Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Praktik Laboraturium Konseling Perorangan


“Contoh Kasus Dengan Penyelesaian Pendekatan
Client Centered”

Dosen Pengampu: Miskanik S.Pd., M.Pd.I. Kons

Disusun Oleh
Kelompok 1 :

1. Agiliana Dewi Sartika 202001500797


2. Vania Destiana Devy 202001500963
3. Putri Dewi Afriyani 202001500964
4. Maharani Putri 202001500965
5. Nur Aini Anisha D 202001500998

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Ucapan terimakasih kami haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah Praktik
Laboraturium Konseling Perorangan Ibu Miskanik S.Pd.,M.Pd.I.Kons yang telah
memberikan ilmu serta arahan pada tugas ini. Selanjutnya ucapkan terimakasih kami berikan
kepada teman-teman yang telah bekerjasama dan memberikan bantuannya terhadap tugas ini.
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami masih
banyakkekurangan dan kesalahan baik dalam segi substansi maupun tata bahasa. Namun,
kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami harapkan dengan
harapan sebagai masukan dalam perbaikan dan penyempurnaan pada makalah kami
berikutnya. Untuk itu kami ucapkanterima kasih.

Jakarta, 14 Juni 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................................. 2
BAB II ............................................................................................................................................. 3
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Konseling Client Centered ........................................................................... 3
B. Ciri-Ciri Konseling Client Centered .................................................................................... 3
C. Tujuan Konseling Client Centered ...................................................................................... 4
D. Fungsi Konselor Dalam Konseling Pendekatan Client Centered ........................................ 5
E. Karakteristik Konseling Client Centered ............................................................................. 6
F. Tahapan Konseling .............................................................................................................. 7
G. Teknik Konseling Client Centered ...................................................................................... 7
BAB III ............................................................................................................................................ 9
PEMBAHASAN.............................................................................................................................. 9
A. Contoh Kasus ....................................................................................................................... 9
1. Kasus Pribadi ................................................................................................................... 9
2. Kasus Orang Lain .......................................................................................................... 11
3. Kasus dari Internet ......................................................................................................... 13
BAB IV .......................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ............................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia Seringkali merasakan bahwa masalah dirinya merupakan masalah


yang sulit dipecahkan dan menolak setiap jalan keluar yang ditawarkan orang lain,
bahkan dirinya sendiri. Pandangan client centered tentang sifat manusia hanya
menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negative dasar.
Pendekatan client centered menunjukan kepercayaan yang mendalam pada
manusia. Ia memandang bahwa manusia tersosialisasi dan bergerak ke depan,
berjuang untuk secara optimal, serta memiliki kebaikan yang positif pada dirinya.
Dengan kata lain, manusia pada dasarnya dapat dipercayai dan memperbaiki.
Manusia dapat bersifat konstruktif, maka tidak perlu diadakan pengendalian
terhadap dorongan-dorongan agresifnya.
Pandangan tentang manusia yang positif ini memiliki implikasi-implikasi
yang berarti bagi konseling client-centered. Setiap individu memiliki keinginan
untuk menjauhi maladjustment menuju keadaan psikologis yang sehat, meletakan
tanggung jawab utamanya dalam proses kehidupan. Model client centered menolak
konsep yang memandang manusia sebagai otoritas yang mengetahui yang terbaik.
Oleh karena itu konseling client centered diarahkan agar manusia sadar dan dapat
membuat keputusan-keputusan.
Pedekatan konseling client centered menekankan pada kecakapan klien
untuk menetukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya.
Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep
mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat kecemasan.
Menurut Roger (dalam Juntika, 2006 :21) “Konsep inti konseling berpusat pada
klien adalah konsep tentang diri dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan
perwujudan diri”.

1
Rogers Percaya bahwa manusia pada dasarnya dapat dipercaya dan
memiliki potensi untuk memahami dirinya sendiri dan mengatasi masalahnya tanpa
intervensi langsung dari orang lain. Selain itu, manusia juga memiliki potensi untuk
berkembang. Pembimbing/konselor terutama berfungsi sebagai penunjang
pertumbuhan pribadi seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan
kesanggupan-kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah.
Pendekatan client centered ini menaruh kepercayaan yang besar pada
kesanggupan seseorang untuk mengikuti jalan terpai dan menemukan arahnya
sendiri. Terpais terutama berfungsi sebagai penunjang pertumbuhan pribadi
seseorang dengan jalan membantunya dalam menemukan kesanggupan-
kesanggupan untuk memecahkan masalah -masalah. Pendekatan client centered ini
menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan seseorang untuk mengikuti
jalan terpai dan menemukan arahnya sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penerapan pendekatan client centered dalam membantu mengatasi
masalah klien ?
2. Bagaimana Langkah-langkah dalam proses konseling client centered ?
3. Apa peran dan tugas konselor dalam konseling client centered ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan client centered dalam
membantu mengatasi masalah yang dialami oleh klien.
2. Mengetahui langkang-langkah penanganan kasus dengan pendekatan client
centered.
3. Mengetahui peran dan tugas konselor dalam konseling client centered.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Konseling Client Centered


Konseling client centered merupakan teori yang berpusat pada konseli.
Konseling client centered menitikberatkan kesanggupan konseli dalam
menentukan dan memecahkan masalah dirasa penting baginya. Konsep tentang
teori kepribadian, aktualisasi diri, serta hakikat kecemasan merupakan konsep
pokok yang mendasar. Konseling pendekatan client centered diartikan sebagai
penunjang pertumbuhan pribadi individu dengan jalan membantu individu untuk
mengaktualkan potensi dan bergerak kearah meningkatkan kesadaran,
spontanitas, dan keyakinan diri (Corey, 2013).

Pendekatan konseling client centered berfokus pada kesanggupan dan


tanggung jawab konseli untuk menemukan cara dalam menghadapi kenyataan
dengan lebih yakin. Konseli sebagai orang yang paling mengenal dirinya sendiri,
adalah orang yang harus menemukan perilaku yang lebih cocok untuk dirinya
sendiri (Pieter, 2010). Setiap individu memiliki kemampuan untuk menjadi sadar
atas setiap masalah dan cara mengatasinya, serta kepercayaan dan keyakinan
diletakkan pada kesanggupan individu untuk mengarahkan dirinya sendiri.

Dalam memecahkan masalahnya, konseli harus mampu dan aktif untuk


mencari solusi, dengan diberikannya kesempatan menyelesaikan masalah sendiri
tanpa tergantung pada orang lain. Sehingga dalam proses konseling nanti, kenselor
hanyalah menjadi fasilitator dengan mengarahkan konseli agar dapat mengambil
keputusan secara mandiri.

B. Ciri-Ciri Konseling Client Centered


client centered memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Fokus pada tanggung jawab kesanggupan konseli agar menemukan
cara dalam menghadapi kenyataan pada dirinya dan juga yang
paling mengetahui keadaannya sehingga ia bertingkah laku secara
lebih pantas untuk dirinya sendiri.
2) Menitikberatkan pada dunia fenomenal konseli melalui empatidan
usaha dalam memahami konseli, serta menerima konseli tanpa
3
syarat.
3) Menjembatani antara konselor maupun konseli dengan dari sisi
manusiawi dan berpartisipasi pada pengalaman perkembangan.

Sedangkan uraian ciri-ciri pendekatan client centered dari


Rogers dalam (Willis, 2011):
1) Ditujukan pada kesanggupan konseli dalam memecahkan masalah,
2) Aspek emosi dan perasaan (feeling) merupakan sasaran konseling,
3) Keadaan individu dengan kondisi sosial psikologis yang sekarang
(here and now) merupakan titik tolak konseling,
4) Menyesuaikan antara ideal-self dengan actual-self merupakan
tujuan proses konseling,
5) Peran aktif saat konseling dipegang oleh konseli, sedangkan
konselor hanyalah pasif-reflektif dan berusaha membantu konseli
untuk aktif dalam memecahkan masalah.

C. Tujuan Konseling Client Centered


Dalam bukunya Sukardi (2000), tujuan dasar dari konseling client centered yaitu:
b. Membebaskan konseli dari konflik psikologis;
1) Membebaskan konseli dari konflik psikologis;
2) Menumbuhkan kepercayaan pada diri konseli, bahwasannya
konseli memiliki kemampuan untuk mengambil suatu keputusan
tanpa merugikan orang lain;
3) Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada konseli untuk
belajar percaya terhadap orang lain, menerima kisah hidup orang
lain dengan terbuka, dan menerima pengalaman orang lain yang
dirasa bermanfaat untuk dirinya;
4) Membuat konseli sadar kalau dirinya masih tetap memiliki
keunikan tersendiri diantara suatu lingkup sosial budaya yangluas;
dan
5) Menumbuhkan rasa yakin pada konseli bahwasannya ia akan terus-
menerus tumbuh dan berkembang.

4
D. Fungsi Konselor Dalam Konseling Pendekatan Client Centered
Dalam membantu konseli merubah dan membentuk tingkah laku yang
diinginkan, pada konseling client centered konselor berperan aktif dalam hal
tersebut. Menurut Sukardi (2000) peranan konselor pada konseling client centered
sebagai berikut:
1. Menciptakan hubungan bersifat permisif
Hubungan yang tercipta seperti yang diharapkan secara langsung
dapat melupakan suatu ketegangan pada perasaan diri konseli yaitu
dengan menciptakan hubungan pemisif secara verbal dan juga non-
verbal, penuh penerimaan, kehangatan, serta pengertian tanpa
memberikan penilaian.
2. Mendorong pertumbuhan pribadi
Konselor bukan sekedar membantu konseli melepaskan diri dari
masalahnya tetapi juga menumbuhkan perubahan terutama
perubahan sikap.
3. Mendorong kemampuan memecahkan masalah
Konselor berusaha membantu konseli agar dirinya dapat
mengembangkan kemampuan dalam memecahkan permasalahan.

Hubungan antara konselor dan klien pada konseling client


centered ini sangat diharapkan mencapai hubungan yang benar-
benar membuat konseli nyaman, Rogers mengemukakan seperti
yang dikutip oleh Palmer (2011) ada tiga kondisi inti yang harus
ada dalam diri konselor, yaitu:
1) Congruence
Kongruensi, mencakup kesadaran dan keterbukaan konselor dan
memiliki dua dimensi, yaitu konselor harus menjadi diri mereka
sendiri dalam hubungan terapeutik dan kehadiran nyata harus
menyentuh konseli.
2) Unconditioning Positive Regard
Penerimaan positif tanpa syarat, ini harus ada ketika menerima
konseli untuk membuat terapeutik berhasil dan konselor harus dapat
memiliki beberapa bentuk menyukai atau menghormati konseli.
5
Konselor tidak boleh menghakimi penampilan, pikiran, tindakan
dan perasaan klien.
3) Empathy
Empati yaitu mendengarkan mengenai dunia internal orang lain
meliputi pemahaman kognitif, reaksi fisik, emosi, dan intuisi. Hal
terpenting empati adalah menyadari keadaan batin orang yang
seolah-olah konselor adalah konseli, tetapi tidak pernah kehilangan
pengetahuan batin konselor itu sendiri.

E. Karakteristik Konseling Client Centered


Berikut ini uraian ciri-ciri pendekatan client centered dari Rogers (dalam
Setiawan, 2018):

1. Memfokuskan pada tanggung jawab dan kesediaan konseli sebagai


orang yang paling mengerti dirinya sendiri untuk menemukan dan
menentukan cara yang akan dipilih dalam menghadapi kehidupannya.

2. Menitikberatkan pada dunia fenomenal konseli melalui empati dan


usaha dalam memahami konseli, konselor lebih fokus pada persepsi
diri konseli terhadap dunia.

3. Prinsip psiko-konseling yang sama diterapkan pada semua orang


berdasarkan bahwa hasrat kematangan psikologis manusia itu berakar
pada manusia itu sendiri. Prinsip konseling ini diterapkan pada
individu yang fungsi psikologisnya berada pada taraf yang relatif
normal.

4. Efektivitas terapeutik didasarkan pada sifat yang tulus, hangat, empati,


dan penerimaan non posesif.

5. Menjembatani antara konselor maupun konseli dengan dari sisi


manusiawi dan berpartisipasi pada pengalaman perkembangan serta
konseli mampu bertanggung jawab memiliki kesanggupan untuk
memecahkan masalah.

6
F. Tahapan Konseling
Pada tahapan konseling ini, Roger (dalam Ngalimun, 2014)
menggambarkan 12 langkah dalam proses konseling dan menekankan bahwa
langkah ini adalah tidak benar-benar terpisahkan, peristiwa sekuensial,
melainkan merupakan kecenderungan umum yang terdiri dari jalinan yang
berlangsung.

1. Konseli datang meminta bantuan,

2. Situasi membantu biasanya didefinisikan sebagai kesempatan bagi


pertumbuhan diri, bukan jawaban,

3. Konselor mendorong ekspresi bebas dari perasaan sehubungan


dengan permasalahan,

4. Konselor menerima, mengakui,dan menjelaskan beberapa perasaan


negatif,

5. Apabila perasaan negatif konseli telah cukup penuh dimenyatakan,


mereka diikuti oleh ekspresi samar,

6. Konselor menerima dan mengakui perasaan positif yang dinyatakan


dengan cara yang sama dimana ia telah menerima dan mengakui
perasaan negative,

7. Wawasan, pemahaman tentang diri dan penerimaan diri,

8. Klarifikasi,

9. Inisiasi,

10. Terdapat wawasan yang lebih lanjut,

11. Terdapat tindakan yang positif dari konseli serta lebih percaya diri
dalam aksi self-directed, dan

12. Ada perasaan penurunan membutuhkan bantuan dan pengakuanpada


bagian dari konseli bahwa hubungan harus berakhir.

G. Teknik Konseling Client Centered

Dalam kerangka konseling client centered, pelaksanaan teknik konseling


7
pada umumnya menggunakan teknik dasar mencangkup sebagai berikut (Willis,
2011):
1. Acceptance artinya konselor menerima konseli sebagaimana adanya
dengan segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima
secara netral,

2. Congruence artinya karakteristik konselor adalah perkataan serta


perbuatannya konsisten,

3. Understanding artinya konselor harus mampu memahami dunia batin


konseli secara akurat, dan

4. Nonjudgmental artinya tidak memberi penilaian terhadap konseli, akan


tetapi konselor selalu objektif.

8
BAB III
PEMBAHASAN

A. Contoh Kasus

1. Kasus Pribadi

a. Deskripsi Masalah

Saya maharani putri, saya seorang mahasiswi dan pekerja. Saat ini saya berkerja di
salah satu sekolah dasar di daerah mampang prapatan. Setiap harinya saya selalu pulang
dan pergi menggunakan kendaraan roda dua dari jagakarsa ke mampang prapatan. Di
sekolah dasar saya bekerja sebagai karyawan dengan jabatan staff TU. Namun sudah 2
tahun belakangan ini saya bekerja menjadi double job di tambah dengan menjaga
koperasi sekolah. Di sisi lain saya sebagai mahasiswa universitas Indraprasta PGRI
yang telah menginjakkan pada semester 6. Semakin tinggi tingkatan kuliah saya merasa
sedikit tertekan dengan tugas yang cukup banyak dan hari pengumpulannya bersamaan.
Saya menjalani kehidupan saya begitu terus hingga saat ini.
Beberapa akhir belakangan ini saya merasa kalau kesehatan saya sedikit terganggu. Di
sekolah saya mempersiapkan alat tulis sekolah anak dan baju seragam anak peserta
didik baru serta saya juga menjadi admin penerimaan peserta didik baru. Semakin ke
sini saya merasa bahwa saya tidak lagi sanggup untuk bekerja dan kuliah dengan jarak
yang cukup jauh serta jobdesk dan tugas yang semakin banyak serta waktu yang
singkat. Pada akhirnya saya memutuskan untuk mengalahkan salah satu kegiatan yakni
saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan saya. Agar saya bisa lebih fokus dengan
kuliah saya terlebih dahulu.

b. Analisis Kasus
Pada masalah ini diketahui bahwa masalah terdapat pada internal dan eksternal pada
diri klien. pada masalah internal terdapat bawah kesehatan klien yang menurun dan
perasaan stress ringan. Kemudian pada masalah eksternal klien ialah jarak tempat kerja
dan rumah jauh, lalu memiliki pekerjaan yang bertumpuk, serta tugas kuliah yang
cukup banyak.

9
c. Langkah-langkah penanganan :

1. Konselor memberikan sikap yang ramah dan menanyakan kabar klien dengan
senyuman yang hangat. Konselor juga melakukan pendekatan-pendekatan awal agar
terbangun kedekatan antara konselor dengan klien. Saat sudah terjalin rasa nyaman
antara konselor dan klien bisa dilanjutkan dengan konselor menggali informasi terkait
masalah yang dialami oleh klien. Konselor mendengarkan dengan aktif dan seksama,
Sampai pada informasi yang diterima oleh konselor di rasa cukup maka konselor bisa
masuk ke tahap yang selanjutnya.
2. Tahap selanjutnya konselor bisa melakukan penggalian informasi lebih mendalam lagi,
konselor juga melakukan terapi yang dilakukannya pemusatan proses konseling pada
diri klien. Disini konselor mencoba untuk dapat memberikan empati dan menilai secara
objektif dalam masalah klien. Konselor juga menggali kepada indentifikasi masalah
klien dengan mencari gejala-gejala awal dari masalah klien. Konselor juga bisa
memberikan motivasi kepada klien untuk permasalahannya untuk merangsang
pemikiran klien untuk melihat sudut pandang yang lain.
3. Pada tahap akhir konselor memberikan kembali pada keputusan kepada klien untuk
melakukan apa yang menurutnya hal yang terbaik bagi kehidupannya ke depan.
Konselor tidak mengambil keputusan atas pilihan yang akan di ambil oleh klien. Namun
konselor bisa memberikan gambaran-gambaran dari pilihan-pilihan yang bisa klien
ambil untuk menjadi bahan pertimbangan klien dalam menentukan pilihan.

d. Arah solusi dengan PCC :


Konselor disini bisa melakukan penerimaan dan memberikan empati yang besar pada
klien. Dengan permasalahan klien yang merasa tertekan dengan kondisi lingkungan
serta diri sendiri, konselor dapat memberikan masukan dengan mencari potensi yang
bisa klien lakukan dengan mengasah bakat dan minat klien. Konselor bisa membantu
dalam memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh klien. Konselor juga bisa
memberikan motivasi pada klien untuk bisa tetap menjalankan kehidupannya dengan
penuh semangat dan berfikiran positif atas semua yang terjadi dalam kehidupannya.

10
2. Kasus Orang Lain

a. Deskripsi Masalah
Nabila anak perempuan usia 17 tahun, kls XI SMA. Nabila anak terakhir dari 2
bersaudara, kaka nabila berkuliah di bandung. Ayah nabila pegawai swasta dan Ibu
nabila seorang guru. nabila merasa dia sudah sangat kenal dengan dirinya sendiri dan
mengira dirinya mempunyai sifat yang baik dan pintar di sekolahnya, tetapi pada suatu
saat Ketika nabila sedang mempunyai masalah dengan temannya, temannya
menyadarkan nabila bahwa terkadang dia selalu egois, dan selalu ingin menang sendiri,
dan ternyata dia pun berkali-kali menyontek teman sekelas nya yang lebih pintar dari
dia agar mendapatkan nilai yang bagus. Padahal sebagai teman yang baik dan sebagai
siswa ia tidak boleh bertindak seperti itu.
Setelah temannya mengungkapkan sifat nabila tersebut dia baru sadar akan
tingkah lakunya yang bertentangan dengan apa yang dia nilai atau yang dia fikirkan
tentang dirinya sendiri. Nabila mulai menyadari kesenjangan dan mengakui
pertentangan itu, menghadapi keadaan dirinya sebagaimana adanya, kesadaran yang
masih samar-samar akan kesenjangan itu membuat nabila merasa menggejala dalam
perasaan kurang tenang dan cemas serta dalam evaluasi diri sebagai orang yang tidak
pantas. Maka dari itu nabila mersa membutuhkan layanan konseling dan menjalani
proses konseling untuk menutup jurang pemisah antara dua kutub di dalam dirinya
sendiri, serta akhirnya menemukan dirinya kembali sebagai orang yang pantas.

b. Analisis Kasus

Pada masalah ini diketahui bahwa masalah terdapat pada diri klien sendiri
Pengalaman yang di rasakan oleh klien ini menunjuk pada suatu pertentangan antara
siapa saya ini sebenarnya dan seharusnya menjadi orang yang bagaimana.

c. Langkah-Langkah Penanganan

1. Konselor memberikan sikap yang ramah dan terbuka kepada klien. Selanjutnya
Konselor tidak memimpin, mengatur atau menentukan proses perkembangan
konseling, tetapi hal tersebut dilakukan oleh klien itu sendiri. Sebelum
melakukan pendekatan konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan
segala masalahnya. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral. Selain
itu konselor juga harus terpadu, sesuai kata dengan perbuatan dan konsisten.
Konselor memberi kebebasan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan
sedalam-dalamnya dan seluas-luasnya. Setelah itu Konselor merefleksikan
perasaan-perasaan klien, sedangkan arah pembicaraan ditentukan oleh klien.
Konselor mendengarkan dengan aktif dan seksama, Sampai pada informasi

11
yang diterima oleh konselor di rasa cukup maka konselor bisa masuk ke tahap
yang selanjutnya.
2. Tahap selanjutnya konselor bisa melakukan penggalian informasi lebih
mendalam lagi, konselor juga melakukan terapi yang dilakukannya pemusatan
proses konseling pada diri klien. Disini konselor mencoba untuk dapat secara
akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana dilihat dari
dalam diri klien itu dan tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi
konselor selalu objektif. Konselor juga menggali kepada indentifikasi masalah
klien dengan mencari gejala-gejala awal dari masalah klien. Konselor juga bisa
memberikan motivasi kepada klien untuk permasalahannya untuk merangsang
pemikiran klien untuk melihat sudut pandang yang lain. Melalui penerimaan
terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji dan
memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri. Dengan
redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima
orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.
3. Pada tahap akhir Konselor memberikan kembali keputusan kepada klien untuk
melakukan apa yang menurutnya hal yang terbaik bagi kehidupannya ke depan.
Konselor tidak mengambil keputusan atas pilihan yang akan di ambil oleh
klien. Namun konselor bisa memberikan gambaran-gambaran dari pilihan-
pilihan yang bisa klien ambil untuk menjadi bahan pertimbangan klien dalam
menentukan pilihan. Dan Konselor tidak membiarkan klien berjalan sendiri jika
pada suatu ketika menemukan sendiri apa yang ingin dicapai, tetapi konselor
tetap mengatur proses konseling menurut fase-fase tertentu dengan mengambil
pula langkah-langkah kerja tertentu.

d. Arah Solusi Dengan PCC


Konselor mendorong konseli untuk kembali menjadi diri sendiri: konselor
mendorong konseli sebanyak mungkin menggunakan kata ganti saya pada saat
sekarang agar fokus pada keadaan dirinya, bukan orang lain, masalahnya, atau
masa lalunya. Konselor juga menjadi alter ego (aku yang lain/cermin) bagi
konseli. Konselor tidak perlu memberi berbagai informasi kepada klien,
diagnosi, ataupun tes tetapi lebih menekankan aspek emosional daripada
intelektual. Namun dari semua hal tersebut secara simpel konselor cukup
menerapkan melalui refleksi. Dan yang terakhir beri kata-kata penutup yang

12
baik dan memotivasi agar konseli dapat : pulang dengan hati yang lebih nyaman
dan tenang. Contohnya “Saya belajar sesuatu dari setiap pengalaman.” Dan
“Saya bisa menerima kekurangan dan ketidak sempurnaan saya.”

3. Kasus dari Internet


a. Deskripsi Masalah
REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Dua mahasiswi Universitas Halu Oleo
(UHO) berinisial NI dan SF kini ditahan di Kepolisian Resor Kota (Polresta) Kendari,
Kepolisian Daerah (Polda) Sulawesi Tenggara (Sultra) setelah memukuli juniornya
berinisial WAP. Menurut polisi, kedua pelaku berdalih itu merupakan tradisi kampus.
Kapolresta Kendari Kombes Pol Muhammad Eka Fathurrahman di Kendari Ahad
(4/6/2023), mengatakan pengeroyokan tersebut bermula saat korban bersama rekan-
rekan seangkatannya dipanggil untuk mengambil baju pakaian dinas harian (PDH) di
Gedung Vokasi, Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, pada Kamis (1/6/2023) sekitar
pukul 15.00 WITA. Korban dan mahasiswa angkatan 2021 lainnya pun mendatangi
tempat pengambilan baju PDH.

"Namun, sesampainya di sana, korban dan rekan-rekannya tidak langsung diberikan


baju PDH, tetapi diberikan sejumlah arahan oleh para senior-senior mereka yang
berlangsung hingga Jumat (2/6/2023) dini hari," kata Eka.
Menurut Eka, setelah selesai pemberian arahan yang dilakukan para mahasiswa senior,
kedua pelaku inisial SF dan NI, kemudian membagikan baju PDH kepada korban dan
rekan-rekannya sembari melakukan pemukulan. Pemukulan tersebut mengakibatkan
korban mengalami luka lebam di wajahnya."Jadi motifnya, semacam tradisi kampus.
Junior yang akan mengambil seragam fakultas harus diambil dari seniornya. Namun
cara menyerahkan baju tersebut dilakukan dengan cara-cara yang melanggar aturan,
rupanya dari seniornya melakukan penganiayaan," kata Eka.

Kapolresta Kendari itu menuturkan akibat penganiayaan yang dilakukan NI dan SF,
WAP mengalami lebam pada pipi. Bahkan, gusi WAP sempat mengeluarkan darah.
"Hingga kini, korban masih menjalani perawatan medis di RSUD (Rumah Sakit Umum
Daerah) Kota Kendari," Sementara itu, dua mahasiswi inisial NI dan SF yang
melakukan pemukulan telah diamankan di Mapolsek Poasia. Dia menyebut kasus
tersebut kini diambil alih oleh Polresta Kendari untuk penyelidikannya. "Kasus ini

13
menjadi atensi dan akan kami ambil alih di Polresta Kendari, ujarnya.
b. Analisis Kasus
Korban dianiaya oleh seniornya ketika ingin mengambil baju PDH, karna menurut NI
dan SF selaku senior yang menganiaya kejadian itu dilakukan karna sudah menjadi
tradisi di kampus tersebut. Tetapi tradisi tersebut sepertinya sangat berlebihan sehingga
membuat korban mendapatkan luka lebam sampai harus dirawat dirumah sakit.
Sehingga kemungkinan korban akan mendapatkan trauma akibat kejadian tersebut.

c. Langkah-langkah penanganan
1. Konselor memberikan sikap yang ramah dan menanyakan keadaan klien dengan
senyuman yang hangat. Konselor juga melakukan pendekatan-pendekatan awal agar
terbangun kedekatan antara konselor dengan klien. Saat sudah terjalin rasa nyaman
antara konselor dan klien bisa dilanjutkan dengan konselor menanyakan perasaan klien
terkait masalah yang dialami oleh klien. Konselor mendengarkan dengan aktif dan
seksama, Sampai pada informasi yang diterima oleh konselor di rasa cukup maka
konselor bisa masuk ke tahap selanjutnya.
2. Tahap selanjutnya konselor bisa melakukan penggalian informasi lebih mendalam lagi,
konselor juga dapat melakukan terapi yang dilakukannya pemusatan proses konseling
pada diri klien. apabila dirasa klien sudah dapat berdamai dengan pelaku maka klien
sudah berhasil melepaskan perasaan yang dirasakan oleh klien.
3. Pada tahap akhir konselor memberikan kembali pada keputusan kepada klien untuk
melakukan apa yang menurutnya hal yang terbaik bagi kehidupannya ke depan.
Konselor tidak mengambil keputusan atas pilihan yang akan di ambil oleh klien. Namun
konselor bisa memberikan gambaran-gambaran dari pilihan-pilihan yang bisa klien
ambil untuk menjadi bahan pertimbangan klien dalam menentukan pilihan, dan juga
agar kedepannya tidak ada lagi perasaan yang mengganggu klien.

d. Arah solusi kasus dengan PCC :

Konselor disini bisa melakukan penerimaan dan memberikan empati yang besar pada
klien. Dengan permasalahan klien yang menjadi korban bullying sehingga
menyebapkan klien harus mendapatkan penangan medis, karna itu konselor
memberikan arahan-arahan untuk klien agar dapat menjalani kehidupan nya dengan
efektif sehingga dapat membantu klien untuk menjalani kehidupannya setelah
mendpatkan perlakuan tidak menyenangkan.

14
BAB IV
KESIMPULAN

Dari ketiga kasus tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan konselong


Client Centered merupakan pendekatan konselong yang menekankan pada keaktifan
konseli untuk bereksplorasi mengungkapkan dirinya pada permasalahan yang
dihadapinya. Arah bantuan konselor lebih menekankan pada pemahaman diri klien
secara pribadi khususnya kesadaram akan perasaan terbanding permasalahannya. Peran
konselor pada kondisi tersebut adalah sebagai “pendengar yang baik”, cermin diri bagi
konseli”, pemberi kemudahan bagi konseli untuk berinisiatif karena setiap kesadaran
yang muncul akan memberi perubahan dan pengembangan diri dan berlanjut untuk
mengaktualisasikan diri berdasarkan persepsi konseli sendiri.
Pendekatan clien centered menolak konsep yang memandang seseorang sebagai
otoritas yang mengetahui yang terbaik dan memandang individu sebagai manusia pasif
yang hanya mengikuti perintah-perintah orang lain. Oleh karena itu, pendekatan client
centered berkar pada kesanggupan-kesanggupan seseorang sadar dan membuat
keputusan-keputusan sendiri.

15
DAFTAR PUSTAKA

Widyasari (2020). Bimbingan Konseling Client Centered Dalam Mengatasi Kecenderungan


Perilaku Negatif.
https://widyasari-press.com/bimbingan-konseling-client-centered-dalam-mengatasi-
kecenderungan-perilaku-negatif/
Ulfa Danni Rosada. (2016). Model Pendekatan Konseling Client Centered dan Penerapannya
Dalam Praktik.
http://ejournal.unipma.ac.id/index.php/JBK/article/view/454#:~:text=Pendekatan%20konselin
g%20client%20centered%20menekankan,teori%20kepribadian%2Cdan%20hakekat%20kece
masan.
Eko Susanto. (2011). Pendekatan Konseling Client Centered.
https://eko13.wordpress.com/2011/04/14/pendekatan-konseling-client-centred/
Republika. (2023). Pukuli Junior Saat Pengambilan Baju PDH Dua Mahasiswi Kendari
Berdalih itu Tradisi Kampus.
https://news.republika.co.id/berita/rvptxc414/pukuli-junior-saat-pengambilan-baju-pdh-dua-
mahasiswi-kendari-berdalih-itu-tradisi-kampus

16

Anda mungkin juga menyukai