i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum…Wr…Wb…
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Allah SWT Tuhan yang Maha Esa karena telah
memberikan anugerah kekuatan dan pencerahan pikiran sehingga buku yang berjudul “Panduan
Konseling Kelompok Teori Cognitive Behavior Dengan Teknik Restructurisasi Cognitive” dapat
diselesaikan sesuai rencana
Buku panduan ini disusun untuk menunjang tugas mata kuliah Praktikum KOnseling
Kelompok, dan untuk menunjang perkuliahan mahasiswa Bimbingan Konseling. Modul ini
hanya menyajikan sebagian kecil dari materi yang perlu dipahami oleh mahasiswa dalam
praktikum bimbingan konseling kelompok baik secara teori maupun praktis.
Akhir kata kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif baik dari dosen
Pembimbing Dr. Kadek Suranata, M.Pd., Kons maupun pembaca. Semoga dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang membutuhkan.
Terimakasih
Wassalamualaikum…Wr… Wb…
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. ii
REFRENSI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konseling Kelompok
1. Definisi Konseling Kelompok
Gazda, (1984) menjelaskan bahwa konseling kelompok adalah proses hubungan antar
pribadi yang dinamis (dalam kelompok), yang memusatkan pada tingkah laku sadar dan
mempergunakan fungsi terapi yang bersifat permisif, orientasi realitas, katarsis, saling
percaya, saling memelihara, saling mengerti, saling menerima dan saling mendukung.
(Folastri & Rangka, 2017)
Dari ketiga pendapat tersebut dapat disimpulkan konseling kelompok adalah suatu
hubungan dalam sebuah kelompok untuk membahas masalah-masalah yang dialami oleh
anggota kelompok sehingga ditemukan arah masalah dan solusi untuk memecahkan
masalah sehingga terjadi dinamika kelompok. Dapat diketahui ciri-ciri khas konseling
kelompok, yaitu:
Interaksi yang dinamis adalah suasana interaksi dalam konseling kelompok yang
menunjukkan terjadinya suasana
5
kenyataan bahwa kemampuan bersosialisasi/ berkomunikasi seseorang seringkali
terganggu oleh perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang tidak objektif,
sempit dan terkungkung serta tidak efektif. (Folastri & Rangka, 2017)
Adapun beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok antara lain
sebagai berikut :
Elida P (dalam Folastri & Rangka, 2017) Menjelaskan beberapa manfaat yang bisa
didapatkan oleh anggota kelompok melalui layanan bimbingan kelompok dan konseling
kelompok antara lain adalah:
a. Memperoleh pemahaman tentang diri sendiri dan perkembangan identitas diri yang
sifatnya unik
b. Meningkatkan penerimaan diri sendiri, kepercayaan diri, dan penghargaan terhadap
diri sendiri agar tercapai pemahaman baru tentang diri sendiri dan lingkungan sekitar
6
c. Memiliki kesensitifan yang tinggi terhadap kebutuhan dan perasaan orang lain
d. Memahami kebutuhan dan permasalahan yang dirasakan secara bersama oleh anggota
kelompok yang dikembangkan menjadi perasaan yang bersifat universal
e. Memahami nilai-nilai yang berlaku dan hidup dengan tuntutan nilai-nilai tersebut,
dan
f. Mampu menentukan satu pilihan yang tepat dan dilakukan dengan cara yang arif
bijaksana
1) Tahap pembentukan.
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri kedalam suatu kelompok.
Pada umumnya dalam tahapan ini para anggota saling memperkenalkan diri,
mengungkapkan tujuan, cara, asas-asas, dan permainan untuk mengakrabkan suasana
kelompok.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pembentukan dalam bimbingan kelompok
adalah sebagai berikut:
a) Mengungkapkan pengertian dan tujuan bimbingan kelompok
b) Menjelaskan cara-cara dan asas-asas yang berlaku dalam bimbingan kelompok
c) Saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri
d) Permainan (Ice breaking) agar anggota kelompok saling mengenal dan merasa
nyaman dengan lingkungan barunya.
2) Tahap peralihan
Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya
yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap peralihan adalah sebagai berikut:
a) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.
b) Menawarkan sambil mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani
kegiatan pada tahap selanjutnya (tahap ketiga).
7
c) Membahas suasana yang terjadi.
d) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota. jika perlu kembali ke beberapa
aspek tahap pertama (tahap pembentukan)
3) Tahap kegiatan/pembahasan
yaitu tahapan “kegiatan inti” mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.
Kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan inti adalah
sebagai berikut :
a) Setiap anggota kelompok mengungkapkan masalah pribadi yang perlu mendapat
bantuan untuk pengentasannya.
b) Kelompok memilih masalah mana yang hendak dibahas dan dientaskan pertama,
kedua, ketiga, dan seterusnya.
c) Klien (anggota kelompok yang masalahnya dibahas) memberi gambaran yang
lebih rinci masalah yang dialaminya.
d) Seluruh anggota kelompok ikut membahas masalah klien melalui berbagai cara,
seperti bertanya, menjelaskan, mengkritisi, memberi contoh, mengemukakan
pengalaman pribadi, menyarankan.
e) Klien setiap kali diberi kesempatan untuk merespon hal-hal yang ditampilan oleh
rekan kelompok.
f) Kegiatan selingan.
4) Tahap penyimpulan
Yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai
oleh kelompok. Peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan
kegiatan pembahasan yang baru saja diikuti.
a) Pemimpin kelompok meminta anggota kelompok mengemukakan kesan dan
hasil-hasil kegiatan (refleksi).
b) Mengemukakan pesan dan harapan
8
selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta kelompok pada tahap kelima
adalah sebagai berikut :
a) Membahas kegiatan lanjutan
b) Kelompok mengakhiri kegiatan
Metode konseling ini juga dapat digunakan untuk menangani berbagai macam
gangguan perilaku yang maladaptive dalam berbagai latar dan kelompok, baik secara
populasi maupun subjek (Darminto,2007).
9
Matson & Ollendick mengungkapkan definisi cognitive behavior therapy yaitu
pendekatan dengan sejumlah prosedur yang secara spesifik menggunakan kognisi sebagai
bagian utama konseling. Fokus konseling yaitu persepsi, kepercayaan dan
pikiran.(Nursabila, 2018) Cognitive Behavior Therapy memadukan dua pendekatan
dalam psikoterapi yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Cognitive Therapy
memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Cognitive Therapy memfasilitasi
individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam berpikir atau pikiran yang
irasinoal menjadi rasional. Sedangkan, behavior therapy membantu individu untuk
membentuk perilaku baru dalam memecahkan masalahnya. Dari dua aspek ini, teori
cognitive behavior therapy meyakini bahwa ada keterkaitan antara pikiran negatif suatu
individu dengan perilaku yang kemudian muncul ke permukaan. . Terapi kognitif
memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif memfasilitasi
individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan. Tidak hanya berkaitan dengan
positive thingking, tetapi terapi kognitif berkaitan pula dengan happy thinking.Terapi
tingkah laku membantu hubungan antara situasi permasalahan dengan kebiasaan
mereaksi (merespon) permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku, menenangkan
pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu
membuat keputusan yang tepat. CBT merupakan konseling yang dilakukan untuk
meningkatkan dan merawat kesehatan mental. Konseling ini akan diarahkan kepada
modifikasi fungsi berpikir, merasa dan bertindak dengan menekankan otak sebagai
penganalisa, pengambil keputusan, bertanya, bertindak dan memutuskan kembali.
Sedangkan pendekatan pada aspek behavior (perilaku) diarahkan untuk membangun
hubungan yang baik antara situasi permasalahan dengan kebiasaan merespon masalah.
10
1) Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada formulasi yang terus berkembang dari
permasalahan konseli dan konseptualisasi kognitif konseli.
2) Cognitive Behavior Therapy didasarkan pada pemahaman yang sama antara
konselor dan konseli terhadap permasalahan yang dihadapi konseli.
3) Cognitive Behavior Therapy memerlukan kolaborasi dan partisipasi aktif.
4) Cognitive Behavior Therapy berorientasi pada tujuan dan berfokus pada
permasalahan.
5) Cognitive Behavior Therapy berfokus pada kejadian saat ini.
6) Cognitive Behavior Therapy merupakan Edukasi, bertujuan untuk mengajarkan
konseli untuk menjadi terapis bagi dirinya sendiri dan menekankan pada pencegahan
7) Cognitive Behavior Therapy berlangsung pada waktu yang terbatas.
8) Sesi Cognitive Behavior yang terstruktur.
9) Cognitive Behavior Therapy mengajarkan konseli untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi dan menanggapi pemikiran disfungsional dan keyakinan mereka.
10) Cognitive Behavior Therapy menggunakan berbagai teknik untuk merubah
pemikiran, perasaan dan tingkah laku.
11
5. Tujuan Teori Cognitive Behavior
Tujuan utama teori cognitive behavior ,yaitu memunculkan respon yang lebih
adaptif terhadap suatu situasi dengan menyesuaikan proses kognitif yang ada dan
melakukan modifikasi perilaku (Westbrook, Kennerly, & Kirk, 2007). Hal senada
dikemukakan oleh Beck (1993) bahwa Konseling Kognitif Perilaku berusaha untuk
mengidentifikasi dan mengoreksi keyakinan-keyakinan yang disfungsional atau
terdistorsi, tugas konselor kognitif perilaku membantu klien mengenali cacat-cacat logis,
dalam pemikiran individu dan membantu mereka untuk memandang situasi secara
rasional. (Habsy, 2017). Klien diminta untuk mengumpulkan bukti-bukti untuk menguji
keyakinan, yang akan membawa klien untuk mengubah kayakinan yang ternyata tidak
berdasar realita.
12
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahawa teknik
Restrukturisasi kognitif membantu klien atau klien untuk memusatkan perhatian pada
usaha-usaha yang dapat mengubah pikiran yang irrasional menjadi pekiran-pikiran yang
rasional.
Tujuan dari teknik resturiksasi kognitif yaitu untuk mengajak kien menentang
pikiran dan emosi yang negative atau maladaptive dengan membrikan bukti-bukti yang
bertentangan dengan keyakinan klien menganai masalah yang sedanga dihadapi.
Penggunaan teknik ini juga bertujuan untuk memperbaiki pola pikir klien menjadi lebih
rasional dengan mengubah pikiran-pikiran negatif tentang diri sendiri dan situasi-situasi
di luar diri menjadi pikiran-pikiran yang positif. Setelah klien memiliki pemikiran yang
positif diharapkan dapat mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-hari sebagai
perilaku yang konstruktif dan positif. Beck mengatakan, tujuan terapi kognitif adalah
agar klien belajar menjadi terapis bagi dirinya, termasuk mengajarinya untuk :
13
atau pikiran-pikiran menyalahkan diri dapat berisiskan penjelasan tentang tujuan
terapi, gambaran singkat prosedur yang akan dilaksananakan, dan pembahasan
tentang pikiran-pikiran diri positif dan negative.
2) Identifikasi pikiran klien dalam situasi problem.
Setelah klien menerima rasional yang diberikan, tahap selanjutnya yaitu melakukan
analisis terhadap pikiran-pikiran klien dalam situasi yang mengandung tekanan atau
situasi yang menimbulkan kecemasan.
3) Pengenalan dan latihan coping thought (CT)
Pada tahap ini terjadi peralihan focus dari pikiran-pikiran klien yang merusak diri
menuju ke bentuk pikiran lain yang tidak kompatibel dengan pikiran yang merusak
diri. Pikiran-pikiran yang tidak kompatibel ini disebut sebagai pikiran yang
menanggulangi (coping thought= ct) atau pernyataan yang menggulangi (coping
statement= cs) atau intruksi diri yang menanggulangi (coping slf- instruction= csi).
Semuanya dikembangkan untuk klien. Pengenalan dan pelatihan cs tersebut penting
untuk mendukung keberhasilan seluruh prosedur Restrukturisasi Kognitif.
4) Pindah dari pikiran-pikiran negatif ke coping thought (CT)
Tahap selanjutnya Setelah klien mengidentifikasikan pikiran-pikiran negatif dan
mempraktikkan CS alternatif, konselor selanjutnya melatih klien untuk pindah dari
pikiran- pikiran negatif ke CS. Terdapat dua kegiatan dalam prosedur ini, yaitu :
pemberian contoh peralihan pikiran oleh konselor dan latihan peralihan pikiran oleh
klien.
5) Pengenalan dan latihan penguatan positif
Tahap terakhir dari Cognitive Restructuring berisikan kegiatan mengajar klien
tentang cara-cara memberikan penguatan bagi dirinya sendiri untuk setiap
keberhasilan yang dicapainya. Ini dapat dilakukan dengan cara konselor memodelkan
dan klien mempraktikkan pernyataanpernyataan diri yang positif.
6) Tugas rumah dan tindak lanjut
Meskipun tugas rumah merupakan bagian integral dari setiap tahapan prosedur
cognitive restructuring, klien pada akhirnya dapat mampu untuk menggunakan
cognitive restructuring kapan pun diperlukan dalam situasi yang menekan. Tugas
rumah ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
14
mempraktikan ketrampilan segera untuk mengerjakan tugas yang diperoleh dalam
menggunakan CS dalam situasi yang sebenarnya.
15
REFRENSI
Folastri, S., & Rangka, I. B. (2017). Prosedur Layanan Bimbingan dan Konseling
Kelompok.
16