Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PROSES KONSELING KELOMPOK


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Konseling
Dosen Pengampu : Ora Gorez Uke, M.Pd

Oleh Kelompok 1 :
1. Laili Kamilatul Hasanah (202044510111)
2. Siti Inayah Wulandari Nur (202044510114)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAM ISLAM AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG JEMBER
2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah


memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Proses
Konseling Kelompok dengan tepat waktu. Makalah yang berjudul Proses Konseling
Kelompok ini disusun guna memenuhi tugas Dosen pengampu mata kuliah BK
Kelompok di Institut Agama Islam Al-Falah As-Sunniyyah. Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Proses
Konseling Kelompok.
Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada Ibu Ora Gorez Uke,
M.pd. Selaku Dosen pengampu mata kuliah BK Kelompok. Tugas yang telah diberikan
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Kencong, 4 Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 1
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1 Definisi Konseling kelompok ............................................................................. 2
2.2 Tahapan-tahapan Konseling kelompok .............................................................. 2
2.3 Tujuan Konseling kelompok ............................................................................... 5
2.4 Resisten .............................................................................................................. 6
2.5 Teknik-Teknik Menangani Konseli Yang Resistance ........................................ 7
BAB III. PENUTUP .................................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 8
3.2 Saran .................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan berfikir dan kesadaran manusia dan dirinya, membuat manusia ingin
mencapai tingkat yang lebih tinggi. Oleh karena itu dikalangan masyarakat meningkat
banyak terjadinya konflik, stress, kecemasan dan frustasi. Dengan demikian, kita
harus sadar bahwa hidup dan kehidupan kita berhiaskan masalah, baik masalah yang
datang dari luar. Namun, dengan niat yang kuat serta pemberian bantuan dari seorang
konselor (konseling) maka akan membuahkan hasil untuk menyelesaikan (to solve)
masalah-masalah yang dihadapi.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa Definisi Proses Konseling ?
b) Apa Saja Tahapan-Tahapan Pada Proses Kelompok ?
c) Apa Saja Tujuan Dari Proses Konseling ?
d) Apa Definisi Dari Resistance ?
e) Bagaimana Cara Menghadapi Konseli yang Resistance ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan umum dan khusus dari pembuatan makalah ini yaitu:
a. Agar kami mendapatkan nilai dari tugas dosen mata kuliah.
b. Mengetahui teori-teori proses konseling.
c. Untuk mengetahui tujuan dari konseling.
d. Mengetahui fungsi pelayanan konseling
e. Mengetahui aspek-aspek pelayanan konseling

1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini adalah:
a. Guna menambah wawasan para mahasiswa mengenai materi yang dibahas dalam
makalah ini.
b. Meningkatkan keterampilan para mahasiswa dalam membuat makalah dengan
benar.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Konseling Kelompok


Proses konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan yang
dialami oleh kelompok selama menjalani konseling kelompok.

2.2 Tahapan-Tahapan Konseling Kelompok


Menurut Tohirin, terdapat beberapa tahapan yang penting untuk diperhatikan
yaitu ;
a. Persiapan : (1) menetapkan waktu dan tujuan. (2) mempersiapkan perlengkapan
yang diperlukan
b. Pembentukan: (1) menyampaikan salam dan doa sesuai agama masing masing.
(2) menerima anggota kelompok dengan keramahan dan keterbukaan. (3)
melakukan perkenalan. (4) menjelaskan tujuan konseling kelompok.(5)
menjelaskan pelaksanaan konseling kelompok. (6) menjelaskan asas asa yang di
dipedomani dalam pelaksanaan konseling kelompok. (7) melakukan permainan
untuk pengakraban.
c. Peralihan terdiri dari : (1) menjelaskan kembali dengan singkat cara
pelaksanaan konseling kelompok. (2) melakukan tanya jawab untuk memastikan
kegiatan anggota. (3) menekankan asas asas yang dipedomani dan diperhatikan
dalam layanan konseling kelompok.
d. Kegiatan terdiri dari: (1) menjelaskan topic atau masalah yang dikemukakan. (2)
meminta setiap kelompok memiliki sikap keterbukaan dengan maslah yang
terjadi pada diri masing masing. (3) membahas masalah yang paling banyak
muncul
e. Pengahiran terdiri dari: (1) menjelaskan bahwakegiatan konseling kelompok
akan berahir. (2) penyampaian kemajuan yang dicapai oleh masing masing
kelompok. (3) penyampaian komitmen untuk memegang keberhasilan masalah
teman. (4) mengucapkan terima kasih. (5) berdoa menurut agama masing
masing (6) bersalaman.

2
Sedangkan menurut Prayitno tahapan tahapan dalam konseling kelompok yaitu:
1) Tahap Pembentukkan
Yaitu tahapan untuk membentuk satu kelompok yang siap mengembangkan
dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Kegiatan yang dilakukan
adalah mengungkapkan tujuan dari konseling kelompok, menjelaskan cara-cara
dan ciri-ciri kegiatan kelompok, memperkenalkan dan mengungkapkan diri atau
pengakraban. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap pembentukan ini
adalah :
a) Anggota kelompok memhami pengertian dan tujuan konseling kelompok.
b) Timbulnya suasanan kelompok dalam konseling kelompok yang sedang
dilaksanakan
c) Timbulnya minat anggota kelompok untuk mengikuti kegiatan konseling
kelompok mulai dari awal sampai selesai.
d) Timbulnya sikap saling mengenal, percaya dan menerima.
e) Timbulnya suasana bebas dan terbuka.
f) Dimulainya pembahasan tentang tingkah laku dan perasaan.
Berdasarkan tujuan kegiatan yang terjadi dalam tahap pembentukan ini, maka
pemimpin kelompok berperan sebagai contoh yang akan diikuti oleh semua
anggota kelompok, yaitu menampilkan diri secara utuh dan terbuka, menampilkan
diri secara hangat, tulus bersedia membantu dan empati, serta menghormati orang
lain.
2) Tahap Peralihan atau Transisi
Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan kelompok ke kegiatan
berikutnya yang lebih terarah. Kegiatannya meliputi menjelaskan kegiatan yang
akan ditempuh pada tahap berikutnya, meningkatkan dan keikutsertaan anggota.
Pada saat ini dibutuhkan keterampilan pemimpin dan beberapa hal, yaitu
ketepatan waktu, kemapuan melihat perilaku anggota, dan mengenal emosi di
dalam kelompok. Adapun hal tersebut adalah :
a) Kepekaan Waktu
Disini pemimpin kelompok dituntut untuk peka kapan ia melakukan
konfrontasi terhadap anggota, dan kapan harus memberikan dukungan, ia perlu
peka terhadap anggota saat itu.
3
b) Observasi prilaku dan pengenalan suasana emosi
Disini pemimpin perlu memperhatikan anggota yang selalu menyita waktu,
anggota yang sangat pasif, anggota yang selalu mencela, anggota yang selalu
bersalah. Pengamatan yang akurat disertai data yang kongkrit yang
dikomunikasikan oleh pemimpin akan sangat bermanfaat bagi diri siswa
(anggota kelompok)
c) Pengenalan suasana emosi
Untuk melakukan intervensi selain ketepatan waktu disertai pengamatan
yang akurat, pemimpin perlu mengenal suasana emosi di dalam kelompok.
Reaksi perasaan pemimpin dapat dipakai sebagai sebagai barometer suasana di
dalam kelompok.
3) Tahap Kegiatan
Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Kegiatan ini
meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu
mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien menjelaskan lebih rinci
masalah yang dialami. Semua anggota ikut merespon apa yang disampaikan
anggota yang lain. Adapun tujuan yang ingin dicapai pada tahap ini adalah :
a) Terungkap masalah yang dirasakan, dipikirkan dan dialami oleh anggota
kelompok
b) Terbahasnya masalah topik yang dikemukakan secara mendalam dan tuntas
c) Ikut sertanya seluruh anggota secara aktifdan dinamis dalam membahas
masalah, baik yang menyangkit unsure unsure tingkah laku, pemikiran,
maupun perasaan.
4) Tahap Akhir
Yaitu tahap akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan
dan dicapai oleh kelompok serta merencanakan kegiatan lanjutan. Adapun tujuan
yang ingin dicapai pada tahapan pengahiran adalah :
a) Terungkapnya kesan kesan anggotab atau kelompok tentang pelaksanaan
kegiatan konseling kelompok
b) Terungkapnya hasil kegiatan kelompok yang telah tercapai
c) Terumuskannya rencana kegiatan lebih lanjut
d) Tetap terasakan hubungan kelompok dan rasa kebersamaan meskipun
kegiatan diakhiri.
4
Dapat disimpulkan bahwa ada 4 tahap dalam konseling kelompok yaitu
tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap akhir. Disamping itu
konseling kelompok wajib dilakukan oleh guru pembimbing karena lebih efisien, dan
lebih menjamin pemerataan pelayanan kepada seluruh siswa.

2.3 Tujuan Konseling Kelompok


Tujuan konseling kelompok bukan memiliki kelompok pemenang melainkan
kelompok yang memenuhkan, karena tujuan konseling kelompok adalah memenuhi
kebutuhan dan menyediakan pengalaman nilai bagi setiap anggotanya secara
individu yang menjadi bagian kelompok tersebut. Prayitno membedakan tujuan
konseling kelompok berdasarkan tujuan umum dan khusus. Tujuan umum konseling
kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi seseorang. Sementara
tujuan khususnya adalah terfokus pada pembahasan masalah pribadi peserta kegiatan
konseling. Shertzer dan Stone sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik menyatakan
bahwa tujuan dari konseling kelompok adalah mengembangkan pikiran dan perasaan
klien agar mampu memahami dan mengatasi problem yang dihadapi diri sendiri.
Wibowo menjelaskan bahwa “yang menjadi tujuan konseling kelompok adalah
individu mampu meningkatkan kemapuan pribadi, mengatasi masalah pribadi,
terampil dalam mengambil keputuasan, terampil dalam memecahkan masalah serta
memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk
melakukan tindakan yang selaras dengan kemapuannya”.
Menurut Ohlsen sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik, tujuan konseling
kelompok adalah :
a. Masing-masing klien memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya
sendiri. Berdasarkan pemahaman diri dia lebih rela menerima dirinya sendiri
dan lebih terbuka pada aspek-aspek positif dalam kepribadiannya.
b. Para klien lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu
menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan penghayatan ini akan
membuat mereka peka terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri
c. Masing-masing klien menetapkan dan menghayati makna dari kehidupan
manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima
orang lain dan harapan akan diterima orang lain.
d. Masing-masing klien semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan
5
bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain.
Dari berbagai pendapat diatas dapat peneliti simpulkan bahwa konseling
kelompok memiliki tujuan untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri maupun
orang lain serta dapat menjadi sarana pemecahan masalah bagi klien dengan
memanfaatkan kelompok.

2.4 Resisten (Resistance)


Resistance didalam bahasa inggris berasal dari kata resist dan ance adalah
menunjukkan pada posisi sebuah sikap yang cenderung untuk berperilaku bertahan,
menentang, berusaha melawan, dan upaya oposisi. Dalam kajian psikoterapi,
resistensi merupakan strategi pertahanan klien untuk mencegah analisis atau terapis
masuk dan memahami permasalahan klien.
Resistensi sebagai suatu konsep fundamental praktek-praktek psikoanalisa yang
bekerja melawan kemajuan terapi dan mencegah klien untuk menampilkan hal-hal
yang tidak disadari. Sigmund Frued memandang resistensi sebagai suatu dinamika
yang tidak disadari yang mendorong seseorang untuk mempertahankan terhadap
kecemasan. Resistensi bukan sesuatu yang harus diatasi karena hal itu merupakan
gambaran pendekatan pertahanan klien dalam kehidupan sehari-hari. Resistensi harus
diakui sebagai alat pertahanan menghadapi kecemasan. Interpretasi konselor
terhadap resistensi ditujukan kepada bantuan klien untuk menyadari alasan timbulnya
resistensi.
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah
klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis
mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran,
perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap
sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap
kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar
atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut (Corey, 1995).
Dalam proses terapi, resistensi bukanlah sesuatu yang harus diatasi, karena
merupakan perwujudan dari pertahanan klien yang biasanya dilakukan sehari-hari.
Resistensi ini dapat dilihat sebagai sarana untuk bertahan klien terhadap kecemasan,
meski sebenarnya menghambat kemampuan untuk menghadapi hidup yang lebih
memuaskan (Corey, 1995).
6
Resistensi adalah semua kekuatan dalam pasien yang menentang prosedur-
prosedur dan proses-proses pekerjaan konseling. Dalam tingkat tertentu, resistensi itu
ada dari awal sampai akhir perawatan (Freud, 1912). Resistensi
mempertahankan status quo neurosis pasien. Resistensi adalah suatu konsep
operasional, bukan sesuatu yang harus diciptakan analisis. Situasi analitik menjadi
arena dimana resistensi-resistensi itu mengungkapkan dirinya.
Resistensi adalah pengulangan semua operasi defensif yang telah digunakan
pasien dalam kehidupan masa lampaunya. Semua variasi gejala psikis mungkin
digunakan untuk tujuan resistensi dan resistensi itu beroperasi melalui ego pasien.
Meskipun beberapa aspek dari suatu resistensi mungkin sadar, namun suatu bagian
yang penting diadakan oleh ego tak sadar.

2.5 Teknik-Teknik Menangani Konseli Yang Resistance


a. Konselor membantu anggota membedakan perasaan mereka dengan kelompok
lain secara lebih tegas
b. Teknik defensif sementara
c. Teknik konfrontasi langsung

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada makalah ini dapat disimpulkan bahwa Proses
konseling kelompok merupakan tahapan-tahapan perkembangan yang dialami oleh
kelompok selama menjalani konseling kelompok. Sedangkan tahapan-tahapan dari
konseling kelompok sendiri yaitu 1) Tahap pembentukan, 2) Tahap peralihan atau
transisi, 3) Tahap kegiatan, dan 4) Tahap akhir. Tujuan dari proses konseling yaitu
untuk mengembangkan pemahaman diri sendiri maupun orang lain serta dapat
menjadisarana pemecahan masalah bagi klien dengan memanfaatkan kelompok.
Resistensi adalah semua kekuatan dalam pasien yang menentang prosedur-
prosedur dan proses-proses pekerjaan konseling. Sedangkan teknik untuk menangani
konseli yang resistance yaitu 1) Konselor membantu anggota membedakan perasaan
mereka dengan kelompok lain secara lebih tegas. 2) Teknik defensif sementara, 3)
Teknik konfrontasi langsung

3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes


Press.

https://fathimariaulfa.wordpress.com/2017/07/07/psikoterapi-analisis-resistensi-
assertive-training-dan-rational-emotive-therapy-ret/

https://islamiceducation001.blogspot.com/2019/02/hambatan-hambatan-dalam-
mewujudkan.html

Pancariatno, Sunu. 2004. Layanan Konseling Kelompok, Jawa Tengah: Departemen dan
Kebudayaan.

Prayitno. 2004. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai