Anda di halaman 1dari 16

NNNNMFFMMFMFMFMM

i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum…Wr…Wb…

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan anugerah kekuatan dan pencerahan pikiran sehingga buku yang berjudul “Panduan
Konseling Kelompok Teori Cognitive Behavior Dengan Teknik Restructurisasi Cognitive” dapat
diselesaikan sesuai rencana

Buku panduan ini disusun untuk menunjang tugas mata kuliah Praktikum KOnseling
Kelompok, dan untuk menunjang perkuliahan mahasiswa Bimbingan Konseling. Modul ini
hanya menyajikan sebagian kecil dari materi yang perlu dipahami oleh mahasiswa dalam
praktikum bimbingan konseling kelompok baik secara teori maupun praktis.

Akhir kata kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif baik dari dosen
Pembimbing Dr. Kadek Suranata, M.Pd., Kons maupun pembaca. Semoga dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.

Terimakasih

Wassalamualaikum…Wr… Wb…

Singaraja, 27 Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 5

A. Konseling Kelompok ....................................................................................................................... 5

B. Pendekatan Cognitifve Behavior Therapy ........................................................................................ 9

C. Teknik Restrukturisasi Cognitive.................................................................................................... 12

REFRENSI

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Gerald Corey, konseling perilaku (konseling Behavior) adalah penerapan


aneka ragam teknik dan prosedur yang berakar pada berbagai teori tentang belajar.
Penerapan prinsip-prinsip belajar ini berakar pada teori pengkondisian klasik dari Ivan
Pavlov maupun teori pengkondisian operan dari B.F. Skinner.
Pendekatan kognitif dan behavioral atau yang lebih dikenal dengannama cognitive
behavioral therapy menjadi suatu praktek yang terkenal dalam psikologi konseling. Sebagai
contoh lebih dari setengah fakultas danpraktisi di dunia berdasarkan survey mendapatkan
pengaruh besar daripendekatan kognitif dan behavioral, disamping itu mereka juga
mejadikanpendekatan ini sebagai pendekatan yang mereka gunakan pertama atau
keduadalam orientasi pendekatan mereka.
Walaupun teori ini telah munculbeberapa tahun yang lalu akan tetapi semua komponen
yang ada relevandengan keadaan sekarang.Pada mulanya pendekatan kognitif dan behavioral
adalah pendekatanyang berdiri sendiri. Keduanya memiliki pandangan sendiri
terhadapmanusia, bahkan memiliki metode terapi yang berbeda pula.
PendekatanBehavioral muncul berasal dari B.F Skinner dengan teori kondisi
pengoperan.Kemudian pendekatan behavioral ini menjadi pendekatan yang populer
padamasa1960an. Pada tahun 1970an pendekatan behavioral mendapatkanpengaruh dari
teori kognitif. Bandura merupakan salah seorang yang pertamakali menggunakan konsep
pendekatan Kognitif-Behavioral. Pendekatan Kognitif-Behavioral memiliki pandangan
bahwa seorangindividu memiliki perilaku yang dipengaruhi oleh kondisi internal
(kognitif).
Berdasarkan hal tersebut, terapi Kognitif-Behavioral menekankan
bahwaperubahan tingkah laku dapat terjadi jika seorang individu mengalamiperubahan
dalam masalah kognitif. Terapi dalam pendekatan Kognitif-Behavioral merupakan
gabungan dari terapi yang ada pada pendekatanKognitif dan pendekatan Behavioral.
.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konseling Kelompok
1. Definisi Konseling Kelompok

Gazda, (1984) menjelaskan bahwa konseling kelompok adalah proses hubungan antar
pribadi yang dinamis (dalam kelompok), yang memusatkan pada tingkah laku sadar dan
mempergunakan fungsi terapi yang bersifat permisif, orientasi realitas, katarsis, saling
percaya, saling memelihara, saling mengerti, saling menerima dan saling mendukung.
(Folastri & Rangka, 2017)

Prayitno (1995) mengemukakan bahwa konseling kelompok adalah proses kegiatan


dalam kelompok melalui interaksi sosial yang dinamis diantara anggota kelompok untuk
membahas masalah yang dialami setiap anggota kelompok sehingga ditemukan arah dan
cara pemecahan yang paling tepat dan memuaskan. (Folastri & Rangka, 2017)

Dinkmeyer & Munro (dalam Elida P 2010) mengemukakan bahwa konseling


kelompok adalah suatu proses dalam kelompok yang bernilai khusus untuk aspek
diagnostik dan terapeutik dalam memecahkan masalah. (Folastri & Rangka, 2017)

Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan konseling kelompok adalah suatu
hubungan dalam sebuah kelompok untuk membahas masalah-masalah yang dialami oleh
anggota kelompok sehingga ditemukan arah masalah dan solusi untuk memecahkan
masalah sehingga terjadi dinamika kelompok. Dapat diketahui ciri-ciri khas konseling
kelompok, yaitu:

Interaksi yang dinamis adalah suasana interaksi dalam konseling kelompok yang
menunjukkan terjadinya suasana

2. Tujuan konseling kelompok

Konseling kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan interaksi


individu, khususnya dalam kemampuan berkomunikasi antar anggota untuk
mengungkapkan masalah yang dialami. Menurut Prayitno (2012). Sering menjadi

5
kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/ berkomunikasi seseorang seringkali
terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif,
sempit dan terkungkung serta tidak efektif. (Folastri & Rangka, 2017)

Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok antara lain
sebagai berikut :

a. Belajar memahami diri sendiri dan orang lain


b. Menemukan berbagai kemungkinan cara menghadapi persoalan-persoalan
perkembangan dan upaya mengentaskan konflik-konflik tertentu
c. Meningkatkan kemampuan mengontrol diri sendiri, kemandirian, dan tanggung jawab
terhadap diri sendiri dan orang lain
d. Membuat perencanaan yang khusus untuk merubah tingkah laku tertentu dan dengan
kesadaran diri sendiri sungguh- sungguh (to commit) untuk sepenuhnya menjalankan
rencana itu.
e. Belajar keterampilan sosial yang efektif;
f. Belajar melakukan konfrontasi orang lain dengan cara yang berkelembutan,
perhatian, keramahan, dan terkendali, serta. berkelembutan, perhatian, keramahan,
dan terkendali,
g. Berubah dari hidup semata-mata untuk menjadi seperti apa yang diharapkan atau
dimaui orang lain menjadi hidup sesuai dengan diharapkan diri sendiri yang penuh
dengan berkah.

3. Manfaat konseling kelompok

Elida P (dalam Folastri & Rangka, 2017) Menjelaskan beberapa manfaat yang bisa
didapatkan oleh anggota kelompok melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok antara lain adalah:

a. Memperoleh pemahaman tentang diri sendiri dan perkembangan identitas diri yang
sifatnya unik
b. Meningkatkan penerimaan diri sendiri, kepercayaan diri, dan penghargaan terhadap
diri sendiri agar tercapai pemahaman baru tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar

6
c. Memiliki kesensitifan yang tinggi terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain
d. Memahami kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan secara bersama oleh anggota
kelompok yang dikembangkan menjadi perasaan yang bersifat universal
e. Memahami nilai-nilai yang berlaku dan hidup dengan tuntutan nilai-nilai tersebut,
dan
f. Mampu menentukan satu pilihan yang tepat dan dilakukan dengan cara yang arif
bijaksana

4. Tahap-tahap konseling kelompok

Tahap-tahap pelaksanaan konseling kelompok terdapat 5 tahapan anatar lain sebagai


berikut:

1) Tahap pembentukan.
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri kedalam suatu kelompok.
Pada umumnya dalam tahapan ini para anggota saling memperkenalkan diri,
mengungkapkan tujuan, cara, asas-asas, dan permainan untuk mengakrabkan suasana
kelompok.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
a) Mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok
b) Menjelaskan cara-cara dan asas-asas yang berlaku dalam bimbingan kelompok
c) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
d) Permainan (Ice breaking) agar anggota kelompok saling mengenal dan merasa
nyaman dengan lingkungan barunya.
2) Tahap peralihan
Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya
yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap peralihan adalah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b) Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).

7
c) Membahas suasana yang terjadi.
d) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. jika perlu kembali ke beberapa
aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
3) Tahap kegiatan/pembahasan
yaitu tahapan “kegiatan inti” mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.
Kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan inti adalah
sebagai berikut :
a) Setiap anggota kelompok mengungkapkan masalah pribadi yang perlu mendapat
bantuan untuk pengentasannya.
b) Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama,
kedua, ketiga, dan seterusnya.
c) Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberi gambaran yang
lebih rinci masalah yang dialaminya.
d) Seluruh anggota kelompok ikut membahas masalah klien melalui berbagai cara,
seperti bertanya, menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan
pengalaman pribadi, menyarankan.
e) Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon hal-hal yang ditampilan oleh
rekan kelompok.
f) Kegiatan selingan.

4) Tahap penyimpulan
Yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai
oleh kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan
kegiatan pembahasan yang baru saja diikuti.
a) Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok mengemukakan kesan dan
hasil-hasil kegiatan (refleksi).
b) Mengemukakan pesan dan harapan

5) Tahap penutupan/pengakhiran, yaitu merupakan tahapan akhir dari seluruh kegiatan.


Kelompok merencanakan kegiatan bimbingan kelompok dan konseling kelompok

8
selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta kelompok pada tahap kelima
adalah sebagai berikut :
a) Membahas kegiatan lanjutan
b) Kelompok mengakhiri kegiatan

B. Pendekatan Cognitifve Behavior Therapy


1. Konsep Utama Cognitive Behavior

Konsep utama dari kognitif-perilaku adalah peleburan antara pendekatan perilaku


dan kognitif. Kognitif-perilaku merupakan pencampuran dari strategi perilaku dan proses
kognitif yang bertujuan untuk mencapai perubahan kognisi dan perilaku manusia
(Capuzzi, 2009).
Konseling kognitif perilaku (CBT) dapat dilaksanakan secara efektif baik dalam latar
individu atau kelompok. Konseling kelompok kognitif-perilaku dapat dilaksanakan dalam
dua format kegiatan :
1) kelompok homogeny, yaitu dimana semua anggota mempunyai masalah yang sama
dan
2) format kelompok terbuka, dimana anggota kelompok bergiliran mengungkapkan
masalah mana yang ingin dibahas. (Vernon dalam Erford, 2004)

Metode konseling ini juga dapat digunakan untuk menangani berbagai macam
gangguan perilaku yang maladaptive dalam berbagai latar dan kelompok, baik secara
populasi maupun subjek (Darminto,2007).

2. Definisi Cognitive Behavior

Aaron T. Beck mendefinisikan cognitive behavior therapy sebagai pendekatan


konseling yang dirancang untuk menyelesaikan permasalahan klien pada saat ini dengan
cara melakukan restrukturisasi kognitif dan perilaku yang menyimpang. (Nursabila,
2018) Pendekatan cognitive behavior therapy didasarkan pada formulasi kognitif,
keyakinan dan strategi perilaku yang mengganggu. Proses konseling didasarkan pada
konseptualisasi atau pemahaman klien atas keyakinan khusus dan pola perilaku klien.

9
Matson & Ollendick mengungkapkan definisi cognitive behavior therapy yaitu
pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik menggunakan kognisi sebagai
bagian utama konseling. Fokus konseling yaitu persepsi, kepercayaan dan
pikiran.(Nursabila, 2018) Cognitive Behavior Therapy memadukan dua pendekatan
dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Cognitive Therapy
memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Cognitive Therapy memfasilitasi
individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam berpikir atau pikiran yang
irasinoal menjadi rasional. Sedangkan, behavior therapy membantu individu untuk
membentuk perilaku baru dalam memecahkan masalahnya. Dari dua aspek ini, teori
cognitive behavior therapy meyakini bahwa ada keterkaitan antara pikiran negatif suatu
individu dengan perilaku yang kemudian muncul ke permukaan. . Terapi kognitif
memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif memfasilitasi
individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan. Tidak hanya berkaitan dengan
positive thingking, tetapi terapi kognitif berkaitan pula dengan happy thinking.Terapi
tingkah laku membantu hubungan antara situasi permasalahan dengan kebiasaan
mereaksi (merespon) permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku, menenangkan
pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu
membuat keputusan yang tepat. CBT merupakan konseling yang dilakukan untuk
meningkatkan dan merawat kesehatan mental. Konseling ini akan diarahkan kepada
modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak dengan menekankan otak sebagai
penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak dan memutuskan kembali.
Sedangkan pendekatan pada aspek behavior (perilaku) diarahkan untuk membangun
hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan merespon masalah.

3. Prinsip-prinsip Konseling Kognitif Behavior

Pemahaman terhadap prinsip-prinsip terapi ini akan mempermudah konselor dalam


memahami konsep, strategi dalam merencanakan proses konseling dari setiap sesi, serta
penerapan teknik-teknik Konseling kognitif behavior. Berikut adalah prinsip-prinsip
dasar dari CBT (Cognitive Behavior Therapy) berdasarkan kajian yang diungkapkan
Beck (2011),

10
1) Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari
permasalahan konseli dan konseptualisasi kognitif konseli.
2) Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada pemahaman yang sama antara
konselor dan konseli terhadap permasalahan yang dihadapi konseli.
3) Cognitive Behavior Therapy memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif.
4) Cognitive Behavior Therapy berorientasi pada tujuan dan berfokus pada
permasalahan.
5) Cognitive Behavior Therapy berfokus pada kejadian saat ini.
6) Cognitive Behavior Therapy merupakan Edukasi, bertujuan untuk mengajarkan
konseli untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri dan menekankan pada pencegahan
7) Cognitive Behavior Therapy berlangsung pada waktu yang terbatas.
8) Sesi Cognitive Behavior yang terstruktur.
9) Cognitive Behavior Therapy mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan menanggapi pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka.
10) Cognitive Behavior Therapy menggunakan berbagai teknik untuk merubah
pemikiran, perasaan dan tingkah laku.

4. Focus Teori Cognitive Behavior

Cognitive Behavior merupakan konseling yang menitikberatkan pada restrukturisasi


atau pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya
baik secara fisik maupun psikis dan lebih melihat ke masa depan dibanding masa lalu.
Aspek kognitif dalam cognitive behavior therapy antara lain mengubah cara berpikir,
kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi klien belajar mengenali dan
mengubah kesalahan dalam aspek kognitif. Sedangkan aspek behavioral dalam cognitive
behavior therapy yaitu mengubah hubungan yang salah antara situasi permasalahan
dengan kebiasaan mereaksi permasalahan, belajar mengubah perilaku, menenangkan
pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir lebih jelas.

11
5. Tujuan Teori Cognitive Behavior

Tujuan utama teori cognitive behavior ,yaitu memunculkan respon yang lebih
adaptif terhadap suatu situasi dengan menyesuaikan proses kognitif yang ada dan
melakukan modifikasi perilaku (Westbrook, Kennerly, & Kirk, 2007). Hal senada
dikemukakan oleh Beck (1993) bahwa Konseling Kognitif Perilaku berusaha untuk
mengidentifikasi dan mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional atau
terdistorsi, tugas konselor kognitif perilaku membantu klien mengenali cacat-cacat logis,
dalam pemikiran individu dan membantu mereka untuk memandang situasi secara
rasional. (Habsy, 2017). Klien diminta untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menguji
keyakinan, yang akan membawa klien untuk mengubah kayakinan yang ternyata tidak
berdasar realita.

C. Teknik Restrukturisasi Cognitive


1. Definidi Restrukturisasi Cognitive
Restrukturisasi kognitif merupakan salah satu teknik yang digunakan dalam teori
kognitif perilaku yang menitikberatkan pada modifikasi pikiran- pikiran yang salah.
Teknik restrukturisasi kognitif merupakan suatu proses di mana konselor membantu klien
mencari pikiran-pikiran Self-defeating dan mencari alternatif rasional sehingga remaja
dapat belajar menghadapi situasi- situasi pembangkit kecemasan.
Teknik restrukturisasi kognitif menurut Ellis merupakan Cognitif Restructuring yaitu
memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau
pernyataan diri negative dan keyakinan keyakinan klien yang tidak rasional menjadi
pikiran-pikiran yang positif dan rasional.(Dwi Lestari, 2018)
Murk mendefenisikan Restrukturisasi kognitif merupakan teknik yang menghasilkan
kebiasaan baru pada klien yang berfikir, merasa bertindak dengan cara mengidentifikasi
kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan tersebut, dan menggantikan
tanggapan /persepsi diri yag negatif/irasional menjadi lebih rasional/realistis.
Restrukturisasi kognitif memusatkan perhatian pada upaya mengidentifikasi dan
mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan klien
yang tidak rasional.(Dwi Lestari, 2018)

12
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahawa teknik
Restrukturisasi kognitif membantu klien atau klien untuk memusatkan perhatian pada
usaha-usaha yang dapat mengubah pikiran yang irrasional menjadi pekiran-pikiran yang
rasional.

1. Tujuan Teknik Restruturiksasi Kognitif

Tujuan dari teknik resturiksasi kognitif yaitu untuk mengajak kien menentang
pikiran dan emosi yang negative atau maladaptive dengan membrikan bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan klien menganai masalah yang sedanga dihadapi.
Penggunaan teknik ini juga bertujuan untuk memperbaiki pola pikir klien menjadi lebih
rasional dengan mengubah pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri dan situasi-situasi
di luar diri menjadi pikiran-pikiran yang positif. Setelah klien memiliki pemikiran yang
positif diharapkan dapat mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-hari sebagai
perilaku yang konstruktif dan positif. Beck mengatakan, tujuan terapi kognitif adalah
agar klien belajar menjadi terapis bagi dirinya, termasuk mengajarinya untuk :

1) Memonitor pikiran otomatis negatifnya


2) Mengenali hubungan antara kognisi, afek, dan perilaku.
3) Memeriksa dan menguji realitas bukti-bukti yang mendukung dan berlawanan dengan
pikiran otomatis yang terdistorsi
4) Menggantikan kognisikognisi terbias dengan interpretasi-interpretasi yang realistis
5) Belajar mengidentifikasi dan mengubah keyakinan yang mempredisposisikannya
untuk mendistorsi pengalamannya.

2. Tahap-tahap Teknik Restrurisasi cognitive

Menurut Cormier Cormier, tahapan-tahapan prosedur CR(Cognitive Restructuring)


terdapat enam bagian utama yaitu dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Rasional; tujuan dan tinjauan singkat prosedur.


Rasional digunakan untuk memperkuat keyakinan klien bahwa “pernyataan diri”
dapat mempengaruhi perilaku, dan khususnya pernyataan-pernyataan diri negative

13
atau pikiran-pikiran menyalahkan diri dapat berisiskan penjelasan tentang tujuan
terapi, gambaran singkat prosedur yang akan dilaksananakan, dan pembahasan
tentang pikiran-pikiran diri positif dan negative.
2) Identifikasi pikiran klien dalam situasi problem.
Setelah klien menerima rasional yang diberikan, tahap selanjutnya yaitu melakukan
analisis terhadap pikiran-pikiran klien dalam situasi yang mengandung tekanan atau
situasi yang menimbulkan kecemasan.
3) Pengenalan dan latihan coping thought (CT)
Pada tahap ini terjadi peralihan focus dari pikiran-pikiran klien yang merusak diri
menuju ke bentuk pikiran lain yang tidak kompatibel dengan pikiran yang merusak
diri. Pikiran-pikiran yang tidak kompatibel ini disebut sebagai pikiran yang
menanggulangi (coping thought= ct) atau pernyataan yang menggulangi (coping
statement= cs) atau intruksi diri yang menanggulangi (coping slf- instruction= csi).
Semuanya dikembangkan untuk klien. Pengenalan dan pelatihan cs tersebut penting
untuk mendukung keberhasilan seluruh prosedur Restrukturisasi Kognitif.
4) Pindah dari pikiran-pikiran negatif ke coping thought (CT)
Tahap selanjutnya Setelah klien mengidentifikasikan pikiran-pikiran negatif dan
mempraktikkan CS alternatif, konselor selanjutnya melatih klien untuk pindah dari
pikiran- pikiran negatif ke CS. Terdapat dua kegiatan dalam prosedur ini, yaitu :
pemberian contoh peralihan pikiran oleh konselor dan latihan peralihan pikiran oleh
klien.
5) Pengenalan dan latihan penguatan positif
Tahap terakhir dari Cognitive Restructuring berisikan kegiatan mengajar klien
tentang cara-cara memberikan penguatan bagi dirinya sendiri untuk setiap
keberhasilan yang dicapainya. Ini dapat dilakukan dengan cara konselor memodelkan
dan klien mempraktikkan pernyataanpernyataan diri yang positif.
6) Tugas rumah dan tindak lanjut
Meskipun tugas rumah merupakan bagian integral dari setiap tahapan prosedur
cognitive restructuring, klien pada akhirnya dapat mampu untuk menggunakan
cognitive restructuring kapan pun diperlukan dalam situasi yang menekan. Tugas
rumah ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk

14
mempraktikan ketrampilan segera untuk mengerjakan tugas yang diperoleh dalam
menggunakan CS dalam situasi yang sebenarnya.

15
REFRENSI

DWI LESTARI, R. (2018). PENGGUNAAN TEKNIK RESTRUKTURISASI


KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA DALAM
MENGHADAPI UJIAN SEMESTER PADA SISWA KELAS XI DI MAN 3
MEDAN.

Folastri, S., & Rangka, I. B. (2017). Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok.

Habsy, B. A. (2017). MODEL KONSELING KELOMPOK COGNITIVE BEHAVIOR


UNTUK MENINGKATKAN SELF ESTEEM SISWA SMK. PERSPEKTIF Ilmu
Pendidikan, 31(1), 21–35.

Nursabila. (2018). BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN COGNITIVE


BEHAVIOR THERAPY DALAM UPAYA MENANGANI SEORANG REMAJA
DENGAN KECENDERUNGAN HISTRIONIK DI YAYASAN HOTLINE
SURABAYA SKRIPSI. Universita Islam Negeri Sunan Ampel.

Yani, E. (2014). Teknik Restrukturisasi Kognitif (pp. 9–31).

16

Anda mungkin juga menyukai