Anda di halaman 1dari 17

KONSELING KARIER : MITOS, REALITAS, DAN

TREN-TREN YANG TIMBUL

“Disusun dalam rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Bimbingan


dan Konseling Karier dengan dosen Djoni Aminudin, M.Pd.”

Disusun oleh :
Himawan Dwi Pramito 201901500387
Suhendra Winanjar Saputra 201901500450
Dede Suja'I 201901500410
Sayid Abdulloh 201901500431
Jery Christhofer Nainggolan 201901500408

MATA KULIAH BIMBINGAN & KONSELING KARIER


BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
 Apa yang dimaksud dengan Konseling Karier?
 Faktor-faktor yang Berkontribusi pada perubahan-perubahan di
bidang Konseling Karier
 Tujuh mitos Konseling Karier
 Mendefinisikan Konseling Karier
 Kompetensi-kompetensi Konseling Karier

Menurut Wikipedia Konseling karier adalah suatu bentuk pemberian


nasehat dan dukungan yang diberikan oleh konselor karier kepada
kliennya, untuk membantu klien mengatur perjalanannya melalui
perubahan kehidupan, pembelajaran dan pekerjaan (karier). Ini termasuk
eksplorasi karier, membuat pilihan karier, mengelola perubahan karier,
pengembangan karier seumur hidup, dan menangani masalah terkait
karier lainnya. Tidak ada definisi konseling karier yang disepakati di
seluruh dunia, terutama karena perbedaan konseptual, budaya dan bahasa.
Namun, istilah 'konseling karier' biasanya mengacu pada intervensi
profesional yang dilakukan secara pribadi atau dalam kelompok kecil.
Konseling karier terkait dengan jenis konseling lainnya(misalnya
pernikahan atau konseling klinis). Yang menyatukan semua jenis
konseling profesional adalah peran praktisi, yang menggabungkan
pemberian nasihat tentang topik keahlian mereka dengan teknik
konseling yang mendukung klien dalam membuat keputusan yang
kompleks dan menghadapi situasi sulit.
Konseling karier adalah batu pijakan profesi konseling. Asosiasi profesi
terkait konseling pertama yang didirikan di Amerika Serikat adalah
National Vocational Guidance Association (sekarang National Career
Development Association [NDCA]), yang didirikan pada 1913. Banyak
dukungan legislatif di Amerika Serikat dan di dunia yang menyediakan
dana bagi pelatihan konselor dan kegiatan-kegiatan
konseling berkaitan dengan tujuan penyediaan bimbingan karier kepada
siswa-siswa SMA. Intervensi karier bersifat sentral bagi peran yag
dimainkan konselor di setting sekolah dan universitas.
Apa itu Konseling Karier?
Apabila kita meminta orang awam untuk mengidentifikasikan konseling
karier, banyak dari mereka akan mengatakan bahwa konseling karier
adalah kegiatan tes-tes yang tujuannya untuk tujuan atau karier masa
depannya.
Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara
perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang
secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karier, melalui
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-
norma yang berlaku.
Konseling Karier, Drummond & Ryan merumuskan Konseling Karier
dan perkembangannya merupakan proses dimana kegiatan, strategi dan
intervensi digunakan untuk membantu konseli dalam eksplorasi karier,
perencanaan dan pengambilan keputusan karier dalam proses belajar
pada lingkup sekolah dan atau dalam proses kerja. Dari rumusan tersebut
terkandung makna bahwa fungsi konseling karier adalah memberikan
layanan pada para konseli dalam membuat perencanaan dan pengambilan
keputusan karier secara berkesinambungan berfungsi dalam lingkup
lembaga kerja bahkan tren terakhir juga berfungsi pada lingkungan pasca
kerja. Untuk menghadapi tren dan isu di abad 21 ini menurut Ryan peran
dan strategi konselor karier tidak hanya berorientasi pada potensi konseli
tetapi juga berorientasi pada kondisi globalisasi.
Konseling karier juga merupakan teknik bimbingan karier melalui
pendekatan individual dalam serangkaian wawancara penyuluhan
(counseling interview).
Pentingnya Karier Konseling
Konseling karier menggali minat, keterampilan, dan latar belakang
pendidikan seseorang sehingga mereka bisa bekerja melalui pelatihan
profesional di bidang tertentu. Para konselor bisa memfasilitasi proses
pemilihan profesi atau pekerjaan dengan berperan sebagai pemandu atau
guru bagi siapa saja yang ingin memulai suatu karier, pindah karier, atau
mendalami karier baru.
Sering kali, orang hanya mengingat bahwa Konseling Karier hanya
sebuat tes bakat minat saat di sekolah. Juga, sering kali beberapa orang
mengabaikannya dengan respon kurang antusias dan menanyakan apakah
itu berguna untuk karier masa depannya.
Model Konseling Karier yang memunculkan jenis pengalaman konseling
karier ini muncul pada awal abad silam dan mendasarkan diri pada karya
Frank Parsons (1909). Parsons membahas beragam eknik yang diketahui
berguna dalam membantu remaja yang ditanganinya. Secara spesifik.
“Pendekatan Parsonian” terdiri atas 3 langkah untuk membantu seseorang
membuat pilihan pekerjaan. Langkah-langkah yang dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Kembangkan pemahaman yang jelas tentang diri anda sendiri, bakat,
kemampuan, minat, sumber daya, keterbatasan, dan kualitas-kualitas
anda lainnya.
2. Kembangkan pengetahuan tentang syarat kesuksesan, kelebihan dan
kekurangan, kompensasi, kesempatan, dan prospek di berbagai lini
pekerjaan yang berbeda.
3. Gunakan “penalaran sejati” tentang hubungan antara kedua kelompok
fakta ini (Parsons, 1909)
Parsons mengembangkan modelnya dengan latar belakang perubahan
sosial (urbanisasi yang pesat, buruh anak, imigrasi). Ekonomis
(munculnya industrialism dan pembagian kerja yang semakin
berkembang, dan ilmiah (munculnya ilmu-ilmu manusia dan perilaku) di
Amerika Serikat pada awal 1900-an (Niles & Harris- Bowlsbey, 2013).
Pendekatan Parsons sangat cocok dengan pemikiran ilmiah dominan abad
ke-20 yang menekankan positivisme logis dan metedologi objektif.
Model Parsonian mendorong para praktisi untuk mengkongkretkan
minat, nilai-nilai, dan kemampuan melalui penggunaan assesmen-
assesmen terstandard untuk membantu orang-orang mengidentifikasikan
dimana tempat yang cocok untuk mereka di dalam struktur pekerjaan. Ini
juga merupakan model yang memberikan pedoman pemahaman yang
dimiliki kebanyakan orang tentang Konseling Karier modern.
Jadi, tidak heran bila kita menanyakan seseorang atau teman kita untuk
mengidentifikasi Konseling Karier dan masalah kariernya, banyak yang
mendeskripsikannya sebagai seseorang yang sedang berusaha mengambil
keputusan untuk Pendidikan atau Pekerjaan yang ingin diambil kedepan.
Konseling sering kali menambahkan assesmen guna memperjelas rencna
Pendidikan dan karier karena kebanyakan remaja memerlukan bimbingan
dalam menentukan hal tersebut dan itu ada di dalam Konseling Karier.
Konseling karier menawarkan pendekatan yang sistematis dan objektif
untuk belajar tentang keterampilan, pengalaman kerja, aspirasi, dan
kebiasaan kerja seseorang. Profesional yang terlatih membantu kliennya
menemukan pekerjaan atau profesi yang cocok dan menawarkan cara-
cara untuk mendapatkan sumber-sumber yang bisa menjadi alat untuk
mencari pekerjaan. Konseling bisa dilakukan satu per satu atau dalam
kelompok dengan seorang konselor yang mendiskusikan topik-topik
seputar mencari pekerjaan, penulisan resume, wawancara, dan metode
perencanaan karier jangka pendek atau panjang.
Sekarang, lazim bagi seorang konselor karier untuk memasukan berbagai
intervensi kedalam pekerjaan mereka dengan klien. Meskipun tes-tes
standard masih digunakan, tetapi konselor memahami bahwa hal tersebut
hanya memberikan sebagian solusi dari banyaknya variable masalah
perkembangan karier. Disamping itu, banyak klien yang menggunakan
Konseling Karier jauh setelah masa remajanya, hal ini yang
menyebabkan penggunaan tes-tes umum tidak sepenuhnya dapat
mensolusikan permasalahan perkembangan karier setiap klien. Karena
itu, konselor menggunakan Teknik penggabungan pendekatan tradisional
dengan melibatkan klien secara aktif dalam proses konseling karier.
Selain itu, konselor berkolaborasi dengan klien untuk menyusun
intervensi karier dengan penanganan masalah-masalah yang ada.
Konselor saat ini lebih cenderung sebagai kolaborator bagi klien. Kedua
belah pihak berusaha meningkatkan kejelasan diri sendiri di dalam diri
klien, yang kemudian menggunakan pemahaman tentang diri sendiri yang
lebih tinggi itu untuk mengidentifikas pilihan-pilihan karier yang
menerjemahkannya kedalam peluang-peluang karier.
Konseling karier memberikan beberapa manfaat bagi klien ke dunia kerja
setelah selesai pendidikan atau melanjutkan pekerjaan yang berhenti
selama beberapa saat. Klien akan menerima suatu analisis yang objektif
atau penjelasan mengenai keterampilan, kemampuan, dan gaya kerja.
Manfaat kunci dari konseling karier termasuk memetakan karier yang
tepat untuk kepuasan jangka panjang; mempersempit pekerjaan dan tugas
pekerjaan supaya bisa mendapatkan yang paling tepat; menganalisa kunci
kekuatan dan kelemahan untuk meningkatkan kemampuan; dan melihat
kembali pilihan-pilihan dan jalur karier yang berbeda untuk membuat
pilihan-pilihan yang menguntungkan.
Faktor-faktor yang berkontribusi pada perubahan dalam Konseling
Karier
Meskipun merupakan sesuatu yang mendesak dan berhubungan dengan
kehidupan peserta didik pada masa depan, ada banyak data empiris yang
membuktikan adanya persoalan-persoalan yang menjadi indikasi bagi
ketidakmatangan peserta didik dalam kariernya. Sebagai contohnya
adalah adanya fenomena di lapangan yang menunjukan masih banyak
terdapat peserta didik yang :
(1) kurang memahami cara memilih jurusan yang sesuai dengan minat,
bakat dan kemampuan;
(2) memilih jurusan mengikuti teman atau model yang sudah ada; (3)
kurang memiliki informasi tentang dunia kerja;
(4) masih mengikuti keinginan orang tua dalam memilih jurusan yang
diambil dan lain sebagainya (Nurlela, 2015).

Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mencari
strategi konseling yang tepat untuk mengatasinya, terlebih rendahnya
tingkat kematangan karier peserta didik di sekolah. Bagaimanapun juga,
dalam usaha mencapai kematangan karier peserta didik, terdapat banyak
hambatan, misalnya kurangnya pengetahuan, pemahaman diri, motivasi,
belum memiliki cita-cita yang diinginkan serta masih kuatnya pengaruh
individu-individu terdekat di sekelilingnya dalam hal mengambil
keputusan karier di masa depan. Kondisi ini sesuai dengan hasil
penelitian Ilfiandra (1997) yang menunjukan gambaran bahwa “akurasi
penilaian diri dan penguasaaan informasi masih rendah sehingga
kemampuan peserta didik untuk memadukan faktor-faktor pribadi dengan
relitas karier masih rendah”. Ini lah penyebab yang menjadikan peserta
didik masih bimbang dan bingung dalam menetapkan pilihan-pilihan
karier.
Secara historis, intervensi-intervensi konseling karier di bentu oleh
berbagai pengaruh kontekstual (misalnya, faktor-faktor sosial, politik,
dan ekonomi.) Sebagai contoh, selama 1000 tahun silam, konseling karier
dipengaruhi oleh:
Pergeseran dari persaingan militer ke persaingan ekonomi antarnegara
dan pergeseran ekonomi berbasis-informasi membuat banyak orang
dewasa mengalami kelemahan dalam hal keamanan pekerjaan. Para
pekerja mencemaskan tentang kemungkinan diberhentikan dari pekerjaan
karena pengurangan tenaga kerja yang terjadi secara global. Memiliki
perasaan tertekan karena harus sealau memberikan yang terbaik di dalam
pekerjaan membuat para karyawan mencurahkan banyak waktu untuk
pekerjaannya dan mengurangi waktunya untuk kegiatan-kegiatan lain.
Perkembangan informasi yang begitu cepat terjadi menyebabkan banyak
karyawan tertekan untuk menyamai kecepatan itu. Sayangnya teknologi
dapat mengubah pekerjaan tetapi tidak dapat mengubah fakta bahwa hari-
hari mengikuti siklus 24 jam. Banyak karyawan diberbagai negara
memiliki jam kerja yang lebih banyak di banding dengan kegiatan-
kegiatan lainnya dibanding 10 tahun yang lalu.
Perubahan-perubahan lain didalam pekerjaan adalah bahwa hirarki
organissi semakin datar, yang makin sedikit anak tangga karier untuk
didaki. Angkatan kerja temporer muncul menggantikan karyawan jangka
panjang. Komputer mengantikan banyak pekerja, dan orang-orang
dewasa mengakui bahwa apapun bisa tejadi di kemudian hari dengan
perkembangan yang sangat cepat ini.
Oleh sebab itu, dalam kesiapan perencaan karier, sebagai remaja dan
seseorang yang sedang menyiapkan karier kita dituntut untuk memiliki
kematangan karier.
Dillard (1985, hlm. 32) mengatakan bahwa kematangan karier
merupakan sikap individu dalam pembuatan keputusan karier, yang
ditampakan oleh tingkat konsistensi pilihan karier dalam suatu periode
tertentu. Artinya seseorang dikatakan memiliki kematangan karier,
apabila ia secara konsisten memilih suatu pilihan karier tertentu dalam
suatu periode. Jika dikaitaan dengan peserta didik kematangan karier
berarti apabila peserta didik dapat mengetahui arah dan tujuan
mengambil suatu jurusan. Lebih jauh lagi pada umumnya peserta didik
dianggap telah memiliki kematangan karier, apabila telah mengetahui
konsekuesi pemilihan dari jurusan tersebut.
Terdapat beberapa aspek spesifik dalam kematangan karier Super (Sharf,
1992, hlm. 156-159) yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan karier Suherman (tt, hlm. 116), mengatakan bahwa dalam
perencanaan karier terdapat aspek-aspek sebagai berikut: Mempelajari
informasi karier, membicarakan karier dengan orang dewasa, mengikuti
pendidikan tambahan untuk menambah pengetahuan tentang keputusan
karier, berpartisipasi dalam kegiatan ektrakulikuler, mengikuti pelatihan,
megetahui pekerjaan yang diinginkan, mengetahui cara kesempatan
memasuki dunia kerja yang diinginkan dan mampu mengatur waktu
luang secara efektif. Perencanaan karier berhubungan dengan upaya
mencari informasi tentang suatu karier tertentu. Bagaimanapun juga
informasi tentang dunia karier tertentu dapat membantu individu dalam
memahami karier yang diinginkannya. Selain itu, proses pencarian
informasi seperti membaca surat kabar, mendengarkan radio maupun
menonton televisi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih dan merencanakan karier dimasa depan.
2. Eksplorasi karier Ekplorasi karier merupakan keinginan individu untuk
melakukan pencarian informasi-informasi karier seperti, memahami cara-
cara untuk mencari informasi karier selain keingianan. Aspek ekplorasi
karier juga berhubungan dengan seberapa banyak informasi yang
didapatkan oleh idividu dari sumber informasi tersebut (Dillard, 1985,
hlm. 2). Dapat disimpulkan bahwa ekplorasi karier berhubungan dengan
upaya pencarian informasi tentang suatu karier tertentu, baik yang
diinginkan maupun tidak diinginkan oleh peserta didik. Proses ekplorasi
karier ini tentunya dapat dibantu oleh banyak pihak, seperti guru, orang
tua dan orang dewasa lainnya.
3. Pengambilan keputusan Keputusan karier ditunjukan untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam menggunakan pegetahuan dan
pemikirannya dalam membuat perencanaan karier. konsep ini didasari
oleh tuntutan yang diberikan kepada peserta didiik untuk mengetahui
bagaimana membuat keputusan karier, dengan asumsi bahwa apabila
peserta didik mengetahui bagaimana orang lain mengambil keputusan
tentang karier, maka dengan sendirinya mereka akan mampu membuat
keputusan karier yang tepat bagi dirinya (Dillard, 1985, hlm. 2).
4. Pengetahuan tentang dunia kerja Menurut Super (Sharf, 1993, hlm.
158, Suherman, tt, hlm. 117), informasi dunia kerja memiliki dua konsep
yaitu pertama, berhubungan dengan tugas perkembangan ketika individu
harus mengetahui minat dan kemampuan dirinya, hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya serta mengetahui alasan orang lain
berganti pekerjaan. Kedua, yang berkaitan dengan pengetahuan tentang
tugastugas pekerjaan dalam satu vokasional dan prilaku-prilaku dalam
bekerja.
5. Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan Pada aspek ini peserta didik
diberi kesempatan untuk memilih satu dari berbagai pekerjaan, lalu
mereka ditanya hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dipilinya.
Mereka akan ditanyakan tentang persyaratan, tugas, faktor dan alasan
yang mempengaruhi pilihannya serta resiko dari pekerjaan yang telah
dipilih (Dillard, 1985, hlm. 3). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator
berikut:
1) memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan;
2) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang
diinginkan;
3) mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan
yang diinginkan;
4) mengetahui minat-minat dan alasanalasan yang tepat dalam
memilih pekerjaan.
6. Realism pengambilan keputusan Realisme keputusan karier adalah
perbandingan antar kemampuan individu dengan pilihan pekerjaan secara
relistis. Super (Sharf, 1992, hlm. 159 dalam Suherman, tt, hlm. 118),
mengatakan bahwa aspek-aspek dalam realisme keputusan karier antara
lain:
1) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan
kelemahan diri berhubungan dengan pilihan karier yang
diinginkan;
2) mampu melihat faktor yang akan mendukung atau
menghambat karier yang diinginkan;
3) mampu melihat kesempatan yang berkitan dengan pilihan
karier yang diinginkan;
4) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan yang beragam;
dan
5) dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara
efektif

Pekerjaan yang sudah mengorbankan segala-galanya untuk  employer


mereka sekarang mempertanyakan tingkat komitmen semacam itu
ketika employer tampak sangat ingin mengorbankan mereka, tidak
mengherankan jika sekarang banyak yang mencari kesuksesan di
dalam kehidupan-  Bukan hanya didalam pekerjaan, karena struktur
kehidupan mencerminkan nilai nilai dan komitmen kita, maka
keberhasilan harus didefinisikan kan secara personal.  bagi banyak
orang Seberapa jauh mereka mampu menemukan kesempatan untuk  
mengekspresikan nilai-nilai personalnya di banyak peran kehidupan
( misalnya, pekerjaan keluarga masyarakat ) menjadi tolak ukur yang
mereka gunakan untuk mengukur kesuksesan mereka.  dengan kata
lain ;  alih-alih hidup untuk bekerja, Banyak orang memutuskan
bahwa lebih masuk akal untuk bekerja untuk hidup.
Inilah beberapa tantangan pengembangan karir  yang  dibawa
ketika memasuki konseling karir , berbagai masalah karir  yang timbul
dapat menciptakan kebingungan bagi banyak orang karena
bertabrakan dengan pemahaman historis lagi mereka tentang
konseling karir, Klien Klien konseling karir tidak merasa jelas 
tentang bahan apa yang tepat untuk didiskusikan dengan konselor 
karirnya, (Niles,Anderson,& Cover ,2000).mereka berharap untuk
dites, tetapi seringkali mencari lebih dari itu, kebingungan mereka  
meningkat karena pengalaman pribadi tidak selalu berhubungan
dengan pemahaman lazim mereka tentang proses konseling karir, 
Niles   sejawatnya  menemukan  bahwa jika konselor karir
memberikan kesempatan kepada kliennya untuk mendiskusikan
bagaimana masalah non pekerjaan mereka berhubungan ( kadang-
kadang bahkan bertabrakan )  dengan masalah pekerjaan mereka,
Maka mereka akan menggunakan baik-baik kesempatan itu. jadi
banyak bukti menunjukkan bahwa pendekatan holistik dalam 
intervensi karir mengatasi masalah-masalah  karir klien di abad ke-21.

TUJUAN MITOS KONSELING KARIER


kebingungan seputar proses konseling karir dapat dirangkum ke dalam
mitos-mitos konseling karir berikut
1. Konseling karir memiliki asesmen asesmen  standar yang
dapat digunakan untuk memberitahu orang-orang pekerjaan
mana yang seharusnya mereka miliki
2. keputusan tentang peran pekerjaan dapat dibuat secara terpisah
dengan peran-peran kehidupan lainnya
3. konseling karir tidak menangani isu-isu pribadi
4. konselor karir tidak membutuhkan keahlian konseling
ekstensif untuk melakukan pekerjaan mereka secara kompeten.
5. konselor karir tidak melihat konten dan budaya klien
6. konseling karir hanya diperlukan ketika sebuah keputusan
karir harus diambil
7. konseling karir berakhir ketika sebuah keputusan karir telah
diambil
 mitos-mitos ini bermain sendiri dengan berbagai cara seperti
dikatakan sebelumnya.  banyak klien memasuki konselingKarir
dengan harapan bahwa dirinya akan mengerjakan sebuah tes yang
akan memberitahukan apa yang seharusnya mereka lakukan karena
tidak ada tes semacam itu. konselor karir seringkaliperlu menyediakan
struktur yang sesuai untuk  kliennya,  khususnya dalam kaitannya
dengan harapan klien untuk konseling karir. mengklarifikasi apa yang
masuk akal untuk diharapkan kan akan membantu klien memahami
my apa yang mungkin dan tidak mungkin,  pembuatan struktur yang
tepat di dalam konseling karir juga membantu klien memahami my
bag wa keputusan tentang pekerjaan tidak dapat dibuat secara terpisah
dengan keputusan tentang peran-peran kehidupan lainnya, meskipun
pernyataan ini tampak jelas (karena peran-peran kehidupan saling
berinteraksi) tidak jarang  terjadi klien berpikir bahwa semua hal yang
akan mereka  didiskusikan di dalam konseling Karir adalah tentang
pekerjaan.
ada beberapa hal yang lebih bersifat personal Dibanding
pilihan karir , sekali lagi pernyataan an-nissa tampak Cukup jelas
perhatikan Bagaimana kualitas hidup yang dialami seseorang ketika
situasi pekerjaan an an Serba Salah, banyak orang mengalami stres 
psikologis , fisik,  Financial,  dan interpersonal  di saat semacam itu
sebaliknya ketika situasi pekerjaan positif kemungkinan mengalami
kesehatan mental dan fisik positif meningkat ( herr, 1989)
jelas bahwa konseling Karir adalah sebuah kegiatan kompleks yang
mencakup  semua jenis pengalaman hidup klien, isu-isu
pengembangan karir adalah  isu-isu perkembangan manusia, 
membantu klien mengatasi masalah karirnya secara holistik
membutuhkan keahlian konseling tingkat lanjut (Advanced) salah satu
bidang keahlian yang harus dimiliki konselor Karir adalah kompetensi
multikultural konselor karir harus memiliki pengetahuan,
keterampilan dan kesadaran yang dibutuhkan untuk membantu klien
klien dari  beragam jam latar belakang untuk mengatasi masalah karir
mereka,  memahami Bagaimana ras etnis status sosial ekonomi gender
orientasi seksual kemampuan fisik  konstelasi keluarga biografi dan
variabel-variabel  kontekstual lain  mempengaruhi pandangan klien
tentang dunia, opsi-opsi karir yang yang  yang mau dan mampu
dipertimbangkan oleh klien dan hubungan konseling karir, sangat
penting untuk pemberian bantuan konseling karir yang efektif.
sayangnya sejarah konseling karir    merefleksikan komitmen
Yang kuat untuk bersikap sensitif terhadap keanekaragaman klien 
banyak asesmen ter standar. Yang di gunakan di dalam konseling
karier kurang memiliki kesetaraan kultural kelompok norma yang
tepat dan kesetaraan  bahasa      (fouad,1993)  secara historis para
anggota kelompok ras dan etnik yang berbeda ‘’ digiring’’  memasuki
tentang pilihan pekerjaan yang sempit di bidang-bidang seperti
layanan domestik , layanan makanan an, dan pendidikan
(Aubrey.,1977,niles & Harris-Bowlsbey,2013) Alih-alih menyediakan
layanan yang cocok dengan konteks   klien , konselor karir berusaha
mencocokkan kan kliennya dengan pendekatan konseling karir
tertentu, strategi-strategi konseling karir menekankan pendekatan
individualistik, dan Rasional untuk pengambilan keputusan karir,
strategi semacam ini mengabaikan mereka yang mendekati keputusan
dari orientasi  kolektivistik dan menggunakan gaya pengambilan
keputusan yang lebih institutif, jika pengalaman konseling karir tidak
efektif biasanya itu adalah ‘’ kesalahan’’  klien menghindari
pendekatan-pendekatan yang ‘’culturally   ecapsulated’’ (Tertutup
rapat secara budaya) ( wrenn,1962)   sangat penting bagi konseling
karir yang efektif.

Agar tidak banyak bertindak dengan cara-cara yang tertutup rapat secara
kultural, konselor karir harus berkomitmen untuk terlibat dalam kegiatan-
kegiatan berkelanjutan yang mendorong kesadaran, pengetahuan dan
sensitivitas multicultural.
Ada gunanya untuk memulai dengan pemahaman jang jelas tentang
bagaimana keluaraga klien sendiri dan konteks kulturalnya
mempengaruhi konseptualisasi peran kehidupannya
Juga benting bagi konselor karir untuk memahami bahwa masalah karir
berlangsung seumur hidup dan terus berlanjut hingga di luar titik di mana
sebuah pilihan telah diimplementasikan, perkembangan manusia adalah
kegiatan seumur hidup , hingga pilihan karir juga merupakan proses yang
bersifat terus menerus (super; 1990). Karna konsep diri berevolusi dari
waktu ke waktu (super), maka proses pengembangan karir pun tidak
pernah berakhir
MENDEFINISIKAN KONSELING KARIR
Definisi konseling karir dalam teks ini menekankan pendekatan
seumur hidup dan holistik. Secara spesifik konseling karir di definisikan
sebagai proses di mana konselor bekerja secar kolaboratif untuk membuat
klien atau siswa/mahasiswa memperjelas, menetapkan,
mengimplementasikan, dan menyesuaikan diri dengan keputusan terkait
pekerjaa
NCDA memberikan arahan dalam kaitanya dengan kegiatan-
kegiatan di mana konselor karir biasanya terlibat
Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya adalah
 Secara kolaboratif mengadministrasikan dan menginterpretasi
asesmen- asesmen formal dan informal untuk membantu klien
memperjelas dan menetapkan karakteristriknya
 Mendorong kegiatan-kegiatan eksploratik berbasis pengalaman
(seperti job shadowing, externship, dan wawancara informasi
pekerjaan )
 Memanfaatkan sistem perencanaan karir dan sistem informasi
pekerjaan untuk membantu individu lebih memehami dunia kerja
 Memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan
mengambil keputusan
 Membantu mengembangkan rencana karir yang sesuai dengan
individu bersangkutan
 Mengajarkan strategi pencarian kerja, ketrampilan wawancara,
dan membantu pengembangan resume
 Membantu mengatasi konflik-konflik pribadi potensial dalam
pekerjaan melalui Latihan pengembangan keterampilan
interpersonal yang relevan
 Membantu memahami pengintegrasian pekerjaan dengan peran-
peran kehidupan lainnya
3. job shadowing adalah opsi pengalaman kerja si mana
siswa/mahasiswa belajar tentang pekerjaan dengan
menjalani hari kerja dengan bayangan sorang pekerja yang
kompeten
4. externship adalah kesempatan belajar yang esesnisal
serupa dengan internship (magang) yang di sediakan oleh
institusi Pendidikan
 Memberikan dukungan bagi orang-orang yang sedang mengalami
stress pekerjaan, kehilangan pekerjaan, dan atau transisi pekerjaan

KOPETENSI-KOPETENSI KONSELING KARIRI


NCDA telah mengidentifikasikan kopetensi-kopetensi esensial
yang di butuhkan untuk konseling kariri, yaitu:
 Teori pengembangan karir
 Keterampilan konseling individu dan kelompok
 Asesmen individual/kelompok
 Informasi/sumber
 Promosi/menejemen dan implementasi program
 Coaching,konsultasi, dan peningkatan kerja
 Populasi yang beragam
KOMPETENSI-KOMPETENSI KONSELING KARIR

NCDA mengidentifikasi kompetensi-kompetensi esensial yang


dibutuhkan untuk koseling karier. Kompetensi-kompetensi ini mencakup
11 bidang isi yang didefinisikan secara singkat oleh NCDA, yaitu :
 Teori Pengembangan Karier

Dasar teori dan pengetahuan yang dianggap esensial bagi


professional yang terlibat dalam konseling dan pengembangan
karier

 Keterampilan konseling individual dan kelompok

Kompetensi konseling individual dan kelompok yang dianggap


esensial bagi konseling karier yang efektif

 Asesmen individual/kelompok

Keterampilan asesmen individual/kelompok yang dianggap


esensial bagi professional yang terlibat dalam konseling karier

 Informasi/sumber

Landasan informasi/sumber dan pengetahuan esensial yang


terlibat dalam konseling karier

 Promosi, manajemen dan implementasi program

Keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan,


merencanakan, mengimplementasikan, dan mengelola program
pengembangan karier komprehensif di berbagai seting

 Coaching, konsultasi dan peningkatan kinerja

Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap esensial untuk


memungkinkan individu dan organisasi untuk memberikan
dampak efektif pada proses dari organisasi untuk
memberikandampak efektif pada proses konseling dan
pengembangan karier

 Populasi yang beragam

Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap esensial untuk


menyediakan proses konseling dan pengembangan karier kepada
beragam populasi

 Supervise
Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap esensial untuk
mengevaluasi kinerja konselor secara kritis memoertahankan dan
meningkatkan keterampilan professional dan mencari bantuan
untuk orang lain (bila dibutuhkan) di bidang konseling karier

 Riset/evaluasi

Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap esensial untuk


memahami dan melaksanakan penelitian dan efaluasi di bidang
konseling dan pengembangan karier

 Teknologi

Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap esensial untuk


menggunakan teknologi untuk membantu individu dalam
perencanaan karier
Career counseling competencies (kompetensi Konseling Karier)
NCDA mempresentasikan ranah-ranah isi di mana konselor karier
harus kompeten.
Pernyataan-pernyataan kompetensi professional
menyediakan pedoman bagi kompetensi-kompetensi minimum
yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan tertentu secara
efektif dalam bidang tertentu. Keterampilan dan pengetahuan
dipresentasikan oleh bidang-bidang kompetensi tertentu yang
telah dikembangkan oleh para konselor karier dan pendidik
konselor professional. Ketika mereviu kompetensi-kompetensi
tersebut. Nilailah diri anda sendiri berdasarkan sejauh mana anda
memiliki masing-masing kompetensi ( 1 = Lemah, 2 = Sedang,
dan 3 = Kuat ) setelah itu mungkin ada gunanya untuk
mengembangkan rencana agar memperkuat tingkat kompetensi
anda
Standar etik international Association for educational and
Vocational Guidance (IAEVG), American counseling
associational dan NCDA mengharuskan professional
pengembangan karier agar hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan
dimana mereka “memiliki akses keterampilan-keterampilan dan
sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memberikan bantuan yang
dibutuhkan” jika seorang professional tidak memiliki pelatihan
atau sumber daya yang tepat untuk tipe masalah karier yang ada,
rujukan yang tepat harus dibuat. Tidak boleh ada orang yang
berusaha menggunakan keterampilan-keterampilan (yang ada di
dalam pertanyaan-pertanyaan kompetensi tersebut) yang
pelatihannya belum pernah ia dapatkan.
Elemen-elemen sesensial konseling karier yang efektif
mencakup pelatihan yang melibatkan paparan ke berbagai
intervensi karier, mampu menerjemah teori konseling karier
mampu menerjemahkan teori konseling karier ke dalam praktik,
memiliki kompetensi-kompetensi multicultural dan memiliki
pengetahuan dan kesadaran tentang standar etiket.

Anda mungkin juga menyukai