Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 5

Post Modern Approach

Rafidah Aini 1624090014


Firsya Khadijah M.M 1624090106
Mirzaria shafira 1624090119
Dini Raissa M.F 1624090138
Bunga Biutifanny 1624090198
Firdha Ramdhiani 1624090234
Post Modern Therapy

• Postmodern adalah pendekatan atau terapi yang bertujuan untuk


menciptakan sebuah konteks di mana konseli dapat menciptakan cerita
baru yang menyoroti wujud kebiasaan mereka (Corey, 2009).

• Corey juga menjelaskan bahwa pada pendekatan ini konselor


menyediakan kesempatan bagi konseli untuk mendekonstruksi cerita
dominan yang mereka bawa pada saat konseling. Konseli didorong untuk
menuliskan kembali cerita tersebut dengan melihat masa lalu mereka dan
menuliskan kembali masa depan mereka (Corey, 2009).
Post modern therapy

Pendekatan ini baik digunakan pada konseling karir dalam membantu konseli
menentukan pilihan karir masa depan. Hal tersebut didukung oleh Patton
(2005) yang menunjukkan bahwa pendekatan postmodern, yaitu pendekatan
pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan bagi konseli untuk
mengeksplorasi diri mereka, dan menggunakan narasi karir subjektif untuk
membuat hubungan antara masa lalu dan sekarang, dan membuat rencana
masa depan konseli,

Ia menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan


postmodern (pendekatan konstruktivis), sehubungan dengan
pendidikan karir dapat mengkonsep kembali dengan tujuan untuk
memberikan dukungan seumur hidup pada individu dalam
mengelola pembelajaran dan berkarir
1. Klien
mengidentifikasi
masalah untuk
dikenali
. Konselor boleh
6 2. Mengidentifikasi
terlibat perubahan / tujuan
menanyakan yang dilakukan dan
urutan ke dua jika
klien “macet” TEKNIK membuat skala
tujuan

UMUM
5.
Konselor dan klien
5
meninjau ulang tujuan,
POST 3. Klien didorong
untuk mencari
membuat skalanya dan
mengembangkan sebuah
rencana untuk
MODERN pengecualian yaitu
waktu, darimana
mereka
memecahkan
kembali/mengurangi 4. Klien
memecahkan
akibat masalah yang mengidentifikasi masalah serupa
ditemui kekuatan personal dan
strategi yang
diterapkan pada
keberhasilan
sebelumnya yang bisa
digunakan untuk
memecahkan masalah
yang teridentifikasi
Pendekatan sistem kolaborasi bahasa
• Anderson dan Goolishian :

percaya bahwa proses dan pemaknaan hidup seseorang dibentuk


oleh dirinya sendiri dan latar belakang keluarganya. Hal ini
karena interaksi yang dilakukan setiap saat, sehingga mengatakan
bahwa terapi adalah suatu sistem yang tercipta dari pembicaraan
dalam proses terapetik diantara klien dan fasilitator (terapist).
Pendekatan sistem kolaborasi bahasa

Therapist menempatkan diri dalam posisi not-knowing, dimana terapis


tetap menahan pengetahuan dan pribadinya serta pengalaman yang di
peroleh selama masa hidupnya, tetapi terapis diperbolehkan untuk
menunjukkan rasa ingin tahu dan ketertarikannya pada pengalaman.

Terapist memperdalam cerita dengan mengajukan pertanyaan


berdasarkan jawaban klien, karena menceritakan satu cerita adalah
gambaran dari pengalaman; cerita itu terbentuk dari sejarah masa kini
subjek, sehingga klien memperoleh kesempatan untuk memperoleh
makna yang baru dalam hidupnya.
Teknik SFBT

A. Filosofinya

 Yang menjadi salah satu pendekatan konseling dan psikoterapi yang


dipengaruhi oleh pemikiran postmodern. Kepanjangannya adalah Solution
Focused Brief Theraphy atau Terapi Berfokus Solusi
 Dalam beberapa pengertian bisa juga disebut dengan SFBC (Solution
Focused Brief Counseling) atau Konseling Singkat Berfokus Solusi.
 Tokoh-tokoh yang sudah memberikan konstribusi terhadap perkembangan
SFBT sejak tahun 1970an seperti Steve de Shazer, Bill O'Hanlon, Michele
Weiner-Davis, dan Insoo Kim Berg.
 Pendekatan Teknik ini lebih memfokuskan bagaimana masalah klien bisa
diatasi dan kurang memperhatikan sejarah masa lalu klien
Teknik SFBT
B. Cara Pandang
Manusia
De shazer (1988,1991) berpendapat bahwa bahwa tidaklah penting untuk
mengetahui penyebab dari suatu masalah untuk dapat menyelesaikannya dan
bagaimana Mengumpulkan informasi tentang suatu masalah, yang terpenting adalah
mencari solusi-solusi yang “benar”. Berikut ini beberapa asumsi dasar tentang Teknik
SFBT ( Corey, 2005), antara lain:
 Individu yang datang ke terapi mampu berperilaku efektif meskipun kelakuan
keefektifan ini mungkin dihalangi sementara oleh pandangan negatif
 individu sering hanya menampilkan satu sisi dari diri mereka, Teknik ini
mengajak individu untuk menyelidiki sisi lain dari cerita yang sedang mereka
tampilkan.
 Perubahan kecil adalah cara untuk mendapatkan perubahan yang lebih besar.
Setiap problem yang dipecahkan menjadi langkah baru untuk individu
 Individu dapat dipercaya pada niat mereka untuk memecahkan problem. Tiap
individu adalah unik dan demikian juga untuk tiap-tiap solusi.
 Individu yang ingin berubah dapat mempunyai kapasitas untuk berubah dan
mengerjakan yang terbaik untuk membuat suatu perubahan itu terjadi.
• Proses Konseling dalam Teknik SFBT

Walter dan Peller 1992 (dalam Corey, 2005) menggambarkan empat langkah yang
mencirikan proses SFBT:

 Menemukan apa yang klien inginkan dari pada mencari sesuatu yang tidak
mereka inginkan
 Jangan mencari masalah dan jangan berusaha untuk melemahkan klien
dengan memberi mereka label diagnose
 Jika apa yang dilakukan klien tidak mengalami kemajuan, konselor
menyemangati mereka untuk bereksperimen dengan melakukan suatu yang
berbeda.
 Meringkas proses terapi pada setiap sesi agar terlihat satu-satunya sesi atau
sesi yang terakhir.
• Teknik – Teknik konseling dalam SFBT

 Pertanyaan pengecualian (Exception Question)


 Pertanyaan Keajaiban (Miracle Question)
 Pertanyaan Berskala (Scalling Question)
 Rumusan Tugas Sesi Pertama (Formula Fist Session
Task/FFST)
 Umpan Balik (Feedback)
Kelebihan dan Kelemahan
dalam Teknik SFBT

Kelemahannya:
 Terapi bertujuan tidak secara tuntas menyelesaikan masalah klien
 Keterbatasan waktu yang menjadi orientasi penggunaannya
 Dalam penerapannya menuntut keterampilan konselor dalam penggunaan bahasa
 Menggunakan teknis-teknis keterampilan berfikir (Mind Skills)

Kelebihannya:
 Berfokus pada solusi
 Fokus treatment pada hal yang spesifik dan jelas
 Penggunaan waktu yang efektif
 Berorientasi pada waktu sekarang (here and now)
 Bersifat fleksibel dan praktis dalam penggunaan teknik-teknik intervensi
NARATIF THERAPY

• Naratif Therapy

adalah bentuk psikoterapi yang menggunakan narasi . Pada awalnya


dikembangkan selama tahun 1970an dan 1980an, oleh bangsa Australian
Michael White dan temannya, David Epston, dari New Zealand. Pendekatan
mereka menjadi terkenal di Amerika Utara setelah terbitnya buku mereka,
Narrative Means to Therapeutic Ends pada tahun 1990. Naratif therapy
menurut White (1992), individu membangun makna kehidupan dalam kisah
interpretatif,
NARATIF THERAPY

Tujuan umum Naratif Therapy adalah membuat seseorang


dapat menulis pengalaman mereka dalam bahasa yang baru
dan segar.

Tugas utama konselor adalah membantu klien membangun


alur cerita yang disukai. Konselor narasi mengadopsi sikap yang
ditandai dengan rasa ingin tahu, hormat dan bekerja dengan klien
untuk mengeksplorasi dampak dari masalah pada mereka dan apa
yang mereka lakukan untuk mengurangi efek dari masalah
(Winslade & Monk, 2007).
White (2005) menyampaikan lima proses utama dalam terapi naratif yaitu:

(a) memisah identitas diri dari penulis (externalizing conversation),

(b) dekonstruk-si cerita hidup (deconstructing life stories),

(c) percakapan pengarangan-ulang dengan cerita pilihan (reauthoring


conversation with preferred stories),

(d) percakapan menjadi anggota kembali (rememberingconversation) dan


peneguhan (definitional ceremonies),

(e) pembentukan aliansi terapeutik.


Contoh kasus

1. MASALAH
Putri tengah Raynelle, yang telah tinggal bersamanya dan
berbagi biaya selama 5 tahun terakhir, memiliki rencana untuk
pindah ke kota lain untuk mengambil pekerjaan dengan
penghasilan lebih baik di industri komputer.

Situasi ekonomi Raynelle akan menjadi kritis karena dia tidak


akan mampu untuk memenuhi tagihan bulanan tanpa seseorang
untuk berbagi beban.
Contoh kasus

2. TEKNIK YANG DIGUNAKAN


• Teknik pendekatan Naratif Therapy yaitu : Konselor memilih untuk
memulai proses co-konstruksi dengan tahun-tahun yang
dihabiskan di sekolah dengan mengajukan pertanyaan kepada
Raynelle tentang apa yang dia ingat pada berbagai tingkat kelas.

• Memakai semacam kartu, yang dibuat oleh Konselor pada kartu


indeks, diberikan untuk mengidentifikasi tipe kepribadian Raynelle
dan pengaruhnya terhadap peran hidupnya, dan Self-Directed
Search diberikan untuk memperluas judul kerja Raynelle yang
berhubungan dengan perawat.
3. PROSES KONSELING
• Pertama, selembar kertas koran ditempatkan di atas meja, dan
Konselor memperkenalkan konsep peran kehidupan dengan
memberikan deskripsi masing-masing yaitu : keluarga, mahasiswa,
pekerja, rekreasi, dan masyarakat.

• Lalu, Konselor meminta Raynelle untuk menggambar lingkaran pada


paruh kedua kertas koran sejumlah waktu yang ia sedang habiskan
di setiap peran hidup.
• Konselor kemudian meminta Raynelle untuk mengidentifikasi
tema yang dilihatnya dalam peran hidupnya. Ini termasuk
kebutuhan dalam peran pekerjaan, keluarga, peran masyarakat
dan rekreasi. Tema tercatat di bagian bawah kertas koran.

• Dalam sesi mendatang, Konselor menggunakan identifikasi


tema untuk memulai proses dekonstruksi dengan Raynelle.
Salah satunya karena dia hamil ketika ia lulus dari sekolah
tinggi, ia memilih untuk tidak melanjutkan pelatihannya di
perguruan tinggi.
4. PENYELESAIAN
Raynelle dan Konselor bersama-sama memandang rencana yaitu,
pekerjaan dengan penghasilan lebih baik, hambatan misalnya,
pertumbuhan anak serta biaya pelatihan, dan jembatan misalnya, panti
jompo sponsor untuk pelatihan, mengambil asrama, saat ia mulai
membangun bab masa depan untuk kisah hidupnya.

Melalui pendekatan bertingkat, Raynelle mampu meninjau kisah hidupnya


dari masa lalunya, sampai sekarang, dan ke masa depan dalam arah yang
diinginkannya.

Anda mungkin juga menyukai