bantuan
proses-proses atensional yang dilaksanakan secara internal dan eksternal.
Bagian definisi tentang kesadaran ini memiliki tiga komponen: recall
pengetahuan tentang diri pribadi, recall informasi-informasi umum, dan recall
terhadap pengetahuan kolektf individu yang bersangkutan.
Self-knowledge (Pengetahuan-diri) adalah pemahaman tentang informasi
jati-diri pribadi seseorang. Pertama, terdapat pengetahuan fundamental bahwa
Anda adalah Anda. Pengetahuan ini disebut kesadaran-diri (self-awareness).
Jika seekor binatang atau seorang manusia dapat mengenali dirinya di cermin,
diyakini mereka memiliki kesadaran-diri. Kesadaran-diri dapat diuji
15
menggunakan tes cermin (Gallup, 1970). Tes tersebut melibatkan pemberian
zat pewarna (dye) yang tidak berbau ke wajah pengguna tes (dengan
melibatkan distraksi yang tepat sehingga hewan atau orang yang diuji tidak
merasakan atau tidak mengingat saaat zat pewarna diberikan ke wajah
mereka).
Komponen lainnya, world knowledge (pengetahuan tentang dunia),
memampukan kita mengingat sejumlah fakta dari memori jangka panjang kita.
Dengan demikian, saat Anda memasuki Museum Kesenian Modern di New
York, Anda mampu membawa informasi mengenai kesenian abad ke-20 (yang
telah Anda miliki dalam memori Anda) ke kesadaran.
Aspek ketiga dari peran kesadaran adalah aktivasi pengetahuan (activation
of knowledge), yang mungkin merupakan aspek yang paling menarik. Pada
tataran ini, seseorang menyadari tindakan-tindakan orang lain. Berdasarkan
sudut pandang evolusi, dalam tindakan-tindakan kerjasama selama bertahun-
tahun (seperti berburu bersama-sama atau mngumpulkan bahan pangan),
kemampuan terhadap hidup akan meningkat apabila seorang anggota
kelompok memahami apa yang dipikirkan rekannya, selain mampu
mengamati dan memahami apa yang dilakukan rekannya tersebut.Perasaan
adalah hal yang penting, dan memahami kesakitan (atau kenikmatan) yang
dirasakan pihak lain adalah sebuah langkah penting dalam sosialisasi spesies
kita.
Emotive (Emotif): komponen-komponen afektif yang diasosiasikan
dengan kesadaran. Sentience adalah suatu kondisi sadar, yang kerap kali
dianggap sebagai suatu bentuk perasaan atau emosi (berbeda dengan pikiran
atau persepsi). Dengan demikian, saat Anda mengamati sebuah bangunan
yang didesain oleh Frank Lloyd Wright (seorang arsitek termasyhur yang
mendesain beberapa bangunan terkemuka, seperti Falling Water), bangunan
tersebut bias saja menimbulkan rasa untuk atau rasa sukacita tergantung
pengamatanya. Dalam setiap peristia, persepsi-persepsi tersebut menghasilkan
suatu impresi internal yang dapat Anda ceritakan kepada orang lain, namun
yang sulit diukur secara empirik. Bagi Anda pengalaman itu sendiri sangatlah
nyata. Emosi-emosi ditimbulkan oleh kondisi-kondisi internal saat kita
16
merespons peristiwa-peristiwa eksternal, seperti perasaan yang Anda dapatkan
saat jempol kaki Anda tersandung batu, saat orang tua Anda meninggal dunia.
Saat Anda berusaha mendeskripsikan emosi-emosi subjektif tersebut kepada
orang lain, mustahil menggambarkan perasaan-perasaan tersebut persis
sebagaimana yang Anda rasakan.
Novelty (Kebaruan): kecenderungan untuk tidak hanya berfokus pada
pikiran-pikiran dan peristiwa-peristiwa sentral, namun untuk menemukan
item-item yang baru (novel), kreatif, dan inovatif. Kebaruan dapat muncul dari
perubahan dalam lingkungan, diskonfirmasi atau ketidakmunculan harapan
(dengan kata lain, adanya unsur kejuatan), atau pelanggaran terhadap perilaku-
perilaku terampil yang rutin (seperti adanya peluang pengambilan keputusan
dalam suatu aliran tindakan yang pada umumnya dilakukan dengan rutin).
Emergence (Kemunculan): kesadaran berbeda dengan proses-proses neural
lainnya; kesadaran berkaitan dengan pemikiran-pemikiran pribadi dan
internal. Berbeda dengan proses-proses neural yang lain (seperti proses yang
membuat Anda menggerakkan mata Anda agar dapat melihat objek dengan
lebih jelas), proses-proses neural yang berhubungan setidaknya dengan
sejumlah aspek kesadaran tampaknya berpusar pada informasi internal dan
refleksi-diri. Proses-proses ini meninmbulkan, setidaknya, impresi
fenomenologis bahwa kesadaran muncul dari aktivitas di otak.
Selectivity (Selektivitas) dan Subjectivity (Subjektivitas): manusia secara
konstan memilih sangat sedikit pikiran pada setiap waktu, namun pikiran-
pikirsn dapat berubah dengan cepat akibat adanya gangguan dari pikiran-
pikiran baru atau dari isyarat-isyarat eksternal. Kesadaran telah lama
dipandang sebagai “sesuatu” yang “menyoroti” objek yang dipersepsi, yang
membantu memperjelas pemahaman perseptual kita. “Lampu sorot” tersebut
mencakup fungsi selektif kesadaran dan mencakup aliran informasi-informasi
sadar sepanjang domain-domain yang beragam dari memori, persepsi,
imagery, pikiran, dan tindakan (Crick, 1984; Lindsay &Norman, 1977).
17
2.4 Memori dan Repsentasi
Representasi adalah suatu konfigurasi (Bentuk atau susunan) yang dapat
menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara
(Goldin,_2002). Representasi merupakan sesuatu yang mewakili,
menggambarkan atau menyimbulkan obyek atau proses (Waldrip, 2008)
Representasi dapat dilakukan melalui berbagai cara antara lain verbal, gambar,
grafik dan matematik (Prain dan Waldrip, 2007). Representasi dari
pengetahuan yang diperoleh manusia dibedakan menjadi dua macam, yaitu
representasi pengetahuan secara verbal dan representasi pengetahuan secara
visual. Representasi Pengetahuan Secara Verbal mengarah pada cara konsep-
konsep diorganisasikan dan dibentuk sebagai struktur-struktur dalam memori.
Dalam representasi ini kita mempelajari tentang konsep-konsep dan hubungan
dari kata-kata sehingga struktur pengetahuan menjadi jelas dan kaya makna.
Representasi pengetahuan secara verbal juga disebut dengan Pengorganisasian
Secara Semantik. Model-model dari representasi pengetahuan secara verbal
mencakup:
1. Model Pengelompokan (Clustering Model), diorganisasikan dalam kelompok
(kata-kata yang berada dalam kategori yang serupa diingat bersama-sama).
2. Model-Model Set-Teoretik, berisi gagasan bahwa konsep-konsep
diorganisasikan melalui sejumlah besar set informasi, yang meliputi kategori-
kategori dan stribut-atribut.
3. Model Perbandingan-Fitur Semantik, mengasumsikan sebuah struktur set-
teoretik namun membedakan atribut-atribut sebagai atribut penegas (fitur yang
hakiki) dengan fitur karakteristik (bersifat deskriptif).
4. Model-Model Jaringan Semantik, mengasumsikan bahwa konsep-konsep
disimpan dalam memori sebagai unit-unit independen yang saling terhubung
oleh koneksi-koneksi yang spesifik dan bermakna.
5. Model Aktivasi Menyebar, menjelaskan hasil priming (upaya membuat suatu
kata atau konsep menjadi lebih mudah diingat dengan menyaksikan
penayangan sebuah kata yang berkaitan).
18
Mengkaji Representasi Pengetahuan Secara Visual umumnya membicarakan
tentang perumpamaan atau pembayangan mental (mental imagery).
Pembayangan mental didefinisikan sebagai suatu representasi mental
mengenai objek atau peristiwa yang tidak eksis pada saatterjadinya proses
pembayangan. Pembayangan mental ini telah memainkan peran sentral dalam
pembahasan tentang fungsi mental selama ribuan tahun (Pearson et al, 2015).
Selain itu, merepresentasikan pengetahuan secara visual merupakan
keterampilan abad 21 yang memerlukan kemampuan penalaran pada saat
proses pembayangan mental dan kreatifitas untuk menuangkan pengetahuan
ke dalam gambar. Kemampuan-kemampuan ini juga memainkan suatu
peranan yang penting dalam beberapa proses kognitif, seperti memori kerja,
mental rotasi, penalaran tentang kejadian dimasa depan, navigasi, membuat
keputusan, dan banyak lagi (Kosslyn et al., 2001; Pearson et al, 2015).
Representasi pengetahuan secara visual jika ditelaah perkata terdiri dari tiga
suku kata yaitu, representasi, pengetahuan, dan visual. Kata pertama,
representasi merupakan turunan dari kata bahasa Inggris ‘present’ dengan
imbuhan awal re- menjadi ‘represent’. Present dapat diartikan dengan
menyajikan. Jika ditambahkan imbuhan re-, maka dapat diartikan menjadi
menyajikan kembali. Kata kedua, pengetahuan, yaitu kata yang tersusun dari
kata dasar 'tahu' dan memperoleh imbuhan 'pe - an', yang secara singkat
memiliki arti segala informasi yang diperoleh melalui kegiatan inderawi. Kata
ketiga, visual, yaitu diartikan dengan berdasarkan penglihatan (KBBI, 2019).
Sehingga, berdasarkan ketiga arti kata tersebut, yang dimaksud representasi
pengetahuan secara visual adalah menyajikan kembali pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan penglihatan melalui gambar. Penglihatan yang
dimaksud tidak hanya terletak pada mata (karena orang yang tidak dapat
melihat pun dapat merepresentasikan pengetahuannya secara visual), tetapi
terletak pada pembayangan mental. Pembanyangan mental didefinisikan
sebagai suatu representasi mental mengenai objek atau peristiwa yang tidak
eksis pada saat terjadinya proses pembayangan (Solso et al, 2015). Hal ini
menyatakan bahwa untuk melakukan pembayangan mental, pengetahuan
tentang objek atau peristiwa tersebut sudah dimiliki sebelumnya.
19
Terdapat tiga kedudukan teoretik yang berbeda terkait bagaimana
informasi disimpan dalam memori, meliputi :
1. Hipotesis Penyandian Ganda, informasi dapat disandikan dan disimpan dalam
satu atau dua sistem, verbal dan imajinal.
2. Hipotesis Proposisional-Konseptual, informasi visual dan verbal
direpresentasikan dalam bentuk proposisi-proposisi abstrak mengenai objek-
objek beserta hubungan-hubungannya.
3. Hipotesis Ekuivalensi-Fungsional, imagery dan persepsi melibatkan proses-
prose yang serupa satu sama lain.
20
umumnya mahasiswa yang performansnya bagus dalam ujian, tetapi mengalami
kesulitan dalam ipA akibat ketidakmampuan memvisualisasikan struktur dan
proses pada level submikroskopik dan tidak mampu menghubungkannya dengan
level representasi iPA yang lain. (Devetak, 2004;Chittleborough &t Tregust,
2007: Orgill, MaryKay & Sutherland, 2008:).
21
pola yang memproduksi representasi), konstruksi sosial (pola interaksi), dan
memori-memori individual yang terbentuk secara kultural dan sosial.
22
untuk mengingat masa lalu dan memahami pengalaman yang baru.
Singkatnya, proses mengingat selalu terjadi dalam konteks sosiokultural.
Dalam tahapan pertama ini, “memori” dipakai secara literal, sedangkan
“kultural” sebagai metonim untuk “konteks sosio-kultural dan pengaruhnya
pada memori”. Memori kultural yang termasuk di dalam tingkatan ini
dipahami melalui sejarah lisan, psikologi sosial, dan ilmu syaraf. Dalam
penelitian ini, sejarah lisan menjadi salah satu aspek yang digunakan untuk
membuat tipologi memori. Karena sedikitnya sumber sejarah tertulis
mengenai restoran Cina di Indonesia, sejarah lisan yang disampaikan oleh
informan dipakai sebagai sumber data dan bahan analisis. Tingkatan kedua
dari memori kultural mengacu pada perangkat simbol, media, institusi, dan
praktek yang memungkinkan sebuah kelompok sosial mengonstruksi masa
lalu bersama. Kata “memori” di sini digunakan sebagai metafor. Masyarakat
tidak mengingat secara literal, namun apa yang dilakukan untuk
merekonstruksi masa lalu bersama memiliki kesamaan dengan proses memori
individual. Pemilihan memori dan perspektif yang digunakan untuk
membangun versi masa lalu yang berbeda-beda tergantung dari pengetahuan
dan kebutuhan di masa kini. Kedua bentuk memori kultural di atas dapat
dipisahkan satu sama lain dalam level analisis, namun dalam prakteknya
kedua bentuk kognitif dan sosial/media ini terus-menerus berinteraksi (Erll,
2008). Tidak ada memori kolektif yang terlepas dari individu dan hanya
terwujud dalam media dan institusi. Seperti halnya konteks sosio-kultural
membentuk memori individual, “memori” yang direpresentasikan oleh media
dan institusi lain juga harus dapat diaktualisasikan oleh tiap-tiap individu,
anggota komunitas melalui pengingatan yang dapat dipahami sebagai titik
temu untuk konsep bersama akan masa lalu. Tanpa aktualisasi seperti ini,
monumen ritual, dan buku-buku hanya benda mati yang gagal membawa
dampak dalam masyarakat. Memori kultural akan restoran Cina tidak
memiliki monumen fisik atau institusi yang menyimpannya. Bangunan fisik
restoran yang menjadi “monumen” akan keberadaan mereka di kota Jakarta
juga sudah banyak diubah atau dihancurkan demi kepentingan pembangunan
kota. Dalam buku yang berisikan kenangannya akan keadaan kota Jakarta
23
pada tahun 1970an, Lubis (2009) menyebutkan bahwa pembangunan besar-
besaran pada masa jabatan Ali Sadikin sebagai gubernur Jakarta telah
mengubah wajah kota Jakarta dengan drastis.
Bangunan-bangunan tua dengan gaya arsitektur Belanda banyak yang
dihancurkan. Pembangunan gedung-gedung baru yang dianggap lebih modern
seperti ingin menghapus memori akan pemerintahan kolonial dan
mengalihkannya pada citra Jakarta sebagai kota modern di akhir abad
keduapuluh.
24
Kusno (ibid.) dalam tulisannya adalah memisahkan memori, mengatasi
memori, penaklukan memori, memasarkan memori, dan memori yang tak
terwadahi.
Dalam memisahkan memori, terjadi usaha untuk seolah membagi-
bagi memori dalam era lama dan era baru. Hal ini dapat dimaknai melalui
ruang fisik yang dibuat sedemikian rupa sebagai penanda perubahan
jaman. Wacana dititikberatkan bukan pada pembentukkan pengingatan
terhadap masa lalu, tapi pembentukkan wacana pelupaan, seakan-akan
kapasitas memori itu terbatas sehingga perlu dikosongkan untuk diisi
memori yang baru (Kusno 2009) Walaupun di balik usaha untuk
memisahkan memori ini terdapat usaha untuk melupakan, teknik ini
dipakai untuk membentuk memori kolektif di ruang publik. Strategi
pemisahan dua waktu di kalangan etnis Tionghoa di Jakarta dapat dilacak
mulai dari jaman kolonial Hindia Belanda, orde baru, hingga masa kini.
Kusno (ibid.) mengambil peristiwa perobohan monumen
proklamasi dan pembangunan Gedung Pameran Pola Pembangunan
Nasional Semesta oleh Soekarno sebagai salah satu contoh tipologi yang
mengatasi memori. Gedung Pola menjadi sebuah monumen “hari ini” atau
ruang publik yang ingin mengingatkan rakyat pada masa baru tanpa
dibebani memori masa lalu. Tindakan yang diambil oleh Soekarno
merupakan upaya untuk mengatasi memori. Memori kolektif tidak bisa
“disimpan” dalam suatu objek, monumen, atau ruang yang stabil. Karena
memori Indonesia dipenuhi oleh memori-memori yang saling berlawanan,
maka tidak dapat didamaikan hanya melalui pameran artefak masa lalu.
Melalui Gedung Pola, Soekarno memperkenalkan tipologi memori yang
berorientasi ke depan. Hal ini dianggap sebagai suatu langkah pelupaan
agar Indonesia tidak dibekukan oleh peristiwa yang telah berlalu.
Penaklukan memori merupakan salah satu tipologi memori yang
dibentuk oleh Suharto selama pemerintahan Orde Baru. Dengan
mengumpulkan memori akan Soekarno ke dalam “Orde Lama”, Suharto
menciptakan ruang untuk menampung memori-meori kolektif yang harus
dilupakan atau dihindari masyarakat. Penguasaan ruang publik, terapi
25
kejutan dan teknik tontonan merupakan perangkat untuk menaklukan
memori ala Orde Baru. Teknik memasarkan memori banyak dijumpai pada
konsep superblok yang menjadi pembahasan dalam tulisan Kusno (2009).
Proyek restorasi Kota Tua juga menjadi salah satu teknik untuk
memasarkan memori yang mengangkat tema kebangsaan. Pengembang
dan arsitek dalam penelitian Kusno (ibid.) berusaha mempertahankan
memori bangsa melalui pelupaan terhadap kenyataan-kenyataan lokal.
Kapitalisme global telah membantu penciptaan ruang-ruang publik untuk
menghidupkan memori kebangsaan sambil melupakan memori kolektif
yang saling bertentangan.
Tipologi memori dalam tulisan Kusno (ibid.) juga memasukkan
memori yang tak terwadahi. Tipologi memori dalam penelitian ini tidak
hanya melihat pada memori-memori yang ditampilkan melalui ruang
publik yang tersedia. Memori-memori yang tak terwadahi ini tidak
mendapat tempat di ruang publik karena tidak sejalan dengan memori
resmi; atau karena terlalu besar sehingga tidak mampu terwadahi oleh
siapapun. Walaupun tidak terwadahi dalam suatu ruang publik, ia tetap
berkeliaran dan menghantui ruang publik itu. Memori macam ini sering
timbul dari pengalaman peristiwa kekerasan buatan manusia. Dalam
memori kolektif warga Tionghoa di Jakarta, memori ini tidak mendapat
tempat peristirahatan di ruang publik sejak jaman kolonial hingga jaman
reformasi sekarang ini (peristiwa pembunuhan massal 1742, Malari,
Baperki, kerusuhan Mei 1998). Memori yang tak terwadahi bisa tercipta
oleh kesulitan untuk mengenang peristiwa yang terjadi (Abidin, 2009).
Peristiwa Malari, Baperki, dan kerusuhan Mei merupakan memori kolektif
yang sulit ditampilkan di ruang publik. Beberapa tipologi memori yang
dikupas oleh Kusno (ibid.) bisa berkaitan dengan upaya untuk menghadapi
masa lalu, tantangan masa kini dan masa kini. Dengan menggunakan
tipologi memori yang digagas olek Kusno (2009), penulis bermaksud
merajut memori kolektif kota Jakarta dalam ruang memori restoran Cina.
Tipologi memori yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
26
memisahkan memori, mengatasi memori, memasarkan memori, dan
memori yang tak terwadahi.
27
pelupaan-pelupaan terhadap momen-momen yang tidak cocok untuk
diingat. Usaha-usaha untuk menyatukan memori kolektif tidak selalu
berhasil dilakukan. Salah satu hal yang mempengaruhi upaya
pembentukkan memori kolektif adalah banyak memori pribadi yang
bertentangan dengan memori resmi versi negara. Dalam mengatasi
memori yang tidak cocok dengan memori resmi seringkali terjadi tarik-
menarik yang dipenuhi dengan kontradiksikontradiksi.
Lo Khioe Moy memilih tahun yang sama dengan proklamasi
kemerdekaan RI untuk mendirikan sebuah rumah makan di Lokasari, yang
tidak jauh di luar Glodok. Rumah makan ini diberi nama “You Iet Tjoen”
yang apabila diterjemahkan secara harafiah berarti “satu kampung lagi”.
“Kampung” yang dimaksud oleh Lo Khioe Moy merujuk pada kampung
halamannya di propinsi Hainan, China. Dari pemilihan nama dapat
dimaknai bahwa ada semangat untuk membentuk memori kolektif para
imigran yang berasal dari propinsi Hainan, China. Hal ini dibenarkan oleh
Uteng, anak laki-laki dari Lo Khioe Moy. Menurutnya, rumah makan yang
didirikan oleh ibunya ini pertamatama bertujuan untuk menjadi tempat
berkumpulnya orang-orang yang berasal dari “kampung” yang sama.
setelah rumah makan ini berkambang menjadi restoran yang ramai, suami
Loe Khioe Moy, Wang Hsiang Kam ikut membantu pengelolaan restoran
sejak tahun 1958. Dari penamaan restoran ini dapat dimaknai ada upaya
untuk menyimpan memori kolektif akan kampung halaman warga
Tionghoa yang ada di Batavia pada saat itu.
28
“kota Joang” sebagaimana yang yang disebutkan oleh Ir. Martono
Yuwono, Pelaksana Harian Badan Pengelola Kawasan Wisata Bahari
Sunda Kelapa, merupakan memori kebangkitan kesadaran nasional.
Dengan membuat konsep “Koridor Kota Joang” berupaya menciptakan
memori kolektif bagi warga kota yang tidak terlepas dari jaringan taman
rekreasi yang memanfaatkan tema “warisan” untuk membangkitkan
ekonomi. Di dalam “Koridor Kota Joang”, Glodok termasuk sebagai salah
satu situs yang menyimpan memori bangsa. Menurut Abidin (2009),
proyek yang mengangkat tema sejarah ini menunjukkan suatu wacana
memori yang berasal dari ambisi untuk membangkitkan kekuatan ekonomi
dengan cara memasarkan kisah dari situs masa lalu. Semangat ekonomi
ditampilkan dalam semagat kebangsaan. Walaupun motif ekonomi jelas
tertuang, namun proyek ini dapat dilihat sebagai upaya untuk
menyelaraskan berbagai memori yang ada di jakarta dalam wacana
memori kolektif kota.
Halbwachs (1938 dalam Erll dan Nünning, 2008) menyatakan
bahwa untuk mengetahui apa yang dibutuhkan suatu kelompok masyarakat
untuk bertahan, harus dimulai dengan mengembangkan representasi akan
kelompok masyarakat tersebut dengan jelas. Dengan cara ini, kelompok
tersebut akan mengembangkan hubungaan khusus dengan bentukan materi
yang merepresentasikannya. Keberlangsungan bentuk representasi tersebut
memberikan bukti nyata akan keberadaan suatu kelompok dan memberi
landasan untuk stabilitasnya. Dalam konstruksinya, bentukan spasial ini
memiliki dinamikanya sendiri namun dinamika perubahannya terjadi
dengan bertahap dan perlahan sehingga walau individu yang ada di
dalamnya lahir dan meninggal, kelompok masyarakat ini tidak menghilang
begitu saja. Generasi berganti, namun situs dalam ruang kotanya akan
bertahan. Mengenai memori kolektif suatu kelompok masyarakat dan
peradaban kota, Halbwach (ibid) menggambarkannya sebagai bagian dari
kehidupan kolektif yang ruwet. Memori diarahkan kedalam lorong-lorong
yang membentuk jaringan sirkuler dengan intensitas yang tidak paralel.
Hal tersebut menghasilkan percampuran dari representasi mental dan
29
material yang menyebabkan kelompokkelompok sosial lebih terlarut dan
membaur di dalamnya. Karena situasinya lebih kompleks, lebih besar
kemungkinan bagi individu-individu di dalamnya untuk kehilangan
pegangan dan gagal beradaptasi dengan perubahan sosial.
When the real is no longer what it used to be, nostalgia assumes its full
meaning. There is a proliferation of myths of origin and signs of reality; of
second-hand truth, objectivity and autenticity.
There is an escalation of the true, of th elived experience; a ressurection of
the figurative where the object and substance have disappeared. And there
is a panic-stricken production of the real and the referential, above and
parallel to the panic of material production. This is how simulation appears
in the phase that concerns us: a strategy of the real, neo-real and hyperreal,
whose universal double is a strategy of detterence (Baudrillard, 1992)
30
Nostalgia mengangkat simulasi akan masa lalu yang indah.
Realitas dalam masa lalu ditampilkan dalam bentuk simulasi yang
melebih-lebihkannya. Memori kolektif dan nostalgia dalam restoran Cina
seperti dua cabang rel kereta yang berangkat dari stasiun yang sama.
Berangkat dari memori yang sama, namun memiliki kepentingan yang
berbeda dalam perjalanannya. Bagaimana dengan memori kolektif yang
dibentuk oleh restoran Cina yang mengalami perubahan kondisi sosial
politik ekonomi seperti yang terjadi di Batavia/Jakarta mulai dari tahun
1930 hingga kini? Restoran Cina yang menjadi objek penelitian ini telah
melewati beberapa perubahan sosial yang drastis. Peristiwa traumatis
seperti sweeping Baperki dan kerusuhan Mei 1998 turut mengisi ruang
memori restoran Cina. Hal ini berpengaruh pada keberlangsungan bisnis
mereka. Ditambah lagi dengan proses alih generasi dalam pengelolaan
restoran. Setelah proses alih generasi, restoran-restoran ini menempuh
jalan yang berbeda menyangkut keberlangsungannya. Restoran Ekaria
masih mempertahankan bisnis restorannya dan bahkan mengembangkan
bisnisnya selain menjadi restoran fine dining juga membuka restoran
dengan nama yang sama namum mengusung konsep modern casual dining
dan lounge. Generasi kedua dari pendiri restoran “Fajar” berusaha
mempertahankan bisnis keluarganya dengan membuka beberapa cabang di
Jakarta dan Surabaya namun beberapa diantaranya akhirnya ditutup karena
merugi. Selain restoran “Fajar” di kompleks Harmoni, cabang yang masih
beroperasi ada di Surabaya. Generasi kedua dari restoran “Abad Baru”
memutuskan untuk menutup bisnis keluarga tersebut dengan alasan
pengunjung yang semakin berkurang di tahun 1970an. Dengan berubahnya
konsep, ruang spasial dan lokasi restoran, representasi yang mendasari
memori kolektif restoran Cina membentuk lapisan-lapisan yang kompleks.
31
dominan sudah menjadi kesadaran semu dan diterima sebagai consent.
Proses ini berlangsung melalui relasi kuasa yang secara langsung maupun
tidak langsung mencanangkan kesadaran semu agar diterima oleh kelas
subordinat sebagai sesuatu yang alamiah dan menjadi common sense.
Common sense dapat terbentuk melalui pengaruh dari kebudayaan dan
tradisi itu sendiri (folkfore, film, sastra, media). Dari intelektual tradisional
(sejarawan, ilmuwan, penulis, seniman), dan institusi (pendidikan, agama,
ekonomi). Secara kasat mata, hegemoni terlihat melalui bangunan-
bangunan dan interior restoran yang mengadopsi gaya-gaya Eropa.
Hegemoni tidak berlangsung dengan statis melainkan ada dinamikanya.
Hegemoni yang berkuasa akan terus menerus menghadapi ancaman. Hal ini
yang dimaksud oleh Gramsci (ibid) dengan struggle. Dalam tulisannya,
Gramsci (ibid) menekankan bahwa common sense bukanlah sesuatu yang
kaku. Common sense terus menerus bertransformasi. Untuk itu, agar
hegemoni terus berlangsung, consent harus terus menerus dimenangkan
kembali dalam pertarungan yang terus terjadi.
Each person lives his/her life in a way that is meaningful in the setting in
which each person exists, and, to this person, the different parts of society
may seem to have little in common with him. Yet taken as a whole, each
person’s life also contributes to the larger hegemony of the society.
Diversity, variation, and free will seem to exist, since most people see what
they believe to be a plethora of different circumstances, but they miss the
larger pattern of hegemony created by the coalescing of these circumstances.
Through the existence of small and different circumstances, a larger and
layered hegemony is maintained yet not fully recognized by many of the
people who live within it. (Gramsci, 1992, 238)
32
beberapa isu yang menjadi fokus analisa. Isu nostalgia, memori kolektif,
urbanitas, heritage, konteks geografis, konsumsi dan gaya hidup menjadi
fokus analisa yang digagas oleh penulis. Negosiasi dalam tarik menarik
hegemoni dan kepentingan menjadi salah satu sudut pandang yang
digunakan untuk memaknai memori-memori yang tersusun.
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada
saat
tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan
mental, yaitu fikiran, persepsi, perasaan serta ingatan, yang masuk
kekesadaran atau consciousness. Isi daerah sadar itu merupakan hasil
proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-eksternal. Isi-isi
kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah
conscious dan akan segera tertekan ke daerah preconscious atau
unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke yang lain.
33
yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi
dicermati, akan ditekan pindah ke daerah prasadar. Di sisi lain, isi materi
daerah tak sadar dapat muncul ke daerah prasadar. Kalau sensor sadar
menangkap bahaya yang dapat timbul akibat kemunculan materi tak sadar,
materi itu akan ditekan kembali ke ketidaksadaran. Materi tak sadar yang
sudah berada di daerah prasadar itu dapat muncul kesadaran
dalam
bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme
pertahanan diri.
Tak sadar adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran
dan
menurut Freud merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia.
Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah
abstraksi hipotetik tetapi itu adalah kenyataan empirik. Ketidaksadaran itu
berisi insting, impuls dan drives yang dibawa dari lahir, dan pengalaman-
pengalaman traumatik, biasanya pada masa anak-anak, yang ditekan oleh
kesadaran di pindah ke daerah taksadar. Isi atau materi ketidaksadaran itu
memiliki kecenderungan kuat untuk bertahan terus dalam ketidaksadaran,
pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap tidak
disadari.
34
kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera. Ego
berkembang dari id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan
mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari
ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral. Superego
merefleksikan nilai-nilai sosial dan menyadarkan individu atas tuntuta
moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego
dengan menimbulkan rasa salah. Ego selalu menghadapi ketegangan
antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi
dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety).
Dalam rangka menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi
defensif/pertahanan diri. Hal ini dikenal sebagai defense mecahnism yang
jenisnya bisa bermacam-macam, seperti: identifikasi, proyeksi, fiksasi,
agesi regresi, represi.
35
Setiap memori traumatik melibatkan minimal empat komponen.
Pertama, emosi atau perasaan. Kedua, komponen kognitif pikiran sadar
yaitu konten mental yang kita pikirkan atau perhatikan, kita sadari
keberadaan dan maknanya. Ketiga, komponen kognitif pikiran bawah
sadar yaitu konten mental yang muncul karena terpicu oleh faktor internal
atau eksternal, tidak kita sadari keberadaannya, namun mengakibatkan
gejala fisik dan emosi. Keempat, komponen somatosensori yaitu sensasi
yang dirasakan di tubuh fisik seperti sakit, tegang, kesemutan, perubahan
temperatur kulit, hipersensitif terhadap sentuhan, dan sensasi lainnya.
Memori traumatik terbagi dua : memori traumatik (traumatic memory) dan
memori traumatik disosiatif (dissociated traumatic memory). Memori
traumatik adalah memori yang berisi narasi kejadian dan emosi yang lekat
padanya dan dapat diaktifkan secara sadar. Sementara memori traumatik
disosiatif adalah bentuk pikiran, perasaan, dan sensasi yang muncul dan
dialami individu, tanpa aktivasi atau kendali secara sadar, biasanya terpicu
oleh sesuatu hal yang seringkali tidak disadari oleh individu, dan muncul
dalam bentuk kilas balik ingatan (flash back), mimpi buruk, pikiran
intrusif/mengganggu, dan sensasi fisik.
36
Contohnya, pada kecelakaan mobil. Kita bisa berada di dalam
mobil, baik sebagai pengemudi atau penumpang, kita bisa menyaksikan
terjadinya kecelakaan dan mendengar suara erangan atau rintihan
kesakitan dari korban, melihat darah mengalir dari tubuh korban, atau kita
bisa mendengar cerita orang mengenai kejadian itu, membaca kisah
kecelakaan, menyaksikan tayangan video atau film kecelakaan, bermimpi
mengalami kecelakaan, atau membayangkan mengalami kecelakaan, dan
kita mengalami trauma.
Trauma yang berasal dari cerita pihak kedua dan ketiga bisa terjadi
karena pikiran kita mendramatisir kejadiannya. Ini jenis trauma yang
dijumpai pada para pekerja sosial, terapis, pengacara, polisi, dan mereka
yang rutin menangani trauma. Pengalaman orang pertama tentu
menghasilkan pengaruh emosi yang jauh lebih kuat daripada cerita orang
ketiga, namun ini tetap perlu diwaspasi karena hasil penelitian menemukan
para pekerja di bidang pemulihan trauma rentan terpengaruh dan perlu
bersikap waspada terhadap risiko ini (Adams dan Riggi, 2008).
37
kita menjadi fokus, kita siap bertindak, dan menyiapkan otak untuk
menyimpan informasi yang akan segera masuk. Dopamine meningkat saat
kita mencari keberadaan predator. Saat kita harus melawan atau lari,
epinephrine menyiapkan tubuh dan norepinephrine menyiapkan pikiran.
Serotonin juga meningkat sedikit untuk mencegah tubuh mengalami beban
berlebih. Glutamate terlibat dalam semua proses ini. Sekali individu
mengalami trauma, di kemudian hari ia menjadi lebih rentan mengalami
trauma lagi.
38
akumulasi pengalaman sebelumnya (Chemtob, Nomura, dan Abramovitz,
2008; Gunawan, 2014). Kerentanan terhadap trauma semakin meningkat
bila individu terlalu berempati, berharga diri rendah, dan mengalami
kesulitan dalam regulasi respon emosi. Pengalaman atau memori traumatik
muncul dalam dua skenario gangguan. Pertama, individu mengalami
flasback atau tiba-tiba teringat kejadian atau elemen kejadian masa lalu
disertai intensitas emosi yang tinggi. Setelah beberapa saat, bentuk pikiran
ini hilang namun terus menyisakan residu emosi yang mengganggu.
Kedua, individu tidak lagi mengingat apapun dari kejadian masa lalu
namun yang muncul adalah perasaan tidak nyaman yang tidak diketahui
sumber atau penyebabnya (Gunawan, 2016). Jean-Martin Charcot, Pierre
Janet, dan Sigmund Freud menyebut memori traumatik sebagai “rahasia
patogen” (pathogenic secrets) atau parasit mental (mental parasites) karena
walau penderita sangat ingin menghilangkan, melupakan, tidak lagi mau
mengingat apa yang telah terjadi namun memori ini terus menerus muncul
tanpa dapat dicegah atau dikendalikan, dan memerangkap individu dalam
teror dan horor berkepanjangan.
39
dan ini berlangsung antara usia 15-50 tahun. - Emosi. Dalam hal ini,
seseorang akan mengingat sesuatu lebih baik apabila peristiwa-peristiwa
itu menyentuh perasaan-perasaan, sedangkan kejadian yang tidak
menyentuh emosi diabaikan saja. Proses mengingat ini mulai menarik
perhatian sejak Ebbinghaus menerbitkkan bukunya “tentang ingatan” pada
tahun 1885. Penyimpanan (storage) yang menggunakan metode penelitian
yang relatif baru ada pada masa itu. Yaitu, menggunakan metode suku
kata yang tidak memiliki arti seperti Zeb, Xop, Duv. Suku-suku kata
tersebut tersebut diinstruksikan untuk dihapalkan pada orang yang
dijadikan sebagai objek percobaan, berpasangpasangan atau baris-baris
berisi 6, 8, 10, 20 suku kata. Kemudian suku-suku kata yang tercetak pada
satu tromol ingatan yang berputar, disurutkan kembali memutarnya.
Selanjutnya, orang percobaan mengucapkan suku-suku kata yang masih
teringat olehnya pada satu “kunci bibir” dari sebuah kronoskop hipps yang
menyebabkan sebuah jam listrik berhenti. (Thomae H., Feger H Dalam
Muh Said, 1990: 63). Dari percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
proses mengingat didahului oleh kegiatan menghapal. Setelah beristirahat
sebentar, dihitung jumlah suku kata yang masih diingatnya. Jumlah suku
kata yang masih diingat oleh orang percobaan ini menentukan luas ingatan
yang menjadi tujuan percobaan. Karena menggunakan suku-suku kata
yang tidak memiliki arti, percobaan ini sudah agak maju. Dari hal tersebut
terlihat bahwa menghapalkan kata-kata sedikit banyak dipengaruhi oleh
arti kata-kata. Tromol ingatan penuh suku kata yang diputar serta alat
pencatat waktu merupakan alat yang digunakan untuk melaksanakan
penelitian tentang ingatan. Penelitian yang dilakukan oleh Ebbinghaus
kemudian dilanjutkan oleh Glaze.
40
Model ini paling banyak dirujuk sehingga sering dikatakan sebagai
“Modal Model “. Model tersebut, menunjukkan tentang alur informasi
yang di-reperesentasikan dengan arah panah yang mengalir dari satu
tempat penyimpanan (memori) ke tempat penyimpanan atau memori yang
lain. Kita dapat lihat bagaimana stimuli dari lingkungan (eksternal)
pertama masuk kedalam sensory memory. Sensory memory ini memiliki
kapasitas yang besar dalam menyimpan sistem yang merekam informasi
dari masing-masing alat sensori dengan akurat. Dari sensori memori
tersebut, informasi disandi dan mengalir ke dalam sort term memory
(STM) yang terdiri dari hanya sebagian kecil informasi yang secara aktif
kita gunakan, yang kadang kita lupakan atau kita simpan pada memori
berikutnya yaitu pada long term memory (LTM), yang sering kita kenal
dengan kata lain yaitu ingatan. Pada proses penyimpanan kedalam LTM
ini, kita dapat menggunakan beberapa metode seperti chunking (membagi
kedalam beberapa potongan), rehearsals (mengulang-ulang infromasi),
clusstering (pengelompokkan kedalam konsepkonsep), atau menggunakan
method of loci (memvisualisasikan dalam benak).
41
Berdasarkan metode penyelidikan memori, Abu Ahmadi mengemukakan
enam metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk meneliti
ingatan atau memori. Keenam metode tersebut adalah :
42
yang dihemat atau disimpan, dan ini menunjukkan bahwa ada bagian
dari materi tersebut yang betul-betul dapat diingat dengan baik dan
tidak perlu dipelajari lagi. Contoh ini menunjukkan ada 20% yang
diingat dan 80% yang dilupakan, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari materi itu kembali agar dapat mencapai kriteria yang
ditentukan. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikemukan bahwa
semakin sering sesuatu materi dipelajari, waktu untuk mempelajarinya
makin pendek, dan makin banyak materi yang dapat diingat dengan
baik, dan makin sedikit materi yang dilupakan.
43
6. Metode asosiasi berpasangan. Metode ini mengambil bentuk subyek
disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk
mengetahui sejauhmana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi
salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh
menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya. Bila materi
tersebut telah dipelajari atau dihapalkan, maka diadakan tes untuk
melihat kemampuan mengingatnya. Salah satu dari bagian pasangan
digunakan sebagai stimulus, dan subyek disuruh memberikan
pasangannya. Hal ini dapat berbentuk mengingat kembali, tetapi dapat
juga dengan betuk mengenal kembali.
44
4. Mempelajari kembali sesuatu, untuk memperlihatkan bahwa ada sisa
ingatan yang tinggal biarpun telah lama sesuatu itu dipelajari. Ernest R
Hilgard menceritakan, kepada seorang anak Amerika yang berumur satu
tahun dibacakan tiap hari 21 baris tertentu dari tiga buah buku bahasa
Yunani selama tiga bulan. Pada akhir tiga bulan tersebut dibacakan 21
baris lain dari tga buah buku pilihan Yunani lain. Sesudah tiga bulan
dibacakan lagi 21 baris lain begitu seterusnya sampai dicapai 21 kumpulan
pilihan selama 7x3 bulan. Sementara anak itu tidak diajarkan atau tidak
disruh mempelajari bahasa yunani sama sekali. Pada umur 8, 14, dan 19
tahun diteliti apa yang tersisa dalam ingatan anak tersebut. Kepada anak
tersebut disuruh menghapal baris-baris berbahasa Yunani yang pernah
dibacakan kepadanya terdahulu, bersama-sama baris lainnya yang baru,
yang kira-kira sama. Pada umum 8 tahun anak itu hanya perlu waktu 30%
waktu untuk mengulang baris-baris yang telah pernah dibacakan
kepadanya dahulu dibandingkan dengan waktu untuk baris-baris yang
tidak pernah didengarnya. Pada umur 14 tahun hanya 8% waktu berkurang
untuk mengulang baris-baris yang telah diperdengarkan kepadanya dahulu
dibandingkan dengan waktu untuk mempelajari baris-baris yang baru
baginya. Pada umur 18 tahun tak ada lagi tersisa dari baris-baris yang telah
dibacakan kepadanya dahulu. Jadi, terbukti ada sisa-sisa ingatan dari
bahan yang hanya dibacakan saja pada waktu kecil sekali, sesudah lima
tahun.
45
kali saja? Umumnya orang masih dapat mengingat nomor telepon yang
terdiri dari lima angka, tetapi lebih dari sembilan angka tidak dapat diingat
kembali. Kalau nomor telepon terdiri dari tujuh angka masih dapat diingat
orang 50% dari waktu diperlihatkan. Tujuh angka inilah yang dinamai
rentang ingatan.
Proses pencarian informasi, antara lain, dikemukakan oleh Ellis, Cox, dan Hall
(1993). Mereka mengungkapkan proses pencarian informasi para ilmuwan
bidang sosial dalam delapan tahap, yaitu, starting, chaining, browsing,
differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Karakteristik
tahap-tahap tersebut sebagai berikut:
3. Tahap browsing atau merawak, yaitu suatu tahap yang ditandai dengan
kegiatan pencarian mulai diarahkan pada bidang yang menjadi minatnya.
46
4. Tahap differentiating atau pembedaan, merupakan tahap di mana pencari
informasi mulai menggunakan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk
menguji kualitas dari informasi yang dibutuhkannya.
Pada proses pencarian informasi ini, tentu saja tidak terlepas dari sistem
kerja memori. Dalam proses tersebut, seseorang berusaha untuk menjawab
pertanyaan yang timbul akibat kesenjangan dalam dirinya, yang diterangkan
oleh Belkin dalam teorinya tentang terjadinya kesenjangan atau gap antara
struktur pengetahuan yang dimiliki dengan yang seharusnya dimiliki.
Kesenjangan ini, menurut Belkin (1985), disebut dengan anomalous state of
knowledge atau kondisi anomali. Kesenjangan ini lazim disebut kebutuhan
informasi. Untuk memenuhi kebutuhannya, seseorang akan mencari dan
menggunakan atau berusaha mencari dan menggunakan berbagai sumber
informasi (Pannen, 1990:10). Perilaku pencarian informasi dapat dilihat dari
cara manusia memilih sumbernya (Krikelas 1983). Selanjutnya, menurut
Belkin (1985), kebutuhan dan perilaku pencarian informasi dapat dipengaruhi
oleh bermacam-macam sebab, antara lain latar belakang sosial budaya,
pendidikan, tujuan yang ada dalam diri manusia tersebut, serta lingkungan
47
sosialnya. Pendapat Belkin didukung oleh peneliti lainnya seperti Premsmit
(1990), Tabor dan Hawkin (1986), Pannen (1990), Sri Purnomowati dkk
(1995), Sri Ati Sowanto (1996), Nurhasyim (2000).
Konsep ini mengacu pada informasi yang tersimpan pada memori yang
berbentuk sebuah buku atau pentuk penyimpanan kompilasi pengetahuan
lainnya, dalam benak seseorang, dalam berkas perusahaan atau statistik. Bila
informasi dianggap sebagai komoditas, maka memori seringkali diasumsikan
memiliki nilai ekonomi sehingga manajemen ekonomi menjadi penting. Maka,
48
muncullah ungkapan seperti memory is power, yang berarti bila aseseorang
atau badan korporasi memiliki penguasaan atas memori informasi yang
dimilikinya akan membantu individu atau badan korporasi mencapai
sasarannya. Jadi, memori informasi memungkinkan kontrol atas objek dan
manusia.
Kerancuan ini timbul akibat pemahaman tentang fakta dan data. Data
merupakan simbol yang ditata menurut ketentuan dan konvensi yang berlaku,
misalnya bila kita menyusun huruf dan angka menurut cara tertentu maka huruf
dan angka ini menjadi data. Fakta adalah sebuah data atau lebih yang tergabung
dalam konteks. Bila kita menganggap data sinonim dengan informasi, maka
kita membahas informasi tanpa adanya makna atau konteks.
49
Dewey menggunakan teknik mnemonic numbering yang sangat terstruktur dan
merangkum ilmu pengetahuan yang ada di dunia. Teknik penomoran ini
banyak dilakukan dalam dunia perpustakaan seperti Universal Decimal
Classification, International Patent Classification, dan masih banyak lagi
metode klasifikasi pengetahuan untuk mengkalsifikasikan subjek
informasi/buku, sehingga begitu kita masuk ke suatu pusat data/ perpustakaan,
maka dengan mudah kita mencari suatu buku/infromasi di antara ribuan bahkan
jutaan infromasi yang tersebar di perpustakaan. Dalam proses penyimpanan ini
para, pengelola memberikan metode Order and/or Sequence (lihat perspektif
filosofis dalam 12 teknik memori). Prinsip penyimpanan informasi dalam
database umumnya menggunakan disiplin ilmu informatika.
Tahap berikut dari persfektif ilmu ini adalah temu kembali informasi atau
retrieval. Dalam proses temu kembali, kita berusaha untuk mendapatkan
informasi yang berjuta-juta yang ada dalam database. Untuk memudahkan
proses pencarian, maka digunakan keyword atau kata kunci yang merupakan
unsur memori cues karena satu keyword akan mewakili sejumlah informasi
yang ada dalam pangkalan data tersebut. Untuk menemukan kembali informasi
bukan proses yang sederhana, walau sering terlihat sederhana. Untuk itu, kita
dapat menggunakan teknik Boolean. Teknik ini diadopsi dari disiplin ilmu
matematika.
50
BAB 3
51
pemrosesan yang lebih tinggi pada bayi yang lebih tua dibandingkan dengan
yang lebih muda.
Menurut model memori kerja Baddeley, memori kerja terdiri dari tiga
bagian. Pertama adalah eksekutif pusat yang bertanggung jawab atas berbagai
fungsi pengaturan termasuk perhatian, kontrol tindakan, dan penyelesaian
masalah. Kedua, loop fonologis , yang khusus untuk manipulasi dan retensi
materi dalam domain informasi tertentu. Akhirnya, sketsa visuospatial
menyimpan materi dalam hal fitur visual atau spasial. Kekuatan hubungan
antara tiga komponen memori kerja berbeda-beda; eksekutif pusat sangat
terkait baik dengan lingkaran fonologis maupun sketsa visuospatial yang
keduanya independen satu sama lain. Beberapa bukti menunjukkan
peningkatan linier dalam kinerja memori yang bekerja dari usia 3-4 tahun
hingga remaja.
a. Eksekutif Pusat
Eksekutif pusat merupakan bagian integral dari ingatan yang bekerja, dan
melibatkan kontrol atensi semua-inklusif dari sistem ingatan yang bekerja.
Awalnya Kail dan Saweikis menyimpulkan bahwa eksekutif pusat
memiliki peran penting dalam menyimpan beberapa informasi dan bahwa
eksekutif pusat memperkuat ingatan jangka panjang dan memiliki potensi
untuk menunjuk sumber daya untuk memfokuskan, membagi, dan
mengalihkan perhatian. Saat ini model eksekutif pusat mengecualikan
kemungkinan semua jenis penyimpanan memori. Namun, itu mencakup
pemahaman bahwa ia memang memiliki tanggung jawab untuk
mengendalikan dan memperkuat perhatian. Pada anak-anak dari 2-4,
batasan kapasitas penyimpanan memori membatasi proses pemahaman
yang kompleks. Namun seiring dengan bertambahnya usia anak, lebih
sedikit pemrosesan yang diperlukan yang membuka lebih banyak ruang
penyimpanan untuk memori.
52
b. Lingkaran Fonologis
Bukti menunjukkan peningkatan linear dalam kinerja dari usia 4 tahun
hingga remaja. Sebelum sekitar 7 tahun, kinerja penarikan serial dimediasi
oleh toko fonologis yang merupakan salah satu dari dua komponen loop
fonologis. Anak-anak usia prasekolah tidak menggunakan strategi latihan
subvokal untuk mempertahankan representasi fonologis yang membusuk
di toko tetapi sebaliknya mereka mengidentifikasi fitur visual gambar
untuk mengingatnya. Ini terbukti pertama dengan melihat anak-anak untuk
tanda latihan terbuka (misalnya gerakan bibir) dan kedua jika anak diberi
gambar yang dapat diidentifikasi, tidak ada perbedaan dalam pengambilan
yang ditemukan untuk kata-kata panjang dan pendek. Pada usia tujuh
tahun, anak-anak mulai menggunakan proses latihan subvokal untuk
memaksimalkan retensi di toko fonologis. Seiring dengan perkembangan
yang berkelanjutan, materi memori yang tidak dapat dipelajari kembali
dikode ulang menjadi kode fonologis yang sesuai untuk loop fonologis
bila memungkinkan.
c. Sketchpad Visuospatial
Anak-anak yang lebih muda (di bawah usia 5) mungkin lebih tergantung
daripada anak-anak yang lebih tua atau orang dewasa dalam menggunakan
sketsa visuospatial untuk mendukung memori langsung untuk bahan
visual. Anak-anak yang lebih besar mengadopsi strategi pengodean ulang
gambar secara verbal jika memungkinkan dan juga menggunakan loop
fonologis untuk memediasi kinerja tugas memori "visual". Antara usia 5
dan 11, rentang memori visual meningkat secara substansial dan pada titik
inilah level kinerja orang dewasa tercapai.
53
disimpan untuk waktu yang lama. Memori jangka panjang menggunakan faktor
pembeda penting yang dikenal sebagai makna yang dapat membantu individu
belajar hal ini digunakan dalam bentuk pengkodean dan itu dianggap metode
utama pengembangan memori jangka panjang. Begitu makna dipahami dan
diterapkan pada informasi, hal itu dapat memengaruhi apa yang diingat
seseorang. Memori eksplisit menjadi jauh lebih baik selama tahun-tahun
perkembangan. Namun, ada efek kecil usia pada memori implisit, yang bisa
jadi karena memori implisit melibatkan proses yang lebih mendasar daripada
memori deklaratif yang akan membuatnya kurang terpengaruh oleh
perkembangan keterampilan dan kemampuan kognitif anak.
a. Bayi
54
eksperimen memindahkan ponsel yang memperlihatkan gerakan pada bayi,
segera setelah bayi terhubung kembali ke ponsel dengan pita, bayi akan mulai
menendang dengan penuh semangat. Kesimpulannya adalah bahwa bayi itu
memang dapat mengingat ingatan, meskipun waktu telah berlalu. Bayi yang
berusia 5 bulan atau lebih dapat menggunakan emosi untuk memengaruhi
ingatan mereka. Namun, pada usia ini, bayi akan lebih cenderung mengingat
hal-hal yang ditandai oleh emosi positif. Banyak mekanisme yang digunakan
untuk mempelajari dan menyimpulkan memori pada anak-anak tidak dapat
digunakan pada bayi, karena proses penelitian diambil, yang meliputi menulis
atau berbicara. Cara para peneliti mempelajari kemampuan memori bayi
dalam rentang usia ini adalah dengan mengukur pergerakan mata di antara
gambar-gambar uji yang disajikan. Setelah melakukan putaran awal
pengujian ini, para peneliti akan melakukan tes tindak lanjut baik 5 menit
kemudian dan satu hari kemudian. Tes tindak lanjut yang ditunjukkan kepada
bayi termasuk dua bentuk geometris: satu dari tes asli, dan bentuk baru. Para
peneliti dapat merekam berapa lama bayi melihat gambar dalam tes tindak
lanjut dan mengukur berapa lama bayi menatap setiap bentuk. Bayi-bayi itu
lebih cenderung menatap bentuk-bentuk geometris dari tes awal jika mereka
dipasangkan dengan suara positif daripada jika mereka dipasangkan dengan
suara netral atau negatif. Studi ini menunjukkan bahwa bayi pada usia ini
akan dapat lebih mengingat bentuk dan pola hal-hal jika mereka dikaitkan
dengan emosi positif karena kepositifan akan meningkatkan minat dan
perhatian bayi.
b. Anak-anak prasekolah
Bayi pada usia 7 bulan dapat secara konseptual membedakan antara kategori
seperti hewan dan kendaraan. Meskipun konsep bayi mungkin kasar menurut
standar orang dewasa, mereka masih memungkinkan bayi untuk membuat
perbedaan semantik yang bermakna. Contohnya adalah bahwa bayi dapat
membedakan antara barang-barang milik dapur dan barang-barang milik
kamar mandi. Paling tidak, kategori-kategori ini meletakkan dasar untuk
pengembangan pengetahuan awal, mengatur informasi dalam penyimpanan
dan memengaruhi pengkodean di masa depan. Bayi dari usia 16 bulan dapat
55
memanfaatkan pengetahuan semantik mereka dalam generalisasi dan
inferensi . Pengetahuan ini juga dapat digunakan oleh balita yang lebih tua,
anak berusia 24 bulan, untuk memfasilitasi perolehan dan penyimpanan
informasi baru. Pengetahuan mereka tentang urutan kejadian dapat digunakan
untuk membantu mengingat urutan kejadian. Bayi memiliki kemampuan
untuk mengingat pengalaman setelah beberapa waktu atau menunjukkan
bahwa mereka memiliki proses kognitif pembentukan. Anak-anak pra-
sekolah bisa sangat tidak akurat dalam mengingat kata-kata atau angka yang
baru saja mereka pelajari. Anak-anak lebih mampu mengingat informasi,
yang menurut Henry (2011) anak-anak dapat "memprediksi" kinerja memori
jika mereka memiliki pengalaman daring dengan tugas. Yang mengarah pada
kesimpulan ini adalah anak-anak diberi tape recorder dengan 10 kata, anak-
anak diminta untuk menghentikan tape recorder begitu mereka mengira
mereka dapat mengingat semua kata yang disebutkan. Menurut penelitian,
17% anak-anak memperkirakan bahwa mereka tahu semua 10 kata yang
disebutkan. Pengetahuan itu sendiri tidak akan mengubah kinerja retensi,
melainkan seberapa baik pengetahuan terstruktur akan mengubah kinerja.
Retensi yang lebih baik ditunjukkan dengan informasi yang memiliki kohesi
yang lebih besar dan elemen yang lebih rumit. Keakraban dan pengulangan
pengalaman juga dapat mempengaruhi organisasi informasi dalam
penyimpanan untuk anak-anak prasekolah dan anak-anak yang lebih besar.
Anak-anak yang mengalami suatu peristiwa dua kali mengingat kembali
peristiwa itu lebih baik 3 bulan kemudian daripada anak-anak yang hanya
mengalaminya satu kali dan menunjukkan daya ingat yang sama baiknya
pada 3 bulan dibandingkan dengan mengingat pada 2 minggu setelah
pengalaman.
56
informasi tersebut diingat. Karena anak yang lebih besar memiliki lebih
banyak pengetahuan daripada anak yang lebih muda, anak yang lebih besar
memiliki kinerja yang lebih baik daripada anak yang lebih kecil dalam
sebagian besar tugas memori. Ketika keakraban dan kebermaknaan materi
disamakan berdasarkan usia, perbedaan perkembangan dalam kinerja memori
tidak lagi menjadi faktor. Penggunaan strategi ingatan anak-anak dan
pengembangan keterampilan metamemori juga berperan dalam perubahan
yang berkaitan dengan usia dalam ingatan, khususnya di masa kanak-kanak.
Pengetahuan memengaruhi memori dengan memengaruhi pengambilan,
dengan memfasilitasi penyebaran aktivasi di antara item-item terkait dalam
memori dan dengan memfasilitasi penggunaan strategi. Pengetahuan juga
memberikan elaborasi informasi yang lebih baik yang dapat memperkuat
penyimpanannya dalam memori.
2. Memori Episodik
57
masa lalu dan masa depan, tetapi orang tua adalah orang-orang yang umumnya
mengatur hari, yang berarti mereka adalah orang-orang yang memiliki kendali
atas masa depan anak-anak mereka
a. Memori Autobiografi
Jumlah informasi yang dapat ditarik kembali tergantung pada usia anak
pada saat acara. Anak-anak pada usia 1-2 dapat mengingat peristiwa pribadi,
meskipun hanya dalam fragmen ketika ditanyai beberapa bulan kemudian.
Anak-anak berusia dua tahun membentuk ingatan autobiografi dan
mengingatnya selama beberapa bulan. Kesulitan dalam menilai memori pada
anak-anak dapat dikaitkan dengan tingkat keterampilan bahasa mereka ini
karena tes memori biasanya terjadi dalam bentuk laporan verbal. Tidak jelas
apakah kinerja penilaian memori disebabkan oleh memori yang buruk untuk
acara tersebut atau ketidakmampuan untuk mengekspresikan apa yang
mereka ingat dengan kata-kata. Namun, tes memori menilai kinerja dengan
tes pengenalan foto non-verbal dan berlakunya kembali perilaku
menunjukkan bahwa anak-anak memiliki tanda-tanda recall dari 27 bulan,
dibandingkan dengan 33 bulan menggunakan tes recall verbal.
b. Diri Kognitif
58
berbicara secara rinci tentang masa lalu diberi kesempatan yang baik untuk
melatih ingatan mereka. Penggunaan bahasa orang tua pada saat peristiwa
itu terjadi juga dapat memainkan faktor dalam bagaimana anak mengingat
episode tersebut. Perbedaan budaya dalam gaya pengasuhan dan hubungan
orangtua-anak dapat berkontribusi pada memori otobiografi pada usia dini.
d. Strategi Memori
e. Metamemory
59
otak atau ingatan, karena memori tersebut menggunakan rekaman untuk
melakukan aktivitas. Namun, tidak semua yang dilihat atau yang dialami
bisa disimpan dengan baik, hanya informasi atau pengalaman tertentu saja
yang memiliki kekhasan atau suatu nilai yang dinaggap penting yang
mampu untuk disimpan dalam waktu lama pada memori seseorang. Oleh
karena hal tersebut, memori memerlukan suatu tempat untuk menyimpan,
menerima dan mengingat kembali informasi khusus. Berikut ini adalah
tahap perkembangan memori pada manusia :
Tahap yang pertama adalah tahap pada usia 0 sampai dengan 3 tahun. Pada
masa ini anak akan melihat dan mengingat dengan jelas apa yang ia lihat,
apa yang ia dengar. Adapun suara atau kejadian yang dilihatnya akan
terekam jelas di memorinya. Meskipun seyogianya seorang anak belum
mengerti apa yang ia lihat.
Tahap yang kedua adalah tahap 4 sampai dengan 6 tahun. Pada masa ini
seorang anak disebut dengan masa perkembangan “ golden age “. Dimana
pada tahap ini seorang anak akan dengan cepat menerima informasi serta
mengolahnya dalam otaknya. Selain menerima informasi dengan cepat,
seorang anak juga akan menirukan gaya atau cara bahasa seseorang yang ia
lihat.
Tahap yang ketiga adalah tahap 7 sampai dengan 8 tahun. Usia ini
merupakan usia yang baik bagi anak untuk mengenal berbagai jenis bahasa,
karena pada usia ini seorang anak pada umumnya akan lebih cepat tanggap
terhadap bahasa yang digunakan di sekitarnya. Daya tarik atau minat
seseorang dalam mempelajari bahasa akan berkurang jika seorang anak
sudah menginjak usia puberitas.
60
4. Tahap Usia 18 Tahun
Tahap yang keempat adalah tahap usia yang ke 18 tahun. Di usia ini sobat,
kemampuan dan kinerja otak dalam mengelola informasi akan mencapai
puncaknya. Semua kegiatan atau aktivitas biasanya banyak digeluti di dalam
berbagai bidang. Oleh karena itu sobat, pada usia 18 tahun ini akan jadi saat
yang paling ideal jika seorang anak ingin mempelajari ilmu atau
keterampilan baru, karena seorang anak akan tertarik denagn keterampilan
atau dunia baru.
Tahap yang kelima adalah tahap usia 22 tahun. Pada usia 22 tahun, otak
manusia mampu mengingat lebih banyak nama kenalan atau orang yang kita
pernah jumpai. Nah sobat semua, pda usia ini adalah saat dimasa otka kita
mampu mengolah kembali informasi yang sudah lama berlalu untuk kita
ingat kembali jika informasi tersebut dibutuhkan.
Tahap yang keenam adalah tahap usia 31 tahun. Adapun usia terbaik untuk
mengenai wajah orang lain adalah pada usia 31 tahun. Pada usia ini, kita
mungkin saja sudah melupakan nama orang – orang yang kita kenal.
Tahap yang ke tujuh adalah tahap usia 40 tahun ke atas. Semua kecerdasan
seseorang sering kali baru muncul atau memuncak saat memasuki usia 40
an. Hal ini biasanya dibuktikan dari mengukur kemampuan manusia untuk
menciptakan atau menemukan gagasan baru yang sebelumnya belum ia
pernah temukan atau lakukan.
61
3.2 Memori Traumatis dalam Novel Jawa Kadang Suriname Sanak Merapi
Karya Fuji Riang Prastowo Kajian Postmemory
A. Pendahuluan
Fuji Riang Prastowo adalah salah satu penulis novel yang berlatar
belakang ilmu sosiologi. Penulis kelahiran Yogyakarta tanggal 18 September
1990 memulai ketertarikannya terhadap sastra dan budaya jawa sejak kecil.
Sejak masuk dan lulus dari Universitas Gadjah Mada dengan IPK 3.92 ini
membawanya berkunjung ke beberapa negara. Pada tahun 2014, ia
memperoleh beasiswa LPDP PK-15 Kementerian Keuangan republik
Indonesia untuk S-2 di Radbound University Nijmegen Belanda. Prestasi yang
ia peroleh ketika sekolah disana, akhirnya ia memperoleh surat bahwa ia
diterima program doktoral atau S3 di universitas yang sama. Pengalaman
belajar yang lain ialah di ASEAN Youth Networking di Chulalongkorn
University di Thailand pada tahun 2013, legislative drafting Training di
Indonesia Jentera Law school (2014), Pelatihan Bahasa Belanda di Nijmegen
(2014) dan Ethnography di Copenhagen University Denmasrk (2015).
Fuji juga memiliki pengalaman kerja yang tidak sedikit pada bagian
penelitian. Salah satunya ialah menjadi Kepala Peneliti Biennale Jogja (2014)
yang membawanya ke India hingga Afrika untuk meneliti masalah
kebudayaan bersama Taman Budaya Yogyakarta, Asisten peneliti di Youth
Studies Center (2011-2014). Selain itu ia juga menjadi skarelawan di Museum
Anak Kolong Tangga (2009-2014). Kecintaanya terhadap sastra Jawa di mulai
ketika ia mendapatkan pengetahuan mengenai jawa melalui sang kakek
buyutnya yakni MP Somoredjo yang menjadi juru kunci pada makam Selir
Dalem Sri Sultan Hamengkubuwana II. Berdasarkan garis keturunan sang
ayah, penulis memiliki keturunan Ki Bahu Lawe dan dari keturunan sang ibu
ia adalah keturunan Prajaidjaja.
62
buku salah satunya ialah Bab Jawa Ing Landa (2017) dan Javenese Arts and
Literature “the visual Story of Javenese in the Netherlands. Selain itu melalui
penelitiannya juga, ia berhasil mempertemukan orang yang telah terpisah lama
dengan keluarganya antara Suriname dan Indonesia karena keadaan politik
pada masa kolonial. Kisah-kisah memilukan tersebut tidak menutup
kemungkinan menjadi latar belakang penulisan novel-novelnya.
Memori masa lalu memberikan dampak yang luar biasa dan tidak
terduga pada kehidupan sekarang maupun mendatang. Bagaimana
penggambaran memori tersebut dapat ditransmisikan kepada generasi masa
63
kini dalam novel Kadang Suriname Sanak Merapi? Teori Postmemory oleh
Marianne Hircsh dianggap cocok untuk menjawab pertanyaan tersebut.
B. Metode
64
dan kakek Trisnah dan sebagian warga yang lain tidak bisa kembali ke
Indonesia. Hal tersebut dikarenakan peraturan bagi orang-orang yang sedang
di luar negeri kala itu tidak diperbolehkan masuk ke Indonesia karena
digolongkan sebagai penghianat dan mempunyai ideologi yang berbeda.
65
1. Transmisi Familial
“Aku sedih teringat almarhum kakek Wagimin Atmopawiro. Hari ini tidak
terasa sudah sampai 1000 hari kakek sudah meinggalkan kita semua.
Nenekku, Soedinah Karijodikromo sering menangis ketika sampai di makam
kakek. (Prastowo, 2017:74)
66
namun juga bisa dikatakan sebagai agen historis. Dalam postmemory, agen
historis diposisikan sebagai pembawa trauma kolektif, personal, maupun
kultural yang hidup pada generasi sebelumnya. Dalam novel ini trasmisi
memori dimulai dari permintaan sang anak kepada Soedinah untuk
menceritakan bagaimana sosok sang ayah Wagimin dan kisahnya. Sehingga
terlihat generasi pertama memanfaatkan momen ziarah saat itu sebagai proses
recalling memori kepada sang ibu.
Crita cendhek kang bisa aku dongengi yaiku nalika umurku 10 tahun, aku
dibegal utawa diculik ning Candhi Prambanan ing Kutha Yogyakarta banjur
didol marang Landa ing Semarang, Jawa. Ngeling-eling crita iku gawe aku lan
Wagimin tansah nangis. (Prastowo, 2017:80)
Singkat cerita yang bisa aku ceritakan adalah ketika umurku 10tahun, aku
dibegal atau diculik di Candi Prambanan di Kota Yogyakarta kemudian dijual
kepada Belanda di Semarang, Jawa. mengingat cerita itu membuat aku dan
wagimin selalu menangis. (Prastowo, 2017:80)
2. Transmisi Afiliatif
67
melalui cerita, foto hingga nisan. Selain dari pihak keluarga, Trisnah
menerima transmisi memori dari luar lingkungan keluarga.
Menjadi wartawan dar TV NPO adalah salah satu jalan di luar keluarga yang
mampu melegitimasi memori yang ditransmisikan oleh keluarganya terutama
neneknya.
Melalui TV NPO, Trisnah bertemu dengan teman-teman sebaya dalam hal ini
rekan kerjanya. Dari merekalah Trisna mengetahui lebih dalam mengenai
informasi dari memori sang nenek. Tokoh Trisnah merupakan agen
postgeneration sebagai penghubung antara memori kisah masa lalu dan
sekarang. Berdasarkan hal tersebut Trisnah melalkukan returning journey
guna mendekatkan dirinya terhadap realitas.
“kelingan yen bapakku iku wong buwangan sawise Indonesia merdika. Aku
bisa mulih menyang Jawa amarga duwe druwang paspor Walanda, ananging
seje karo bapakku. Dheweke saumur uripe kayane ora bakal bisa mulih
amarga wonge wis ora bisa mlebu maneh amarha dituduh mlebu pakumpulan
kang gawe ontran-ontran jamane mudhune Soekarno biyen. Sanajan bapakku
ora melu,ujare Aditya”. (Prastowo, 2017:96)
“teringat Bapakku adalah orang buangan setelah Indonesia merdeka. Aku bisa
pulang ke Jawa karena mempunyai paspor Belanda, tetapi berbeda dengan
bapakku. Dia seumur hidupnya tidak akan pernah bisa pulang, tidak akan
pernah masuk karena dituduh masuk perkumpulan yang membuat keributan
jaman turunnya Soekarno dulu. Walaupun bapakku tidak ikut, kata Aditya”.
(Prastowo, 2017:96)
68
Melalui kantor tempat ia bekerja, Trisnah diharuskan bertemu dengan banyak
orang apalagi yang seusia. Keadaan yang demikian memudahkan Trisnah
mencari kebenaran memori dari neneknya tersebut. Aditya merupakan
keturunan Jawa yang juga tinggal di Belanda karena ayahnya digolongkan ke
dalam daftar orang buangan yang tidak bisa kembali ke tanah air. Transmisi
Afiliatif pada novel ini adalah kantor TV NPO. Melalui tokoh Aditya yang
merupakan teman kerja yang sama-sama ditugaskan untuk mencari berita
mengenai orang-orang buangan, Indies dan tentang apapun yang ada
kaitannya dengan Jawa.
69
Tokoh Trisnah menerima memori traumatis yang dialami oleh tokoh Simbah
Soedinah dan orang-orang buangan lainnya. Proses transmisi terebut
seakanakan memposisikan Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda
adalah hypermasculinez sedangkan posisi orangorang buangan dan Indies
adalah feminized. Inlander adalah sebutan untuk masyarakat pribumi dalam
hal ini yang terjajah. Sedangkan Indies adalah warga keturunan Belanda yang
pada saat tragedi perang melawan penjajah, mereka dianggap sebagai antek
Belanda. Fuji menggambarkan hypermaskulinezed terhadap Belanda.
70
b. Feminized terhadap Indies dan “orang-orang buangan”
“ya amarga aku rumangsa luwih Jawa. Atiku iki Jawa, sanajan pawakanku
Landa. Ya iku amarga sejarah Indonesia padha nelakake, yen kabeh wong
pawakan Landa iku ala. Kamangka, ora bisa digebyah uyah, amarga uga akeh
kang nduweni rasa tresna marang Jawa.(Prastowo, 2017:114) “ya karena aku
merasa lebih seperti orang Jawa. Hatiku ini Jawa, walaupun posturku Belanda.
Ya itu karena sejarah Indonesia semua menceritakan, bahwa orang Belanda
semua jahat. Padahal, tidak bisa disamaratakan, karena juga banyak yang
memiliki rasa cinta terhadap Jawa. (Prastowo, 2017:114)
Narasi tersebut di atas adalah salah satu rasa keberpihakan penulis terhadap
Indies. Sejarah menyebutkan Belanda adalah prepertator, demikian halnya
Indies atau masyarakat keturunan Belanda. Namun melalui tokoh Om Roni,
Fuji menghilangkan stereotype yang melekat pada masyarakat Indies. Melalui
novel ini, pengarang ingin menekankan tidak semua Indies melakukan
kejahatan pada masa perang kemerdekaan. Sebagian dari mereka merupakan
bystander dengan kata lain sebagian Indies tidak bertindak bahkan tidak
terlibat dalam kejadian perang tersebut bahkan justru powerless. Hal tersebut
tidak menutup kemungkinan bahwa Indies juga merupakan victim dari konflik
politik pada negara yang mengalami penjajahan Belanda. Mereka dan orang-
71
orang buangan lainnya berada di antara konflik dan dua negara. Indies dan
orang-orang buangan pada akhirnya memiliki identitas yang ambigu. Hingga
pada akhirnya, jauh setelah peristiwa itu Indies dan orang buangan lainnya
diijinkan untuk menetap di Belanda, dikarenakan mereka tidak diperbolehkan
kembali ke Indonesia. Kerugian mereka sangat besar dan menyisakan trauma,
karena harus tinggal jauh dari keluarga dan tanah kelahiran. Selain itu untuk
tinggal di negara baru, lingkungan baru sangat sulit. Sehingga yang tersisa
hanya puing-puing memori yang berbalut dengan kerinduan. Luka mereka
masih menetap dalam diri mereka, dalam tubuh mereka, dalam pikiran
mereka. Sehingga melalui langkah returning journey tokoh Trisnah dan
kawan-kawan kerjanya adalah salah satu langkah untuk merekonstruksi
memori.
72
Simpulan
Novel Kadang Suriname Sanak Merapi ini adalah karya Fuji Riang Prastowo
yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Yogyakarta sebagai salah satu
pemenang sayembara dalam Sayembara Nyerat Novel Basa Jawa 2017.
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa memori traumatis
Tokoh Trisnah dibentuk oleh transmisi familial dan transmisi affilial. Dalam
transmisi familial, Trisnah mendapatkan memori masa lalu tentang Jawa,
Indonesia dan Belanda. Memori dari generasi pertama diperoleeh Trisnah
melalui neneknya. Memori masa lalu dari generasi kedua diperoleh Kakmi
melalui orang tuanya. Memori masa lalu dari generasi sezaman diperoleh
Kakmi dari Aditya yakni teman satu kantornya. Dalam transmisi affilial,
Trisnah sebagai anak serta agen historis yang berinteraksi dengan dunia luar
juga menerima memori masa lalu tentang Jawa, Indonesia dan Belanda.
73
Zeman (2001) membagi kesadaran ke dalam empat kategori: -Kondisi terjaga
(waking state), yakni kondisi saat kita mempersepsi dan berinteraksi-
Pengalaman, yang merupakan kesiagaan setiap saat terhadap peristiwa-
peristiwa yang berlangsung disekeliling kita. -kondisi mental kita, yang
meliputi keyakinan, harapan, niat dan hasrat dan kesadaran diri kita, yang
meliputi rekognisi-diri, pengetahuan-diri, perasaan kepemilikan atas pikiran-
pikiran, ide-ide dan perasaan-perasaan kita sendiri.
Memori selalu dikaitkan dengan proses aktif seseorang di dalam mencari,
menyimpan/mengorganisasikan, dan menyebarluaskan informasi yang ada di
luar dirinya untuk ditemukan kembali oleh para pencari informasi. Oleh
karena manusia senantiasa mencari sesuatu dalam hidupnya, apa yang dicari
tersebut adalah informasi yang membantu seseorang dalam memperlancar
kehidupannya, baik untuk urusan praktis maupun keilmuan. Proses ini
melibatkan unsur memori, baik memori internal dalam diri seseorang maupun
memori eksternal, yang umumnya terdapat dalam literatur dan pangkalan data
atau dari memori orang lain terutama memori para pakar, karena dalam
memori tersebut terkandung atau tersimpan beragam informasi yang
berbentuk pengetahuan, pemahaman, kebijaksanaan atas suatu ilmu yang
diinginkan dan dibutuhkannya. Proses pencarian informasi, antara lain,
dikemukakan oleh Ellis, Cox, dan Hall (1993). Mereka mengungkapkan
proses pencarian informasi para ilmuwan bidang sosial dalam delapan tahap,
yaitu, starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting,
verifying, dan ending.
Memori sebagai sumber fakta Peristiwa-peristiwa di masa lalu seringkali
kita simpan dalam ingatan, terutama peristiwa yang sangat membekas dalam
sanubari kita. Dibawah ini contoh peristiwa atau kejadian memori (trauma)
diantaranya:
74
No Nama Waktu Pihak yang Dampak&Kerugian Gambar
Kejadian Kejadian terkait
1. Gerakan 30 - Pelopor: - Kekuatan politik di
30 Sept 1965 Amir Indonesia sudah hancur
September Syarifuddin dan setelah kegagalan
1965 Muso kudeta tersebut.
Partai - Pemimpin: - Kewibawaan Presiden
Komunis D.N Aidit Soekarno berkurang.
Indonesia - Yang terlibat: - Bersatunya TNI dan
(G30SPKI PKI, TNI AD, kaum agama untuk
) Presiden membalas PKI.
Soekarno - Pembantaian orang-
orang yang
berhubungan dengan
PKI secara besar-
besaran.
- Timbulnya demonstrasi
besar yang dilakukan
oleh rakyat, mahasiswa,
KAMI dan KAPPI.
- Reshuffle kabinet untuk
memenuhi Tritura.
- Presiden Soekarno
mengeluarkan Surat
Perintah Sebelas Maret
atau yang sering
disebut Supersemar.
- Pelarangan organisasi
dan partai berhaluan
marxisme, leninisme
dan komunisme hingga
saat ini.
75
2. Tragedi 12 Mei Mahasiswa - Gugurnya beberapa
Trisakti 1998 Trisakti, mahasiswa sebagai
Pemerintah pahlawan reformasi
- Mundurnya Soeharto
dari jabatan sebagai
Presiden Republik
Indonesia
- Lumpuhnya
perdagangan
- Sebanyak ratusan
warga keturunan
meninggalkan
Indonesia
- Terganggunya
transportasi
- Lahirnya TAP MPR
No. XVII/MPR/1998
76
ledakan
- Membuat trauma
mendalam terhadap
masyarakat bali
- Adanya kecurigaan
masyarakat bahwa
pengeboman ini adalah
rencana dari ISIS
- Membuat sektor
pariwisata Bali
menurun.
5. Tragedi 13 Nov Mahasiswa, - 17 warga sipil tewas, 1
Pembantai 1998 & 24 Presiden, Aparat mahasiswa tewas, 12
an Sept 1999 keamanan orang tewas, dan 217
Semanggi orang luka-luka.
1&2 - Agenda reformasi telah
ditetapkan melalui
berbagai ketetapan
MPR dan berbagai
produk perundang-
undangan yang baru,
tetapi setelah
berlangsung lebih dari
12 tahun lamanya,
terasa bahwa reformasi
berjalan secara belum
terarah.
- kekuasaan yang pada
waktu dulu bersifat
otoriter, sekarang harus
bersifat demokratis,
pemerintahan yang
77
terpusat harus menjadi
desentralisasi.
- Rasionalitas dan
objektivitas telah
tersisihkan sehingga
muncul egoisme,
perseorangan maupun
kelompok tanpa
mengidahkan etika,
moral, norma, dan
hukum yang ada.
6. Peristiwa 12 Sept jemaat mesjid - Korban yang lolos dari
Tanjung 1984 Assa’dah, petugas maut dan sempat
Priok Babinsa setempat, merasakan dinginnya
sersan satu sel penjara hingga
Hermanu. sekarang mengalami
trauma psikologis
selama berpuluh tahun
dan kerap mengalami
mimpi buruk hingga
saat ini.
- Banyak korban tewas
dan korban luka yang
angkanya tidak bisa
dipastikan, serta
sejumlah gedung juga
rusak karena terbakar.
- Militer melaporkan
bahwa mereka dipicu
oleh seorang pria
berpakaian militer
palsu yang
78
membagikan selebaran
anti-pemerintah
bersama dengan 12
komplotannya;
dilaporkan dari orang
yang ditahan.
- Setidaknya 169 warga
sipil ditahan tanpa
surat perintah dan
beberapa dilaporkan
disiksa.
- Para pemimpin
ditangkap dan diadili
karena tuduhan
subversif, kemudian
diberi hukuman
panjang.
- Banyaknya kerugian
materiil seperti
kehilangan harta benda
dan tempat tinggal.
- Adanya anggota
keluarga yang hilang
dan tidak diketahui
dimana keberadaannya
hingga sekarang.
79
- Tsunami Aceh disebut
paling mematikan
dalam catatan sejarah
karena menelan banyak
korban
- Indonesia dinyatakan
sebagai kawasan
bencana tsunami
terparah.
- Tercatat lebih dari 230
ribu korban. Korban
tersebut tersebar di 14
negara yang juga
terkena dampak Gempa
dan Tsunami.
- Di Indonesia, terdapat
160 ribu jiwa yang
menjadi korban.
- Merusak infrastruktur
bangunan, tumbuhan,
dan puluhan ribu orang
kehilangan tempat
tinggal dan terpaksa
mengungsi.
- Mengeluarkan banyak
dana pemerintah untuk
pembangunan pasca
tsunami.
- Bantuan dari pihak
asing pun berdatangan.
- Hingga sekarang
peristiwa ini dikenang
80
oleh seluruh dunia,
khususnya masyarakat
Indonesia.
81
Guru, warga non non Papua.
Papua. - Korban
luka/penembakan dan
penikaman 82 orang,
yang terdiri dari 44
orang warga Papua dan
38 orang non Papua.
- Pembakaran ruko-ruko:
31 unit. Pembakaran
rumah: 27 unit. Pasar:
1 unit. Kendaraan roda
dua: 150 unit dan 100
unit roda empat. Serta
10 gedung perkantoran.
- Sekitar 17 ribu
pengungsi mengantre
untuk eksodus.
- Meninggalkan trauma.
82
11. Pertempur 20 Pasukan tentara - Pasukan militer dan
an Oktober- sekutu dari pejuang rakyat
Ambarawa 15 inggris, rakyat Indonesia berhasil
desember Indonesia dalam upayanya
1945 memukul mundur
pihak sekutu dan NICA
ke Semarang, juga
berhasil merebut
kembali wilayah
kedaulatan Indonesia.
- Sekutu berhasil dipukul
mundur ke Semarang
dan melepaskan
kedudukan mereka di
Ambarawa.
- Menambah semangat
rakyat untuk bergotong
royong dan
menumbuhkan
semangat nasionalisme
untuk mempertahankan
Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
- Mengenalkan strategi
“Supit Urang” yaitu
siasat dalam
mengepung musuh
yang dilakukan secara
serentak dari dua sisi
sekaligus, secara
bersamaan dan
langsung.
83
- TNI menjadikan
tanggal 15 Desember
sebagai Hari Infanteri
atau Hari Juang Kartika
sebagai dampak
pertempuran
Ambarawa.
- Sejarah Monumen
Palagan Ambarawa
dibuat untuk
mengenang
pertempuran tersebut.
Ketahui juga mengenai
sejarah museum
Ambarawa yang
tadinya berupa stasiun
kereta api militer.
- Banyaknya pejuang
dari pihak Indonesia
yang kehilangan
nyawa.
- Gugurnya Letkol
Isdiman Suryokusumo
karena serangan dari
pesawat Mustang, yang
mengakibatkannya
terluka di bagian paha
dan wafat dalam
perjalanan menuju ke
rumah sakit.
- Keamanan rakyat
setempat terancam,
84
begitu juga dengan
rakyat di Magelang dan
juga memakan korban
penduduk sipil.
- Terhentinya aktivitas
perekonomian dan
kehidupan social.
12. Bandung 23 Maret Tokoh" Bandung - Adanya kekompakan
lautan api 1946 lautan api: antara pemerintah sipil,
Kolonel Abdul TRI dan rakyat dalam
Haris Nasution, melakukan
Muhammad Toha pengungsian dan
dan Ramdan pembumihangusan.
Atje Bastaman, - Memberikan kerugian
Rukana, Sutan yang sangat besar bagi
Syahrir, Ismail masyarakat Bandung,
Marzuki.Dan karena kerusakan
pasukan tentara infrastruktur yang
sekutu. terjadi akibat peristiwa
itu. Oleh karena rumah
rakyat sipil juga
terbakar sehingga
menyebabkan kerugian
bagi rakyat.
85
Baru. Pada awal 1970-
an, beliau sering
memanggil para
menteri ke kantornya
dan mengadakan rapat
mingguan. Langkah
tersebut menjadikan
Ali Moertopo
mempertanyakan
Soeharto tentang
manuver yang
dilakukan Soemitro.
86
mendapatkan
kemerdekaan yang
benar – benar
diperjuangkan selama
ratusan tahun dengan
usaha dan darah rakyat
sendiri, bukan atas
hadiah dari Jepang
sebagaimana
direncanakan
sebelumnya.
- Tercapainya kata
sepakat antara kaum
tua dan muda
melahirkan persatuan
yang kokoh antar
kedua pihak sehingga
kerjasama dapat lebih
ditekankan dengan erat
untuk kepentingan
perjuangan
kemerdekaan.
- Lahirnya negara
Indonesia yang
berdaulat dan lepas dari
penjajahan pihak
manapun.
- Menghindarkan
Indonesia dari
peralihan kekuasaan ke
pihak sekutu.
Sementara Belanda ada
87
di pihak sekutu dan
akan berusaha merebut
Indonesia kembali.
88
media Belanda korban
dari pihak mereka
selama bulam maret
ialah 200 orang tewas
dan luka-luka.
89
Indonesia yang
kesepakatannya adalah
mengakui kedaulatan
Indonesia.
17. Peristiwa 11 Warga Amerika - Membawa dampak
Amerika September Serikat besar bagi
Serikat 2011 perekonomian ‘Negeri
Paman Sam’.
- Lumpuhnya Bursa
Efek New York (New
York Stok
Exchange/NYSE)
selama satu minggu.
- Yen, Euro dan
Poundsterling
mengalami penurunan
panjang.
18. Peristiwa 28 Semua warga - Sebanya 2.256 orang
Tsunami September Donggala, Palu, meninggal dunia.
Palu 2018 dan Mamuju, - Kerugian dan
Sulawesi Tengah kerusakan akibat
bencana sebesar Rp
18,48 trilliun. Paling
besar kerugian berasal
dari sector permukiman
adalah Rp 9,41 triliun.
19. Bom 9 Agustus Semua warga - Jatuhnya banyak
Hirosima 1945 Hirosima dan korban.
dan Nagasaki - Korban Hirosima
nagasaki Wiliam S 20.000+ tentara tewas,
Parsons, 70.000-146.000 warga
Shunroku Hata, sipil tewas.
90
Paul W. Tibbets, - Nagasaki: 39.000-
Jr. 80.000 tewas.
- Terjadi Badai api
- Banyak bangunan
hancur
- Radiasi yang parah
- Penyakit mulai mucul
- Jepang menyerah tanpa
syarat
91
mengeluarkan resolusi
yang memaksa Belanda
untuk mengadakan
perundingan dengan
Indonesia yang
kesepakatannya adalah
mengakui kedaulatan
Indonesia.
Kepribadian ini
92
muncul akibat dari
trauma di masa lalu yang
dilakukan ayah tirinya,
Chalmer yaitu
penganiayaan seksual
dan sadistis, juga ayah
kandungnya pun mati
bunuh diri. Ia sendiri
kerap berusaha bunuh
diri.
- Ia divonis melakukan
perampokan dan
penculikan, juga
dituduh telah
memperkosa 3 wanita
di kampus Ohio State
University.
- Dia dibebaskan dari
hukuman penjara
dengan alasan
gangguan kejiwaan. .
Sebagai gantinya,
Billy menghabiskan
satu dekade di institusi
kejiwaan.
- Orang pertama dalam
sejarah Amerika yang
dianggap tidak
bersalah atas berbagai
tindak kejahatan serius
dengan alasan tidak
93
waras.
94
Arthur mengubah
identitas dirinya dengan
menjadi Joker,
menampilkan pribadi
baru yang jahat.
3 Shirley 25 Januari Syibil, Ibu Syibil Sybil bercerita tentang
Ardell 1923 – 26 dan Dokter seorang gadis dengan
Mason/Syi Februari Wilbur kepribadian yang
bil (The 1998 terpecah sehingga
Ramake): sampai terdapat 16
Gadis kepribadian dalam satu
dengan 16 tubuh. Enam belas
Kepribadi pribadi itu adalah: Clara,
an yang Helen, Marcia, Marjorie,
Berbeda Mary, Mike (laki-laki),
Nancy Lou Ann
Baldwin, Peggy Ann
Baldwin, Peggy Lou
Baldwin, Ruthie, Sid
(laki-laki), Sybil Ann,
Sybil Isabel Dorsett,
Vanessa Gaile, Victoria
Antoniette Shcarleu
(Vicky) dan kepribadian
terakhir yang tak
diketahui namanya.
Keadaan seperti ini terus
berlanjut pada dirinya
sampai ia dewasa. Tentu
saja ia tidak pernah
menceritakan
pengalamannya ini pada
95
orang lain. Itu akan
menjadi hal yang sangat
memalukan. Sybil lahir
dan dibesarkan di
Willow Corners. Sebuah
daerah kecil yang berada
di dekat perbatasan
Minnesota. Masyarakat
disana, tidak akan dapat
menerima hal-hal yang
berada diluar kewajaran.
Jangankan masyarakat,
orangtuanya sendiri pun
menganggap ”waktu
yang hilang” yang
dirasakan oleh putrinya
sebagai akibat dari
sifatnya yang terlalu
pasif untuk ukuran anak-
anak. Jadi, Sybil
memutuskan untuk
menghadapi semuanya
sendirian.
96
orang temannya
bersama-sama lalu
dilempar ke paving,
kemudian diangkat lagi
dan dilempar ke pohon.
Awalnya MS ini tidak
menceritakan semua
kejadiaan tersebut
kepada keluarga, tetapi
pihak Keluarga
mengetahui setelah MS
kesakitan, kemudian
keluarga
mengkonfirmasi ke
sekolahan. Ketika
keluarga nya sudah
mengetahui MS
langsung dibawa ke
Rumah Sakit Lavalette,
karena MS mengalami
luka-luka yang cukup
serius yang terpakasa
MS harus mendapatkan
perawatan medis di
rumah sakit selama
hampir satu pekan selain
itu MS juga di Ponis
harus kehilangan jari
tengah tangan kananya
harus di amputasi.
97
5 Chris Tahun Chris Costner Wanita ini merasakan
Chostner 1957 Sizemore dan kepribadian lainnya
Sizemore Anak kandungnya mulai muncul saat di
sendiri usia 2 tahun dia melihat
seorang pria diangkat
dari sebuah parit dan
lelaki itu diduga telah
meninggal. Sejak itulah
kemudian Sizemore
mengaku dia sering
bertingkah aneh, dan
sering lupa bila dirinya
telah mengakibatkan
sebuah kekacauan. Hal
itu semakin terlihat saat
dia baru saja melahirkan
anak pertamanya.
98
memiliki 22 kepribadian.
Kisah Sizemore ini
kemudian juga difilmkan
pada tahun 1957 yang
membuat pemeran
utamanya mendapatkan
penghargaan bergengsi
Academy Award.
Kejadian yang telah terjadi sebagai sejarah dalam arti objektif tidak mungkin lagi
diulang atau dialami kembali, akan tetapi bekas-bekasnya sebagai memori dapat
diungkapkan atau diaktualisasikan. Bentuk pengungkapan kembali ialah
pernyataan tentang kejadian itu. Oleh karena itu, dapat dijabarkan fakta adalah
suatu statement tentang suatu kejadian atau peristiwa. Memori sebagai sumber
fakta Peristiwa-peristiwa di masa lalu seringkali kita simpan dalam ingatan,
terutama peristiwa yang sangat membekas dalam sanubari kita.
99
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
100
nostalgia tidak mengikutsertakan trauma dalam pembahasannya. Baudrillard
(1998) menuliskan bahwa nostalgia hadir sebagai pengganti realitas yang
sudah berubah. Teori perkembangan (psikoanalisis) Sigmund Freud
mengemukakan bahwa kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yakni
sadar atau conscious, prasadar atau preconscious dan tak sadar atau
unconscious. Topografi atau peta kesadaran ini dipakai untuk mendiskripsi
unsur cermati (awareness) dalam setiap event mental seperti berfikir dan
berfantasi. Menurut perspektif kognitif, memori ialah kekuatan jiwa untuk
menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan. Jadi, ada tiga
unsur dalam perbuatan ingatan, yaitu menerima kesankesan, menyimpan, dan
mereproduksikan. Berdasarkan metode penyelidikan memori, Abu Ahmadi
mengemukakan enam metode penyelidikan yang umumnya digunakan untuk
meneliti ingatan atau memori. Keenam metode tersebut adalah The learning
method, The Relearning Method, metode rekonstruksi, metode mengenal,
metode mengingat, metode asosiasi berpasangan.
4.2 Saran
101
DAFTAR PUSTAKA
Atkinson, Rita L. 1999. Pengantar Psikologi Edisi Kesebelas, Jilid Satu. Jakarta:
Erlangga.
Hall, Calvin S. 1954. Pengantar ke dalam Ilmu Jiwa Sigmund Freud. Jakarta-New
York: Yayasan Penerbitan Franklin.
Michael Billig, Collective Memory, Ideology and the British Royal Family
(London: Sage Publishing, 1990), 60.
Ernawati, Yunita. 2019. “Memori Traumatis dalam Novel Jawa Kadang Suriname
Sanak Merapu Karya Fuji Riang Prastowo Kajian Postmemory”. Jurnal
Lokabasa. Volume 10, Nomor 1.
102
Fernanda, Andri. 2017. ”Transmisi Memori dan Trauma dalam Mother Land
Karya Dmetri Kakmi: Kajian Postmemory. Jurnal Ilmu Sastra. Volume V, Nomor
2.
Kumalasari, I. 2016. The Book Thief Karya Maskus Zuzak: Jurnal Poetika.
Yogyakarta. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada.
Pratama, Aswab Nanda. 2018. Hari Ini dalam Sejarah: Serangan 9/11 di Amerika
Serikat. (https://internasional.kompas.com/read/2018/09/11/10312461/hari-ini-
dalam-sejarah-serangan-911-di-amerika-serikat, diakses tanggal 5 Maret 2020).
103
Desideria, Benedikta. 2020. Korban Reynhard Sinaga Alami Trauma Mendalam.
(https://www.liputan6.com/health/read/4149985/korban-reynhard-sinaga-
alamitrauma -mendalam, diakses pada 6 Maret 2020).
Eki, Feren. 2017. Mengikuti Kisah Billy Milligan yang Memiliki 24 Kepribadian
dalam dirinya. (https://www.idntimes.com/hype/entertainment/feren-
eki/mengikuti-kisah-billy-milligan-yang-memiliki-24-kepribadian-dalam-dirinya-
c1c2/full, diakses pada 9 April 2020).
104
Habibi, Zaki. 2017.Membaca Sastra dalam Kotak-kotak Ingatan Bentukan.
(https://medium.com/ingat-65/membaca-sastra-dalam-kotak-kotak-ingatan-
bentukan-19b597723785, diakses pada 5 April 2020).
105
Bangsa tatar-krimea dibayangi trauma terhadap Rusia.
(https://id.rbth.com/politics/ 2014/04/22/bangsa_tatar-
krimea_dibayangi_trauma_terhadap_rusia_23655 Di akses pada 22 Maret 2020).
Sonia, Monisha. Niken, senda Anggi. Atmaja Aji. 2018 Representasi Mental
Bahasa dan Perolehan Pengetahuan.
(https://www.academia.edu/37926536/Representasi
Mental_Bahasa_dan_Perolehan_Pengetahuan, diakses pada tanggal 01 maret
2020).
106
Palesa, Ikram M. 2020. Mengenang peristiwa Malari, 15 Januari 1974.
(https://www.google.com/amp/s/www.kompasmania.com/amp/muhamadirameles
a/mengenang-peristiwa-malari-15-januari-1974/ diakses pada tanggal 5 april
2020).
Setiawan, Samhis. 2020. Serangan umum 1 maret definisi tujuan kerugian arti
penting. (https://www.gurupendidikan.co.id/serangan-umum-1-maret-definisi-
tujuan-kerugian -arti-penting/ , diakses tanggal 05 april 2020).
107
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
RATA-RATA
108
(Lokasi: Ruang Kelas Gedung C)
109
3 29 Maret Beberapa
2020 kelompok kami
sedang
mendiskusikan
penyelesaian
makalah yang
disusun
4. 29 Maret Pertemuan
2020 daring ke-2 Me-
review hasil
materi yang
telah di
diskusikan
110
5. 1 April Tugas akhir
2020 bagi-bagi
penyusunan
proses makalah
3. Dalam kumpul perdana kali ini kami membagi-bagi apa saja yang harus
kami cari kepada tiap-tiap anggota.
4. Dalam hal pencarian data kelompok kami memulai dengan mencari data di
internet seperti di jurnal-jurnal atau di artikel.
5. Pencarian selanjutnya kami mulai mencari sumber dari buku, kami pergi ke
perpustakaan CISRAL UNPAD, di sini kami menemukan banyak kesulitan
seperti susahnya mencari buku, buku yang tidak sesuai dengan apa yang
kita cari. Setelah lama mencari akhirnya kita menemukan buku yang sesuai,
akan tetapi kebanyakan buku yang kami dapat adalah buku-buku psikologi,
akhirnya ada beberapa buku psikologi yang kami dapatkan.
111
6. Selanjutnya selain ke perpustakaan Unpad, kami mencoba mencari ke
perpustakaan FIB dan Perpustakaan FIKOM untuk mendapatkan lebih
banyak sumber. Akan tetapi kami tidak menemukan buku yang dicari,
kami pun memutuskan untuk membagi-bagi tiap orang beberapa lembar
buku yang sudah didapat ke tiap-tiap anggota kelompok untuk di resume.
7. Setiap hari kami saling mengabari satu sama lain untuk tetap terus mencari
sumber-sumber yang banyak dan valid untuk kebutuhan dalam pencarian
data.
8. Dalam pemupuan data kali ini terdapat banyak kendala, kendala yang
terbesar adalah adanya wabah virus yang sedang marak di Indonesia yaitu
virus Corona atau kita sebut Covid-19, yang membuat kita harus pulang ke
rumah masing-masing untuk mencegah penularan virus ini.
9. Oleh karena itu kita diharuskan melakukan kuliah di rumah atau kuliah
daring, memang agak sulit di awal melakukan kuliah daring tetapi kami
mencoba untuk maksimal untuk mengerjakan tugas ini, kami mencoba
dengan melakukan diskusi online melalui aplikasi yaitu whatsapp.
10. Dalam diskusi online ini kita mencoba untuk tetap update dalam hal
pemupuan data, ketua kelompok membagi tugas pada tiap-tiap anggota
untuk mencari data serta membantu dalam hal lain di penyusunan makalah.
11. Diskusi ini juga dilakukan dengan cara video call untuk membahas
sampai mana proses pengerjaan makalah ini.
112