Disusun oleh :
Himawan Dwi Pramito 201901500387
Suhendra Winanjar Saputra 201901500450
Dede Suja'I 201901500410
Sayid Abdulloh 201901500431
Jery Christhofer Nainggolan 201901500408
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mencari
strategi konseling yang tepat untuk mengatasinya, terlebih rendahnya
tingkat kematangan karier peserta didik di sekolah. Bagaimanapun juga,
dalam usaha mencapai kematangan karier peserta didik, terdapat banyak
hambatan, misalnya kurangnya pengetahuan, pemahaman diri, motivasi,
belum memiliki cita-cita yang diinginkan serta masih kuatnya pengaruh
individu-individu terdekat di sekelilingnya dalam hal mengambil
keputusan karier di masa depan. Kondisi ini sesuai dengan hasil
penelitian Ilfiandra (1997) yang menunjukan gambaran bahwa “akurasi
penilaian diri dan penguasaaan informasi masih rendah sehingga
kemampuan peserta didik untuk memadukan faktor-faktor pribadi dengan
relitas karier masih rendah”. Ini lah penyebab yang menjadikan peserta
didik masih bimbang dan bingung dalam menetapkan pilihan-pilihan
karier.
Secara historis, intervensi-intervensi konseling karier di bentu oleh
berbagai pengaruh kontekstual (misalnya, faktor-faktor sosial, politik,
dan ekonomi.) Sebagai contoh, selama 1000 tahun silam, konseling karier
dipengaruhi oleh:
Pergeseran dari persaingan militer ke persaingan ekonomi antarnegara
dan pergeseran ekonomi berbasis-informasi membuat banyak orang
dewasa mengalami kelemahan dalam hal keamanan pekerjaan. Para
pekerja mencemaskan tentang kemungkinan diberhentikan dari pekerjaan
karena pengurangan tenaga kerja yang terjadi secara global. Memiliki
perasaan tertekan karena harus sealau memberikan yang terbaik di dalam
pekerjaan membuat para karyawan mencurahkan banyak waktu untuk
pekerjaannya dan mengurangi waktunya untuk kegiatan-kegiatan lain.
Perkembangan informasi yang begitu cepat terjadi menyebabkan banyak
karyawan tertekan untuk menyamai kecepatan itu. Sayangnya teknologi
dapat mengubah pekerjaan tetapi tidak dapat mengubah fakta bahwa hari-
hari mengikuti siklus 24 jam. Banyak karyawan diberbagai negara
memiliki jam kerja yang lebih banyak di banding dengan kegiatan-
kegiatan lainnya dibanding 10 tahun yang lalu.
Perubahan-perubahan lain didalam pekerjaan adalah bahwa hirarki
organissi semakin datar, yang makin sedikit anak tangga karier untuk
didaki. Angkatan kerja temporer muncul menggantikan karyawan jangka
panjang. Komputer mengantikan banyak pekerja, dan orang-orang
dewasa mengakui bahwa apapun bisa tejadi di kemudian hari dengan
perkembangan yang sangat cepat ini.
Oleh sebab itu, dalam kesiapan perencaan karier, sebagai remaja dan
seseorang yang sedang menyiapkan karier kita dituntut untuk memiliki
kematangan karier.
Dillard (1985, hlm. 32) mengatakan bahwa kematangan karier
merupakan sikap individu dalam pembuatan keputusan karier, yang
ditampakan oleh tingkat konsistensi pilihan karier dalam suatu periode
tertentu. Artinya seseorang dikatakan memiliki kematangan karier,
apabila ia secara konsisten memilih suatu pilihan karier tertentu dalam
suatu periode. Jika dikaitaan dengan peserta didik kematangan karier
berarti apabila peserta didik dapat mengetahui arah dan tujuan
mengambil suatu jurusan. Lebih jauh lagi pada umumnya peserta didik
dianggap telah memiliki kematangan karier, apabila telah mengetahui
konsekuesi pemilihan dari jurusan tersebut.
Terdapat beberapa aspek spesifik dalam kematangan karier Super (Sharf,
1992, hlm. 156-159) yaitu sebagai berikut:
1. Perencanaan karier Suherman (tt, hlm. 116), mengatakan bahwa dalam
perencanaan karier terdapat aspek-aspek sebagai berikut: Mempelajari
informasi karier, membicarakan karier dengan orang dewasa, mengikuti
pendidikan tambahan untuk menambah pengetahuan tentang keputusan
karier, berpartisipasi dalam kegiatan ektrakulikuler, mengikuti pelatihan,
megetahui pekerjaan yang diinginkan, mengetahui cara kesempatan
memasuki dunia kerja yang diinginkan dan mampu mengatur waktu
luang secara efektif. Perencanaan karier berhubungan dengan upaya
mencari informasi tentang suatu karier tertentu. Bagaimanapun juga
informasi tentang dunia karier tertentu dapat membantu individu dalam
memahami karier yang diinginkannya. Selain itu, proses pencarian
informasi seperti membaca surat kabar, mendengarkan radio maupun
menonton televisi dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
memilih dan merencanakan karier dimasa depan.
2. Eksplorasi karier Ekplorasi karier merupakan keinginan individu untuk
melakukan pencarian informasi-informasi karier seperti, memahami cara-
cara untuk mencari informasi karier selain keingianan. Aspek ekplorasi
karier juga berhubungan dengan seberapa banyak informasi yang
didapatkan oleh idividu dari sumber informasi tersebut (Dillard, 1985,
hlm. 2). Dapat disimpulkan bahwa ekplorasi karier berhubungan dengan
upaya pencarian informasi tentang suatu karier tertentu, baik yang
diinginkan maupun tidak diinginkan oleh peserta didik. Proses ekplorasi
karier ini tentunya dapat dibantu oleh banyak pihak, seperti guru, orang
tua dan orang dewasa lainnya.
3. Pengambilan keputusan Keputusan karier ditunjukan untuk melihat
kemampuan peserta didik dalam menggunakan pegetahuan dan
pemikirannya dalam membuat perencanaan karier. konsep ini didasari
oleh tuntutan yang diberikan kepada peserta didiik untuk mengetahui
bagaimana membuat keputusan karier, dengan asumsi bahwa apabila
peserta didik mengetahui bagaimana orang lain mengambil keputusan
tentang karier, maka dengan sendirinya mereka akan mampu membuat
keputusan karier yang tepat bagi dirinya (Dillard, 1985, hlm. 2).
4. Pengetahuan tentang dunia kerja Menurut Super (Sharf, 1993, hlm.
158, Suherman, tt, hlm. 117), informasi dunia kerja memiliki dua konsep
yaitu pertama, berhubungan dengan tugas perkembangan ketika individu
harus mengetahui minat dan kemampuan dirinya, hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaannya serta mengetahui alasan orang lain
berganti pekerjaan. Kedua, yang berkaitan dengan pengetahuan tentang
tugastugas pekerjaan dalam satu vokasional dan prilaku-prilaku dalam
bekerja.
5. Pengetahuan tentang kelompok pekerjaan Pada aspek ini peserta didik
diberi kesempatan untuk memilih satu dari berbagai pekerjaan, lalu
mereka ditanya hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang dipilinya.
Mereka akan ditanyakan tentang persyaratan, tugas, faktor dan alasan
yang mempengaruhi pilihannya serta resiko dari pekerjaan yang telah
dipilih (Dillard, 1985, hlm. 3). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator
berikut:
1) memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan;
2) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang
diinginkan;
3) mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan
yang diinginkan;
4) mengetahui minat-minat dan alasanalasan yang tepat dalam
memilih pekerjaan.
6. Realism pengambilan keputusan Realisme keputusan karier adalah
perbandingan antar kemampuan individu dengan pilihan pekerjaan secara
relistis. Super (Sharf, 1992, hlm. 159 dalam Suherman, tt, hlm. 118),
mengatakan bahwa aspek-aspek dalam realisme keputusan karier antara
lain:
1) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan
kelemahan diri berhubungan dengan pilihan karier yang
diinginkan;
2) mampu melihat faktor yang akan mendukung atau
menghambat karier yang diinginkan;
3) mampu melihat kesempatan yang berkitan dengan pilihan
karier yang diinginkan;
4) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan yang beragam;
dan
5) dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara
efektif
Agar tidak banyak bertindak dengan cara-cara yang tertutup rapat secara
kultural, konselor karir harus berkomitmen untuk terlibat dalam kegiatan-
kegiatan berkelanjutan yang mendorong kesadaran, pengetahuan dan
sensitivitas multicultural.
Ada gunanya untuk memulai dengan pemahaman jang jelas tentang
bagaimana keluaraga klien sendiri dan konteks kulturalnya
mempengaruhi konseptualisasi peran kehidupannya
Juga benting bagi konselor karir untuk memahami bahwa masalah karir
berlangsung seumur hidup dan terus berlanjut hingga di luar titik di mana
sebuah pilihan telah diimplementasikan, perkembangan manusia adalah
kegiatan seumur hidup , hingga pilihan karir juga merupakan proses yang
bersifat terus menerus (super; 1990). Karna konsep diri berevolusi dari
waktu ke waktu (super), maka proses pengembangan karir pun tidak
pernah berakhir
MENDEFINISIKAN KONSELING KARIR
Definisi konseling karir dalam teks ini menekankan pendekatan
seumur hidup dan holistik. Secara spesifik konseling karir di definisikan
sebagai proses di mana konselor bekerja secar kolaboratif untuk membuat
klien atau siswa/mahasiswa memperjelas, menetapkan,
mengimplementasikan, dan menyesuaikan diri dengan keputusan terkait
pekerjaa
NCDA memberikan arahan dalam kaitanya dengan kegiatan-
kegiatan di mana konselor karir biasanya terlibat
Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya adalah
Secara kolaboratif mengadministrasikan dan menginterpretasi
asesmen- asesmen formal dan informal untuk membantu klien
memperjelas dan menetapkan karakteristriknya
Mendorong kegiatan-kegiatan eksploratik berbasis pengalaman
(seperti job shadowing, externship, dan wawancara informasi
pekerjaan )
Memanfaatkan sistem perencanaan karir dan sistem informasi
pekerjaan untuk membantu individu lebih memehami dunia kerja
Memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan
mengambil keputusan
Membantu mengembangkan rencana karir yang sesuai dengan
individu bersangkutan
Mengajarkan strategi pencarian kerja, ketrampilan wawancara,
dan membantu pengembangan resume
Membantu mengatasi konflik-konflik pribadi potensial dalam
pekerjaan melalui Latihan pengembangan keterampilan
interpersonal yang relevan
Membantu memahami pengintegrasian pekerjaan dengan peran-
peran kehidupan lainnya
3. job shadowing adalah opsi pengalaman kerja si mana
siswa/mahasiswa belajar tentang pekerjaan dengan
menjalani hari kerja dengan bayangan sorang pekerja yang
kompeten
4. externship adalah kesempatan belajar yang esesnisal
serupa dengan internship (magang) yang di sediakan oleh
institusi Pendidikan
Memberikan dukungan bagi orang-orang yang sedang mengalami
stress pekerjaan, kehilangan pekerjaan, dan atau transisi pekerjaan
Asesmen individual/kelompok
Informasi/sumber
Supervise
Pengetahuan dan keterampilan yang dianggap esensial untuk
mengevaluasi kinerja konselor secara kritis memoertahankan dan
meningkatkan keterampilan professional dan mencari bantuan
untuk orang lain (bila dibutuhkan) di bidang konseling karier
Riset/evaluasi
Teknologi