Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan
Konseling Kelompok
Oleh:
Aida Agustin Khoirun Nisa’
1903402021041
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang mana telah
memberikan kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah berjudul
“Pendekatan-pendekatan Dalam Konseling Kelompok” dapat selesai seperti
waktu yang telah ditentukan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari
berbagai pihak yang telah member bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Siti Ernawati, S.Sos.I,M.Pd.I. selaku dosen mata kuliah Bimbngan
Konseling Kelompok di Universitas Islam Jember.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penuli
ssehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari bentuk penyusunan maupun materi. Kritik dan saran dari pembaca sangat
penulis harapkan untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................1
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Pembelajaran....................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konseling Kelompok dengan Adanya Pendekatan Psikoanalitik................6
2.2 Konseling Kelompok dengan Adanya Pendekatan Psikologi Individual. .11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
3
BAB I. PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu menjelaskan konseling kelompok dengan adanya
pendekatan psikoanalitik.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konseling kelompok dengan adanya
pendekatan psikologi individual.
5
BAB II. PEMBAHASAN
6
Psikoanalisis terpusat pada pengaruh masa lampau sabagai suatu hal yang
menetukan bagi berfungsinya kepribadian pada masa kini. Pengalaman-
pengalaman pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupan individu
dipandang sebagai akar dari konflik-konflik individu yang bersangkutan pada
masa kini.
2) Ketaksadaran
Menurut Freud kebanyakan perilaku manusia itu didorong oleh kekuatan-
kekuatan yang terletak di luar pengalaman yang disadari. Pemusatan kepada
motif-motif yang tidak disadari itu mengurangi penekanan pada makna interaksi
“di sini dan kini” dan interaksi antarpribadi secara mutlak.
3) Kecemasan
Kecemasan adalah perasaan takut yang mendalam dan firasat akan
datangnya malapetaka sebagai hasil dari bermunculannya perasaan, kenangan,
keinginan dan pengalaman-pengalaman yang terdesak di permukaan kesadaran.
Kecemasan itu dapat dilihat sebagai hasil sampingan dari pengambilan resiko
dalam kelompok dan akan membawa pada perubahan yang konstruktif.
4) Pengalihan (Transference)
Pengalihan merupakan konsep dasar dalam pendekatan psikoanalitik yang
mengarahkan pergeseran arah yang tidak disadari oleh klien yaitu klien
memperlakukan atau menganggap konselor sebagai orang dimasa lalunya.
5) Lawan Pengalihan (Countertranference)
Lawan pengalihan merupakan respon emosional yang tidak disadari oleh
konselor kepada konseli, yang dilandasi pula oleh kebutuhan-kebutuhan konselor
yang tidak disadari. Ini berbahaya apabila terletak pada gejala distorsi mengenai
perilaku konseli karena persepsi yang menyimpang dari konselor sendiri.
6) Penolakan (Resistance)
Penolakan diartikan sebagai keengganan individu untuk membawa materi
tak sadar yang mengancam dirinya yang telah didesak atau dipungkiri sebelumnya
ke dalam kesadaran. Hal ini dilakukan sebagai upaya mempertahankan diri.
b. Tujuan Konseling
7
Tujuan dari psikoanalitik adalah restrukturisasi karakter dan sistem
kepribadian konseli. Penjelasannya adalah untuk menata kembali struktur watak
dan kepribadian konseli. Menurut Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi,
2013: 37) tujuan dapat dicapai dengan membuat konflik-konflik yang tidak
disadari menjadi disadari dengan memuji dan menjajaki materi yang bersifat
intrapsikis. Secara khusus psikoanalitik memerankan kembali keluarga yang asli
secara simbolik melaluai kelompok, sehingga latar belakang historis dari
kehidupan anggota dari masa lalu terulang kembali dalam kehadirannya dalam
kelompok itu.
c. Tahap dan Teknik Konseling
Dalam psikoanalisis, proses terapi berpusat pada menciptakan kembali,
menganalisis, mendiskusikan dan menafsirkan pengalaman masa lampau dan
menangani (working through) pertahankan diri dan penolakan yang berkembang
pada tahap ketaksadaran. Menurut Wolf (1989, dalam Kurnanto, M. Edi: 47)
terdapat beberapa tahap sebagai berikut:
1) Tahap persiapan dalam bentuk analisis individu
Pada tahap ini konselor memilih para peserta yang cocok untuk
melaksanakan kegiatan kelompok yang dipimpinnya seperti konseli yang mampu
berkontak dengan kenyataan, berhubungan secara pribadi, luwes dan berpotensi
menjadi katalisator dalam kegiatan kelompok.
2) Tahap pembentukan hubungan melalui penafsiran mimpi dan fantasi
Analisis dan penafsiran mimpi pada tahap ini merupakan alat untuk
mengembangkan iklim saling mempercayai diantara anggota kelompok.
3) Interaksi melalui asosiasi bebas antar pribadi (Interpersonal Free
Assosiation)
Ditandai oleh pengggunaan yang mendalam tentang asosiasi bebas, yaitu
komunikasi tanpa sensor mengenai perasaan dan pemikiran seseorang secepat hal
itu muncul dalam ingatanya.
4) Tahap analisis penolakan
Pada tahap ini penolakan muncul sescra jelas pada waktu setiap anggota
kelompok melakukan penafsirannya tentang mimpi dan mengadakan asosiasi
8
bebas tentang anggota-anggota lainya. Dengan kata lain tahap ini merupakan masa
pemberontakan kelompok terhadap konselor.
5) Tahap analisis pengalihan
Pada tahap ini konselor benar-benar perlu menemukan ketakutan setiap
anggota kelompok untuk mengubah dirinya dan juga mengenai trauma yang
menahan perkembangan dirinya.
6) Tahap tindakan pribadi yang disadari dan integrasi sosial
Tahap ini ditandai dengan berakhirnya distorsi pengalihan yang sangat
kuat yang terjadi dalam kelompok. Pada tahap ini terdapat suatu pola berbagai
kepemimpinan dan pemisahan diri serta penyadaran individual yang realistik.
Selain tahap terdapat pula beberapa teknik dasar yang biasa digunakan
didalam konseling kelompok dengan pendekatan psikoanalitik menurut M. Edi
Kurnanto (2013: 40-46), yaitu:
1) Asosiasi Bebas (Free Association)
Merupakan alat untuk mengungkapkan bahan-bahan yang terdesak atau
yang ada dalam ketaksadaran. Ini merupakan komunikasi mengenai apapun yang
melintas dalam ingatan, meskipun hal itu sangat menyakitkan, tidak logis, dan
tidak relevan.
Dalam proses layanan, tugas konselor adalah membantu konseli untuk
mendapatkan pemahaman dan evaluasi diri yang obyektif. Konselor harus dapat
memberikan tafsiran dari asosiasi bebas, yaitu mengungkap dan mengenali
perasaan yang dikurung dalam ketidaksadaran konseli dan menyampaikannya
kepada konseli serta memimbing ke arah peningkatan pemahaman atas dirinya
secara objektif.
2) Penafsiran (Interpretation)
Penafsiran merupakan teknik terapeutik yang digunakan untuk
mengananlisis asosiasi bebas, mimpi, penolakan, pengalihan perasaan. Dalam
prakteknya, konselor melakukan berbagai tindakan analisis yang menyatakan,
menerangkan, bahkan mengajari konseli untuk memaknai tingkah laku yang
dimanifestasikan melalui mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan
oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
9
3) Analisis Resistensi
Resistensi dimaknai sebagai penolakan atau hambatan yang melawan
kelangsungan proses konseling, konseli berusaha untuk menunjukkan perilaku
ketidaksediaan untuk masuk dalam pemikiran, perasaan-perasaan dan
pengalaman-pengalaman tertentu sebagai bentuk pertahanan diri dari rasa cemas.
Seorang konselor harus berusaha dengan segenap kemampuannya untuk
menerobos suara batin konseli, sehingga konseli tersebut bersedia untuk bekerja
sama dengan menganalisis bentuk resistensi yang dialami oleh dirinya atau
anggota lain. Konselor meminta perhatian anggota untuk menafsirkan resistensi
dengan cara dialog dari hati kehati secara lembut.
4) Analisis Transferensi
Transferensi adalah mengalihkan berupa perasaan dan harapan masa lalu.
Dalam hal ini, konseli diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan
konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksual, kebencian, kecemasan yang oleh
konseli dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor. Bentuk nyata
transferensi dalam proses konseling kelompok adalah fenomena dimana konseli
mencoba mengahadirkan pengalaman masa lampau mereka, yang mereka anggap
sebagai urusan yang belum selesai.
Konselor mengusahakan agar konseli mengembangkan transferensinya
agar terungkap neurosisnya terutama pada usia lima tahun pertama dalam
hidupnya. Konselor menggunakan sifat-sifat netral, objek, anonim dan pasif agar
terungkap transferensi tersebut.
5) Wawasan dan Penanganan (Insight and Working Trough)
Dalam model psikoanalitik, wawasan juga berarti kesadaran intelektual
dan emosional tentang hubungan antara pengalaman-pengalaman masa lampau
dengan masalah masa kini. Sedang proses penanganan tuntas merupakan tahap
akhir dari kelompok analitik yang hasilnya berupa bertambahanya kesadaran dan
integrasi diri.
d. Peran dan Fungsi Konselor
Fungsi utama konselor kelompok dalam konseling kelompok yang
berorientasi psikoanalisis adalah membantu konseli secara berangsur-angsur
10
menemukan faktor-faktor penentu yang tidak disadari dari perilakunya pada masa
kini. Fungsi lain menurut Natawidjaja (2009, dalam Kurnanto, M. Edi, 2013: 46)
meliputi:
1) Menciptakan ikllim yang mendorong anggota-anggota kelompok
menyataka dirinya secara bebas.
2) Menyatakan batas antara perilaku dalam kelompok dan perilaku di luar
kelompok.
3) Memberikan dukungan terapeutik apabila anggota kelompok tidak
memberikannya.
4) Membantu para anggota menghadapi dan menangani penolakan dalam diri
mereka sendiri atau dalam kelompok sebagai keseluruhan.
5) Menumbuhkan kemandirian anggota-anggota kelompok dengan cara
berangsur-angsur melepaskan fungsi-fungsi kepemimpinannya dan dengan
mendorong interaksi diantara anggota.
6) Menarik perhatian para anggota kepada aspek-aspek yang samar-samar
dalam perilaku para anggota kelompok dan melalui pertanyaan-pertanyaan
kepada mereka, mebantu mereka untuk menjajaki dirinya sendiri lebih
mendalam.
Tokoh dari teori psikoogi individual adalah Alfred Adler. Teori psikologi
individual, walaupun pada mulanya tidak didesain khusus dalam layanan
konseling kelompok, namun dalam perkembangannya teori ini juga digunakan
dalam konseling kelompok. Adler dan para pembantunya menggunakan
pendekatan kelompok dalam pusat bimbingan anak di Wina sejak tahun 1921.
a. Konsep Dasar
Teori Adlerian disusun berdasarkan beberapa konsep pokok, dimana konsep-
konsep inilah yang menjadi pilar dari keberadaan teori ini.
1) Pandangan pribadi manusia
Pendekatan Adler menekankan tanggung jawab, perjuangan mencapai
kelebihan dari orang lain dan upaya mencari nilai-nilai dan keberartian hidup.
11
Perjuangan yang paling penting bagi manusia adalah perjuangan untuk mencapai
keberartian, yang merupakan gerakan ke arah pencapaian tujuan untuk
menemukan identitas yang unik dan untuk memiliki sesuatu.
2) Holisme (pandangan secara keseluruhan)
Pendekatan ini didasari oleh pandangan holistik mengenai pribadi atau
manusia yaitu individual yang berarti atau tidak. Dalam hal ini, konseling
kelompok diarahkan untuk melihat manusia dalam posisinya sebagai bagian dari
sistem sosial.
12
Manusia berusaha mengatasi perasaan rendah diri itu dengan menemukan
cara-cara yang terkendali, sehingga dia dapat mengendalikan kekuatan-kekuatan
dalam hidupnya sebagai lawan dari kecenderungan untuk dikuasai oleh alam itu.
8) Gaya hidup
Setiap orang mengembangkan gaya hidupnya sendiri dan selalu berbeda
dengan gaya hidup orang lain. Dalam hal ini gaya hidup dapat menjelaskan
perilaku khusus orang yang bersangkutan.
9) Kekacauan perilaku
Adler memandang kekacauan emosi sebagai “kegagalan hidup”. Dalam
konseling kelompok terjadi proses mengajar konseli mengenai pendekatan yang
lebih baik dalam menghadapi kehidupan, sehingga dapat memperoleh
keberhasilan dalam hidupnya.
b. Tujuan Konseling
Tujuan dari konseling kelompok psikologi individual adalah mengurangi
intensitas perasaan inferior atau rendah diri, memperbanyak kebiasaan yang salah
dalam memahami, mengubah tujuan hidup, perkembangan perasaan terhadap
orang lain, meninggalkan aktivitas. Dalam hal ini konseli harus
mendapat insight tentang kesalahan style of life mereka, mengadapi mekanisme
superioritas mereka dan memperbaiki minat sosial.
13
Dalam tahap ini terdapat dua tujuan yaiu memahami gaya hidup konseli
dan mengamati gaya hidup itu mempengaruhi perilaku konseli yang bersangkutan
dalam menjalankan tugas hidupnya dewasa ini. Tahap ini dapat dimulai dengan
konselor yang menjajaki konseli terkait dengan fungsi dalam kehidupannya serta
perasaan dan identitasnya.
3) Tahap wawasan
Dalam suasana kelompok tahap wawasan itu diarahkan untuk membantu
para konseli memahami mengapa mereka itu berfungsi dan berbuat seperti apa
yang dilakukannya itu.
4) Tahap orientasi kembali
Dalam tahap ini, peranan kelompok sangat penting, karena kelompok itu
merangsang tindakan dan orientasi yang baru. Konseli dapat mengenal bahwa
dalam dirinya terdapat sikap-sikap yang keliru. Selain itu konseli akan mengambil
keputusan serta tindakan. Oleh karena itu, agar hal ini semakin kuat maka
dilakukan komitmen antara konselor dan anggota kelompok.
Dalam psikologi individual terdapat tiga teknik dalam pelaksanaan
konseling psikologi individual kelompok, yaitu:
1) Teknik komparatif. Dalam teknik ini konselor melakukan perbandingan
dirinya dengan konselor. Dengan empati, konselor mencoba
membayangkan gaya hidup dan masalah konseli dalam dirinya. Atas dasar
itu konselor kemudian membantu kien untuk memperbaiki gaya hidup dan
memecahkan masalah klien.
2) Analisis mimpi adalah teknik dimana konselor meminta konseli agar dapat
mengungkapkan impiannya, tahap selanjutnya adalah konselor untuk
menganalisis impian atau mimpinya tersebut. Menurut Adler, mimpi
merupakan refleksi gambaran tujuan hidup konseli. Dengan menganalisis
mimpi yang dialami oleh konseli maka konselor dapat memperkirakan
tujuan hidup konseli. Atas dasar irukemudian onselor membantu konseli.
3) Asosiasi bebas adalah teknik konselor terhadapa klien agar dapat
mengungkapkan semua yang terlintas dalam pikirannya.
14
d. Peran dan Fungsi Konselor
Konselor dapat berperan sebagai seorang peserta dalam upaya terapeutik
yang berdasarkan kerja sama antar anggotanya. Peran aktif konselor tampak pula
sebagai penerapan fungsi konselor sebagai contoh atau model bagi para konseli.
Para konselor juga harus menyadari kondisi dasar yang snagat penting bagi
pertumbuhan para konselinya, yaitu empati, rasa hormat, perhatian, keaslian,
keterbukaan, penghargaan yang positif, pemahaman mengenai dinamika perilaku,
dan kemampuan menggunakan teknik-teknik yang berorientasi pada tindakan
yang dapat mendorong perubahan pada diri konseli.
15
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Teori konseling psikoanalisis merupakan teori tertua, sehingga sebagian
besar mendapat sentuhan pengaruh dari pendekatan psikoanalitik.
Pembahasan dalam pendekatan psikoanalitik terarah pada tahap-tahap
perkembangan kehidupan individu dan juga evolusi dalam kehidupan dan
proses kelompok analitik sendiri (Kurnanto, M. Edi, 2013: 35-36).
2. Tokoh dari teori psikoogi individual adalah Alfred Adler. Teori psikologi
individual, walaupun pada mulanya tidak didesain khusus dalam layanan
konseling kelompok, namun dalam perkembangannya teori ini juga
digunakan dalam konseling kelompok. Adler dan para pembantunya
menggunakan pendekatan kelompok dalam pusat bimbingan anak di Wina
sejak tahun 1921.
3.2 Saran
Untuk tugas selanjutnya, setiap mahasiswa dianjurkan untuk membuat
makalah yang berisi tentang penjelasan lengkap dari salah satu jenis landasan
pendidikan bimbingan konseling. Dengan begitu, mahasiswa diharapkan akan
lebih mengetahui dengan rinci dari setiap jenis landasan yang ada.
16
DAFTAR PUSTAKA
17