Disusun Oleh
Kelompok 1 :
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Praktik
Laboraturium Konseling Perorangan Ibu Miskanik S.Pd.,M.Pd.I.Kons yang telah
memberikan ilmu serta arahan pada tugas ini. Selanjutnya ucapkan terimakasih kami berikan
kepada teman-teman yang telah bekerjasama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyakkekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun,
kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan
harapan sebagai masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkanterima kasih.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Rogers Percaya bahwa manusia pada dasarnya dapat dipercaya dan
memiliki potensi untuk memahami dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya tanpa
intervensi langsung dari orang lain. Selain itu, manusia juga memiliki potensi untuk
berkembang. Pembimbing/konselor terutama berfungsi sebagai penunjang
pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan
kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah.
Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada
kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terpai dan menemukan arahnya
sendiri. Terpais terutama berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan pribadi
seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-
kesanggupan untuk memecahkan masalah -masalah. Pendekatan client centered ini
menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti
jalan terpai dan menemukan arahnya sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pendekatan client centered dalam membantu mengatasi
masalah klien ?
2. Bagaimana Langkah-langkah dalam proses konseling client centered ?
3. Apa peran dan tugas konselor dalam konseling client centered ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan client centered dalam
membantu mengatasi masalah yang dialami oleh klien.
2. Mengetahui langkang-langkah penanganan kasus dengan pendekatan client
centered.
3. Mengetahui peran dan tugas konselor dalam konseling client centered.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
4
D. Fungsi Konselor Dalam Konseling Pendekatan Client Centered
Dalam membantu konseli merubah dan membentuk tingkah laku yang
diinginkan, pada konseling client centered konselor berperan aktif dalam hal
tersebut. Menurut Sukardi (2000) peranan konselor pada konseling client centered
sebagai berikut:
1. Menciptakan hubungan bersifat permisif
Hubungan yang tercipta seperti yang diharapkan secara langsung
dapat melupakan suatu ketegangan pada perasaan diri konseli yaitu
dengan menciptakan hubungan pemisif secara verbal dan juga non-
verbal, penuh penerimaan, kehangatan, serta pengertian tanpa
memberikan penilaian.
2. Mendorong pertumbuhan pribadi
Konselor bukan sekedar membantu konseli melepaskan diri dari
masalahnya tetapi juga menumbuhkan perubahan terutama
perubahan sikap.
3. Mendorong kemampuan memecahkan masalah
Konselor berusaha membantu konseli agar dirinya dapat
mengembangkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan.
6
F. Tahapan Konseling
Pada tahapan konseling ini, Roger (dalam Ngalimun, 2014)
menggambarkan 12 langkah dalam proses konseling dan menekankan bahwa
langkah ini adalah tidak benar-benar terpisahkan, peristiwa sekuensial,
melainkan merupakan kecenderungan umum yang terdiri dari jalinan yang
berlangsung.
8. Klarifikasi,
9. Inisiasi,
11. Terdapat tindakan yang positif dari konseli serta lebih percaya diri
dalam aksi self-directed, dan
8
BAB III
PEMBAHASAN
A. Contoh Kasus
1. Kasus Pribadi
a. Deskripsi Masalah
Saya maharani putri, saya seorang mahasiswi dan pekerja. Saat ini saya berkerja di
salah satu sekolah dasar di daerah mampang prapatan. Setiap harinya saya selalu pulang
dan pergi menggunakan kendaraan roda dua dari jagakarsa ke mampang prapatan. Di
sekolah dasar saya bekerja sebagai karyawan dengan jabatan staff TU. Namun sudah 2
tahun belakangan ini saya bekerja menjadi double job di tambah dengan menjaga
koperasi sekolah. Di sisi lain saya sebagai mahasiswa universitas Indraprasta PGRI
yang telah menginjakkan pada semester 6. Semakin tinggi tingkatan kuliah saya merasa
sedikit tertekan dengan tugas yang cukup banyak dan hari pengumpulannya bersamaan.
Saya menjalani kehidupan saya begitu terus hingga saat ini.
Beberapa akhir belakangan ini saya merasa kalau kesehatan saya sedikit terganggu. Di
sekolah saya mempersiapkan alat tulis sekolah anak dan baju seragam anak peserta
didik baru serta saya juga menjadi admin penerimaan peserta didik baru. Semakin ke
sini saya merasa bahwa saya tidak lagi sanggup untuk bekerja dan kuliah dengan jarak
yang cukup jauh serta jobdesk dan tugas yang semakin banyak serta waktu yang
singkat. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mengalahkan salah satu kegiatan yakni
saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya. Agar saya bisa lebih fokus dengan
kuliah saya terlebih dahulu.
b. Analisis Kasus
Pada masalah ini diketahui bahwa masalah terdapat pada internal dan eksternal pada
diri klien. pada masalah internal terdapat bawah kesehatan klien yang menurun dan
perasaan stress ringan. Kemudian pada masalah eksternal klien ialah jarak tempat kerja
dan rumah jauh, lalu memiliki pekerjaan yang bertumpuk, serta tugas kuliah yang
cukup banyak.
9
c. Langkah-langkah penanganan :
1. Konselor memberikan sikap yang ramah dan menanyakan kabar klien dengan
senyuman yang hangat. Konselor juga melakukan pendekatan-pendekatan awal agar
terbangun kedekatan antara konselor dengan klien. Saat sudah terjalin rasa nyaman
antara konselor dan klien bisa dilanjutkan dengan konselor menggali informasi terkait
masalah yang dialami oleh klien. Konselor mendengarkan dengan aktif dan seksama,
Sampai pada informasi yang diterima oleh konselor di rasa cukup maka konselor bisa
masuk ke tahap yang selanjutnya.
2. Tahap selanjutnya konselor bisa melakukan penggalian informasi lebih mendalam lagi,
konselor juga melakukan terapi yang dilakukannya pemusatan proses konseling pada
diri klien. Disini konselor mencoba untuk dapat memberikan empati dan menilai secara
objektif dalam masalah klien. Konselor juga menggali kepada indentifikasi masalah
klien dengan mencari gejala-gejala awal dari masalah klien. Konselor juga bisa
memberikan motivasi kepada klien untuk permasalahannya untuk merangsang
pemikiran klien untuk melihat sudut pandang yang lain.
3. Pada tahap akhir konselor memberikan kembali pada keputusan kepada klien untuk
melakukan apa yang menurutnya hal yang terbaik bagi kehidupannya ke depan.
Konselor tidak mengambil keputusan atas pilihan yang akan di ambil oleh klien. Namun
konselor bisa memberikan gambaran-gambaran dari pilihan-pilihan yang bisa klien
ambil untuk menjadi bahan pertimbangan klien dalam menentukan pilihan.
10
2. Kasus Orang Lain
a. Deskripsi Masalah
Nabila anak perempuan usia 17 tahun, kls XI SMA. Nabila anak terakhir dari 2
bersaudara, kaka nabila berkuliah di bandung. Ayah nabila pegawai swasta dan Ibu
nabila seorang guru. nabila merasa dia sudah sangat kenal dengan dirinya sendiri dan
mengira dirinya mempunyai sifat yang baik dan pintar di sekolahnya, tetapi pada suatu
saat Ketika nabila sedang mempunyai masalah dengan temannya, temannya
menyadarkan nabila bahwa terkadang dia selalu egois, dan selalu ingin menang sendiri,
dan ternyata dia pun berkali-kali menyontek teman sekelas nya yang lebih pintar dari
dia agar mendapatkan nilai yang bagus. Padahal sebagai teman yang baik dan sebagai
siswa ia tidak boleh bertindak seperti itu.
Setelah temannya mengungkapkan sifat nabila tersebut dia baru sadar akan
tingkah lakunya yang bertentangan dengan apa yang dia nilai atau yang dia fikirkan
tentang dirinya sendiri. Nabila mulai menyadari kesenjangan dan mengakui
pertentangan itu, menghadapi keadaan dirinya sebagaimana adanya, kesadaran yang
masih samar-samar akan kesenjangan itu membuat nabila merasa menggejala dalam
perasaan kurang tenang dan cemas serta dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak
pantas. Maka dari itu nabila mersa membutuhkan layanan konseling dan menjalani
proses konseling untuk menutup jurang pemisah antara dua kutub di dalam dirinya
sendiri, serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang yang pantas.
b. Analisis Kasus
Pada masalah ini diketahui bahwa masalah terdapat pada diri klien sendiri
Pengalaman yang di rasakan oleh klien ini menunjuk pada suatu pertentangan antara
siapa saya ini sebenarnya dan seharusnya menjadi orang yang bagaimana.
c. Langkah-Langkah Penanganan
1. Konselor memberikan sikap yang ramah dan terbuka kepada klien. Selanjutnya
Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan
konseling, tetapi hal tersebut dilakukan oleh klien itu sendiri. Sebelum
melakukan pendekatan konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan
segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral. Selain
itu konselor juga harus terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten.
Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Setelah itu Konselor merefleksikan
perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
Konselor mendengarkan dengan aktif dan seksama, Sampai pada informasi
11
yang diterima oleh konselor di rasa cukup maka konselor bisa masuk ke tahap
yang selanjutnya.
2. Tahap selanjutnya konselor bisa melakukan penggalian informasi lebih
mendalam lagi, konselor juga melakukan terapi yang dilakukannya pemusatan
proses konseling pada diri klien. Disini konselor mencoba untuk dapat secara
akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari
dalam diri klien itu dan tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi
konselor selalu objektif. Konselor juga menggali kepada indentifikasi masalah
klien dengan mencari gejala-gejala awal dari masalah klien. Konselor juga bisa
memberikan motivasi kepada klien untuk permasalahannya untuk merangsang
pemikiran klien untuk melihat sudut pandang yang lain. Melalui penerimaan
terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan
memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri. Dengan
redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima
orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
3. Pada tahap akhir Konselor memberikan kembali keputusan kepada klien untuk
melakukan apa yang menurutnya hal yang terbaik bagi kehidupannya ke depan.
Konselor tidak mengambil keputusan atas pilihan yang akan di ambil oleh
klien. Namun konselor bisa memberikan gambaran-gambaran dari pilihan-
pilihan yang bisa klien ambil untuk menjadi bahan pertimbangan klien dalam
menentukan pilihan. Dan Konselor tidak membiarkan klien berjalan sendiri jika
pada suatu ketika menemukan sendiri apa yang ingin dicapai, tetapi konselor
tetap mengatur proses konseling menurut fase-fase tertentu dengan mengambil
pula langkah-langkah kerja tertentu.
12
baik dan memotivasi agar konseli dapat : pulang dengan hati yang lebih nyaman
dan tenang. Contohnya “Saya belajar sesuatu dari setiap pengalaman.” Dan
“Saya bisa menerima kekurangan dan ketidak sempurnaan saya.”
Kapolresta Kendari itu menuturkan akibat penganiayaan yang dilakukan NI dan SF,
WAP mengalami lebam pada pipi. Bahkan, gusi WAP sempat mengeluarkan darah.
"Hingga kini, korban masih menjalani perawatan medis di RSUD (Rumah Sakit Umum
Daerah) Kota Kendari," Sementara itu, dua mahasiswi inisial NI dan SF yang
melakukan pemukulan telah diamankan di Mapolsek Poasia. Dia menyebut kasus
tersebut kini diambil alih oleh Polresta Kendari untuk penyelidikannya. "Kasus ini
13
menjadi atensi dan akan kami ambil alih di Polresta Kendari, ujarnya.
b. Analisis Kasus
Korban dianiaya oleh seniornya ketika ingin mengambil baju PDH, karna menurut NI
dan SF selaku senior yang menganiaya kejadian itu dilakukan karna sudah menjadi
tradisi di kampus tersebut. Tetapi tradisi tersebut sepertinya sangat berlebihan sehingga
membuat korban mendapatkan luka lebam sampai harus dirawat dirumah sakit.
Sehingga kemungkinan korban akan mendapatkan trauma akibat kejadian tersebut.
c. Langkah-langkah penanganan
1. Konselor memberikan sikap yang ramah dan menanyakan keadaan klien dengan
senyuman yang hangat. Konselor juga melakukan pendekatan-pendekatan awal agar
terbangun kedekatan antara konselor dengan klien. Saat sudah terjalin rasa nyaman
antara konselor dan klien bisa dilanjutkan dengan konselor menanyakan perasaan klien
terkait masalah yang dialami oleh klien. Konselor mendengarkan dengan aktif dan
seksama, Sampai pada informasi yang diterima oleh konselor di rasa cukup maka
konselor bisa masuk ke tahap selanjutnya.
2. Tahap selanjutnya konselor bisa melakukan penggalian informasi lebih mendalam lagi,
konselor juga dapat melakukan terapi yang dilakukannya pemusatan proses konseling
pada diri klien. apabila dirasa klien sudah dapat berdamai dengan pelaku maka klien
sudah berhasil melepaskan perasaan yang dirasakan oleh klien.
3. Pada tahap akhir konselor memberikan kembali pada keputusan kepada klien untuk
melakukan apa yang menurutnya hal yang terbaik bagi kehidupannya ke depan.
Konselor tidak mengambil keputusan atas pilihan yang akan di ambil oleh klien. Namun
konselor bisa memberikan gambaran-gambaran dari pilihan-pilihan yang bisa klien
ambil untuk menjadi bahan pertimbangan klien dalam menentukan pilihan, dan juga
agar kedepannya tidak ada lagi perasaan yang mengganggu klien.
Konselor disini bisa melakukan penerimaan dan memberikan empati yang besar pada
klien. Dengan permasalahan klien yang menjadi korban bullying sehingga
menyebapkan klien harus mendapatkan penangan medis, karna itu konselor
memberikan arahan-arahan untuk klien agar dapat menjalani kehidupan nya dengan
efektif sehingga dapat membantu klien untuk menjalani kehidupannya setelah
mendpatkan perlakuan tidak menyenangkan.
14
BAB IV
KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
16