Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Ziqki Rifki Khadafi
i
BAB I
PENDAHULUAN
Kelompok merupakan suatu sistem. Sebagai sistem dalam kelompok ada beberapa
komponen yang tersusun dalam suatu struktur yang teratur. Struktur kelompok mengacu
kepada bagaimana susunan kelompok tersebut, yang meliputi: jenis kelompok, tujuan
kelompok, peranan anggota kelompok, pemimpin kelompok, aturan-aturan dasar
kelompok, pokok-pokok pembicaraan yang akan didiskusikan dalam kelompok (Wibowo,
2005). Sehingga pemimpin kelompok merupakan komponen yang penting dalam suatu
kelompok. Pemimpin dan kelompok mempunyai hubungan yang sangat erat. Peran seorang
pemimpin penting bagi keseluruhan fungsi kelompok. Sebuah kelompok merupakan
cerminan pemimpinnya. Hanya akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya. Hanya
akan ada hasil yang bagus sesuai pemimpinnya, hasil yang bagus sesuai diri pemimpin itu
sendiri.
Pemimpin kelompok memiliki pengaruh yang kuat dalam proses kelompok, tidak
terkecuali dalam konseling atau terapi kelompok. Setiap konseling atau terapi merupakan
suatu proses yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor
konselor atau terapis, metode yang digunakan dan karakteristik konseli yang dihadapinya
(Wibowo, 2005). Oleh karena itu peranan, fungsi, kepribadian dan ketrampilan pemimpin
adalah sentral dalam proses teraupetik (penyembuhan), maka semua model teoritis
mencurahkan banyak perhatiannya pada pemimpin (Wibowo, 2005).
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan Kelompok
Kepemimpinan secara harfian berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung
pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan
ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun
spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi
pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam
menjalankan ke-pemimpinannya. Menurut Wahjosumidjo kepemimpinan di terjemahkan
kedalam istilah sifat-sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola-pola,
interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan
persuasif, dan persepsi dari lain- lain tentang legitimasi pengaruh (Wahjosumidjo: 2005).
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni
memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok (Miftah Thoha: 2007).
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai
karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut. Menurut C. Turney (1992) dalam (Martinis
Yamin dan Maisah: 2010) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang
dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik- teknik manajemen.
Page dan Iver (Soekanto, 2006) menjelaskan kelompok sebagai himpunan atau
kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, memiliki hubungan timbal balik dan
memiliki kesadaran saling tolong menolong. (Sumardjono: 2014) mendefinisikan
kelompok sebagai sekelompok (dua orang atau lebih) yang memiliki presepsi sebagai
3
kesatuan serta memiliki perasaan sebagai bagian dari kelompok, memiliki tujuan bersama
dan saling ketergantungan satu sama lain.
Konseling kelompok adalah suatu bentuk layanan atau bantuan oleh seorang konselor
kepada individu yang membutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
yang dilaksanakan dalam situasi kelompok dengan melibatkan fungsi saling mempercayai,
saling pengertian, saling menerima dan saling mendukung. Menurut (Kurnanto: 2014),
konseling kelompok adalah suatu bantuan kepada individu dalam situasi kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta diarahkan pada pemberian kemudahan dalam
perkembangan dan pertumbuhan.
Menurut Lumongga, konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang
dinamis dan terfokus pada pikiran dan tingkah laku yang disadari serta dibina dalam suatu
kelompok yang dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri
menuju perilaku yang lebih baik dari sebelumnya (Lumongga: 2011).
4
Pemimpin kelompok adalah komponen yang penting dalam konseling kelompok Dalam
hal ini pemimpin bukan saja mengarahkan prilaku anggota sesuai dengan kebutuhan
melainkan juga harus tanggap terhadap segala perubahan yang berkembang dalam
kelompok tersebut. Dalam hal ini menyangkut adanya peranan pemimpin
konseling kelompok, serta fungsi pemimpin kelompok. Seperti yang diungkapkan oleh
Prayitno menjelaskan pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan
suasana sehingga anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah mereka
sendiri (Prayitno: 1995).
Konselor sebagai pemimpin kelompok mempunyai tugas yang tidak ringan. Menurut
Yalom tugas-tugas pemimpin kelompok adalah (Wibowo: 2005):
1. Membuat dan mempertahankan kelompok
2. Membentuk budaya
3. Membentuk norma-norma
Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–
hari, termasuk di sekolah. Walaupun pemimpin pendidikan khususnya sekolah atau
madrasah formal adalah pemimpin yang diangkat secara langsung baik oleh pemerintah
maupun yayasan, atau melalui pemilihan (Sutikno: 2009).
6
Adapun sisi negatifnya, perlakuan pemimpin kepada karyawan cenderung menekan
dan memaksakan kehendak hanya demi mencapai goals, sehingga seolah tidak peduli
karyawan sedang sibuk menyelesaikan tugas lain. Pemimpin jenis ini akan memberikan
pekerjaan tambahan hingga Anda sebagai karyawan terpaksa lembur dengan alasan
demi akselerasi peningkatan profit perusahaan.
Meski perusahaan berkembang dan maju, namun tingkat resign dari perusahaan yang
memiliki tipe pemimpin seperti ini bisa saja tinggi karena faktor kepemimpinan yang
otoriter. Hal ini disebabkan ada beberapa individu yang tidak menyukai bekerja di
bawah pressure atau tekanan.
3. Tipe Kepemimpinan Karismatik
Ketiga, ada kepemimpinan karismatik di mana tipe ini sisi positifnya adalah bawahan
atau karyawan akan dengan senang hati melakukan apapun yang dibutuhkan pemimpin,
mulai dari membantu project atau order baru yang harus segera ditangani, diminta
melakukan revisi pekerjaan sesuai permintaan klien dan sebagainya. Karena pemimpin
perusahaan berkharisma tinggi, karyawan akan merevisi pekerjaannya kembali dengan
senang hati.
Sisi negatifnya, timbul ketergantungan yang tinggi terhadap pemimpin perusahaan
akibat kenyamanan kerja yang diberikan. Suatu hari ketika ada pergantian pemimpin,
maka kinerja dan produktivitas karyawan bisa jadi mengalami penurunan dengan
berbagai alasan, seperti pemimpin yang baru tidak senyaman pemimpin sebelumnya.
4. Tipe Pemimpin Militeristik
Tipe pemimpin ini sangat mementingkan disiplin tingkat tinggi. Baginya, seorang
pemimpin harus memiliki keahlian pemimpin yang sesungguhnya. Apabila karyawan
memiliki sifat yang selaras dengan sang pemimpin, maka kolaborasi kerja yang efektif
bisa tercipta. Datang ke kantor tepat waktu dan pekerjaan dapat diselesaikan sesuai
durasi deadline merupakan keharusan.
Sebaliknya, apabila karyawan tidak disiplin, dijamin mereka tidak akan bertahan
lama bekerja di perusahaan tersebut, karena akan bermasalah dengan atasan, mulai dari
mendapat teguran karena telat, kinerja yang lambat, dan kurang disiplin pada aturan
kerja perusahaan.
5. Tipe Pemimpin Paternalistik
Terakhir, ada tipe kepemimpinan yang dikenal dengan nama paternalistik. Penjelasan
mudahnya, tipe pemimpin ini akan selalu memperlakukan bawahannya seperti pemula
yang segalanya harus diajarkan, dipandu, dan dikontrol sesuai keinginan atasan. Bisa
7
jadi, tipe pemimpin ini memiliki perfeksionis dalam kerja yang juga diinginkannya bisa
dilakukan karyawannya.
Bagian terbaiknya, karyawan bisa perform dan dapat mengerjakan pekerjaan sesuai
arahan atasan. Sisi negatifnya, kemandirian dan kreativitas pegawai jadi kurang
berkembang serta tidak bebas dalam berpendapat untuk kontribusi terhadap kemajuan
perusahaan.
D. Gaya Kepemimpinan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan gaya yang berarti
kesanggupan untuk berbuat dan sebagainya atau bisa juga diartikan dengan kekuatan.
Dengan demikian gaya kepemimpinan bisa diartikan pola tingkah laku yang dirancang
sedemikian rupa untuk mempengaruhi bawahannya agar dapat memaksimalkan kinerja
yang dimiliki bawahannya sehingga kinerja organisasi dan tujuan organisasi dapat
dimaksimalkan.
Dari beberapa pengertian di atas gaya kepemimpinan merupakan suatu pola tingkah
laku baik dalam bentuk kata-kata maupun tindakan yang digunakan pemimpin dalam
berinteraksi dengan bawahan.
1. Gaya Persuasive
Gaya pemimpin persuasif adalah gaya memimpin dengan menggunakan pendekatan
yang mengubah perasaan, pikiran atau dengan kata lain melakukan ajakan atau bujukan
(Sutrisno: 2010).
Dengan demikian gaya kepemimpinan persuasif adalah gaya memimpin dengan
menggunakan pendekatan yang menggugah perasaaan, pikiran, atau dengan kata lain
dengan melakukan ajakan atau bujukan.
2. Gaya Represif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), yang dimaksud dengan represif
adalah menekan, mengekang, menahan atau menindas. Dengan kata lain gaya
8
kepemimpinan dengan cara memberi tekanan, mengekang, bahkan sampai menindas
sehingga para bawahan merasa takut.
Menurut (Sutrisno: 2010), gaya pemimpin represif adalah gaya kepemimpinan
dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan
merasa ketakutan.
Dengan kata lain gaya represif merupakan gaya kepemimpinan dengan cara
memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman, sehingga bawahan merasa ketakutan
yang bertujuan mengembalikan keserasian.
3. Gaya Partisipatif
Gaya pemimpin partisipatif adalah gaya kepemimpinan dengan cara memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk itu secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun
material dalam kiprahnya dalam perusahaan (Sutrisno: 2010).
Sedangkan menurut (Hasibuan: 2006), kepemimpinan partisipatif yaitu jika
seseorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya dilakukan secara
persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas dan partisipasi
bawahannya. Pemimpin memotivasi para bawahan, agar mereka merasa ikut memiliki
perusahaan, falsafah pemimpin, pemimpin adalah untuk bawahan, dan bawahan diminta
untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dengan memberikan
informasi, saran-saran dan pertimbangan. Pemimpin menerapkan sistem terbuka (open
management). Informasi dan pembinaan kaderisasi mendapat perhatian serius.
Dengan demikian kepemimpinan partisipasif merupakan gaya kepemimpinan dengan
menerapkan sistem terbuka dengan memberikan kesempatan kepada bawahan berperan
aktif dalam menata baik memberikan informasi maupun saran-saran demi keserasian.
4. Gaya Inovatif
Gaya pemimpin Inovatif adalah pemimpin yang selalu berusaha dengan keras untuk
mewujudkan usaha-usaha pembaruan didalam segala bidang, baik bidang politik,
ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia (Sutrisno:
2010).
Dengan kata lain gaya pemimpin seperti ini selalu memiliki inovasi pembaharuan
demi lancarnya suatu organisasi baik dalam hal pemecahan masalah maupun dalam hal
menciptakan produk terkait kebutuhan manusia dan perkembangan zamannya.
5. Gaya Motivatif
Gaya pemimpin motivatif adalah pemimpin yang dapat menyampaikan informasi
mengenai ide-idenya, program-program dan kebijakan-kebijakan kepada bawahan
9
dengan baik. Komunikasi tersebut membuat segala ide bawahan-bawahan dan kebijakan
dipahami oleh bawahan sehingga bawahan mau (Sutrisno: 2010).
Motivasi juga bagian inti dari dari tugas pemimpin. Memotivasi orang lain berarti
mengajak orang lain untuk bekerja lebih keras. Motivasi adalah tantangan utama yang
sudah ada sejak lama di dalam tugas manajer (Dubrin: 2009).
Gaya pemimpin motivatif ini merupakan gaya pemimpin dengan menyampaikan
segala ide, program dan kebijakan kepada bawahan secara baik dan memberikan
dorongan semangat kepada orang lain untuk bekerja lebih keras.
6. Gaya Edukatif
Gaya pemimpin edukatif adalah pemimpin yang suka melakukan pengembangan
bawahan dengan cara memberikan pendidikan dan keterampilan kepada bawahan,
sehingga bawahan menjadi memiliki wawasan dan pengalaman yang lebih baik dari hari
ke hari, sehingga seorang pemimpin yang bergaya edukatif tidak akan pernah
menghalangi bawahan ingin megembangkan pendidikan dan keterampilan (Sutrisno:
2010).
Gaya kepemimpinan ini selalu mempercayakan kepada bawahan untuk selalu
mengembangkan kependidikan dan keterampilan guna menambah wawasan dan
pengalaman yang lebih baik.
Gaya-gaya kepemimpinan yang merupakan tolok ukur akan keberhasilan berjalannya
suatu organisasi. Semua gaya kepemimpinan di atas dalam praktiknya di lapangan
saling mendukung atau saling menunjang secara bervariasi, yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisinya sehingga akan menghasilkan kepemimpinan yang efektif.
Kaitan gaya dengan tipologi sangat berperan dalam keberhasilan sebuah organisasi,
kepemimpinan yang baik harus memiliki penyesuaian baik dalam gaya yang diperlukan
dalam memimpin dan tipe yang digunakan dalam menggerakan organisasi. Ketika
pemimpin memilih gaya kepemimpian yang baik dan tidak di dorong dengan tipe
kepemimpinan dalam interaksipersonal maka semua akan memiliki kendala dalam
mencapai tujuan berorganisasi.
Pendapat dari Jacobat al. menyatakan ketrampilan yang harus ada pada diri konselor
diantaranya (Kurnanto: 2014):
1. Mendengarkan aktif
10
Mendengarkan dengan aktif yang dilakukan oleh seorang konselor meliputi,
mendengarkan suara, sesuatu yang disampaikan, dan bahasa tubuh yang ditunjukkan
oleh konseli ketika berbicara. Menurut Eko Kurnanto Active Listening adalah salah satu
tugas yang sangat kompleks bagi pemimpin, karena bukan hanya satu orang saja yang
didengarkan tetapi banyak orang dalam satu waktu. Adapun teknik yang sering
digunakan yaitu mengamati gaya tubuh, ekspresi wajah, bahasa nonverbal dan
pergeseran tubuh.
2. Refleksi
Dalam konseling, refleksi mencerminkan sebuah komentar untuk menyampaikan apa
yang konseli pahami dan rasakan. tujuannya untuk menilai seberapa jauh konseli
memahami dan menyadari permasalahan yang sedang ia rasakan.
3. Klarifikasi dan bertanya
Seorang pemimpin kelompok terkadang perlu mengklarifikasi permasalahan konseli.
Klarifikasi disini digunakan untuk membantu pemimpin dalam memperoleh kejelasan
dan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang konseli katakan.
4. Meringkas
Ketrampilan meringkas merupakan suatu keterampilan yang harus dilakukan oleh
semua pemimpin. Tanpa adanya ringkasan, anggota kelompok tidak dapat memahami
tentang poin penting yang diberikan.
5. Menghubungkan (Lingking)
Keterampilan yang digunakan untuk menghubungkan antara anggota satu dengan
anggota lain, anggota dengan pemimpin yang bertujuan agar terciptanya hubungan baik
diantara mereka.
6. Ceramah singkat dan pemberian informasi
Ceramah singkat disini dimanfaatkan oleh pemimpin untuk memberikan sebuah
informasi yang akurat kepada anggota kelompok dalam memahami suatu hal.
7. Mendorong dan pendukung
Sebagai seorang pemimpin, memiliki kemampuan memotivasi ini sangat penting
untuk membantu anggota dalam menghadapi kecemasan yang muncul dan berbagi
pemikiran serta perasaan individu dengan anggota lain.
8. Pengaturan nada
Melalui intonasi berbicara yang teratur, pemimpin kelompok dapat menciptakan
suasana kelompok yang harmonis dan nyaman.
9. Penggunaan mata
11
Empat cara yang digunakan Pemimpin kelompok dalam penggunaan mata, 1)
Mengamati isyarat nonverbal, 2) Menarik keluar anggota 3) Membiarkan anggota
melihat anggota lain, 4) Memotong ketergantungan anggota.
10. Penggunaaan energi pemimpin
Energi pemimpin sangat berpengaruh sekali terhadap antusias peserta didik, jika
dalam memimpin kelompok, pemimpin harus bergembira dan bersemangat, maka
anggota akan berperan aktif, tetapi jika pemimpin terlihat lesu, maka anggota juga
merasakan hal yang sama. Jadi intinya proses antusias dalam layanan kelompok
tergantung bagaimana seorang pemimpin memimpin jalannya kegiatan tersebut.
12
BAB III
KESIMPULAN
Kelompok merupakan suatu sistem. Sebagai sistem dalam kelompok ada beberapa
komponen yang tersusun dalam suatu struktur yang teratur. Struktur kelompok mengacu
kepada bagaimana susunan kelompok tersebut, yang meliputi: jenis kelompok, tujuan
kelompok, peranan anggota kelompok, pemimpin kelompok, aturan-aturan dasar
kelompok, pokok-pokok pembicaraan yang akan didiskusikan dalam kelompok.
Pemimpin kelompok memiliki pengaruh yang kuat dalam proses kelompok, tidak
terkecuali dalam konseling atau terapi kelompok. Setiap konseling atau terapi merupakan
suatu proses yang kompleks. Banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain faktor
konselor atau terapis, metode yang digunakan dan karakteristik konseli yang dihadapinya.
Konselor sebagai pemimpin kelompok mempunyai tugas yang tidak ringan. Menurut Yalom
tugas-tugas pemimpin kelompok adalah membuat dan mempertahankan kelompok,
membentuk budaya dan membentuk norma-norma.
Berbagai gaya atau tipe kepemimpinan banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari–
hari, termasuk di sekolah. Diantara tipe-tipe kepemimpinaan adalah: tipe pemimpin
demokratis, tipe pemimpin otoriter, tipe kepemimpinan karismatik, tipe pemimpin
militeristik dan tipe pemimpin paternalistic.
13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Sanusi dan Solary Sutikno,2009, Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan,
Cetakan Pertama, Pnospeet, Bandung.
Bambang Guritno dan waridin (2005) Guritno., Pengaruh Persepsi Karyawan Mengenai
Perilaku Kepemimpinan, Kepuasan Kerja Dan Motivasi
dkk, Prayitno. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.
Edy Sutrisno. 2010. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta Kencana Prenada Media
Group
Fandy Tjiptono, & Gregorius Chandra (2006), Manajemen Pelayanan Jasa, Yogyakarta:
Andi Offset
Hasibuan, Malayu S.P, 2006, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah, Edisi Revisi,
Bumi Aksara : Jakarta.
Lubis, Namora Lamongga, M.Sc., 2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori
dan Praktik., Jakarta: Kencana.
Martinis Yamin dan Maisah. 2010. Kepemimpinan dan manajemen masa depan. Bogor:
IPB Press
Prayitno, 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Fropil). Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Soerjono Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Grapindo Persada)
14
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Jakarta: UPT Unnes
Press.
15