Anda di halaman 1dari 22

HAKIKAT KELOMPOK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Pendekatan Kelompok dalam BK

Yang dibina oleh

Dr. Henny Indreswari, M.Pd

Disusun oleh:

Ahmad Fitra Rasyadi

200111842015

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PASCASARJANA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

Oktober 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
izinnyalah makalah mampu terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun
berdasarkan materi pembelajaran pada mata kuliah Pendekatan Kelompok dalam BK
dengan judul “Hakikat Kelompok dalam BK”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini, khususnya kepada Ibu Dr. Henny Indreswari, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Pendekatan Kelompok dalam BK yang senantiasa membimbing
penulis.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita, serta penulis berharap,
makalah sederhana yang disajikan ini dapat memberi manfaat dalam menambah
wawasan ilmu pengetahuan kita, baik itu bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya. Aamiin.

Malang, 03 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1


B. Topik Pembahasan ................................................................................................ 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Kelompok dalam BK .......................................................................................... 2


B. Teori Dibalik Praktek Kelompok dalam BK .................................................................... 2
C. Gambaran Umum Berbagai Jenis Kelompok dalam BK .................................................. 6
D. Perspektif Multikultural tentang Kerja Kelompok dalam BK ........................................ 12

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15

DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................. 19

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ringkasan Mengenai Definisi, Tujuan, Contoh, dan Durasi Spesialisasi

dalam Berbagai Jenis Kelompok ........................................................................................... 16

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia manapun di dunia ini membutuhkan kontak dengan orang lain dan tidak
mungkin dapat hidup berkembang dengan sebaik-baiknya tanpa adanya bantuan orang
lain. Oleh karena itu, manusia selalu berusaha hidup dalam kumpulannya dan dalam
kebersamaannya, serta membentuk kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan
hidupnya masing-masing.
Kelompok adalah hubungan dua orang atau lebih individu dalam suatu hubungan
sosial. Suatu kelompok harus memenuhi dua unsur yakni kuantitas dan kualitas. 25 orang
yang berkumpul di sebuah lapangan bukanlah kelompok. Namun apabila kualitas 25
orang tersebut ditingkatkan dengan adanya interaksi, maka bisa dikategorikan sebagai
kelompok. Adanya suatu kelompok tidak harus diawali dengan adanya kerumunan.
Kerumunan dapat berubah menjadi kelompok, yaitu ketika unsur-unsur hubungan antara
orang-orang yang ada di dalamnya ditingkatkan. Sebaliknya, suatu kelompok dapat
berubah menjadi kerumunan apabila unsur-unsur pengikat antaranggota kelompok
menjadi sekedar kumpulan orang-orang saja apabila unsur penarik perhatian (objek yang
menimbulkan kerumunan) dan unsur pengikat antara orang-orang yang berkumpul (yang
menimbulkan kelompok) menjadi hilang atau dihilangkan.
Kerumunan orang bisa dikatakan sebagai kelompok apabila terjadi interaksi antara
orang-orang yang ada di dalam kumpulan atau kerumunan itu, terjadi suasana
mempengaruhi dan terpengaruhi antaranggota kelompok sehingga menimbulkan suasana
ketergantungan antaranggota serta adanya kepemimpinan (leadership) yang dipatuhi
dalam. Pada makalah ini, penulis akan membahas tentang hakikat kelompok dalam
Bimbingan dan Konseling.
B. Topik Pembahasan
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini akan membahas beberapa topik
dibawah ini:
1. Pengenalan Hakikat Kelompok dalam BK
2. Teori Dibalik Praktek Kelompok dalam BK
3. Gambaran Umum Berbagai Jenis Kelompok dalam BK
4. Perspektif Multikultural tentang Kerja Kelompok dalam BK
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembahasan diatas adalah:
1. Mampu memahami Hakikat Kelompok dalam BK
2. Mampu memahami teori dibalik praktek kelompok dalam BK
3. Mampu memahami gambaran umum berbagai jenis kelompok dalam BK
4. Mampu memahami perspektif multikultular tentang kerja kelompok dalam BK

1
BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Kelompok dalam BK


Kelompok psikoterapi mempunyai tingkat efektifitas yang seimbang dengan terapi
indvidu dalam membantu menangani permasalahan psikologis. Terapi kelompok
mempunyai pendekatan yang menguntungkan serta hemat biaya. Piper dan Ogrodniczuk
(dalam Corey, dkk, 2010: 4) berpendapat bahwa manfaat utama dari terapi kelompok
adalah identifikasi efektifitas, penerapan dan efisiensi biaya. Mereka menyatakan:
“Mengingat bahwa terapi kelompok sama efektifnya dengan terapi individu dan
membutuhkan lebih sedikit waktu terapis, tampaknya terapi pengobatan ini lebih
hemat biaya ”
Kelompok merupakan opsi pengobatan yang baik untuk menangani masalah pada dan
dengan diri sendiri maupun orang lain. Kelompok dirancang untuk segala jenis
pengaturan sekarang dan bagi banyak kelompok klien yang beragam. Kelompok ini
merupakan kelompok jangka pendek yang terstuktur dan untuk klien dengan populasi
tertentu. (Corey, dkk 2010: 4)
Banyak masalah yang membawa orang ke konseling melibatkan kesulitan dalam
membentuk atau memelihara hubungan intim. Klien sering percaya bahwa masalah
mereka unik dan mereka memiliki sedikit pilihan untuk membuat perubahan hidup yang
signifikan. Mereka mungkin bingung mengetahui cara hidup baik dengan orang yang
mereka cintai. Kelompok dapat dijadikan sebagai laboratorium alami menaungi setiap
individu hingga memiliki pemikiran bahwa mereka –orang yang punya masalah/konseli-
tidak sendiri. (Corey, dkk 2010: 5)
B. Teori dibalik Praktik Kelompok dalam BK
1. Proses dan Teknik Kelompok
Proses kelompok terdiri atas segala hal dasar yang dimulai dari pembentukan
hingga tercapainya tujuan kelompok tersebut. Proses kelompok bukanlah hasil dari
komunikasi lisan antar anggota, melainkan kejadian apa saja yang terjadi dalam
kelompok. Misalnya, Pemimpin yang bekerja secara memaksa dan membawa
kecemasan bagi anggota memungkinkan anggota kelompok lebih memilih untuk
diam.
Teknik adalah intervensi dari pemimpin kelompok sebagai upaya untuk
memfasilitasi kegiatan dalam suatu kelompok. Segala tindakan pemimpin kelompok
secara visual bisa dikategorikan sebagai teknik. Termasuk diam, menyarankan
perilaku baru, meminta anggota untuk menangani konflik, menawarkan opsi kepada
anggota, menyajikan interpretasi, dan memberikan tugas pekerjaan rumah.
Asasemen awal ketika menanyakan kepada anggota tentang tujuan ikut
bergabung dalam kelompok juga termasuk teknik. Selain itu, beberapa tindakan yang
bisa dikatakan teknik melimputi meminta anggota yang tidak produktif untuk
mengklarifikasi arah yang ingin diambil, meminta anggota untuk berperan, meminta
seorang anggota untuk mempraktikkan perilaku baru, mendorong seseorang untuk
mengulangi kata-kata tertentu atau melengkapi kalimat, membantu anggota

2
merangkum apa yang telah mereka pelajari dari sesi kelompok, menantang
kepercayaan anggota, dan bekerja dengan kognisi yang memengaruhi perilaku
anggota.(Corey, dkk, 2010:6)
Teknik adalah alat dan intervensi yang digunakan untuk memfasilitasi apa yang
terjadi dalam kelompok. Dalam banyak jenis kelompok, teknik yang paling berguna
muncul dari aktifitas anggota serta disesuaikan dengan keadaan yang berkembang
dalam sesi tertentu. (Corey, Corey, Callanan, & Russell dalam Corey,dkk, 2010:6)
2. Menggunakan Teknik Secara Efektif
Pemimpin kelompok harus berhati-hati dan bertanggung jawab dalam
menggunakan teknik yang dipilih. Apalagi jika metode yang digunakan menghasilkan
intensitas tinggi dalam perasaan yang diungkapkan. Pemimpin mebutuhkan pelatihan
yang sesuai untuk menghindari terbawanya perasaan pemimpin yang diakibatkan oleh
aktivitas bermain peran. Misalnya, pengalaman msa lalu yang sama dapat
menimbulkan perasaan yang intens.
Teknik paling berguna berkembang dari pekerjaan peserta kelompok dan
disesuaikan dengan situasi yang berkembang dalam pertemuan kelompok tertentu.
Penting untuk menggunakan teknik yang pemimpin ketahui. Menggunakan teknik
dengan pertimbangan bahwa pemimpin sendiri pernah mengalami suatu kejadian
yang mempunyai korelasi dengan masalah kelompok dinilai lebih baik. Selain itu,
teknik yang baik juga bisa didapatkan dari teknik yang telah mendapatkan
pengawasan dalam pengaplikasiannya. Untuk meningkatkan efektifitas teknik atau
latihan tersturktur bisa dilihat dari beberapa point dibawah ini:
a. Teknik (dan latihan) disajikan dengan cara mengundang kepada anggota.
b. Teknik diperkenalkan dengan cara sensitif dan tepat waktu.
c. Teknik digunakan dengan pertimbangan latar belakang anggota.
d. Teknik ditinggalkan jika terbukti tidak efektif.
e. Peserta memiliki kesempatan untuk berekspresi/berpendapat terhadap teknik
atau aktivitas yang digunakan.
Intervensi perlu disesuaikan dengan latar belakang budaya dan etnis saat
bergubungan dengan populasi klien yang beraneka ragam. Misalnya, jika seorang
anggota kelompok laki-laki tidak terbiasa dalam mengungkapkan perasaannya
didepan umum, maka menggunakan teknik yang bertujuan untuk mengungkapkan
perasaan dirasa kurang cocok digunakan. Pemimpin dapat menghormati nilai-nilai
budaya anggota dan pada saat yang sama mendorong mereka untuk memikirkan
bagaimana nilai-nilai ini dan asuhan mereka terus mempengaruhi perilaku mereka.
Teknik yang digunakan oleh pemimpin dapat membantu anggota untuk
mempertimbangkan biaya serta baik dan buruknya dalam pertimbangan.
Penting bagi para pemimpin untuk berhati-hati dalam bersikap mengundang dan
tidak menyalahgunakan kekuasaan mereka dengan memaksa anggota. Untuk
pembahasan yang lebih rinci tentang pertimbangan etika dalam menggunakan teknik
kelompok. (Corey, dkk 2010: 7)
3. Orientasi Teoritis
3
Dalam prakteknya, tidak jarang kita diminta untuk mendeskripsikan teori yang
kita gunakan. Nyatanya tidak ada satupun dari kita yang menggunakan satu teori
tunggal secara penuh dalam penggunaannya. Sebaliknya, kita berada dalam satu
kerangka kerja yang terpadu dan berkembang selama prakteknya. Teknik dan konsep
yang digunakan diambil dari sebagian besar model kontemporer serta menyesuaikan
dengan kepribadian unik individu dalam kelompok. Kerangka konseptual yang kita
gunakan mempetimbangkan kognisi, perasaan dan perilaku dari pengalaman manusia.
Orientasi teoritis serta gaya kepemimpinan kita pada dasarnya merupakan fungsi dari
pegalaman yang terungkap dalam kelompok yang kita pimpin.
Mengembangkan teori konseling yang kita miliki adalah proses panjang yang
akan kita alami serta akan terus berkembembang seiring dengan pengalaman dan
penyempurnaan gaya klinis kita. Setiap teori mewakili sudut pandang yang berbeda
untuk melihat perilaku manusia, tetapi tidak ada teori yang memiliki "kebenaran
mutlak" sehingga muncul asumsi bahwa tidak ada teori yang benar dan lengkap.
Dalam pengembangan dan konseptualisasi pendekatan integrative konseling,
penting untuk mempertimbangkan kepribadian diri. Kekuatan interpersonal,
pengalaman hidup dan pandangan terhadap dunia saat ini adalah hal-hal yang bisa
dipertimbangkan agar mendapatkan yang paling sesuai dengan klien dalam
penyampaian konsep dan teknik terhadap klien.
Konseling integratif adalah proses pemilihan konsep dan metode yang disengaja
dari berbagai sistem terapeutik. Perspektif integratif sangat cocok untuk memenuhi
beragam kebutuhan anggota yang biasanya ditemukan di banyak kelompok.
Mengetahui kapan dan bagaimana menggunakan intervensi terapeutik tertentu dalam
sesi kelompok adalah seni. Mulailah dengan bertanya kepada diri Anda sendiri
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a. Apa yang terjadi dalam proses kelompok dari waktu ke waktu?
b. Bagaimana hubungan saya dengan klien?
c. Peran apa yang saya ambil di ruangan bersama mereka?
d. Dengan cara apa saya cenderung mengintervensi klien saya?
e. Teknik apa yang membuat saya tertarik?
f. Bagaimana cara mengevaluasi kekuatan dan area pertumbuhan, menentukan
masalah dan solusi, dan memikirkan hasil yang diinginkan? (Corey, dkk 2010: 8)
Model berpikir, merasa, dan berperilaku kita ketika memimpin sebuah kelompok
diiringi dengan memperhatikan apa yang anggota pikirkan, rasakan dan lakukan. Hal
ini memerlukan perhatian pada ranah kognitif, afektif, dan perilaku. Kolaborasi dari 3
domain ini merupakan dasar pendekatan yang kuat dan komprehensif untuk praktik
konseling. Pendekatan teoritis dirasa tidak lengkap jika salah satu dari tiga dimensi
ini dikecualikan. (Corey, dkk 2010: 9)
Pada domain kognitif yang berfokus pada pemikiran atau proses berpikir,
anggota kelompok ditantang untuk untuk memikirkan tentang keputusan awal yang
telah mereka buat tentang diri mereka sendiri. Beberapa hal yang dapat diperhatikan
dari self talk anggota antara lain:
4
a. Bagaimana masalah anggota sebenarnya disebabkan oleh asumsi yang mereka
buat tentang diri mereka sendiri, tentang orang lain, dan tentang kehidupan?
b. Bagaimana anggota menciptakan masalah mereka dengan keyakinan yang
mereka pegang?
c. Bagaimana mereka bisa mulai membebaskan diri dengan mengevaluasi secara
kritis kalimat yang mereka ulangi pada diri mereka sendiri?
Banyak dari teknik kelompok yang dirancang untuk memanfaatkan proses
berpikir anggota. Hal itu berguna untuk membantu mereka memikirkan peristiwa
dalam hidup mereka dan bagaimana mereka menafsirkan peristiwa ini. Selain itu,
proses berpikir anggota juga bekerja pada tingkat kognitif agar mengubah sistem
kepercayaan tertentu. Pendekatan kognitif cenderung banyak digunakan selama tahap
awal. Anggota dibantu untuk mengidentifikasi tujuan spesifik yang akan memandu
partisipasi mereka. Pendekatan kognitif sekali lagi digunakan ketika tahap akhir
ketika mengkonsolidasikan pembelajaran mereka.
Domain afektif berfokus pada perasaan anggota kelompok. Pemimpin kelompok
membantu anggota mengidentifikasi dan mengungkapkan perasaan mereka. Proses
penyembuhan akan difasilitasi jika para anggota dapat mengalami berbagai perasaan
mereka dan berbicara tentang bagaimana peristiwa tertentu telah mempengaruhi
mereka. Anggota kelompok cenderung akan mengungkapkan perasaan yang
sebelumnya tidak mereka ungkapkan jika anggota merasa didengarkan dan dipahami.
Banyak anggota kelompok dapat memperoleh manfaat dari mengungkapkan perasaan
tertekan. Namun, integrasi pekerjaan kognitif dan afektif pentinguntuk dilakukan
memperoleh manfaat maksimal.
Domain kognitif dan afektif adalah bagian penting dari proses terapeutik. Namun
domain perilaku (bertindak dan melakukan) juga merupakan pusat dari proses
perubahan. Program yang berorientasi pada tindakan perlu dilakukan agar
memperoleh wawasan dan munculnya ungkapkan perasaan yang terpendam.
Pemimpin kelompok dapat mengajukan pertanyaan yang berguna kepada anggota
seperti:
a. Apa yang anda lakukan?
b. Apakah perilaku anda saat ini memiliki peluang yang masuk akal untuk
mendapatkan apa yang anda inginkan sekarang?
c. Apakah perilaku tersebut membawa anda menuju apa yang anda inginkan?
Anggota akan mampu mengubah pemikiran dan perasaan mereka apabila fokus
kerja kelompon tertuju pada apa yang dilakukang oleh mereka. Terapi perilaku dan
relitas menekankan penggabungan perasaan dan pikiran serta menerapkannya dalam
situasi kehipan nyata pada perilaku saat ini. Pendekatan ini menekankan komitmen
anggota untuk mempraktikkan perilaku baru, menindaklanjuti dengan rencana
perubahan yang realistis dan mengembangkan metode praktis dalam melaksanakan
rencana ini dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagian besar dari apa yang dilakukan pemimpin kelompok didasarkan pada
asumsi bahwa orang dapat menggunakan kebebasan mereka untuk mengubah situasi.
5
Oleh karena itu, pemimpin sebaiknya mendorong anggota untuk mengidentifikasi dan
mengklarifikasi apa yang mereka pikirkan, rasakan, dan lakukan sebagai lawan dari
fokus untuk mengubah orang lain.
Dalam memfasilitasi suatu kelompok, kami menggunakan berbagai teknik yang
diambil dari banyak model teoritis. Tekniknya disesuaikan dengan kebutuhan peserta
kelompok, dan kami mempertimbangkan beberapa faktor: tujuan dan jenis kelompok,
kesiapan anggota menghadapi masalah pribadi, latar belakang budaya, sistem nilai,
dan kepercayaan kepada kami sebagai pemimpin. (Corey, dkk 2010: 10)
4. Mengembangkan Teori Sendiri tentang Latihan Kelompok
Memimpin kelompok tanpa memiliki alasan teoritis yang eksplisit sama seperti
mencoba melatih tim sepakbola tanpa pemain. Apabila pemimpin tidak mampu
menarik teori untuk mendukung intervensi yang digunakan, anggota kelompok
mungkin tidak akan mendapatkan manfaat maksimal dari kegiatan kelompok itu
sendiri. Teori adalah kerangka kerja umum yang membantu memahami banyak aspek
proses kelompok, memberi peta arahan tentang apa yang dapat dilakukan dan
dikatakan dalam kelompok serta membantu memikirkan kemungkinan hasil
intervensi yang kita miliki.
Pada akhirnya, nilai-nilai kepribadian kita adalah perspektif yang paling
bermakna. Kita dapat bertukar ide dengan kelompok pekerja lain dan memodifikasi
praktik lama untuk mendapatkan pengetahuan baru. Kemampuan untuk
memanfaatkan pengalaman hidup dan karakteristik pribadi adalah alat terapi yang
ampuh. Sebagai pemimpin kelompok, hal yang paling penting adalah kesediaan kita
untuk menyadari dan memeriksa bagaimana perilaku, kepribadian, latar belakang
budaya, status, dan posisi istimewa yang kita miliki dapat meningkatkan atau
menghalangi suatu pekerjaan.
Sebagai pemimpin, kita juga harus bersedia untuk melihat dengan jujur
kehidupan diri sendiri untuk menentukan apakah kita bersedia melakukan sendiri apa
yang anggota kelompok lakukan atas permintaan kita.
C. Gambaran Umum Jenis Kelompok dalam BK
Tujuan luas dari kelompok terapeutik adalah:
1. Untuk meningkatkan pengetahuan anggota tentang diri mereka sendiri dan orang lain
2. Untuk membantu anggota mengklarifikasi perubahan yang paling ingin mereka buat
dalam hidup mereka
3. Untuk memberi anggota alat yang mereka butuhkan untuk membuat perubahan ini,
dan untuk mendukung perubahan mereka. (Corey, dkk 2010: 11)
Jenis kelompok yang berbeda memerlukan tingkat kompetensi pemimpin yang
berbeda. Namun pemimpin kelompok dituntut untuk memiliki beberapa komeptensi dasar
yang sama. Penting untuk membedakan jenis dan tujuan kelompok. Dalam memasarkan
grup hal itu berguna agar calon anggota kelompok mengetahui dan mempertimbangkan
kelompok seperti apa yang akan mereka ikuti. Kami berhasil mengidentifikasi beberapa
jenis kelompok yang berbeda di bagian berikut –tetapi ada kemungkinan tumpang tindih-
serta pencampuran jenis kelompok dalam pengalaman kelompok mana pun (Ward dalam
6
Corey,dkk, 2010). Association for Specialists in Group Work (ASGW) (dalam Corey,dkk,
2010) telah mengidentifikasi satu set kompetensi inti dalam kerja kelompok umum.
Praktisi harus memiliki kompetensi lanjutan yang relevan dengan bidang kerja kelompok
mereka. ASGW mengidentifikasi empat bidang praktik lanjutan/spesialisasi. Meliputi (1)
kelompok tugas, (2) kelompok psikoedukasi, (3) kelompok konseling, dan (4) kelompok
psikoterapi.
1. Kelompok Tugas
Kelompok tugas (atau kelompok fasilitasi tugas) umum ditemukan di banyak
organisasi dan lembaga. Mereka satuan tugas, komite, kelompok perencanaan,
kelompok pengembangan staf, konferensi perlakuan, organisasi masyarakat,
kelompok aksi sosial, kelompok diskusi, lingkaran belajar, pembelajaran kelompok,
dan lain-lain. Fokus dari kelompok-kelompok ini adalah pada penerapan prinsip dan
proses dinamika kelompok untuk meningkatkan praktik dan mendorong pencapaian
tujuan kerja yang teridentifikasi. Toseland & Rivas (dalam Corey, dkk 2010:
12)Tujuan dari kelompok tugas meliputi pemenuhan kebutuhan klien, memenuhi
kebutuhan organisasi, dan memenuhi kebutuhan komunitas. Pelatihan untuk ketua
kelompok tugas melibatkan kursus kerja di bidang pengembangan organisasi,
konsultasi, dan manajemen yang luas. Pelatihan spesialis di bidang tugas atau
kelompok kerja membutuhkan minimal 30 jam (disarankan 45 jam) pengalaman yang
diawasi dalam memimpin atau menyusun tugas atau kelompok kerja.
Hulse-Killacky, Killacky, dan Donigian (dalam Corey,dkk, 2010: 12)
mengidentifikasi karakteristik kelompok tugas yang efektif, yang meliputi berikut ini:
1) Kelompok memiliki tujuan yang jelas.
2) Ada keseimbangan antara proses dan masalah konten.
3) Ada budaya yang mengakui dan menghargai perbedaan.
4) Ada iklim kerja sama, kolaborasi, dan saling menghormati.
5) Jika ada konflik, konflik ditangani.
6) Pertukaran umpan balik dilakukan dengan cara yang jelas dan segera.
7) Masalah here and now dalam kelompok ditangani.
8) Anggota diundang untuk menjadi sumber daya aktif.
9) Anggota diberi waktu untuk merenungkan pekerjaan mereka.
Prinsip-prinsip pemandu pemanasan, tindakan, dan penutup perlu diperhatikan
agar keseimbangan antara konten dan proses dalam kelompok tugas dicapai dengan
sebaik mungkin. Jika ini dilakukan secara efektif, kelompok tugas cenderung berhasil
dan produktif.
2. Kelompok Psikoedukasi
Kelompok psikoedukasi berfokus pada pengembangan anggota keterampilan
kognitif, afektif, dan perilaku melalui serangkaian terstruktur dari prosedur di dalam
dan di pertemuan kelompok. Tujuannya adalah untuk mencegah sederet defisit
pendidikan dan masalah psikologis. Spesialisasi kerja kelompok ini berkaitan dengan
penyampaian, diskusi, dan pengintegrasian informasi faktual. Contoh kelompok
psikoedukasi adalah kelompok pencegahan penyalahgunaan zat.
7
Kelompok psikoedukasi / bimbingan berfokus pada pengembangan keterampilan
untuk mencegah masalah. ASGW (dalam Delucia-Waack, 2006: 10) kelompok
psikoedukasi / bimbingan menggunakan "strategi pendidikan dan perkembangan
berbasis kelompok". Bermain peran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan,
dan pelatihan keterampilan komunikasi adalah hal yang utama. Kelompok
psikoedukasi / bimbingan mengajarkan keterampilan khusus dan strategi koping
dalam upaya mencegah masalah. Misalnya, manajemen amarah, keterampilan sosial,
harga diri, ketegasan, dan berteman.
Perbedaan kelompok psikoeduaksi dari kelompok konseling dan terapi lain
terletak pada tujuan kelompok Psikoedukasi yang cenderung bersifat behavioral dan
spesifik. Tidak jarang juga terfokus pada keterampilan pengembangan, gaya kognitif,
dan strategi koping. (Delucia-Waack, 2006: 11)
Kelompok terstruktur berfokus pada tema tertentu dan seringkali bersifat
psikoedukasi. Kelompoksemakin sering ditemukan di lembaga, sekolah, dan pusat
konseling perguruan tinggi. Meskipun topik spesifik bervariasi sesuai dengan minat
pemimpin dan populasi kelompok, tujuan dari kelompok-kelompok ini cenderung
sama yakni untuk meningkatkan kesadaran anggota tentang beberapa masalah hidup
dan sebagai cara untuk mengatasinya dengan lebih baik. (Corey, dkk 2010: 13)
Pekerjaan kelompok psikoedukasi mencakup latihan terstruktur, bacaan, tugas
pekerjaan rumahan, dan kontrak. Kelompok psikoedukasi jenis ini berguna untuk
berbagai masalah. Berikut ini beberapa area topik untuk kelompok terstruktur:
1) Mengelola stres
2) Mempelajari perilaku asertif
3) Mengatasi gangguan makan (bulimia dan anoreksia)
4) Mendukung wanita dalam masa transisi
5) Berurusan dengan orang tua yang beralkohol
6) Mempelajari keterampilan manajemen amarah
7) Mengelola hubungan dan mengakhiri hubungan
8) Mengatasi perfeksionisme
9) Mendukung orang yang selamat dari pelecehan fisik dan seksual
Kelompok psikoedukasi memiliki seperangkat tujuan kelompok atau topik yang
menjadi fokus anggota untuk mereka pilih yang paling sesuai untuk mereka.
Misalnya dalam kelompok manajemen amarah, tujuan umum kelompok mungkin
untuk mengajarkan cara yang lebih adaptif untuk mengungkapkan amarah. Bagi
beberapa anggota, tujuan mereka mungkin berfokus pada mengidentifikasi
kemarahan dan mengungkapkannya secara lisan. Anggota lain mungkin memiliki
tujuan yang berkaitan dengan mengonfrontasi keyakinan irasional yang membuat
mereka marah, sedangkan anggota lain mungkin fokus untuk mengganti cara
maladaptif dalam mengungkapkan kemarahan mereka dengan perilaku yang lebih
konstruktif. (Delucia-Waack, 2006: 11)

8
Dalam menangani anak-anak dan remaja, kelompok psikoedukasi bisa sangat
efektif digunakan. Pendekatan kelompok ini sesuai dengan pengalaman pendidikan di
lingkungan sekolah. Pemimpin kelompok dalam kelompok ini tidak perlu memiliki
keterampilan terapi, tetapi mereka membutuhkan pemahaman yang baik tentang
proses kelompok dan pengalaman yang diawasi dalam melibatkan anggota kelompok
dalam proses pembelajaran (Fleckenstein & Horne dalam Corey, dkk 2010: 13)

Struktur diperlukan dalam kelompok psikoedukasi untuk mengatur waktu secara


efisien dan fokus pada masalah yang relevan (DeLucia, Glading dalam Delucia-
Waack, 2006: 12). Struktur juga disediakan lebih beragam dalam kelompok
Psikoedukasi dengan penggunaan kegiatan untuk mengajar dan mempraktikkan
keterampilan sebagai bagian penting dari setiap sesi. Adapun kelompok konseling
dan terapi kadang-kadang dapat menggunakan suatu kegiatan untuk mengajarkan
keterampilan atau mempraktikkan perilaku baru, tetapi tidak secara teratur.

Kelompok konseling dan terapi menggunakan proses untuk menerangi kognisi


maladaptif dan pola perilaku yang kemudian dilakukan intervensi menggunakan
intervensi kelompok. Kelompok psikoedukasi berfokus pada konten aktivitas yang
telah dipilih sebelumnya yang dirancang untuk memenuhi tujuan kelompok tertentu.

Pelatihan spesialis untuk pemimpin kelompok psikoedukasi melibatkan kerja


kursus di bidang psikologi komunitas yang luas, promosi kesehatan, pemasaran,
konsultasi, metode pelatihan kelompok, dan desain kurikulum (ASGW, 2000). Para
spesialis ini harus memiliki pengetahuan konten di bidang topik yang akan mereka
kerjakan (seperti pencegahan penyalahgunaan zat, manajemen stres, pelatihan
efektivitas orang tua, pelatihan penegasan, atau hidup dengan AIDS). Spesialisasi ini
minimal 30 jam (direkomendasikan 45 jam) dan pengalaman tambahan yang diawasi
untuk memimpin atau mengumpulkan kelompok bimbingan dalam praktik lapangan.
(Corey, dkk 2010: 14)

3. Kelompok Konseling
Jenis kelompok ini berbeda dari kelompok psikoterapi yang menangani masalah-
masalah sadar, tidak ditujukan pada perubahan-perubahan kepribadian yang besar.
Kelompok konseling umumnya berorientasi pada penyelesaian masalah-masalah
jangka pendek tertentu yang tidak memerlukan pengobatan psikologis. Kelompok-
kelompok ini sering ditemukan di sekolah, perguruan tinggi dan pusat konseling
universitas, gereja, serta klinik dan lembaga kesehatan mental komunitas.
Fokus dari kelompok konseling ini merupakan strategi pemecahan masalah yang
menekankan pikiran, perasaan dan tindakan serta proses interpersonal. Sebuah
kelompok konseling dapat membantu peserta menyelesaikan masalah dalam hidup
atau menangani masalah perkembangan. Kelompok konseling dicirikan oleh orientasi
pertumbuhan. Selain itu fokus kelompok seringkali ditentukan oleh para anggota
yang pada dasarnya adalah individu yang berfungsi dengan baik.

9
Anggota kelompok bisa mendapatkan manfaat dari proses interaksi bersama
anggota kelompok lain dengan cara membandingkan persepsi dari masing-masing
anggota tentang diri mereka sendiri meskipun pada akhirnya masing-masing dari
anggota kelompok harus memutuskan sendiri apa yang akan mereka kerjakan dengan
informasi tersebut.
Konseling kelompok berotasi dari mereka yang berstruktur terbuka dimana arah
kelompok ditentukan oleh anggota. Tetapi mereka semua berbagi tujuan sebagai
berikut:
1) Membantu orang mengembangkan sikap yang lebih positif dan keterampilan
interpersonal yang lebih baik
2) Perubahan perilaku difasilitasi menggunakan proses
3) Membantu anggota mentransfer keterampilan dan perilaku yang baru diperoleh
dan dipelajari dalam kelompok ke kehidupan sehari-hari
Tugas konselor adalah menyusun kegiatan kelompok, melihat bahwa iklim yang
mendukung pekerjaan produktif dipertahankan, memfasilitasi interaksi anggota,
memberikan informasi yang akan membantu anggota melihat alternatif cara perilaku
mereka, dan mendorong anggota untuk menerjemahkan wawasan mereka ke dalam
rencana tindakan nyata.
Pelatihan spesialis untuk konseling kelompok harus mencakup setidaknya satu
kursus di luar tingkat umum. Konselor kelompok harus memiliki pengetahuan dalam
bidang perkembangan manusia yang luas, identifikasi masalah, dan pengobatan
masalah pribadi dan interpersonal yang normal dalam hidup. Spesialisasi ini
membutuhkan minimal 45 jam (disarankan 60 jam) pengalaman yang diawasi dalam
memimpin atau memimpin kelompok konseling (ASGW dalam Corey, dkk 2010: 15)
4. Kelompok Psikoterapi
Pekerja kelompok yang mengkhususkan diri pada kelompok psikoterapi
membantu anggota kelompok memperbaiki masalah psikologis dan masalah hidup
interpersonal. Anggota kelompok memiliki mental atau emosional yang akut atau
kronis gangguan yang menunjukkan adanya tekanan, gangguan fungsi, atau
keduanya. Tujuannya adalah untuk membantu setiap individu dalam merekonstruksi
dimensi kepribadian utama karena kedalaman dan tingkat gangguan psikologis
terlihat signifikan. Jenis kelompok ini mengeksplorasi anteseden perilaku saat ini dan
menghubungkan kejadian masa lalu menggunakan penilaian, diagnosis, dan
interpretasi antar pribadi dan intrapersonal. (Corey, dkk 2010: 15)
Anggota kelompok pada umumnya bergabung dengan kelompok psikoterapi
dalam upaya untuk meringankan gejala spesifik atau masalah psikologis seperti
depresi, kesulitan seksual, gangguan makan, kecemasan, atau gangguan psikosomatis.
Pelatihan spesialis untuk psikoterapi kelompok berfokus pada kursus psikologi
abnormal, psikopatologi, dan penilaian diagnostik untuk memastikan kemampuan
dalam bekerja dengan populasi yang lebih terganggu. Spesialisasi ini membutuhkan
minimal 45 jam (disarankan 60 jam) pengalaman yang diawasi bekerja dengan
kelompok psikoterapi (ASGW dalam Corey, dkk 2010: 16)
10
5. Kelompok Singkat
Sebenarnya, grup singkat bukanlah jenis grup, namun banyak grup yang
dijelaskan sebelumnya mempunyai ciri format dengan pembatasan waktu. Misalnya,
banyak kelompok psikoedukasi memasukkan karakteristik kelompok singkat ke
dalam format mereka. Tekanan ekonomi dan kekurangan sumber daya telah
mengakibatkan perubahan besar dalam cara penyampaian layanan kesehatan mental.
Rosenberg dan Wright (dalam Corey,dkk, 2010:16) mempertahankan bahwa
jelas bahwa terapi kelompok singkat sangat sesuai untuk kebutuhan klien dan
perawatan terkelola. Kelompok singkat dan perawatan terkelola keduanya
memerlukan terapis kelompok untuk menetapkan tujuan pengobatan yang jelas dan
realistis dengan anggota, untuk menetapkan fokus yang jelas dalam struktur
kelompok, untuk mempertahankan peran terapis aktif, dan bekerja dalam kerangka
waktu yang terbatas.
Konseling kelompok singkat populer baik di lembaga masyarakat maupun di
sekolah karena batasan waktu yang realistis dan kemampuan format singkat untuk
dimasukkan ke dalam program pendidikan dan terapeutik.
Piper dan Ogrodniczuk menekankan bahwa pendekatan ini tidak boleh dianggap
sebagai terapi yang sangat efektif atau sebagai alat untuk menghasilkan perubahan
kepribadian yang langgeng. Agar kelompok singkat menjadi efektif, penting bagi
ketua kelompok untuk mendapatkan pelatihan baik dalam proses kelompok maupun
terapi singkat karena kelompok singkat membuat tuntutan unik pada praktisi
kelompok dan memerlukan keterampilan khusus. (Corey, dkk 2010: 17)
6. Kelompok Kelas
Kerja kelompok kelas biasanya dirancang untuk memenuhi komponen kurikuler
program konseling sekolah perkembangan komprehensif atau diktat kurikulum
sekolah tertentu. Kelompok kelas ditujukan untuk semua siswa di kelas, dan mereka
mungkin berfokus pada pertumbuhan dan perkembangan kognitif, perilaku, atau
perasaan. Misalnya kelompok kelas satu kali untuk menangani secara efektif stres dan
kecemasan terkait ujian. Tujuan dari kelompok khusus ini adalah untuk memfasilitasi
anggota agar mendapat informasi dan benar-benar perlu melibatkan semua anak di
kelas.
Kelompok kelas mempunyai sekitar 25 anggota atau lebih dibagi di beberapa
ruang. Pada proses realisasinya, banyak konselor sekolah kemungkinan besar tidak
mengetahui karakter setiap individu dalam kelompok seperti apa yang mereka
inginkan. Permasalahan akan bertambah apabila anggota kelompok tidak semuanya
tertarik dengan pembahasan atau konten dari kelompok itu sendiri. Konselor
kelompok umumnya mendapatkan sedikit tantangan bagaiamana menemukan cara
efektif untuk masuk kedalam kelompok yang ada.
Proses mengenal siswa pada awal terbentuknya kelompok disesuaikan dengan
ukuran kelompok karena keanggotaan kelompok kelas tidak didasarkan pada
penyaringan atau pada kebutuhan individu setiap siswa. Pemimpin kelompok perlu
mempertimbangkan cara agar minat siswa berhasil ditangkap yang diiringi dengan
11
kewaspadaan dalam menemukan konten, materi, serta cara bekerja. Hal tersebut
penting dilakukan guna menghormati minat dan latar belakang yang beragam dari
berbagai siswa yang hadir dalam kelompok.
Langkah pertama yang penting dalam membuat kelompok kelas relevan dan
menarik bagi semua siswa adalah mengenal siswa sejak dini karena observasi dengan
cara mengunjungi setiap kelas sulit untuk dilakukan. Namun, sebenarnya hal itu
tetaplah langkah pertama yang penting untuk perencanaan yang efektif dalam kerja
kelompok ruang kelas (dan konseling). Tujuan kerja kelompok kelas di sekolah
bersifat instruksional, bukan kenyamanan. (Geroski & Kraus, 2010: 3)
Tujuan kerja kelompok kelas di sekolah bersifat instruksional, bukan
kenyamanan. Namun, kelompok konseling biasanya dirancang untuk menangani
masalah spesifik, dan masalah kebutuhan yang umum untuk sekelompok kecil siswa
(Schmidt, dalam Geroski & Kraus, 2010: 5). Contoh kelompok untuk siswa sekolah
menengah yang merasa tertekan tentang akademisi atau proses aplikasi perguruan
tinggi.
Konselor sekolah difasilitasi dengan akses termudah kepada siswa yang
membutuhkan layanan konseling profesional di seluruh bidang profesi kesehatan
mental yang terkait. Satu kelompok konseling yang penuh sesak (katakanlah 15
anggota), yang berjalan lama (katakanlah 4 bulan) jauh kurang bermanfaat daripada
beberapa kelompok konseling yang terdiri dari 6 anggota, 8 sesi dengan keanggotaan
yang disusun dengan hati-hati. Perencanaan kelompok kecil juga harus
memperhitungkan perbedaan antar anggota kelompok, dan juga harus memperhatikan
beberapa gaya belajar dan partisipasi unik yang dibawa semua anggota ke grup.
(Geroski & Kraus, 2010: 5)
D. Perspektif Multikultural tentang Kelompok Kerja dalam BK
Kelompok Istilah budaya mencakup nilai-nilai, kepercayaan, dan perilaku yang
dimiliki oleh sekelompok orang. Budaya tidak hanya menggambarkan warisan etnis atau
ras, namun juga dapat merujuk pada kelompok yang dikategorikan berdasarkan usia, jenis
kelamin, identitas seksual, agama, atau status sosial ekonomi. Pemimpin dan anggota
kelompok masing-masing termasuk dalam budaya masing-masing. Pemimpin kelompok
membutuhkan kemampuan serta pengetahuan lintas budaya sehingga memungkinan
baginya bekerja secara efektif dengan keanggotaan yang beragam. Dalam pandangan
kami, mencapai kompetensi budaya adalah perjalanan seumur hidup. Kita tidak sampai
pada tempat yang maha tahu. Namun, tujuan yang realistis adalah mempelajari cara
efektif untuk berada bersama mereka yang berbeda dari kita sambil terus belajar dan
tumbuh sebagai konselor yang kompeten.
Sekelompok individu minoritas seperti orang Asia Amerika, Afrika Amerika, Latin,
Pribumi Amerika, dan anggota kelompok lain yang kurang mendapatkan layanan
menghentikan konseling secara signifikan lebih awal daripada klien Euro-Amerika. Selain
itu, angka putus sekolah sering dihubungkan dengan kesulitan bahasa dan nilai-nilai yang
terikat budaya sehingga menghambat pembentukan hubungan konseling (Pedersen, 2000
dan Sue, 1990 dalam Corey,dkk, 2010). Tingkat putus sekolah yang tinggi pada kelompok
12
budaya tertentu secara langsung terkait dengan kurangnya kesadaran budaya dan respon
yang tepat dari terapis kelompok. Bagi pemimpin kelompok, mengenali potensi istimewa
dan profesionalitas pada diri sendiri dapat membangun pemahaman yang baik meskipun
terdapat perbedaan dengan anggota kelompok dari segi latar belakang etnis, budaya, dan
ras.
Kerja kelompok multikultural adalah proses membantu yang mencakup penyaringan,
penilaian, dan diagnosis dinamika sistem sosial kelompok, anggota, dan kepemimpinan
untuk tujuan menetapkan tujuan, hasil, proses, dan intervensi yang diinformasikan oleh
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan bimbingan multikultural. Tujuan dari kerja
kelompok multikultural adalah untuk mempromosikan perkembangan manusia dan untuk
meningkatkan hubungan interpersonal, meningkatkan pencapaian tugas, dan mencegah
atau mengidentifikasi dan memulihkan gangguan mental, emosional, atau perilaku dan
tekanan terkait yang mengganggu kesehatan mental, dan untuk mengurangi risiko
kesusahan, kecacatan, atau kehilangan martabat, otonomi, dan kebebasan manusia. (dalam
Corey, dkk 2010: 18)
Pedersen (dalam Corey,dkk, 2010) memandang multikulturalisme sebagai "kekuatan
keempat" di bidang konseling bersama dengan psikodinamik, perilaku, dan humanistic.
Asumsi dasar tentang multikulturalisme memiliki dampak yang signifikan pada teknik
dalam kerja kelompok sebagai mana disebutkan hal dibawah ini:
1. Budaya paling baik didefinisikan secara luas daripada secara sempit sehingga
variabel grafik demo (usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal), variabel status (sosial,
pendidikan , dan ekonomi), dan afiliasi (formal dan informal) dianggap sebagai fitur
budaya yang berpotensi menonjol.
2. Semua konseling terjadi dalam konteks multikultural mengingat kompleksitas setiap
hubungan klien-terapis.
3. Budaya mencakup simbol obyektif yang lebih jelas dan perspektif yang lebih
subjektif yang tersembunyi di dalam individu.
4. Dalam konseling multicultural, persamaan dan perbedaan budaya memiliki tingkat
kepentingan yang sama
5. Perspektif multikultural relevan dengan semua aspek praktik konseling.
6. Multikulturalisme perlu dipahami sebagai tema berkelanjutan di semua bidang
konseling daripada sebagai upaya untuk mengembangkan bidang studi baru dan
terpisah.
7. Multikulturalisme dapat menjadi dasar orang untuk tidak setuju tanpa satu orang
merasa benar dan yang lainnya salah.

Dalam menemukan cara untuk menemukan perbedaan antara klien kita dan diri kita
sendiri adalah dengan mempertimbangkan berbagai identitas diri masing-masing.
Misalnya kita memiliki jenis kelamin, identitas seksual, gaya kepribadian, kemampuan /
disabilitas, status sosial ekonomi, status hubungan, tingkat hak istimewa, status orang tua,
dan lain sebagainya, masing-masing kategori ini memengaruhi cara kita memandang
dunia, siapa kita, cara kita berperilaku, dan akan menunjukkan bagaimana cara orang

13
melihat kita. Tidak mungkin menjadi ahli dalam setiap dimensi perbedaan yang kita
miliki. Namun, kita dapat mengembangkan bagaimana hidup bersama orang lain dengan
cara cukup menghormati, membahas, dan mengeksplorasi perbedaan ini dalam
pengaturan terapeutik.

Sisi positifnya, anggota dapat memperoleh banyak manfaat dari kekuatan dan
kekuatan umpan balik kelompok kolektif. Masing-masing anggota bisa saling mendukung
dalam pola yang sudah biasa. Ketika anggota melihat rekan-rekan mereka membuat
perubahan yang diinginkan dalam hidup mereka, itu memberikan harapan kepada anggota
itu bahwa perubahan mungkin bagi mereka.

Permasalahan pribadi merupakan langganan bagi para anggota kelompok atau


masalah keluarga untuk diungkapkan. Mereka mungkin menganggap mempunyai msalah
pribadi saja sudah memalukan, apalagi harus mengungkapkannya dihadapan anggota lain.
Sebagian orang mempunyai budaya yang mengandalkan anggota keluarga besar,
penasihat agama, atau penyembuh adat untuk membantu mereka alih-alih mencari
bantuan profesional. Yang tidak kalah pentingnya dengan memiliki pemahaman
intelektual tentang kelompok budaya adalah memiliki sikap yang mencakup apresiasi
terhadap fakta bahwa setiap individu itu beragam. Meskipun pembelajaran kognitif
penting, pembelajaran ini harus diintegrasikan dengan perubahan sikap dan perilaku.
Kesempatan seperti ini merupakan waktu yang tepat bagi kita untuk mengeksplorasi
tingkat pengetahuan, kesadaran dan keterampilan kita apakah sudah efektif digunakan
dalam konteks multicultural. Menjadi konselor multicultural yang efektif perlu diimbangi
dengan pengetahuan akan keberagaman. (Corey, dkk 2010: 19)

14
BAB III PENUTUP

Berikut adalah beberapa hal penting yang perlu diingat; banyak dari bab berikut
dibangun di atas konsep dasar ini.
1. Banyak hal yang bisa ditawarkan oleh kelompok. Namun, pelatihan kompetensi dan
spesialisasi perlu diprioritaskan untuk merancang dan memfasilitasi kelompok dalam
upaya keberhasilan kelompok dalam berbagai pengaturan.
2. Kelompok perlu dianggap sebagai opsi terapi daripada dianggap sebagai pendekatan
kelas dua untuk membantu orang berubah
3. Pemimpin kelompok perlu membuat konsep tentang apa yang ingin mereka capai
melalui proses kelompok.
4. Kerangka teori umum membantu memahami banyak aspek dari proses kelompok,
memberi arahan yang memungkinkan untuk melakukan intervensi dengan cara yang
kreatif dan efektif, dan memberikan dasar untuk mengevaluasi hasil intervensi.
5. Pendekatan integratif menggabungkan dimensi berpikir, merasa, dan melakukan
perilaku serta menawarkan sejumlah keuntungan dibandingkan dengan menggunakan
kerangka teori tunggal.
6. Ada berbagai jenis kerja kelompok (Kelompok tugas, kelompok psikoedukasi,
kelompok konseling, kelompok psikoterapi, kelompok singkat). Masing-masing
melibatkan pelatihan khusus dalam kompetensi inti dan spesialisasi. Tujuan
kelompok, peran pemimpin, dan fungsi anggota berbeda-beda tergantung pada jenis
kerja kelompok yang sedang dipertimbangkan.
7. Penyampaian kerja kelompok yang efektif mempertimbangkan nilai budaya dari
anggota kelompok. Selain itu, pemimpin kelompok juga harus sadar akan
keistimewaan dan latar belakang budayanya sendiri. Hal tersebut membantu
pemimpin kelompok untuk bermanuver dalam memilih strategi mana yang cocok
digunakan dalam kelompok.

15
Tabel 3.1
Ringkasan Mengenai Definisi, Tujuan, Contoh, dan Durasi Spesialisasi dalam Berbagai Jenis Kelompok

Kelompok Kelompok Kelompok


Kelompok Tugas Kelompok Singkat Kelompok Kelas
Psikoedukasi Konseling Psikoterapi
Definisi Kelompok yang Jenis kelompok yang Merupakan Kelompok yang Sebenarnya, grup Kelompok kelas
menerapan prinsip terfokus pada kelompok dengan membantu anggota singkat bukanlah ditujukan untuk
dan proses dinamika pengembangan strategi pemecahan kelompok jenis grup, namun semua siswa di
kelompok untuk anggota masalah yang memperbaiki banyak grup yang kelas, dan mereka
meningkatkan keterampilan menekankan pikiran, masalah psikologis dijelaskan mungkin berfokus
praktik dan kognitif, afektif, dan perasaan dan dan masalah hidup sebelumnya pada pertumbuhan
mendorong perilaku melalui tindakan serta proses interpersonal mempunyai ciri dan perkembangan
pencapaian tujuan serangkaian interpersonal Jenis kelompok ini format dengan kognitif, perilaku,
kerja yang terstruktur dari mengeksplorasi pembatasan waktu. atau perasaan
teridentifikasi prosedur di dalam anteseden perilaku Misalnya, banyak
dan di pertemuan saat ini dan kelompok
kelompok. menghubungkan psikoedukasi
Pengembangan kejadian masa lalu memasukkan
keterampilan untuk menggunakan karakteristik
mencegah masalah penilaian, diagnosis, kelompok singkat ke
Bermain peran, dan interpretasi antar dalam format
pemecahan masalah, pribadi dan mereka
pengambilan intrapersonal
keputusan, dan
pelatihan
keterampilan
komunikasi adalah
hal yang utama.
Tujuan Penerapan prinsip Mencegah sederet Membantu orang Untuk membantu Kelompok singkat Untuk memfasilitasi
dan proses dinamika defisit pendidikan mengembangkan setiap individu dan perawatan anggota agar
kelompok untuk dan masalah sikap yang lebih dalam terkelola keduanya mendapat informasi
meningkatkan psikologis. positif dan merekonstruksi memerlukan terapis dan benar-benar
praktik dan Spesialisasi kerja keterampilan dimensi kepribadian kelompok untuk perlu melibatkan

16
mendorong kelompok ini interpersonal yang utama karena menetapkan tujuan semua anak di kelas.
pencapaian tujuan berkaitan dengan lebih baik, kedalaman dan pengobatan yang Dirancang untuk
kerja yang penyampaian, Perubahan perilaku tingkat gangguan jelas dan realistis memenuhi
teridentifikasi diskusi, dan difasilitasi psikologis terlihat dengan anggota, komponen kurikuler
pengintegrasian menggunakan signifikan untuk menetapkan program konseling
informasi faktual. proses, fokus yang jelas sekolah
Membantu anggota dalam struktur perkembangan
mentransfer kelompok, untuk komprehensif atau
keterampilan dan mempertahankan diktat kurikulum
perilaku yang baru peran terapis aktif, sekolah tertentu
diperoleh dan dan bekerja dalam
dipelajari dalam kerangka waktu
kelompok ke yang terbatas.
kehidupan sehari-
hari

Contoh Satuan tugas, Manajemen amarah, Kelompok- Membantu anggota Konseling kelompok Kelompok untuk
komite, kelompok keterampilan sosial, kelompok ini sering kelompok memiliki singkat populer baik siswa sekolah
perencanaan, harga diri, ditemukan di mental atau di lembaga menengah yang
kelompok ketegasan, sekolah, perguruan emosional yang akut masyarakat maupun merasa tertekan
pengembangan staf, mengelola stres tinggi dan pusat atau kronis di sekolah tentang akademisi
konferensi berurusan dengan konseling gangguan yang atau proses aplikasi
perlakuan, organisasi orang tua yang universitas, gereja, menunjukkan adanya perguruan tinggi.
masyarakat, beralkohol serta klinik dan tekanan, gangguan
kelompok aksi mengatasi lembaga kesehatan fungsi, atau
sosial, kelompok perfeksionisme mental komunitas. keduanya,
diskusi, lingkaran meringankan gejala
belajar, spesifik atau
pembelajaran masalah psikologis
kelompok, dan lain- seperti depresi,
lain kesulitan seksual,
gangguan makan,
kecemasan, atau
17
gangguan
psikosomatis.
Durasi Minimal 30 jam Minimal 30 jam Minimal 45 jam Spesialis untuk - -
Spesialisai (disarankan 45 jam) (direkomendasikan (disarankan 60 jam) psikoterapi
pengalaman yang 45 jam) dan pengalaman yang kelompok berfokus
diawasi dalam pengalaman diawasi dalam pada kursus
memimpin atau tambahan yang memimpin atau psikologi abnormal,
menyusun tugas atau diawasi untuk memimpin psikopatologi, dan
kelompok kerja. memimpin atau kelompok konseling penilaian diagnostik
mengumpulkan untuk memastikan
kelompok bimbingan kemampuan dalam
dalam praktik bekerja dengan
lapangan. populasi yang lebih
terganggu.
Spesialisasi ini
membutuhkan
minimal 45 jam
(disarankan 60 jam)
pengalaman yang
diawasi bekerja
dengan kelompok
psikoterapi

18
DAFTAR PUSTAKA

Corey, Marianne Schneider dkk. 2010. Group Process and Practice. Belmont: Blooks/ Cole-
Thomson

Delucia-Waack, Janice L., 2006. Leading Psychoeducational Group for Children and
Adolescents. Sage Publication, inc

Geroski, Anne M. & Kraus, Kurt L. 2010. Groups In Schools (Preparing, Leading, and
Responding). Pearson

19

Anda mungkin juga menyukai