Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KONSELING KONGNITIF
“Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Model-model konseling II”
Dosen Pengampu: Bapak Muhammad Fadhilah , S.Pd.,M.Pd,

Oleh:
Kelompok 9

NOVA INDAH YANI A1Q121013 WA ODE NINGSIH A1Q121078


ASTUTI
RAHMIATI A1Q121045 HENDRO A1Q120032
LISPIANI A1Q121067 MARNI A1Q121038
RACHEL RIZKI A1Q121044 IRGANTARA A1Q119078
APRILIA

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat
dan karunia-Nya kita masih diberikan kekuatan, kesehatan dan kemudahan dalam
menjalankan kehidupan ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada junjungan kita Nabi
besar Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga, para sahabat dan kita semua selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Makalah Model-model konselingII ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Dan terima kasih pula kami ucapkan kepada Bapak Muhammad Fadhilah , S.Pd.,M.Pd,
selaku dosen pengampu mata kuliah Model-model Konseling II yang memberikan kami
tugas sehingga menambah pengetahuan kami tentang Model-model konseling II (Teori
kongnitif).
Kami selaku penulis yang masih memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami
harapkan demi pengusunan makalah yang lebih baik kedepannya.

Kendari, Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 6
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 6
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 7
2.1 Pengertian Dan Tokoh Utama ....................................................................................... 7
2.2 Konsep-Konsep Utama ................................................................................................. 8
2.3 Asumsi Prilaku Bermasalah ........................................................................................ 10
2.4 Tujuan Konseling ........................................................................................................ 10
2.5 Peran konseling ........................................................................................................... 11
2.6 Kelebihan Dan Keterbatasan....................................................................................... 11
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 13
3.2 Saran ........................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sejarah awal perkembangan pendekatan konseling kognitif perilaku tidak dapat


dilepaskan dari perkembangan teori behavior dan teori cognitive (Habsy, 2014:52). Pendapat
tersebut dipertegas pernyataan Ollendick, T. H., & King, N. J. (1994) yang menyatakan
bahwasanya konseling kognitif perilaku merupakan perpaduan pendekatan dalam psikoterapi
yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Sehingga langkah-langkah yang dilakukan oleh
cognitive therapy dan behavior therapy ada dalam konseling yang dilakukan oleh konseling
kognitif perilaku.

Pendekatan-pendekatan konseling kognitif perilaku berkembang pada awal tahun


1970-an dimana proses kognitif mulai diakui sebagai hal yang penting dalam
masalahmasalah psikologis. Pendekatan kognitif perilaku telah terbukti efektif, dengan
dibuktikan adanya 350 hasil studi tentang gangguan kejiwaan dan
permasalahanpermasalahan psikologis, mulai dari depresi ke gangguan kecemasan serta
kepribadian (Beck & Weishaar, 2000 dalam Habsy, 2017b).

Menurut Habsy (2017a) karakteristik konseling kognitif perilaku tidak hanya


menekankan pada perubahan pemahaman konseli dari sisi kognitif namun memberikan
konseling pada perilaku ke arah yang lebih baik dianggap sebagai pendekatan konseling yang
tepat untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini senada dengan dasar utama konseling merupakan
upaya membantu manusia untuk menjadi apa yang bisa dia perbuat dan bagaimana dia harus
menjadi dan berada (Habsy, 2017a).

Para ahli yang tergabung dalam National Association of Cognitive-Behavioral


Therapists (NACBT), mengungkapkan bahwa definisi dari cognitive-behavior therapy yaitu
suatu pendekatan psikoterapi yang menekankan peran yang penting berpikir bagaimana kita
merasakan dan apa yang kita lakukan. (Dobson, 2009).
Menurut Bush.,dkk (2000) tujuan perpaduan dua pendekatan dalam pendekatan
pendekatan konseling kognitif perilaku yaitu cognitive therapy dan behavior therapy. Terapi
kognitif memfokuskan pada pikiran, asumsi dan kepercayaan. Terapi kognitif memfasilitasi
individu belajar mengenali dan mengubah kesalahan. Terapi kognitif tidak hanya berkaitan
dengan positive thinking, tetapi berkaitan pula dengan happy thinking. Sedangkan Terapi
tingkah laku membantu membangun hubungan antara situasi permasalahan dengan
kebiasaan mereaksi permasalahan. Individu belajar mengubah perilaku, menenangkan
pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat
keputusan yang tepat.

Pendekatan-pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada konsep


mengubah pikiran dan perilaku negatif yang sangat mempengaruhi emosi. Melalui
pendekatan konseling kognitif perilaku, konseli terlibat aktivitas dan berpartisipasi dalam
training untuk diri dengan cara membuat keputusan, penguatan diri dan strategi lain yang
mengacu pada self-regulation (Knell, S. M. (1993).

Menurut Oemarjoedi, (2003: 6) pendekatan pendekatan konseling kognitif perilaku


pada dasarnya meyakini pola pemikiran manusia terbentuk melalui proses StimulusKognisi-
Respon (SKR), yang saling berkaitan dan membentuk semacam jaringan SKR dalam otak
manusia, di mana proses kognitif menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana
manusia berpikir, merasa dan bertindak. Sementara dengan adanya keyakinan bahwa
manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang realistis dan tidak realistis, di
mana pemikiran yang tidak realistis dapat menimbulkan gangguan emosi dan tingkah laku
yang menyimpang (Habsy, 2018). Dapat disimpulkan pendekatan konseling kognitif perilaku
merupakan upaya modifikasi fungsi berfikir, merasa, dan bertindak dengan menekankan
peran kognitif dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, bertindak, dan memutuskan
kembali. Dengan mengubah status pikiran dan perasaannya, konseli diharapkan dapat
mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi positif.
Berdasarkan paparan mengenai pendekatan konseling kognitif perilaku dapat
disimpulkan bahwa pendekatan konseling ini menitikberatkan pada restrukturisasi atau
pembenahan kognitif yang menyimpang akibat kejadian yang merugikan dirinya baik secara
fisik maupun psikis. Tujuan dari pendekatan konseling kognitif perilaku yaitu mengajak
individu untuk belajar mengubah perilaku, menenangkan pikiran dan tubuh sehingga merasa
lebih baik, berpikir lebih jelas dan membantu membuat keputusan yang tepat. Hingga pada
akhirnya dengan pendekatan konseling kognitif perilaku diharapkan dapat membantu konseli
dalam menyelaraskan berpikir, merasa dan bertindak.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Pengertian dan Tokoh Utama


b) Konsep-Konsep Utama
c) Asumsi Prilaku Bermasalah
d) Tujuan Konseling
e) Peranan Konseling
f) Kelebihan dan Keterbatasan

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Untuk Mengetahui Pengertian dan Tokih Utama


b) Untuk Mengetahui Konsep-Konsep Utama
c) Untuk Mengetahui Asumsi Prilaku Bermasalah
d) Untuk Mengetahui Tujuan Konseling
e) Untuk Mengetahui Peranan Konseling
f) Untuk Mengetahui Kelebihan dan Keterbatasan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Dan Tokoh Utama


Konseling kognitif perilaku adalah teori konseling yang dipopulerkan oleh Aaron T.
Beck pada tahun 1960. Dalam awal konsep teori konseling dikenal dengan Cognitive
Theraphy (CT) kemudian berkembang menjadi Cognitive Behavior Theraphy (CBT). Terapi
kognitif adalah suatu pendekatan yang mengkombinasikan penggunaan teknik kognitif dan
perilaku untuk membantu individu memodifikasi mood dan perilakunya dengan mengubah
pikiran yang merusak diri. Premis dasar terapi kognitif adalah bahwa cara individu merasa
atau berperilaku sebagian besar ditentukan oleh penilaian mereka terhadap peristiwa.
Evaluasi ini diacu sebagai kognisi, dan terapi kognitif berfokus terutama pada pikiran yang
merugikan diri yang berperan memuat mood menjadi jelek.

Aaron T. Beck mendefinisikan konseling kognitif sebagai pendekatan konseling yang


dirancang untuk menyelesaikan permasalahan konseli, pada saat ini dengan cara melakukan
restrukturisasi kognitif dari perilaku yang menyimpang, pikiran negatif dan perasaan yang
tidak nyaman dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius,
seperti gangguan kecemasan bahkan depresi.

Sejarah terapi kognitif pada awalnya dikembangkan pada awal 1960 oleh Dr. Aaron
Beck dari University of Pennsylvania. Teori tersebut memostulasikan bahwa selama
perkembangan kognitifnya klien belajar kebiasaan-kebiasaan yang tidak tepat untuk
memproses dan menginterpretasi informasi. Terapi kognitif berusaha bahwa distorsi kognitif
klien dan membantunya mempelajari berbagai macam cara yang berbeda dan lebih realistis
untuk memproses dan menguji realitas informasi.

Secara historis, terapi kognitif dapat dirunut kembali kepada karya filsuf Epictetus,
pada abad pertama Masehi berpendapat bahwa orangorang tidak terganggu oleh hal
jasmaniah, namun terganggu oleh pandangan mereka tentang hal-hal itu. Terapi kognitif
Aaron Beck diawali dengan pendapat-pendapat para tokoh. Yaitu diawali oleh Filsuf
Epictetus yang beranggapan bahwa seseorang tidak terganggu dengan hal-hal jasmaniah
namun terganggu karena pandangan mereka sendiri tentang suatu hal. Kemudian diikuti oleh
pendapat-pendapat tokoh terkemuka seperti J.B Watson, Ivan Pavlov, Alfred Alder, George
Kelly, Albert Ellis yang kemudian mulai terbentuklah terapi kognitif oleh Aaron Beck.

Menurut Beck, Jika keyakinan tidak berubah, maka tidak ada peningkatan. Jika
keyakinan berubah, maka gejala pun berubah. Keyakinan berfungsi sebagai unit-unit
operasional kecil’. Hal ini berarti pikiran dan keyakinan (skema) seseorang mempengaruhi
perilaku dan tindakan seseorang berikutnya. Beck yakin bahwa perilaku disfungsi
disebabkan karena disfungsi berpikir, dan bahwa berpikir membentuk keyakinan kita.
Keyakinan kemudian mengarahkan tindakan kita. Beck diyakinkan bahwa akan ada hasil
positif jika klien dapat diajak berpikir secara konstruktif dan meninggalkan pikiran
negatifnya.

2.2 Konsep-Konsep Utama


Konsep utama Beck hampir mirip dengan Ellis namun berbeda dalam filosofi dan
proses yang mendasarinya serta cara kerja konselingnya. Mereka memiliki keyakinan yang
sangat mirip mengenai ‘belief’. Beck memiliki perhatian utama mengenai proses pikiran
tidak logis tertentu (misalnya, pikiran semua atau tidak sama sekali / ‘all or nothing’)
mengakibatkan gangguan emosi. Sementara Ellis lebih fokus pada pikiran tertentu yang
seharusnya tidak terus menerus dipikirkan seseorang (pikiran irasional). Beck secara kuat
menentang untuk memberi tahu seseorang bahwa keyakinan irasional tertentu adalah sumber
dari masalah mereka, karena bukan keyakinan itu sendiri namun keyakinan itu bersifat terlalu
absolute, luas dan ekstrem pada diri seseorang.
a. Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada model kognitif dari respon
emosional. Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada fakta ilmiah yang
menyebabkan munculnya perasaan dan prilaku, situasi dan peristiwa. Keuntungan
dari fakta ini adalah seseorang dapat mengubah cara berpikir, cara merasa, dan cara
berprilaku dengan lebih baik walaupun situasi ridak berubah.
b. Pendekatan konseling kognitif perilaku lebih cepat dan dibatasi waktu. Pendekatan
konseling kognitif perilaku merupakan konseling yang memberikan bantuan dalam
waktu yang relative lebih singkat dibandingkan dengan pendekatan lainnya. Rata-rata
sesi terbanyak yang diberikan kepada konseli hanya 16 sesi. Berbeda dengan bentuk
konseling lainnya, seperti psikoanalisa yang membutuhkan waktu satu tahun.
Sehingga Pendekatan konseling kognitif perilaku memungkinkan konseling yang
lebih singkat dalam penanganannya.
c. Hubungan antara konseli dengan terapis atau konselor terjalin dengan baik.
Hubungan ini bertujuan agar konseling dapat berjalan dengan baik. Konselor
meyakini bahwa sangat penting untuk mendapatkan kepercayaan dari konseli.
Namun, hal ini tidak cukup bila tidak diiringi dengan keyakinan bahwa konseli dapat
belajar mengubah cara pandang atau berpikir sehingga akhirnya konseli dapat
memberikan konseling bagi dirinya sendiri.
d. Pendekatan konseling kognitif perilaku merupakan konseling kolaboratif yang
dilakukan terapis atau konselor dan konseli. Konselor harus mampu memahami
maksud dan tujuan yang diharapkan konseli serta membantu konseli dalam
mewujudkannya. Peranan konselor yaitu menjadi pendengar, pengajar, dan pemberi
semangat.
e. Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada filosofi stoic (orang yang
pandai menahan hawa nafsu). Pendekatan konseling kognitif perilaku tidak
menginformasikan bagaimana seharusnya konseli merasakan sesuatu, tapi
menawarkan keuntungan perasaan yang tenang walaupun dalam keadaan sulit.
f. Pendekatan konseling kognitif perilaku mengunakan metode sokratik. Terapis atau
konselor ingin memperoleh pemahaman yang baik terhadap hal-hal yang dipikirkan
oleh konseli. Hal ini menyebabkan konselor sering mengajukan pertanyaan dan
memotivasi konseli untuk bertanya dalam hati, seperti “Bagaimana saya tahu bahwa
mereka sedang menertawakan saya?” “Apakah mungkin mereka menertawakan hal
lain”.
g. Pendekatan konseling kognitif perilaku memiliki program terstruktur dan terarah.
Konselor Pendekatan konseling kognitif perilaku memiliki agenda khusus untuk
setiap sesi atau pertemuan. Pendekatan konseling kognitif perilaku memfokuskan
pada pemberian bantuan kepada konseli untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Konselor Pendekatan konseling kognitif perilaku tidak hanya
mengajarkan apa yang harus dilakukan oleh konseli, tetapi bagaimana cara konseli
melakukannya. h. Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada model
pendidikan.
2.3 Asumsi Prilaku Bermasalah
Dalam pendekatan cognitive behavior, kunci untuk memahami dan menangani
gangguan psikologis adalah kognisi. Konseling cognitive behavior berasumsi bahwa
reorganisasi (penyesuaian kembali) diri seseorang akan menghasilkan corresponding
reorganization yang sesuai dengan perilaku seseorang tersebut. Dalam diri individu terdapat
automatic thoughts yang berisi pikiran-pikiran yang biasanya terjadi secara spontan tanpa
ada usaha atau pilihan. Individu yang mengalami gangungan psikologis, seringkali pikiran
spontan tersebut (AT) sering didistorsi. Distorsi kognitif muncul karena pemrosesan
informasi yang tidak akurat/tidak efektif. Distorsi kognitif berperan penting dalam
psychological stress and disorder.
Distorsi Kognitif
1) Arbitrary interfences: penarikan kesimpulan tanpa ada bukti pendukung relevan.
2) Abstraksi Selektif terdiri dari pembentukan kesimpulan berdasarkan rincian
peristiwa yang terisolasi.
3) Overgeneralisasi: proses memegang keyakinan berdasarkan insiden tunggal dan
menerapkannya secara tidak tepat pada kondisi yang tidak sama.
4) Pembesaran dan pengecilan adalah merasakan segala kasus atau situasi dalam
sorotan yang lebih besar ataupun lebih kecil dari yang sesungguhnya.
5) Personalisasi: kecenderungan individu menghubungkan peristiwa eksternal bagi diri
mereka sendiri, bahkan jika tidak ada dasar untuk mengkaitkannya.
6) Pelabelan dan tanpa pelabelan meliputi penggambaran identitas seseorang dengan
dasar kekurangan dan kesalahan di masa lalu sehingga memungkinkan
mendefinisikan identitas seseorang yang sesungguhnya.
7) Pemikiran yang terpolarisasi melibatkan pemikiran dan penginterpretasian dalam
istilah ya atau tidak sama sekali.
2.4 Tujuan Konseling
Tujuan dari konseling kognitif menurut Garth J. Blacham ada dua macam, yaitu:
pertama, mendemonstasikan kepada klien bahwa berkata-kata pada diri sendiri adalah akibat
adanya gangguan, oleh karena itu setiap klien harus mampu lari dan keluar dari gangguan
itu, dan menolak semua ide-ide dan pemikiran yang tidak logis dari manusia.
Selanjutnya tujuan konseling kognitif adalah mengembangkan kesadaran klien dari seluruh
hambatan yang diciptakannya sendiri ddalam mengembangkan komunikasi dengan orang
lain dan mengembangkan pola interaksi sosial sesuai dengan situasi dan kondisi serta mampu
mengatur sikap hidup dirinya dengan baik dan dapat membina kontak sosial dengan baik.
konseling cognitive behavior memiliki tujuan umum untuk mendidik konseli
bagaimana cara memisahkan evaluasi perilaku mereka dari evaluasi diri-esensi dan
totalitasnya dan bagaimana cara menerima diri dengan segala kekurangannya.
2.5 Peran konseling
Ada banyak teori mengenai peran konselor, teori tersebut bermacam-macam sesuai
dengan asumsi tingkah laku serta tujuan yang akan dicapai oleh seorang konselor. Dalam
pandangan Rogers, koselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan
masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan
pada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan, dan persepsinya, dan
konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien. Selain itu peran konselor
menurut Rogers adalah fasilitator dan reflektor. Disebut fasilitator karena konselor
memfasilitasi atau mengakomodasi konseli mencapai pemahaman diri. Disebut reflektor
karena konselor mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada klien perasaan dan sikap
yang diekspresikannya terhadap konselor sebagai representasi orang lain.

2.6 Kelebihan Dan Keterbatasan


Kelebihan teori Kognitif :

1) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan masalah.

2) Dapat meningkatkan motivasi.

3) Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.

Siswa dituntut untuk lebih kreatif karena mereka tidak hanya merespon dan menerima
rangsangan saja, tapi memproses informasi yang diperoleh dan dan berfikir untuk dapat
menemukan ide-ide dan mengembangkan pengetahuan. Sedangkan membuat siswa menjadi
mandiri, pada saat siswa mengerjakan soal ulangan siswa mampu mengerjakan sendiri karena
pada saat belajar siswa menggunakan fikirannya sendiri untuk mengasah daya ingatnya tanpa
bergantung pada orang lain.

4) Membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.


Karena siswa sebagai peserta didik merupakan peserta aktif di dalam proses
pembelajaran yang berpusat pada cara peserta didik mengingat, memperoleh kembali dan
menyimpan informasi dalam ingatan. Serta menekankan pola pikir peserta didik sehingga
bahan ajar yang ada lebih mudah dipahami.

Kekurangan teori Kognitif :

1) Untuk teori belajar kognitif ini keberhasilan sebuah pembelajaran tidak dapat diukur
hanya dengan satu orang siswa saja, maksudnya kemampuan siswa harus diperhatikan.
Apabila kita menekankan pada keaktifan siswa, dan tidak dapat dipungkiri ada saja siswa
yang tidak aktif dalam menanggapi suatu pelajaran, otomatis pembelajaran ini tidak akan
berhasil secara menyeluruh guru juga dituntut untuk mengikuti keaktifan siswa,
kionsekuensinya adalah guru harus rajin mempelajari hal-hal baru.

2) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.

3) Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.

4) Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum
tuntas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian Dan Tokoh Utama Konseling kognitif perilaku adalah teori konseling
yang dipopulerkan oleh Aaron T. Beck pada tahun 1960.Terapi kognitif adalah suatu
pendekatan yang mengkombinasikan penggunaan teknik kognitif dan perilaku untuk
membantu individu memodifikasi mood dan perilakunya dengan mengubah pikiran yang
merusak diri.Evaluasi ini diacu sebagai kognisi, dan terapi kognitif berfokus terutama pada
pikiran yang merugikan diri yang berperan memuat mood menjadi jelek.Aaron T. Beck
mendefinisikan konseling kognitif sebagai pendekatan konseling yang dirancang untuk
menyelesaikan permasalahan konseli, pada saat ini dengan cara melakukan restrukturisasi
kognitif dari perilaku yang menyimpang, pikiran negatif dan perasaan yang tidak nyaman
dapat membawa individu pada permasalahan psikologis yang lebih serius, seperti gangguan
kecemasan bahkan depresi.

Terapi kognitif berusaha bahwa distorsi kognitif klien dan membantunya


mempelajari berbagai macam cara yang berbeda dan lebih realistis untuk memproses dan
menguji realitas informasi. Beck secara kuat menentang untuk memberi tahu seseorang
bahwa keyakinan irasional tertentu adalah sumber dari masalah mereka, karena bukan
keyakinan itu sendiri namun keyakinan itu bersifat terlalu absolute, luas dan ekstrem pada
diri seseorang.Pendekatan konseling kognitif perilaku didasarkan pada fakta ilmiah yang
menyebabkan munculnya perasaan dan prilaku, situasi dan peristiwa.

3.2 Saran
Makalah ini tentu jauh dari sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik
yang membangun sangat diperlukan sebagai bahan perbaikan kedepannya. Semoga dengan
adanya makalah tentang Konseling kongnitif ini mampu menambah khazanah keilmuan kita
terkait dengan proses pelaksanaan pengajaran yang bermutu dengan kata lain memiliki nilai
presensi berkualitas
DAFTAR PUSTAKA

Amanullah,A,S,R. (2019). Pendekatan konseling kongnitif perilaku. Jurnal Konseling Andi


Mattapa,3(1),08-14.
https://cdngbelajar.simpkb.id/s3/p3k/BimbinganKonseling/Modul%20Pembelajaran/Bimbi
ngan%20Konseling%20-%20PB5.pdf
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://jurnal.iicet.org/index.ph
p/jces/article/download/1890/pdf%23:~:text%3DPeran%2520konselor%2520dalam%2520
konseling%2520keluarga,pertumbuhan%2520setiap%2520individu%2520dan%2520keluar
ga.&ved=2ahUKEwj8rL-Z6f7-
AhXaUGwGHSVBDvsQFnoECBYQBg&usg=AOvVaw3BR0Tq8di0DTJuggwQa0tf

Anda mungkin juga menyukai