Anda di halaman 1dari 15

KETERAMPILAN MEMIMPIN KELOMPOK:

MENFALITASI, MEMBUKA DAN MENUTUP KEGIATAN KELOMPOK

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendekatan kelompok dalam bimbingan dan
konseling yang diampu oleh Dr. Henny Indreswari, M.Pd.

Disusun oleh
Nauval Bachtiar
NIM. 200111842013

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PASCASARJANA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
DESEMBER 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis mampu menyelesaikan makalah. Makalah disusun
berdasarkan materi pembelajaran pada mata kuliah pendekatan kelompok dalam
BK dengan judul “Keterampilan Memimpin Kelompok: memfasilitasi, membuka
dan menutup kegiatan kelompok”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Henny Indreswari, M.Pd.
selaku dosen mata kuliah landasan dan wawasan BK yang senantiasa
membimbing penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam menyusun makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita, serta penulis
berharap, makalah sederhana yang disajikan ini dapat memberi manfaat dalam
menambah wawasan ilmu pengetahuan kita, baik itu bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Aamiin.

Malang, 1 Desember 2020

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Keahlian Memfasilitasi Interaksi Kelompok................................................3
B. Membuka Kegiatan Kelompok.....................................................................7
C. Menutup Kegiatan Kelompok.......................................................................9
BAB III
PENUTUP.............................................................................................................11
A. Simpulan........................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN..........................................................................................12

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bimbingan kelompok adalah bantuan yang diberikan oleh orang yang
ahli kepada sekumpulan orang baik anak-anak, remaja maupun dewasa.
bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan kepada sekumpulan
orang yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu dalam
kelompok tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dapat dan sanggup
mengarahkan dirinya, dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tuntutan
dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada
umumnya
Dalam pendidikan formal maupun nonformal seperti sekolah pada
umumnya selalu berintikan bimbingan, sebab pendidikan bertujuan agar anak
didik menjadi kreatif, produktif, dan mandiri, artinya pendidikan berupaya
untuk mengembangkan individu anak. Segala aspek diri anak didik harus
dikembangkan seperti intelektual, moral, sosial, kognitif, dan emosional.
Bimbingan adalah upaya untuk membantu perkembangan aspek-aspek
tersebut menjadi optimal, harmonis dan wajar.
Makalah ini disusun berdasarkan judul yang telah diberikan kepada
pemateri untuk dipresentasikan. Di mana pada materi kali ini akan sedikit
banyak memberikan cara memfasilitasi kegiatan kelompok, bagaimana
membuka dan menutup sesi kegiatan kelompok yang dilakukan oleh guru BK
atau konselor di sekolah. Sehingga sangat diharapkan pembaca dapat
memetik ilmu dan menererapkannya materi yang ditulis dalam makalah ini

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut ini rumusan
masalah makalah:
1. Bagaimana cara mrmfasilitasi kegiatan kelompok?
2. Bagaimana membuka kegiatan kelompok?
3. Bagaimana menutup kegiatan kelompok?

1
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, berikut ini tujuan
penulisan makalah:
1. Menjelaskan cara memfasilitasi kegiatan kelompok.
2. Menjelaskan cara membuka kegiatan kelompok.
3. Menjelaskan cara menutup kegiatan kelompok.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Tujuan utama seorang pemimpin kelompok adalah untuk memfasilitasi


suasana penerimaan dan pemahaman, keamanan dan kepercayaan, di mana
pekerjaan terapi dapat terjadi. Tampaknya cukup sederhana, namun itu akan
mengambil berbagai macam keterampilan memfasilitasi untuk mencapai tujuan
ini.
Dasar dari kahlian kelompok adalah apa yang sebagian besar anggota
kelompok sebut dengan “keahlian untuk memfasilitasi.” Fasilitasi berarti seni
untuk membantu orang untuk dapat saling berkomunikasi dengan lebih mudah.”
Jika pemimpin tidak memiliki keahlian memfasilitasi, proses bekerja dalam
kelompok tidak akan berjalan lancar, kelompok menjadi tidak aktif, para
anggotanya saling bercakap-cakap sendiri, anggota kelompok merasa bosan,
anggota kelompok mengalami frustrasi atau beberapa anggota kelompok akan
mendominasi. Keahlian untuk memfasilitasi mengharuskan pemimpin untuk
membuat semua anggota kelompok aktif. 
A. Keahlian Memfasilitasi Interaksi Kelompok
Kekuatan kelompok berasal dari interaksi kelompok dalam bentuk
kuantitas dan kualitasnya. Dialog anggota dengan anggota harus dibentuk.
Karena kelompok sendiri adalah organisme yang hidup, komunikasi dalam
kelompok akan mengalir seperti jaringan dimana didalamnya setiap
komponen memiliki cara untuk berkomunikasi dengan komponen yang lain. 
1. Balasan sederhana
Berfungsi sebagai minyak pelumas kelompok yang membantu mesin
kelompok terus bergerak. Contohnya melempar pujian kepada salah satu
anggota.
2. Mengamati Reaksi Kelompok
Pemimpin harus terus melihat ke semua arah dengan perlahan untuk
mengamati reaksi para anggota lainnya ketika seorang anggota berbicara.
Tetap pertahankan penguasaan ruang sebaik mungkin.

3
Jika pemimpin tidak mengalihkan tatapan matanya dengan anggota dan
memperhatikan para anggota lain, dia akan menciptakan masalah seperti
ini:
a. Para anggota lain akan merasa tidak diperhatikan dan tidak merasa
tertarik lagi.
b. Pemimpin tidak mampu memperhatikan reaksi para anggota lainnya
terhadap apa yang sedang dikatakan.
c. Pemimpin tidak tahu anggota mana yang ingin berbicara setelah itu.
d. Pemimpin secara non verbal justru akan mendorong anggota yang
berbicara untuk terus bicara meskipun para anggota kelompok
mungkin ingin mendengar apa yang anggota lain ingin
3. Menggunakan isyarat non verbal untuk mendorong diskusi
Isyarat-isyarat non verbal seperti mencondongkan tubuh kedepan,
menganggukan kepala, ekspresi wajah dan pergerakan tubuh. Anda dapat
menggunakan isyarat-isyarat ini untuk mendorong partisipasi anggota
jika anggota terlihat enggan melakukannya sendiri.
4. Memberikan cukup waktu untuk respon
Ketika memfasilitasi kelompok, pemimpin harus memastikan
bahwa ada cukup waktu bagi anggota untuk merespon. Jika hanya ada
satu atau dua anggota kelompok yang memberikan respon kepada
pemimpin, maka pemimpin harus meminta lebih banyak respon. Kadang
para anggota membutuhkan lebih banyak waktu untuk memikirkan dan
mengatur apa yang mereka ingin katakan terutama untuk para anggota
yang tidak dapat merespon dengan cepat atau tidak tebiasa untuk
mengungkapkan ekspresi mereka dengan agresif.
5. Mengajak semua anggota kelompok terlibat aktif 
Untuk membuat semua anggota kelompok terlibat aktif, pemimpin
secara berkala harus mengalihkan perhatian ke anggota lain setelah
seorang anggota selesai menceritakan masalahnya. Dengan cara ini
pemimpin dapat memastikan bahwa semua anggota merasa diterima dan
tidak seorangpun merasa diabaikan oleh kelompok.
6. Menghalangi dan mengarahkan kembali

4
Pemimpin harus menekan perilaku yang langsung mengambil
kesempatan bicara memfasilitasi perilaku yang produktif. Untuk
melakukannya pemimpin memerlukan untuk menghalangi dan
mengarahkan kembali. Pemimpin takut bahwa orang yang perkataannya
terpotong akan menjadi marah. Tetapi pemimpin bertanggungjawab
terhadap hasil keseluruhan dari kelompok, oleh karena itu dia tidak boleh
membiarkan terus perilaku yang merugikan untuk kelompok.
7. Mendorong anggota kelompok yang pendiam untuk terlibat aktif
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika pemimpin
mencoba mengajak anggota yang pendiam untuk ikut berpartisipasi.
Pertama, jangan mengajak seseorang ikut berpartisipasi sampai memang
dibutuhkan. Para anggota akan tergantung kepada pemimpin jika
pemimpin sering menunjuk orang. Kedua, jangan pernah menunjuk
seseorang yang tidak berkomitmen. Biarkan mereka melihat anggota
lainnya sebelum mereka siap berpartisipasi. Beberapa anggota dari kultur
tertentu mungkin membutuhkan waktu sejenak untuk melihat-lihat
sebelum berpartisipasi. Tentu saja, pemimpin dapat mengajak mereka
untuk berbagai pendapat mereka tetapi hanya pada level dimana mereka
merasa nyaman. Jika mereka ragu-ragu, jangan mendorong mereka untuk
langsung terlibat kedalam interaksi kelompok. 
8. Mundur dan memfokuskan kembali
Ketika interaksi dapat berubah menjadi obrolan yang tidak
memiliki fokus atau kehilangan topik yang relefan dengan tujuan
kelompok. Pemimpin harus bertindak cepat untuk mengarahkan kembali
fokus kelompok. 
9. Meringkas tema
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang meringkas tema-tema
yang dibahas kelompok sebelum bergerak ke topik berikutnya.
Meringkas tema akan membantu anggota kelompok untuk tetap
mengingat apa yang mereka pelajari dari pembahasan sebelumnya. 
10. Ketika anggota kelompok menangis

5
Ketika anggota kelompok menangis seringkali menunjukan bahwa
topiknya menyentuh perasaan emosi mereka yang dalam. Pemimpin
harus mendorong anggota tersebut untuk merasa bahwa menangis adalah
tindakan yang benar dan terus bersentuhan dengan apa yang
menyebabkan dia menangis. Berikut ini adalah situasi yang berbeda yang
membutuhkan respon yang berbeda dari pemimpin.
Ketika tingkat kepercayaan didalam kelompok tinggi, pemimpin
dapat mendorong anggota kelompok untuk masuk lebih dalam kedalam
emosi mereka.
11. Respon empati antar anggota
Merefleksikan emosi klien adalah inti dari tugas terapis. Ini adalah
dasar dari konseling perorangan. Meskipun demikian dalam situasi
berkelompok, pemimpin tidak harus menanggung seluruh tanggung jawab
untuk memberikan empati di bahunya saja. Jika dia melakukan ini, dia
akan merubah sesi pembahasan kelompok menjadi konseling perorangan
dalam jumlah banyak, dia akan mendominasi, tidak memimpin kelompok.
Pemimpin harus merefleksikan emosi dan masalah inti anggota pada saat
bersamaan, tetapi hanya diarahkan
12. Pemimpin yang memberikan contoh tentang respon empati
Jika tidak ada seorangpun dalam kelompok yang memberikan
empati kepada anggota , pemimpin dapat melangkah masuk kedalam.
Pemimpin harus memberikan contoh kepada anggota kelompok lainnya
terkait dengan bagaimana mengekspresikan empati mereka. 
13. Tidak menyebut kelompok dengan mereka
Ketika pemimpin berbicara dengan kelompok, dia seharusnya tidak
menyebut kelompok dengan kata-kata seperti mereka atau milik mereka.
Pemimpin harus memanggil mereka dengan menggunakan sebutan kalian.
14. Mengatasi kesunyian
Dalam tahap awal, kelompok seringkali menghadapi kesunyian.
Ada dua macam kesunyian: kesunyian produktif dan kesunyian tidak
produktif. Kesunyian produktif, terjadi ketika para anggota sedang
berbicara dengan nada suara yang pelan tentang apa yang telah dikatakan

6
atau dilakukan dalam kelompok. penghormatan pada apa yang sedang
terjadi dalam kelompok. Ketika pemimpin menghadapi kesunyian,
sebaiknya dia membiarkan kesunyian berlangsung selama satu atau dua
menit atau selama yang diperlukan untuk pemrosesan internal. 
Kesunyian tidak produktif, terjadi ketika anggota kelompok merasa
bosan, bingung atau takut untuk berbicara. Ketika kesunyian tidak
produktif terjadi, pemimpin dapat meringkas apa yang telah dibahas dan
menemukan intervensi baru atau poin pembahasan baru.
15. Mengatasi permintaan saran
Saling bertukar saran dan informasi dapat menjadi sesuatu yang
bermanfaat jika anggota kelompok memiliki pemahaman sifat masalah
satu sama lainnya. Hampir setiap kelompok memiliki anggota yang
memiliki kebiasaan meminta saran dari orang lain sebagai cara untuk
membangun hubungan. 

B. Membuka Kegiatan Kelompok


Membuka pertemuan tanpa struktur atau arah apapun dapat menjadi
sesuatu yang beresiko. Untuk membuka sebuah pertemuan secara efektif,
seorang pemimpin harus menggunakan metode yang akan disampaikan dalam
bagian ini. Metode bercerita singkat (go-arround) memberikan sedikit
struktur untuk memudahkan kelompok masuk kedalam mode aktif. Setelah
pembukaan, pertemuan kelompok dapat berubah menjadi tidak terstruktur
atau semiterstruktur untuk memunculkan proses antar individu.
Metode membuka pertemuan kelompok dapat dibagi menjadi lima
sub-tahap: (1) aktifitas relaksasi singkat; (2) pengecekan dan (3) mengatasi
masalah yang muncul (4) meminta item agenda (5) mempraktekan keahlian
bersosialisasi
1. Aktivitas relaksasi singkat
Aktifitas relaksasi selama tiga sampai empat menit dapat membuat
anggota kelompok dapat berkonsentrasi dan fokus sebelum masuk
kedalam pertemuan. Berikut ini adalah dua contoh dari aktifitas
relaksasi. 

7
Aktifitas relaksasi yang pertama, menggabungkan teknik bernafas
terpusat pada tubuh dengan visualisasi terarah. Aktfitas relaksasi yang
kedua, Pemimpin sebaiknya menggunakan suara yang pelan, tenang yang
menenangkan untuk mengarahkan kegiatan. 
2. Pengecekan (bercerita singkat pertama)
Pemimpin menggunakan aktifitas bercerita singkat dimana setiap
anggota akan menceritakan perasaan atau masalah yang belum selesai
dari pertemuan sebelumnya. 
3. Mengatasi masalah yang muncul selama aktifitas pengecekan 
Ketika kelompok melakukan aktifitas pengecekan, sesuatu yang
tidak terduga mungkin terjadi. Ketika anggota sedang berkomentar
tentang masalah yang belum terselesaikan, beberapa emosi dan interaksi
yang kuat mungkin akan muncul, konflik terbuka juga akan muncul.
Pemimpin harus menghentikan proses pengecekan dan memberikan
prioritas kepada langkah untuk memproses emosi tersebut. Kuncinya
adalah dengan cara membawa kelompok untuk menyelesaikan masalah
tersebut. 
4. Meminta item agenda (bercerita singkat kedua)
Tahap terakhir dalam membuka pertemuan adalah dengan meminta
item agenda. Dalam tahap ini, pemimpin meminta kelompok untuk
melakukan kegiatan bercerita singkat untuk kedua kalinya. Semua
anggota kelompok dapat mengidentifikasi item agenda yang akan mereka
bahas selama pertemuan.
5. Mempraktekan keahlian bersosialisasi
Keahlian bersosialisasi ini dapat dikategorikan dalam sembilan
wilayah:
a. Mempertahankan identitas dan titik pusat seseorang dalam hubungan
bersosialisasi
b. Membuat diri sendiri nyaman ketika berhadapan dengan tekanan
atau kesulitan

8
c. Tetap mempertahankan rasa percaya diri dan suasana hati meskipun
anggota lain merasa gelisah dan khawatir
d. Menyadari bahwa nilai seseorang adalah sebuah anugerah
e. Mampu melakukan penegasan diri dan confrontasi diri
f. Meminta dan menerima dukungan tanpa merasa lemah atau terpaksa
berkompromi
g. Mengembangkan nilai melalui perenungan, kesadaran, proses belajar
dan pengalaman
h. Merasa nyaman dengan sistem keyakinan dan perspektif yang
berbeda
i. Melihat orang lain dengan jelas
Untuk mengembangkan potensi kita terkait dengan
kompetensi bersosialisasi dan kedekatan diri kita harus belajar untuk
mengendalikan hubungan emosional dengan orang lain bahkan
ketika suasananya menjadi semakin tegang. 
Goldhor (1989) mengatakan itu seperti ini: “Hubungan
kekeluargaan, bahkan ketika hubungan ini dalam masalah, adalah
persyaratan penting untuk melakukan hubungan yang erat yang lepas
dari gejala-gejala yang serius dan bebas dari kegelisahan dan
reaktifitas yang berlebihan. Semakin sering kita mengatasi masalah
dengan menghindari diri dari anggota keluarga, semakin besar
kemungkinan kita membawa masalah tersebut kepada bentuk
hubungan lainnya.”

C. Menutup Kegiatan Kelompok


Untuk menutup pertemuan dengan efektif, pemimpin menggunakan
metode: (1) mengumumkan penutupan; (2) pengecekan kembali dan (3)
mengingatkan.
1. Mengumumkan penutupan pertemuan
“Terimakasih saya sampaikan kepada setiap orang karena telah
berpartisipasi aktif! Kita hampir sampai ke ujung pertemuan ini. Saya tahu
bahwa kita tidak memiliki cukup waktu untuk membahas agenda.”
2. Pengecekan kembali (bercerita singkat yang ketiga)

9
“Sebelum kita mengakhiri pertemuan ini, mari kita lakukan
pengecekan kembali dengan cara bercerita singkat dimana setiap orang
memiliki kesempatan untuk menyampaikan apa yang kalian sukai dan
kalian tidak sukai tentang apa dan cara kita melakukan pertemuan hari
ini.”
Penelitian menunjukan bahwa anggota yang membuat tujuan dan laporan
tentang kemajuan mereka selama pertemuan mingguan menunjukan
keberhasilan terapi yang lebih besar daripada yang tidak melakukannya.
3. Pengingat
Pengingat berfungsi untuk mendorong anggota kelompok supaya
mereka melanjutkan usaha individu mereka selama satu minggu.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Keahlian konselor sebagai pemimpin dalam setiap layanan seperti
bimbingan dan konseling kelompok harus matang. Maka konselor harus
memiliki kemampuan memfasilitasi yaitu: balasan sederhana, mengamati
reaksi kelompok, menggunakan isyarat non verbal untuk mendorong diskusi,
memberikan cukup waktu untuk respon, mengajak semua anggota kelompok
terlibat aktif, menghalangi dan mengarahkan kembali, mendorong anggota
kelompok yang pendiam untuk terlibat aktif, mundur dan memfokuskan
kembali, meringkas tema, ketika anggota kelompok menangis, respon empati
antar anggota, pemimpin yang memberikan contoh tentang respon empati,
tidak menyebut kelompok dengan mereka, mengatasi kesunyian, mengatasi
permintaan saran.
Metode membuka pertemuan kelompok dapat dibagi menjadi lima
sub-tahap: (1) aktifitas relaksasi singkat; (2) pengecekan dan (3) mengatasi
masalah yang muncul (4) meminta item agenda (5) mempraktekan keahlian
bersosialisasi
Untuk menutup pertemuan dengan efektif, pemimpin menggunakan
metode: (1) mengumumkan penutupan; (2) pengecekan kembali dan (3)
mengingatkan.

11
DAFTAR RUJUKAN

Chen, Mei-whei dan Rybak, Christoper J. 2004.Group Leadership skill


Interpersonal process in group Conseling and Therapy. Belmont:
Books/Cole-Thomson

12

Anda mungkin juga menyukai